Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
Sarapan Sehat
5 tahun yang lalu
Iklan
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium melapisi
saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal.
112).
2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3. Anatomi fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri
terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung
kemih adalah suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di
belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi
sebagai tempat penampungan urine sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra
merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan berjalan dari kandung kemih
keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.
Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang
cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi ion
H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine.
Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran
basalis, Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian
yaitu :
Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam
nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air,
elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses
hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa
100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).
Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle
desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika
naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon
sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu
sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat
lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus
kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju
kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika
urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine
masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.
Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena
Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas
tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan
susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor
(mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga
timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter
urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak
terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit
pesing, berat jenis 1010 – 1030.
Air
Elektrolit
Zat asam sisa metabolism
4. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari
katun
5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90
persen kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif :
streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada
saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka
terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual,
muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang
dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria
melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat
membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak
mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika
urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra
kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan
dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan
berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake
minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine
normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang
menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa
dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan
pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari
normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat
kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi
akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel)
vesika urinaria dan urine, dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja
anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi
kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low
back pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :
Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya
: streptococcus, E. Coli, dll
8. Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan :
Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
10. Pencegahan
Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
4) Riwayat penyakit DM
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia
c. Pola Eliminasi
1) Sering berkemih
5) Diare
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
2) Dysuria
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanya
masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua
factor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan
klien untuk mencegah atau menghilangkan masalah.
Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
infeksi saluran kemih adalah :
3. Rencana Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya
peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.
Tujuan : menurunkan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan
lipatan paha.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
Kriteria Hasil :
Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi wajah rileks
Rencana Tindakan :
1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya
nyeri
Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses infeksi
dan memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.
Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa
nyeri.
Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih mengakibatkan nyeri
kandung kemih.
Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi
Rencana Tindakan :
Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih melalui berkemih
atau menurunkan konsentrasi bakteri
Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman pada kandung kemih
akibat urine yang terlalu lama tertahan.
Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih terasa lampias.
6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi
Rencana Tindakan :
Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan makanan klien
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan hangat
6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai
indikasi
Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual serta
meningkatkan asupan makanan
Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah rasa mual.
Rencana Tindakan :
1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari
konsumsi kopi dan alkohol
4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan
sampai ke belakang
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan
fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada fungsi
independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya
memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi
interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program
dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama
pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap
pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain
itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik
maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam
pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun
evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak
berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan
kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.
6. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan sehingga klien dapat bebas dari penyakit infeksi saluran kemih ini.
Penyuluhan yang diberikan antara lain ;
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
Minum obat dengan teratur sesuai dengan resep terutama golongan antibiotik untuk
mengatasi infeksi dengan tuntas. Dan walaupun tanda dan gejala sudah hilang
teruskan minum antibiotik sampai habis untuk mengatasi infeksi dengan tuntas dan
menghindari resistensi kuman terhadap antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Iklan
Kategori: Keperawatan
Tinggalkan sebuah Komentar
Sarapan Sehat
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Iklan