Penyusun :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KAMPUS SURABAYA
Jl.Mayjend Prof. Dr. Moestopo No 8C Surabaya
Tlp. 031-5038487
MODUL
Penyusun :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KAMPUS SURABAYA
Jl.Mayjend Prof. Dr. Moestopo No 8C Surabaya
Tlp. 031-5038487
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Modul Mata Kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia I bagi mahasiswa dapat selesai dan diterbitkan.
Penyusun
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Mata Kuliah Etika Keperawatan ini telah diperiksa dan dinyatakan
layak dipergunakan sebagai Modul Pembelajaran pada Program Studi DIV
Keperawatan Gawat Darurat Surabaya
Mengetahui
Jurusan Keperawatan
Ketua
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA 29
SOAL 30
5
I. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah proses pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan Eliminasi Alvi dan dapat melakukan tindakan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan Eliminasi Alvi
6
bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam
lambung.
2. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah
terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin.Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret
mukoid yang berguna untuk perlindungan.
3. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari
saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang.Pada saat makanan bergerak ke
arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik
meningkat.Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chyme.Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum.Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali
lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
4. Ususkecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
Jejenum atau bagian tengah dan
Ileum
7
Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga
akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma
asam yang dihasilkan feses.
Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.Hal ini juga
disebut bowel movement.Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali
perminggu.Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
8
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak
untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan.BAB
yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum.Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
9
Penyebabnya :
b. Impaction
c. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa.Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol
dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi
spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter
anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan
BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.
10
e. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus).Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
f. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal).Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung
dan penyakit hati menahun.Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang.Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka
pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien,
karena saat BAB menimbulkan nyeri.Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
1. Pengkajian
Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kalainan, perawat
melakukan pengkajian riwayat keparawatan, pengkajian fisik abdomen,
menginfeksi karakteristik feses, dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang
berhubungan.
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan,
melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses.
Perawat seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari
pemeriksaan diagnostik yang relevan. Perawat melakukan pengkajian fisik sistem
dan fungsi tubuh yang kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.
Pemeriksaan fisik yang terfokus pada evaluasi
11
2. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian keperawatn tentang fungsi usus klien memberikan informasi yang
dapat mengindikasikan adanya masalah eliminasi actual atau potensial atau
masalah akibat perubahan eliminasi. Masalah-masalah terkait, seperti perubahan
citra tubuh atau kerusakan kulit, membutuhkan intervensiyang tidak berhubungan
dengan kerusakan fungsi usus.Namun pada beberapa kasus, perawat harus
memeberikan perhatian terhadap masalah eliminasi sebanyak memberikan
perhatian terhadap masalah yang terkait.
Kemampuan perawat untuk mengindentifikasi diagnose keperawatan yang benar
tidak hanya bergantung pada pengkajian yang menyeluruh tetapi juga pada
pengenalan batasan karakteristik dan factor-faktor yang dapat mengganggu
eliminasi .perawat menentukan resiko klien dan kebijaksanaan lembaga untuk
memastikan dipertahankannya fungsi usus yang normal.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan harus menetapkan tujuan dan criteria hasil dengan
menggabungkan kebiasaan atau rutinitas eliminasi klien sebanyak mungkin.
Apabila kebiasaan klien menyebabkan masalah eliminasi, perawat membantu
klien untuk mempelajari pola eliminasi yang baru.Pola defekasi bervariasi pada
setiap individu. Karena alasan ini, perawat dan klien harus banyak bekerja sama
untuk merencanakan intervensi yang efektif.
Apabila klien tidak mampu melakukan suatu funsi atau aktivitas, atau
mengalamikelemahan akibat penyakit, sangat penting melibatkan keluarga dalam
rencana asuhan keperawatn. Seringkali anggota kelurga memiliki kebiasaan
eliminasi yang sama tidak efektifnya dengan klien. Dengan demikian, penyuluhan
kepada klien yang sangat penting., anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi
dan ahli terapi enterostoma (perawat ET) dapat menjadi sumber yang berharga.
Apabila klien membutuhkan intervensi bedah, alur kritis dapat dugunakan untuk
mengoordinasi aktivitas tim perawatn kesehatan multidisiplin.
Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal berikut :
1. Memahami eliminasi “normal”
2. Mengembangkan kebiasaan defekasi yang teratur.
3. Memahami dan memepertahankan asupan cairan dan makanan yang tepat.
4. Mengikuti program olahraga secara teratur.
5. Memperoleh rasa nyaman.
6. Mempertahankan integritas kulit.
12
4. Implementasi
Keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada upaya meningkatkan
pemahaman klien dan keluarganya tentang eliminasi fekal.Dirumah, dirumah sakit,
atau di fasilitas perawatan jangka panjang, klien yang mampu belajar dapat
diajarkan tentang kebiasaan defekasi yang efektif.
Perawat harus mengajarkan klien dan keluarga tentang diet yang benar, asupan
cairan yang adekuat, dan factor-faktor yang menstimulasi ataau memperlambat
peristalik, seperti stress emosional.Seringkali pengajaran ini paling baik dilakukan
selama waktu makan klien. Klien juga harus mempelajari pentingnya melakukan
defekasi secara teratur dan rutin serta melakukan olahraga secara teratur dan
mengambil tindakan yang benar ketika muncul masalah eliminasi.
13
Walaupun istilah katartik dan laksatif sering digunakan secara tertukar, katartik
memiliki efek yang lebih kuat pada usus. Tersedia lima tipe laksatif dan katartik.
Katartik dan laksatif tersedia dalam bentuk dosis oral, tablet, dan bubuk
supositoria.Walaupun rute oral paling sering digunakan, katartik yang tersedia
sebagai supositoria adalah bentuk yang paling efektif karena efek stimulasinya
pada mukosa rektum.Supositoria katartik, seperti bisakodil (dulcolax) dapat
bereaksi dalam 30 menit.Lansia yang menggunakan dulcolax sering memperoleh
keinginan kuat yang tiba-tiba untuk defekasi.
Agens antidiare.
Untuk klien yang menderita diare, seringnya pengeluaran feses yang encer
merupakan suatu masalah.Kebanyakan agens antidiare yang paling efektif adalah
opiat, seperti kodein fosfat, opium tintar (paregoric), dan difenoksilat
(lomotil).Agens opiat antidiare menurunkan tonus otot usus sehingga
memperlambat keluaran feses. Opiat menghambat gelombang peristaltik yang
menggerakkan feses ke arah depan, tetapi opiat juga meningkatkan kontraksi
segmen yang membuat isi usus tercampur. Akibatnya, lebih banyak air diabsorbsi
oleh dinding usus.Agens antidiare harus digunakan dengan hati-hati karena
penggunaan opiat dapat menyebabkan ketergantungan.
Enema.
Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rektum dan kolon
sigmoid.Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan
menstimulasi peristaltik.Volume cairan, yang dimasukkan, memecah reflek
defekasi.Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.
14
menstimulasi paristeltik, menyebabkan kram abdomen dan selanjutnya
menyebabkan diare.Seiring dengan meningkatnya toleransi terhadap cairan,
makanan padat di programkan.
15
dengan mudah.Beberapa agens antijamur berbentuk bubuk efektif untuk melawan
jamur.Bedak bayi atau tepung jagung tidak boleh digunakan karena materi
tersebut tidak mengandung materi medis dan seringkali melekat pada kulit serta
sulit dibersihkan.
5. EVALUASI
Keefektifan keperawatan bergantung pada keberhasilan dalam mencapai tujuan
dan hasil akhir yang diharapkan dari perawatan. Secara optimal klien akan mampu
mengeluarkan fases yang lunak secara teratur tanpa merasa nyeri. Klien juga akan
memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan pola eliminasi normal
dan untuk mendemonstrasikan keberhasilan yang berkelanjutan, yang diukur
berdasarkan interval waktu tertentu dalam suatu periode yang panjang. Klien akan
mampu melakukan defekasi secara normal dengan memanipulasi komponen-
komponen alamiah dalam kehidupan sehari-hari seperti diet,asupan cairan,dan
olahraga. Ketergantungan klien pada tindakan bantuan untuk membantu defekasi
seperti enema dan penggunaan laksatif, menjadi minimal. Klien akan merasa
nyaman dengan protocol ostomi dan mengidentifikasikan protocol tersebut
sebagai sesuatu yang dapat dipraktikkan secara pasti.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Riwayat keperawatan memfasilitasi peninjauan ulang pola dan kebiasaan
defekasi klien. Gambaran yang klien katakan sebagai “ normal “ atau “ tidak
normal “ mungkin berbeda dari faktor dan kondisi yang cenderung meningkatkan
eliminasi normal. Dengan mengidentifikasi pola normal dan abnormal, kebiasaan,
dan persepsi klien tentang eliminasi fekal memungkinkan perawat menentukan
16
masalah klien.Banyak riwayat keperawatan dapat dikelompokkan berdasarkan
faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi.
