Anda di halaman 1dari 95

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DIABETES MELITUS


DI RUANG PANDAN WANGI RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA

Oleh :

NUR HASANAH
NIM. P27820821041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit di

Ruang Pandan Wangi Rumah Sakit Daerah Dr. Soetomo Surabaya yang dilaksanakan pada

tanggal06 Desember 2021 s.d tanggal 18 Desember 2021 telah disahkan sebagai laporan

Praktek Klinik Keperawatan Dasar 2 Semester II di Ruang Pandan Wangi Rumah Sakit

Daerah Dr. Soetomo Surabaya atas nama Nur Hasanah dengan NIM P27820821041.

Surabaya, 18 Desember 2021

Pembimbing Pendidikan, Pembimbing Ruangan,

(Minarti, S.Kep.Ns, M.Kep, Sp.Kom) (Lilik Manowati, S.Kep.,Ns.)


NIP. 19670730 199303 2 004 NIP. 198011172008012010

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(Sri Rahayu, S.Kep.Ns)


NIP. 196804271988032007
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Nama Mahasiswa : Nur Hasanah


NIM : P27820821041
Ruangan : Pandan Wangi
No. Reg : 129xxxxxx

Pengkajian diambil : tanggal 7 Desember 2021 jam. 09.00 WIB

Tangal MRS : 6 Desember 2021


I. IDENTITAS
Nama : Ny. SM
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekejaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Juwingan
II. Keluhan utama : pasien mengeluh mual dan muntah
Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan 1 bulan yang lalu kaki kanan
terkena staples, kemudian lukanya memberat dalam 2 minggu dan mengalami bengkak. Pasien
lalu berobat ke RS RKZ dan dioperasi 10 hari yang lalu. Setelah pulang pasien masih
melakukan rawat luka di rumah. Pasien datang ke RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan lemas,
perut tidak nyaman, dan mengeluh mual muntah.
Upaya yang telah dilakukan : pasien mengatakan jika merasa lemas maka akan
minum air hangat
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : ...............................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

21
III. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan sudah mengalami penyakit DM sejak 11 tahun yang lalu. Pasien sudah
rutin minum obat untuk DM.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien post operasi luka pada kaki sebelah kanan 10 hari yang lalu. Pasien masih
melakukan perawatan luka di rumah. Karena merasa mual dan muntah pasien pergi ke
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan nenek dan ibu pasien juga memiliki riwayat penyakit DM
Genogram
DM
Kakek Nenek Nenek Kakek

Orangtua Orangtua
DM
Paman Paman Bibi Paman

Orangtua Orangtua

Saudara Saudara Saudara


DM
Saudara Pasien Suami
41 th

Anak Anak

Keterangan:

= Laki-laki
= Perempuan
= Sudah meninggal
= Pasien
= Garis keturunan
= Garis pernikahan
DM = Memiliki riwayat DM
= Tinggal serumah

22
4. Keadaan kesehatan lingkungan
Tidak ada masalah
5. Riwayat kesehatan lainnya
Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu : ( ) Ya ( v ) Tidak
Kaca mata : ( ) Ya ( v ) Tidak
Pendengaran : ( ) Ya ( v ) Tidak
Lain-lain (sebutkan) : Tidak ada alat bantu yang dipakai

IV. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
a. Kebiasaan
Merokok : Ya Tidak. .... btg/hari
Pengunaan tembakau : Ya Tidak
Pengunaan alkohol : Ya Tidak
Olahraga/gerak badan : Ya Tidak
- Lamanya ¼ jam
- Frekuensi 1 kali/mg (saat sebelum sakit)
b. Status ekonomi : menengah ke atas
2. Pola Nutrisi Dan Metabolisme
a. Pemenuhan nutrisi
Waktu Jenis makanan/cairan Jumlah
Pagi Nasi, lauk, susu hanya mau minum susu
Siang Nasi, lauk, susu hanya mau minum susu
Malam Nasi. Lauk, susu hanya mau minum susu
b. Minum: ± 1L/Hari
c. Kesulitan menelan : Ya Tidak
d. Keadaan yang menganggu nutrisi :
Alergi Nausea Pantangan

