Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN STRUMA UNI NODUSA NON TOXCIA


“CA THYROID”

Di Susun Oleh :
Aris Munandar, S.Kep
NPM : 2020 91 030

Dosen Pembimbing :
Ns. Dwi Yunita Rahmadhani, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA UNI NODUSA NON TOXCIA
“CA THYROID”
A. Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, berkeringat,
dan berat badan menjadi turun (Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2015).
Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan.
Sebagian besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat, sehingga morbiditas dan
mortalitasnya rendah namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan prognosa
yang fatal ( Yolanda Parura DKK, 2016).
Tumor tiroid merupakan pertumbuhan abnormal dari kelenjar tiroid, dimana
dapat berupa tumor jinak ataupun tumor ganas seperti tipe papiler, folikular, medular,
atau tipe anaplastik (Singhal S DKK,2014).
Kanker tiroid merupakan kelenjar tiroid yang berada pada bagian depan leher
sedikit di bawah laring berbentuk kupu-kupu. Terjadi 0,85% dan 2,5% dari seluruh
keganasan kanker tiroid pada laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 1:3.
Dengan kata lain kanker tiroid lebih sering terjadi pada perempuan. Umumnya,
kanker tiroid paling sering muncul pada usia 20-50 tahun, namun kanker ini dapat
terjadi pada semua usia ( Handayani SHS & Purnami SW 2016).
B. Penyebab
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormone tiroid merupakan
faktor penyebab terjadinya pembesaran kelenjar tiroid, antara lain : (Amin Huda
Nurarif & Hardi Kusuma, 2015)
1. Defisiensi Iodium
Terjadinya diagnosa struma paling banyak disebabkan karena kurangnya
kadar yodium di dalam tubuh. Menurut sebuah penelitian oleh Sarah, dkk (2016).
Menjelaskan bahwa struma dapat diklasifikasikan secara fisiologik menjadi
eutiroid, hipotiroid, dan hipertiroid maupun secara klinik menjadi struma toksik
dan non toksik. Kedua tipe struma dapat juga di klasifikasikan berdasarkan
perubahan bentuk anatomi tiroid menjadi struma nodusa non-tosik, struma nodusa
toksik, struma difusa non toksik, dan struma difusa toksik
2. Kelainan metabolic congenital yang menghambat sintesa hormone tiroid.
3. Penghambatan sintesa hormone oleh zat kimia.
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar
hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari
kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang
abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama
anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
Faktor genetik.
3. Adanya riwayat keturunan dari keluarga.
C. Tanda dan Gejala
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras)
di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
(Jurnal, Oktahermoniza, 2013).
1. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
2. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
3. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
4. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
5. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
6. Adanya pembengkakan pada leher
7. Kesulitan menelan
D. WOC

Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada.

Riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium.

Timbul neoplasma, pertumbuhan kecil


(nodul) di kelenjar tyroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


Peningkatan sekresi TSH

T3, T4, kalsitonin


meningkat

Masa tyroid mmeningkat, berdiferensi

Memunculkan kanker tyroid Kurang pengetahuan

Pembengkakan laring Menyebar melaluai aliran darah & saluran


getah bening

Cedra pita Cedar pita Gangguan


Meluas dengan metastasis dan invasi
suara, serak suara, serak menelan kelenjar dan organ hati, paru-parudan
tulang tubuh
Gangguan Nyeri akut
komunikasi
verbal
E. Manifestasi Klinik
1. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah bening
didaerah leher (karena metastasis).
2. Nodul ganas membesar cepat, dan Nodul anaplastik cepat sekali(dihitung dalam
minggu), tanpa nyeri.
3. Merasakan adanya gangguan mekanik didaerah leher, seperti gangguan menelan
yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak yang
menunjukkan adanya desakan/ infiltrasike trakea.
4. Suara penderita berubah atau menjadi serak.
5. Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.
F. Klasifikasi
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :
1. Karsinoma Folikuler.
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama
mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang
kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah
nodus limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah
besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor
mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak.
Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papiler.
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita
atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papiler merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular.
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh
karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun.
Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya.
Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia
(MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi
yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
5. Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker
jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan
gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia.
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-
kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma
anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Stadium Cancer Thyroid :
Stadium kanker ini tidak hanya berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal,
regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi
TNM adalah sebagai berikut:

Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun


Papiler T1, N1, M0
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T2-4, N1, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 Setiap T, N0, M0,
Stadium III Setiap T, setiap N, M0
Stadium IV

Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun


Folikuler
❖ Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
❖ Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
- Setiap T, N1, M0
❖ Stadium III
- Setiap T, setiap N, M0
❖ Stadium IV
Meduler
❖ Stadium I - T1, N0, M0
❖ Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
- Setiap T, N1, M0
❖ Stadium III
setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
❖ Stadium IV
Tdk dapat
dikalsifikasikn - -
❖ Stadium I - -
❖ Stadium II - -
Setiap T, setiap N, setiap M setiap T, setiap N, setiap
❖ Stadium III
M
❖ Stadium IV

Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
G. Komplikasi
Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013) Komplikasi yang sering muncul pada kanker
tiroid adalah :
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini,
sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)
1. pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin
(HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan
psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor.
Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunakan untuk survey
metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan
tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya teknik biopsy aspirasi
yaitu teknik yang lebih sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak
dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus
tumor tiroid
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan
cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini
dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh
specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
I. Penatalaksanaan
Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)
1. Terapi
Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila
keadaan memungkinkan. Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika
metastase telah menyampai kelenjar lipe. Jaringan paratiroid di upayakan untuk
tidak terangkat guna mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.
Sesudah pembedahan ,tindakan ablasi di laksanakan untuk melenyapkan jaringan
tiroid yang tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitif. Iodium radiatif juga
meningkatkan peluang untuk menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila
pemeriksaan pemindai seluruh tubuh (whole bodi scan) di lakukan. Sesudah
pembedahan, hormon tiroid di berikan dengan dosis supresi untuk menurunkan
kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid. Jika jaringan tiroid yang tertinggal
tidak cukup untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah memadai, maka
preparat tiroksin di butuhkan secara permanen.
Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa
jalur : pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi. Pasien yang
mendapat sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk
mengalami mukositis, kekeringan mulut, dispagia, kemerahan kulit, anoreksia,
dan kelelahan kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.
2. Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer
terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas
operasi bergantung pada hasil diagnosis, tujuan pembedahan hasil pronogsis.
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi:
a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita
2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori
dan cardiovasculer
3) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
5) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan
dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
b. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran
jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter
Operator dan Dokter Anesthesi.
c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
1) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
2) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
3) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
4) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan
setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
5) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan
umum.
6) Radioterapi
d. Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu
bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas.
Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan.
Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah
yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah
penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut
sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai
seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi
dibandingkan dengan sel kanker. Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati :
banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik
dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol :
Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi
berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel
kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala :
Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi
gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga
membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya :
terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai
“adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah
dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif. Jenis radioterapi :
a) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada
tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat
berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
b) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke
dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya.
Contoh obat radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine
(MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
e. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel
kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak
merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain
untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel
biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan
sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah
ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan
garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel
biasa dan menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan
selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah
yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi,
orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain
bervariasi tergantung jenis obat.
1) Mual dan Muntah:
Gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat
(kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan
kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang
hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin.
2) Sel Darah Hitung rendah:
Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi
karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah
dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau
leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor
pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa
diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah
merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa
ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.
f. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,
selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya
uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid
yang berasal dari sel folikuler. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa
setelah operasi, yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake
oleh sisa jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang
dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
4) Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total,
kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin,
sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30
mU/L.
g. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum
dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk
kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang
untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola kegiatan sehari – hari
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala:
Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia, kelemahan
berat, gangguan koordinasi
Tanda:
assa pada tiroid
2) Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun,
kelemahan fisik
Tanda:
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat istirahat, syok (krisis tirotoksikosis)
3) Eliminasi
Gejala:
Urine dalam jumlah banyak, diare.
4) Integritas / Ego
Gejala:
Cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda:
Ansietas peka rangsang
5) Makanan / Cairan
Gejala:
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema
non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
Tanda:
Pembesaran thyroid.
6) Neurosensori
Gejala:
Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental dan perilaku,
seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks
tendon dalam
Tanda:
Koma (tahap lanjut),
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala:
Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8) Pernapasan
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang sampai tak dapat
mengeluarkan suara.
Tanda:
Sesak napas, suara serak.
9) Keamanan
Gejala:
ulit kering , ulkus kulit
Tanda:
Lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.
10) Seksualitas
Gejala:
Adanya riwayat monopouse dini
Tanda:
Hilangnya tanda – tanda seks sekunder
2. Diagnose keperawatan

