Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)

OLEH :
SOMIA PRATAMA
2130282087

CI CLINIK CI AKADEMIK

( ) ( )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. (Somantri, 2008)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012)

2. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
smenyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Alsagaff (2008), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi
dua,yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

4. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap
tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal
yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron
(RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi
dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir.
Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa

(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat


sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung
koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh
koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan- perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi
berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama
penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer;
b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler
per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak
difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama
pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)

5. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran
seperti
pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan,
pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut
: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran
hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti
gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian
hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus
hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah
raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.
kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium
(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk
kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk
penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi
antara lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata.

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang
dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan
kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam
strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel,
vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.

c. Penurunan Berat Badan


Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan

(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan


menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi
aritmia. Menghindari obat- obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertensi.
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-
blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers,
ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti
hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi
Heart Disease (HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram
renal, pemeriksaan fungsi.
g. Foto dada dan ct scan

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada kelainan fisik maupun psikis yang


ditimbulkan oleh HHD.
Data dasar pengkajian:
1. Pengkajian focus
Biodata pasien yang meliputi :
Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Status perkawinan
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
h. Tanggal Masuk
i. No. Register
j. Diagnosa Medis

2.Riwayat kesehatan
Adanya riwayat hipertensi yang lama dan adanya riwayat
hipertensi dan penyakit jantung pada keluarga.

3. Data Bio Psiko Sosial Spiritual


a. Bernafas
- Gejala: dispnoe berkaitan dengan aktivitas, takipnoe,
ortopnea, batuk tanpaatau dengan sputum, adanya riwayat
merokok
- Tanda penggunaan otot aksesori pernafasaan, adanya bunyi
nafas tambahan, sianosis.
b. Aktivitas/istirahat
- Gejala : Adanya kelemahan, letih, nafas pendek sampai sesak
- Tanda : Frekuensi denyut jantung meningkat, Perubahan
irama jantung, takipneaan
c. Eliminasi
- Tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi atau
pun defekasi.
d. Istirahat dan Tidur
- Kesulitan tidur pada malam hari.
e. Kebersihan Diri
- Pasien mandi berapa kali atau hanya diLap ditempat tidur
saja.

f. Pengaturan Suhu Tubuh


- Demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
g. Rasa Aman
- Gejala; terjadi angina, nyeri hilang timbul pada tungkai
sebagai indikasi adanya arteriosclerosis, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen.
h. Makan dan Minum
-Anoreksia.
-Tidak dapat mencerna makanan.
-Penurunan BB.
i. Sosialisasi dan Komunikasi
-Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
-Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan
kapasitas fisik untuk melaksankan peran
j. Rekreasi
-Tidak dapat dikaji.
k.Belajar
-Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pasa penderita yang bisa mengakibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
l.Bekerja
-Klien merasa sesak ketika bekerja.
m.Spiritual
-Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktivitas ibadah klien.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
-Tingkat Kesadaran : compos mentis.
Bangun tubuh kurus, gerak motorik aktif terkoordinasi, turgor
kulit baik, kulit lembab.
b. Ukuran-Ukuran
BB sebelum dan sesudah sakit
c. Tanda-Tanda Vital
TD : Temp:
RR : Nadi :
d. Keadaan Fisik
1) Kepala dan Leher
Bentuk kepala simetris, nyeri tekan tidak ada, distribusi
rambut merata, kebersihan kepala cukup. Vena jugularis
tampak menonjol.

2) Dada
Bentuk simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada ada, ronchi (+),suara jantung S1-S2 iregular.

3) Payudara dan Ketiak


Nyeri tekan tidak ada.
4) Abdomen
Hepar tidak teraba, peristaaltik positif.
5) Genetalia
Tidak ada kelainan.
6) Integumen
Warna kulit sawo matang, kebersihan cukup.
e. Pemeriksaan neurologis
➢ Status mental dan emosi: pasien tidak
mengalami disorientasi orang, tempat dan waktu.
Emosi pasien stabil
➢ Fungsi psikomotorik: pasien tidak mengalami
kelemahan pada ekstrimitas atas dan bawah
➢ Psiko sensori: pengelihatan normal, reflek pupil positif
isokhor.

