Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA TIROID

OLEH :

SHILDA SURESCI HARSEL

KELOMPOK: V

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi
Kanker tiroid merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang abnormal dikarenakan
sel-sel dari kelenjar tiroid tumbuh di luar kendali dan bermutasi, berasal dari sel
abnormal kelenjar tiroid itu sendiri dan berubah menjadi kanker. Pembesaran dari
kalenjar tiroid disebut sebagai nodul tiroid. Sebagian besar nodul tersebut berisi
cairan dan nodul padat berisi sedikit cairan atau koloid, cairan yang berasal dari
nodul ini cenderung bersifat kanker [ CITATION Lie19 \l 1057 ].

2. Etiologi
Menurt Hospital Authory (2018) yaitu
a. Genetik
Seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit gondok, kanker tiroid
medullary familial, neoplasia endokrin multiple atau poliposis adenomatasa
familial, dimana anggota keluarga yang lain memiliki kesempatan lebih
tinggi untuk terkena kanker tyroid.
b. Jenis kelamin dan usia
Hapir semua penyakit tiroid terjadi tiga kali lebih sering pada wanita dari
pada laki-laki. Kanker tiroid dapat terjadi pada usia berapa pun, dengan
resiko untuk wanita yang paling sering berusia 40-an atau 50-an dan pria di
usia 60-an atau 70-an [ CITATION Lie19 \l 1057 ].
c. Sejarah pribadi
Seseorang yang memiliki riwayat seperti gondok dan nodul tiroid jinak, akan
memiliki peluang yang besar untuk menderita tiroid.
d. Perubahan lingkungan
1) Yodium dalam makanan
Kurang konsumsi yodium akan menyebabkan kemungkinan labih tinggi
menderita kanker tiroid.
2) Radiasi
Mendapatkan papran radiasi di waktu kecil dan berada pada daerah yang
memiliki paparan radiasi tinggi.
3. Klasifikasi kanker tiroid
Berdasarkan tingkat keganasan:
a. Kanker tiroid jinak: tidak akan menggangu aktivitas atau fungsi bagian tubuh
lainnya.
b. Kanker tiroid ganas: akan menggangu fungsi tubuh dan akan menyebar
keseluruh tubuh secara sporadik sehingga dapat menyebabkan kematian
[ CITATION Han14 \l 1057 ].

4. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


a. Terdapat pembengkakn pada leher.
b. Gangguan menelan yang menunjukan adanya desakan esophagus atau
perasaan sesak yang menunjukan adanya desakan/ infiltrasi ke trakea.
c. Suara terdengar serak.
d. Pembesaran kalenjar getah bening dileher (metatasis).
e. Perasaan sesak dan batuk yang disertai batuk berdarah.
f. Sakit dileher atau tenggorokan yang dapat menjalar ke telingga [ CITATION
Han14 \l 1057 ].

5. Patofisiologi
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesar dari tiroid. Nodule-nodule tiroid
dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter
bersifat karsinoma. Karsinoma tiroid biasanya kurang dapat mengkap adanya
yodium radioaktif dibandingkan dengan tiroid normal yang terdapat
disekelilingnya. Nodule tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan
yodium radioaktif yang berkurang, teknik yang lainnya dalah dengan echografi
tiroid untuk membedakan anatara masa padat dan masa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, masa kistik biasnya merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai dengan tanda dan gejala klinis yang mengarah
pada kanker tiroid. Kelenjar tiroid memiliki 2 jenis sel utama [ CITATION Lie19 \l
1057 ]:
a. Sel-sel folikel menggunakan yodium dari darah untuk membuat hormon
tiroid, yang membantu mengatur metabolisme seseorang. Memiliki terlalu
banyak hormon tiroid (hipertiroidisme) dapat menyebabkan detak jantung
yang cepat atau tidak teratur, sulit tidur, gugup, lapar, penurunan berat
badan dan perasaan terlalu hangat. Memiliki terlalu sedikit hormone
(hipotiroidisme) menyebabkan seseorang melambat, merasa lelah, dan
menambah berat badan. Jumlah hormon tiroid yang dilepaskan oleh tiroid
diatur oleh kelenjar hipofisis di dasar otak, yang membuat zat yang disebut
hormon perangsang tiroid (TSH).
b. Sel C (juga disebut sel parafollicular) membuat kalsitonin, hormon yang
membantu mengendalikan kalsium tubuh, tidak dikendalikan oleh TSH.
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kdar
kalsium plasma yang tinggi dengan meningkatkan jumlah penumpukan
kalsium dalam tulang untuk menurunkan kadr kalsium tersebut. Sel-sel
lain yang kurang umum di kelenjar tiroid seperti sel sistem kekebalan
(limfosit) dan sel suportif (stromal) [ CITATION Sme10 \l 1057 ].
6. WOC