23
Anoreksia Kelelahan Vomiting
Nyeri Kronis Atomatitis
e. Status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh :
Postur tubuh : Gemuk Kurus
Keadaan rambut : hitam
BB : 60kg TB : 150cm
Perkembangan berat badan : tidak ada perkembangan berat badan yang
berarti
Diit : Pasien diberikan diit DM oleh tim gizi
Pengetahuan tentang nutrisi : pasien kurang mengetahui manajemen diit
pada pasien DM. Pasien hanya mengetahui jika sedang lemas diberikan
minum air hangat dengan gula
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan defekasi sehari-hari :
Frekuensi : pasien mengatakan sudah 10 hari belum BAB
Kesulitan defekasi : tidak ada
Feses konsistensi : normal, warna kuning khas, bau khas
b. Kebiasaan miksi sehari-hari :
Frekuensi : 6-7x/hari
Kesulitan miksi : tidak ada
Urine konsentrasi : normal
Warna : kuning jernih
Kualitas/jumlah : normal
Upaya mengatasi kesulitan : tidak ada kesulitan miksi
4. Pola Tidur Dan Istirahat
a. Lamanya tidur 3-4 jam / hari
b. Jatuh tidur dalam waktu : 00.15 WIB
c. Suasana lingkungan : kurang merasa nyaman di RS
d. Keluhan verbal : pasien merasa khawatir dengan anak yang ditinggal
e. Merasa nyaman setelah tidur : kurang merasa nyaman tidur di RS
f. Gangguan selama tidur : terganggu karena suasananya yang berbeda
Tidak Ada Gangguan Bangun Terlalu Awal
Insomnia Mimpi Buruk
g. Kebiasaan tidur : Pakai Bantal Pakai Guling
Lain-lain
h. Upaya mengatasi kesulitan tidur : pasien mengatakan tetap mencoba menutup mata biar
segera tidur
5. Pola Aktivitas
a. Aktifitas sehari-hari : pasien lemah, aktivitas hanya tiduran, tidak mau melakukan
aktivitas
b. Aktifitas untuk penggunaan waktu senggang: hanya tiduran dikasur
c. Kebutuhan gerak dan latihan : pasien malas bergerak
Kebiasaan latihan : tidak ada
Upaya pengerakan sendi : tidak ada
24
Kekuatan otot : 5-5-5-5
Kesulitan yang dihadapi : pasien merasa lemah sehingga malas untuk bergerak dan
melakukan aktivitas
6. Pola Hubungan dan Peran
a. Hubungan kerja : pasien bekerja swasta
b. Interaksi dengan orang lain : baik, tidak ada gangguan
c. Interaksi dengan keluarga : pasien diberikan perhatian yang cukup oleh keluarga
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Body Image
- Respon verbal dan non verbal yang negatif disebabkan perubahan fungsi dan
struktur tubuh:
Ya Tidak
- Pasien tidak mau melihat bagian badannya:
Ya Tidak
- Pasien tidak menyentuh bagian badannya:
Ya Tidak
- Menyembunyikan/overxpousing bagian badannya :
Ya Tidak
- Perubahan dari kegiatan sosialnya :
Ya Tidak
- Perasaan negatif :
Ketidakberdayaan :
Ya Tidak
Merasanya tidak punya harapan :
Ya Tidak
b. Self Esteen
- Verbalisasi peasaan negatif pada dirinya :
Ya Tidak
- Ekspresi rasa malu :
Ya Tidak
- Evaluasi diri bahwa dirinya tidak cakap melakukan sesuatu :
Ya Tidak
- Merealisasikan diri dan menolak feed back yang positif tentang kelemahan
dirinya:
Ya Tidak
- Merasa canggung untuk mencoba hal-hal baru atau situasi baru :
Ya Tidak
- Terdapat riwayat seringnya ketidaksuksesan didalam hidupnya atau pekerjaan:
Ya Tidak

25
8. Pola sensori dan kognitif
a. Sensori :
- Daya penciuman : normal, tidak ada masalah
- Daya rasa : normal, tidak ada masalah
- Daya raba : normal, tidak ada masalah
- Daya pendengaran : normal, tidak ada masalah
b. Kognitif :
- Proses berfikir : Lancar Meloncat-loncat
- Isi pikiran : Logik Koheren
Mudah dimengerti
- Daya ingat : Tinggi Sedang Rendah
- Waham : Ada Tidak

9. Pola reproduksi seksual


a. Kualitas hubungan dengan partner : tidak ada masalah
b. Jumlah anak : 2 anak
c. Mengkaji data pengetahuan pasien dan sikap pasien terhadap seksualitas :
- Sumber informasi masalah seksual : bidan desa
- Pengetahuan anatomi dan fisiologi alat kelamin : kurang mengetahui
- Pengalaman mengenal siksul seksual : tidak ada masalah
- Sikap pasien terhadap berbagai variasi tentang hubungan seksual: normal
- Adanya mitos-mitos dan tabu dalam seksualitas : tidak ada masalah
- Perihal menstruasi : normal
- Kontrasepsi : KB Suntik
d. Mengkaji fungsi seksual :
- Keadaan seksual yang terjadi sekarang : tidak ada masalah
- Masalah kepuasan : Individu : tidak ada masalah
Partner : tidak ada masalah
- Problem ejakulasi : tidak ada masalah
- Problem ereksi : tidak ada masalah
e. Problem seksual:
- Uraian singkat dan jelas : tidak ada masalah
- Onset : Kapan : tidak ada masalah
Pelan-pelan/tiba-tiba : tidak ada masalah
Pola : menurun meningkat
tidak bisa berubah
Menurut pasien sebabnya apa? tidak ada masalah
f. Peranan seksual :

26
Sadar sebagai laki-laki Wadam
Sadar sebagai perempuan

g. Pola perilaku seksual :


