LAPORAN PENDAHULUAN
1
2
C. Karakteristik Urine
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011 : 97) karakteristik dan
komposisi urine adalah sebagai berikut :
1. Volume
Pada orang dewasa rata-rata urine yang dikeluarkan setiap berkemih
berkisar 250-400ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika
pengeluaran urine kurang dari 30 ml/jam, kemungkinan terjadi tidak
adekuatnya fungsi ginjal.
2. Warna
Urine normal warnanya kekuning-kuningan jernih, warna ini terjadi
akibat adanya urobilin. Warna lain seperti kuning gelap atau kuning
coklat dapat terjadi pada dehidrasi. Obat-obatan juga dapat mengubah
warna urine seperti warna merah atau oranye gelap.
3. Bau bervariasi tergantung komposisi
Bau urine aromatik yang menyengat atau memusingkan timbul karena
mengandung amonia.
4. pH sedikit asam antara 4,5–8 atau rata–rata 6,0.
pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urine vegetarian
menjadi sedikit basa.
5. Berat jenis 1.003-1.030.
6. Komposisi air 93-97%.
7. Osmolaritas (konsentrasi osmotik) 855-1.335 mOsm/liter.
6
D. Klasifikasi Gangguan
Menurut Potter dan Perry (2010 : 347) sebagian besar klien dengan
gangguan berkemih tidak mampu menyimpan urine atau mengosongkan
kandung kemih secara komplit. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh
masalah fungsi kandung kemih. Instruksi aliran urine, atau
ketidakmampuan mengendalikan miksi volunter klien dapat mengalami
perubahan permanen ataupun temporer pada jalur ekskresi urine.
1. Retensi urine
Retensi urine adalah penumpukan urine akibat ketidakmampuan
pengosongan kandung kemih. Normalnya, produksi urine mengisi
kandung kemih dan mencegah aktivasi reseptor sampai terjadi distensi
dengan ketegangan tertentu. Refleks miksi akan terjadi, dan kandung
kemih menjadi kosong. Pada retensi urine, kandung kemih tidak
mampu merespons refleks miksi sehingga tidak terjadi pengosongan.
Urine terus berkumpul di dalam kandung kemih dan membuat
dindingnya tegang sehingga timbul perasaan tertekan, tidak nyaman,
nyeri simfisis pubis, kegelisahan, dan diaforesis.
Dengan berlanjutnya retensi, terjadi retensi dengan overflow. Tekanan
di kandung kemih mencapai titik dimana sfingter uretra eksternal tidak
mampu menahan urine. Sfingter akan terbuka untuk memungkinkan
urine keluar dalam jumlah sedikit (25-60 ml). Saat urine keluar,
tekanan kandung kemih berkurang sehingga sfingter dapat menutup
kembali. Klien retensi dapat mengeluarkan urine dengan jumlah kecil
2-3 kali dalam satu jam, tetapi adanya distensi kandung kemih dan
rasa nyeri.
Menurut Vaughans (2013 : 312) seorang pasien yang mempunyai
retensi urine punya tanda-tanda dan gejala-gejala berikut :
a. Ketidaknyamanan untuk buang air kecil atau buang air dalam jumlah
sedikit yang sering (25-50 mL setiap 2-3 jam).
b. Tidak nyaman di area publik.
c. Pembengkakan kandung kemih di area suprapubik.
d. Ketidaksesuaian signifikan antara asupan cairan dan keluaran urine.
Jika retensi urine tidak diperbaiki, akan menyebabkan hilangnya
7
Menurut Mubarak (2008 : 117) ada dua jenis inkontinensia urine, yaitu
inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
a. Inkontinensia stres. Inkontinensia stres saat tekanan intraabdomen
meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini
biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa. Penyebabnya
antara lain peningkatan tekanan intraabdomen, perubahan
degeneratif terkait usia, dll.
b. Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjai saat klien
mengalami pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat
dan tiba-tiba untuk berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi
saluran kemih bagian bawah, spasme kandung kemih, overdistensi
kandung kemih, penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan
konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatan konsentrasi urine
(Taylor, 1989).
4. Enuresis (mengompol)
Enuresis adalah peristiwa berkemih tidak disadari pada anak yang
usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih
seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjaid pada anak-anak di
malam hari (enuresis nokturnal). Faktor penyebabnya antara lain
kapasitas kandung kemih yang kurang dari normal, infeksi saluran
kemih, konsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan
mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola miksi.
5. Sering berkemih (frekuensi)
Sering berkemih (frekuensi) adalah meningkatnya frekuensi berkemih
tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini biasanya terjadi
pada wanita hamil (tekanan rahim pada kandung kemih), kondisi stres,
dan infeksi saluran kemih.
6. Urgensi
Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini biasa
terjadi pada anak-anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka
yang lemah. Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres
psikologis dan iritasi uretra.
9
2. Faktor sosiokultural
Berkemih memiliki tingkat privasi yang berbeda pada bagian norma
budaya. Warga Amerika Utara menganggap ini sebagi hal yang pribadi,
sedangkan produk Eropa menerima fasilitas toilet bersama. Harapan
sosial (misalnya saat istirahat sekolah) memengaruhi waktu berkemih.
3. Faktor psikologis
Stres dan kegelisahan akan menimbulkan rasa ingin berkemih
secepatnya dan peningkatan frekuensi berkemih. Kegelisahan membuat
seseorang tidak mampu berkemih secara komplit; akibatnya, dorongan
berkemih dengan secara kembali. Ketegangan emosional menyebabkan
kesulitan dalam relaksasi otot abdominal dan perineum. Berkemih di
toilet umum terkadang menimbulkan ketidakmampuan berkemih. Privasi
dan waktu yang cukup untuk berkemih merupakan hal yang penting bagi
sebagian besar orang.
4. Keseimbangan cairan
Ginjal mempertahankan keseimbangan antara retensi dan ekskresi
cairan jika cairan dan konsentrasi elektrolit dan solut berada dalam
keseimbangan, maka peningkatan asupan cairan akan meningkatkan
produksi urine. Jumlahnya akan bervariasi sesuai dengan asupan
makanan dan cairan. Volume urine yang dibentuk di malam hari adalah
setengah dari volume selama siang hari karena berkurangnya asupan
dan metabolisme. Nokturia (terbangun di malam hari untuk berkemih)
merupakan tanda gangguan ginjal pada individu yang sehat, asupan
cairan dalam makanan dan cairan akan seimbang dengan keluaran
cairan di urine, feses, perspirasi, dan respirasi. Keluaran urine yang
berlebihan disebut poliuria. Keluaran urine yang berkurang walaupun
asupannya normal disebut oliguria. Oliguria sering terjadi saat terjadi
kehilangan cairan melalui mekanisme lain (perspirasi, diare, atau
muntah). Hal ini juga terjadi pada penyakit ginjal dini. Anuria sering
terjad pada penyakit ginjal berat, yang tidak terjadinya produksi urine.
Konsumsi cairan tertentu dapat mempengaruhi produksi dan ekskresi
urine. Kopi, the, coklat, dan minuman cola yang mengandung kafein kan
mendorong pembentukan urine (diuresis). Alkohol menghambat
pelelpasan hormon antidiuretik (ADH), dan meningkatkan keluaran
cairan melalui urine.
11
warna urine menjadi coklat atau hitam. Obat kemoterapi kanker juga
merubah warna urine dan bersifat toksik bagi ginjal atau kandung kemih.
Klien dengan gangguan ginjal membutuhkan penyesuaian dosis obat
yang diekresikan lewat ginjal.
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sistem kemih mempengaruhi mikturisi. Beberapa prosedur
seperti, pielogram intravena, mengharuskan pembatasan cairan pra-
pemeriksaan. Retensi asupan cairan umumnya menurunkan keluaran
urine. Pemeriksaan diagnostik (sitoskopi) yang melibatkan visualisasi
langsung dari struktur kemih menyebabkan edema lokal secara uretra
dan spasme sfingter kandung kemih. Setelah prosedur, klien dapat
mengalami kesulitan berkemih atau mengeluarkan urine berwarna
merah atau merah muda karena trauma mukosa uretra atau kemih.
F. Pengkajian Fungsional
Pengkajian merupakan salah satu tahap dalam membuat asuhan
keperawatan. Adapun pengkajian yang diperlukan pada pasien dengan
gangguan eliminasi urine menurut Mubarak dan Cahyatin (2008 : 120-
121) terdiri dari :
1. Riwayat Keperawatan
a. Pola berkemih
Apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori normal atau
apakah ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya. Selain
itu tanyakan pula faktor-faktor yang mempengaruhi pola
berkemihnya.
b. Frekuensi berkemih
1) Kebiasaan berkemih antara individu satu dan yang lain tidak
sama terkadang 5 kali/hari, tergantung kebiasaan seseorang.
2) Pada siang hari miksi terjadi sebanyak 70%, sedangkan sisanya
dilakukan pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun
tidur.
3) Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
13
c. Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan dengan membandingkannya dengan
volume berkemih normal.
d. Asupan dan haluaran cairan
1) Catat haluaran urine selama 24 jam.
2) Kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jenis dan jumlah cairan
yang diminum).
3) Catat asupan cairan per oral, lewat makanan, lewat cairan infus,
atau NGT (jika ada).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perkemihan meliputi :
a. Abdomen
Kaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung kemih.
b. Genetalia
Kaji kebersihan daerah genetalia. Amati adanya bengkak, rabas,
atau radang pada meatus uretra. Pada laki-laki, kaji adanya lesi,
pembesaran skrotum atau nyeri tekan. Sedangkan pada wanita,
kaji adanya lesi, nodul, dan adanya radang pada labia minora
maupun mayora.
c. Urine
Kaji karakteristik urine klien, bandingkan dengan karakteristik urine
normal.
3. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan urine
Hal yang perlu dikaji meliputi warna, kejernihan, dan bau urine.
Untuk melihat adanya kejanggalan, bisa dilakukan pemeriksaan
protein, glukosa dll.
b. Tes darah
Pemeriksaan meliputi BUN, bersihan kreatinin, nitrogen non protein
(NPN), sitoskopi, intravenous pyelogram (IVP).
14
G. Diagnosa Keperawatan
Menurut Mubarak dan Cahyatin (2008 : 121) masalah keperawatan
untuk eliminasi urine meliputi satu masalah umum dan beberapa masalah
khusus. Masalah umumnya adalah gangguan eliminasi urine, sedangkan
masalah khususnya meliputi:
1. Inkontinensia urine fungsional
2. Inkontinensia urine refleks
3. Inkontinensia urine stres
4. Inkontinensia urine total
5. Inkontinensia urine urgensi
6. Retensi urine
Diagnosa Keperawatan Menurut Herdman dan Kamitsuru (2015 : 204
dan 207)
1. Inkontinensia Urin Stres
a. Definisi
Rembesan urine tiba-tiba karena aktivitas yang meningkatkan
tekanan intra-abdomen.
b. Batasan Karakteristik
1) Rembesan involunter sedikit urine (mis., pada saat batuk,
tertawa, bersin, atau olahraga).
2) Rembesan involunter sedikit urine pada tidak adanya kontraksi
detrusor.
3) Rembesan involunter sedikit urine pada tidak adanya
overdistensi kandung kemih.
c. Faktor yang Berhubungan
1) Defisiensi sfingter uretra intrinsik
2) Kelemahan otot pelvik
3) Peningkatan tekanan intraabdomen
4) Perubahan degeneratif pada otot-otot pelvik
2. Retensi Urine
a. Definisi
Pengosongan kandung kemih tidak tuntas
b. Batasan Karakteristik :
1) Berkemih sedikit
2) Distensi kandung kemih
15
3) Disuria
4) Inkontinensia aliran berlebih
5) Menetes
6) Residu urine
7) Sensasi kandung kemih penuh
8) Sering berkemih
9) Tidak ada haluaran urine
c. Faktor yang Berhubungan :
1) Inhibisi arkus refleks
2) Sfingter kuat
3) Sumbatan saluran perkemihan
4) Tekanan ureter tinggi
H. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan : Inkontinensia Urine Stres
a. NOC : Kontinensia Urin
Definisi : Mengendalikan eliminasi urin dari kandung kemih
Tujuan : Klien mampu meningkatkan kontinensia urin
dengan optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan
indikator :
Indikator 1 2 3 4 5
Mengenali keinginan untuk
berkemih
Menjaga pola berkemih yang
teratur
Respon berkemih sudah tepat
waktu
Berkemih di tempat yang tepat
Menuju toilet diantara waktu ingin
berkemih dan benar-benar ingin
segera berkemih
Keterangan Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang-kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Secara konsisten menunjukkan
16
Aktivitas :
1. Identifikasi faktor apa saja penyebab inkontinensia pada pasien
(misalnya, urin output, pola berkemih, fungsi kognitif, masalah
perkemihan, residu paska berkemih, dan obat-obatan)
2. Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi, konsistensi, bau,
volume dan warna urin
3. Jaga privasi pasien saat berkemih
4. Bantu untuk meningkatkan atau mempertahankan harapan
pasien
5. Bantu pasien untuk memilih diapers atau popok kain yang sesuai
untuk penanganan sementara selama terapi pengobatan sedang
dilakukan
6. Bersihkan kulit sekitar area genetalia secara teratur
7. Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
8. Berikan obat-obatan diuretik sesuai jadwal minimal untuk
mempengaruhi irama sirkandian tubuh
9. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat pola dan
jumlah urin output
10.Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur tindakan dan
target yang diharapkan
2. Diagnosa Keperawatan : Retensi Urine
a. NOC : Eliminasi Urin
Definisi : Pengumpulan dan pembuangan urin
Tujuan : Klien mampu melakukan eliminasi urin dengan
optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan indikator :
Indikator 1 2 3 4 5
Pola eliminasi
Jumlah urin
Intake cairan
Mengosongkan kantong kemih
sepenuhnya
Mengenali keinginan untuk berkemih
Keterangan Skala :
1) Sangat terganggu
2) Banyak terganggu
3) Cukup terganggu
18
4) Sedikit terganggu
5) Tidak terganggu
b. NIC 1 : Kateterisasi Urin
Definisi : Insersi kateter ke dalam kandung kemih untuk
drainase urin sementara atau permanen
Aktivitas :
1) Monitor intake dan output
2) Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan
(yaitu, hanya mengekspos area genetalia)
3) Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
4) Pertahankan teknik aseptik
5) Posisikan pasien dengan tepat
6) Pastikan pencahayaan yang tepat untuk visualisasi anatomi
yang tepat
7) Isi bola kateter sebelum pemasangan kateter untuk memeriksa
ukuran dan kepatenan kateter
8) Pasang alat dengan tepat
9) Lakukan atau ajarkan pasien untuk membersihkan selang
kateter di waktu yang tepat
10) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang
tepat
c. NIC 2 : Perawatan Retensi Urin
Definisi : Bantuan dalam menghilangkan distensi kandung
kemih
Aktivitas :
1) Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan
perkusi
2) Monitor efek dari obat-obat yan diresepkan, seperti calcium
channel blockers dan anticholinergics
3) Lakukan pengkajian komprehensif sistem perkemihan fokus
terhadap inkontinensia (misalnya., urin output, pola berkemih,
fungsi kognitif, masalah saluran perkemihan sebelumnya)
4) Berikan privasi dalam melakukan eliminasi
5) Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih
(10 menit)
19
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Cahyatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. EGC, Jakarta.