Terapi Penyinaran di Kepala, Leher Riwayat Keluarga Kelebihan dan Kekurangan


dan Dada
Yodiium

Timbul Neoplasma, Pertumbuhan Kecil


diKelenjar Tiroid

Hipotalamus Melepas TRH

Hipofisis Anterior akan Merangsang

Peningkatan Sekresi TSH

Masa Tiriod Meningkat, Berdiferensi

T3, T4 kalsitonin Meningkat

Menekan trakea Pembesaran pada leher Menekan esofagus

Kesulitan bernafas Gangguan mobilisasi Nutrisi tidak adekuat

Sesak nafas
Ketidak seimbangan nutrisi

Pola nafas tidak efektif


7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan hormon (TSH), ketika TSH normal aspirasi harus
dipertimbangkan dan ketika kadar hormon rendah diagnosis
hipertiroidsme harus dipertimbangkan. Pemeriksaan serum kalsitonin
harus diukur pada pasien dengan riwayat kelurga kanker tiroid
medular. Tes fungsi tiroid tidak boleh digunakan untuk membedajkan
apakah nodul tiroid jinak atau gans. T4 antibodi peroksidase antitiroid
dan tes tiroglobulin tidak mambantu dalam menentukan apakah nodul
tiroid jinak atau ganas, tetapi mungkin membantu dalam diagnosis
penyait tiroiditis hashimoto [CITATION Heg04 \l 1057 ].
- Tes darah: Tes darah tidak digunakan untuk menemukan kanker tiroid.
Tetapi mereka dapat membantu menunjukkan apakah tiroid bekerja
secara normal dan untuk memantau kanker tertentu. Tes darah lainnya
juga dilakukan untuk kepentingan operasi untuk memeriksa jumlah sel
darah, untuk mencari kelainan pendarahan, dan untuk memeriksa
fungsi hati dan ginjal.
b. Pemeiksaan radiologi
- Foto rontgen: dilakukan dengan sinar rontgen ke paru pada posisi
anteroposterior (AP) untuk dapat menilai dan berperan dalam
menentukan luasnya tumor dan ada terjadi metastasis atau tidak
[ CITATION Thy12 \l 1057 ].
- USG: dilakukan dengan posisi transuder yaitu secara transversal mulai
dari pole bawah digeser ke arah cephalad sampai pole atas sehingga
seluruh tiroid dapat dinilai. Dan dilakuakan dengan posisi transduser
longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan
pemotretan dengan foto polaroid atau film multiformat, serta diambil
ukuran tiroid dan ukuran tumor yang tampak [ CITATION Han14 \l
1057 ].
- Ultrasonografi: Ultrasonografi menggunakan gelombang suara untuk
menentukan apakah nodul tiroid padat atau berisi cairan, untuk
memeriksa jumlah dan ukuran nodul tiroid serta mendeteksi
penyebaran kanker tiroid ke kelenjar getah bening.
- Pemindaian radioiodine: Pemindaian radioiodine dapat digunakan
membantu menentukan kemungkinan benjolan yang ada di leher
berupa tumor atau tidak.
- Rontgen dada: Rontgen pada dilakukan untuk melihat sampai mana
metatase kanker tersebut.
- Tomografi komputer (CT): CT-scan digunakan untuk melihat
perluasan tumor, namun kekurangan pada CT ini tidak dapat
memebedakan secara pasti tumr jinak atau ganas.
- Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI): untuk melihat kanker
tiroid dimana atau kanker tiroid telah sampai mana. Atau telah sampai
metatase ke bagian mana. Pada MRI kita dapat memberikan gambar
yang sangat rinci dari jaringan lunak seperti kelenjar tiroid.
- Pemindaian tomografi emisi positron (PET): Pemindaian PET
digunakan untuk mengetahui penyebaran kanker ke bagian tubuh yang
lain (terutama pada kanker tiroid yang menyerap yodium radioaktif)
- Biopsi: Diagnosis kanker tiroid ditegakkan dengan biopsi, sel-sel
tiroid yang dicurigai kanker diangkat dan diperiksa di laboratorium
dengan aspirasi jarum halus.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

