Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN KASUS GAGAL GINJAL AKUT


PADA SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh:
Devi Sintia Dewi Br Situmorang
NIM : 01.2.17.00597
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Secara fisiologis ginjal memiliki multifungsi untuk mengatur keseimbangan dalam tubuh.
Sebagai organ utama filtrasi, ginja memiliki efek yang luar biasa, sehingga akan
memperthahankan sirkulasi tubuh dan engeluarkan segala bentuk toksin. Oleh aakrena itu,
gangguan dalam proses filtrasi ini akan memicu gangguan yang sitemik maupun local.
Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak dengan
tanda gejaala khas berupa oliguria / anuria dengan peningkatan BUN (Blood Ureum
Nitrogen) atau kreatinin serum. Secara pergantian umum gagal ginjal akut juga disebut
sebagai Acute Renal Faiure (ARF) atau Acute Kidney Injury (AKI) (Graber, 2006 ; Wilcox,
2009).
Secara epidemologi, gagal ginjal akut (Acute Renal Faiure) merupakan gangguan ginjal
yang sering dikarenakan adanya perubahan usia. Peningkayan angka traumatik pada ginjal
juga memprngaruhi insidensi gagal ginjal akut. Jika ditelaah lebih dalam tentang gagl
ginjal, sebenarnya merupakan penyakit yang terjadi dikarenakan oleh penyakit penyerta
primer. Perilaku hidup sehat dalam menjaga keseimbangan cairan dn elektrolit akan
meningkatkan fungsi ginjal. Kegagalan fungsi ginjal akan mengakibatkan gangguan yang
bersifat sitemik, sehingga hemodinamika tubuh akan menurun dan mengancam nyawa.
Secara laboratories, perubahan yang mencolok pada klien gagl ginjal adalah kadar serum
kreatinin (Hoste, 2007).
Cedera ginjal akut (sebelumnya dikenal sebagai gagal ginjal akut) adalah sindrom yang
ditandai dengan hilangnya cepat fungsi ekskresi ginjal dan biasanya didiagnosis oleh
akumulasi produk akhir metabolisme nitrogen (urea dan kreatinin) atau penurunan output
urin, atau keduanya. Ini adalah manifestasi klinis dari beberapa gangguan yang
mempengaruhi ginjal akut. Cedera ginjal akut umum terjadi pada pasien rumah sakit dan
sangat umum pada pasien sakit kritis. Di pasien-pasien ini, paling sering terjadi sekunder
pada kejadian-kejadian ekstrarenal. Bagaimana kejadian seperti itu menyebabkan cedera
ginjal akut kontroversial. Tidak ada terapi khusus yang muncul yang dapat mengurangi
cedera ginjal akut atau mempercepat pemulihan; demikian, pengobatannya suportif. Teknik
diagnostik baru (misalnya, biomarker ginjal) mungkin membantu diagnosis dini. Pasien
diberikan terapi penggantian ginjal jika cedera ginjal akut berat dan biokimia atau terkait
volume, atau jika komplikasi terkait uraemictoxaemia menjadi perhatian. Jika pasien
bertahan penyakit mereka dan tidak memiliki kronis premorbid penyakit ginjal, mereka
biasanya pulih ke kemandirian dialisis. Namun, bukti menunjukkan bahwa pasien yang
memilikinya mengalami cedera ginjal akut pada peningkatan risiko penyakit ginjal kronis
berikutnya. (Lancet 2012; 380: 756–66).
Cedera ginjal akut (AKI) adalah masalah kesehatan masyarakat global yang terkait
dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan yang tinggi. Selain dialisis, tidak ada
intervensi terapeutik yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup, membatasi cedera,
atau mempercepat pemulihan. Meskipun diakui kekurangan dalam model hewan in vivo,
patofisiologi yang mendasari AKI dan konsekuensinya, penyakit ginjal kronis (CKD), kaya
dengan target biologis. Kami meninjau temuan terbaru yang berkaitan dengan vaskularisasi
ginjal dan respon stres seluler, terutama perpotongan respon protein yang tidak dilipat,
disfungsi mitokondria, autophagy, dan respon imun bawaan. Mekanisme perbaikan
maladaptif yang bertahan setelah fase akut meningkatkan peradangan dan fibrosis pada
fase kronis. Di sini makrofag, sel epitel tubular yang ditangkap pertumbuhan, endotelium,
dan sekitarnya pericytes adalah pemain kunci dalam perkembangan penyakit kronis.
Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme patofisiologi yang kompleks ini
berinteraksi, kepentingan relatif mereka pada manusia, dan kegunaan biomarker akan
mengarah pada strategi terapeutik untuk mencegah dan mengobati AKI atau menghambat
perkembangan ke CKD atau penyakit ginjal stadium akhir (ESRD). (Annu. Rev. Med.
2016. 67:293–307).

1.2 Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, Stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah Nefropati
obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat,
striktur uretra, anomaly congenit al leher vesika urinaria dan uretra)

1.3 Pathway

1.4 Patofisiologi

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya akan
terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus
dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi
eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah
gangguan metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang mana
vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs
kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan
demineralisasi ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin
sebagai factor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen
oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas
dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang
berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin
urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema, CHF dan
hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin angiostenin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garammengakibatkan resiko
hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium
sehingga status uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi
asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-).
Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.Anemia terjadi akibat produksi
eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi
dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari
saluran pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun sehingga
mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolism. Kadar kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik.Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain
akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal
ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon
sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan
penyakit tulang. (Nurlasam, 2007).

1.5 Menifestasi klinis

Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare (2001),
Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction rub
pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia,
kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit abu-
abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini
dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar,
memar (purpura).
3. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan liat,nafas
dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
4. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam
dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis,
peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal.
5. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai kaki
(foot drop).
6. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
tidak mampu berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler, impotensi, penurunan
libido, kemandulan
8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas trombosit, masa
pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan perdarahan.
9. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit, peningkatan resiko
infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria,
proteinuria, nocturia, aliguria.
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum kreatinin
(azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipermagnesemia dan hipokalsemia.
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses
kognitif.

1.6 Komplikasi

Sebagai organ vital yang menjaga homeostatis tubuh, ginjal akan mengatur beberapa proses
reguasi. Oleh karena itu, gangguan fungsi / kegagalan fungsi fisiologis pada ginja akan
berdampak pada ketidakseimbangan dalam sirkulasi dan metabolism tubuh. Berikut ini adalah
beberapa ptensial komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut (Leppert,
2004) :

1. Keseimbangan elektrolit tubuh


a. Hiperkalemia
b. Hiponatremia
c. Asidosis metabolic
d. Hipokalsemia
e. Hiperphospatemia
f. Hieprmagnesia
2. Fungsi jantung dan paru
a. Edema pulmonal
b. Perikarditis
c. Hipertensi
3. Gastrointestinal
a. Nausea
b. Vomiting
c. Anoreksia
d. Perdarahan
4. Hematologi
a. Anemia
b. Disfungsi platelet
5. Neurologis
a. Pusing
b. Obtundation
c. Asterixis
d. Myoclonus
e. Seizures
f. Dialytc

6. Infeksi pada traktus urinarius, paru-paru, luka operasi, dan sepsis


7. Intoksikasi obat
1.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan Bare
(2001) yaitu :
1. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
a. Hipertensi diberikan antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet), Propanolol (Inderal),
Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta Blocker, Prazonin (Minipress), Metrapolol
Tartrate (Lopressor).
b. Kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid (Lasix), Bumetanid
(Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon), Chlorothiazide (Diuril).
c. Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil.
d. Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium Polisteren Sulfanat.
e. Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol.
f. Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium hidroksida.
g. Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat, kalsium asetat,
alumunium hidroksida.
h. Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen
i. Ulserasi oral diatasi dengan antibiotic.
2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan C, diet tinggi lemak
dan karbohirat
3. Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.
4. Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), fenitonin (dilantin).
5. Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV atau SC 3x seminggu),
kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan,
androgen (depo -testoteron) untuk pria, transfuse Packet Red Cell/PRC.
6. Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritoneal dialisa.
7. Transplantasi ginjal.

1.7 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Dalam pengkajian dalam menegakkan permasalahan keperawatan pada klien
gagal ginjal, maka ada beberapa pengakajian dsar yanag harus dilakukan untuk
menghasilkan data focus, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Berikut ini
adalah beberapa anamnesa dan kajian fisik pada klien dengan gagal ginjal (kahan,
2009).
1. Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui kondisi hipo / hipertensi, hipo / hipertermi,
takikardia atau distrees napas yang dikarenakan oleh penurunan cardiac output :
Pada klien gagal ginjal dimana sirkulasi sistemik mengalami gangguan / penurunan,
maka akan berdampak pada blod flow dalam sirkulasi yang juga akan menurun
(cardiac output decrease). Namun , perlu diperhatiakan bahwa klien yang dirawat
di Rumah sakit pada fase akut sering mengalami peningkatan metabolic dan
peningkatan kebutuhan cairan karena dampak dari kondisi sekundernya
penyakitnya, misalnya adanya komplikasi sepsis dan post operasi.
2. Analisa dan hitung haluaran urine secara akurat :
Dianjurkan untuk menghitung secara obyektif haluaran urine pda klien gagal ginjal
dengan membuat draft pada lembar kertas observasi urine output. hal ini akan
bermanfaat untyk mengetahui fungsi ginjal dalam hala ekskresi dan seberapa besar
cairan yang tertahan dalam tubuh.
3. Kaji masukan cairan (makanan, minuman, terapi ciran via parenteral daan sumber
input lainnya) :
Haluaran urin dipengaruhi oeleh besran input cairan. Oleh karena itu, perhitungan
keseiimbangan anatara input dan output akan memberikan informasi yang akurat
dalam penentuan fungsi ginjal.

4. Kajia riwayat gangguan dalm eliminasi urine :


Kaji adanya hesistensi, urgensi, rasa tidak puas setelah berkemih, disuria, hematuria,
kesulitan untuk mnegelurakan urine, riwayat penyakit prostat (BPH).
5. Kaji riwayat penyakit lainya yang mempengaruhi fungsi ginjal :
Hal ini untuk mengeksplorasi apakah gangguan fungsi ginjal diakibatkan oleh factor
prenatal, renal atau post renal. Beberapa penyakit yang bisa mengakibatkan
komplikasi gagal ginjal misalnya hipertensi, diabetes militus, gagal jantung
kongestif (chronic Heart Failure), dan SLE (System Lupus Eritematous).
6. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan :
Obat yang bersifat efek samping nephrotoxic akan berdampak pada gangguan fungsi
ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang dan terlebih jika tidak terkontrol ole
medis, misalnya NSAID, ACE inhibitors, anminoglikosida.
7. Kaji riwayat perbedaan pada area pelvis :
Infeksi ginjal bisa diakibatkan oleh adanya pembedahan pada area pelvis, sehingga
akan mempengaruhi fungsi ginjal.
8. Jika terpasang kateter,maka kaji karakteristik urine :
Kaji warna, ada / tidaknya darah, ada / tidaknya sedimen, dan kepekatan , dan jumlah.
Klien gagal ginjal mengalami oliguria bahkan sampai retensio urine. Jika kondisi
ini berlanjut lama (kronis), maka kemungkinnan akan terjadi hydronrphrosis.
9. Cek fungsi ginjal melalui pemeriksaan laboratorium :
Hal ini untuk mengetahui bagaimana clearance ginjal untk meakukan filtrasi melalui
analisa kreatinin, ureum, dan nitrogen.

B. Pemeriksaan Ginjal
Pada pemeriksaan ginjal, beberapa hal yang perlu diamati pada saat
melakukan :
1. Inspeksi diantaranya adalah adanya pembesaran pada daerah pinggang
atau abdomen sebelah atas. Pemebesaran merupakan akibat dari adanya
hidronefrosis atau tumor apada derah retroperitoneal. Sementara itu untuk
palpasi harus
2. Sementara untuk palpasi, pada metode pemeriksan ini dimaksudnya untuk
mengetahui ada pembesran pada ginjl akibat dari perengangan kapsula
ginjal.
Keadan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah :
a. Cahaya ruangan cukup baik
b. Pasien terus rileks
c. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis
pubis.
Utuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah :
1) Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2) Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut
pada posisi fleksi (bila diperlukan)
3) Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan
diatas kepala akan menarik adan menegangkan otot perut
4) Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, dan kuku harus
pendek. Dengan jalan menggesek gesek tangan kan membuat
telapak tangan jadi hangat
5) Lakuka pemeriksaan perlahan-lahan, hindari gerakan yang cepat
dan tak diinginkan
6) Jika perlu ajak pasien berbicara sehaingga pasien akan lebih relak
7) Jika pasien sangat sensitive dan mulailah palpasi dengan tangan
pasien dendiri dibawah tangan pemeriksa menggantikan tangan
pasien
8) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan raut muka
dn emosi pasien.
Palpasi Ginjal :
1. Ginjal kanan
Letakkaan tangan kanan di bawah dan parare dengan iga 12 dengan
ujung jari menyetuh sudut costovetebra. Angkat dan dorong ginjal
akanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara gente di
kwadrant kanan atas sebelah lateral dan pararel dengan
muskulus.rektus bdominalis dekstra. Suruh pasien bernafas dalam
saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan akanan cepat dan
dalam di kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan
ginjal kanan akan teraba diantara tangan
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan
kanan secara pelan-pean dan rasakan bagaimana ginjal kanan
kembali keposisi semula dalam ekspirasi. Jika ginjal kanan teraba
tentuka ukuran , countur, dan adanya nyeri tekan.
2. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah kesebalah kiri pasien. Gunakan
tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah,
kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri atas lakukan
seperti sebelumnya. Pda keadaan noral ginjal kiri jarang teraba.
3. Pemeriksaan ginjal dengan perkusi ; nyeri tekan ginjl mungkin
ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebra. Kadang-kadang penekanan pada ujung jari
pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula ditinju
dengan permukaan ulnar kepala tangan kanan dengan beralaskan
volar tangan kiri (fish percussion).

a. Demografi
Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium dan sumber air tinggi
kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis
kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif, gangguan saluran
penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan
neropati obstruktif.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat menderita penyakit gagal
ginjal kronik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi, personal
hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin, oksalat,
fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control tekanan darah dan gula darah tidak
teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat, peningkatan
berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam
karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,
diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat
kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam
hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom
“kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh
tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.
e. Pengkajian fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
5) Kepala
a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : pernapasan cuping hidung
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,
mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atauurine tidak ada.
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8
gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil
akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan)
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena
kurang asam amino esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,
masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam
ureter dan retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan seljaringan
untuk diagnosis hostologis.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal
(keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g) Elektrokardiografi / EKG: mingkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
h) Fotokaki, tengkorak,kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan
bentuk ginjal.
j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi
invasif ginjal
1.9.2 Diagnosa Keperawatan
1.9.2.1 Retensi urine b/d peningkatan tekanan uretra

Retrensi Urine D.0050


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus reflex
3. Blok spingter
4. Disfungsi neurologis
5. Efek agan farmakologis
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Sensasi penuh pada 1. Dysuria / anuria
kandung kemih 2. Distensi kandung kemih
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Dribbling 1. Ikontenesia berlebih
2. Residu urine 150 ml atau lebih
Kondisi klinis terkait
1. Benigna prostat hyperplasia
2. Pembengkakan perineal
3. Cedera medulla spenalis
4. Rektokel
5. Tumor di saluran kemih

1.9.2.2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur

Gangguan Pola Tidur D.0055


Kategori : fisiologis
Subkategori : aktivitas / istirahat
Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan
2. Kurang control tidur
3. Kurang privasi
4. Restrain fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar tempat
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur (tidak ada)
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berkurang
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh kemampuan (tidak ada)
beraktivitas menurun
Kondisi klinis terkait
1. Nyeri
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruksi kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
1.9.3 Intervensi Keperawatan
Kateterisasi Urine 1.04148
Definisi
Memasukan selang Kateter kedalam kandung kemih
Tindakan
Observasi
1. Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, tanda-tanda vital, daerah perineal,
distensi kandung kemih, inkontinensia urine, refleks berkemih)
Terapeutik
1. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan
2. Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben
(untuk wanita) dan supine (untuk alaki-laki)
3. Pasang sarung tangan
4. Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl atau aquades
5. Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic
6. Sambungkan kateter urin dengan urine bag
7. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik
8. Fiksasi setang kateter diatas simpisis atau di paha
9. Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih
10. Berikan label waktu pemasangan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
2. Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter

Dukungan tidur 1.05174


Definisi
Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Tindakan
Observasi
2. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
3. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau psikologis)
4. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis, kopi, teh
alkohol,makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
5. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
2. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis.psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

1.9.4 Implementasi Keprerawatan

Retensi urine L.04034


Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap
Ekspektasi membaik
Kriteria hasil
Menuru Cukup Sedang Cukup Menin
n menurun mening gkat
kat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5
meningk Cukup Sedang Cukup menur
at meningk menuru un
at n
Desakan berkemih 1 2 3 4 5
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas 1 2 3 4 5
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Dysuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5

Pola Tidur L.05045


Definisi
Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur
Ekspektasi membaik
Kriteria hasil
Menuru Cukup Sedang Cukup Menin
n menurun mening gkat
kat
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan sering terjaga 1 2 3 4 5
Keluhan tidak puas tidur 1 2 3 4 5
Keluhan pola tidur berubah 1 2 3 4 5
Keluhan istirahat tidak cukup 1 2 3 4 5
meningk Cukup Sedang Cukup menur
at meningk menuru un
at n
Kemampuan beraktifitas 1 2 3 4 5

1.9.5 Evaluasi Keperawatan


1 Pasien sudah tidak merasakan kesakitan lagi
2 Pasien dapat melakukan tindakan medis selanjutnya dengan nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Arsip Rekam Medik. 2015. Prevalensi Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan di
RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Arliza, M. 2006. Prosedur dan Teknik Operasional Hemodialisa. Edisi pertama.Yogyakarta:
Tugu Pustaka
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Metabolisme. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Edisi Jakarta :
EGC.
Muttaqin. A, dan Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses dan
Aplikasi. Jakata : Salemba Medika
Muchtadi, T. R. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta : Bandung
National Kidney Foundation. 2011. Chronic Kidney Disease (CKD) and Diet: Assessment,
Management and Treatment.
Niven, N. 2002.Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Info Media:
Jakarta
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses–proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC
Smeltzer dan Bare. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing Vol 2.Philadelphia :
Linppincott William & Wilkins
Smetltzer C. Suzanne, Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah.EGC : Jakarta
Wilson. L Mc C. 2006. Payah Ginjal Kronik. Dalam Patofisiologi Edisi 6 Bab 2.Jakarta : EGC ;
912
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : Devi Sintia Dewi Br Situmorang


NIM : 01.2.17.00597
RUANG : ………………………………………...
TANGGAL : 05 April 2018

1. BIODATA :
Nama : TN. ANo.Reg : 415463
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kediri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 12 November 2020
Tanggal Pengkajian : 05 April 2018
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis :CKD (Cronic Kidney Disease)

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan susah kencing demam 3 hari yang lalu, kencing hanya keluar sedikit
sedikit dan terasa panas, keluhan bertambah berat saat beraktivitas dan berkurang saat
istirahat.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sebelum masuk RS kira – kira 5 hari sebelumnya pasien mengatakan BAK sedikit dan sakit
untuk BAK , dan 2 hari kemudian pasien mengatakan demam dan pusing serta mual muntah
dan pada malam hari sampai menggigil pada saat masuk RS pada tanggal 1 – 9 – 2020 di
RSI Roemani saat pengkajian tanggal 8 – 9 – 2020 pasien mengalami mual muntah saat
makan , pasien mengatakan nafsu makan berkurang , makan sedikit terasa penuh . pasien
mengatakan selama sakit BAK berkurang hanya sedikit – sedikit volume BAK sehari
mencapai 200 ml. pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas, perawatan personal
hygine selama sakit dibantu oleh keluarganya, 2x sehari dan dibantu perawat. Pasien
mengatakan lemas. Pasien mengatakan gatal – gatal pada tubuh apalagi bila berkeringat

4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan, dirinya dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menurun
dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang dideritanya sekarang Demam
typoid dan tidak pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit.pasien dan keluarga juga tidak
mempunyai riwayat penyakit yang menular seperti HIV, Diabet Militus, Jantung dan
hipertensi.

Genogram :

Ket :
= Laki – laki
= Perempuan
X = meninggal
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= Pasien

6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL


Keadaan sosial pasien baik, keadaan lingkungan bersih, Pasien sering membeli makanan da
makanan kemasan di toko toko sekitar rumahnya dan kemungkinan ini karena komposisi
yang terkandung dalam minuman kurang dapat di cerna oleh tubuh. Pasien masih dapat
pergi beribadah ke greja

7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan
dan seksual ).
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
1. Pemenuhan Makan/Minum Makan/Minum
kebutuhan Jumlah :3x/hari Jumlah : 3x
Nutrisi dan Jenis : Jenis :
Cairan 1) Nasi : ........3x1 porsi.(porsi) 1) Nasi :.........1-2 sendok.....
2) Lauk : ada/tidak, nabati/hewani (porsi)
3) Sayur : ada/tidak 2) Lauk : ada/tidak,
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
4) Minum :...1500-2000.cc/hari nabati/hewani
Pantangan : 3) Sayur : ada/tidak
Tidak ada pantangan 4) Minum :........sedikit.cc/hari
Kesulitan Makan/Minum : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada
Usaha mengatasi kesulitan : Kesulitan Makan/Minum :
Tidak ada Pasien mengatakan mual
muntah, nyeri saat menelan,
nafsu makan menurun, porsi
tidak habis, hanya 1-2 sendok,
nyeri ulu hati,
Usaha Mengatasi Kesulitan :
Belum ada
2. Pola Eliminasi BAK :......8x...................x/hari BAK :......3-5...............x/hari
Jumlah :.......700-800.............cc Jumlah :.......300.............cc
BAB :1x/hari BAB :1x/hari
Konsistensi :warna kuning, lunak, Konsistensi :warna kuning, bau
bauk khas khas feses
Masalah dan cara mengatasi: Masalah dan cara mengatasi:
Tidak ada Kesulitan BAK, belum teratasi
3. Pola istirahat Siang : ........3...............jam Siang : .......1...................jam
Tidur Sore :...........................jam Sore : ...............................jam
Malam : ....8.................jam Malam : ......5......................jam
Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :
Tidak ada Kurang nyaman dengan rasa
Penggunaan Obat Tidur : ingin berkemih berkali kali
Tidak ada yang dirasakan
Penggunaan Obat Tidur :
Tidak ada
4. Personal 1. Frekuensi Mandi :...2...x/hari 1. Frekuensi Mandi :..1..x/hari
Hygiene 2. Frekuensi mencuci rambut : 2. Frekuensi mencuci rambut :
(Kebersihan 2x/minggu Belum pernah
Diri) 3. Frekuensi gosok gigi : 3. Frekuensi gosok gigi :
Setiap mandi Setiap mandi
4. Keadaan Kuku : tampak bersih 4. Keadaan Kuku :
5. Ganti Baju : Tampak bersih
Setiap mandi 5. Ganti Baju :
Setiap mandi
5. Aktivitas Lain Aktivitas rutin : Aktivitas rutin :
Bekerja Istirahat ditempat tidur
Aktivitas yang dilakukan pada Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang : waktu luang :
Berkumpul dengan keluarga Tidur atau mengubrol dengan
keluarga

8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


badan teraba panas, tampak meringis memegangi perut bagian bawah , klien tampak mual
dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam, pasien tampak lemas dan
pucat.

9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : ………38……………………ºC
Denyut Nadi : ………76……………………x/menit
Tekanan Darah : …………100/70…………………mmHg
Pernafasan :…………20…………………x/menit
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Inspeksi : bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, rambut warna putih abuh-abuh, , telinga
simetris, hidung tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada polip, mulut kering, lidah bersih
Pemeriksaan pada leher pemeriksaan leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar tiroid
disebelah kanan dan kiri leher pasien
Palpasi :tertapat nyeri tekan dibagian kepala, tidak teraba benjolan maupun penonjolan
tulang, terabapembesaran kelenjar tiroid.

B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :


Inspeksi : Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit elastis, tidak ada kelainan pada daerah
kuku, crt <3detik, akral hangat, tidak ada sianosis, uji torniquet positif

C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak ( Bila diperlukan ):


Inspeksi : Payudara simetris, Ketiak terdapat bulu
Palpasi : tidak ada terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan

D. Pemeriksaan Dada /Thorak


Inspeksi Thorax : pasien tidak mempunyai keluhan, pasien bernapas spontan, bentuk
dada simetris, tidak ada masa dan lesi, payudarah simetris, irama napas teratur, tidak ada
pengunaan otot bantu napas, data kiri dan dada kanan tampak simetris , saat bernapas
tidak ada otot bantu napas, RR 20x/menit
Palpasi :palpasi pada dada tidak teraba benjolan maupun ketidaknormalan pada tulang
thorak, tidak terdapat nyeri tekan pada dada.
Perkusi Paru : suara perkusi resonan atau paru paru normal, tidak ada suara perkusi
tambahan seperti hipersonan maupun dullnes
Auskultasi :suara auskultasi pada torak vesikuler dan tidak ada suara tambahan seperti
rales, ronkhi, maupun wheezing.

E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi dan palpasi: tidak tampak pulserasi/lemah pada jantung, tidak tampak
pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak nornalan pada
bentuk jantung, dan tidak tampak ictus cordis, saat dilakukan palpasi jantung tidak terapa
pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus cordis karena denyutan dinding thorax pada
ICS V midclavikula sinister, tidak ada tanda-tanda sianosis, CRT <3detik, tidak ada
edema dibagian tangan dan kaki, nadi apical teraba, vena jugularis teraba, jantung terasa
berdebar debar, akral teraba hangat. Pemeriksaan torniquet positif
Perkusi : batas jantung pada ICS II area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada
sebelah kiri), ICS V mid sternalis kiri (pada area katup trikuspid atau ventrikel kanan)
ICS V mid clavikula kiri ( pada area katup mitral). Batas jantung atas pada ICS II mid
sternalis, kiri : ICS V midclavikula kiri, Bawah : ICS V dan batas kanan pada ICS IV
midsternalis kanan
Auskultasi : Auskultasi bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri, bunyi jantung
I pada ICS V pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi jantugn II pad ICS II garis
sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri. Tidak ada suara jantung tambahan seperti
murmur maupun galop.

F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : pada abdomen tidak tampak luka jahit ataupun luka bakar, selaput mukosa
bibir pasien kering, nafsu makan menurun, makan habis 1-2 sendok, pembesaran hati (-),
melena (-).
Auskultasi : suara abdomen normal dan suara peristaltik usus atau bisisng usus 24x per
menit.
Perkusi : suara perkusi timpani
Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan pada ulu hati, dan nyeri saat
digunakan untuk menelan.

G. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya ( bila diperlukan ):


Genetalis : Terpasang DC (Dower Kateter), bersih, tidak ada sumbatan
Anus :tidak terdapat Hemoroid

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
5 5
5 5

0=paralisis total
1=tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2=gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3=gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4=gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh

H. Pemeriksaan Neurologi :
Nilai kesadaran pasien compsomentis yaitu kesdaran normal sadar penuh dan dapat
menjawab semua pertanyaan tentang sekelilingnya, tidak tampak gelisah
dengan gcs 15
Eyes = 4 dapat membuka mata secara spontan
Erbal 5= dapat berorientasi dengan baik
Motorik 6=dapat mengikuti perintah secara baik
Pemeriksaan refkel patela baik, pupil isokor.

J. Pemeriksaan Status Mental :


pasien mengatakan percaya adanya Tuhan Yesus , sumber kekuatan pasien adalah
keluarga, ibadah yang mampu dilakukan secara mandiri adalah berdoa , berdoa pasien
mengatakan dia yakin kalau dia akan segeara sembuh dan menganggap bahwa sakit
adalah sebuah ujian

11. Pemeriksaan Penunjang Medis


Tanggal :
N Jenis Nilai Normal Hasil Intrepretasi
o Pemeriksaan Hasil

1 HB 13,0-18,0 8,2 Menurun


2 Jumlah eritrosit 4,50-6,20 7,1 Meningkat
4 MCV 81,0-96,0 1.220 Meningkat
5 MCH 27,0-36,0 22 Menurun
8 Limfosit 20-40 12,2 Normal
16 Kalium darah 11,0-17,0 7,1 Menurun
17 HGB 11,0-17,0 8,2 Menurun
18 RBC 4,0-5,5 3,03 Normal
19 HCT 40-54 25,1 Normal
21 PLI 180-300 133,2 Menurun
22 Ureum 16,8-43,4 565,4 Meningkat
23 Kreatinin 0,81-1,44 11,33 Meningkat
24 Natrium darah 132-147 125 Menurun

12. Pelaksanaan / Therapi :


a) RL 500 cc/8 jam= digunakan sebagai penambah cairan dan elektrolit tubuh untuk
mengembalikan keseimbangannya
b) IVFD NaCL 0,9% 500cc/24jam= Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar
tetap terhidrasi dengan baik.
c) Omeprazole 2x 40 mg (IV) = digunakan untuk meredakan gejala perut panas, kesulitan
menelan, dan batuk yang tak kunjung hilang, membantu menyembuhkan kerusakan asam
di perut dan kerongkongan, membantu mencegah luka lambung,
d) Metoclopramide 3x10 mg (IV) = digunakan untuk meredakan mual dan muntah yang
bisa disebabkan oleh penyakit asam lambung, efek samping dari prosedur bedah,
kemoterapi, atau radioterapi
e) Diet lunak 1700 kkal= mempermudah perut untuk mengabsorbsi
f) Paracetamol 3 x 500 mg = obat untuk penurun demam dan pereda nyeri
g) OMZ 2 X 10 mg= mengandung zat aktif Omeprazole. Omeprazole termasuk dalam
golongan obat Proton Pump Inhibitor (PPI) yang menghambat produksi asam lambung,
12. Harapan Klien / Keluarga sehubungan dengan penyakitnya :
Pasien berharap agar segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti semula serta dapat
melakukan perannya dengan baik

Kediri , ……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,

(Adellia Irma Pratiwi)


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR :58 thn
NO. REGISTER : 415463

DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH


DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (P)

DS :Pasien mengatakan susah Peningkatan Tekanan Retensi Urine


kencing demam 3 hari yang lalu, Uretra
kencing hanya keluar sedikit
sedikit dan terasa panas, keluhan
bertambah berat saat beraktivitas
dan berkurang saat istirahat.

DO : pasien tampak, tampak


meringis memegangi perut
bagian bawah , badan teraba
panas, klien tampak mual dan
menolak untuk makan.
Terpasang IUFD RL 500
cc/6jam, pasien tampak lemas
dan pucat.
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

DS : Pasien mengatakan sulit Kurang Kontrol Tidur Gangguan Pola Tidur


untuk tidur dan istirahat karena
sering bolak balik ke kamar
mandi dan merasa ingin buang
air berkali-kali tapi tidak bisa
nyeri pada perut bagian bawah

DO : pasien tampak, tampak


meringis memegangi perut
bagian bawah , badan teraba
panas, klien tampak mual dan
menolak untuk makan.
Terpasang IUFD RL 500
cc/6jam, pasien tampak lemas
dan pucat.
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 58 thn
NO. REGISTER : 415463

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


MUNCUL (SDKI) TERATASI TANGAN
1 16 Nov 2020 Retensi Urine berhubungan 17 Nov 2020
dengan Peningkatan Tekanan
Uretra yang di tandai dengan (mhs.adellia)
Pasien mengatakan susah
kencing demam 3 hari yang lalu,
kencing hanya keluar sedikit
sedikit dan terasn a panas,
keluhan bertambah berat saat
beraktivitas dan berkurang saat
istirahat.Pasien tampak, tampak
meringis memegangi perut
bagian bawah , badan teraba
panas, klien tampak mual dan
menolak untuk makan.
Terpasang IUFD RL 500
cc/6jam, pasien tampak lemas
dan pucat.
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah :
100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

2 16 Nov 2020 Gangguan Pola Tidur 17 Nov 2020


Berhubungan dengan Kurang (mhs.Adellia)
Kontrol Tidur yang di tandai
dengan Pasien mengatakan sulit
untuk tidur dan istirahat karena
sering bolak balik ke kamar
mandi dan merasa ingin buang
air berkali-kali tapi tidak bisa
nyeri pada perut bagian bawah.
Pasien tampak, tampak meringis
memegangi perut bagian
bawah , badan teraba panas,
klien tampak mual dan menolak
untuk makan. Terpasang IUFD
RL 500 cc/6jam, pasien tampak
lemas dan pucat.
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah :
100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 58 thn
NO REGISTER : 415463

DIAGNOSIS KEPERAWATAN :Retensi Urine b/d Peningkatan Tekanan Uretra

1. SIKI : Eliminasi Urine kode : L.04034


a. Desakan berkemih 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Berkemih tidak tuntas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Urine menetes 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