Heterseksual Biseksual Homoseksual

10. Pola Penanggulangan Stres


a. Penyebab stress : karena luka yang tidak kunjung sembuh
b. Makanisme terhadap stresor : memeriksakan ke RS
c. Adaptasi terhadap stress : mengobrol dengan keluarga
- Pertahanan diri sementara : mampu mempertahankan diri dalam masalah
- Pemecahan masalah : dapat memecahkan masalah sendiri dan dibantu oleh
suami/keluarga, solusi anaknya dititipkan ke orangtuanya
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
a. Kepercayaan terhadap agamanya : pasien rajin sholat 5 waktu
b. Dampak keyakinan terhadap upaya penyembuhan : pasien yakin penyakitnya akan
sembuh
c. Dampak sakit terhadap rituaitas : pasien merasa kurang beraktivitas karena sakitnya
V. Pemeriksaan Fisik
A. Status kesehatan umum:
a. Keadaan penyakit : Ringan Sedang Berat
Akut Kronik
b. Kesadaran : Komposmentis Apatis Koma
Somnolen Soporous Prekoma

c. Suara bicara : Jelas Serak Aphasia


d. Status/habitus : Piknik Atletik Astenik
e. Pernafasan : RR 20 x/menit
f. Suhu tubuh 36,8 oC
g. Nadi : 84x/menit Kuat Lemah
Reguler Ireguler
h. Tekanan darah 155/90 mmHg
B. Sistem Integumen
Tampak pucat : Ya Tidak
Permukaan kasar : Ya Tidak
Permukaan kering : Ya Tidak
Kelainan pigmentasi : Hyperpigmentasi
Vitiligo Efiorensensi :
Lesi : Ya Tidak Lokasi :
Makula : Ya Tidak Lokasi :
Papula : Ya Tidak Lokasi :
Vesikula : Ya Tidak Lokasi :
Pustula : Ya Tidak Lokasi :
Bulla : Ya Tidak Lokasi :
27
Erosi : Ya Tidak Lokasi :
Ulkus : Ya Tidak Lokasi :
Krusta : Ya Tidak Lokasi :
Squama : Ya Tidak Lokasi :
Spider nevi : Ya Tidak
Tumor : Ya Tidak
Rambut
Ukuran Tebal Tipis
Botak : Ya Tidak
Kelenturan : Lentur Rapuh
Tampak kusam : Ya Tidak
Kuku :
Warna : Pucat Oyanosis Ikterus
Bentuk :
Clubbing finger Ya Tipis
Irreguler : Ya Tidak
Permukaan halus : Ya Tidak
Garis beau’s : Ya Tidak

C. Kepala
Normo cephalik Ya Tipis
Simetris : Ya Tidak
Penonjolan : Ya Tidak
Nyeri kepala : Ya Tidak
Trauma pada kepala : Ya Tidak

D. Muka
Simetris Ya Tidak
Oedema : Ya Tidak
Otot Muka : Kuat Paralisis
Otot rahang : Kuat Paralisis Ka/Ki

E. Mata
Alis mata Normal Rontok
Kelopak mata : Ya Tidak
Oedema : Ya Tidak
Entropion : Ya Tidak
Ectropion : Ya Tidak
Conjungtiva
Hiperemia : Ya Tidak
Perdarahan : Ya Tidak

28
Sklora

Ikterus Ya Tidak
Bola mata
Tekanan : Normal Meningkat
Kornea:infiltrat : Ya Tidak
Discharge : Ada Tidak
Visus : Normal

F. Telinga
Tes suara bisik : tidak ada gangguan
Tes Weber : Simetris Lateralisasi kanan
Lateralisasi kiri
Tes Rhine Normal Rontok
Sekret : Ada Tidak
Serumen : Ada Tidak
Benda asing : Ada Tidak
Membran timpani : Ada Tidak

G. Hidung
Deformitas Ada Tidak
Septum deviasi : Ada Tidak
Mukosa:Hyperemi Ya Tidak
Atrofis : Ya Tidak
Membran timpani : Ada Tidak
Sekret Mukoid Mukopulurent Purulent
Kurtae Ya Tidak
Bau : Ya Tidak
Obstruksi : Ya Tidak
Polip : Ya Tidak

H. Mulut dan farings


Cheiloschizis : Ada Tidak
Caries gigi : Ada Tidak Lokasi :
Gusi :Ulkus : Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Lidah: Parese : Kanan Kiri Tidak
Papila : Normal Atropi Hipertropi

29
Selaput : Ada Tidak
Tremor : Ya Tidak
Palatum : Palatoschizis : Ya Tidak
Ikterus Ya Tidak
Tonsil: Membesar Ya Tidak
Ukuran :normal
Selaput Ya Tidak
Sifat : tidak ada masalah
I. Leher
Simetris : Ya Tidak
Kaku kuduk : Ya Tidak
Kelenjar limphe : Membesar Tidak membesar
Lokasi : tidak ada masalah
Sifat : tidak ada masalah

J. Thoraks
Bentuk Normal Barel Chest Lain-lain
Payudara : Simetris : Ya Tidak
Gynecomastia : Ya Tidak
Bentuk : normal
Warna Aerola : normal
Papila : Retraksi Ya Tidak
Discharga : Ya Tidak
Sifat Jernih Purulent
Hemorhagis
K. Paru
Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Pencembungan :
- Depan : Kanan Kiri
- Belakang : Kanan Kiri
Penarikan
- Depan : Kanan Kiri
- Belakang : Kanan Kiri
Palpasi :
Pergerakan : Simetris
Tertinggal :
- Depan : Kanan Kiri
- Belakang : Kanan Kiri

30
Fremitus raba : : Sama
Lebih keras/lunak
- Depan : Kanan Kiri
- Belakang : Kanan Kiri

Perkusi :
Suara ketok : Sonor di : seluruh lapang paru
Redup di :..................
Hipersonor di :................
Auskultasi
Suara Nafas : Vesikuler di : seluruh lapang paru
Bronchovesikuler di :..................
Bronchial di :................
Suara Tambahan :
- Suara gerak pleura : tidak ada
ada di :...................
- Suara bisik : Kabur (normal)
Jelas di:.............

- Suara percakapan : Kabur (normal)


Jelas di :............

- Egofani : Tidak ada


Ada di :............
- Ronchi : Tidak ada Ada di

- Sifat : Basah
Kering
Halus
Kasar
- Wheezing : tidak ada
ada di :...................

L. Jantung
Inspeksi : Iktus Tak tampak
Tampak, letaknya : ICS 5
Pulsasi jantung Tak tampak
Tampak, letaknya :. ..................
Palpasi : Iktus Tak teraba Teraba
Getaran Tidak ada
Ada, fase..................
Letak........................

30
Perkusi : Batas kanan : ................................................
Batas kiri : ................................................

Auskultasi :
Suara 1 Tunggal Mendua (Split)
Suara 2 Tunggal Mendua (Split)
Normal
Fixed
Suara 3 Tidak ada
Ada letak
Suara 4 Tidak ada
Ada letak
Lain-lain : tidak ada
M. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Membuncit Datar
Penonjolan setempat
Tampak peristaltik : Ya Tidak
Tampak pulsasi : Ya Tidak
Umbilikus : Menonjol Masuk kedalam
Caput Medusae
Kulit Cicatrix Striae
Kolateral Atrofis
Hernia : Umbilikus Inguinal Scrota
Palpasi :
Turgor : Normal Jelek
Nyeri : Lokal Menyeluruh
Dugging of umbilikus : Ya Tidak
Defans muskuler : Ya Tidak
Fluktuasi : Ya Tidak
Undulasi : Ya Tidak
Hepar : Tidak teraba Teraba ................. cm dibawah Areus Costae
- Tepi : Tumpul Tajam
- Permukaan : Rata Ada
- Nyeri tekan : Ada Tidak ada
- Konsistensi : Lunak Keras Kenyal
Kandung empedu :
- Murphy Sighn : Positif Negatif
Lien : Teraba Tak teraba
Ginjal: Teraba Tak teraba
Perkusi :
Timpanik Redup Pekak
Pantulan gelombang cairan : Ada Tidak
Shifting Dullness : Ada Tidak
Batas Timpanik – Redup :
Teraba Tak teraba
Auskultasi :

Peristaltik Usus : Normal Mengurang


Menghilang Meningkat
Suara Melatik
Bising aorta : Ada Tidak

N. Inguinal – Genetalia – Anus


Hernia : Ada Tidak
Hernia inguinalis Hernia Scrotalis
Hernia femoralis
Pembesaran Kelenjar Limphe : Ada Tidak
Jenis : Inguinalis kanan Inguinalis kanan
Femoralis kanan Femoralis kiri
Tumor : Ada Tidak
Abses : Ada Tidak
Penis : Normal Phimosis Ulkus
Careinems Jaringan parut
Priapismus Sekret
Testis serotum : Normal Kriptorchismus
Hidrochels Edema
Genetalia wanita : Vulvitis Rabtholinitis
Edema Absess Sekret
Veruca Condyloma
Anus : Hemoroid Perdarahan Tumor
Fistula Fisura

O. Ekstremitas
O Deformitas O Erythema Palmaris
O Arachnoidactill
Sendi : O Pembengkakan O Nyeri gerak
Jari-jari : O Tremor halus O Clubing
Edema : O Pretibial O Ankle
O Dorsum pedis
O Pitting O Non pitting
O Unilateral O Bilateral
Tanda-tanda infeksi : O Ulkus Tropicus
O Cellulitus Gangren
Refleks :
Dekstra Sinistra
Biceps
Triceps
Keterangan :
O : Normal/: Meningkat/: Menurun
Dekstra Sinistra
Knee
Achiles
Refleks Patologis : O Sabinski O Kemig O Laseq
P. Tulang Belakang
O Normal O Kirosis O Sikoliosis O Lordosis

VI. Pemeriksaan penunjang


Tanggal 6 Desember 2021 Jam 08.35
1. Laboratorium,
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
pH 7,4 7,35-7,45
pCO2 39 35-45 mmHg
pO2 68 80-100 mmHg
HCO3 11,2 22-26 mEq/L
Hb 8,7 13,8 – 17,2 g/dL
Alb 2,73 3,5 - 5,9 gram
BUN 49 8-20 mg/dL
SK 1,1 0,6 – 1,2 mg
GDA 66 < 200 mg/dL
Hct 25
VII. Therapi yang sedang berjalan
1. Obat-obatan
 Infus aminofusin : D5 + PZ = 1:1:1
 Diet B1 1900 kal/hari
 Cefriaxon 2x1 gr
 Metronidazol 3x500 mg
 Tab pamol 3x500mg
 Tranfusi PRC 2 kolf/hari
 Amlodipin 0-0-5 mg

Surabaya, 7 Desember 2021


Mahasiswa

(Nur Hasanah)
ANALISA DATA

Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah


DS: Peningkatan badan keton Risiko ketidakstabilan kadar
- Pasien mengatakan tidak ↓ glukosa darah (D.0038)
nafsu makan Mempengaruhi metabolism
- Mual saat makan atau karbohidrat
minum ↓
- Pasien mengatakan perut Mual, muntah
sebah ↓
DO: Intake menurun
- Pasien tampak lemah ↓
- Nafsu makan menurun Nutrisi tidak adekuat
- Intake hanya minum susu ↓
- GDA 66 mg/dL Pasien lemah

Hipoglikemia

Risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
DS: Insulin menurun Gangguan integritas kulit
- Pasien mengatakan nyeri ↓ (D.0129)
pada luka di kaki kanan Glukosa tidak masuk ke sel
P: luka kena staples ↓
Q: cekot-cekot Proses penyembuhan luka
R: di sekitar kaki kanan terhambat
S: 6 ↓
T: tiap 10 menit Gangguan integritas kulit
- Pasien mengatakan luka
tidak kunjung sembuh
DO:
- Oedema pedis dextra
- Akral di sekitar kaki yang
luka teraba hangat
Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
DS: Pasien dirawat di rumah sakit Ansietas (D.0080)
- Pasien mengatakan cemas ↓
karena meninggalkan Memikirkan anaknya yang
anaknya yang masih kecil masih kecil
dan harus dititipkan ↓
DO: Ansietas
- Klien tampak gelisah
memikirkan anaknya
- Klien susah tidur di RS,
tidur 3-4 jam
- TD 155/90 mmHg
- N 84 x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosa Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Gangguan integritas kulit (D.0129) 7 Desember 9
berhubungan dengan neuropati perifer 2021 Desember
dibuktikan dengan Pasien mengatakan 2021
nyeri pada luka di kaki kanan, P: luka kena
staples, Q: cekot-cekot, R: di sekitar kaki
kanan, S: 6, T: sekitar 10 menit sekali,
Pasien mengatakan luka tidak kunjung
sembuh, Oedema pedis dextra, Akral di
sekitar kaki yang luka teraba hangat
2 Ansietas (D.0080) berhubungan dengan 7 Desember 8
krisis situasional dibuktikan dengan Pasien 2021 Desember
mengatakan cemas karena meninggalkan 2021
anaknya yang masih kecil dan harus
dititipkan, Klien tampak gelisah
memikirkan anaknya, Klien susah tidur di
RS, tidur 3-4 jam, TD 155/90 mmHg, N 84
x/menit
3 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah 7 Desember 9
(D.0038) ditandai dengan factor risiko 2021 Desember
ketidaktepatan pemantauan kadar glukosa 2021
darah
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Tindakan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan luka - Untuk
(D.0129) berhubungan intervensi (I.14564) mengetahui
dengan neuropati perifer keperawatan selama Observasi karakteristik
dibuktikan dengan Pasien 3x24 jam - Monitor luka
mengatakan nyeri pada diharapkan karakteristik - Untuk
luka di kaki kanan, P: luka integritas kulit dan luka mengetahui
kena staples, Q: cekot- jaringan meningkat - Monitor tanda- terjadinya
cekot, R: di sekitar kaki (L.14125) dengan tanda infeksi infeksi
kanan, S: 6, T: sekitar 10 KH: Terapeutik - Untuk
menit sekali, Pasien - Kerusakan - Lepaskan dilakukan
mengatakan luka tidak jaringan balutan dan perawatan luka
kunjung sembuh, Oedema menurun plester secara - Membersihkan
pedis dextra, Akral di - Nyeri perlahan luka
sekitar kaki yang luka menurun - Bersihkan - Agar
teraba hangat - Kemerahan dengan cairan mempercepat
menurun NaCl atau proses
- Suhu kulit larutan lain perkembangan
membaik sesuai penyembuhan
- Nekrosis kebutuhan luka
menurun - Bersihkan - Salep
jaringan membantu
nekrotik penyembuhan
- Berikan salep luka
sesuai jenis luka - Agar terhindar
- Pasang balutan dari infeksi
sesuai jenis luka - Teknik steril
- Pertahankan agar luka tidak
Teknik steril mengalami
saat melakukan infeksi
perawatan luka - Agar pasien
Edukasi mengetahui
- Jelaskan tanda apabila luka
dan gejala mengalami
infeksi infeksi
- Anjurkan untuk - Membantu
melakukan proses
perawatan luka penyembuhan
di home care luka
atau tenaga - Mencegah
kesehatan lain infeksi
Kolaborasi
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Tindakan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
- Kolaborasi
pemberian
antibiotic
2 Ansietas (D.0080) b.d Setelah dilakukan Reduksi ansietas - Tingkat
krisis situasional d.d tindakan (I.09314) ansietas yang
Pasien mengatakan cemas keperawatan selama Observasi berubah
karena meninggalkan 3x24 jam - Identifikasi saat menentukan
anaknya yang masih kecil diharapkan tingkat tingkat ansietas intervensi yang
dan harus dititipkan, Klien ansietas menurun berubah akan dilakukan
tampak gelisah (L.09093) dengan - Monitor tanda- - untuk
memikirkan anaknya, KH: tanda ansietas mengetahui
Klien susah tidur di RS, - Verbalisasi Terapeutik tingkat ansietas
tidur 3-4 jam, TD 155/90 khawatir - Ciptakan - membina
mmHg, N 84 x/menit karena suasana hubungan salig
meninggalkan terapeutik untuk percaya
anak menurun menumbuhkan - Mengetahui
- Perilaku kepercayaan tingkat ansietas
gelisah - Pahami situasi - Menumbuhkan
menurun yang membuat rasa saling
- Pola tidur ansietas percaya
membaik - Dengarkan - Membantu
- Tekanan dengan penuh mengenali
darah perhatian penyebab rasa
menurun - Motivasi cemas
mengidentifikasi - Membantu
situasi yang mengenali
memicu cemas dan
kecemasan solusinya
Edukasi
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

3 Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen - Membantu


kadar glukosa darah tindakan hipoglikemia mengetahui
(D.0038) d.d factor risiko keperawatan selama (I.03115) terjadinya
ketidaktepatan 3x24 jam Observasi hipoglikemia
pemantauan kadar glukosa diharapkan - Observasi tanda dan
darah kestabilan kadar dan gejala menentukan
glukosa darah hipoglikemia intervensi yang
meningkat - Identifikasi harus dilakukan
(L.05022) dengan kemungkinan - Mengetahui
KH: penyebab
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Tindakan Rasionalisasi
Hasil Keperawatan
- Lelah/lesu penyebab terjadinya
menurun hipoglikemia hipoglikemia
- Kadar - Observasi kadar - Memantau
glukosa glukosa darah kadar glukosa
dalam darah Terapeutik darah
membaik - Berikan - Mengurangi
karbohidrat kadar glukosa
sederhana, jika dalam darah
perlu - Meningkatkan
- Berikan kadar glukosa
glucagon, jika dalam darah
perlu - Memberikan
- Berikan manajemen
karbohidrat untuk pasien
kompleks dan diet
protein sesuai - Mengetahui
diet kadar glukosa
- Perhatikan darah
kepatenan jalan - Membantu
napas pasien
- Pertahankan mencegah
akses IV hipoglikemi
Edukasi - Agar pasien
- Anjurkan dapat
monitor kadar melakukan
glukosa darah tindakan jika
- Ajarkan terjadi
mekanisme hipoglikemia
penyebab - Membantu
penurunan kadar mengontrol
glukosa dalam kadar glukosa
darah dalam darah
- Ajarkan - Membantu
pengelolaan jika mengontrol
terjadi kadar insulin
hipoglikemia
- Ajarkan
manajemen diet
pasien dm 2
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
insulin
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal: 7 Desember 2021
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
1 Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka Perawatan luka
kulit (D.0129) b.d - Hasil: tampak kemerahan, tidak ada pes (I.14564)
neuropati perifer d.d Observasi
Pasien mengatakan Memonitor tanda-tanda infeksi - Monitor
nyeri pada luka di - Hasil: tidak ada tanda-infeksi, luka tampak karakteristik luka
kaki kanan, P: luka kemerahan, hangat berkurang, nyeri - Monitor tanda-
kena staples, Q: berkurang tanda infeksi
cekot-cekot, R: di Terapeutik
sekitar kaki kanan, Melepaskan balutan dan plester secara - Lepaskan balutan
S: 6, T: sekitar 10 perlahan dan plester secara
menit sekali, Pasien
- Hasil: pasien tampak menahan sakit saat perlahan
mengatakan luka balutan dibuka - Bersihkan dengan
tidak kunjung cairan NaCl atau
sembuh, Oedema Membersihkan dengan cairan NaCl atau larutan lain sesuai
pedis dextra, Akral larutan lain sesuai kebutuhan kebutuhan
di sekitar kaki yang
- Hasil: pasien kooperatif - Bersihkan jaringan
luka teraba hangat nekrotik
Membersihkan jaringan nekrotik - Berikan salep
- Hasil: luka bersih, tidak ada jaringan sesuai jenis luka
nekrotik - Pasang balutan
sesuai jenis luka
Memasang balutan sesuai jenis luka - Pertahankan
- Hasil: pasien tampak nyaman setelah Teknik steril saat
diganti balut melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan untuk
melakukan
perawatan luka di
home care atau
tenaga kesehatan
lain
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotic
2 Ansietas (D.0080) Mengidentifikasi saat tingkat ansietas Reduksi ansietas
b.d krisis situasional berubah (I.09314)
d.d Pasien Observasi
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
mengatakan cemas - Hasil: pasien tampak tenang, kecemasan - Identifikasi saat
karena menurun tingkat ansietas
meninggalkan berubah
anaknya yang masih Menciptakan suasana terapeutik untuk - Monitor tanda-
kecil dan harus menumbuhkan kepercayaan tanda ansietas
dititipkan, Klien
- Hasil: pasien kooperatif Terapeutik
tampak gelisah - Ciptakan suasana
memikirkan Memahami situasi yang membuat ansietas terapeutik untuk
anaknya, Klien
- Hasil: pasien mengatakan khawatir pada menumbuhkan
susah tidur di RS, anaknya yang masih kecil kepercayaan
tidur 3-4 jam, TD - Pahami situasi
155/90 mmHg, N 84 Mendengarkan dengan penuh perhatian yang membuat
x/menit - Hasil: pasien kooperatif ansietas
- Dengarkan dengan
Memotivasi mengidentifikasi situasi yang penuh perhatian
memicu kecemasan - Motivasi
- Hasil: pasien cemas karena meningglkan mengidentifikasi
anaknya yang masih kecil situasi yang
memicu
Menganjurkan mengungkapkan perasaan kecemasan
dan persepsi Edukasi
- Hasil: pasien sudah tampak tenang - Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

3 Risiko Mengobservasi tanda dan gejala Manajemen


ketidakstabilan hipoglikemia hipoglikemia
kadar glukosa darah- Hasil: lemah berkurang, pasien sudah bias (I.03115)
(D.0038) d.d factor beraktivitas dengan dibantu minimal Observasi
risiko ketidaktepatan - Observasi tanda
pemantauan kadar Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan gejala
glukosa darah hipoglikemia hipoglikemia
- Hasil: pasien sudah mau makan nasi, habis - Identifikasi
¼ porsi kemungkinan
penyebab
Mengobservasi kadar glukosa darah hipoglikemia
- Hasil: GDS 170 mg/dL - Observasi kadar
glukosa darah
Memberikan karbohidrat kompleks dan Terapeutik
protein sesuai diet - Berikan
- Hasil: pasien makan sesuai diet, habis ¼ karbohidrat
porsi sederhana, jika
perlu
Melakukan kolaborasi pemberian insulin
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
- Hasil: pasien kooperatif - Berikan glucagon,
jika perlu
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai diet
- Perhatikan
kepatenan jalan
napas
- Pertahankan akses
IV
Edukasi
- Anjurkan monitor
kadar glukosa
darah
- Ajarkan
mekanisme
penyebab
penurunan kadar
glukosa dalam
darah
- Ajarkan
pengelolaan jika
terjadi
hipoglikemia
- Ajarkan
manajemen diet
pasien dm 2
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal: 8 Desember 2021
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka Perawatan luka
1
kulit (D.0129) b.d - Hasil: tampak kemerahan, tidak ada pes (I.14564)
neuropati perifer d.d Observasi
Pasien mengatakan Memonitor tanda-tanda infeksi - Monitor
nyeri pada luka di - Hasil: tidak ada tanda-infeksi, nyeri karakteristik luka
kaki kanan, P: luka berkurang - Monitor tanda-
kena staples, Q: tanda infeksi
cekot-cekot, R: di Menjelaskan tanda dan gejala infeksi Terapeutik
sekitar kaki kanan,- Hasil: pasien memahami tanda dan gejala - Lepaskan balutan
S: 6, T: sekitar 10 infeksi dan plester secara
menit sekali, Pasien perlahan
mengatakan luka Menganjurkan untuk melakukan - Bersihkan dengan
tidak kunjung perawatan luka di home care atau tenaga cairan NaCl atau
sembuh, Oedema kesehatan lain larutan lain sesuai
pedis dextra, Akral- Hasil: pasien akan melakukan perawatan kebutuhan
di sekitar kaki yang luka di klinik jika diperlukan - Bersihkan jaringan
luka teraba hangat nekrotik
Melakukan kolaborasi pemberian - Berikan salep
antibiotic sesuai jenis luka
Hasil: pasien kooperatif - Pasang balutan
sesuai jenis luka
- Pertahankan
Teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan untuk
melakukan
perawatan luka di
home care atau
tenaga kesehatan
lain
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotic
Ansietas (D.0080) Mengidentifikasi saat tingkat ansietas Reduksi ansietas
2
b.d krisis situasional berubah (I.09314)
d.d Pasien Observasi
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
mengatakan cemas - Hasil: pasien tampak tenang, sudah tidak - Identifikasi saat
karena merasa cemas, TD 118/80 mmHg, pasien tingkat ansietas
meninggalkan mengatakan semalam bias tidur 4-5 jam berubah
anaknya yang masih - Monitor tanda-
kecil dan harus Menganjurkan mengungkapkan perasaan tanda ansietas
dititipkan, Klien dan persepsi Terapeutik
tampak gelisah
- Hasil: pasien sudah tidak merasa cemas - Ciptakan suasana
memikirkan terapeutik untuk
anaknya, Klien menumbuhkan
susah tidur di RS, kepercayaan
tidur 3-4 jam, TD - Pahami situasi
155/90 mmHg, N 84 yang membuat
x/menit ansietas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