a. Terapi Radioaktif Iodine (Radioiodine)


Digunakan untuk mengempiskan (menghancurkan) jaringan tiroid yang tidak
dihilangkan dengan operasi atau untuk mengobati beberapa jenis kanker tiroid
yang telah menyebar ke kelenjar getah bening dan bagian lain dari tubuh.
b. Terapi Hormon
Pada pasien post tiroidektomi, tiroid telah diangkat, tubuh tidak lagi dapat
membuat hormon tiroid yang dibutuhkan. Pil hormon tiroid (levothyroxine)
perlu diberikan secara oral untuk menggantikan hormon secara alami dan
membantu mempertahankan metabolisme normal dan kemungkinan
menurunkan risiko kanker kembali.
c. Terapi Radiasi Sinar Eksternal
Terapi radiasi sinar eksternal menggunakan sinar berenergi tinggi (partikel)
untuk menghancurkan sel kanker atau memperlambat pertumbuhan kanker.
Terapi ini membantu mengobati kanker atau menurunkan kemungkinan kanker
kembali di leher setelah operasi. Efek samping yang dirasakan dari perawatan
ini adalah radiasi dapat menghancurkan jaringan sehat di dekatnya bersama
dengan sel-sel kanker.
d. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi sistemik, yang berarti bahwa obat memasuki aliran
darah dan bergerak ke seluruh tubuh untuk mencapai dan menghancurkan sel-
sel kanker. Sering dikombinasikan dengan terapi radiasi sinar eksternal untuk
kanker tiroid anaplastik dan kadang-kadang digunakan untuk kanker stadium
lanjut lainnya yang tidak lagi menanggapi pengobatan lain.
e. Terapi target
Terapi target untuk kanker tiroid adalah obat-obatan baru yang secara khusus
ditargetkan pada sel yang mengalami perubahan abnormal yang menyebabkan
sel menjadi kanker tiroid
f. Tiroidektomi
Tiroidektomi adalah operasi untuk mengangkat kelenjar tiroid. Tiroidektomi
parsial atau total adalah terapi primer pada karsinoma tiroid, hipertiroidsme atau
hiperparatiroidisme dengan tipe dan luas operasi tergantung pada hasil
diagnosis tujuan pembedahan serta prognosis [ CITATION Sme10 \l 1057 ].

