Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS


Sistem urinarius merupakan sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung
kemih, dua otot sphincter, dan uretra.

1. Ginjal
a. Struktur Makroskopik Ginjal
1) Sepasang retroperitoneal regio lumbal superior
2) Kiri kanan kolumna vertebralis T 12 – L 3
3) Berat ginjal dewasa ± 150 gr (0,5% BB total) dan berukuran 12 x 6 x 3-4 cm3
4) Lapisan luar fibrosa-transparan, lapisan adiposa, dan lapisan dalam fascia
fibrosa tebal
5) Tepi medial berbentuk cekung disebut hilus yaitu tempat keluar-masuk
arteri,vena & nervus renalis
6) Pelvis renis Ú pelebaran ureter berbentuk corong
7) Medula (bagian dalam), mengandung 6-10 piramid / menonjol kedalam kaliks
minor
8) Korteks (bagian luar), bagian korteks yang terdapat di antara 2 piramida yang
berdekatan di sebut kolumna Bertini
b. Peredaran Darah Ginjal
Aorta abdominalis Ú a.renalis Ú a.segmen talis Ú a.lobaris Ú a.interlobaris Ú
a.arkuatus Ú a.interlobularis Ú a.aferen Ú glomerulus Ú a.eferen Ú kapiler

3
peri- tubular Ú v.interlobularisÚ v.arkuatus Ú v.interlobaris Ú v.renalisÚ vena
cava inferior.
c. Persarafan Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari neuron simpatis nor-adrenergik: arteri aferen,
arteri eferen, aparatus jukstaglomerulus, segmen tubulus, rangsangan saraf
simpatis meningkat menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatnya reabsorpsi
Natrium di tubulus serat saraf eferen dari pelvis renal dan ureter menghantarkan
rasa nyeri dari ginjal.
d. Konsep Ginjal
1) Mengatur komposisi dan volume CES, plasma darah disaring oleh glomerulus
dengan kecepatan tinggi, di tubulus ginjal berbagai zat direabsorpsi, disekresi,
sehingga dieksresi dalam jumlah yang tepat
2) Mengatur jumlah Na dlm tubuh dengan meekskresi dalam jumlah tertentu
untuk mempertahankan homeostasis
3) Membentuk urin dengan kadar zat terlarut (osmolalitas) yang lebih besar atau
lebih kecil dari plasma
4) Proses miksi: refleks ankompleks yang diatur oleh pusat saraf yang lebih
tinggi
e. Struktur Mikrokopis Ginjal
Nefron ± 1 juta / ginjal, terdiri dari korpus malpighi (kapiler glomerulus, arteriola
aferen dan arteriola eferen), dan kapsula Bowman (kapsula cekung, ujung tubulus
ginjal)
f. Fungsi Sistem Perkemihan
1) Filtrasi glomerulus yaitu proses penyaringan besar besaran plasma (hampir
bebas protein) dari kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman
2) Reabsorpsi tubulus yaitu perpindahan zat dari lumen tubulus menuju plasma
kapiler peritubulus
3) Sekresi tubulus yaitu perpindahan zat dari plasma kapiler menuju lumen
tubulus
4) Ekskresi sisa metabolisme : ureum, kreatinin, asam urat (bersifat toksik),
kelebihan cairan & elektrolit, obat, pestisida, toksin, mengatur keseimbangan
asam dan basa
5) Non ekskresi yaitu fungsi sekresi hormon, misalnya: renin (pengatur volume
dan tekanan darah), eritropoetin (merangsang pembentukan sel darah merah),
kalikrein (vasodilator), metabolisme vitamin D inaktiv Ú aktiv (Ca++ uptake)
2. Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
lapisan dinding ureter terdiri dari:
1) Lapisan luar (jaringan ikat/fibrosa)
2) Lapisan tengah (otot polos)
3) Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
mendorong urin melalui ureter urin

3. Vesica Urinaria
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai penampung air seni
yang berubah-ubah jumlahnya karena kandung kemih dapat mengembang dan
mengempis (distensi dan relaksasi). Posisinya terletak di belakang os pubis.

4
4. Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kandung kemih lingkungan luar tubuh.
uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan
sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran
pengeluaran sperma.
a. Letak anatomis uretra
1) Uretra pada wanita
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara
klitoris dan pembukaan vagina.
2) Pria memiliki uretra yang lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih
berisiko terkena infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.
Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra
pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya:
a) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat
b) Pars prostatica, terletak di prostat, terdapat pembukaan kecil, dimana
terletak muara vas deferens
c) Pars membranosa dengan panjang sekitar 1,5 cm dan pada bagian lateral
terdapat kelenjar bulbouretralis
d) Pars spongiosa/cavernosa dengan panjang sekitar 15 cm melintas di
corpus spongiosum penis

5. Proses Miksi
Distensi kandung kemih (± 250 cc) ® reflek kontraksi dinding kandung kemih ®
relaksasi spinkter internus ® relaksasi spinkter eksternus ® pengosongan kandung
kemih.
Kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinkter dihantarkan melalui serabut saraf
simpatis. Persarafan vesika urinaria diatur torakolumbal & kranial dari sistem saraf
otonom. Pada saat vesica urinaria terisi penuh, permukaan atasnya akan menonjol ke
rongga perut, dan berbentuk ovoid (seperti telur) dan membran mukosanya tidak lagi
berbentuk lipatan-lipatan.

B. ELIMINASI URIN
Mikturisi adalah penggabungan urin yang mengalir melalui ureter ke kandung kemih.
Keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung
kemih. Mikturisi merupakan gerak refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan
oleh pusat-pusat persyarafan. Proses pengosongan kandung kemih terdiri dari dua
langkah utama:
- Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
di atas nilai ambang
- Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran
untuk keinginan berkemih
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga
dihambat/ditimbulkan oleh pusat korteks serebri/batang otak.

1. Perubahan Pola Eliminasi Urin


Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pola eliminasi urin yang
disebabkan oleh obstruksi anatomis, kerusakan motorik, sensorik, infeksi saluran
kemih. Perubahan eliminasi terdiri dari:
a. Frekuensi

5
Merupakan banyaknya jumlah berkemih perhari. Meningkat frekuensi berkemih
dikarenakan meningkat jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa
suatu tekanan asupan cairan dapat diakibatkan karena sistitis. Frekuensi yang
tinggi dapat juga ditemukan pada keadaan stres/hamil
b. UrgensiPerasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih. Pada umumnya anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol spingter eksternal. Perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi
pada anak karena kemampuan spingter untuk mengontrol berkurang.
c. Disuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih, hal ini sering ditemukan pada penyakit
infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria
Merupakan produksi urin yang abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Dapat ditemukan pada klien DM dan ginjal
kronis.
e. Urinaria Supresi.
Berhentinya produksi urin secara mendadak, secara normal urin diproduksi oleh
ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60 – 120 km/jam
f. Hematuri
Adanya sel darah merah dalam urin, penyebabnya kanker traktus urogenital,
glomerulonefritis akut, TB renal, trauma
g. Proteinuria ( Albuminuria )
Jumlah protein yang abnormal dalam urin, penyebabnya semua penyakit ginjal
yang akut/kronis

2. Gangguan Kebutuhan Eliminasi urin


a. Retensi Urin
Merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan
distensi kandung kemih atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan normal
kandung kemih dapat menampung urin sebanya 3000 – 4000 ml.
Penyebab:
1) Operasi pada bagian abdomen bawah, pelvis dan kandung kemih
2) Trauma sum-sum tulang belakang
3) Sumbatan (striktur uretra, pembesaran kelenjar prostat)
Tanda dan gejala:
1) Tidak nyaman daerah pubis
2) Distensi kandung kemih
3) Tidak sanggup untuk berkemih
4) Tidak seimbang antara jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupan
5) Adanya urin sebanyak 3000 – 4000 ml dalam kandung kemih
b. Enuresis
Merupakan ketidakmampuan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sfingter eksterna, biasanya terjadi pada anak/orang
jompo, biasanya pada malam hari.
Penyebab:
1) Kapasitas kandung kemih lebih dari normal

6
2) Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur
untuk ke kamar mandi
3) Infeksi saluran kemih/perubahan fisik/neurologis sistem perkemihan
4) Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
c. Inkontinensia Urin
Merupakan ketidakmampuan otot spingter eksternal sementara/menetap untuk
mengontrol ekskresi urin. Secara umum penyebabnya adalah proses penuaan,
pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan
sedatif.
Inkontinensia Urin terbagi menjadi 5, antara lain:
1) Inkontinensia Urin Fungsional
Involunter, jalan keluar urin tidak dapat diperkirakan pada klien yang sistem
saraf dan sistem perkemihannya tidak baik. Penyebabnya adalah defisit
sensorik, kognitif, mobilitas.
Gejala:
- Mendesaknya keinginan untuk berkemih meyebabkan urin keluar
sebelum mencapai tempat yang sesuai
- Klien yang mengalami perubahan kognitif telah lupa mengenai apa
yang harus dilakukan
2) Inkontinensia Urin Overflow
Keluarnya urin secara involunter terjadi pada jarak waktu tertentuyang telah
diperkirakan. Jumlah urin dapat banyak/sedikit. Penyebabnya terhambatnya
berkemih akibat efek anestesi/obat-obatan, disfungsi medulla spinalis.
Gejala:
- Tidak menyadari kalau kandung kemih sudah terisi, kurangnya urgensi
untuk berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak baik.
3) Inkontinensia Urin Stres
Peningkatan tekanan intra abdomen yang menyebabkan merembesnya
sejunlah kecil urin. Penyebabnya antara lain batuk, tertawa,
muntah/mengangkat sesuatu saat kandung kemih penuh, obesitas, uterus yang
penuh pada trimester ketiga, jalan keluar kandung kemih yang tidak
kompeten, lemahnya otot panggul.
Gejala:
- Keluarnya urin pada saat tekanan intra abdomen meningkat
- Urgensi dan seringnya berkemih.
4) Inkontinensia Urin Urgen
Pengeluaran urin yang tidak disadari setelah merasakan adanya urgensi yang
kuat untuk berkemih. Penyebabnya yaitu daya tampung kandung kemih yang
menurun, iritasi pada reseptor peregang kandung kemih, konsumen alkohol
dan kafein, peningkatan jumlah asupan cairan, atau infeksi.
Gejala:
- Urgensi berkemih, sering disertai oleh meningkatnya frekuensi
berkemih
- Spasme kandung kemih/kontraktur
- Berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam jumlah
besar (lebih dari 500 ml).
5) Inkontinensia Urin Total
Keluarnya urin total yang tidak terkontrol dan yang berkelanjutan.
Penyebab:

7
- Neuropati saraf sensorik
- Trauma/penyakit pada saraf spinalis/sfingter uretra
- Fistula antara kandung kemih dan vagina
Gejala:
- Urin tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak diperkirakan
- Nokturia
- Tidak menyadari bahwa kandung kemih terisi/inkontinensia.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin


a. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urin, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urin yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urin intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output
urin lebih banyak.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk
berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat.
Akibatnya urin banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai
kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal
c. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urin.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
d. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan
berkemih dan atau meningkatnya jumlah urin yang diproduksi.
e. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urin
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal
dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama.
Karena urin secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot
tersebut tidak pernah meregang berkontraksi dan dapat jatuh pada kondisi
difungsi.
Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urin yang diproduksi, hal
ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena
adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih
g. Zat-zat
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi
zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin
bertambah.
h. Kondisi Patologis
Demam dapat menurunkan produksi urin (jumlah & karakter)
i. Transplatasi ginjal
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya
turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab

8
renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh
enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan
darah (Sherwood, 2001).
j. Zat-zat diuretik
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi
zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin
bertambah
k. Suhu internal dan ekstenal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan
mengurangi volume urin.
l. Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin
m. Konsentrasi
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.
Reabsorpsi air di ginjal meningkat, volume urin menurun
n. Hormon
1) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel
(Frandson,2003
2) Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin
(Frandson, 2003)
3) Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal (Frandson, 2003)
4) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
(Frandson, 2003)
5) Renin
Selain itu ginjal menghasilkan renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada: konstriksi arteria renalis (iskhemia ginjal), terdapat
perdarahan (iskhemia ginjal),uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan
karet).

C. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN UMUM ELIMINASI URIN


1. Pengkajian
Beberapa poin pengkajian yang berhubungan dengan aspek eliminasi urin, yang dapat
ditanyakan pada saat pengumpulan data umum dari klien, antara lain:
a. Kaji pola dan frekuensi berkemih klien yang biasa dilakukannya
b. Kaji adanya perubahan pola berkemih meliputi gangguan-gangguan, seperti:
1) Keluarnya sejumlah besar/sejumlah kecil urin
2) Berkemih dengan interval waktu yang menjadi lebih sering dari biasanya

9
3) Mengalami kesulitan untuk mencapai kamar mandi pada saat mengalami
urgensi/desakan untuk berkemih
4) Mengalami kesulitan untuk memulai berkemih
5) Adanya rasa nyeri saat berkemih
6) Tekanan aliran kemih yang menurun
7) Adanya rembesan urin ketika tertawa, bersin, batuk, atau mengedan
8) Urin sering menetes atau kandung kemih yang selalu terasa penuh
c. Riwayat medis yang berhubungan dengan eliminasi urin, meliputi:
1) Infeksi ginjal, kandung kemih, atau uretra
2) Adanya batu di saluran kemih
3) Pembedahan ginjal/kandung kemih, pengangkatan prostat, dan prosedur
pembedahan lainnya yang mengubah jalur saluran kemih seperti ureterostomi
4) Penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi
5) Penyakit kronis yang mengubah atau mempengaruhi karakteristik berkemih,
seperti DM, multiple sklerosis atau keganasan
d. Faktor-faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi pola berkemih,
seperti:
1) Medikasi, misalnya pemberian obat-obatan golongan antidiuretik yang
meningkatkan haluaran urin, pemberian obat-obatan golongan antikolinergik-
antidepresan-antispasmodik-antipsikotik-antiparkinsonisme-antihipertensi
yang dapat menyebabkan retensi urin, atau obat-obatan yang dapat mengubah
warna urin seperti multivitamin dan kemoterapi
2) Asupan cairan, meliputi jumlah dan jenis cairan yang sering diminum klien
setiap harinya
3) Lingkungan, yaitu berbagai masalah yang berhubungan dengan proses
toileting seperti mobilisasi, pekerjaan, ketangkasan dalam berpakaian, dan
kondisi toilet yang nyaman untuk klien
4) Prosedur diagnostik, misalnya klien yang baru menjalani sitoskopi atau
anestesi spinal
5) Penyakit, yaitu setiap penyakit di luar penyakit saluran kemih yang dapat
mempengaruhi proses eliminasi urin, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
diabetes insipidus, kanker, multiple sklerosis, dan pembesaran prostat
e. Karakterisitk nyeri, seperti:
1) Nyeri kandung kemih, yaitu nyeri yang berlokasi di atas suprapubik
2) Nyeri ginjal/panggul, yaitu nyeri yang berada di antara tulang rusuk dan ileum
yang dapat menyebar ke area abdomen dan dapat menyebabkan mual muntah
3) Nyeri sudut kostovertebra, di mana jenis nyeri ini dapat menyebar ke
umbilikus
4) Nyeri ureteral, yaitu nyeri punggung yang dapat menyebar ke area abdomen,
paha atas, testis atau labia
f. Data abnormal dari tes laboratorium dan uji diagnostik, meliputi:
1) pH urin yang berada di bawah 4,5 dan di atas 8
2) Berat jenis urin di bawah 1,010 atau di atas 1,025
3) Adanya glukosa atau aseton di dalam urin
4) Adanya darah samar atau darah yang tampak oleh mata di dalam urin
5) Terdapat kandungan protein, nitirit dan urobilinogen di dalam urin
6) Terdapat mikroorganisme dalam jumlah besar di dalam urin

10
2. Pengkajian Fisik
Pengkajian urin dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urin serta
mengobservasi karakteristik urin klien. Organ yang akan ditinjau pada pengkajian
fisik eliminasi urin ini meliputi kulit, ginjal, kandung kemih dan uretra.
a. Kulit
Masalah eliminasi urin berkaitan erat dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji status hidrasi klien dengan
mengkaji turgor kulit dan kondisi mukosa mumut.
b. Ginjal
Apabila ginjal terinfeksi atau mengalami peradangan, biasanya akan timbul nyeri
di daerah pinggul. Nyeri tekan akan muncul di daerah pinggul saat dilakukan
perkusi pada sudut kostovertebrae (sudut yang dibentuk oleh tulang belakang dan
tulang rusuk ke-12). Pada auskultasi akan ditemukan bunyi bruit pada arteri
ginjal, yaitu bunyi yang dihasilkan dari perputaran aliran darah yang melalui
arteri. Sedangkan palpasi dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen untuk
mengetahui posisi, bentuk dan ukuran ginjal.
c. Kandung Kemih
Pada inspeksi, dapat terlihat adanya pembengkakan atau lekukan konveks pada
abdomen bagian bawah. Pada palpasi, kendung kemih dalam keadaan normal
akan teraba lunak dan bundar. Sedangkan pada perkusi, kandung kemih yang
penuh akan menimbulkan bunyi tumpul (dullness).
d. Uretra
Untuk memeriksa genitalia wanita, posisi dorsal rekumben memungkinkan
genitalia terlihat secara menyeluruh. Dalam keadaan normal, meatus berwarna
merah muda dan tampak seperti lubang kecil di bawah klitoris dan di atas
orifisum vagina, serta tidak ada rabas yang keluar dari meatus. Sedangkan meatus
pria yang normal akan berbetuk seperti lubang kecil di ujung penis.

3. Pengkajian Karakteristik Urin


a. Warna
Warna urin normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning-
cokelat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urin. Perdarahan dari
ginjal atau ureter menyebabkan warna urin menjadi gelap; perdarahan dari
kandung kemih atau uretra menyebabkan warna urin menjadi merah terang.
b. Kejernihan
Urin yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Urin yang baru dikeluarkan
oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau berbusa akibat
tingginya konsentrasi protein. Urin juga akan tampak pekat dan keruh akibat
adanya bakteri.
c. Bau
Urin memiliki bau yang khusus. Semakinpekat warna urin, semakin kuat baunya

4. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Potter & Perry ( 1998 ) ada macam-macam pemeriksaan urin, antara lain:
a. Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pada sebagian besar kondisi klinis. Dalam
pemeriksaan urin mencakup: observasi warna dan kejernihan urin, bau,
pengukuran

11
keasaman dan berat jenis urin, tes unuk memeriksa keberadaan protein, glukosa
dan badan keton dalam urin, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah
melakukan pemusingan untuk mendeteksi sel darah merah, sel darah putih,
silinder, kristal, pus dan bakteri. Spesimen urin ini harus diperiksa sesegera
mungkin, lebih baik sebelum 2 jam setelah urin ditampung. Urin yang akan
diperiksa ini harus merupakan urin pertama yang dikeluarkan pada pagi hari. Agar
dapat melakukan proses skrining dengan cepat perawat dapat melaksanakan
urinalisis menggunakan strip reagen khusus. Hal ini dilakukan untuk
mengobservasi perubahan warna dalam waktu yang ditetapkan dalam kemasan
strip tersebut. Pemeriksaan urinalisis dipstick adalah metode pemeriksaan yang
cepat bagi skrining klien-klien simptomatik untuk mendeteksi substansi tertentu
yang mencakup hemoglobin, keton, protein, dan leukosit.
b. Berat jenis urin
Berat jenis urin adalah berat atau derajat konsentrasi suatu substansi yang
dibandingkan dengan air dalam volume yang sama. Untuk mengukur berat jenis
urin ini menggunakan teknik urinometer dengan cara spesimen urin dituangkan ke
dalam sebuah silinder khusus yang bersih dan kering.urinometer yang berat di
celup dan diputarkan secara perlahan ke dalam silinder yang berisi air. Selain
dengan urinometer, ter osmolaritas juga dapat dilakukan untuk mengukur jumlah
total artikel yang ada di dalam larutan secara akurat.
c. Kultur urin
Kultur urin membutuhkan sampel urin steril yang diambil dengan cara
pengeluaran bersih. Tes kultur urin ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pertumbuhan bakteri atau tidak. Hasil kultur urin dapat mengusulkan perubahan
pada pilihan obat.

Menurut dr. R.Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma di dalam buku Cermin
Dunia Kedokteran, pemeriksaan urin di bagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Pemeriksaan rutin
Dalam pemeriksaan urin ini dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
1) Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik ini yang diperiksa adalah volume, warna,
kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin yang
dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal. Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna
karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin
dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning
bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Kejernihan
dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Pemeriksaan berat
jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan
pikno meter, refraktometer dan reagens pita.
2) Pemeriksaan mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan
sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin
sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.
3) Pemeriksaan kimia urin

12
Dalam pemeriksaan kimia ini digunakan alat yaitu reagens pita. Reagens pita
ini dapat dipakai untuk pemeriksaanpH, protein, glukosa, keton, bilirubin,
darah, urobilinogen dan nitrit.
b. Pemeriksaan lengkap
Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1) Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan
tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat.
2) Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium
dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau
ungu tua
3) Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam
keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per
dl urin.
4) Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam
urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita
yang sedang haid
5) Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan
dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin.
6) Pemeriksaan kanker urothelial (Urothelial Cancer Test)
7) Sitologi urin (Urin Cytology), pemeriksaan ini dilakukan untuk pengawasan
kandung kemih dari adanya kanker.
8) Tes TRAK- antigen tumor kandung kemih (Bladder tumor antigen-TRAK
test), untuk mendeteksi ada tidaknya tumor pada kandung kemih.
9) Matriks protein nuklir 22 (Nuclear Matrix Protein 22)
10) QUANTICYT System
11) Pemeriksaan Hormon, yaitu tes untuk kelainan pada sekresi hormon adrenal
penting dalam pemeriksaan klien yang diduga tumor adrenal.
Pheochromocytoma dan neuroblastoma dapat dideteksi dengan mengukur
ekskresi asam vanillylmandelic.
12) Pemeriksaan batu konstituen (Studies of Stone Constituents)

5. Pengambilan Sample Urin


Perawat biasanya mengumpulkan spesimen urin untuk pemeriksaan di laboratorium.
Spesimen tersebut diberi label yang diberi nama klien, tanggal, dan waktu
pengumpulan urin. Setelah urin terkumpul, spesimen tersebut harus segera dikirim ke
laboratorium tepat waktu untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan. Adapun
cara pengumpulan spesimen urin tersebut ada empat macam, yaitu :

a. Spesimen acak
Spesimen yang diambil secara acak ini digunakan untuk pemeriksaan urinalisis
atau mengukur berat jenis, pH, atau kadar glukosa dalam urin secara spesifik.
Teknik yang digunakan adalah teknik steril. Cara pengambilan spesimen ini dapat
dikumpulkan pada saat klien berkemih secara alami. Kemudian tampung urin
klien pada wadah yang bersih seperti urinal, atau pispot.Urin yang dikumpulkan
hanya berkisar sekitar 120 ml untuk keakuratan pemeriksaan. Setelah spesimen
dikumpulkan, perawat menutup spesimen sampai rapat, membersihkan urin yang

13
masih ada di bagian luar wadah, meletakkan wadah tersebut dalam kantung
plastik, kemudian dibawa ke laboratorium.
b. Spesimen midstream atau pengeluaran bersih
Spesimen tipe ini dibutuhkan untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas urin.
Pemeriksaan urin dengan menggunakan teknik ini bertujuan untuk meminimalkan
jumlah bakteri yang ada di dalam urin. Tahap pertama yang harus dilakukan
adalah membersihkan bagian genetalia eksterna yang benar, kemudian klien mulai
mengeluarkan urin dan urin yang pertama kali keluar dibiarkan terbuang,
kemudian urin yang keluar di tengah aliran berkemih ditampung. Aliran awal urin
membersihkan atau membilas bakteri yang berada di orifisium dan meatus uretra.
Berikut ini beberapa cara memberikan pendidikan klien untuk pengumpulan
spesimen Cleaning-Cath Midstream Urin, yaitu:
1) Klien pria
Buka glans penis dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun.
Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air.Urin yang
pertama kali keluar dibuang. Kemudian kumpulkan bagian berikutnya ke
dalam botol steril yang bermulut lebar atau tabung gelas yang berdiameter
besar dengan dilindungi oleh tutup yang steril. Urin yang terakhir keluar
jangan dimasukkan karena sekresi prostat dapat masuk ke dalam urin yang
terakhir keluar.
2) Klien wanita
Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang. Bersihkan bagian
meatus urinarius dengan menggunakan spons yang dibasahi dengan sabun cair.
Usap bagian perineum dari depan ke belakang. Hilangkan semua bekas sabun
dengan kapas yang diberi air dari depan ke belakang. Pertahankan labia agar
tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan kuat, tetapi urin yang pertama kali
keluar jangan ditampung. Kumpulkan urin pertengahan yang keluar dan
pastikan bahwa tempat untuk mengumpulkan spesimen urin tersebut tidak
mengenai alat kelamin.
c. Spesimen steril
Metode lain untuk memperoleh spesimen urin adalah dengan cara mengambilnya
dari kateter menetap. Tindakan memasang kateter sampai pengambilan spesimen
urin dilakukan dengan teknik steril. Setelah memperoleh spesimen, perawat
memindahkan urin ke dalam sebuah wadah steril dengan teknik aseptik steril.
d. Spesimen urin pada waktu tertentu
Ada beberapa pemeriksaan fungsi ginjal dan komposisi urin seperti mengukur
kadar steroid atau hormon adrenokortikoid, atau pemeriksaan jumlah protein
yang memerlukan pengumpulan urin dengan interval waktu 2, 12, atau 24 jam.
Waktu pengumpulan ini dimulai setelah klien berkemih. Kemudian klien
mengumpulkan semua urin yang dikeluarkan pada waktu yang telah ditentukan.

6. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan Eliminasi Urin
1) Definisi
Perubahan Eliminasi urin adalah merupakan suatu kedaan individu yang
mengalami gangguan eliminasi urin.
2) Batasan karakteristik
Subjektif :
- Disuria
- Urgensia

14
Objektif :
- Sering berkemih
- Hesitansi
- Inkontinesia
- Nokturia
- Retensia
3) Faktor yang berhubungan
Penyebab yang multiple, meliputi obstruksi anatomis, gangguan sensori atau
motorik, dan infeksi saluran kemih.
4) Hasil yang disarankan NOC
- Pengetahuan ; pengobatan dan tingkat pemahaman yang disampaikan
tentang keamanan penggunaan pengobatan
- Kontinensia Urin : pengendalian eliminasi urin
- Eliminasi urin : kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa,
menyimpan zat terlarut, dan untuk mengumpulkan serta membuang urin
dengan pola yang sehat
5) Tujuan/Kriteria Evaluasi
Menunjukkan kontinensia urin, ditandai dengan indikator sebagai berikut :
- Klien menyebutkan nilai dalam rentang 1 -5 : tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering atau positif secara konsisten
- Mampu ke toilet secara mandiri
- Tidak adanya infeksi saluran kemih leukosit < 10.000
- Berkemih > 150 cc setiap kali.
- Pola pengeluaran urin yang dapat diperkirakan
6) Intervensi Prioritas NIC
- Pengelolaan eliminasi urin :
- Mempertahankan pola eliminasi urin yang maksimum
7) Aktivitas Keperawatan
- Pantau eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsistensi,bau,volume dan
warna dengan tepat
- Dapatkan spesimen midstream untuk urinalisis dengan tepat
a) Pendidikan Untuk Klien/Keluarga :
- Pantau eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsistensi,bau,volume dan
warna dengan tepat
- Dapatkan spesimen midstream untuk urinalisis dengan tepat
- Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Instruksikan klien/keluarga untuk berespon segera terhadap kebutuhan
eliminasi
- Ajarkan klien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan,diantara
waktu makan dan awal petang
b) Kolaborasi :
Rujuk ke dokter Jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemi
b. Retensi Urin
1) Definisi
Suatu keadaan individu yang mengalami ketidaksempurnaan pengosongan
kandung kemih.
2) Batasan karakteristik
Subjektif :
Sensasi kandung kemih penuh

15
Objektif :
- Distensi kandung kemih
- Urin menetes
- Inkontensia yang melimpah
- Urin masih tersisa
- Haluaran urin sedikit, sering atau tidak ada
3) Faktor yang berhubungan :
- Adanya halangan
- Tingginya tekanan uretra yang disebabkan karena detrusor yang lemah
- Inhibisi arekus refleks
- Sfingter yang kuat
4) Hasil yang disarankan NOC
- Kontinensia urin : pengendalian eliminasi urin
- Eliminasi urin : kemampuan
5) Tujuan/Kriteria Evaluasi :
a) Menunjukkan kontinensia urin, ditandai dengan indikator sebagai berikut:
- Menyebutkan nilai 1 -5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering
atau positif secara konsisten).
- Bebas kebocoran
- Kandung kemih kosong sempurna
- Asupan cairan dalam rentang yang diharapkan
b) Evakuasi kandung kemih dengan prosedur kateterisasi sendiri yang bersih
secara intermiten
c) Menggambarkan rencana perawatan di rumah
d) Bebas dari infeksi saluran kemih
e) Penurunan spasme kandung kemih
f) Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
6) Intervensi :
a) Kateterisasi Urin : pemasukan kateter ke dalam kandung kemih untuk
sewaktu sementara atau permanen untuk pengeluaran urin.
b) Perawatan retensi urin : bantuan dalam menghilangkan distensi kandung
kemih
c) Pengkajian
- Identifikasi dan dokumentasikan pola evakuasi kandung kemih
- Pantau penggunaan agens yang tidak diresepkan dengan antikolinergik
atau alfa agonis
- Pantau efek dari obat yang diberikan, seperti penyekat saluran kalsium
dan antikolinergik
- Pantau asupan dan haluaran
- Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
d) Pendidikan untuk Klien/Keluarga :
- Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih (misalnya menggigil, demam, nyeri pinggang, hematuria,
perubahan konsistensi, dan bau urin).
- Instruksikan klien/keluarga untuk mencatat haluaran urin bila
diperlukan.
e) Aktivitas kolaboratif
- Rujuk ke perawat tetapi enterostoma untuk instruksi pembersihan
intermiten kateterisasi sendiri setiap 4 – 6 jampada saat terjaga.

16
- Rujuk pada spesialis kontinensia urin jika diperlukan
- Lakukan program pelatihan evakuasi kandung kemih
- Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa
adanya distensi kandung kemih yang berlebihan
- Anjurkan klien mengosumsi cairan peroral
- Berikan privasi untuk eliminasi
- Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet
- Stimulasi reflek kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen,
menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air
- Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)
- Gunakan spritus dari wintergreen pada pispot atau urinal
- Berikan maneuver Crede sesuai dengan kebutuhan
- Lakukan kateterisasi untuk meneluarkan residu, jika diperlukan
- Masukan kateter urin jika diperlukan

c. Inkontinensia Urin, Refleks


1) Definisi
Suatu keadaan keluarnya urin dengan tidak disadari terjadi pada interval yang
dapat diprediksi bila kandung kemih terpenuhi
2) Batasan Karakteristik
Subjektif :
- Penggosongan kandung kemih yang tidak sempurna dengan lesi lebih
tinggi sakrum pusat perkemihan
- Tidak ada sensasi penuhnya kandung kemih
- Tidak ada sensasi urgensi berkemih
- Sensasi untuk berkemih tanpa hambatan kontraksi kandung kemih yang
disadari
- Sensasi yang dihubungkan dengan kandung yang penuh,seperti
berkeringat,gelisah, dan ketidaknyamanan abdomen
Objektif :
- Pengosongan sempurna dengan lesi di atas pontine pusat berkemih
- Pola berkemih yang dapat diprediksi
- Ketidakmampuan secara kognitif untuk menghambat atau memulai
berkemih
3) Faktor yang berhubungan :
- Gangguan neurologis di atas sacral pusat bekemih atau pontine pusat
berkemih
- Kerusakan jaringan dari radiasai sistitis, kondisi inflamasi pada kandung
kemih atau pembedahan radikal pelvis.
4) Tujuan/Kriteria Hasil :
- Kontinensia urin: kontrol dari eliminasi urin
- Eliminasi urin: kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sia,
menyimpan zat terlarut, dan untuk mengumpulkan serta membuang urin
dengan pola yang sehat
5) Intervensi :
a) Latihan kebiasaan berkemih : meningkatkan fungsi kandung kemih bagi
orang yang mengalami urgensi berkemih yang tidak disadari dengan
meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk menahan urin dan
kemampuan klien untuk menekan berkemih.

17
b) Kateterisasi urin intermiten : periode penggunaan kateter yang teratur
untuk mengosongkan kandung kemih.
c) Aktivitas Keperawatan
1) Pengkajian :
- Kaji kemampuan untuk mengenali urgensi berkemih
- Identifikasi pola berkemih (juga berkemih setelah asupan tertentu
atau berkemih setelah interval tertentu).
- Pantau teknik klien/pemberi perawatan yang melakukan
kateterisasi intermiten
- Untuk klien yang menjalani kateterisasi intermiten, pantau
bau,warna dan kejernihan urin serta lakukan urinalisis secara
teratur untuk memantau infeksi
- Tentukan kesiapan klien dan kemampuannya untuk melakukan
kateterisasi sendiri secara intermiten
- Latihan Kebiasaan Berkemih : lakukan pencatatan spesifikasi
selama tiga hari untuk membentuk pola berkemih.
2) Pendidikan untuk klien/keluarga :
- Ajarkan klien/keluarga untuk melaporkan tanda/gejala disfleksia
otonomi, seperti hipertensi berat, sakit kepala berat, diaphoresis
diatas bagian yang cedera, takikardia yang tiba-tiba.
- Ajarkan klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang teknik
membersihkan kateterisasi intermiten.
- Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
- Bantu klien dalam mempertahankan keadekuatan hygiene dan
perawatan kulit rutin.
- Gunakan minyak pelembab yang melindungi kulit
- Pertahankan kullit tetap kering
- Gunakan alat untuk manampung urin
- Pertimbangkan penggunaan kateter kondom alat penampung
dengan kantung
- Ingatkan klien untuk menahan urin sampai jadwal waktu eliminasi
- Pertahankan asupan cairan sekitar 2000 ml/hari
a) Untuk kateterisasi urin intermiten :
- Berikan ruangan yang tenang dan berprivasi
- Gunakan alat steril untuk tindakan kateterisasi
- Tentukan jadwal kateterisasi berdasarkan pengkajian pola
berkemih
- Jiika haluaran urin tertampung lebih dari 300 ml untuk dewasa
kateterisasi lebih sering
b) Latihan Kebiasaan Berkemih (NIC) :
- Buat interval jadwal eliminasi, berdasarkan pola berkemih
- Eliminasi klien atau ingatkan klien untuk berkemih pada
interval yang dianjurkan
- Gunakan kekuatan sugesti (misalnya air mengalir atau
menguyur toilet) untuk membantu klien berkemih
- Jangan tinggalkan klien di toilet lebih dari lima menit
- Turunkan interval eliminasi 1,5 jam jika lebih dari 3 episode
inkontinensia terjadi di dalam 24 jam

18
- Tingkatkan interval eliminasi 1 jam jika klien tidak mampu
untuk berkemih 2 atau lebih jadwal waktu berkemih
- Tingkatkan interval eliminasi 1 jam jika klien tidak mengalami
episode inkontinensia selama 3 hari sampai interval optimal 4
jam dicapai

19

Anda mungkin juga menyukai