Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH

1. Konsep Penyakit
1. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi

Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri
karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12, sedangkan
ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria,
panjang ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika
urinaria. Kandung kemih adalah suatu organ yang berongga yang terletak di
sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang
berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara dan
menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra
pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.

1
2. Fisiologi
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang
cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan
mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi
urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh
kalsium fosfat ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan
merangsang sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat
pada filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan
awal pembentuk urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari
sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun
oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus Proximal
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring
ke dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu :
air, elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di
proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah,
kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi Obligat”
(mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa
henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan
meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O
(dikeluarkan).

2
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
a. Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic
hormon sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit.
Begitu sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan
filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
b. Bekerjanya anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk
melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
c. Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
1. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi
proses reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati
ductus kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix
minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke
ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat
penampungan sementara.
2. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah,
karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat
400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral
dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke
Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan
mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.

Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda,
tidak terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau
sedikit pesing, berat jenis 1010 – 1030.

3
Urine terdiri dari :

1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism

3. Definisi Penyakit
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

4. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

5. Pathway

4
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
- Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
- Mikroskopis
- Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
- Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
- Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

7. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina.

5
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

- Terapi antibiotika dosis tunggal


- Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
- Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
- Interansi obat
- Efek samping obat
- Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi
keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
- Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
- Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan/
- Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
- Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?

6
2. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri dan 1. Pantau haluaran urin 1. Untuk mengidentifikasi
ketidaknyamanan terhadap perubahan indikasi kemajuan atau
berhubungan warna,bau dan pola penyimpangan dari
dengan inflamasi berkemih, masukkan hasil yang di harapkan.
dan infeksi dan haluaran setiap 8 2. Membantumengevaluas
uretra, kandung jam dan pantau hasil i tempat obstruksi dan
kemih dan urinalisis ulang. penyebab nyeri.
struktur traktus 2. Catat lokasi lamanya 3. Meningkat relaksasi,
urinarius lain. intensitas skala (1-10) menurunkan tenganan
penyebaran nyeri. otot.
3. Berikan tindakan 4. Membantu
nyaman,seperti pijatan mengarahkan kembali
punggul, lingkungan, perhatian dan untuk
istirahat. relaksasi otot.
4. Bantu atau dorong 5. Untuk mencegah
penggunaan nafas kontaminasi

7
berfokus. uretra.
5. Berikan perawatan 6. Kateter memberikan
perineal. jalan bakteri untuk
6. Jika pasang kateter memasuki kandung
indewelling, berikan kemih dan naik ke
perawatan kateter 2 kali saluran perkemihan.
per hari.

7. Kolaborasi : - Konsul 7. Temuan-temuan ini


dokter bila : dapat memberikan
Sebelumnya kuning tanda kerusakan
gading urine kuning, jaringan lanjut dan
jingga gelap, berkabut perlu pemeriksaan luar.
atau keruh. Pla 8. Akibat dari haluan
berkemih berubah, urine memudahkan
sering berkemih jumlah berkemih sering dan
sedikit, perasaan ingin membentuk membilas
kencing, menetes saluran berkemih.
setelah berkemih. Nyeri
menetap atau
bertambah sakit.
8. Berikan antibiotic, buat
berbagai variasi sediaan
minum, termasuk air
segar, pemberian
sampai 2400ml/hari.
Perubahan pola 1. Awasi pemasukan dan 1. Memberikan informasi
eliminasi pengeluaran tentang fungsi ginjal
berhubungan karakteristik urine. dan adanya komplikasi.
dengan obstruksi 2. dorong pemasukan 2. Peningkatan hidrasi
mekanik pada cairan. membilas bakteri.
kandung kemih 3. kaji keluhan kandung 3. Retensi urine dapat
ataupun struktur kemih penuh. terjadi menyebabkan
traktus urinarius 4. observasi perubahan distensi jaringan
lain. status mental : perilaku (kandung

8
atau tingkat kesadaran. kemih/ginjal).
5. awasi pemeriksaan 4. akumulasi sisa uremik
laboratorium ; dan ketidakseimbangan
elektrolit, BUN, elektrolit dapat menjadi
kreatinin. toksik pada susunan
saraf pusat.
5. pengawasan terhadap
disfungsi ginjal.

Kurangnya 1. Kaji ulang proses 1. Memberikan


pengetahuan penyakit dan harapan pengetahuan dasar
tentang kondisi, 2. Berikan informasi dimana pasien dapat
prognosis dan tentang : sumber membuat pilihan
kebutuhan infeksi, tindakan berdasarkan informasi.
pengobatan untuk mencegah 2. Pengetahuan apa yang
berhubungan penyebaran, jelaskan diharapkan dapat
dengan pemberian anti biotik. mengurangi ansietas
kurangnya 3. Pastikan pasien atau dan membantu
sumber orang terdekat telah mengembangkan
informasi. menulis perjanjian kepatuhan klien
untuk perawatan terhadap rencana
lanjut dan instruksi tarapetik.
tertulis untuk 3. instruksi verbal dapat
perawatan sesudah dengan mudah
pemeriksaan. dilupakan.
4. Instruksi pasien untuk 4. pasien sering
menggunakan obat menghentikan obat
yang diberikan, mereka, jika tanda-
minum sebanyak tanda penyakit mereda,
kurang lebih delapan cairan menolong
gelas per hari membilas ginjal dan
khususnya sari buah asam piruvat dari sari
berry. buah berry membantu
5. Berikan kesempatan mempertahankan
kepada pasien untuk keadaan asam urine dan

9
mengekspresikan mencegah pertumbuhan
perasaan dan masalah bakteri.
tentang rencana 5. Untuk mendeteksi
pengobatan. isyarat indikatif
kemungkinan ketidak
patuhan dan membantu
mengembangkan
penerimaan rencana
tarapeutik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi .(2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Depkes Ri. (2014). Wasdapa Infeksi Saluran Kemih.

http://www.depkes.go.id index.php? wasada+infeksi+saluran+kemih&act/.


Diakses tanggal 02 Maret 2016.
Grace, P.A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga.
Jakarta

Erlangga.Hidayat, A, A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,


edisikedua.Jakarta:salemba.medika.

Mukhlis,A. (2014). Anatomi Fisiologi Ginjal.

Purnomo, B. Basuki. (2009). Dasar Dasar Urologi. Malang : Universitas


Brawijaya

Smeltzer, S.C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth.


Edisi ke12.Jakarta:EGC

Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Suranto, (2015). Kesehatan Merupakan Kebutuhan yang Harus Mendapat


Perhatian

Keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta : Trans Info Media.


Tjokronegoro. (2004). Buku Ajar: Ilmu Pen.yakit Dalam Jilid II, Edisi:
Ketiga.Jakarta:Balai,penerbit.FKUI.

Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans


Info Media

11

Anda mungkin juga menyukai