Anda di halaman 1dari 14

Sarapan Sehat

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
Sarapan Sehat
5 tahun yang lalu
Iklan

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa
kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari bakteri (M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium melapisi
saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal.
112).

2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :

Kandung kemih (sistitis)


Uretra (uretritis)
Prostat (prostatitis)
Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :

Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )


Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.

Infeksi saluran kemih Complicated


Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika ,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :

1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral


obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.

2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.

3) Gangguan daya tahan tubuh.

4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang


memproduksi urease.

3. Anatomi fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri
terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.

Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang
ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung
kemih adalah suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di
belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi
sebagai tempat penampungan urine sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra
merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan berjalan dari kandung kemih
keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang
cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi ion
H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine.
Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran
basalis, Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian
yaitu :

Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam
nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air,
elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses
hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa
100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).

Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle
desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika
naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)

Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :

1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon

Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon
sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu
sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat
lolos yang akhirnya jadi urine banyak.

2) Bekerjanya anti diuretik hormon


Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk
melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.

3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.

Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus
kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju
kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika
urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine
masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.

Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena
Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas
tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.

Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan
susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor
(mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga
timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter
urethra eksterna.

Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak
terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit
pesing, berat jenis 1010 – 1030.

Urine terdiri dari :

Air
Elektrolit
Zat asam sisa metabolism

4. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.


Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
Virus : jarang ditemukan
Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :

Intake minum yang kurang setiap harinya


Hygiene yang kurang
1) Jarang mengganti pakaian dalam

2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari
katun

3) Penggunaan jeans yang terlalu ketat.

Personal hygiene yang salah


Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke
depan dan di bolak-balik

Hubungan sex yang berlebihan


Urine Reflux
Trauma Urethra
Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH
Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
Usia di atas 65 tahun
Penyakit Diabetes Melitus
Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90
persen kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif :
streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada
saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka
terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual,
muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang
dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria
melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat
membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak
mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika
urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra
kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan
dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan
berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake
minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine
normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang
menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa
dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan
pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari
normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh


saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga
timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency,
peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang
telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat
kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi
akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel)
vesika urinaria dan urine, dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja
anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi
kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low
back pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).

6. Tanda dan Gejala


Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang
mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya
infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :

Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).


Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas.
Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back
pain.
Spasme kandung kemih.
Warna urine yang keruh.
Hematuri pada keadaan lanjut.
Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :

Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.

2) Urine kultur :

a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya
: streptococcus, E. Coli, dll

b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )


1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.

2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

8. Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan :

Perawatan dapat berupa :


1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alkohol

Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu

c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum


tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.

2) Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :

Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

10. Pencegahan
Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat


Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.

B. Konsep Dasar Keperawatan


Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung
kemih, infeksi saluran kemih berulang

2) Personal hygiene yang salah

3) Kebiasaan menahan BAK

4) Riwayat penyakit DM

b. Pola Nutrisi Metabolik


1) Intake minum yang kurang

2) Mual, Muntah

3) Anoreksia

4) Demam, peningkatan suhu

c. Pola Eliminasi
1) Sering berkemih

2) Warna urine keruh

3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih

4) Hematuri (urine bercampur darah)

5) Diare

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Bekerja di ruang ber AC

2) Banyak duduk

3) Kurang beraktivitas

4) Malaise

e. Pola Tidur dan Istirahat


1) Tidur terganggu karena nocturia

f. Pola Persepsi dan Kognitif


1) Nyeri Supra pubik

2) Dysuria

3) Rasa terbakar saat berkemih

4) Spasme kandung kemih

5) Low back pain


Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Merasa rendah diri

Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.


1) Perasaan terasing

2) Gangguan interaksi sosial

Pola Reproduksi dan Seksualitas


1) Menopause

Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.


1) Stress tergantung individu

Pola Sistem Kepercayaan.


1) Keyakinan yang dianut oleh pasien

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanya
masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua
factor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan
klien untuk mencegah atau menghilangkan masalah.

Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
infeksi saluran kemih adalah :

Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya


peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anoreksia.
Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

3. Rencana Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya
peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.
Tujuan : menurunkan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC

perabaan tidak hangat , tidak menggigil.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.

Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.


2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama


keringat.

3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan
lipatan paha.

Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau


menurunkan suhu secara evaporasi.

4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.

5) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi wajah rileks

Rencana Tindakan :
1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya
nyeri

Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses infeksi
dan memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.

2) Beri posisi yang nyaman menurut klien

Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa
nyeri.

3) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi

Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih mengakibatkan nyeri
kandung kemih.

4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri

5) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri


Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar sehingga nyeri
dapat berkurang

6) Anjurkan klien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra

7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan penozopyridine


(untuk meredakan iritasi saluran kemih)

Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran kemih.

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi

Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 – 7 kali setiap hari,


produksi urine > 30 cc / menit, urine normal ; warna jernih, tidak ada darah, tidak
ada tekanan saat mengeluarkan urine

Rencana Tindakan :

1) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau

Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal

2) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa


menahan urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari

Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih

3) Beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih melalui berkemih
atau menurunkan konsentrasi bakteri

4) Anjurkan klien berkemih tiap 3 – 4 jam

Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman pada kandung kemih
akibat urine yang terlalu lama tertahan.

5) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih

Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih terasa lampias.

6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi

Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.

7) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik

Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.

8) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya

Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan mengevaluasi efektifitas


pengobatan.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh,


keluhan mual tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.

Rencana Tindakan :

1) Kaji pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit

Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan makanan klien

2) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia

Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya

3) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan

Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan

4) Beri makan dalam porsi kecil dan sering

Rasional : Meningkatkan asupan makanan

5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : Mengurangi rasa mual

6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai
indikasi

Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual serta
meningkatkan asupan makanan

7) Kolaborasi dalam pemberian Antasida

Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah rasa mual.

Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan


yang benar tentang infeksi saluran kemih.

Rencana Tindakan :

1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari
konsumsi kopi dan alkohol

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih

2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung kemih


secara sempurna setiap kali berkemih
Rasional : Mencegah distensi kandung kemih

3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan


defekasi, bersihkan dari depan ke belakang

Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus

4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan
sampai ke belakang

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme

5) Gunakan celana dalam dari bahan katun

Rasional : Menyerap cairan dan keringat

6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat

Rasional : Memperlancar aliran darah

7) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan sexual

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam kandung kemih dan melalui


berkemih dapat mengeluarkan kuman

8) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau


sampai habis

Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistensi.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan
fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada fungsi
independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya
memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi
interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program
dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.

Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama
pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap
pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain
itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik
maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam
pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun
evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak
berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan
kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.

6. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan sehingga klien dapat bebas dari penyakit infeksi saluran kemih ini.
Penyuluhan yang diberikan antara lain ;

Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari


Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
Minum obat dengan teratur sesuai dengan resep terutama golongan antibiotik untuk
mengatasi infeksi dengan tuntas. Dan walaupun tanda dan gejala sudah hilang
teruskan minum antibiotik sampai habis untuk mengatasi infeksi dengan tuntas dan
menghindari resistensi kuman terhadap antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC; Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta

Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC: Jakarta

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Iklan
Kategori: Keperawatan
Tinggalkan sebuah Komentar
Sarapan Sehat
Blog di WordPress.com.

Kembali ke atas
Iklan

Anda mungkin juga menyukai