Anda di halaman 1dari 9

Reflux Study

Nama : Ritma Danty Angelica

Nim :161141043

Kelas :4B

Tugas : Teknik Radiografi Lanjut


Reflux Study

1.1 Definisi
1.1.1 Urinary reflux
Refluks urin Mundur atau aliran balik urin dari kandung kemih ke dalam
ureter dan ginjal; juga disebut vesicoureteral refluks, penyebab umum
pielonefritis, di mana arus balik urine dapat membawa bakteri yang dapat
menghasilkan infeksi di ginjal.
1.1.2 Voiding Cystourrethrography
Voidinng Cystourrethrography (VCUG) merupakan pemeriksaan radiologi
untuk menilai katup vesikoureter.biasany dilakukan setelah Cystrography,
sehingga disebut dengan Voiding Cystourrethrography.
1.2 Anatomi

1.2.1 Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen. Ginjal kanan diposisikan di posterior ke
bagian bawah dari hati, ginjal kiri diposisikan di posterior ke inferior batas
limpa. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron.
Tiap-tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul
Bowman, serta tubulus-tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng
dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya
besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau
pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah-celah antara
pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian
tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok-belok, kemudian menjadi saluran
yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau
loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula),
dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah
ini banyak mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun bergumpal -
gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman
disebut badan malphigi penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,
yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat-zat yang terlarut
dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat-zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
b. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis karena terdiri atas berkas
saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan
hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal,
pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-
masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung
menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang
terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula
urinaria).

1.2.2 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang
± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
b. Lapisan tengah otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir
vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

1.2.3 Kandung kemih


Kandung kemih berbentuk buah pir(kendi). Letaknya di dalam panggul
besar, didepan isi lainnya, dan dibelakang simfisis pubis. Pada bayi letaknya
lebih tinggi. Bagian terbawah terpancang erat dan disebut basis, bagian atas
atau fundus naik kalau kandung memekar karena urine. Puncaknya (apeks)
mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simfisis pubis.
Dinding kandung kencing terdiri atas :
a. Sebuah lapisan serus sebelah luar.
b. Lapisan berotot
c. Lapisan submukosa
d. Lapisan mukosa dari epitelium transisional (peralihan)
Urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung di
sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut
segitiga kandung kencing (trigonum vesika urinarius). Pada wanuta kandung
kencing terletak di antara simfisi pubis, uterus, dan vagina. Dari uterus
kandung kencing dipisahkan lipatan peritoneum ruang utero vesikal atau
ruang Douglas.

1.2.4 Uretra
Uretra ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke
lubang luar; dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran
yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot
lingkar, yang membentuk sfinger uretra. Pada wanita panjang uretra adalah
2,5 sampai 3,5 cm, pada pria 17 sampai 22.5cm.

1.3 Fisiologi
1.3.1 Ginjal
a. Menyaring dan membersihkan darah
b. Membentuk urine
c. Mengatur kadar asam dan basa tubuh
d. Mengontrol tekanan darah
e. Merangsang pembentukan sel darah merah
1.3.2 Ureter
a. Menghubungkan antara ginjal dan kandung kemih.
b. Mempercepat pergerakan urine dengan bantuan kontraksi( gerak
peristaltik) dari otot polos.
c. Mencegah kembalinya urin dari kandung kemih dengan bantuan
katup(valvula).
1.3.3 Kandung kemih
a. Menyimpan urine untuk sementara sebelum dikeluarkan
b. Mencegah tekanan didalam kandung kemih meningkat ketika urine
bertambah, sehingga bisa menyimpan urine lebih banyak
c. Memberikan sinyal melalui inpuls jika kandung kemih sudah penuh. Hal
itu menimbulkan rasa ingin buang air kecil
d. Menjaga urin supaya tidak keluar sendiri saat kandung kemih penuh.
Manusia bisa menahan rasa ingin buang air kecil antara 2-5 jam.
e. Membantu proses buang air kecil dengan cara melakukan kontraksi otot.
1.3.4 Uretra
a. Sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan
sistem seksual
b. Saluran pengeluaran mani
1.4 Indikasi
a. Kecurigaan refluks vesikoureter.
b. Mencari faktor prediposisi infeksi saluran kemih berulang pada anak-anak
c. Menilai uretra saat miksi
d. Stress incontinence
e. Hidronefrosis
1.5 Kontra Indikasi
a. Infeksi saluran kemih akut
1.6 Persiapan Pasien
a. Pasien melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran.
b. Pasien dianjurkan untuk miksi sebelum pemasangan kateter sehingga volume
residiu pasca mix dapat di ukur ketika kateter urin dipasang.
1.7 Persiapan Alat
a. Media kontras iodium 50cc
b. Aqua steril 100cc
c. Poly cateter 8g atau 1g
d. Spuit 50cc(spuit kaca 200cc)
e. Needle 19g
f. Pesawat sinar X
g. Kaset dan film 24x30
h. Kateter dipasang pada gland penis(untuk laki-laki)
1.8 Tata laksana Pemeriksaan
1.8.1 Prosedur :
a. Siapkan zat kontra water-soluble dengan konsentrasi 150mgl/mL dalam
botol infus,siapkan tiang infus.
b. Pasang kateter dan hubungkan dengan infus set yang berisi zat kontras .
c. Setelah kateter terpasang dan dihubungkan dengan infus set yang berisi
zat kontras,teteskan zat kontra sehingga vesica urinari terisi secara
gravitasi.
d. Teknik ini bertujuan agar pengisian vesica urinari yang dilakukan
menyerupai keadaan fisiologis normal. Oleh karena itu ketinggian botol
infus harus diperhatikan.
e. Perhatikan tetesan infus. Tetesan tersebut akan melambat hingga
berhenti jika vesica urinari terisi penuh
f. Posisi yang paling baik untuk menilai refluks yang minimal adalah posisi
oblique(RPO dan LPO), karena keterbatasan vesikoureter terletak di
aspek posterolateral dari vesica urinari.
g. Jika refluks sudah terjadi saat pengisian, maka zat kontras dihentikan.
h. Ambil foto pada posisi AP dan RPO. Jika Refuks mencapai ginjal, ambil
juga spot foto ginjal tersebut.
i. Jika refluks mencapai ginjal, kosongkan vesica urinari dan tunggu 15
menit, lalu ambil kembali spot foto. Hal ini bertujuan untuk membedakan
refluks simpel dengan refluks yang disertai obstruksi di ureter.
j. Jika refluks belum terjadi meskipun tetesan infus sudah berhenti, maka
vesica urinari telah terisi penuh. Klem kateter urine.
k. Minta agar pasien mixi,saat mixi kateter tetap terpasang sehingga lebih
mudah jika pemeriksaan ingin diulang.
l. Perhatikan refluks vesikoureter saat pasien mixi.
m. Ambil foto pada posisi AP dan RPO. Jika refluks mencapai ginjal, ambil;
juga spot foto pada ginjal tersebut.
n. Jika refluks mencapai ginajl, kosongkan vesica urinari dan tungggu 15
menit, lalu ambil kembali spot foto. Hal
1.8.2 Teknik
Teknik pemeriksaan sama dengan Cystography. Proyeksi AP dan oblique
pada saat pasien mixi(voiding) dengan posisi erect jika memungkinkan. Untuk
pasien laki-laki proyeksi yang paling baik adalah RPO30o setelah gambaran
voiding cukup,maka poryeksi pemeriksaan AP post void(mixi) mungkin
diminta. Pemotretan(eksposi) dilakukan saat pasien voiding, kateter
dilepaskan sebelum eksposi dilakukan.
1. Proyeksi AP
Biasanya dilakukan untuk Pasien Wanita Saja
a. Posisi Pasien
Supine atau Erect
b. Posisi Obyek
I. Kedua Tangan Di samping Tubuh
II. Kedua kaki lurus sedikit terpisah
III. Pusat MSP ke meja atau film holder
c. Central Ray
Tegak lurus IR
d. Central Point
Pusat CR dan IR ke Simfisis pubis
e. FFD
102 cm
Eksposi : pada saat Voiding
f. Kolimasi
Empat sisi untuk anatomi masuk
g. Kriteria Gambaran

2. Posisi Right Posterior Oblique(RPO) Laki-laki


a. Posisi Pasien
Semisupine
b. Posisi Obyek
I. Oblique tubuh 30o ke posisi RPO
II. Superimposisikan Uretra diatas jaringan lunak paha kanan
c. Central Ray
Tegak Lurus IR
d. Central Point
Pusat CR dan IR ke simfisis pubis
e. FFD
102 cm
Eksposi pada saat pasien voding
f. Kolimasi
Empat sisi untuk anatomi masuk
Gambar
g. Kriteria Radiograf
Umum :
I. Tampak gambaran uretra, vesica urinaria (blass) terisi bahan kontras
pada proyeksi AP dan Oblique
II. Tampak Bladder neck Terbuka(pada proyeksi pasien mixi)

Khusus:

I. Wanita : Uretra yang berisikan media kontra tampak di


posterior simfisis pubis
II. Laki-laki : Uretra berisikan media kontra dan superimposisi
dengan soft tissue paha kanan.

Anda mungkin juga menyukai