a. Penentuan pola eliminasi klien yang biasa.
b. Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk meningkatkan eliminasi
normal.
c. Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola eliminasi.
d. Deskripsi klien tentang karakteristik feses.
e. Riwayat diet.
f. Gambaran asupan cairan setiap hari.
g. Riwayat olahraga.
h. Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan dirumah.
i. Riwayat pembedahan atau penyakit yang mempengaruhi saluran Gastro
Intestinal.
j. Keberadaan dan status diversi usus.
k. Riwayat pengobatan.
l. Status emosional.
m. Riwayat sosial.
n. Mobilitas dan ketangkasan.
Mulut.
Pengkajian meliputi inspeksi gigi, lidah, gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur
gigi yang buruk mempengeruhi kemampuan mengunyah.
Abdomen.
Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna, bentuk,
kesimetrisan, dan warna kulit.Inspeksi juga mencakup memeriksa adanya masa,
gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah vena, stoma dan lesi.
Dalam kondisi normal, gelombang peristaltis tidak terlihat.Namun,
gelombangperistaltik yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi usus.
Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk
mengkaji bising usus disetiap kuadran. Bising usus normal terjadi setiap 5-15
detik dan berlangsung selama ½ sampai beberapa detik.Sambil mengauskultasi,
perawat memeperhatikan karakter dan frekuensi bising usus.Peningkatan nada
hentakan pada bising usus atau bunyi “tinkling” (bunyi gemerincing) dapat
terdengar, jika terjadi distensi. Tidak adanya bising usus atau bising usus yang
hipoaktif (bising usus kurang dari lima kali per menit) terjadi pada obstruksi usus
dan gangguan inflamasi.
Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area nyeri
tekan.Penting bagi klien untuk rileks.Ketegangan otot-otot abdomen mengganggu
hasil palpasi organ atau masa yang berada dibawah abdomen tersebut.
Perkusi mendeteksi lesi, cairan, atau gas didalam abdomen. Pemahaman tentang
lima bunyi perkusi juga memungkinkan identifikasi struktur abdominal yang
17
berada dibawah abdomen. Gas atau flatulen menghasilkan bunyi timpani.Masa,
tumor dan cairan menghasilkan bunyi tumpul dalam perkusi.
Rektum.
Perawat menginspeksi daerah disekitar anus untuk melihat adanya lesi, perubahan
warna, inflamasi dan hemoroid.Kelainan harus dicatat dengan cermat.Untuk
memeriksa rektum, perawat melakukan palpasi dengan hati-hati.Setelah
mengenakan sarung tangan sekali pakai, perawat mengoleskan lubrikan ke jari
telunjuk.Kemudian perawat meminta klien mengedan dan saat klien
melakukannya, perawat memasukan jari telunjuknya ke dalam sfingter anus yang
sedang relaksasi menuju umbilikus klien.Sfingter biasanya berkonstriksi
mengelilingi jari perawat.Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rektum
klien dengan metode tertentu untuk mengetahui adanya nodul atau tekstur yang
tidak teratur.Mukosa rektum normalnya lunak dan halus.Mendorong jari telunjuk
dengan paksa ke dinding rektum atau memasukan jari telunjuk yang terlalu jauh
dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
18
Proktoskopi dan sigmoidoskopi merupakan instrumen yang kaku, berbentuk
selang yang dilengkapi dengan sumber cahaya.Prostokopi terlihat seperti
spekulum dengan sebuah lampu.Instrumen ini kurang fleksibel dari pada skop
fiberoptik dan lebih berpotensi menimbulkan gangguan kenyamanan.
