Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN DIAGNOSIS MEDIS HHD

DISUSUN OLEH :

NAMA : Juliani

NIM : ( P07120421018)

Tingkat : 2 (A) Semester 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2022/2023


KONSEP TEORI HHD

A. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 - 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan
darah.
Hypertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan
karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. ETIOLOGI
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang
meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap
menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin
terlihat. Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik (menurunnya
suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada dan serangan jantung)
dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpengaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang
akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi
pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer
dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah
derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi
pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan
terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang
berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat
terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya
volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi
pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol
dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel
kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner. Walaupun tekanan
perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat. Jadi cadangan
aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner
pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu:
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-
pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer,
2. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan
serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
 Pemeriksaan retina
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
 Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
 Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin 7. Foto Rontgen dada dan CT scan.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 mmHg pada pasien tanpa
penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 mmHg pada pasien
dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi,
yaitu :
1) Pengaturan Diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki
keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan:

 Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
 Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
 Diet kaya buah dan sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olahraga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
 Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual
bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
 Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
3) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

4) Penanganan LVH
LVH, tanda dari peningkatan resiko morbiditi dan mortalitas kardiovaskuler dan harus
ditatalaksana secara agresif. Walaupun regeresi LVH belum secara jelas dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas tapi beberapa data dapat mendukung
hipotesis ini. Obat-obatan yang digunakan untuk menatalaksana LVH adalah sama
seperti penanganan hipertensi.
5) Penanganan disfungsi diastolik LV
Beberapa golongan hipertensi ACE inhibitor, beta - blocker, dan nondihydropyridine
calcium channel blockers-telah membuktikan dapat memperbaiki parameter
ekokardiographi pada simptomatik dan asimptomatik disfungsi diastolik dan gejala
gagal jantung. Penanganan disfungsi sistolik LV:
 Diuretik digunakan untuk penatalaksanaan disfungsi sistolik LV
 ACE inhibitor digunakan untuk penurunan preload dan afterload dan mencegah
kongesti pada paru dan sistemik
 Beta-bloskers seperti cervedilol, metoprolol XL, dan bisoprolol dapat
memperbaiki fungsi LV dan menurunkan mortalitas dan morbiditas dari gagal
jantung. Terapi dimulai dengan dosis rendah, peningkatan dosis beta-blocker
secara perlahan dan monitor secara ketat untuk menilai tanda dari gagal jantung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini (HHD) atau
pemyakit lainnya
 Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini (HHD)
 Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien menggunakan obat-obatan untuk penyakitnya (HHD)
 Riwayat alergi
4. Observasi dan Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang/pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. SDKI (D.0011) : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload
2. SDKI (D.0056) : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. SDKI (D.0077) : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
C. PERENCANAAN
1. Diagnosa I : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1 x 30 menit diharapkan curah jantung meningkat
Intervensi utama : SIKI (02075) Hal. 317
Observasi
Monitor tekanan darah
Terapeutik
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Diagnosa II : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1 x 30 menit diharapkan toleransi aktivitas
meningkat
Intervensi utama : SIKI (05178) Hal. 176
Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
3. Diagnosa III : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1 x 30 menit diharapkan tingkat nyeri menurun
Intervensi utama : SIKI (08238) Hal. 201
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D. IMPLEMENTASI
Implementasi menyesuaikan dengan intervensi. Setelah menyusun rencana keperawatan,
maka langkah berikutnya adalah penerapan atau implementasi keperawatan. Pelaksanaan
merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan dengan rencana tindakan keperawatan.

E. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi kondisi
klien, maka diharapkan klien :
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
Dengan kriteria hasil : SLKI (L.02008)
 Kekuatan nadi perifer meningkat
 Lelah menurun
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Dengan kriteria hasil : SLKI (L.05047)
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat
 Frekuensi nadi meningkat
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Dengan kriteria hasil : SLKI (L.08066)
 Keluhan nyeri menurun
 Kesulitan tidur menurun
DAFTAR PUSTAKA

Rilantono, L.dkk.2002. Buku Ajar Kardiologi, Jakarta : Universitas Indonesia


Smeltzer, C Suzanne dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed-8,
Vol.2, Jakarta :EGC
Mansjoer, Arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran, Ed-3, jilid I. Jakarta : FKUI Media
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Jakarta : EGC, 2005
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai