Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

“BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH : ELIMINASI URIN”

Oleh :

Gusti Putu Ayu Febri Sinta Dewi

NIM. 20089142113

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2020
A. Pengertian

Eliminasi urin adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari


plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter cairan saja yang dapat berupa urin. Sebagian besar
hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh
tubuh (Mulyadi, 2018).

Eleminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar


manusia yang harus terpenuhi yang sering dianggap penting oleh kebanyakan
orang. Pada sistem perkemihan yang tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa
menggangu sistem organ yang lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan
eleminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Anda sebagai perawat
harus memahami dan menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan
eleminari urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha
memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima. (KDM)

Eleminasi urine atau pembuangan urine normal adalah proses


pengosongan kandung kemih apabila kandung kemih sudah terisi penuh.

B. Fisiologi Manusia/Fungsi/Mekanisme Kerja/Pengaturan

Proses pengeluaran urin sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ


eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra.
Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke
ureter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai
mencapai batas tetentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra (Kasiati & Rosmalawati, 2016) :

1. Ginjal (Kindey)
Ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2 bagian kanan dan
kiri. Produk buangan (limbah) hasil metabolisme yang terkumpul dalam
darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 %-

2
25 % curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap 1 ginjal
mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentukan urine di
Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat
memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa,asam-amino, urea, kreatinin
dan elektrolit.
Kondisi normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak
difiltrasi. Bila urine terdapat protein ( proteinuria), hal ini bertanda
adanya cedera pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate
(GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24
jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1
% di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine.

Gambar 1. Sistem perkemihan

2. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal
ke bladder melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan
berdiameter1.25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan
dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfor
urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh
distensi urine dikandung kemih, lapisan luar jaringan fibrosa menyokong
ureter. Adanya obstruksi di ureter atau batu ginjal, menimbulkan gerakan

3
peristaltik yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung
kemih, hal ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik ginjal.
3. Kandung Kemih (Bladder)
Kandung kemih tempat penampung 400- 600 ml, namun
keinginan berkemih dirasakan pada saat kandung kemih terisi urine pada
orang dewasa 150 walaupun pengeluaran urine normal 300 ml urine,
letaknya di dasar panggul terdiri otot yang dapat mengecil seperti balon.
Dalam keadaan penuh kandung kemih membesar terdiri 2 bagian fundus
dan bagian leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom oleh
sakral 2 dan 3.
4. Uretra (Urethra)
Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh,
kontrol pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh
kesadaran kita. Dalam kondisi normal,aliran urine yang mengalami
turbulasi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa
melapisi uretra mesekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk
plak mukosa mencegah masuknya bakteri. Panjang uretra wanita lebih
pendek 4–6.5 cm, sehingga menjadi faktor predisposisi infeksi saluran
kemih, sedangkan pria panjangnya 20 cm. Pada wanita, meatus uninarius
(lubang) terletak diantara labia minora, diatas vagina dan dibawah
klitoris. Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis.

Gambar 2. Uretra

4
Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2013) dapat dilihat
pada grafik di bawah ini dan proses kejadian eleminasi urine ada dua langkah
utama yaitu :

Terjadi peregangan serat Impuls berjalan


Urine masuk ke
otot dinding kandung melalui serabut
kandung kemih
kemih aferen

Miksi dikontrol saraf aferen menuju Menuju pars lumbalis


kandung kemih, dan impuls berjalan ke medula spinalis dan di
saraf parasimpatis sakralis menyebabkan: transmisikan ke
korteks serebri

Otot dinding kandung kemih Timbul rangsangan ingin


dan sfingter berkontraksi BAK

Pengeluaran urine :
Kontraksi otot dinding abdomen dan diafragma
Peningkatan tekanan kandung kemih yang
sebelumnya terisi 170-230 ml

1. Pertama, bila kandung kemih saudara secara progresif terisi sampai


tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke
medulla spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.
2. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor),
maka spinter ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih,
sebaliknya bila memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi.
Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya kontrol
volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga
terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks
kandung kemih.

