Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA TIROID
DI RUANG GILI TRAWANGAN RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMBIMBING AKADEMIK :
AAN DWI SENTANA, M.Kep.

PEMBIMBING LAHAN :

DISUSUN OLEH :

SYAKIRATUN NIKMAH (P07120421040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. TINJAUAN TEORI KASUS

1. Definisi
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4
tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid
jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid
sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasikemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi
hipertiroidisme (Tandra, 2011).
 Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering
dijumpai dan diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada
tahun 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat lebih
kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika Serikat. Dimana
perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi
16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di
Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan ke 9 dari 10
kanker terbanyak (4,43%).2  (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
2. Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma
tiroid:
a. kenaikan sekresi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dari
kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon
T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake
iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah
menjadi kanker.
b. penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas
terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher
dan mediastinum;
c. faktor genetik.
Adanya riwayat keturunan dari keluarga (Gruendemann &
Fersebner, 2005).
3. Tanda dan Gejala
Sebuah benjolan, atau bintil dileher depan (mungkin cepat tumbuh
atau keras) didekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang
paling umum kanker tiroid. (jurnal, oktahermoniza, 2013).
a. Sakit ditenggorokan atau yang dapat memperpanjang ketelinga.
b. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal
c. Pembekakan kelenjar getah bening, terutama dileher. Mereka dapat
ditemukan selama pemeriksaan fisik.
d. Kesulitan dalam menelan atau bernapasatau sakit ditenggorokan
atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor
kerongkongan anda.
e. Batuk terus menerus tanpa dingin atau penyakit lain.
f. Adanya pembengkakan pada leher
g. Kesulitan menelan
4. Patofisiologi
Tambayong (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), Tandra
(2011) menjelaskan bahwa karsinoma tiroid merupakan neoplasma
yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara
normal memproduksi hormon tiroid yang penting untuk metabolisme
tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, laring,
faring, esofagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain
pada leher dan kulit.
Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan
metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker
ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun
yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah
bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di
ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di
dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut.
Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non
spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH)
memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar
tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses
yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses
pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
Clinical Pathway

Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada,

riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

timbul neoplasma, pertumbuhan kecil


(nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3,T4, Kalsitonin meningkat

massa tiroid meningkat, berdiferensi

memunculkan kanker tiroid Kurang


pengetahuan

Pembengkakan laring menyebar melalui aliran darah&


saluran getah bening

Cedera pita
meluas dengan metastasis dan
suara, serak Cedera pita
suara, serak Gangguan invasi kelenjar dan organ hati,
menelan
paru-paru dan tulang tubuh
Gangguan
komunikasi Nyeri akut
verbal
5. Komplikasi dan Klasifikasi
a. Klasifikasi ca tiroid
Tambayong (2000), Gruendemann & Fersebner (2005), Tandra
(2011) menjelaskan bahwa berdasarkan jenis selnya dari hasil
pemeriksaan patologi, ada beberapa tipe kanker tiroid yaitu:

1. kanker tiroid tipe papiler


Pertumbuhannya lambat sekali dan jika dibedah kemungkinan
sembuh sangat besar. Pertumbuhan tumor biasanya terbatas di dalam
kelenjar tiroid dan ke jaringan perikapsul serta kelenjar leher lateral.
Pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan sisa sel kanker
juga memberi hasil yang cukup baik. Kanker tipe papiler ini paling
banyak dijumpai dan lebih banyak terjadi pada wanita muda.
Apabila bermetastasis, paru dan tulang adalah tempat yang tersering.
2. kanker tiroid tipe folikuler
Kanker ini biasanya dijumpai pada usia di atas 50 tahun dan jenis ini
lebih mudah menyebar ke organ tubuh lainnya daripada tipe papiler.
Kelenjar tiroid kemunginan besar tetap menghasilkan hormon tiroid
(T3 dan T4) dan pada sebagian kasus hal ini dapat menimbulkan
hipertiroidisme namun jarang terjadi pembesaran kelenjar limfe.
3. kanker tiroid tipe meduler
Kanker ini tumbuh dari sel parafolikuler yang disebut juga sel C
yang bertugas membuat hormon kalsitonin dengan fungsi mengatur
kalsium dalam darah. Kanker ini jarang terjadi hanya 3-4 persen
namun pertumbuhannya lebih cepat daripada kanker tipe papiler atau
folikuler. Pasien mungkin datang dengan suara serak, disfagia, atau
kemerahan, dapat disertai diare juga. Tipe ini bermetastasis ke
mediastinum superior dan kemudian ke paru, tulang, dan hati.
4. kanker tiroid tipe anaplastik
Kanker ini sering muncul di luar kapsul, pertumbuhannya cepat serta
menyebar ke organ tubuh lain serta hasil pengobatan dengan
kemoterapi juga tidak memberi banyak harapan. Jenis ini sangat
jarang yaitu tidak lebih dari 2 persen. Pasien sering memiliki riwayat
massa keras yang tumbuh cepat di leher. Metastasis biasanya ke
mediastinum dan paru. Pasien datang dengan pembesaran kelenjar
tiroid yang nyeri. Pada mulanya pasien hanya mengeluh tentang
adanya tumor di daerah tiroid. Dengan menyebarnya kanker ini ke
sekitar, timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan.
b. Komplikasi ca Tiroid
Menurut ( jurnal, Oktahermoniza, 2013) komplikasi yang sering
muncul pada kanker tiroid adalah:
1. Perdarahan
Risiko ini minimum namun hati-hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain pada pasien setelah oprasi.
2. Masalah terbukanya vena besar ( vena tiroide superior ) dan
menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring
4. Sepsis yang meluas kemediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang
ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
6. Manifestasi Klinis Ca Tiroid
Tanda pertama adanya suatu tumor tiroid yang mungkin adalah
benjolan di leher. Seiring dengan pertumbuhan massa di kelenjar tiroid,
dapat terjadi penekanan pada laring, trakea, dan esofagus. Penekanan
terhadap struktur tersebut dapat menimbulkan gejala berupa disfonia,
dispnea, dan disfagia (Gruendemann & Fersebner, 2005).
Tandra (2011) menjelaskan kecurigaan klinis adanya karsinoma
tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan
rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
a. riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga;
b. pertumbuhan tumor cepat;
c. nodul teraba keras;
d. fiksasi daerah sekitar;
e. paralisis pita suara;
f. pembesaran kelenjar limpa regional;
g. adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
a. usia > 60 tahun;
b. riwayat radiasi leher;
c. jenis kelamin pria dengan nodul soliter;
d. tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar;
e. diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
7. Pemeriksaan Diagnostic
Menurut Baughman & Hackley (2000), Gruendemann & Fersebner
(2005), beberapa pemeriksaan guna mendiagnosis kanker tiroid yang
dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Laboratorium
1). pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
2). untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa
kadar kalsitonin dan vma.
b. Radiologi
1). Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2).Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
3). Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda
adanya infiltrasi ke esophagus.
4).Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau mri
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk
menilai sampai di mana metastase terjadi.
5).Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman
dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik
biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.
6).Biopsi jarum dari kelenjar tiroid.
7). Ultrasonografi, MRI, pemindai CT, pemindai tiroid, pemeriksaan
ambilan iodin radioaktif, dan uji supresi tiroid.
8. PenatalaksanaanMedis
Baughman & Hackley (2000), Brooker (2008) mengatakan bahwa
terdapat beberapa penatalaksanaan kanker tiroid yaitu:

a. pengobatan pilihan adalah pengangkatan melalui pembedahan


(tiroidektomi total atau mendekati total) diikuti dengan pemberian
iodium radioaktif;
b. diseksi leher radikal ekstensif atau dimodifikasi jika sudah mengenai
nodus limfe;
c. diberikan hormon tiroid dalam dosis supresif setelah pembedahan
untuk menurunkan kadar TSH sampai status eutiroid;
d. dibutuhkan tiroksin secara permanen jika jaringan tiroid yang tersisa
tidak adekuat menghasilkan hormon;
e. terapi radiasi dilakukan melalui beberapa rute;
f. kemoterapi hanya digunakan kadang-kadang saja.
B. KONSEO DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Identitas klien : terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan, tanggal
MRS, tanggal pengkajian dan sumber informasi.
2) Riwayat Kesehatan
- Diagnosa Medik :
- Keluhan utama yang mungkin muncul yaitu
- Riwayat Penyakit Sekarang:
- Riwayat Kesehatan Terdahulu :
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
4) Pengkajian Keperawatan
- Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan : persepsi terhadap
kesehatan baik sehingga langsung memeriksakan ke pelayanan
kesehatan ketika terdapat keluhan kesehatan.
- Pola nutrisi : mengukur antropometri yang terdiri dai BB,TB,IMT
mulai sebelum masuk hingga dirawat di RS, biasanya tidak ada
masalah.
- Pola eliminasi :
- Pola aktivitas & latihan : aktivitas yang dapat dilakukan saat
mengalami sakit
- Pola tidur & istirahat : sering terbangun karena rasa ingin kencing
terus menerus ataupun masalah urinary lainnya
- Pola Kognitif & perseptual : mudah di ajak berkomunikasi dan
kooperatif ketika ditanya terkait pengkajian
- Pola persepsi diri : percaya diri dan menerima terhadap kondisi
penyakitnya
- Pola seksualitas & reproduksi: pola seksualitas biasanya bermasalah
- Pola peran & hubungan: memiliki hubungan yang baik dengan
keluarganya
- Pola manajemen koping-stress: Saat mengalami masalah, klien
bercerita dengan keluarganya.
- Sistem nilai & keyakinan: berkeyakinan bahwa rasa sakit yang saat
ini dirasakan merupakan ujian dari Allah yang harus dihadapi.
5) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : lemah
- Tanda-tanda vital : dilakukan pengukuran tekanan darah, suhu, nadi
RR saturasi oksigen
- Pengkajian Fisik Had to toe
1. Kepala & wajah : tidak ada benjolan, bentuk simetris, wajah pucat
2. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, reflk
pupil baik
3. Hidung: simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Bibir : simetris, mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang
bersih, reflek menelan kurang baik
5. Telinga: simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
6. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
7. Paru-paru
Inspeksi: simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, fremitus kanan dan kiri
Perkusi : terdengar sonor
Auskultasi: tidak ada suara tambahan
8. Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus terapa di RIC 5
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi: suara jantung S1 S2 tunggal
9. Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi: bising usus normsl
Perkusi: timpani
Palpasi: ada nyeri tekan,
10. Genetalia : biasanya terpasang kateter, apabila menderita BPH
maka akan terjadi pembengkakan pada prostat
11. Ekstremitas : kulit teraba kering dan hangat, CRT <2 detik
6) Pemeriksaan Penunjang
a. BUN (Normal: 10-20 mg/100ml)
b. Tes urin Urinalisis
c. Pemeriksaan dubur digital (DRE)
d. Antigen Spesifik Prostat (PSA)
e. USG:
f. Sistoskopi:
2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
a. Nyeri akut
b. Gangguan menelan
c. Gangguan komunikasi verbal
3. Perencanaan Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Setelah dilakukan tindakan Observasi
Pengalaman sensorik atau keperawatan selama ...x...jam - Identifikasi lokasi,
emosional yang berkaitan diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
dengan kerusakan jaringan berkurang dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas, intensitas
aktual atau fungsional, - Kemampuan menuntaskan nyeri
dengan onset mendadak atau aktivitas (5) - Identifikasi skala nyeri
lambat dan berintensitas - Keluhan nyeri (5) - Idenfitikasi respon nyeri non
ringan hingga berat yang - Meringis (5) verbal
berlangsung kurang dari 3 - Sikap protektif (5) - Identifikasi faktor yang
bulan. - Gelisah (5) memperberat dan
Penyebab : - Kesulitan tidur (5) memperingan nyeri
1. Agen pencedera fisiologis - Menarik diri (5) - Identifikasi pengetahuan dan
(mis. infarmasi, lakemia, - Berfokus pada diri sendiri keyakinan tentang nyeri
neoplasma) (5) - Identifikasi pengaruh budaya
2.Agen pencedera kimiawi - Diaforesis (5) terhadap respon nyeri
(mis. terbakar, bahan kimia - Perasaan depresi (tertekan) - Identifikasi pengaruh nyeri
iritan) (5) pada kualitas hidup
3.Agen pencedera fisik - Perasaan takut mengalami - Monitor keberhasilan terapi
(mis.abses, amputasi, cedera berulang (5) komplementer yang sudah
terbakar, terpotong, - Anoreksia (5) diberikan
mengangkat berat, prosedur - Perineum terasa tertekan - Monitor efek samping
operasi, trauma, latihan (5) penggunaan analgetik
fisik berlebihan) - Uterus terasa membulat (5) Terapeutik
Gejala dan tanda mayor - Ketegangan otot (5) - Berikan Teknik
Subjektif - Pupil dilatasi (5) nonfarmakologis untuk
1.mengeluh nyeri - Muntah (5) mengurangi nyeri (mis:
Objektif - Mual (5) TENS, hypnosis, akupresur,
1.Tampak meringis - Frekuensi nadi (5) terapi music, biofeedback,
2.Bersikap protektif (mis. - Pola napas (5) terapi pijat, aromaterapi,
waspada, posisi - Tekanan darah (5) Teknik imajinasi terbimbing,
menghindari nyeri) - Proses berpikir (5) kompres hangat/dingin, terapi
3.Gelisah - Fokus (5) bermain)
4.Frekuensi nadi meningkat - Fungsi berkemih (5) - Kontrol lingkungan yang
5.Sulit tidur - Perilaku (5) memperberat rasa nyeri (mis:
Gejala dan tanda minor - Nafsu makan (5) suhu ruangan, pencahayaan,
Subjektif - Pola tidur (5) kebisingan)
(tidak tersedia) - Fasilitasi istirahat dan tidur
Objektif - Pertimbangkan jenis dan
1.Tekanan darah meningkat sumber nyeri dalam pemilihan
2.pola napas berubah strategi meredakan nyeri
3.nafsu makan berubah
4.proses berpikir terganggu Edukasi
5.Menarik diri - Jelaskan penyebab, periode,
6.Berfokus pada diri sendiri dan pemicu nyeri
7.Diaforesis - Jelaskan strategi meredakan
Kondi Klinis Terkait nyeri
1.Kondisi pembedahan - Anjurkan memonitor nyeri
2.Cedera traumatis secara mandiri
3.Infeksi - Anjurkan menggunakan
4.Sindrom koroner akut analgesik secara tepat
5.Glaukoma - Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri

2 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Status menelan
Gangguan menelan
Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri : makan
Definisi
keperawatan selama ...x...jam atau minum
Fungsi menelan abnormal
diharapkan gangguan menelan Observasi
akibat defisit struktur atau
berkurang dengan kriteria hasil - Identifikasi diet yang
fungsi oral, faring atau
- Mempertahankan makanan dianjurkan
esofagus.
dimulut (5) - Monitor kemampuan menelan
Penyebab
- Reflek menelan (5) - Monitor status hidrasi pasien,
1.Gangguan serebrovaskular
- Kemampuan megosongkan jika perlu
2.Gangguan saraf kranialis
mulut (5) Terapeutik
3.Paralisis serebral
- Kemampuan mengunyah - ciptakan lingkungan yang
4.Akalasia
(5) menyenangkan selama makan
5.Abnormalitas laring
- Usaha menelan (5) - atur posisi yang nyaman
6.Abnormalitas orofaring
- Pembentukan bolus (5) untuk makan/ minum
7.Anomali jalan napas atas
- Frekuensi tersedak (5) - lakukan oral hygiene sebelum
8.Defek anatomik kongenital
- Batuk (5) makan, jika perlu
9.Defek laring
- Muntah (5) - letakkan makanan disisi mata
10.Defek nasal
- Refluks lambung (5) yang sehat
11.Defek rongga nasofaring
- Gelisah (5) - sediakan sedotan untuk
12.Defek trakea
- Regurgltasi (5) minum, sesuai kebutuhan
13.Refluk gastroesofagus - Produk saliva (5) - siapkan makanan dengan suhu
14.Obstruksi mekanis - Penerimaan makanan (5) yang meningkatkan nafsu
15.prematuritas - Kualitas suara (5) makan
Gejala dan Tanda Mayor - sediakan makanan dan
Subjektif miuman yang disukai
1.Mengeleuh sulit menelan - berikan bantuan saat makan/
Objektif minum sesuai tingkat
1.Batuk sebelum menelan kemendirian, jika perlu
2.Batuk setelah makan atau - motivasi untuk makan diruang
minum makan, jika tersedia
3.Tersedak Edukasi
4.Makanan tertinggal di - jelaskan posisi makanan pada
rongga mulut pasien yang mengalami
Gejala dan Tanda Minor gangguan penglihatan dengan
Subjektif mrnggunskan arah jarum jam
Oral ( mis. Sayur dijam 12,
(tidak tersedia) rendang dijam 3)
Kolaborasi
Faring - kolaborasi pemberian obat
1.Menolak makan (mis. Analgesik, antimetik),
sesuai indikasi
Esofagus
1.Menegeluh bangun
dimalam hari
2.Nyeri epigastrik
Objektif
Oral
1.Bolus masuk terlalu cepat
2.Refluks nasal
3.Tidak mampu
membersihkan rongga
mulut
4.Makanan jatuh dari mulut
5.Makanan terdorong keluar
dari mulut
6.Sulit mengunyah
7.Muntah sebelum menelan
8.Bolus terbentuk lama
9.Waktu makan lama
10.Porsi makan tidak habis
11.Fase oral abnormal
12.Mengiler

Faring
1.Muntah
2.Posisi kepala kurang
elevasi
3.Menelan berulang-ulang

Esofagus
1.Hematemesis
2.Gelisah
3.Regurgitasi
4.Odinofagia
5.Bruksisme
DAFTAR PUSTAKA

Asian Cancer. 2012. Pengobatan Kanker Kelenjar Tiroid.


http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment/thyroid-cancer-
treatment/. [Diakses tanggal 15 maret 2019].
Baradero, M., Dayrit, M. W., dan Siswadi, Y. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien
Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Baughman, D. C. & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Sixth Edition.
United States of America: Elsevier Mosby Corwin, E. J. 2009. Patofisiologi.
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. 2012. Nanda International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.
Moorhead, S., dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition.
United States of America: Mosby Elsevier.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tandra, H. 2011. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid: Segala Sesuatu yang
Harus Anda Ketahui tentang Kelainan Kelenjar Gondok. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

1
2

Anda mungkin juga menyukai