Endoskopi atau gastrokopi UGI memungkinkan visualisasi esofagus, lambung
dan duodenum.Dokter menginspeksi tumor, perubahan vaskular, inflamasi
mukosa, ulkus, hernia, dan obstruksi. Sebuah gastrokop memampukan dokter
mengambil spesimen jaringan (atau biopsi), mengangkat pertumbuhan jaringan
yang abnormal (polip), dan sumber-sumber darah samar dari perdarahan.
Implikasi keperawatan sebelum tes meliputi hal-hal berikut:
1. Klien mendatangani surat persetujuan tindakan.
2. Klien melakukan puasa setelah tengah malam.
Dehidrasi, penurunan
motilitas usus akibat
kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi
Keras, kering dan laksantif abuse.
Berbentuk, lunak, Peningkatan motilitas
agak cair / usus (mis. akibat iritasi
Konsistensi lembek, basah. Diare kolon oleh bakteri).
19
Silinder (bentuk Mengecil,
rektum) dgn Æ bentuk pensil
2,5 cm u/ orang atau seperti
Bentuk dewasa benang Kondisi obstruksi rektum
Tergantung diet
(100 – 400
Jumlah gr/hari)
Aromatik :
dipenga-ruhi oleh
makanan yang
dimakan dan flora
Bau bakteri. Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
Sejumlah kecil
bagian kasar
makanan yg tdk
Infeksi bakteri
dicerna, potongan
Konsidi peradangan
bak-teri yang Parasit
mati, sel epitel, Darah Perdarahan
lemak, protein, gastrointestinal
unsur-unsur Lemak dalam
kering cairan jumlah besar Malabsorbsi
pencernaan
(pigmen empedu Benda asing Salah makan
Unsur pokok dll)
20
Perawat harus mempertahankan privasi klien yang sedang menggunakan
pispot.Lampu pemanggul dan suplai kertas toilet harus diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau.Saat klien selesai, perawat dengan segera berespons terhada
ptanda panggilan dan mengangkat pispot tersebut.Klien mungkin membutuhkan
bantuan untuk membersihkan anus dan perineumnya.Untuk mengangkat pispot,
perawat meminta klien menggeser badannya ke samping atau meninggikan
pinggulnya.Perawat memegang pispot dengan kuat untuk mencegah agar pispot
tidak jatuh.Perawat tidak boleh menarik atau mendorong pispot dari bawah
pinggul klien karena hal ini dapat menarik kulit klien dan menyebabkan
timbulnya cedera jaringan, seperti ulkus akibat tekanan.Setelah pispot diangkat,
perawat yang masih mengenakan sarung tangan, membersihkan daerah anus dan
perineum.
Setelah mengkaji feses, perawat harus segera mengosongkan dan
membuang isi pispot ke dalam toilet atau ke wadah khusus di dalam ruang
peralatan.Kran pancur yang tersedia pada kebanyakan toilet memungkinkan
perawat membersihkan pispot secara keseluruhan. Klien menggunakan bedpan
yang sama setiap kali ia buang air. Perawat harus mencatat karakteristik feses.
Perawat harus sering menawarkan pispot. Klien mungkin secara tidak sengaja
mengotori sprei tempat tidur jika ia dipaksa menunggu. Banyak klien mencoba
untuk tidak menggunakan pispot karena hal itu membuatnya malu dan merasa
tidak nyaman.Mereka mungkin mencoba untuk ke kamar mandi walaupun kondisi
tidak memperbolehkan mereka berjalan. Perawat harus mengingatkan klien akan
risiko jatuh atau kecelakaan.
5. BOWEL TRAINING
Klien yang mengalami inkontinensia usus tidak mampu mempertahankan
kontrol defekasi. Program bowel training dapat membantu beberapa klien
mendapatkan defekasi yang normal, terutama klien yang masih memiliki kontrol
neuromuscular.