5
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diketahui pada eleminasi urin normal:
1. Pola Eleminasi Urine Normal
Seseorang berkemih sangat tergantung pada individu dan jumlah
cairan yang masuk, Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada
waktu bangun tidur, setelah berkerja, dan makan.
2. Frekuensi
Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk
berkemih tergantung dari kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang
berkemih kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan
tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang
biasanya berkemih: pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur
dan berkisar waktu makan.
3. Karakteristik Urine Normal
Untuk mengetahui warna urine normal adalah kuning terang.
disebabkan adanya pigmen oruchrome, juga tergantung intake cairan.
Seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih
pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi
kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil
pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian atau seseorang dalam proses
pengobatan dan mengkonsumsi obat-obatan akan mempengaruhi bau
urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan
dan status kesehatan. Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan
sekitar 1.200–1.500 atau 150 sampai 600 ml/sekali miksi. Berat jenis
plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020.

6
C. Nilai-Nilai Normal Dan Cara Perhitungannya

Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi menurut usia


jumlah/hari sebagai berikut ini: (Priatma, Supriadi, Novi, &
Ramadhaniansyah, 2017)

1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml

2. Hari ketiga-kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml

3. Hari kesepuluh-2 bulan kehidupan 250 – 400 ml

4. Dua bulan-1 tahun kehidupan 400 – 500 ml

5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml

6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml

7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml

8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml

9. 14 tahun – dewasa 1500 ml

10. Dewasa tua 1500 ml / kurang

Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada
orang dewasa, maka perlu lapor.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Adapun beberapa hal/faktor yang dapat mempengaruhi proses


eleminasi urin pada manusia salah satu diantaranya yakni :

1. Pertumbuhan dan Perkembangan


Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah
pengeluaran urine. Normalnya bayi-anak ekskresi urine 400-500 ml/hari,
orang dewasa 1500-1600ml. Contoh: pada bayi-anak berat badan 10 %
7
orang dewasa mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia
lanjut volume bladder berkurang sehingga sering mengalami nokturia
dan frekuensi berkemih meningkat, demikian juga wanita hamil juga
akan lebih sering berkemih karena kandung kemih ditekan bagian
terendah janin.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat
miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat
miksi pada lokasi terbuka. Contoh: masyarakat kita kebanyakan
berkemih di kamar mandi (dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka,
sedangkan pada orang dalam kondisi sakit harus miksi diatas tempat
tidur, hal ini membuat seseorang kadang menahan miksinya.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan stimulasi
berkemih, sebagai upaya kompensasi. Contoh: seseorang yang cemas dan
stress maka mereka akan sering buang air kecil.
4. Kebiasaan atau Gaya Hidup Seseorang
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih.
Contoh: seseorang yang biasa berkemih di toilet atau di sungai atau di
alam bebas, akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas tempat
tidur apalagi dengan menggunakan pot urine/pispot.
5. Aktivitas dan Tonus Otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen,
dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan
untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan
kemampuan metabolism produksi urine secara optimal.
6. Intake Cairan dan Makanan
Kebiasaan minum dan makan tertentu seperti kopi, teh, coklat,
(mengandung kafein) dan alkohol akan menghambat Anti Diuretik
Hormon (ADH), hal ini dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi
urine.
8
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti pasien yang demam akan terjadi
penurunan produksi urine dan pola miksi, karena banyak cairan yang
dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
meninggalkan retensi urine.
8. Pembedahan
Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga
kelenjar hipofisis anterior melepas hormone ADH, mengakibatkan
meningkatkan reabsorsi air akhirnya pengeluaran urine menurun.
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urine menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan terapi diuretik meningkatkan output urine,
antikolinergik, dan anti hipertensi, sehingga menimbulkan seseorang
akan mengalami retensi urine.
10. Pemeriksaan Dianogtik
Intravenous pylogram di mana pasien dibatasi intake sebelum
prosedur untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan
edema local pada uretra, spasme pada spinter bledder sehingga dapat
menimbulkan urine tertahan (retensio urine).

E. Jenis Gangguan

1. Retensi urine
Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan
urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat
dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor
lemah dan lain-lain.

9
2. Inkontinensia Urine
Bila seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada dua
jenis inkontinensia: Pertama, stress inkontinensia yaitu stres yang terjadi
pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi
kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan
mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau
bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia
yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, hal
ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder,
overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alcohol (Taylor,1989).
3. Enurisis
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol)
yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk
mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau
orang jompo. Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung
kemih kurang normal, infeksi dan lain-lain.

4. Perubahan Pola Berkemih


Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih pada pasien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi urine, hal
yang perlu saudara lakukan pengkajian pada perubahan pola berkemih
antara lain:
a. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake ciran yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
b. Urgency
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
c. Dysuria

10
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Polyuria (Diuresis)
Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e. Urinary Suppression:
Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba.
Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar
100-500 ml/24 jam).
f. Hematuria yaitu terdapat darah dalam urine.
g. Nokturia yaitu sering BAK pada malam hari.
h. Hesistensi yaitu kesulitan untuk memulai BAK.
i. Piuria yaitu terdapat pus didalam urine.

F. Pengkajian Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi Klien
Menanyakan identitas seperti : nama , usia, enis kelamin,
suku / bangsa, alamat, agama, tanggal MRS, jam MRS, diagnosa,
retensi urine biasanya terjadi pada usia lanjut dan jeniskelamin pria
karena akibta hiperplasia prostat jinak / kelainan prostat.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien dengan kasusu ini biasanya dapat
berupa keluhan nyeri suprapubis berat atau ketidakmampuan untuk
miksi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan gangguan
yang dirasakn saat ini. Bagaimana pola berkemih pasien, meliputi

11
frekuensi, waktu dan banyaknya urine. Dan apakah klien merasa
nyeri.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami
penyakit serupa sebelumnya.
2. Keadaan umum
3. Tanda–tanda vital
Tekanan darah biasanya meningkat karena klien merasakan
nyeri, suhu meningkat jika ditemukan adanya infeksi, nadi biasanya
meningkat karena klien merasakan nyeri dan respirasi biasanya
meningkat karena klien merasakan nyeri.
4. Sistem Tubuh
a) B 1 (Breathing)
Perawat melakukan pengkajian adanya gangguan pada pola
nafas klien, biasanya klien sesak akibat rasa nyeri yang dialami dan
peningkatan respiratory rate.
b) B 2 (Blood)
Apakah terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien
bingung dan gelisah. Pada retensi urine muncul adanya keringat
dingin (Doaforesis) akibat nyeri pada distensi kandung kemih.
c) B 3 (Brain)
Klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh.
Namun tetap diperhatikan adanya tanda – tanda pasca trauma atau
cedera pada SSP.
d) B 4 (Bladder)
Disuria, ingin berkemih tetapi tidak ada urine yang keluar,
dan urin keluar sedikit–sedikit karena ada overflow, urin yang
keluar menetes, produksi urine sedikit/anuria apabila ureter terjadi
obstruksi bilateral.
12
Inspeksi :
1. Daerah perineal : kemerahan, lecet namun tidak ditemukan
adanya pembengkakan.
2. Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
3. Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak
pada klien.
4. Periksa warna, bau, banyaknya urin biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam
kandung kemih serta disertai keluarnya darah.
5. Apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik
lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi.

Palpasi :

1. Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan


2. Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord

Perkusi :

1. Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.

Auskultasi :

1. Ditemukan peristaltik (+), bruit (+) jika terjadi obstruksi


steanosis arteri renalis.

e) B 5 (Bowel)
Pemeriksaan auskultasi bising usus klien adakah
peningkatan atau penurunan, serta palpasi abdomen klien adanya
nyeri tekan abdomen atau tidak ataupun ketidaknormalan ginjal.
Pada perkusi abdomen ditemukan ketidaknormalan atau tidak.
f) B 6 (Bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan
ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian. Retensi urine
13
dapat terjadi pada pasien yang harus tirah baring total. Perawat
mengkaji kondisi kulit klien.

G. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah diagnose dan rencana keperawatan berdasarkan
(Nurarif & Kusuma, 2015) sebagai berikut :

1. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi anatomi (sumbatan saluran kemih)


d/d distensi kandung kemih.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisiologis d/d pasien mengeluh
nyeri.
3. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan d/d pasien gelisah.

14
H. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Rasional
. Keperawatan (NOC) Keperawatan (NIC)

1. Gangguan NOC : NIC : 1. Mengevalusi


eliminasi urin  Urinary Urinary Retention keadaan dan
b/d obstruksi Elimination Care keluhan umum
anatomi  Urinary 1. Observasi penilaian pasien serta
(sumbatan Contiunence kemih yang memilih
saluran kemih) komprehensif intervensi yang
d/d distensi Diharapkan setelah berfokus pada tepat nantinya.
kandung kemih dilakukan asuhan inkontinensia 2. Memantau
keperawatan tingkat distensi
(output urin, pola
selama ... x ... jam kandung kemih
berkemih, fungsi
diharapkan klien untuk
kognitif, dan
mampu berkemih meminimalkan
masalah kencing
dengan normal. retensi urin dan
praeksisten).
Dengan kriteria distensi
2. Lakukan prosedur
hasil : berlebihan.
tindakan
1. Kandung kemih pemasangan 3. Menilai output

kosong secara kateterisasi urin untuk

penuh. intermiten. mengetahui

2. Bebas dari ISK. 3. Anjurkan pada balance cairan

3. Balance cairan pasien atau pasien.

seimbang. keluarga untuk 4. Mempercepat


4. Tidak ada merekam output proses

spasme bladder. urin sesuai penyembuhan

15
5. Tidak teraba instruksi dari penyakit pada
distensi kandung perawat. pasien.
kemih 4. Kolaborasikan
dengan tenaga
kesehatan lainnya
untuk tindakan
lebih lanjut.

2. Nyeri akut NOC : NIC : 1. Mengevalusi


berhubungan  Pain Level Pain Management keadaan dan
dengan agen  Pain Control keluhan umum
1. Lakukan observasi
injuri fisiologis dan membantu
nyeri secara
d/d pasien Setelah dilakukan dalam
komprehensif
mengeluh nyeri asuhan menentukan
seperti PQRST.
keperawatan intervensi.
2. Pilih dan lakukan
selama ... x.... jam 2. Mencegah dan
penanganan nyeri
diharapkan nyeri mengurangi rasa
(farmakologi,
hilang. Dengan nyeri ketika
maupun teknik
kriteria hasil : terjadi distensi
non-farmakologi)
1. Mampu kandung kemih
pada pasien dalam
mengontrol pasien.
mengatasi nyeri.
nyeri (tahu 3. Ajarkan 3. Meningkatkan
pada
penyebab nyeri, rasa nyaman dan
pasien atau
mampu relaksasi
keluarga
menggunakan mekanisme
mengurangi faktor
teknik non- koping pada
luar penyebab
farmakologi pasien jika nanti
nyeri seperti faktor
untuk nyeri berkurang.
lingkungan (suhu,
mengurangi 4. Mempercepat
pencahayaan,
nyeri). proses
bising).
2. Melaporkan penyembuhan
4. Kolaborasikan
penyakit pada
16
bahwa nyeri dengan dokter jika pasien.
berkurang. ada keluhan atau
3. Menyatakan tindakan nyeri
rasa nyaman yang tidak
setelah nyeri berhasil.
berkurang.

3. Ansietas b/d NOC : NIC : 1. Mengidentifikasi


perubahan  Anxiety Level Anxiety Reduction lingkup masalah
dalam status  Anxiety Self- (penurunan individu dan
kesehatan d/d Control kecemasan) mempengaruhi
pasien gelisah pilihan untuk
Setelah dilakukan 1. Indentifikasi menjalankan
asuhan tingkat kecemasan
intervensi.
keperawatan dan gunakan
2. Mengurangi rasa
selama ... x... jam pendekatan yang
cemas pasien
diharapkan cemas menyenangkan
dengan
dapat terkontrol. dengan pasien.
farmakologi
Dengan kriteria 2. Berikan obat
terlebih dahulu.
hasil : untuk mengurangi
3. Memberikan
kecemasan.
1. Klien mampu kesempatan
3. Bantu dan dorong
mengidentifika- untuk menerima
pasien untuk
si serta mampu masalah,
mengenal situasi
mengungkapkan memperjelas
yang
gejala cemas. kenyataan takut
menimbulkan
2. Mengungkapkan dan menurunkan
kecemasan.
dan ansietas.
4. Instruksikan
menunjukkan 4. Memberikan
pasien
teknik untuk keyakinan untuk
menggunakan
mengontrol membantu
teknik relaksasi.
cemas. ansietas yang tak

17
3. Vital sign dalam perlu.
batas normal.
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh,
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

18
I. Daftar Pustaka

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1 (1st


ed.; Y. Olfah, Ed.). Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-

Mulyadi. (2018). Basic Promoting Physiology Of Health Eliminasi Urin.


Retrieved from https://www.scribd.com/document/369342824/Basic-
Promoting-Physiology-of-Health-Eliminasi-Urin

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosia Medis & NANDA NIC NOC (1st ed.; Yudha,
Budi, & Oskar, Eds.). Jogjakarta: MediAction.

Priatma, A., Supriadi, I., Novi, H., & Ramadhaniansyah, R. A. (2017).


Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi. 1–11. Retrieved from
https://www.academia.edu/4799238/Konsep_Dasar_Kebutuhan_Elimin
asi

19

Anda mungkin juga menyukai