9. Komplikasi
a. Perdarahan: Risiko ini sedikit terjadi, namun harus pada pasien yang
selesai melakukan operasi yaitu dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara.
c. Trauma pada nervus laringeus rekurens: Trauma pada nervus bisa
menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada riwayat sekarang yang di tanyakan tentang obat, prosedur operasi
dan diagnosis, nyeri, inflamasi /infeksi, manifestasi gastrointestinal, manifestasi
vaskuler, perubahan mental, manifestasi visual, perubahan sistem perkemihan /
reproduksi.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya yang ditanyakan yaitu penyakit yang pernah diderita pasien yang
berhubugan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat
mempengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita pasien saat ini.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ditanyakan tentang riwayat penyakit dalam keluarga menderita penyakit
Tumor tiroid atau penyakit keturunan atau menular.
2. Pengkajian 11 pola fungsional Gordon
a. Pola Persepsi-Manajer Kesehatan
Biasanya pada pola ini mengambarkan tentang persepsi keluarga terhadap
kesehatan dan upaya preventif kesehatan lingkungan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola ini biasanya berisikan masukan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit,Asupan makanan (kebiasaan makan,jenis dan banyaknya, kesukaan
dan pantangan, kemamouan mengunyah,menelan, makan sendiri gigi,membran
mukosa nafsu makan, pola makan, diet, perubahan Bb dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan diambil, mual / muntah, Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /
manfaat kulit, makanan kesukaan. Asupan cairan (banyaknya perhari, mual dan
muntah)
c. Pola Eliminasi
Biasanya pada penderita kanker tiroid tidak terjadi perubahan pola
pembuangan dan persepsi klien.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Biasanya pada aktivitas berisikan tentang pola latihan, aktifitas, bersenang-
senang, dan rekreasi dan kegiatan sehari-hari, mobilisasi (kaji massa/tonus
otot, tremor, rentang gerak,kekuatan, deformitas).faktor yang mempengaruhi
gerakan dan latihan sakit,pembatasan, tindakan dan pengaturan posisi.
e. Kognitif Perseptual
Biasaya pada pola ini dilakukan tentang pengkajian keadekuatan alat sensori,
persepsi nyeri, fungsional kognitif dan observasi tingkat nyeri lokasi,
intensitas, frekuensi kualitas dan durasi (PQRST)
f. Pola Istirahat – Tidur
Biasanya pada pola ini ditanyakan tentang period istirahat-relaksasi selama 24
jam serta kualitas dan kuantitas dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur
pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, mengeluh letih. Post operasi biasanya sulit untuk tidur dan
beristirahat karena merasa tidak nyaman.
g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Pola ini menggambarkan kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri,
harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Pada umumnya memecahkan
gangguan konsep diri, merasa cemas dan takut jika ditinggal pasangan, merasa
tidak berdaya dan berguna lagi
h. Pola Peran dan Hubungan
Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran terbadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal pekerjaan, tempat tinggal,
tidak punya rumah, tingkah laku yang pasif / agresif teradap orang lain,
masalah keuangan dll.
i. Pola Reproduksi / Seksual
Pola ini dilakukan pengkajian untuk menggambarkan kepuasan dan ketidak
