Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN

TUMOR TIROID DAN TIROIDEKTOMI

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1. 1 DEFINISI

Tumor tiroid yaitu keganasan pada tiroid di mana terjadi keadaan hipertrofi
kompensatorik pada kelenjar tiroid yang kemungkinan disebabkan stimulasi kelenjar tiroid.
Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotrofin atau TSH, yaitu suatu hormone yang mengontrol
pelepasan hormone dari kelenjar tiroid. Produksinya meningkat jika aktivitas tiroid berada di
bawah normalseperti pada saat iodium tidak cukup tersedia untuk memproduksi hormone tiroid.
Penyakit tiroid biasanya tidak menimbulkan gejala, kecuali pembesaran pada leher, yang jika
terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

Tumor tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe, papiler, folikuler,
anaplastik atau meduler.Tumor jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar.
Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya Tumor tiroid bisa disembuhkan.Tumor
tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan
menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang kanker menghasilkan cukup banyak hormon tiroid
sehingga terjadi hipertiroidisme.

Tumor pada kelenjar tiroid diklasifikasikan berdasarkan sifat benigna atau maligna selain
berdasarkan ada tidaknya tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat
menyebar atau ireguler. Jika pembesaran kelenjar tiroid cukup membuat kelenjar tersebut terlihat
pada leher, tumor ini dinamakan goiter atau gondok.Semua derajat goiter dapat ditemukan ,
mulai dari pembesaran yang tidak begitu tampak hingga pembesaran yang menimbulkan
deformitas di leher.

1
Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid.. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah gondok, kanker tiroid,
hipertiroidisme, gejala obstruksi, kosmetik. Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan
sebagai terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme. Tipe
dan luas operasi bergantung pada hasil diagnosis, tujuan pembedahan serta prognosis.

2.1.2 ETIOLOGI

a. Etiologi pada Tumor Tiroid

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa
hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring  yaitu : rokok,
alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis.

b. Etiologi pada Tiroidektomi adalah

 Riwayat Struma sebelumnya


 Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (jarang)
 Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
 Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan
mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)
 Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato)

Etiologi goiter nontoksik antara lain adalah defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid
oleh berbagai factor. Akibat gangguan ini kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi tiroksin
terga ggu, mangakibatkan peningkatan kadar TSH dan hyperplasia dan hipertrofi folikel – folikel
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid pada pasien goiter nontoksik sering bersifat eksaserbasi dan
remisi disertai hiperevolusi dan involusi pada bagian – bagian kelenjar tiroid. Hyperplasia
mungkin bergantian dengan fibrosis, dan dapat timbul nodula – nodula yang mengandung folikel
– folikel tiroid.
2
Secara klinis, pasien dapat memperlihatkan penonjolan di sepertiga bagian bawah leher. Goiter
yang besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan
esophagus, dan gejala – gejala obstruksi.

Bila gangguan fungsi tiroid berat, maka goiter dapat disertai hipotoroidisme. Untuk memastikan
status fungsional goiter tersebut, diperlukan pengukuran pengambilan resin T3 dan T4 serum.
Selain itu scintiscan yodium radioaktif dengan teknetium perteknetat mungkin dapat
memperlihatkan apakah nodula – nodula tersebut “ dingin “ atau “panas”. Nodula dingin
merupakan pertanda karsinoma, Sedangkan nodula panas hamper selalu jinak. Sidik ultrasound
pada kelenjar tiroid dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan – perubahan kistik pada
nodula tiroid. Nodula kistik hamper tidak pernah bersifat ganas.

2.1.3. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala pada tumor tiroid :

 Suara serak
 Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan
 Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher
 Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan

• Sesak nafas dan stridor

• Rasa nyeri di tenggorokan

• Disfagia

• Batuk dan haemoptisis

• Pembengkakan pada leher

Beberapa Tanda yang sering terjadi pada tumor tyroid adalah :


3
 Tanda Darlymple : Retraksi kelopak mata atas membelalak
 Tanda Von Graeve : Kelopak mata terlambat turun dibandingkan kelopak mata.
 Tanda Joffroy : kulit dahi tidak dapat berkerut saat kepala sedikt menunduk dan mata
melihat obyek yang digerakkan keatas.
 Tanda Moebius : Kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata.
 Tanda Rosenbach : Tremor kelopak mata saat mata menutup
 Tanda Stelwag : Mata jarang berkedip

Menurut Tucker (1998) manifestasi klinis setelah dilakukan tindakan tiroidektomi adalah:

1. Suara serak semakin berat yang diakibatkan oleh kerusakan saraf laringeal.

2. Suara lemah dan ketidakmampuan untuk berbicara.

Karena terjadi perubahan tekanan yang diakibatkan kerusakan saraf laringeal.

3. Hipokalsemia

Tindakan tirodektomi dapat mengakibatkan cedera pada kelenjar paratiroid. Cedera ini
mengakibatkan gangguan metabolisme kalsium yaitu hipokalsemi.

4. Tempat insisi kemerahan, pembekakan

Akibat dari pembedahan yang dilakukan.

5. Disfagia

Kesulitan menelan akibat nyeri post tiroidektomi.

6. Sesak tenggorokan

Akibat kerusakan laringeus pada trakea.

7. Pernafasan Stridor

Hal ini karena terjadi pendarahan edema laringeal.

8. Sianosis
4
Karena kerusakan pembuluh darah.

2.1.4. PATHWAY
E; defisiensi yodium/

Ggn fungsi dan susunan kelenjar tiroid

5
Sekresi tiroksin
terganggu
Peningkatan metabolism
tubuh

Peningkatan TSH

Hiperplasia, hipertrofi kel


tirod

Pembesaran
kel.tiroid

Pembedahan

Pre Pembedahan Post bedah

Kurang
informasi Luka operasi Komplikasi laring Komplikasi
paratiroid
terangkat
Kerusakan
komunikasi verbal
Nyeri akut Risk
infeksi PK
Kurang Hipoparatiroid
pengetahuan

2.1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG


6
a. Untuk mendiagnosa Tumor Tiroid diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan fisik. Diagnosa Tumor Tiroid termasuk :

 Pemeriksaan fisik : adanya pembesaran tiroid dan pembengkakan kelenjar limfe

 Tes darah : mengukur kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) di dalam darah

 Pemeriksaan biopsi : dilakukan untuk melihat kondisi sel – sel tiroid dan
menentukan jenis kanker tiroid.

 Tes pencitraan : USG, CT-Scan dan MRI dapat digunakan untuk mendiagnosa
kanker tiroid dan penyebaran sel – sel kanker tiroid ke bagian tubuh yang lain.

2.1.6. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan pada Tumor Tiroid


Ada bermacam-macam jenis terapi dengan berbagai macam tujuan yang dapat
dipergunakan. Pemilihan jenis terapi harus diperhatikan dengan baik. Harus
dengan mempertimbangkan diagnosa, kondisi pasien saat itu, kemampuan
finansial, dukungan keluarga, probabilitas kesembuhan, dan lain sebagainya.
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan Tumor Tiroid yaitu
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
1. Pembedahan :
 Laringektomi
 Diseksi Leher Radikal
2. Radioterapi
3. Kemoterapi

7
b. Penatalaksanaan pada Tiroidektomi adalah :

 Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti


propiltiourasil atau metimazol yang diberikan paling sedikit selama satu
tahun. Obat – obat ini menghambat sintesis dan pelepasan tiroksin.
 Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah
 Pengobatan dengan yodium radioaktif

TIROIDEKTOMI

INDIKASI TIROIDEKTOMI
Indikasi dilakukan tindakan tiroidektomi adalah :
 Gondok
Hal ini terutama diperlakukan jika pembesaran menggaggu fungsi
pernafasan atau menelan.
 Kanker Tiroid
Untuk menghapus tiroid nodul atau tiroid cancerous, kanker dan tumor.
 Hipertiroidisme
Perbesaran kelenjar tiroid yang dapat mengganggu fungsi pernafasan dan
menelan
 Gejala Obtruksi
Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menelan atau pernafasan.
 Kosmetik
Kelenjar tiroid yang terlalu besar sehingga mengganggu citra tubuh
seseorang.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1. PENGKAJIAN
8
A. Pengkajian
Pengkajian secara pasien bedah saat kembali ke unit terdiri atas :
1. Respirasi
Kepatenan jalan napas
Kedalaman
 Frekuensi
 Bunyi napas
2. Sirkulasi
 tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi
 kondisi kulit : dingin, basah
 sianotis
3. Neurologi :
 tingkat respons
 neurosensori
 fungsi bicara :
 kualitas dan tonasi
4. Drainase :
 Mengantisipasi perdarahan :
Perhatikan cairan drainase yang keluar khususnya 24 jam pertama pasca operasi.
 Inspeksi balutan luka.
5. Kenyamanan
 Tipe nyeri dan lokasi
 Mual dan muntah
 Perubahan posisi yang dibutuhkan
6. Keselamatan :
Kebutuhan akan pagar tempat tidur
7. Peralatan : diperiksa untuk fungsi yang baik.

2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

9
1. Bersihkan jalan napas tak efektif yang b/d obstruksi akibat perdarahan atau edema daerah
insisi.
2. Kerusakan komunikasi verbal yang b/d cedera pita suara, kerusakan saraf laring
3. Resiko tinggi terhadap tetani yang b/d ketidak seimbangan kimia dan stimulasi SSP yang
berlebihan
4. Nyeri yang berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid
5. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan terjadi perdarahan dan
kemerahan dan bengkak pada kulit leher sekitar luka operasi
6. Kurang pengetahuan b/d kurang terpajan informasi tentang penyakit

2.2.3. INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


o hasil
1. Resiko tinggi Setelah diberikan Mandiri :
terhadap bersihan asuhan keperawatan a. Pantau frekuensi c.Pernapasan secara
jalan napas tidak selama …x… pernapasan,dan normal kadang –
efektif b/d diharapkan jalan napas kedalaman kadang cepat, tetapi
pembengkakan menjadi paten pernapasan berkembangnya
distress pada
pernapasan
merupakan indikasi
kompresi trakea
karena edema atau
perdarahan.
b. Auskultasi suara d. Ronki
napas, catat adanya merupakan indikasi

10
suara ronki. adanya
obstruksi/spasme
laryngeal yang
membutuhkan
evaluasi dan
c. Kaji adanya intervensi yang cepat.
dispnea, e.Indicator obstruksi
stridor,”berkokok” trakea/spasme laring
dan sianosis. yang membutuhkan
Perhatikan kualitas evaluasi dan
suara. intervensi segera.
f. Menurunkan
d. Waspadakan pasien kemungkinan
untuk menghindari tegangan pada daerah
ikatan pada leher, luka karena
menyokong kepala pembedahan.
dengan bantal.
e. Bantu dalam g. Mempertahanka
perubahan posisi, n bersihan jalan napas
latihan napas dan ventilasi. Namun
dalam dan/atau batuk tidak
batuk efektif sesuai dianjurkan dan dapat
indikasi. menimbulkan nyeri
yang berat, tetapi hal
itu perlu untuk
membersihkan jalan
napas.
h. Edema atau
nyeri dapat
f. Lakukan mengganggu
penghisapan pada kemampuan pasien
11
mulut dan trakea untuk mengeluarkan
sesuai dengan dan membersihkan
indikasi , catat jalan napas sendiri.
warna dan i. Jika terjadi
karakteristik perdarahan, balutan
sputum. bagian anterior
mungkin akan tampak
g. Lakukan penilaian kering karena darah
ulang terhadap tertampung/terkumpul
balutan secara pada daerah yang
teratur, terutama tergantung
bagian posterior. j. Merupakan indikasi
edema/perdarahan
yang membeku pada
jaringan sekitar
h. Selidiki keluhan daerah operasi.
kesulitan menelan, k. Terkenanya
penumpukan jalan napas dapat
sekresi oral. menciptakan situasi
yang mengancam
i. Pertahankan alat kehidupan yang
trakeostomi di memerlukan tindakan
dekat pasien. darurat.

a.Menurunkan rasa
tidak nyaman karena
Kolaborasi : sakit tenggorokan dan
a. Beriakan inhalasi edema jaringan,dan
uap, udara ruangan meningkatkan
yang lembab. pengenceran sekresi.

12
b. Bantu - Mungkin sangat
dengan/persiapkan penting untuk
prosedur, seperti : mempertahankan
- Trakeostomi jalan napas yang
paten jika mengalami
obstruksi oleh edema
pada glotis atau
perdarahan.
- Mungkin sangat
diperlukan untuk
- Siapkan penyambungan atau
pembedahan perbaikan pembuluh
ulang. darah yang
mengalami
perdarahan terus –
menerus.
2. Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri :
komunikasi verbal asuhan keperawatan a. Kaji fungsi bicara a.Suara serak dan sakit
b/d cedera pita selam …x… secara periodic, tenggorokan akibat
suara/ kerusakan diharapkan px mampu anjurkan untuk edema jaringan atau
saraf laring. menciptakan metode tidak bicara terus – kerusakan karena
komunikasi di mana menerus. pembedahan pada
kebutuhan dapat saraf laryngeal dan
dipahami. berakhir dalam
beberapa hari.
Kerusakan saraf
permanen dapat
terjadi (jarang) yang
menyebabkan

13
paralisis pita suara
dan/atau penekanan
pada trakea.
b. Menurunkan
b. Pertahankan kebutuhan berespons,
komunikasi yang mengurangi bicara,
sederhana, beri
pertanyaan yang
hanya memerlukan c.Memfasilitasi
jawaban “ya” atau ekspresi yang
“tidak”. dibutuhkan.
c. Memberikan
metode
komunikasi
alternatif yang
sesuai seperti
papan tulis, kertas
tulis/papan
gambar.
Tempatkan infus d. Menurunkan
pada daerah yang ansietas dan
tidak mengurangi kebutuhan pasien
gangguan untuk berkomunikasi.
komunikasi dengan
tulisan. e.Mencegah pasien
d. Antisipasi bicara yang
kebutuhan sebaik dipaksakan untuk
mungkin. Kunjungi menciptakan
pasien secara kebutuhan yang
teratur. diketahui/memerluka
e. Beritahu pasien n bantuan.
14
untuk terus f. Meningkatkan
membatasi bicara kemampuan
dan jawablah bel mendengarkan
panggilan dengan komunikasi perlahan
segera. dan menurunkan
kerasnya suara yang
f. Perthankan harus diucapkan
lingkungan yang pasien untuk
tenang. didengarkan.
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri :
terhadap cedera asuhan keperawatan a. Pantau tanda vital c.Manipulasi kelenjar
(tetani) b/d selama …x… dan catat adanya selama tiroidektomi
ketidakseimbangan diharapkan px dapat peningkatan suhu subtotal dapat
kimia : stimulasi mendemonstrasikan tubuh, takikardia mengakibatkan
SSP berlebih. tidak ada cedera dengan (140 – 200/menit), peningkatan
komplikasi disritmia, distress pengeluaran hormone
minimal/terkontrol. pernapasan, yang menyebabkan
sianosis krisis tiroid.
(berkembangnyaed
ema paru/GJK) d. Hipokalsemia
b. Evaluasi reflex dengan tetani
secara periodic. (biasanya sementara)
Observasi adanya dapat terjadi 1 – 7
peka rangsang, hari pascaoperasi dan
misalnya gerak merupakan indikasi
tersentak, hipoparatiroid yang
kebas,adanya dapat terjadi sebagai
kejang akibat dari trauma
yang tidak desengaja
pada pengengkatan
parsial atau total

15
kelenjar paratiroid
selam pembedahan
e.Menurunkan
kemungkinan adanya
traumajiak terjadi
c. Pertahankan kejang.
penghalang tempat
tidur
terpasang/diberi
bantalan, tempat
tidur pada posisi
yang rendah dan a.Pasien dengan kadar
jalan napas bantuan kalsium kurang dari
didekat pasien/ 7,5/100 ml secara
hindari umum membutuhkan
penggunaan terapi pengganti.
restrain.
Kolaborasi
a. Pantau kadar - Untuk memperbaiki
kalsium darah kekurangan yang
biasanya sementara
tetapi mungkin juga
menjadi permanen.
b. Berikan obat sesuai Catatan : gunakan
dengan indikasi : dengan berhati – hati
- Kalsium pada pasien pengguna
(glukonat,laktat) digitalis karena
kalsium
meningkatkan
sensitivitas terhadap
digitalis, yang
16
berpotensi
menimbulkan toksik.
- Membantu
sepenuhnya dalam
menurunkan kadar
fosfor yang
meningkat
berhubungan dengan
- Agen ikatan – hipokalsemia
fosfat - Meningkatkan
istirahat, menurunkan
stimulasi dari laut.
- Mengendaliakan
kejang sampai terapi
yang dilakukan
- Sedatif memberikan hasil
yang memuaskan.

- Antikonvulsan
4. Nyeri akut b/d Setelah diberikan Mandiri :
interupsi/manipulasi asuhan keperawatan a. Kaji tanda – tanda c.Bermanfaat dalam
bedah terhadap selama …x… adanya nyeri baik mengevaluasi nyeri,
jaringan/otot. diharapkan : secara verbal menentukan pilihan
- Px melaporkan maupun nonverbal, intervensi,
nyeri hilang catat PQRST. menentukan
/terkontrol efektivitas terapi.
- Px dapat b. Lettakkan pasien d. Mencegah
mendemonstrasika dalam posisi semi hiperekstensi leher
n penggunaan fowler dan sokong dan melindungi
ketrampilan kepala/leher dengan integritas garis
relaksasi dan bantal pasir atau jahitan.

17
aktivitas hiburan bantal kecil.
yang tepat c. Pertahankan
terhadap situasi. leher/kepala dalam e.Mencegah stress pada
posisi netral dan garis jahitan dan
sokong selama menurunkan tegangan
perubahan posisi. otot.
Instruksikan pasien
menggunakan
tangannya untuk
menyokong leher
selama pergerakan
dan untuk
menghindari
hiperekstensi leher.
d. Pertahankan bel
pemanggil dan f. Membatasi
barang yang sering ketegangan, nyeri
digunakan dalam otot pada daerah
jangkauan yang operasi.
mudah.
e. Berikan minuman
yang sejuk atau g. Menurunkan
makanan yang nyeri tenggorokan
lunak seperti es tetapi makanan lunak
krim atau ditoleransi jika pasien
sejenisnya. mengalami kesulitan
menelan.
f. Anjurkan pasien h. Membantu
untuk untuk memfokuskan
menggunakan kembali perhatian
yeknik relaksasi, dan membantu pasien
18
seperti imajinasi, untuk mangatasi
music yang lembut, nyeri/rasa tidak
relaksasi progresif. nyaman secara lebih
efektif.

Kolaborasi :
a.Menurunkan nyeri
a. Berikan obat
dan rasa tidak
analgetik dan/atau
nyaman,
analgetik sprei
meningkatkan
tenggorokan sesuai
istirahat.
dengan
kebutuhannya.
b. Berikan es jika ada
b. Menurunkan
indikasi.
edema jaringan dan
menurunkan persepsi
terhadap nyeri.
5. Infeksi berhubungan Setelah diberikan Mandiri :
dengan prosedur asuhan keperawatan a. Tetap pada a. Tetapkan
invasif ditandai selama …x… fasilitas kontrol mekanisme yang
dengan terjadi diharapkan : infeksi , sterilisasi dirancang untuk
- Mengidentifikasi prosedur/ mencegah infeksi.
factor-faktor risiko kebijakan aseptic.
individu dan b. Uji kesterilan
intervensi untuk semua peralatan b. Benda – benda yang
mengurangi yang digunakan dipakai mungkin
potensial infeksi untuk merawat tampak steril,
- Pertahankan luka. meskipun demikian
lingkungan aseptic setiap benda harus
yang aman secara teliti
- c. Lakukan diperiksa
perawatan luka keseterilannya.

19
setiap hari. c. Untuk mencegah
terjadinya infeksi
lebih berat pada
luka.

Kolaborasi :
a. Berikan antibiotic a. Dapat diberikan
sesuai petunjuk. secara provilaksis
bila dicurigai
terjadinya infeksi
atau kontaminasi

6 Kurang pengetahuan Setelah diberikan a. Tinjau ulang a.Memberikan


mengenai kondisi, asuhan keperawatan prosedur pengetahuan dasar
prognosis, dan selama…x… pembedahan dan dimana pasien dapat
kebutuhan tindakan diharapkan : harapan selanjutnya. membuat keputusan
b/d kurang terpajan - Px mengatakan berdasarkan
informasi/menginga pengertiannya informasi.
t, kesalahan tentang prosedur b. Diskusikan b. Meningkatkan
interpretasi. pembedahan dan kebutuhan diet yang proses penyembuhan
penanganannya. seimbang, diet dan membantu pasien
- Px berpartisipasi bergizi dan bila untuk
dalam program tepat mencakup mempertahankan/
pengobatan. garam beryodium. meningkatkan
Melakukan perubahan kembali berat badan
gaya hidup yang perlu. yang sesuai.
Penggunaan garam
beryodium sering kali
cukup memenuhi
kebutuhan akan
yodium kecuali jika

20
garam dibatasi karena
masalah perawatan
kesehatan yang lain
seperti GJK.
c. Sarankan untuk c.Merupakan kontra
menghindari indikasi setelah
makanan – makanan tiroidektomi parsial
yang bersifat karena makanan ini
goitrogrnik, menghambat aktivitas
misalnya makanan tiroid.
laut yang
berlebihan, kecuali d. Memaksimalka
kedelai, lobak. n suplai dan absorpsi
d. Identifikasi kalsium jika fungsi
makanan tinggi kelenjar paratiroid
kalsium (mis., terganggu (rusak).
kuning telur, hati). e.Pada pasien
tiroidektomi subtotal,
latihan dapan
e. Dorong program menstimulasi kelenjar
latihan umum tiroid dan produksi
progresif. hormon yang
memfasilitasi
pemulihan.
f. Latihan rentang gerak
yang teratur
meningkatkan
f. Tinjau ulang latihan kekuatan otot leher,
pascaoperasi yang meningkatkan
dilakukan setelah sirkulasi, dan proses
penyembuhan luka, penyembuhan.
21
(mis., fleksi,
ekstensi, rotasi dan g. Pengaruh dari
pergerakan lateral hipertiroidisme
dari kepala dan biasanya mereda
leher. secara lengkap,
g. Nilai kembali namun membutuhkan
kebutuhan akan beberapa waktu bagi
istirahat dan tubuh untuk
relaksasi, penyembuhannya.
menghindari h. Memberikan
keadaan yang penuh kesempatan pasien
stress dan emosi untuk memberikan
yang berlebihan. perawatan diri sendiri
secara kompeten.
h. Instruksikan untuk i. Menutup insisi tanpa
melakukan menyulitkan
perawatan pada penyembuhan atau
daerah insisi, mis. tanpa menimbulakan
Membersihkan dan infeksi dari daerah
membalutnya. jaritan.
i. Berikan informasi
tentang penggunaan
obat penghilang
jaringan parut.
Menghindari
penggunaan
perhiasan. j. Melunakkan jaringan
j. Gunakan krem sejuk dan dapat membantu
(semacam kemistin mengurangi jaringan
salep) setelah parut.
jahitan diangkat. k. Gangguan pada
22
k. Diskusikan fungsi pita suara
kemungkinan dapat menyebabkan
adanya perubahan perubahan pada keras
dalam bicara. dan kualitas suara
yang bersifat
sementara atau
permanen.

l. Jika penggantian
l. Tinjau ulang terapi tiroid diperlukan
obat dan kebutuhan karena pengangkatan
melanjutkannya bila kelenjar tiroid, pasien
keadaan dirasakan perlu memahami alas
lebih baik. an terapi pengganti
tersebut dan dampak
kegagalan pada
pemakaina secara
rutin.
m.Menegetahui secara
m.Identifikasi tanda/ awal adanya
gejal yang komplikasi, seperti
membutuhkan infeksi,
evaluasi medis, hipertiroidisme, atau
mis., demam, hipotiraoidisme dapat
menggigil, luka mencegah
purulen atau tidak perkembangan kearah
sembuh – sembuh, situasi yang
eritema, ujung luka mengancam hidup.
23
berlubang, berat Catatan : sebanyak
badan turun terus, 43% pasien dengan
tidak toleransi tiroidektomi subtotal
terhadap panas, dapat mengalami
mual/muntah, diare, hipotiroidisme secara
insomnia, berat bersamaan.
badan meningkat,
kelelahan, tidak
toleransi terhadap Memberikan
dingin, konstipasi, kesempatan untuk
mengantuk berat. melakukan evaluasi
Tekanakan keefektifan dari terapi
kebutuhan akan dan pencegahan
evaluasi medik komplikasi.
secara teratur.

2.2.4. IMPLEMENTASI

Dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan, melaksanakan setiap tindakan sesuai


dengan prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien

2.2.5. EVALUASI

Evaluasi di sesuaikan dengan kriteria hasil yang ingin dicapai :


 Mempertahankan jalan napas paten
 Aspirasi dicegah
 Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat dipahami
 Mengalami nyeri yang minimal

24
 Cidera dengan komplikasi minimal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ADENOMA TIROID
DI RS WIRA MEDIKA
TANGGAL 23-25 APRIL 2001

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 37 Tahun
Agama : (tidak terkaji)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : (tidak terkaji)
Pendidikan : (tidak terkaji)
Pekerjaan : (tidak terkaji)
Suku bangsa : (tidak terkaji)
Alamat : (tidak terkaji)
Tanggal Masuk : (tidak terkaji)
Tanggal Pengkajian : (tidak terkaji)
No. Register : (tidak terkaji)
Diagnose medis : Adenoma tiroid

25
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : (tidak terkaji)
Umur : (tidak terkaji)
Hub. Dengan pasien : (tidak terkaji)
Pekerjaan : (tidak terkaji)
Alamat : (tidak terkaji)

2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Klien mengeluh nyeri dan merasa tercekik pada leher
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Tidak terkaji
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit maag

2) Pernah dirawat
(tidak terkaji)

3) Alergi
(tidak terkaji)

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)


(tidak terkaji)

c. Riwayat penyakit keluarga


(tidak terkaji)
26
d. Diagnose medis dan therapy
Diagnosa medis : Adenoma Tiroid
Therapy :
Tanggal 23 april 2001
 Injeksi Clindamycin 300 mg 2 x 1 hari
 Injeksi Gentamycin 80mg 2x1 hari
 Injeksi Novalgin 3x1 amp
 Injeksi Transamin 3x1 amp

Tanggal 25 april 2001 ganti obat oral, yaitu :


 Kalnek 10mg 3x1 tab
 Asam mefenamat 500mg 3x1 tab.
 Diet TKTP
3. Pola Kebutuhan Dasar (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
(tidak terkaji)

b. Pola nutrisi metabolic


- Sebelum sakit :
(tidak terkaji)

- Saat sakit :
Klien menjalani diet TKTP dan minum susu

c. Pola eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit :
(tidak terkaji)

27
- Saat sakit :
(tidak terkaji).

2) BAK
- Sebelum sakit :
(tidak terkaji)

- Saat sakit :
BAK spontan ( tanpa kateter), warna urine kuning jernih
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

2) Latihan
- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

e. Pola kognitif dan persepsi


(tidak terkaji)

f. Pola persepsi-konsep diri


(tidak terkaji)

g. Pola tidur dan istirahat


28
- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

h. Pola peran-hubungan
(tidak terkaji)

i. Pola seksual-reproduksi
- Sebelum sakit : (tidak terkaji)
- Saat sakit : (tidak terkaji)

j. Pola toleransi stress-koping


(tidak terkaji)

k. Pola nilai-kepercayaan
(tidak terkaji)

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : baik, pusing, klien tampak masih mengantuk, muntah (-), pupil
normal, orientasi baik.
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : mata : 4
verbal : 5
motorik : 6

b. Tanda-tanda vital
Nadi = 76 x/menit
Suhu = 36,50C
TD = 110/70 mmHg
RR = 24 x/menit, dangkal
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher :
29
Kepala : tidak terkaji
Leher : terdapat luka post op hemi thyroidectomy
Mata : pupil normal ,
Sclera, konjungtiva, kelopak mata : tidak terkaji
Dada :
- Paru : tidak terkaji
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : suara jantung S1>S2 (normal)

2) Payudara dan ketiak :


(tidak terkaji)

3) Abdomen :
(tidak terkaji)
4) Genetalia :
(tidak terkaji)

5) Integument :
Kulit leher sekitar luka operasi terlihat kemerahan dan bengkak

6) Ektremitas :
- Atas :
(tidak terkaji)
- Bawah :
(tidak terkaji)
7) Neurologis :
- Status mental dan emosi : (tidak terkaji)
- Pengkajian saraf cranial : (tidak terkaji)
- Pemeriksaan reflek : (tidak terkaji)

30
d. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
Tanggal 23 April 2001
Leukosit: 12,7 x 1000/UL
Hb:10,4 g/dl
PCV:30,7
Diff :
o SEG = 85
o Lym = 11
o Mono = 1
o LED = 24mm/ jam
2) Pemeriksaan radiologi
(tidak terkaji)

3) Hasil konsultasi
(tidak terkaji)

4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain


(tidak terkaji)

31
II. ANALISA DATA
Tabel analisa data :
Data Interpretasi Masalah
DS : Klien mengeluh nyeri dan Pembesaran kelenjar tiroid
merasa tercekik pada leher
DO: pembedahan
P = nyeri Nyeri akut
Q = sangat hebat Luka Post op
R = pada leher
S=8 Nyeri akut
T=-

Ds: Klien mengata-kan nyeri Penekanan mekanis trakea &


waktu menelan & menarik nafas. esofagus
Do: RR = 24x/ menit dangkal
timbul gejala obstruksi Bersihan jalan nafas tidak
- -Drainase=  10 cc.
efektif
-Perdarahan pada malam hari Resiko Bersihan jalan nafas
dalam bentuk rembesan
tidak efektif
luka post op

DS : - pembedahan
DO :
32
 terjadi perdarahan dalam infeksi
bentuk rembesan luka luka post op
post op
 kulit leher sekitar luka gangguan dalam
operasi terlihat penyembuhan luka
kemerahan dan bengkak
infeksi
DS: DS: Klien mengata-kan Perdarahan Resiko tinggi terhadap
kepalanya pusing & nyeri
komplikasi
pada daerah operasi.
Resiko tinggi terhadap
DO: Hb= 10,4 g/dl.
komplikasi
TD= 110/70 mm Hg.

N= 72x/mnt.

RR= 24x/

Drainase=  10 cc.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan interupsi/manipulasi bedah terhadap jaringan/otot.


ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan merasa tercekik pada leher
2. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan terjadi perdarahan dan
kemerahan dan bengkak pada kulit leher sekitar luka operasi
3. Bersihkan jalan napas tak efektif yang b/d obstruksi akibat perdarahan atau edema daerah
insisi.
4. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan perdarahan post op. Tiroidektomi

33
IV. INTERVENSI

Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan interupsi/manipulasi bedah terhadap


jaringan/otot. ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan merasa tercekik pada leher
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

1 1 Setelah diberikan Mandiri :


asuhan keperawatan a. Kaji tanda – tanda a. Bermanfaat dalam
selama …x… adanya nyeri baik mengevaluasi
diharapkan : secara verbal maupun nyeri, menentukan
- Px melaporkan nonverbal, catat pilihan intervensi,
nyeri hilang PQRST. menentukan
/terkontrol efektivitas terapi.
- Px dapat b. Mencegah
mendemonstrasik b. Letakkan pasien hiperekstensi leher
an penggunaan dalam posisi semi dan melindungi
ketrampilan fowler dan sokong integritas garis
relaksasi dan kepala/leher dengan jahitan.
aktivitas hiburan bantal pasir atau
yang tepat bantal kecil.
terhadap situasi. c. Mencegah stress
pada garis jahitan
c. Pertahankan
dan menurunkan
leher/kepala dalam
tegangan otot.
posisi netral dan
sokong selama
perubahan posisi.
Instruksikan pasien
menggunakan

34
tangannya untuk
menyokong leher
selama pergerakan
dan untuk d. Membatasi
menghindari ketegangan, nyeri
hiperekstensi leher. otot pada daerah
operasi.

d. Pertahankan bel
pemanggil dan barang
yang sering
e. Menurunkan nyeri
digunakan dalam
tenggorokan tetapi
jangkauan yang
makanan lunak
mudah.
ditoleransi jika
pasien mengalami
e. Berikan minuman kesulitan menelan.
yang sejuk atau f. Membantu untuk
makanan yang lunak memfokuskan
seperti es krim atau kembali perhatian
sejenisnya. dan membantu
pasien untuk
mangatasi
f. Anjurkan pasien
nyeri/rasa tidak
untuk menggunakan
nyaman secara
yeknik relaksasi,
lebih efektif.
seperti imajinasi,
music yang lembut,
relaksasi progresif.
a. Menurunkan nyeri
dan rasa tidak
nyaman,
Kolaborasi : meningkatkan
35
a. Berikan obat istirahat.
analgetik dan/atau
analgetik sprei b. Menurunkan
tenggorokan sesuai edema jaringan dan
dengan menurunkan
kebutuhannya. persepsi terhadap
nyeri.
b. Berikan es jika ada
indikasi.

Diagnosa 2 : Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan terjadi


perdarahan dan kemerahan dan bengkak pada kulit leher sekitar luka operasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL

2 2. Setelah diberikan asuhan Mandiri :


keperawatan selama … d. Tetap pada fasilitas
x… diharapkan : kontrol infeksi , d. Tetapkan
- Mengidentifikasi sterilisasi prosedur/ mekanisme yang
factor-faktor risiko kebijakan aseptic. dirancang untuk
individu dan e. Uji kesterilan mencegah infeksi.
intervensi untuk semua peralatan
mengurangi yang digunakan
potensial infeksi untuk merawat e. Benda – benda
- Pertahankan luka. yang dipakai
lingkungan aseptic mungkin tampak
yang aman f. Lakukan perawatan steril, meskipun
luka setiap hari. demikian setiap
36
Kolaborasi : benda harus secara
b. Berikan antibiotic teliti diperiksa
sesuai petunjuk. keseterilannya.
f. Untuk mencegah
terjadinya infeksi
lebih berat pada
luka.

b. Dapat diberikan
secara
provilaksis bila
dicurigai
terjadinya
infeksi atau
kontaminasi

Diagnosa 3 : Bersihkan jalan napas tak efektif yang b/d obstruksi akibat perdarahan atau edema
daerah insisi.
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

3 3 Setelah diberikan Mandiri :


asuhan keperawatan a. Pantau frekuensi a. Pernapasan secara
selama …x… pernapasan,dan normal kadang –
diharapkan jalan kedalaman kadang cepat, tetapi
napas menjadi paten pernapasan berkembangnya
distress pada
pernapasan

37
merupakan indikasi
kompresi trakea
karena edema atau
perdarahan.
b. Auskultasi suara b. Ronki merupakan
napas, catat adanya indikasi adanya
suara ronki. obstruksi/spasme
laryngeal yang
membutuhkan
c. Kaji adanya dispnea, evaluasi dan
stridor,”berkokok” intervensi yang
dan sianosis. cepat.
Perhatikan kualitas c. Indicator obstruksi
suara. trakea/spasme
laring yang
d. Waspadakan pasien membutuhkan
untuk menghindari evaluasi dan
ikatan pada leher, intervensi segera.
menyokong kepala
dengan bantal. d. Menurunkan
kemungkinan
tegangan pada
e. Bantu dalam daerah luka karena
perubahan posisi, pembedahan.
latihan napas dalam
dan/atau batuk efektif e. Mempertahankan
sesuai indikasi. bersihan jalan napas
dan ventilasi.
Namun batuk tidak
dianjurkan dan
f. Lakukan penghisapan dapat menimbulkan
38
pada mulut dan nyeri yang berat,
trakea sesuai dengan tetapi hal itu perlu
indikasi , catat warna untuk
dan karakteristik membersihkan jalan
sputum. napas.
f. Edema atau nyeri
dapat mengganggu
g. Lakukan penilaian kemampuan pasien
ulang terhadap untuk
balutan secara teratur, mengeluarkan dan
terutama bagian membersihkan jalan
posterior. napas sendiri.

h. Selidiki keluhan g. Jika terjadi


kesulitan menelan, perdarahan, balutan
penumpukan sekresi bagian anterior
oral. mungkin akan
tampak kering
i. Pertahankan alat karena darah
trakeostomi di dekat tertampung/terkump
pasien. ul pada daerah yang
tergantung.

h. Merupakan indikasi
Kolaborasi : edema/perdarahan
a. Beriakan inhalasi uap, yang membeku
udara ruangan yang pada jaringan
39
lembab. sekitar daerah
operasi.

i. Terkenanya jalan
napas dapat
menciptakan situasi
b. Bantu yang mengancam
dengan/persiapkan kehidupan yang
prosedur, seperti : memerlukan
tindakan darurat.
- Trakeostomi
a. Menurunkan rasa
tidak nyaman
karena sakit
tenggorokan dan
edema jaringan,dan
meningkatkan
- Siapkan pengenceran
pembedahan ulang. sekresi.