Program pelatihan melibatkan pengaturan kegiatan rutin sehari-hari. Klien
memperoleh kontrol refleks defekasi dengan berusaha melakukan defekasi pada
waktu yang sama setiap hari dan menggunakan tindakan yang dapat
meningkatkan defekasi. Program ini membutuhkan waktu, kembaran, dan
konsistensi.Dokter menentukan kesiapan fisik klien dan kemampuannya untuk
memperoleh manfaat dari pelatihan ini. Program yang sukses dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
1. Mengkaji pola eliminasi normal dan mencatat waktu saat klien menderita
inkontinensia usus.
2. Memilih waktu sesuai pola klien untuk memulai tindakan pengontrolan
defekasi.
3. Memberikan pelunak feses secara oral setiap hari atau suatu supositoria
katartik sekurang-kurangnya setengah jam sebelum waktu defekasi yang
21
dipilih (kolon bagian bawah harus bebas dari fesses sehingga supositoria
menyentuh mukosa usus)
4. Menawarkan minuman panas (teh panas) atau jus buah (jus prune)(atau
cairan apapun yang secara normal menstimulai peristaltik klien) sebelum
waktu defekasi.
5. Membantu klien ke toilet pada waktu yang telah ditetapkan.
6. Menjaga privasi dan menetapkan batas waktu untuk defekasi (15 sampai
20 menit)
7. Menginstruksikan klien untuk menegakkan badan pada pinggul saat duduk
di atas toilet, untuk memberikan tekanan manual dengan menggunakan
kedua tangan pada abdomen, dan untuk mengedan tetapi jangan mengedan
untuk menstimulasi pengosongan kolon.
8. Tidak mengritik atau membuat klien frustasi jika ia gagal melakukan
defekasi.
9. Menyediakan makanan yang mengandung cairan dan serat yang adekuat
secara teratur.
10. Mempertahankan latihan normal sesuai kemampuan fisik klien.
Perhatian :
Persiapan tindakan operasi/persalinan/persiapan pemeriksaan radiologi
Memberi rasa nyaman
Dalam pelaksanaan harus diperhatikan kontra indikasi pemberian
gliserin spuit seperti pasien dengan sakit jantung, perdarahan, kontraksi
yang kuat, pembukaan lengkap.
Bila pada saat pemberian gliserin spuit ada hambatan, jangan
dipaksakan.
Dapat dilakukan pada pasien obstipasi, sebelum partus kala I fase laten
atau persiapan operasi.
PROSEDUR
I. Persiapan:
1. Persiapan pasien dan keluarga
Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
Menjelaskan prosedur tindakan
Posisi pasien diatur miring
2. Alat-alat:
22
Handschoen disposible
Nierbekken
Pispot, pengalas dan perlak
Air dalam botol cebok dan tisu
Vaselin
Spuit gliserin diisi dengan gliserin hangat sebanyak 10 sampai 20 cc,
dan udara dikeluarkan
3. Lingkungan: Menjaga privacy pasien
4. Perawat:
Mencuci tangan.
Menilai keadaan umum pasien
Mengukur tanda-tanda vital
Kemampuan mobilisasi
A. Pelaksanaan:
1. Memberi kain penutup untuk menutupi bagian bawah tubuh pasien dan
buka pakaian bagian bawah .
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Dekatkan nierbekken
4. Perawat memakai handschoen
5. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan spuit gliserin ke dalam anus sampai pangkal kanul dengan
posisi ujung spuit diarahkan seperti menyendok.
6. Masukkan minyak gliserin perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
menarik nafas panjang.
7. Spuit gliserin dikeluarkan dari anus dan ditaruh dalam nierbekken.
8. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot, dan
persilakan pasien BAB.
9. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan ke
toilet.
10. Setelah selesai bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air dan
tisu.
11. Angkat pispot, perlak dan pengalas
12. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
13. Lepaskan handschoen, cuci tangan
14. Membuat catatan keperawatan yang mencakup: tindakan dan hasil
tindakan, respon pasien, dan observasi feces.
23
7. MELAKUKAN ENEMA / HUKNAH
Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rektum dan kolon
sigmoid.Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan
menstimulasi peristaltik.Volume cairan, yang dimasukkan, memecah reflek
defekasi.Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.