puasan yang dirasakan dgn seksualtas atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas, dampak sakit berpikir terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae riwayat penyakit hub seks, pemeriksaan genital.
j. Pola Pertahanan Diri
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stres dan penggunaan sistem
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stres, Interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek
penyakit terhadap tingkat streas.
k. Pola Keyakinan Dan Nilai
Dapat menggambarkan tentang keyakinan dan nilai pasien yang dimana ada
keyakinan termasuk spiritual, menerangkan sikup dan keyakinan dalam
melakuanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan
keagamaan dan budaya, berbagi dengan orang lain, membuktikan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: biasanya pada keadaan umum kita melihat bagaimana
keadaan umum pasien, melihat tingkat kesadaran dan GCS pasien dan disana
kita juga melakuakan pemeriksaan TTV
b. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala: bentuk kepala, ukuran, simetri dan proporsi bersamaan dengan ruam
muka apakah ada kecemasan
2) Mata: Lihat posisi dari mata, simetrinya, bentuk dan kedipan kelopak mata.
3) Hidung
Inspeksi: biasanya pada hidung kita dapat melihat adanya keberadaan sekret
atau tidak, kesimetrisan, terpasang NGT atau tidak. Palpasi: biasanya kita
dapat memeriksa adanya keberadaan benjolan atau masa di dalam hidung.
4) Telinga
Inspeksi: biasanya kita melihat kesimetrisan, keberadaan sekret atau tidak,
ada atau tidaknya darah atau cairan. Palpasi: pada palpasi telingga kita dapat
mentukan adanya keberadaan edema dibagian telinga.
5) Mulut
Inspeksi mulut kita dapat melithat kesimetrisan, pemeriksaan mukosa bibir,
lidah, adanya gigi berlubang atau tidak, karies atau tidak, pemeriksaan tonil,
kesulitan menelan atau tidak.
6) Leher
Inspeksi bisa dari leher kita bisa mengkaji kesemetrisan leher, arah atau
adanya permbesaran kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid, insisi bekas
operasi
7) Paru-paru
Inspeksi: pengembangan dinding dada, statis (kiri kanan) dinamisPalpasi:
fremitus meningkat atau menurun.Perkusi: Hipersonor, sonor, redup, pekak
(cairan/jaringan padat) Auskultasi: bunyi nafas vesikuler, broncovesikuler
suara tambahan mengi, ronkhi, galop.
8) Jantung
Inspeksi: ictus kordis terlihat atau tidak
Palpasi: letak ictus kordis pada SIC V di sebelah Medial Linea
Midclavikularis Sinistra bergeser atau tidak, kekuatan IC kuat atau tidak
Perkusi: kesan batas jantung melebar atau tidak
Auskultasi: Bunyi jantung normal atau tidak, reguler atau ireguler, bising
jantung pansistolik atau
9) Abdomen
Perkusi: melihat keadaan perut, kulit abdomen, kontur, simetri, gelombang
peristaltic
Palpasi: meraba hepar dan limfe apakah mengalami pembesaran atau tidak,
Perkusi: kekakuan, nyeri tekan, massa proporsi dan pola tympani serta pekak
Auskultasi: mendengarkan bising usus, desiran
10) Ekstremitas
Biasanya pada pemeriksaan eksterimitas ini kita lakukan terhadap kedua
eksterimitas kaki dan tangan untuk melihat kekuatan otot gangguan pada
ekstremitas, adanya lesi atau luka, dan alat yang terpasang pada ekstremitas
11) Kulit
Dipemeriksaan kulit kita dapat melihat warna kulit, pigmentasi, striae,
ekimosis, atau binti-bintik.
12) Genitalia : Kaji apakah terpasang kateter atau tidak dan gangguan lainnya
4. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas


b. Hambatan mobilitas
c. Ketidak seimbangan nutrisi
5. Perencanaan keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidak efektifan Status pernafasan Manajemen jalan nafas
pola nafas Indikator : a. Posisikan pasien untuk
 Frekuensi memaksimalka nventilasi
pernafasan normal b. Auskultasi suara nafas, catat
 Irama pernafasan area yang ventilasinya
normal menurun atau tidak ada dan
 Kedalaman inspirasi adanya suara tambahan
normal c. Posisikan untuk
 Suara auskultasi meringankan sesak nafas
normal d. Monitor status pernafasan
 Kepatenan jalan dan oksigenasi sebagaimana
nafas normal mestinya.
 Saturasi oksigen
normal Monitor pernafasan
a. Monitor kecepatam, irama,
kedalaman dan kesulitas
Status pernafasan: ventilasi bernafas
Indikator : b. Catat pergerakan dinding
 Frekuensi pernafasan dada,
dalam rentang normal c. Catat ketidaksimetri san,
 Irama pernafasan penggunaan otot-otot bantu
normal nafas
d. Monitor suara nafas
 Kedalaman inspirasi tambahan, seperti ngorok,
normalHasil rontgen mengi
dada normal e. Monitor pola nafas
 Penggunaan otot bantu (misalnya, bradipneu,
nafas tidak ada takipneu, hiperventilasi)
f. Monitor saturasi oksigen
 Suara nafas tambahan pada pasien
tidakada g. Palpasi kesimetrisan
 Tidak ada dispnea saat ekspensi paru
istirahat h. Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadi
 Tidak ada dispnea saat penurunan atau tidak adanya
latihan ventilasi dan keberadaan
 Tidak ada retraksi suara nafas tambahan
dinding dada i. Monitor peningkatan
kelelahan,
kecemasan,Kekurangan
Status pernafasan : udara pada pasien
kepatenan jalan nafas j. Monitor kemampuan batuk
Indikator: efektif pasien
 Frekuensi k. Monitor sekresi pernafasan
pernafasan normal l. Monitor keluhan sesak nafas
pasien, termasuk kegiatan
 Irama pernafasan yang meningkatkan atau
normal memperburuk sesak nafas
 Kedalaman inspirasi tersebut
normal m. Berikan bantuan terapi
 Kemampuan nafasjika
n. Perlu (misalnya, nebulizer)
mengeluarkan
secretbaik Terapi Oksigen
 Tidak ada suara a. bersihkan mulut hidung
nafas tambahan dengantepat
 Tidakada b. batasi aktivitas merokok
pernafasan cuping c. siapkan peralatan oksigen
dan berikan melalui
hidung Tidak ada system humidifier
d. monitor aliran oksigen
amati tanda-tanda
hipoventilasi induksi
oksigen
e. pantau tanda tanda
keracunan oksige
f. monitor kecemasan
pasien yang berkaitan
dengan kebutuhan
mendapatkan terapi
oksigen
g. sediakan oksigen ketika
pasien
dibawa/dipindahkan
2 Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen nutrisi
Indikator: 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari
 Adanya peningkatan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh b/d berat badan sesuai untuk menentukan jumlah
ketidakmampuan dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
menelan makanan   Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien untuk
 Mampu mengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
 Tidak ada tanda tanda meningkatkan protein dan
malnutrisi vitamin C
 Tidak terjadi penurunan 5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
berat badan yang berarti mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Monitor nutrisi
1. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
2.  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
3. Monitor lingkungan selama
makan
4. Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor kadar albumin, total
7. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
8.  Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
9.  Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
3 Hambatan mobilitas a. Gerakakan Terapi ambulasi
fisik b. Tingkat mobilitas a) Monitoring vital sign
c. Perawatan diri sebelum dan sesudah latihan
Indikator: dan lihat respon pasien saat
a) Klien meningkat dalam latihan
aktivitas fisik b) Konsultasikan dengan terapi
b) Mengerti tujuan dari fisik tentang rencana
peningkatan mobilitas ambulasi sesuai dengan
c) Memverbalisasikan kebutuhan
perasaan dalam c) Kaji kemapuan pasien dalam
meningkatkan kekuatan mobilisasi
dan kemampuan d) Latih pasien dalam
berpindah pemenuhan kbeutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan pasien
e) Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi
f) Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
g) Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

6. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap ini dimulai setelah rencana intervensi disusun dan untuk itu rencan
intervensi yang spesifik dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan masalah kesehatan klien [ CITATION Nur13 \l 1057 ].
7. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapain
klien dan menentukan keputusan dengan membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Buleck, G M, et al. (2016). Nursing Intevation Classification (NIC) edisi. Bahasa Indonesia.
Jakarta: Macomedia
Handayani SHS, P. S. ( 2014). Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk
Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid. Jurnal Sains dan Seni
Pomits, 3:24-29.

Hegedus, L. (2004). The thyroid nodule. N Engl J Med, 351(1): 1764-71.

Liebert, M. A. (2019). Thyroid. The Clinical Journal of American Thyroid Association


(ATA)volume 29 number 9.

Manager, T. d. (2012). Thyroid nodules. Shout Darmouth: Thyroid.


Moorhead, Sue., Swanson, Elizabeth., Johnson, Marion., dan Maas Merdean L. (2018). Nursing
Outcomes Classification, edisi 6. Jakarta: ELSEVIER.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi tahun 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Nursalam. (2013). Buku Ajar Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, C. S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai