Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER THYROID

Tinjauan teori kasus:

a. Definisi

Tumor tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Tumor tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon
tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar tiroid (organ
berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang berfungsi memproduksi hormon
untuk mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan darah, suhu tubuh dan berat badan.

b. Etiologi

Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi
penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk
sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih kepada
pola hidup dan letak geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan intake yodium. Selain
itu, terdapat penyebab spesifik berdasarkan klasifikasi atau pembagian tipe kanker tiroid,
yaitu sebagai berikut:

1) Kanker Papiler 60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih
sering terjadi pada wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi
pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar. Resiko tinggi terjadinya kanker
papiler ditemukan pada orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher.

2) Kanker Folikuler 15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan
jenis kanker yang paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler juga lebih
sering ditemukan pada wanita, usia 20-50 tahun. Mirip tiroid normal namun dapat
berkembang lambat dan bermetastase cepat. Pada penderita yang tidak diobati, kematian
disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan
keterlibatan yang luas dari tulang dan paru-paru.
3) Kanker Anaplastik Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik.
Ini merupakan jenis kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering ditemukan
pada wanita usia lanjut. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan
benjolan yang besar di leher. Kanker ini mengakibatkan kematian dalam beberapa minggu
(bulan). Biasanya terjadi pada pasienpasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana
kelenjar tiba-tiba (dalam waktu beberapa minggu atau bulan) mulai membesar dan
menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat
perluasan lokal yang masif biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Kanker ini sangat resisten
terhadap pengobatan.

4) Kanker Meduler Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar
kalsitonin (dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan merupakan penyakit
keturunan. 5-10% dari semua kasus. Karakteristiknya adalah bentuk tumor bulat, keras yang
terletak di lobus tengah dan atas kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar melalu sistem
getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada
metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma
neoplasia endokrin multipel), yakni Pheochromocytomo (kelainan pada kelenjar adrenal) dan
pertumbuhan pesat kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih agresif dari pada kanker papiler atau
folikuler tetapi tidak seagresif kanker tiroid anaplastic

c. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala kanker tiroid adalah:
1) Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah bening di
daerah leher (karena metastasis).
2) Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam
minggu), tanpa nyeri.
3) Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan menelan
yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan
adanya desakan / infiltrasi ke trakea.
4) Suara penderita berubah atau menjadi serak.
d. patofisiologi
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita
kanker tiroid dan gondok menahun serta gondok pada daerah endemis dapat
mencetuskan timbulnya neoplasma yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil
(nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pelepasan TRH
oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis anterior akan
merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma. Peningkatan
TSH ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga
memunculkan kanker tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas dengan metastasis dan
invasi kelenjar dan organ tubuh. Berikut perluasan kanker pada organ tubuh yang
lain :
1) Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam
kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-tahun
tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara
lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat tumbuh cepat dan berubah menjadi
karsinoma anaplastik. Pada stadium lanjut, dapat menyebar ke paru-paru.
2) Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah,
menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit lebih agresif
dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau
dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-
kanker ini sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin
radioaktif untuk membentuk tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4.
3) Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur di
sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
4) Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah
bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini
dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin
multipel).
e. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :
1. Karsinoma Folikuler. Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid
yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh
darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru.Jarang menyebar ke
daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh
darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia.Bila tumor
mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak.Prognosisnya
baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar. Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan,
banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun
sebelum menyebar ke daerah nodes limpa.Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid,
prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular. Timbul di jaringan tiroid parafolikular.Banyaknya 5 –
10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas
50 tahun.Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di
sekelilingnya.Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine
Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat
sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik). Merupakan tumor yang
berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung
menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal
kirakira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan.Klien dengan diagnosa karsinoma
anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi. Stadium
Cancer Thyroid : Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi
lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin.
f. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan untuk mengevaluasi nodul tiroid
dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status fungsi dengan
memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan Ultrasonografi, sidik tiroid,
CT scan atau MRI, serta biopsi aspirasi jarum halus dan terapi supresi Tiroksin untuk
diagnostik.
1) Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang dapat mendeteksi
kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang meningkat berguna untuk tiroiditis.
Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin
penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto yang sering timbul nodul
uni/bilateral. Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.
2) Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenis
medulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitif untuk keganasan
tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada keadaan lain seperti tiroiditis
dan adenoma tiroid.
3) Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan noninvasif dan
ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high frequency real-time'' (generasi baru
USG). Dengan alat ini akan diperoleh gambaran anatomik secara detail dari nodul
tiroid, baik volume (isi), perdarahan intra-noduler, serta membedakan nodul
solid/kistik/campuran solid-kistik. Gambaran yang mengarah keganasan seperti massa
solid yang hiperkoik, irregularitas, sementara gambaran neovaskularisasi dapat
dijumpai pada pemeriksaan dengan USG. Dari satu penelitian USG nodul tiroid
didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista tersebut hanya 7%
yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau campuran berkisar 20%.
4) Pemeriksaan sidik tiroid dapat memberikan gambaran morfologi fugsional,
hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid. Bahan radioaktif
yang digunakan I-131 dan Tc-99m. Pada sidik tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan
hasil dingin (cold), sedangkan 10-15% mempunyai risiko ganas. Nodul panas (hot)
dijumpai sekitar 5% dengan risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm)
10-15% dari seluruh nodul dengan risiko ganas kurang dari 10%.
5) Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic scanning) dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan
struma substernal atau terdapat kompresi/penekanan pada jalan nafas.
6) Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus dianggap sebagai metode yang
efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada nodul tiroid yang soliter
maupun pada yang multinoduler. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus ini
mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%.
7) Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik). Rasionalisasi dari tindakan ini
adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar tiroid dan
pertumbuhannya. Tes ini akan meminimalisasi hasil negatif palsu pada biopsi aspirasi
jarum halus.
g. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
1). Operasi Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi
(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat sebanyak mungkin
jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan kanker jenis
papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral,
sesudah operasi unilateral.
2). Terapi Ablasi Iodium Radioaktif Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah
menjalani tiroidektomi total dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan
meningkatkan spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker.
Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter kurang 1mm,
kecuali ditemukan adanya penyebaran.
3) Terapi Supresi L-Tiroksin Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi
dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan
merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi
untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa
menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
1) Penatalaksanaan Kanker Papiler Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan,
yang kadang melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan
diameter lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di sekitarnya,
meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid.
Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam
dosis yang cukup untuk menekan pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan. Jika
nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh
kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan bahwa jaringan
tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan menyerapnya dan hancur. Dosis
yodium radioaktif lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker
telah dihancurkan. Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.
2) Penatalaksanaan Kanker Folikuler Pengobatan untuk kanker ini adalah
pengangkatan sebanyak mungkin kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk
menghancurkan jaringan maupun sel kanker yang tersisa.
3) Penatalaksanaan Kanker Anaplastik Pemberian yodium radioaktif tidak berguna
karena kanker tidak menyerap yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi
penyinaran sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.
4) Penatalaksanaan Kanker Meduler Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh
kelenjar tiroid. Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari
sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler berdiri
sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu. Kadang kanker ini
diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki hubungan darah dengan penderita kanker
meduler, sebaiknya menjalani penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif,
maka hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker meduler. Jika
hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler; sehingga harus dipertimbangkan
untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin
darah belum meningkat. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang
berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah
seseorang akan menderita kanker meduler.

