A. Definisi
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri
(Margareth TH, 2012).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Tessy, 2012).
B. Klasifikasi
Menurut Margareth TH ( 2012), jenis infeksi kandung kemih dapat diklasifikasikan
berdasarkan letak peradangan yaitu :
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung
kemih.
C. Anatomi Fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup
terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125
gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah
suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang
tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5
inci dan pada pria 8 inci.
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi
ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine. Ginjal
ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding
kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam
nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan
molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat
tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut
dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak). Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa
henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang
menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi
aktif H2O (dikeluarkan)
2. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon
sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya
bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang
akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
3. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus
kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix
mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria
dengan gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam
vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.
Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit
urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari
volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus
Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan
meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor. Regangan ini mengirim impuls afferent
ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar
impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine
keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010
– 1030.
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolisme
D. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alcohol
2. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam
waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi
lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal
yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
J. Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang
3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung
kemih, infeksi saluran kemih berulang
2) Personal hygiene yang salah
3) Kebiasaan menahan BAK
4) Riwayat penyakit DM
b. Pola nutrisi metabolic
1) Intake minum yang kurang
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia
4) Demam, peningkatan suhu
c. Pola eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urine keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri (urine bercampur darah)
5) Diare
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola persepsi dan kognitif
1) Nyeri Supra pubik
2) Dysuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Merasa rendah diri
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
1) Perasaan terasing
2) Gangguan interaksi social
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Menopause
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.
Stress tergantung individu
k. Pola Sistem Kepercayaan.
Keyakinan yang dianut oleh pasien
2. Diagnosa
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
e. Resiko cedera saluran kemih ditandai dengan cedera medular, penggunaan kateter
jangka panjang
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
3. Intervensi