Anda di halaman 1dari 17

INFEKSI SALURAN KEMIH

A. Definisi
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri
(Margareth TH, 2012).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Tessy, 2012).

B. Klasifikasi
Menurut Margareth TH ( 2012), jenis infeksi kandung kemih dapat diklasifikasikan
berdasarkan letak peradangan yaitu :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :

1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung
kemih.

2. Infeksi saluran kemih Complicated


Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3) Gangguan daya tahan tubuh.
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi
urease.

C. Anatomi Fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup
terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125
gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah
suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang
tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5
inci dan pada pria 8 inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi
ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.

Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine. Ginjal
ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding
kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Tubulus proximal :

Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam
nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan
molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat
tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut
dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak). Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa
henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang
menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi
aktif H2O (dikeluarkan)

2. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon
sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya
bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang
akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormone
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.

3. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus
kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix
mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria
dengan gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam
vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.

Vesika Urinaria

Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit
urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari
volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus
Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan
meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor. Regangan ini mengirim impuls afferent
ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar
impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine
keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.

Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010
– 1030.

Urine terdiri dari :

1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolisme
D. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.


2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan

Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :

1. Intake minum yang kurang setiap harinya


2. Hygiene yang kurang
3. Jarang mengganti pakaian dalam
4. Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun
5. Penggunaan jeans yang terlalu ketat.
6. Personal hygiene yang salah
Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke
depan dan di bolak-balik
7. Hubungan sex yang berlebihan
8. Urine Reflux
9. Trauma Urethra
10. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
11. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH
12. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
13. Usia di atas 65 tahun
14. Penyakit Diabetes Melitus
15. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.
E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga
timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra
secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang
terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina
dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma,
sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih
maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman
pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan
penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan
berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum
yang kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk
membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri
yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung
glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh
darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga
kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke
seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga
timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan
suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi
dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali,
karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi
kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back
pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. (Margareth TH, 2012).

F. Tanda dan Gejala


Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alcohol
2. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam
waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi
lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal
yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

J. Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang
3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung
kemih, infeksi saluran kemih berulang
2) Personal hygiene yang salah
3) Kebiasaan menahan BAK
4) Riwayat penyakit DM
b. Pola nutrisi metabolic
1) Intake minum yang kurang
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia
4) Demam, peningkatan suhu
c. Pola eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urine keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri (urine bercampur darah)
5) Diare
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola persepsi dan kognitif
1) Nyeri Supra pubik
2) Dysuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Merasa rendah diri
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
1) Perasaan terasing
2) Gangguan interaksi social
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Menopause
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.
Stress tergantung individu
k. Pola Sistem Kepercayaan.
Keyakinan yang dianut oleh pasien

2. Diagnosa
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
e. Resiko cedera saluran kemih ditandai dengan cedera medular, penggunaan kateter
jangka panjang
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan

3. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan NOC label : Pain Control NIC Label : Pain Management
dengan agen cedera  Klien melaporkan nyeri 1. Kaji secara komprehensip
biologis berkurang terhadap nyeri termasuk
 Klien dapat mengenal lokasi, karakteristik, durasi,
lamanya (onset) nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan faktor presipitasi
 Klien dapat 2. Observasi reaksi
menggambarkan faktor ketidaknyaman secara
penyebab nonverbal
 Klien dapat menggunakan 3. Gunakan strategi komunikasi
teknik non farmakologis terapeutik untuk
 Klien menggunakan mengungkapkan pengalaman
analgesic sesuai instruksi nyeri dan penerimaan klien
Pain Level terhadap respon nyeri
 Klien melaporkan nyeri 4. Tentukan pengaruh
berkurang pengalaman nyeri terhadap
 Klien tidak tampak kualitas hidup( napsu makan,
mengeluh dan menangis tidur, aktivitas,mood,
 Ekspresi wajah klien tidak hubungan sosial)
menunjukkan nyeri 5. Tentukan faktor yang dapat
 Klien tidak gelisah memperburuk nyeriLakukan
evaluasi dengan klien dan tim
kesehatan lain tentang ukuran
pengontrolan nyeri yang telah
dilakukan
6. Berikan informasi tentang
nyeri termasuk penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan
hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara)
8. Hilangkan faktor presipitasi
yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri klien
(ketakutan, kurang
pengetahuan)
9. Ajarkan cara penggunaan
terapi non farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi)
10. Kolaborasi pemberian
analgesic

2 Hipertermi berhubungan NOC NIC


dengan penyakit Thermoregulation Fever Treatment
Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
 Suhu tubuh dalam rentang mungkin
normal  Monitor IWL
 Nadi dan respirasi dalam  Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal  Monitor tekanan darah, nadi
 Tidak ada perubahan warna dan RR
kulit dan tidak ada pusing  Monitor tingkat kesadaran
 Monitor WBC,Hb dan Hct
 Monitor intake dan output
 Berikan antipiretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyakit demam
 Selimuti pasien
 Berikan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan
intravena
 Kompres pasien pada lipatan
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
 Temperature regulation

Vital sign Monitoring


 Monitor TD,Suhu, nadi, dan
RR
 Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk dan berdiri
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
 Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Gangguan eliminasi urin NOC NIC
berhubungan dengan  Urinary elimination Urinary Retention Care
infeksi saluran kemih  Urinary continuence  Lakukan peilaian kemih yang
Kriteria Hasil : komprehensif berfokus pada
 Kandung kemih kosong inkontinensia (misalnya output
secara penuh urin, pola berkemih, fungsi
 Tidak ada residu urin >100- kognitif dan masalah kencing
200cc praeksisten)

 Intake cairan dalam rentang  Memantau penggunaan obat


normal dengan sifat antikolinergik atau

 Bebas dari ISK property alpha agonis

 Tidak ada spasme bladder  Memantau asupan dan

 Balance cairan seimbang keluaran


 Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
 Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
4 Kekurangan volume NOC NIC
cairan berhubungan  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
dengan kehilangan cairan  Hydration output yang akurat
aktif  Nutritional Status : Food  Monitor status hidrasi
and Fluid Intake ( kelembaban membran
Kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat, tekanan
 Mempertahankan urine darah ortostatik ), jika
output sesuai dengan usia diperlukan
dan BB, BJ urine normal,  Monitor hasil lab yang sesuai
 Tekanan darah, nadi, suhu dengan retensi cairan (BUN ,
tubuh dalam batas normal Hmt , osmolalitas urin,
 Tidak ada tanda tanda albumin, total protein )
dehidrasi, Elastisitas turgor  Monitor vital sign setiap
kulit baik, membran mukosa 15menit – 1 jam
lembab, tidak ada rasa haus  Kolaborasi pemberian cairan
yang berlebihan IV
 Orientasi terhadap waktu  Monitor status nutrisi
dan tempat baik  Berikan cairan oral
 Jumlah dan irama  Berikan penggantian
pernapasan dalam batas nasogatrik sesuai output (50 –
normal 100cc/jam)
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam  Dorong keluarga untuk
batas normal membantu pasien makan
 pH urin dalam batas normal
 Intake oral dan intravena  Kolaborasi dokter jika tanda
adekuat cairan berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Pasang kateter jika perlu
 Monitor intake dan urin output
setiap 8 jam

Anda mungkin juga menyukai