- Mungkin sangat
penting untuk
mempertahankan
jalan napas yang
paten jika mengalami
obstruksi oleh edema
40
pada glotis atau
perdarahan.
- Mungkin sangat
diperlukan untuk
penyambungan atau
perbaikan pembuluh
darah yang
mengalami
perdarahan terus –
menerus.

Diagnose 4 : Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan perdarahan post op.
Tiroidektomi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

4 4 Setelah diberikan 1. Pantau: Untuk men-deteksi


tan-da-tanda a-wal
asuhan keperawatan
-TD, nadi, RR setiap 24 perdarah
selama …x… jam/hr, bila stabil tiap
4 jam. an.
diharapkan :
Perdarahan tidak -Status balut
terjadi/ berkurang
an: inspeksi tiap 2 jam,
selama 24 jam. kemudian ti-ap 8 jam.
KH :

Temuan ini
Tidak ada 2. Beritahu dokter bila menandakan
drainase me-rah terang perdarahan berlebihan
manifestasi dari pada balutan, & perlu perha-tian
perda-rahan. penurunan TD disertai serta penanganan
peningkatan nadi & tenaga medis
41
nafas dengan segera.

Untuk menangani
beban pada leher
3. Pertahankan klien pa- sehingga tidak ekstensi
da posisi semi fowler/ & luka insisi tidak
tempatkan bantal dile- terbuka
her bagian belakang un-
tuk sokong- an.

1. Monitor

tanda-tanda respiratori
distress, takipnea nafas
yang berbunyi Untuk mendeteksi &

mencegah masalah
pernafasan

V. IMPLEMENTASI

Dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan, melaksanakan setiap tindakan


sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien

VI. EVALUASI

No Diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan S :Klien melaporkan nyeri hilang

42
interupsi/manipulasi bedah /terkontrol
terhadap jaringan/otot. ditandai - Klien dapat mendemonstrasikan
dengan klien mengeluh nyeri dan penggunaan ketrampilan relaksasi dan
merasa tercekik pada leher aktivitas hiburan yang tepat terhadap
situasi.

O : Wajah klien terlihat tenang dan tidak


meringis
A :Masalah teratasi
P :Lanjutkan intervensi
2 Infeksi berhubungan dengan S : -Klien mampu mengidentifikasi factor-
prosedur invasif ditandai dengan faktor risiko individu dan intervensi untuk
terjadi perdarahan dan kemerahan mengurangi potensial infeksi
dan bengkak pada kulit leher - Klien dan keluarga dapat memertahankan
sekitar luka operasi lingkungan aseptic yang aman

O : -LED= 30 mm/jam, leuko=


12,7x1.000 /UL.

-Suhu= 36,7oC

-Demam tidak ada.

-Diet diteruskan.

-Disekitar luka operasi masih tampak


kemerahan.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Rencana intervensi diteruskan & lan- jutkan


observa si tanda-tanda infeksi.

- Melaksanakan tindakan yang telah ada.

3 Bersihkan jalan napas tak efektif S: Klien dapat mempertahankan jalan napas
yang b/d obstruksi akibat paten
perdarahan atau edema daerah
43
insisi.
O : -RR= 18x/mnt.

-Klien tampak pucat.

-Bicara klien tidak serak.

-Tidak ada hematom.

A: Rencana teratasi.

P: Rencana intervensi tidak diteruskan.

- Pola nafas normal, klien dapat bicara dengan


suara biasa, hematom tidak ada, obstruksi
tidak terjadi.

4. Resiko tinggi terhadap komplikasi S: klien mengatakan tidak lemas lagi


berhubungan dengan perdarahan
post op. Tiroi O : -TD= 110/80 mmHg, Nadi= 84x/mnt,
suhu= 36,7oC, klien tidak tampak pucat, dan
dektomi. tidak terjadi perdarahan pada luka post op

A : Masalah teratasi sebagian, klien masih


perlu pengawasan.

P :Rencana tindakan dilanjutkan, klien bo-leh


mobilisasi duduk & berjalan. Terapi injeksi
diganti dengan oral.

44
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tumor tiroid merupakan keganasan yang sering dijumpai di bidang


THT. Hal-hal yang saling mempengaruhi kesembuhan penyakit ini antara  lain
kecepatan dan  ketepatan diagnosa, penentuan stadium  tumor, fasilitas dan sarana
yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang diberikan

45
Tumor tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani
terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada.

Tiroidektomi adalah : sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid.

3.2. Saran
Bagi anda yang memiliki benjolan yang tidak normal, ataupun memiliki
beberapa keluhan yang dicurigai sebagai penyakit keganasan, maka anda tidak perlu
ketakutan bahwa itu adalah kanker, akan tetapi segeralah diperiksakan ke dokter yang
dipercaya agar dapat segera diketahui jenis penyakitnya, dan juga mendapatkan perawatan
yang cepat dan tepat.   

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Smeltzer,Suzanne C.Brenda G Bare.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.Jakarta: EGC

46
Mansjoer, arif.dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:EGC

47

Anda mungkin juga menyukai