5. Pemeriksaan penunjang
1. Data Laboratorium
2. Data hasil thorak P-A
Kesan kardio megali +edema paru.
3.Hasil EKG
Irama AF, respon 100x/mt, axis normal, episode flutter di
V1-V3 Kesan susp. LVH

B. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

C . Rencana Asuhan keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI


O
1 Penurunan Setelah Observasi :
curah jantung dilakukan -identifikasi tanda/ gejala primer
berhubungan asuahn penurunan curah jantung
dengan keperawatan -monitor tekanan darah
peningkatan selam 24 jam -monitor intake dan output cairan
afterload, di harapkan -monitor sturasi oksigen
vasokonstriks curah - monitor keluahan nyeri dada
i, iskemia jantung Terapeutik :
miokard, meningkat -berikan diet jantung yang sesuai
hipertropi dengan - fasilitaskan pasien dan keluarga
ventricular. kriteria untuk memodifikasi gaya hidup
hasil : sehat
- kekuatan -berikan oksigen untuk
nadi perifer mempertahankan saturasi oksigen
meningkat Edukasi:
- bradikardi -anjurkan aktifitas fisik sesuai
menurun toleransi
Takikardia -anjurkan beraktifitas fisik secara
menurun bertahap
Tekanan Kalaborasi:
darah -rujuk ke program rehabilitasi
membaik jantung
2 Nyeri (sakit Setelah Observasi :
kepala) dilakukan - Identifikasilokasi,durasi,frekuensi,ku
berhubungan asuahan alitas,intensitas nyeri
dengan keperawatan - Identifikasi skala nyeri
peningkatan di harapkan - Identifikasi respon nyeri verbal
tekanan tingkat nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat
vaskuler menurun dan memperingan nyeri
serebral. dengan - Identifikasi pengetahuan dan
kriteria hasil: keyakinan tentang nyeri
- - Identifikasi pengaruh budaya
kemampuan terhadap respon nyeri
menuntaskan - Identifikasi pengaruh nyeri pada
aktivitas
meningkat kualitas hidup
- keluhan - Monitor keberhasilan terapi
nyeri komplementer yang sudah diberikan
menurun - Monitor efek samping penggunaan
- meringis analgesik
menurun
Terapeutik :
- gelisah
- Berikan teknik non farmakologis
menurun
untuk mengurangi rasa
- kesulitan
nyeri(mis,TENS,hipnosis,akupresur,t
tidur
erapi musik,terapi pijat,teknik
menurun
imajinasi terbimbing,kompres
Frekuensi
hangat/dingin)
nadi
- Kontrol lingkungan yang
membaik
mempercepat rasa nyeri (mis,suhu
-tekanan
ruangan,pencahayaan,kebiingan)
darah
- Fasilitasi istirahat tidur
membaik
- Pertimbangkan jenis dan sumber
i.
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
-Jelaskan penyebab,periode,pemicu
nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri seperti teknik
relaksasi

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik,jikaperlu
3 Intoleran Setelah Observasi :
aktivitas dilakukan -identifikasi deficit tingkat aktifitas
berhubungan asuahan tertentu
dengan keperawatan -identifikasi makna aktifitas rutin
kelemahan selama 24 dan waktu luang
umum jam di Terapeutik :
ketidakseimb harapkan - koordinasikan pemilihan
angan antara toleransi aktifitas sesuai usia
suplai dan aktivitas - libatkan keluarga dalam
kebutuhan meningkat aktifitas
oksigen. dengan - berikan penguatan posistif atas
kriteria partisipasi dalam aktifitas
hasil : Edukasi
-frekuensi - jelaskan metode aktifitas
nadi sehari- hari
meningkat - anjurkan melakukan aktifitas
-saturasi sehari- hari
oksigen kalaborasi :
meningkat - kalaborasi dengan terapi
- keluhan okupasi dalam merencanakan
lelah dan memonitor program
meningkat aktifitas
- tekanan
darah
membaik

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
E. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP

DAFTAR PUSTAKA

Baim, Donald S. Hypertensive vascular disease in: Harrison’s Principles of


Internal Medicine. 7th Ed. USA. The Mcgraw-Hill Companies, Inc.
2008. p. 241
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian
keperawatan. Jakarta : EGC.
Sdki siki 2018 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Panggabean, Marulam. Penyakit jantung hipetensi, Dalam: Sudoyo


AW, S etyohadi B, Alwi I, et all, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi IV. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.p.1654-55
Miller. Hypertensive heart disease-treatment. (Serial Online: Desember 2008).

Paula L.D (2008) Hipertensi Keperawatanmedikalbedah. Jakarta. EGC

Somantri Laudy . A (2009) pengertian hipertensi secara umum jilid II

jakarta EGC. // COM

Mansjoer P (2008) HIPERTENSI // com.

Anda mungkin juga menyukai