No Masalah Keperawatan Paraf


1. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan,
penurunan proses kognitif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme
tubuh.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi akibat
adanya perdarahan atau edema pada tempat
pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau
luka pada kelenjar paratiroid.
4. Nyeri berhubungan dengan edema
pascaoperasi.
5. Gangguan komunikasi berhubungan dengan
cedera pita suara.
6. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi
tentang program untuk pengobatan untuk
terapi.
7. Ansietas b/d faktor fisiologis: status
hipermetabolik.

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Intoleransi aktivitas Setelah di lakukan tindakan Activity therapy
b/d kelelahan, keperawatan selama..24 jam  Kolaborasikan
penurunan proses klien menunjukkan aktivitas dengan tenaga
kognitif sehari-hari dengan baik rehabilitasi medik
Kriteria Hasil: dalam
 Berpartisipasi dalam merencanakan
aktivitas fisik tanpa di program terapi
sertai peningkatan yang tepat
TD,ND, dan RR  Bantu klien untuk
 Mampu melakukan mengidentifikasi
aktivitas sehari-hari aktivitas yang
(ADLS) Secara mandiri mampu di
 TTV normal lakukan
 Energi psikomotor  Bantu untuk
 Level kelemahan memilih aktivitas
 Mampu berpindah: konsisten yang
dengan atau tanpa bantuan sesuai dengan
alat kemampuan fisik,
 Status kardiopulmunari psikologi dan
adekuat sosial
 Sirkulasi status baik  Bantu untuk
 Status respirasi : mengidentifikasi
pertukaran gas dan dan mendapatkan
ventilasi adekuat sumber yang di
perlukan untuk
aktivitas yang di
inginkan
 Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
dan krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang di
sukai
 Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon
fisik, emosi,
sosial dan
spiritual.

2. Ketidakseimbangan Setelah di lakukan tindakan Nutrition


nutrisi kurang dari keperawatan selama..24 jam Management
kebutuhan tubuh klien menunjukkan  Kaji adanya
b/d lambatnya peningkatan berat badan alergi makanan
metabolisme tubuh. Criteria Hasil :  Kolaborasi
 Adanya peningkatan berat dengan ahli gizi
badan sesuai dengan untuk
tujuan menentukan
 Berat badan ideal sesuai jumlah kalori dan
dengan tinggi badan nutrisi yang di
 Mampu butuhkan pasien
mengidentifikasikan  Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi untuk
 Tidak ada tanda-tanda meningkatkan
malnutrisi protein vitamin C
 Menunjukkan peningkatan  Berikan substansi
fungsi pengecapan dan gula
menelan  Yakinkan diet
 Tidak terjadi penurunan yang di makan
berat badan yang berarti mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
yang terpilih
( sudah di
konsultasikan
dengan ahli gizi )
 Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang di
butuhkan
Nutrition
Monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa di
lakukan
 Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
 Monitor
lingkungan selam
makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
 Monitor turgor
kulit monitor
kulit kering dan
perubahan
pigmentasi
 Monitor mual dan
muntah
 monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet.

3. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction


nafas tidak efektif keperawatan selama ... x 24  Monitor tanda-
berhubungan jam, klien mempertahankan tanda respiratori
dengan obstruksi kepatenan jalan nafas dengan distres, sianosis,
akibat adanya Kriteria hasil: takipnea dan
perdarahan atau  Mengeluarkan/ nafas yang
edema pada tempat membersihkan sekret dan berbunyi. Periksa
pembedahan, bebas aspirasi. balutan leher
kerusakan saraf  Menunjukkan perilaku setiap jam pada
laringeal atau luka untuk memperbaiki/ periode awal post
pada kelenjar mempertahankan jalan op, kemudian tiap
paratiroid. nafas bersih dalam tingkat 4 jam.
kemampuan/ situasi  Monitor frekuensi
dan jumlah
drainase serta
kekuatan balutan.
 Periksa sensasi
klien karena
keketatan di
sekeliling tempat
insisi.
 Pertahankan klien
dalam posisi semi
fowler dengan
diberi kantung es
(ice bag) untuk
mengurangi
bengkak.
 Anjurkan klien
untuk berbicara
setiap 2 jam tanpa
merubah nada
atau keparauan
suara.
4. Nyeri berhubungan setelah dilakukan tindakan  Pain
dengan edema keperawatan selama ... x 24 Management
pascaoperasi. jam klien menunjukkan Nyeri Lakukan
berkurang/hilang dengan pengkajian nyeri
Kriteria Hasil: secara
 Tidak ada rintihan, komprehensif
ekspresi wajah rileks, termasuk lokasi,
 melaporkan nyeri dapat karakteristik,
berkurang/hilang. Dari durasi, frekuensi,
skala 7 berkurang menjadi kualitas dan
2. faktor presipitasi.
 Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
 Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri.
 Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau.
Analgesic
Administration
 Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu.
 Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri.
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Communication
komunikasi keperawatan …..24 jam klien Enhancement
berhubungan menunjukkan berkomunikasi  Antisipasi
dengan cedera pita dengan baik dengan. kebutuhan sebaik
suara. Kriteria hasil : mungkin,
 Mampu menciptakan kunjungi pasien
metode komunikasi secara teratur.
dimana kebutuhan dapat  Gunakan
dipahami. penerjemah jika
 Gerakan terkoordinasi : diperlukan
mampu mengkoordinasi  Dorong pasien
gerakan dalam untuk berbicara
menggunakan isyarat secara perlahan
 Pertahankan
lingkungan yang
tenang
 Anjurkan untuk
tidak berbicara
terus menerus.
 Kolaborasikan
dengan dokter
obat-obatan yang
diperlukan untuk
meringankan rasa
nyeri
6. Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Teaching : disease
pengetahuan b/d keperawatan selama..24 jam proses
kurang informasi klien menunjukkan  Berikan penilaian
tentang program peningkatan pengetahuan tentang tingkat
untuk pengobatan Criteria Hasil : pengetahuan
untuk terapi.  Pasien dan keluarga pasien tentang
menyatakan pemahaman proses penyakit
tentang penyakit, kondisi, yang spesifik
prognosis dan program  Jelaskan
pengobatan. Patofisiologi dari
 Pasien dan keluarga penyakit dan
mampu melaksanakan bagaimana hal ini
prosedur yang di jelaskan berhubungan
secara benar. dengan anatomi
 Pasien dan keluarga dan fisiologi ,
mampu menjelaskan dengan cara yang
kembali apa yang di tepat
jelaskan perawat / tim  Gambarkan tanda
kesehatan lainnya dan gejala yang
biasa muncul
pada penyakit,
dengan cara yang
tepat
 Gambarkan
proses penyakit ,
dengan cara yang
tepat
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
 Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
 Hindari jaminan
yang kosong
 Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan.
7. Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Anxiety Reducation
pengetahuan b/d keperawatan selama..24 jam ( penurunan
kurang informasi klien menunjukkan sikap kecemasan )
tentang program kontrol emosi  Gunakan
untuk pengobatan Kriteria Hasil : pendekatan yang
untuk terapi.  Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi dan  Nyatanya dengan
mengungkapkan gejala jelas harapan
cemas terhadap pelaku
 Mengidentifikasi, pasien
mengungkapkan dan  Jelaskan semua
menunjukkan teknik prosedur dan apa
untuk mengontrol cemas yang di rasakan
 Vital sign dalam batas selama prosedur
normal  Pahami perspektif
 Postur tubuh, ekspresi pasien terhadap
wajah, bahasa tubuh dan situasi stres
tingkat aktivitas  Temani pasien
menunjukkan untuk
berkurangnya kecemasan. memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
 Dorong keluarga
untuk menemani
anak
 Lakukan back /
neck rub
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Identifikasi
tingkat
kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
 Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,2012. Konsep
dan penulisan asuhan keperawatan, Yogyakarta: Graha ilmu).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter, Perry,2009. Fundamental of Nursin 7 the
Edittio).
Tahapan – tahapan evaluasi terdiri dari:
1. Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi.
2. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah
terpenuhi.
3. Menginterpretasi dan meringkas data.
4. Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis.
5. Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan.(Potter &
Perry,2009).

Anda mungkin juga menyukai