Disusun Oleh:
Devi Sintia Dewi Br Situmorang
NIM : 01.2.17.00597
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Secara fisiologis ginjal memiliki multifungsi untuk mengatur keseimbangan dalam tubuh.
Sebagai organ utama filtrasi, ginja memiliki efek yang luar biasa, sehingga akan
memperthahankan sirkulasi tubuh dan engeluarkan segala bentuk toksin. Oleh aakrena itu,
gangguan dalam proses filtrasi ini akan memicu gangguan yang sitemik maupun local.
Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak dengan
tanda gejaala khas berupa oliguria / anuria dengan peningkatan BUN (Blood Ureum
Nitrogen) atau kreatinin serum. Secara pergantian umum gagal ginjal akut juga disebut
sebagai Acute Renal Faiure (ARF) atau Acute Kidney Injury (AKI) (Graber, 2006 ; Wilcox,
2009).
Secara epidemologi, gagal ginjal akut (Acute Renal Faiure) merupakan gangguan ginjal
yang sering dikarenakan adanya perubahan usia. Peningkayan angka traumatik pada ginjal
juga memprngaruhi insidensi gagal ginjal akut. Jika ditelaah lebih dalam tentang gagl
ginjal, sebenarnya merupakan penyakit yang terjadi dikarenakan oleh penyakit penyerta
primer. Perilaku hidup sehat dalam menjaga keseimbangan cairan dn elektrolit akan
meningkatkan fungsi ginjal. Kegagalan fungsi ginjal akan mengakibatkan gangguan yang
bersifat sitemik, sehingga hemodinamika tubuh akan menurun dan mengancam nyawa.
Secara laboratories, perubahan yang mencolok pada klien gagl ginjal adalah kadar serum
kreatinin (Hoste, 2007).
Cedera ginjal akut (sebelumnya dikenal sebagai gagal ginjal akut) adalah sindrom yang
ditandai dengan hilangnya cepat fungsi ekskresi ginjal dan biasanya didiagnosis oleh
akumulasi produk akhir metabolisme nitrogen (urea dan kreatinin) atau penurunan output
urin, atau keduanya. Ini adalah manifestasi klinis dari beberapa gangguan yang
mempengaruhi ginjal akut. Cedera ginjal akut umum terjadi pada pasien rumah sakit dan
sangat umum pada pasien sakit kritis. Di pasien-pasien ini, paling sering terjadi sekunder
pada kejadian-kejadian ekstrarenal. Bagaimana kejadian seperti itu menyebabkan cedera
ginjal akut kontroversial. Tidak ada terapi khusus yang muncul yang dapat mengurangi
cedera ginjal akut atau mempercepat pemulihan; demikian, pengobatannya suportif. Teknik
diagnostik baru (misalnya, biomarker ginjal) mungkin membantu diagnosis dini. Pasien
diberikan terapi penggantian ginjal jika cedera ginjal akut berat dan biokimia atau terkait
volume, atau jika komplikasi terkait uraemictoxaemia menjadi perhatian. Jika pasien
bertahan penyakit mereka dan tidak memiliki kronis premorbid penyakit ginjal, mereka
biasanya pulih ke kemandirian dialisis. Namun, bukti menunjukkan bahwa pasien yang
memilikinya mengalami cedera ginjal akut pada peningkatan risiko penyakit ginjal kronis
berikutnya. (Lancet 2012; 380: 756–66).
Cedera ginjal akut (AKI) adalah masalah kesehatan masyarakat global yang terkait
dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan yang tinggi. Selain dialisis, tidak ada
intervensi terapeutik yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup, membatasi cedera,
atau mempercepat pemulihan. Meskipun diakui kekurangan dalam model hewan in vivo,
patofisiologi yang mendasari AKI dan konsekuensinya, penyakit ginjal kronis (CKD), kaya
dengan target biologis. Kami meninjau temuan terbaru yang berkaitan dengan vaskularisasi
ginjal dan respon stres seluler, terutama perpotongan respon protein yang tidak dilipat,
disfungsi mitokondria, autophagy, dan respon imun bawaan. Mekanisme perbaikan
maladaptif yang bertahan setelah fase akut meningkatkan peradangan dan fibrosis pada
fase kronis. Di sini makrofag, sel epitel tubular yang ditangkap pertumbuhan, endotelium,
dan sekitarnya pericytes adalah pemain kunci dalam perkembangan penyakit kronis.
Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme patofisiologi yang kompleks ini
berinteraksi, kepentingan relatif mereka pada manusia, dan kegunaan biomarker akan
mengarah pada strategi terapeutik untuk mencegah dan mengobati AKI atau menghambat
perkembangan ke CKD atau penyakit ginjal stadium akhir (ESRD). (Annu. Rev. Med.
2016. 67:293–307).
1.2 Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, Stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah Nefropati
obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat,
striktur uretra, anomaly congenit al leher vesika urinaria dan uretra)
1.3 Pathway
1.4 Patofisiologi
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya akan
terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus
dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi
eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah
gangguan metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang mana
vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs
kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan
demineralisasi ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin
sebagai factor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen
oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas
dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang
berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin
urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema, CHF dan
hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin angiostenin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garammengakibatkan resiko
hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium
sehingga status uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi
asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-).
Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.Anemia terjadi akibat produksi
eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi
dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari
saluran pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun sehingga
mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolism. Kadar kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik.Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain
akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal
ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon
sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan
penyakit tulang. (Nurlasam, 2007).
Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare (2001),
Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction rub
pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia,
kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit abu-
abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini
dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar,
memar (purpura).
3. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan liat,nafas
dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
4. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam
dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis,
peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal.
5. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai kaki
(foot drop).
6. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
tidak mampu berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler, impotensi, penurunan
libido, kemandulan
8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas trombosit, masa
pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan perdarahan.
9. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit, peningkatan resiko
infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria,
proteinuria, nocturia, aliguria.
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum kreatinin
(azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipermagnesemia dan hipokalsemia.
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses
kognitif.
1.6 Komplikasi
Sebagai organ vital yang menjaga homeostatis tubuh, ginjal akan mengatur beberapa proses
reguasi. Oleh karena itu, gangguan fungsi / kegagalan fungsi fisiologis pada ginja akan
berdampak pada ketidakseimbangan dalam sirkulasi dan metabolism tubuh. Berikut ini adalah
beberapa ptensial komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut (Leppert,
2004) :
A. Pengkajian
Dalam pengkajian dalam menegakkan permasalahan keperawatan pada klien
gagal ginjal, maka ada beberapa pengakajian dsar yanag harus dilakukan untuk
menghasilkan data focus, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Berikut ini
adalah beberapa anamnesa dan kajian fisik pada klien dengan gagal ginjal (kahan,
2009).
1. Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui kondisi hipo / hipertensi, hipo / hipertermi,
takikardia atau distrees napas yang dikarenakan oleh penurunan cardiac output :
Pada klien gagal ginjal dimana sirkulasi sistemik mengalami gangguan / penurunan,
maka akan berdampak pada blod flow dalam sirkulasi yang juga akan menurun
(cardiac output decrease). Namun , perlu diperhatiakan bahwa klien yang dirawat
di Rumah sakit pada fase akut sering mengalami peningkatan metabolic dan
peningkatan kebutuhan cairan karena dampak dari kondisi sekundernya
penyakitnya, misalnya adanya komplikasi sepsis dan post operasi.
2. Analisa dan hitung haluaran urine secara akurat :
Dianjurkan untuk menghitung secara obyektif haluaran urine pda klien gagal ginjal
dengan membuat draft pada lembar kertas observasi urine output. hal ini akan
bermanfaat untyk mengetahui fungsi ginjal dalam hala ekskresi dan seberapa besar
cairan yang tertahan dalam tubuh.
3. Kaji masukan cairan (makanan, minuman, terapi ciran via parenteral daan sumber
input lainnya) :
Haluaran urin dipengaruhi oeleh besran input cairan. Oleh karena itu, perhitungan
keseiimbangan anatara input dan output akan memberikan informasi yang akurat
dalam penentuan fungsi ginjal.
B. Pemeriksaan Ginjal
Pada pemeriksaan ginjal, beberapa hal yang perlu diamati pada saat
melakukan :
1. Inspeksi diantaranya adalah adanya pembesaran pada daerah pinggang
atau abdomen sebelah atas. Pemebesaran merupakan akibat dari adanya
hidronefrosis atau tumor apada derah retroperitoneal. Sementara itu untuk
palpasi harus
2. Sementara untuk palpasi, pada metode pemeriksan ini dimaksudnya untuk
mengetahui ada pembesran pada ginjl akibat dari perengangan kapsula
ginjal.
Keadan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah :
a. Cahaya ruangan cukup baik
b. Pasien terus rileks
c. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis
pubis.
Utuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah :
1) Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2) Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut
pada posisi fleksi (bila diperlukan)
3) Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan
diatas kepala akan menarik adan menegangkan otot perut
4) Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, dan kuku harus
pendek. Dengan jalan menggesek gesek tangan kan membuat
telapak tangan jadi hangat
5) Lakuka pemeriksaan perlahan-lahan, hindari gerakan yang cepat
dan tak diinginkan
6) Jika perlu ajak pasien berbicara sehaingga pasien akan lebih relak
7) Jika pasien sangat sensitive dan mulailah palpasi dengan tangan
pasien dendiri dibawah tangan pemeriksa menggantikan tangan
pasien
8) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan raut muka
dn emosi pasien.
Palpasi Ginjal :
1. Ginjal kanan
Letakkaan tangan kanan di bawah dan parare dengan iga 12 dengan
ujung jari menyetuh sudut costovetebra. Angkat dan dorong ginjal
akanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara gente di
kwadrant kanan atas sebelah lateral dan pararel dengan
muskulus.rektus bdominalis dekstra. Suruh pasien bernafas dalam
saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan akanan cepat dan
dalam di kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan
ginjal kanan akan teraba diantara tangan
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan
kanan secara pelan-pean dan rasakan bagaimana ginjal kanan
kembali keposisi semula dalam ekspirasi. Jika ginjal kanan teraba
tentuka ukuran , countur, dan adanya nyeri tekan.
2. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah kesebalah kiri pasien. Gunakan
tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah,
kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri atas lakukan
seperti sebelumnya. Pda keadaan noral ginjal kiri jarang teraba.
3. Pemeriksaan ginjal dengan perkusi ; nyeri tekan ginjl mungkin
ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebra. Kadang-kadang penekanan pada ujung jari
pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula ditinju
dengan permukaan ulnar kepala tangan kanan dengan beralaskan
volar tangan kiri (fish percussion).
a. Demografi
Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium dan sumber air tinggi
kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis
kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif, gangguan saluran
penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan
neropati obstruktif.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat menderita penyakit gagal
ginjal kronik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi, personal
hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin, oksalat,
fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control tekanan darah dan gula darah tidak
teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat, peningkatan
berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam
karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,
diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat
kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam
hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom
“kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh
tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.
e. Pengkajian fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
5) Kepala
a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : pernapasan cuping hidung
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,
mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atauurine tidak ada.
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8
gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil
akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan)
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena
kurang asam amino esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,
masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam
ureter dan retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan seljaringan
untuk diagnosis hostologis.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal
(keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g) Elektrokardiografi / EKG: mingkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
h) Fotokaki, tengkorak,kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan
bentuk ginjal.
j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi
invasif ginjal
1.9.2 Diagnosa Keperawatan
1.9.2.1 Retensi urine b/d peningkatan tekanan uretra
Arsip Rekam Medik. 2015. Prevalensi Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan di
RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Arliza, M. 2006. Prosedur dan Teknik Operasional Hemodialisa. Edisi pertama.Yogyakarta:
Tugu Pustaka
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Metabolisme. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Edisi Jakarta :
EGC.
Muttaqin. A, dan Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses dan
Aplikasi. Jakata : Salemba Medika
Muchtadi, T. R. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta : Bandung
National Kidney Foundation. 2011. Chronic Kidney Disease (CKD) and Diet: Assessment,
Management and Treatment.
Niven, N. 2002.Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Info Media:
Jakarta
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses–proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC
Smeltzer dan Bare. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing Vol 2.Philadelphia :
Linppincott William & Wilkins
Smetltzer C. Suzanne, Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah.EGC : Jakarta
Wilson. L Mc C. 2006. Payah Ginjal Kronik. Dalam Patofisiologi Edisi 6 Bab 2.Jakarta : EGC ;
912
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
1. BIODATA :
Nama : TN. ANo.Reg : 415463
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kediri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 12 November 2020
Tanggal Pengkajian : 05 April 2018
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis :CKD (Cronic Kidney Disease)
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan susah kencing demam 3 hari yang lalu, kencing hanya keluar sedikit
sedikit dan terasa panas, keluhan bertambah berat saat beraktivitas dan berkurang saat
istirahat.
Genogram :
Ket :
= Laki – laki
= Perempuan
X = meninggal
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= Pasien
7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan
dan seksual ).
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
1. Pemenuhan Makan/Minum Makan/Minum
kebutuhan Jumlah :3x/hari Jumlah : 3x
Nutrisi dan Jenis : Jenis :
Cairan 1) Nasi : ........3x1 porsi.(porsi) 1) Nasi :.........1-2 sendok.....
2) Lauk : ada/tidak, nabati/hewani (porsi)
3) Sayur : ada/tidak 2) Lauk : ada/tidak,
No Activity Daily Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Living (ADL)
4) Minum :...1500-2000.cc/hari nabati/hewani
Pantangan : 3) Sayur : ada/tidak
Tidak ada pantangan 4) Minum :........sedikit.cc/hari
Kesulitan Makan/Minum : Pantangan :
Tidak ada Tidak ada
Usaha mengatasi kesulitan : Kesulitan Makan/Minum :
Tidak ada Pasien mengatakan mual
muntah, nyeri saat menelan,
nafsu makan menurun, porsi
tidak habis, hanya 1-2 sendok,
nyeri ulu hati,
Usaha Mengatasi Kesulitan :
Belum ada
2. Pola Eliminasi BAK :......8x...................x/hari BAK :......3-5...............x/hari
Jumlah :.......700-800.............cc Jumlah :.......300.............cc
BAB :1x/hari BAB :1x/hari
Konsistensi :warna kuning, lunak, Konsistensi :warna kuning, bau
bauk khas khas feses
Masalah dan cara mengatasi: Masalah dan cara mengatasi:
Tidak ada Kesulitan BAK, belum teratasi
3. Pola istirahat Siang : ........3...............jam Siang : .......1...................jam
Tidur Sore :...........................jam Sore : ...............................jam
Malam : ....8.................jam Malam : ......5......................jam
Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :
Tidak ada Kurang nyaman dengan rasa
Penggunaan Obat Tidur : ingin berkemih berkali kali
Tidak ada yang dirasakan
Penggunaan Obat Tidur :
Tidak ada
4. Personal 1. Frekuensi Mandi :...2...x/hari 1. Frekuensi Mandi :..1..x/hari
Hygiene 2. Frekuensi mencuci rambut : 2. Frekuensi mencuci rambut :
(Kebersihan 2x/minggu Belum pernah
Diri) 3. Frekuensi gosok gigi : 3. Frekuensi gosok gigi :
Setiap mandi Setiap mandi
4. Keadaan Kuku : tampak bersih 4. Keadaan Kuku :
5. Ganti Baju : Tampak bersih
Setiap mandi 5. Ganti Baju :
Setiap mandi
5. Aktivitas Lain Aktivitas rutin : Aktivitas rutin :
Bekerja Istirahat ditempat tidur
Aktivitas yang dilakukan pada Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang : waktu luang :
Berkumpul dengan keluarga Tidur atau mengubrol dengan
keluarga
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : ………38……………………ºC
Denyut Nadi : ………76……………………x/menit
Tekanan Darah : …………100/70…………………mmHg
Pernafasan :…………20…………………x/menit
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Inspeksi : bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, rambut warna putih abuh-abuh, , telinga
simetris, hidung tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada polip, mulut kering, lidah bersih
Pemeriksaan pada leher pemeriksaan leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar tiroid
disebelah kanan dan kiri leher pasien
Palpasi :tertapat nyeri tekan dibagian kepala, tidak teraba benjolan maupun penonjolan
tulang, terabapembesaran kelenjar tiroid.
E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi dan palpasi: tidak tampak pulserasi/lemah pada jantung, tidak tampak
pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak nornalan pada
bentuk jantung, dan tidak tampak ictus cordis, saat dilakukan palpasi jantung tidak terapa
pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus cordis karena denyutan dinding thorax pada
ICS V midclavikula sinister, tidak ada tanda-tanda sianosis, CRT <3detik, tidak ada
edema dibagian tangan dan kaki, nadi apical teraba, vena jugularis teraba, jantung terasa
berdebar debar, akral teraba hangat. Pemeriksaan torniquet positif
Perkusi : batas jantung pada ICS II area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada
sebelah kiri), ICS V mid sternalis kiri (pada area katup trikuspid atau ventrikel kanan)
ICS V mid clavikula kiri ( pada area katup mitral). Batas jantung atas pada ICS II mid
sternalis, kiri : ICS V midclavikula kiri, Bawah : ICS V dan batas kanan pada ICS IV
midsternalis kanan
Auskultasi : Auskultasi bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri, bunyi jantung
I pada ICS V pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi jantugn II pad ICS II garis
sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri. Tidak ada suara jantung tambahan seperti
murmur maupun galop.
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : pada abdomen tidak tampak luka jahit ataupun luka bakar, selaput mukosa
bibir pasien kering, nafsu makan menurun, makan habis 1-2 sendok, pembesaran hati (-),
melena (-).
Auskultasi : suara abdomen normal dan suara peristaltik usus atau bisisng usus 24x per
menit.
Perkusi : suara perkusi timpani
Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan pada ulu hati, dan nyeri saat
digunakan untuk menelan.
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
5 5
5 5
0=paralisis total
1=tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2=gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3=gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4=gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh
H. Pemeriksaan Neurologi :
Nilai kesadaran pasien compsomentis yaitu kesdaran normal sadar penuh dan dapat
menjawab semua pertanyaan tentang sekelilingnya, tidak tampak gelisah
dengan gcs 15
Eyes = 4 dapat membuka mata secara spontan
Erbal 5= dapat berorientasi dengan baik
Motorik 6=dapat mengikuti perintah secara baik
Pemeriksaan refkel patela baik, pupil isokor.
Kediri , ……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,
1 1 16 Nov
2020
14.00 Melakukan pemeriksaan TTV
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit (mhs. Adellia)
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
2 2 16 Nov
2020
14.00 Melakukan pengukuran TTV (mhs. Adellia)
Suhu Tubuh : 38 ºC
Denyut Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Pernafasan : 20 x/menit