Tinjauan Keperawatan

Pengkajian

a. Pengumpulan data

- Anamnese Dari anamnese diperoleh :

1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien. Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3) Riwayat penyakit sekarang Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher
yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena
penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4) Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga
atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5) Riwayat kesehatan keluarga Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang
menderita sama dengan klien saat ini.
6) Riwayat psikososial Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya


composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu
yang berubah.
2) Kepala dan leher Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan
adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan
hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
3) Sistim pernafasan Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
4) Sistim neurologi Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
5) Sistim gastrointestinal Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan
asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek
anestesi yang hilang.
6) Aktivitas/istirahat Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
7) Eliminasi Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
8) Integritas ego Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.
9) Makanan/cairan Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
10) Rasa nyeri/kenyamanan Nyeri orbital, fotofobia.
11) Keamanan Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C,
diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus,
eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
12) Seksualitas Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Nyeri akut Penyebab ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
dengan keperawatan selama …x24 a) Identifikasi lokasi,
1. Agen pencedera fisiologi jam diharapkan nyeri menurut karakteristik, durasi,
(inflamasi, iskemia, neoplasma) dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
2. Agen pencendera kimiawi  Gelisah menurun nyeri
(terbakar, bahan kimia iritan).  Merintih menurun b) Identifikasi skala nyeri
3. Agen pencedera fisik (Abses,  Kewaspadaan c) Identifikasi respons nyeri
amputasi, terpotong, menurun non verbal
mengangkat bert, prosedur  Pola tidur membaik d) Identifikasi factor yang
operasi, trauma, latihan fisik memperberat dan
berlebihan) Ds : memperingan nyeri
o Mengeluh nyeri Do : e) Identifikasi pengetahuan
o Tampak meringis dan keyakinan tentang nyeri
o Bersikap protektif (waspada, f) Identifikasi pengaruh
posisi menghindari nyeri) budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri
o Gelisah pada kualitas hidup
o Frekuensi nadi meningkat h) Monitor efek samping
o Sulit tidur penggunaan analgesic
2. Terapeutik
a) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
c) Fasilitasi istirahat tidur
d) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kecemasan ( ansietas ) Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
penyebab ditandai dengan keperawatan selama …x 24 a) Identifikasi saat tingkat
o Krisis situasional jam diharapkan tingkat ansietas berubah (kondisi,
o Kebutuhan tidak terpenuh ansietas menurun dengan waktu, stressor)
b) Identifikasi kemampuan
o Krisis maturasional kriteria hasil : mengambil keputusan
o Ancaman terhadap konsep  Perilaku gelisah menurun c) Monitor tanda-tanda
diri  Perilaku tegang menurun ansietas (verbal non verbal)
o Ancaman terhadap kematian  Keluhan pusing menurun 2. Terapeutik
o Kekhawatiran mengalami  Frekuensi nafas membaik a) Ciptakan suasana teraputik
kegagalan untuk menumbuhkan
 Frekuensi nadi membaik
o Disfungsi system keluarga kepercayaan
 Tekanan darah membaik
o Hubungan orang tua anak b) Temani px untuk
 Tremor menurun
tidak memuaskan mengurasi kecemasan, jika
 Pucat menurun
o Factor keturunan memungkinkan
(temperamen mudah teragitasi c) Pahami situasi yang
sejak lahir) membuat ansietas
o Penyalahgunaan zat d) Dengarkan dengan penuh
o Terpapar bahaya lingkungan perhatian
(toksin, polutan, dan lainlain) e) Gunakan pendekatan yang
o Kurang terpapar informasi tenang dan meyakinkan
Ds: f) Tempatkan barang pribadi
o Merasa bingung yang memberikan
o Merasa khawatir dengan kenyamanan
akibat dari kondisi yang g) Motivasi mengidentifikasi
dihadapi situasi yang memicu
o Sulit berkonsentrasi kecemasan
Do: h) Diskusikan perencanaan
o Tampak gelisah realistis tentang peristiwa
o Tampak tegang yang akan dating
o Sulit tidur 3. Edukasi
o Tremor a) Jelaskan prosedur,
o Muka tampak pucat termasuk sensasi yang
o Frekuensi nafas meningkat mungkin dialami
o Frekuensi nadi meningkat b) Informasikan secara actual
o Tekanan darah meningkat mengenai diagnosis,
o Suara bergetar pengobatan, dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
d) Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
komprtitif sesuai
kebuthan
e) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi kecemasan
g) Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
h) Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika perlu
3. Resiko perdarahan ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
dengan factor resiko selama ..x24 jam diharapkan a) Monitor tanda dan gejala
o Aneurisma resiko perdarahan menurun perdarahan
o Gangguan gastrointestinal dengan kriteria hasil : b) Monitor nilai hematrokrit
o Gangguan fungsi hati  Kelembapan membrane atau hemoglobin sebelum dan
o Komplikasi kehamilan  mukosa meningkat setelah kehilangan darah
o Komplikasi pasca partum  Kelembapan kulit c) Monitor tanda-tanda vital
o Gangguan koagulasi meningkat ortostik
o Efek agen farmakologi  Tekanan darah membaik d) Monitor koagulasi
o Tindakan pembedahan  Hb membaik 2. Terapeutik
o Trauma a) Pertahankan bed rest
 Suhu tubuh membaik
o Kurang terpapar informasi selama perdarahan
 Perdarahan vagina
tentang pencegahan perdarahan b) Bat invasive,jika perlu
menurun
o Proses keganasan c) Gunakan kasur pencegah
 Perdarahan pasca operasi
dekubitus
menurun
3. Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
b) Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
d) Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
e) Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vit K
f) Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
obat pengontrol perdarahan
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian
produk darah jika perlu
c) Kolaborasi pemberian
pelunak tinja jika perluasi
Tindakan

4. Resiko infeksi di tandai dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Obsrvasi


factor resiko : keperawatan selama …x a) Monitor tanda daan gejal
o Penyakit kronik 24jam diharapkan resiko infeksi local dan isskemik
o Efek prosedur invasive infeksi menurun dengan 2. Terapeutik
o Malnutrisi kriteria hasil : a) Batasi jumlah pengunjung
o Peningkatan paparan  Kebersihan tangan b) Berikan perawatan kulit
organism pathogen lingkungan meningkat pada area edema
o Ketidak adekuatan  Kebersihan badan c) Cuci tangan sebelum dan
pertahanan tubuh primer meningkat sesudah kontak dengan pasien
o Ketidak adekuatan  Nafsu makan meningkat dan lingkungan pasien
pertahanan tubuh sekunder  Demam turun d) Pertahankan teknik aseptik
 Sputum berwarna hijau 3. Edukasi
menurun a) Jelaskan tanda dan gejala
 Gangguan kognitif infeksi
menurun b) Ajarkan cara mencuci
tangan
c) Ajarkan etika batuk
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI, DPP& PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8.EGC. Jakarta.

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; volume 3.EGC. Jakarta.

Greenspan & Baxter, 2000, Endokrinologi Dasar Dan Klinik, EGC, Jakarta.

Isselbacher, Kurt J, 2000, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta. Johnson, M,
Dkk, 2000, Iowa Intervention Project: Nursing Outomes Classification (NOC) 2nd. Mosby, St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai