Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI URINE


DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT H. SOEWONDO KENDAL
Asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi praktik KDP profesi ners
Dosen Pembimbing: Ns. Yuni Puji Widiastuti, M.Kep

Disusun Oleh:
Dian Puspitasari
SK.321.014

Program Pendidikan Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI

A. Pengertian Eliminasi Urine


Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra. (A.Aziz, 2008 :62).
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra (Hidayat, 2008).
Gangguan eleminasi urine adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi
eleminasi urine (Lynda Juall Carpenitro-Moyet, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 13, hal 582, 2010).
Gangguan eleminasi urine merupakan suatu kehilangan urine involunter
yang dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih (Nanda
International, Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 271, 2011)

B. Fisiologi Eliminasi Urine


Eliminasi urine tergantung pada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk
urine ureter mentransport urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung
kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine
keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ system perkemihan harus utuh
dan berfungsi supaya urine berhasil di keluarkan dengan baik.
1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna
vertebral posterior terdapat peritoneum dan terletak pada otot punggung
bagian dalam. Ginjal terbentuk dari vertebra torakalis ke duabelas sampai
vertebra lumbalis ketiga. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5
sampai 2cm dari ginjal kanan, karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal
secara khas berurutan 12cm kali 7cm dan memiliki berat 120-150gram,
setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi
lapisan lemak.
Produk buangan /limbah dari hasil metabolisme yang terkumpul
dalam darah di filtrasi di ginjal. Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri
renalis (ginjal) yang merupakan percabangan dari aorta abdominalis. Arteri
renalis memasuki ginjal melalui hilum. Sekitar 20-25% curah jantung
bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap ginjal berisi 1 juta nefron.
Nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal membentuk urine. Nefron
tersusun atas glomerulus capsula bowman dan tubulus kontraktus
proksimal, ansehenle, tubulus distal, dan duktus pengumpul. Darah masuk
ke nefron melalui arteriola averent. Sekelompok pembuluh darah ini
membentuk jaringan kapiler Glomerulus, yang merupakan tempat pertama
filtrasi darah dan tempat awal pembentukan urine. Kapiler glomerulus
memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi, seperti
glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit-elektrolit utama
kedalam kapsul bowman. Dalam kondisi normal, protein yang berukuran
besar dan sel-sel darah tidak di filtrasi melalui glomerulus. Apabila di
dalam urine terdapat protein yang berukuran besar (proteinuria) , Maka hal
ini merupakan tanda adanya cedera pada glomerulus. Glomerulus
memfiltrasi sekitar 125ml filtrate per menit. Tidak semua filtrate di
glomerulus di ekskresi sebagai urine. Setelah filtrate meninggalkan
glomerulus, filtrate masuk ke system tubulus dan duktus pengumpul, yang
merupakan tempat air dan substansi, seperti glukosa, asam amino, asam
urat, dan ion-ion natrium serta kalium direabsorbsi kembali kedalam secara
selektif.
Ginjal juga menghasilkan beberapa hormon penting untuk
memproduksi sel darah merah (SDM), mempertahankan volume normal
SDM, pengaturan tekanan darah, dan mineralisasi tulang. Produksi
beberapa hormon dari ginjal antara lain Eritropoietin dan Renin.
2. Ureter
Urine meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang
akan mentranspor urine ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan
setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan urine. Ureter
merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan
berdiameter 1,25cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi
retroperitorium untuk memasuki kandung kemih di dalam rongga
panggung (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar dari
ureter ke kandung kemih umumnya steril. Dinding ureter terbentuk dari 3
lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam merupakan membrane mukosa
yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih. Lapisan
tengah terdiri dari substansi otot polos yang mentransport urine melalui
ureter dengan gerakan peristaltis yang di stimulasi oleh distensi urine di
kandung kemih. Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung mukosa
yang menyokong ureter.
Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk kedalam kandung
kemih dalam bentuk semburan, dan bukan dalam bentuk aliran yang tetap.
Ureter masuk ke dalam dinding posterior kandung kemih dengan posisi
miring. pengaturan ini dalam kondisi normal dalam kondisi normal refluks
urine dari kandung kemih ke dalam ureter selama mikturisi (proses
berkemih) adanya obstruksi di dalam salah satu ureter, seperti batu ginjal
(kalkulus renalis) menimbulkan gerakan peristaltis yang kuat yang
mencoba mendorong obstruksi ke dalam kandung kemih. Gerakan
peristaltis yang kuat ini menimbulkan nyeri yang sering disebut sebagai
kolik ginjal.

3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat
berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat
urine dan merupakan ekskresi. Pada pria kandung kemih terletak pada
rectum bagian posterior dan wanita kandung kemih terletak pada dinding
anterior uterus dan vagina. Bentuk kandung kemih berubah saat ia terisi
urine. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600ml urine walaupun
pengeluaran urine normal sekitar 300ml.
Dalam keadaan penuh, kandung kemih membesar dan membentang
sampai keatas simpisis pubis. Trigonum (suatu daerah segitiga yang halus
pada permukaan bagian dalam kandung kemih) merupakan dasar kandung
kemih.
Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan: lapisan mukosa di dalam,
sebuah lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah lapisan otot
dan lapisan serosa di bagian luar. Sfingter uretra interna, yang tersusun atas
kumpulan otot yang berbentuk seperti cincin, berada pada dasar kandung
kemih tempat sfingter tersebut bergabung dengan uretra. Sfingter
mencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah control
volunter (kontrol otot yang di sadari).
4. Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal aliran urine yang mengalami
turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. uretra pada wanita memiliki
panjang sekitar 4 sampai 6,5cm. Panjang uretra yang pendek pada wanita
menjadi faktor redisposisi untuk mengalami infeksi. Bakteri dapat dengan
mudah masuk ke dalam uretra dari daerah perineum. Uretra pada pria yang
merupakan saliran perkemihan dan jalan keluar sel serta sekresi dari organ
reproduksi, memiliki panjang 20cm. Uretra pada pria ini memiliki 3 bagian
yaitu: uretra prostatic, uretra membranose, dan uretra penil/uretra prostatic.
Pada wanita, meatus urinarius (lubang) terletak diantara labia minora,
di atas vagina dan di bawah klitoris. Pada pria, meatus terletak pada ujung
distal penis (Tarwoto&Wartonah, 2006 )
5. Cara Kerja Perkemihan
Beberapa struktur otak yang mempengaruhi fungsi kandung kemih
meliputi korteks serebral, thalamus, hipotalamus, dan batang otak. Secara
bersama-sama, struktur otak ini menekan kontraksi otot dektrusol kandung
kemih sampai individu ingin berkemih/ buang air. Dua pusat di pons yang
mengatur mikturisi / berkemih, yaitu : pusat M mengaktifkan refleks otot
dektrusol dan pusat L mengkoordinasikan tonus otot pada dasar panggul.
Pada saat berkemih, respon yang terjadi kontraksi kantong kemih relaksasi
otot pada dasar panggul yang koordinasi.
Dalam kondisi normal dapat menampung 600ml urine namun,
keinginan untuk berkemih dapat di rasakan pada saat kandung kemih terisi
urine dalam jumblah yang kecil (150-200ml pada orang dewasa dan 50-
200ml pada anak kecil). Implus syaraf parasimpatis dari pusat mikturisi
menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi, secara teratur sfingter uretra
interna juga berelaksasi sehingga urine dapat masuk ke dalam uretra,
walaupun berkemih belum terjadi. Apabila individu memilih untuk tidak
berkemih, sfingter urinarius eksterna dalam keadaan berkontraksi dan
refleks mikturisi di hambat. Namun pada saat individu memilih untuk
berkemih sfingter eksterna berelaksasi, refleks mikturisi menstimulasi otot
detrusor untuk berkontraksi sehingga terjadilah pengosongan kandung
kemih yang efisien. Apabila keinginan untuk berkemih di abaikan berulang
kali, daya tampung kandung kemih dapat menjadi maksimal dan
menimbulkan tekanan pada sfingter sehingga dapat membuat control
volunteer tidak mungkin lagi di lanjutkan.
Kerusakan pada medulla spinalis di atas daerah sakralis menyebabkan
hilangnya control volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat
tetap utuh sehingga memungkinkan terjadinya berkemih secara refleks.
Kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
C. Faktor predisposisi/Faktor pencetus
1. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal
untuk berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung
kemih. Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena terlalu lama di
rectum dan terjadi reabsorbsi cairan.
2. Gaya hidup.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi
urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
3. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya
frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitif untuk
keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
4. Tingkat perkembangan.
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan
dari fetus atau adanya lebih sering berkemih. Pada usia tua terjadi
penurunan tonus otot kandung kemih dan penurunan gerakan peristaltik
intestinal.
5. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter).
6. Obat-obatan, diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik dapat
terjadi retensi urine.

D. Jenis Gangguan Eliminasi


1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot
sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

E. Tanda dan gejala


1. Tanda Gangguan Eliminasi urin
a. Retensi Urin
1). Ketidak nyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
b. Inkontinensia urin
1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2). pasien sering mengompol

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

G. Penatalaksanan Medis
1.  Dengan cara memasang kateter pria dan kateter wanita , dan juga kondom
kateter. Dengan tujuan :
a. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
b. Untuk pengumpulan specimen urine
c. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
d. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

H. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan eliminasi
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu perawat
menentukan pola defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu
gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi dan
mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola eliminasi.
Pengkajiannya meliputi:
a. Pola eliminasi
b. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
c. Masalah eliminasi
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu,
diet, cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi
inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran
intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan
palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien terhadap warna,
konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur
abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan penyebab
Warna Dewasa : Pekat / putih Adanya pigmen empedu
kecoklatan (obstruksi empedu);
Bayi : kekuningan pemeriksaan
diagnostik
menggunakan barium
Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus
halus); diet tinggi
buah merah dan sayur
hijau tua (spt. Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt
bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Orange atau Infeksi usus
hijau
Konsistensi Berbentuk, lunak,Keras, kering Dehidrasi, penurunan
agak cair / motilitas usus akibat
lembek, basah. kurangnya serat,
kurang latihan,
gangguan emosi dan
laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas
usus (mis. akibat
iritasi kolon oleh
bakteri).
Bentuk Silinder (bentukMengecil, bentuk Kondisi obstruksi rektum
rektum) dgn Æ pensil atau
2,5 cm u/ orang seperti benang
dewasa
Jumlah Tergantung diet
(100 – 400
gr/hari)
Bau Aromatik : dipenga-Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
ruhi oleh
makanan yang
dimakan dan
flora bakteri.
Unsur Sejumlah kecilPus Infeksi bakteri
pokok bagian kasarMukus Konsidi peradangan
makanan yg tdkParasit Perdarahan
dicerna, Darah gastrointestinal
potongan bak-Lemak dalam Malabsorbsi
teri yang mati, jumlah besar Salah makan
sel epitel,Benda asing
lemak, protein,
unsur-unsur
kering cairan
pencernaan
(pigmen empedu
dll)

3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi
langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-
unsur yang tidak normal.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor
2. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan inkontinensia
3. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan penurunan isyarat kandung
kemih

J. Rencana Keperawan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Retensi urine NOC NIC
Definisi : Pengosongan Urinary Retention Care
kandung kemih tidak  Monitor intake dan
komplit  Urinary elimination output  Memonitor
 Urinary continence  Monitor keseimbangan cairan
Batasan Karakteristik : penggunaan obat  Membuat berkemih
 Tidak ada haluaran Kriteria Hasil : antikolionergik lebih mudah dengan
urine Kandung kemih  Monitor derajat mereksasikan otot polos
 Distensi kandung kosong secara penuh distensi bladder prostat
kemih  Tidak ada residu  Instruksikan pada  Menentukan masalah
 Menetes urin > 100-200 cc pasien dan keluarga
 Disuria  Bebas dari ISK untuk mencatat output  Memonitor
 Sering berkemih  Tidak ada spasme urine keseimbangan cairan
 Inkontinensia aliran bladder  Sediakan privacy  Menjaga agar lancar
berlebih  Balance cairan untuk eliminasi  Menguatkan otot dasar
 Residu urine seimbang  Stimulasi refleks pelvis
 Sensasi kandung bladder dengan
kemih penuh kompres dingin pada
 Berkemih sedikit abdomen  Mengatasi faktor
 Katerisasi jika penyebab
Faktor Yang perlu  Mengetahui
Berhubungan :  Monitor tanda dan perkembangan dari
 Sumbatan gejala ISK masalah
 Tekanan ureter tinggi (panas,hematuria,
 Inhibisi arkus reflex perubahan bau dan
konsistensi urine)
 Sfingter kuat
Urinary Elimination
Management

Gangguan eliminasi NOC NIC


urin Urinary Retention Care
Definisi : Disfungsi pada  Urinary elimination
eliminasi urine  Urinary  Lakukan penilaian  Memonitor
Contiunence kemih yang keseimbangan cairan
Batasan Karakteristik : komprehensif berfokus
Kriteria Hasil : pada inkontinensia
 Disuria (misalnya, output urin,
 Sering berkemih  Kandung kemih pola berkemih kemih,
 Anyang-anyangan kosong secara fungsi kognitif, dan
 Inkontinensia penuh masalah kencing
 Nokturia  Tidak ada residu praeksisten)
 Retensi urine > 100-200 cc  Memantau penggunaan  Menjaga defisit cairan
 Dorongan  Intake cairan dalam obat dengan sifat
rentang normal antikolinergik atau
Faktor Yang  Bebas dari ISK properti alpha agonis
Berhubungan :  Tidak ada spasme  Memonitor efek dari  Mengetahui reaksi yang
bladder obat-obatan yang ditimbulkan
 Obstruksi anatomic  Balance cairan diresepkan, seperti
 Penyebab multiple seimbang calcium channel
 Gangguan sensori blockers dan
motorik antikolinergik  Menjaga privasi
 lnfeksi saluran  Menyediakan  Membantu
kemih penghapusan privasi memperlancar
 Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet  Membantu kekuatan otot
 Merangsang refleks pelvis
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air  Mencegah nokturia
 Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
 Gunakan spirit  Mengatasi masalah
wintergreen di pispot  Mengatasi faktor
atau urinal penyebab
 Masukkan kateter
kemih, sesuai
 Anjurkan pasien /  Mengetahui
keluarga untuk perkembangan dari
merekam output urin, masalah
sesuai  Mengatasi faktor
 Memantau tingkat penyebab
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi  Mengetahui
perkembangan dari
 Menerapkan kateterisasi masalah
intermiten
Inkontinensia Urine Kontinensia Urine Manajemen Lingkungan Menjaga kenyamanan
Fungisonal Indikator Intermiten pasien dalam berkemih
Defini: Pengeluaran Mampu berpakaian Tindakan
urine involunter Sediakan alat adaptif
secara mandiri
Batasan Karakteristik Sediakan toilet yang
Mampu menata
 Tidak merasakan mudah dicapai dan beri
kandung kemih penuh laksana toilet secara privasi, bantuan, dan
 Tidak merasakan mandiri pakaian
keinginan atau Perawatan Diri: Pelatihan Kebiasaan
dorongan untuk Eliminasi Berkemih Membantu mengosongkan
berkemih Indikator Tindakan kandung kemihsecara
 Tidak merasakan Validasi ketidakmampuan teratur dapat mengurangi
Melepas pakaian
berkemih kognitif untuk mengenali terjadi pengeluaran air
Menuju dan kembali dan bertindak terhadap kemih berbentuk tetesan
dari toilet urgensi
Faktor yang
berhubungan Tetapkan jadwal eliminasi
 Perubahan faktor berdasarkan pola
lingungan (toilet yang berkemih
tidak familier atau Bantu ke toilet dan dorong
tidak nyaman, kurang agar berkemih pada
privasi, tidak ada interval waktu yang
bantuan, pola pakaian diprogramkan
yang menghambat) Tekankan bersama staf
 Defisit pentingnya mematuhi
mobilitas/kognitif/sen jadwal eliminasi
soris (gangguan Manajemen Cairan
penglihatan, cara Tingkatkan asupan cairan Melihat keseimbangan
berjalan/keseimbanga Buat catatan asupan dan cairan yang masuk dan
n, keterampilan haluaran yang akurat keluar
tangan, transfer, Bantuan Perawatan Diri
kekuatan, ketahanan) Eliminasi Menjaga integritas kulit
 Faktor psikologis Tindakan dan kenyamanan pasien
Struktur Motivasi untuk melakukan
penyokong/panggul perawatan diri sesuai
yang lemah tingkat kemampuan
Bantu ke toilet pada
interval waktu tertentu

Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :
http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
masalah.html
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit
Kedokteran EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.
Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-
pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:
www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC:
Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan
Andi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum.
Http://www.jevuska.com/2007/04/19/retensi-urine-post-partum
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi
Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2010. NANDA, NIC, NOC. PENERBIT:
MOSBY

Anda mungkin juga menyukai