PEMBERIAN ENEMA PEMBERSIH
LANGKAH RASIONAL
1. Kaji status klien; deteksi defekasi terakhir, pola normal defekasi, adanya
hemoroid, mobilisasi, dan kontrol sfinger eksterna. Kaji jika terdapat
kontra indikasi terhadap pemberian enema. Menentukan adanya faktor-
faktor yang meng- Indikasikan kebutuhan untuk dilakukannya enema dan
hal tersebut mempengaruhi metode pemberian enema. Enema biasanya
tidak diberikan kepada klien yang mengalami peningkatan tekanan
intrakranial atau yang baru menjalani bedah rektum atau bedah prostat.
2. Meninjau kembali program dokter tentang tindakan enema. Menentukan
jumlah enema yang akan dilakukan dan tipe enema yang akan diberikan
(mis., retensi minyak, carminative, medikasi). Mengatur aktivitas perawat,
dengan demikian meningkatkan efisiensi.
3. Mengumpulkan peralatan yang dibutuhkan, antara lain :
a) Enema yang terbungkus dalam kemasan :
1) Botol sekali pakai yang terlebih dahulu dikemas dan memiliki ujung
rektum. Berisi larutan dan melunakkan ujung untuk dimasukkan.
2) Sarung tangan sekali pakai.
3) Jeli pelumas.
4) Alas kedap air.
5) Selimut mandi.
6) Tisu toilet.
7) Pispot atau commode
8) Lap basah, handuk, dan baskom.
24
dengan aman. Air panas dapat membakar mukosa usus; air dingin dapat
menimbulkan kram abdomen dan larutan sulit dipertahankan
5) Termometer untuk mandi digunakan untuk mengukur suhu larutan.
6) Jeli pelumas
7) Alas kedap air Mengurangi friksi dan iritasi pada mukosa rektum
8) Selimut mandi
9) Tisu toilet
10) Pispot, ditambah kursi toilet atau akses ke toilet
11) Sarung tangan sekali pakai Melindungi tangan dan mengurangi
penyebaran mikroorganisme.
12) Lap basah, handuk, dan baskom Digunakan untuk membersihkan klien
setelah prosedur, bergantung pada tingkat mobilitas klien.
13) Tiang intravena digunakan untuk menggantung wadah larutan.
5. Hubungan kantung enema dengan larutan yang sesuai dan selang rektum
6. Cuci tangan Mengurangi penyebaran infeksi
7. Mengurangi rasa malu klien
8. Berikan privasi dengan menutup gorden di sekeliling tempat tidur atau
menutup pintu ruangan klien Meningkatkan penggunaan mekanika tubuh
yang baik dan meningkatkan keamanan klien
9. Tinggikan tempat tidur sampai mencapai ketinggian yang nyaman untuk
perawat bekerja dan tinggikan kerangka pengaman tempat tidur pada sisi
yang berlawanan dengan tempat anda berdiri Kemungkinan larutan enema
mengalir kearah bawah akibat gaya gravitasi disepanjang lengkung
alamiah kolon simoid dan rektum sehingga meningkatkan retensi saluran.
(klien yang mempunyai kontrol sfingter yang buruk tidak dapat
mempertahankan semua larutan enema )
10. Letakan alas kedap air dibawah pinggul dan bokong klien Mencegah klien
supaya tidak kotor
11. Menutupi klien dengan selimut mandi, sehingga bagian tubuh yang terlihat
hanya daerah rektum Mempertahankan rasa hangat, mempertahankan
pemaparan bagian tubuh dan memungkinkan klien merasa lebih rileks dan
nyaman
12. Letakan pispot atau comode dalam posisi yang dapat dijangkau dengan
mudah. Apabila klien akan mengeluarkan isi usus ke toilet, pastikan
bahwa toilet lancar Memastikan akses untuk menjaga apabila klien tidak
mampu menahan larutan enema
25
13. Kenakan sarung tangan sekali pakai Mencegah penyebaran mikro
organisme dari feses
14. Berikan enema.
26
Hanya diperlukan sejumlah kecil larutan hipertonik untuk
menstimulasi defekasi
Air panas dapat membakar mukosa usus. Air dingin dapat
menimbulkan kram abdomen dan larutan sulit ditahan di dalam
usus
Mengeluarkan udara dari selang
Mencegah kehilangan larutan lebih banyak
Memungkinkan memasukan selang rektum dengan lancar tanpa
menimbulkan resiko iritasi atau trauma pada mukosa
Menghembuskan napas akan meningkatkan relaksasi sfingter anus
aksterna
Mencegah trauma pada mukosa rektum akibat gesekan selang pada
dinding rektum yang tidak sengaja. Pemasukan selang di luar batas
yang seharusnya dapat menimbulkan perforasi usus
Kontraksi usus dapat menyebabkan selang rektum keluar
Infusi larutan yang cepat dapat menstimulasi keluarnya selang
rektum
Memungkinka infusi larutan secara lambat dan kontinu.Menaikan
wadah terlalu tinggi menyebabkan infusi berjalan dengan cepat dan
kemungkinan dapat menimbulokan distensi kolon yang nyeri.
Tekanan yang tinggi dapat menyebabkan ruotur usus pada bayi
Penghentian sementara infusi akan mencegah kram. Kram dapat
mencegah klien mempertahankan semua cairan sehingga mengubah
keefektifan enema
Mencegah masuknya udara ke dalam rektum
12. Tempatkan helaian tisu toilet di sekeliling selang didaerah anus dan tarik
selang rektura secara perlahan Memungkinkan kenyamanan kebersihan
klien
13. Jelaskan kepada klien bahwa perasaan distensi adalah normal. Minta klien
untuk mempertahankan larutan selama 5-10 menit Larutan mendistensi
usus.Lamanya klien menahan bervariasi sesuai dengan enema dan
kemampuan klien.
14. Buang wadah dan selang enema ditempat sampah yang tepat atau
bersihkan keseluruhan wadah dengan meggunakan sabun dan air hangat.
Mengontrol penyebaran dan pertumbuhan mikroorganisme
15. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam keluar dan buang
ditempat sampah Mencegah penyebaran mikroorganisme
16. Bantu klien kekamr mandi atau bantu memposisikan klien keatas pispot
atau kurri toilet. Posisi jongkok yang normal meningkatkan defekasi
17. Observasi karakter fesef dan larutan.inspeksi karakter feses dan cairan
yang dikeluarkan Apabila enema diprogramkan untuk deberikan sampai
27
jernih sangatlah penting untuk memantau isi larutan yang dikeluarkan.
Menentukan apakah feses dikeluarkan atau ditahan
18. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk membersihkan area anus dengan
menggunakan sabun dan air hangat Kandungan feses dapat mengiritasi
kulit. Higiene meningkatkan rasa nyaman
19. Cuci tangan Mengurangi penyebaran infeksi
20. Observasi klien ( terutama lansia) untuk melihat adnya tanda dan gejala
ketifakseimbangn cairan dan elektrolit dan atau frekuensi denyut nadi
Klien dapat mengalami kehilangan cairan dan elektrolit akibat pemberian
enema
21. Catat informasi yang berhubunngan, termasuk tipe dan volum enema yang
diberikan dan warna, jumlah serta konsistensi feses yang dikeluarkan
Mengomunikasikan informasi yang berhubungan kepada semua anggorta
tim perawatan kesehatan.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-
kebutuhan-eliminasi-fecal/
12.27
http://bayurezpectoor.blogspot.co.id/p/askep-eliminasi-alvi-bab-ii-
pembahasan.html
13.05
http://www.scribd.com/doc/29388064/LP-ELIMINASI
https://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/06/memberikan-
gliserin-spuit/
18.34
29
SOAL
1. Berikut ini yang bukan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi fecal adalah...
a. Operasi dan anestesi
b. Usia dan perkembangan
c. Pemasukan cairan
d. Tonus otot kandung kemih
e. Usia dan perkembangan
4. Seorang perawat mengkaji feses salah satu klien pagi ini, dan ternyata
warna dari feses tersebut berwarna putih dan pekat. Kemungkinan
penyebab hal tersebut adalah...
a. Adanya pigmen empedu
b. Terdapat adanya infeksi usus
c. Adanya malabsorbsi lemak
d. Kurangnya mengkonsumsi serat
30
e. Adanya pendarahan pada rektum
31
32