DIAGNOSIS KEPERAWATAN :Gangguan Pola Tidur b/d Peningkatan Tekanan Uretra

1. SIKI : Pola Tidur kode : L.05945


l. Keluhan sulit tidur 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
m. Keluhan sering terjaga 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
n. Keluhan istirahat tidak cukup 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 58 Thn
NO.REGISTER : 415463
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
(SIKI)
1 Retensi Urine berhubungan dengan Kateterisasi Urine ( 1.04148)
Peningkatan Tekanan Uretra yang di
tandai dengan Pasien mengatakan O : periksa kondisi pasien (ms. Kesadaran, tanda-tanda vital, O : pemeriksaan kondisi pasien bertujuan untuk mengetahui
susah kencing demam 3 hari yang daerah perineal, distensi kandung kemih,reflex berkemih apa penyebab dari keluhan pasien dan untuk merencanakan
lalu, kencing hanya keluar sedikit tindakan selanjutnya apasaja yang sesuai dengan kondisinya
sedikit dan terasa panas, keluhan N : Pasangkan kateter pada pasien (siapkan peralatan bahan bahan N : pemasangan kateter pada pasien retensi urine berguna
bertambah berat saat beraktivitas dan ruangan tindakan ke-2 siapkan pasien bebaskan pakaian bawah untuk melancarkan pengeluaran urine yang tertahan di
dan berkurang saat istirahat. Pasien dan posisi dorsal recumbent untuk wanita dan supine untuk laki- kandung kemih
tampak, tampak meringis laki ketiga pasang sarung tangan keempat bersihkan daerah E : penjelasan tujuan dan prosedur yang akan di lakukan
memegangi perut bagian bawah , perineal dengan cairan NaCl atau aquades selanjutnya lakukan kepada pasien dan keluarga agar pasien maupun keluarga tau
badan teraba panas, klien tampak insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptik apasaja tindakan yang akan dilakukan serta kegunakan dari
mual dan menolak untuk makan. sambungkan kateter urine dengan urine bag isi balon dengan NaCL tindakan tersebut untuk penyembuhannya
Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam, 0,9% sesuai anjuran pabrik fiksasi selang kateter di atas simpisis C : berkolaborasi dengan pasien saat pemasangan kateter
pasien tampak lemas dan pucat. atau di paha Pastikan kantong urine ditempatkan lebih rendah dari sangat di perlukan untuk keberhasilan pemasangan
Tanda-Tanda Vital kandung kemih. berikan label waktu pemasangan dan tanggal
Suhu Tubuh : 38 ºC pemasangan )
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg E : jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter
Pernafasan : 20 x/menit
C : berkolaborasi dengan pasien dan keluarga saat pemasangan
kateter agar tidak tegang
2 Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dukungan tidur (1.0574)
dengan Kurang Kontrol Tidur yang
di tandai dengan Pasien mengatakan O : identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis) O : melakukan identifikasi faktor pengganggu tidur berguna
sulit untuk tidur dan istirahat karena untuk merencanakan tindakan yang cocok sesuai kondisinya
sering bolak balik ke kamar mandi N : lakukan procedure untuk meningkatkan kenyamanan ( ms :
dan merasa ingin buang air berkali- pijat) N : procedure yang meningkatkan kenyaman dapat juga
kali tapi tidak bisa nyeri pada perut membantu pasien untuk tidur lebih nyenyak
bagian bawah. Pasien tampak, E : ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
tampak meringis memegangi perut lainnya E : mengajarkan relaksasi otot autogenic atau non
bagian bawah , badan teraba panas, farmakologi berguna supaya pasien tidak terlalu bergantu
klien tampak mual dan menolak C : kolaborasi dengan pasien atau keluarga unuk tetap menjaga pada obat yang biasanya memiliki dampak atau efeksamping
untuk makan. Terpasang IUFD RL kenyamanan untuk tidur
500 cc/6jam, pasien tampak lemas C : pasien dan keluarga tetap menjadi point penting dalam
dan pucat. meningkatkan kualitas tidur pasien
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 58 Thn
NO.REGISTER : 415463

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA


TANGAN

1 1 16 Nov
2020
14.00 Melakukan pemeriksaan TTV
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit (mhs. Adellia)
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

14.10 Melakukan pemeriksaan kandung kemih


=teraba keras pada area kandung kemih

14.20 Menjelaskan tentang tujuan dan prosedur


ketika melakukan pemasangan kateter

15.00 Melakukan pemasangan kateter

16.00 Melakukan observasi setelah pemasangan


kateter
=hasil observasi setelah pemasangan,
bahwa kateter sudah dapat terpasang
dengan benar, urine keluar dengan
konsistensi berwarna kuning keruh dan
tidak terdapat darah pada selang ketetr

2 2 16 Nov
2020
14.00 Melakukan pengukuran TTV (mhs. Adellia)
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit

14.10 mengidentifikasi faktor pengganggu tidur


= faktor pengganggu tidur di akibatkan
oleh rasa nyeri dan ingin berkemih terus
menerus

14.30 melakukan pijatan pada tubuh pasien


= pijatan dilakukan di area yang terasa
nyeri, pijatan tidak dilakukan keras dan
secara lembut
15.00 mengajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya
= mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam guna meredakan rasa yang
membuatnya tidak nyaman

15.30 melakukan kolaborasi dengan pasien unuk


tetap menjaga kenyamanan untuk tidur
=menjaga lingkungan tempat tidur dengan
kondisi aman, tidak bising dan
pencahayaan yang cukup
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN :Tn. A


UMUR : 58 Thn
NO.REGISTER :415463

NO NO.DX JAM EVALUASI TTD


1 1 17 Nov S : pasien mengatakan sudah tidak terlalu
2020 nyeri setelah di pasang kateter dan tidak perlu
08.00 bolak-balik ke kamar mandi
O : pasien tampak sedikit tenang setelah (mhs.Adellia)
dilakukan pemasangan kateter
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
A : masalah retensi urine teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
1. Observasi ttv
2. Observasi kondiri kandung kemih
3. Observasi lancarnya jalan urine dalam
selang kateter
4. Menjaga kebersihan kateter

2 1 17 nov S : pasien mengatakan sudah dapat tidur lebih


2020 lama walaupun masih sering terbangun saat
08.00 malam
O : pasien tampak masih lemah
Suhu Tubuh : 38 ºC (mhs.adellia)
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
A : masalah gangguan pola tidur teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Observasi ttv
2. mengidentifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik atau psikologis)
3. melakukan procedure untuk
meningkatkan kenyamanan seperti
melakukan pijatan pelan pada perut
bagian bawah
4. mengajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya
5. melakukan kolaborasi dengan pasien
atau keluarga unuk tetap menjaga
kenyamanan untuk tidur

Anda mungkin juga menyukai