Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR THYROID

Disusun Oleh:

Liza Ayu Pratiwi

23350020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2023/2024
A. DEFINISI

Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan


penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada
kanker tiroid tipe papiler.
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe
yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis
relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar diramalkanKlien dengan Ca Tiroid
mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.
Karsinoma tiroid adalah Neo Plasma yang jinak berasal dari sel epitel yang
tumbuh pada kelenjar gondok. (Ahmas AKMuda, 1994; 118)
Neoplasma (tumor) tiroid adalah pertumbuhan tumor baik jinak (benign)
maupun ganas (malignan). Contoh tumor tiroid benign yaitu adenoma tiroid.
Adenoma tiroid merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel folikel. Sedangkan
tumor tiroid malignan yaitu kanker tiroid yang berasal dari sel folikel tiroid. Kanker
tiroid dikelompokkan menjadi papiler, folikuler, medular dan anaplastik. (Brunner &
suddrath, 2002)

B. ETIOLOGI
Karsinoma tiroid berasal dari 2 tipe sel yang berada di kelenjar tiroid. Sel
tersebut akan berdiferensiasi menjadi karsinoma papiler, karsinoma folikular,
karsinoma medular dan karsinoma anaplastik.
Pajanan dari radiasi meningkatkan resiko terjadinya keganasan pada tiroid,
terutama karsinoma papiler tiroid. Hal ini diobservasi dari anak-anak yang terpajan
radiasi setelah terjadinya bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki saat perang dunia ke
Bukti lainnya didapatkan dari percobaan bom atom pada pulau Marshall, setelah
kecelakaan pada Chemobyl. Pasien dengan pengobatan terapi radiasi juga beresiko
tinggi terjadinya karsinoma tiroid.
Diet rendah iodin tidak membuktikan terjadinya karsinoma pada tiroid, namun
pada populasi dengan asupan rendah iodin memiliki angka tinggi terjadinya
karsinoma folikuler dan anaplastik.
C. Faktor resiko
Tumor tiroid benign :
1. Riwayat keluarga penyakit autoimun (cnth. Hasimoto tiroiditis)
2. Riwayat keluarga nodul tiroid benign atau gondok
3. Disfungsi hormonal tiroid (cnth. Hipotiroidsm, hipertiroidsm)
4. Nyeri pada nodul
5. Lunak dan nodul mobil

Tumor tiroid malignan :


1. Umur lebih muda dari 20 tahun atau lebih tua dari 60 tahun
2. Wanita
3. Dihubungkan dengan disfagia atau disfonia
4. Riwayat terpapar radiasi
5. Riwayat karsinoma tiroid
6. Keras, nodul immobile
7. Pencitraan servical terdapat limfadenopati (Brunner & suddrath, 2002)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala karsinoma tiroid adalah sebagai berikut :
1. Pembesaran nodul yang relatif cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali ( dihitung
dalam minggu), tanpa nyeri.
2. Merasakan adanya gangguan mekanik di leher, seperti gangguan menelan yang
menunjukan adanya desakan esophagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan
adanya desakan ke trakea.
3. Pembesaran KGB di daerah leher (mungkin metastasis)
4. Penonjolan / kelainan pada tulang tempurung kepala ( metastasis ke tengkorak)
5. Perasaan sesak dan batuk-batuk disertai dahak berdarah ( metastasis di paru-paru
bagi jenis folikular)
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan atas observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis, dibagi dalam kecurigaan tinggi,
sedang dan rendah.
Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
1. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga
2. Pertumbuhan tumor cepat
3. Nodul teraba keras
4. Fiksasi daerah sekitar
5. Paralisis pita suara
6. Pembesaran kelenjar limfe regional
7. Adanya metastasis jauh
Kecurigaan sedang adalah:
1. Usia > 60 tahun
2. Riwayat radiasi leher
3. Jenis kelamin pria dengan nodul soliter
4. Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar
5. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik

E. KLASIFIKASI
1. Karsinoma papilar
Merupakan jenis keganasan tiroid berdiferensiasi baik dan paling sering
ditemukan (60%). Merupakan karsinoma yang bersifat kronik, tumbuh lambat dan
mempunyai prognosis paling baik diantara keganasan tiroid lainnya.
2. Karsinoma folikular
Adenokarsinoma meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan didapat terutama pada
wanita setengah baya. Merupakan jenis kedua kanker tiroid paling umum,
merupakan 5-10 persen dari karsinoma tiroid dan sekitar 15 persen dari karsinoma
tiroid berdeferensiasi baik. Lebih agresif (ganas) dari karsinoma papiler, dan
terjadi lebih sering pada wanita daripada pria dengan rasio tiga banding satu.
Puncaknya onset adalah pada usia 50 tahun. Biasanya tidak menyebar ke kelenjar
getah bening, tetapi dapat menyerang vena dan arteri, dan kemudian dapat
menyebar (metastasis) ke lain organ. Paling sering metastasis ke paru-paru, tulang,
otak, hati, kandung kemih, dan kulit. Kanker ini jarang terjadi pada individu yang
telah terpapar radiasi dan lebih jarang terjadi pada anak-anak. Muncul dari sel-sel
yang membuat hormon tiroid. Survival rate tergantung pada ukuran tumor dan
apakah telah menginvasi pembuluh darah, kelangsungan hidup 10 tahun untuk
tumor yang non invasif 86 persen dan untuk yang invasif 44 persen.
3. Karsinoma medular
Meliputi 5-10% keganasan tiroid dari sel parafolikuler, atau sel C yang
memproduksi tirokalsitonin. Tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan.
Tumor ini terutama ditemukan pada usia di atas 40 tahun, tetapi juga ditemukan
pada usia yang lebih muda bahkan pada anak-anak dan biasanya disertai gangguan
endokrin lainnya.
4. Karsinoma tidak terdiferensiasi (anaplastik)
Jarang ditemukan dibandingkan dengan karsinoma ang berdiferensiasi baik.
Tumor ini sangat ganas, terutama terdapat pada usia tua dan lebih banyak pada
wanita. Sebagian tumor terjadi pada struma nodosa yang kemudian membesar
dengan cepat. Tumor ini sering disertai nyeri dan nyeri alih ke daerah telinga dan
suara serak karena infiltrasi. (Dorland A. 2013)

F. PATOFISIOLOGI
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita
kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang
menderita kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat mencetuskan timbulnya
neoplasma yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil (nodul) di dalam
kelenjar tiroid seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pelepasan TRH oleh Hipotalamus.
Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan
sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma. Peningkatan TSH ini akan
meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga memunculkan kanker
tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas dengan metastasis dan invasi kelenjar dan
organ tubuh. Berikut perluasan kanker pada organ tubuh yang lain :
a. Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam
kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-tahun
tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara
lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat tumbuh cepat dan berubah menjadi
karsinoma anaplastik. Pada stadium lanjut, dapat menyebar ke paru-paru.
b. Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan
sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit lebih agresif dari pada
kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan
invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini
sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk
membentuk tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4.
c. Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur di
sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
d. Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah
bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini
dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin
multipel). (Danis D. 2009)

G. PATHWAY
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

timbul neoplasma, pertumbuhan kecil (nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH

T3,T4, Kalsitonin meningkat

massa tiroid meningkat, berdiferensi

Memunculkan tumor tiroid Kurang pengetahuan

Pembengkakan laring menyebar melalui aliran darah & saluran getah


bening

Cedera pita meluas dengan metastasis dan


suara, serak
Nyeri akut
invasi kelenjar dan organ hati,

paru-paru dan tulang tubuh


Kerusakan
menelan
Kerusakan
komunikasi
verbal

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam
serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma
tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG)
Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik.
Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian
HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh
kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk
diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi
pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma
dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan
pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada
pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu
untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan
juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang
adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi
(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat
sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain
60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10%
kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral.
b. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total
dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan
spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker.
Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter
kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
c. Terapi Supresi L-Tiroksin
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan
karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan
merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga
dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka
panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan
bisa meningkatkan risiko patah tulang.

J. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain
pada pasien setelah operasi
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total
pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak
diperlukan sebagai pofilaksis lagi. (Sutjahjo, 2006hal:86)

Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan yaitu:


1. Minor seroma
2. Jarang kerusakan trunkus simpatikus
3. Mayor perdarahan intraoperative
4. Perdarahan pasca operatif
5. Trauma pada nlaringeus rekuren/superior
6. Hipoparatiroidisme
7. Hipotiroidisme
8. Krisis tiroid
9. Infeksi
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian penting dalam
menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun
ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut timbulnya keganasan.
Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan keluhan, kecuali jenis
anaplastik yang sangat cepat membesar dalam beberapa minggu saja. Pasien
umumnya mengeluh adanya gejala penekanan pada jalan napas (sesak) atau pada
jalan makanan (sulit menelan). Pada nodul dengan adanya perdarahan atau disertai
infeksi, bisa menimbul keluhan nyeri. Keluhan lain pada keganasan tiroid yang
mungkin timbul adalah suara serak.
2. Pemeriksaan fisik
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak, dari riwayat
keluarga: nodul jinak, strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya relatif besarnya
tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak terfiksir. Gejala penekanan dan
penyebarannya tidak ada. Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga:
karsinoma medulare, nodul soliter, Usia kurang dari 20 tahun atau di atas 60 tahun.
Pria berisiko dua kali daripada wanita dan riwayat terekspos radiasi leher.
Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi, padat, keras, tidak rata dan
terfiksir. Gejala penekanan, ada gangguan menelan dan suara serak.
Penyebarannya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara,
kerusakan saraf laring.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi.
3. Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kondisi dan prosedur
penatalaksanaan penyakit berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi
3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa I
NOC : Kemampuan berkomunikasi
Indikator :
-menggunakan bahasa tertulis
-menggunakan bahasa lisan
-menggunakan bahasa nonverbal/isyarat
NIC : Libatkan keluarga untuk membantu memahami apa yang
dibicarakan oleh pasien.
- Dengarkan pasien saat berbicara dengan penuh perhatian.
- Gunakan kata dan kalimat yang sederhana saat berbicara dengan pasien.
- Gunakan papan tulis/gambar bagi pasien untuk mengungkapkan kebutuhannya.
- Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menggunakan alat bantu suara.
2. Diagnosa II
NOC :Kontrol/Pengendalian nyeri
Indikator :
- mengetahui waktu muncul dan permulaan nyeri
- menggunakan sumber pendukung yang tepat
- mengetahui gejala nyeri
NIC
- Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui tanggapan pasien
terhadap nyeri yang dialami
- Monitoring perubahan nyeri
3. Diagnosa III
NOC : Status menelan: esofagial
Indikator : nyaman saat menelan
- Makanan masuk
- tidak batuk saat menelan
- tidak ada nyeri epigastrial
NIC :Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui tanggapan pasien
terhadap nyeri yang dialami
- Monitoring perubahan nyeri
- Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien atas
ketidak nyamanan misalnya suhu ruang
4. Diagnosa IV
NOC :Pengetahuan tentang proses penyakit
Indikator :
- menjelaskan mengenai proses penyakit
- menjelaskan penyebab dan factor pendukung
- menjelaskan tanda dan gejala penyakit
NOC I
NIC :Peningkatan komunikasi : defisit bicara
Aktivitas :
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami apa yang dibicarakan oleh
pasien.
- Dengarkan pasien saat berbicara dengan penuh perhatian.
- Gunakan kata dan kalimat yang sederhana saat berbicara dengan pasien.
- Gunakan papan tulis/gambar bagi pasien untuk mengungkapkan kebutuhannya.
- Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menggunakan alat bantu suara.
NOC II
NIC :Manajemen nyeri
Aktivitas :
- Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui tanggapan pasien
terhadap nyeri yang dialami
- Monitoring perubahan nyeri
- Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien atas
ketidak nyamanan misalnya suhu ruang
- Ajarkan teknik nonfarmakologikal (kompres dingin, relaksasi, guided imagery)
sebelum, selama, dan setelah nyeri
- Kolaborasi medis pemberian analgetik
- Pastikan pasien menerima perawatan analgetik yang tepat
NOC III
NIC :Terapi menelan
Aktivitas :
- Hindarkan minum minuman bersoda
- Bantu pasien memilih posisi yang nyaman saat makan
- Anjurkan pasien untuk memfleksikan kepalanya ke depan saat makan unutk
mendukung menelan
- Monitor tanda dan gejala aspirasi
- Monitor pergerakkan lidah saat makan
- Anjurkan pasien menjangkau makanan yang ada di bibir dan sekitar mulut
dengan lidah
- Monitor intake dan output makanan dan minuman, turgor kulit, mukosa mulut
- Sediakan perawatan mulut
- Kolaborasi dengan ahli diet konsultasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
3. NOC IV
NIC (a) :Pengajaran : Proses Penyakit
Aktivitas :
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi dan fisiologi
- Jelaskan tanda dan gejala penyakit
- Jelaskan kemungkinan komplikasi penyakit
- Identifikasi penyebab
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddrath, 2002.Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta : EGC

Huda Nurarif, Aplikasi NANDA NIC-NOC, Jogjakarta, 2015.

Dorland A. 2013. Kamus saku kedokteran dorland. Elsevier, Jakarta :EGC,

Danis D. 2009. Kamus Istilah kedokteran.Gitamedia Press. http://www.


Oktahermoniza, Jurnal Kesehatan Andalas. 2013.

Ahmad A.K Muda1994. Kamus Lengkap Kedokteran. Gita Media. Surabaya

MansjoerArif, 1999. Kapita Selekta KedokteranJilid 3 FKUIJakarta

Soeperman, 1999Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid I Edisi 2FKUIJakarta

Anda mungkin juga menyukai