Risiko Mengobservasi tanda dan gejala Manajemen


3
ketidakstabilan hipoglikemia hipoglikemia
kadar glukosa darah- Hasil: pasien masih sedikit lemah (I.03115)
(D.0038) d.d factor Observasi
risiko ketidaktepatan Mengobservasi kadar glukosa darah - Observasi tanda
pemantauan kadar - Hasil: GDS 166 mg/dL dan gejala
glukosa darah hipoglikemia
Memberikan karbohidrat kompleks dan - Identifikasi
protein sesuai diet kemungkinan
- Hasil: pasien makan sesuai diet, habis ¼ penyebab
porsi hipoglikemia
- Observasi kadar
Mengajarkan mekanisme penyebab glukosa darah
penurunan kadar glukosa dalam darah Terapeutik
- Hasil: pasien memahami apa yang - Berikan
dijelaskan perawat karbohidrat
sederhana, jika
Mengajarkan pengelolaan jika terjadi perlu
hipoglikemia
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
- Hasil: pasien akan minum air hangat - Berikan glucagon,
dengan gula jika gula darah turun jika perlu
- Berikan
Melakukan kolaborasi pemberian insulin karbohidrat
Hasil: pasien kooperatif kompleks dan
protein sesuai diet
- Perhatikan
kepatenan jalan
napas
- Pertahankan akses
IV
Edukasi
- Anjurkan monitor
kadar glukosa
darah
- Ajarkan
mekanisme
penyebab
penurunan kadar
glukosa dalam
darah
- Ajarkan
pengelolaan jika
terjadi
hipoglikemia
- Ajarkan
manajemen diet
pasien dm 2
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal: 9 Desember 2021
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
1 Gangguan integritas Memonitor karakteristik luka Perawatan luka
kulit (D.0129) b.d - Hasil: tampak tidak ada pes (I.14564)
neuropati perifer d.d Observasi
Pasien mengatakan Memonitor tanda-tanda infeksi - Monitor
nyeri pada luka di - Hasil: tidak ada tanda-infeksi, pasien karakteristik luka
kaki kanan, P: luka mengatakan nyeri sedikit saja - Monitor tanda-
kena staples, Q: tanda infeksi
cekot-cekot, R: di Melepaskan balutan dan plester secara Terapeutik
sekitar kaki kanan, S: perlahan - Lepaskan balutan
6, T: sekitar 10 menit- Hasil: pasien tampak menahan sakit saat dan plester secara
sekali, Pasien balutan dibuka perlahan
mengatakan luka - Bersihkan dengan
tidak kunjung Membersihkan dengan cairan NaCl atau cairan NaCl atau
sembuh, Oedema larutan lain sesuai kebutuhan larutan lain sesuai
pedis dextra, Akral di- Hasil: pasien kooperatif kebutuhan
sekitar kaki yang luka - Bersihkan jaringan
teraba hangat Membersihkan jaringan nekrotik nekrotik
- Hasil: luka bersih, tidak ada jaringan - Berikan salep
nekrotik sesuai jenis luka
- Pasang balutan
Memasang balutan sesuai jenis luka sesuai jenis luka
- Hasil: pasien tampak nyaman setelah - Pertahankan
diganti balut Teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan untuk
melakukan
perawatan luka di
home care atau
tenaga kesehatan
lain
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotic
2 Risiko ketidakstabilan Mengobservasi tanda dan gejala Manajemen
kadar glukosa darah hipoglikemia hipoglikemia
(D.0038) d.d factor - Hasil: lemah berkurang, pasien sudah (I.03115)
risiko ketidaktepatan bias beraktivitas dengan dibantu minimal Observasi
pemantauan kadar
Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Tindak Lanjut
Keperawatan
glukosa darah Mengobservasi kadar glukosa darah - Observasi tanda
- Hasil: GDS 168 mg/dL dan gejala
hipoglikemia
Memberikan karbohidrat kompleks dan - Identifikasi
protein sesuai diet kemungkinan
- Hasil: pasien makan sesuai diet, habis ½ penyebab
porsi hipoglikemia
- Observasi kadar
Mengajarkan manajemen diet pasien dm glukosa darah
2 Terapeutik
- Hasil: pasien memahami apa yang - Berikan
diajarkan perawat dan akan mencoba di karbohidrat
rumah sederhana, jika
perlu
- Berikan glucagon,
jika perlu
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai diet
- Perhatikan
kepatenan jalan
napas
- Pertahankan akses
IV
Edukasi
- Anjurkan monitor
kadar glukosa
darah
- Ajarkan
mekanisme
penyebab
penurunan kadar
glukosa dalam
darah
- Ajarkan
pengelolaan jika
terjadi
hipoglikemia
- Ajarkan
manajemen diet
pasien dm 2
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal: 7 Desember 2021


Diagnosa Evaluasi Keperawatan Catatan Perkembangan
No Paraf
Keperawatan
1 Gangguan integritas S:
kulit (D.0129) b.d - Pasien mengatakan Nyeri pada luka menurun
neuropati perifer d.d P: Nyeri luka yang tidak kunjung sembuh
Pasien mengatakan Q: cekot-cekot
nyeri pada luka di R: pada bagian yang luka, tidak menyebar
kaki kanan, P: luka S: 5
kena staples, Q: T: saat digerakkan
cekot-cekot, R: di O:
sekitar kaki kanan, - Klien tampak tenang
S: 6, T: sekitar 10 - Akral hangat menurun
menit sekali, Pasien - Kondisi luka tidak ada infeksi
mengatakan luka A: masalah teratasi sebagian
tidak kunjung P: lanjutkan intervensi
sembuh, Oedema
pedis dextra, Akral
di sekitar kaki yang
luka teraba hangat
2 Ansietas (D.0080) S:
b.d krisis situasional - Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas
d.d Pasien O:
mengatakan cemas - Cemas menurun
karena A: masalah teratasi sebagian
meninggalkan P: lanjutkan intervensi
anaknya yang masih
kecil dan harus
dititipkan, Klien
tampak gelisah
memikirkan
anaknya, Klien
susah tidur di RS,
tidur 3-4 jam, TD
155/90 mmHg, N 84
x/menit
3 Risiko S:
ketidakstabilan - Pasien mengatakan lemah sudah berkurang
kadar glukosa darah - Pasien mengatakan mual dan muntah berkurang
(D.0038) d.d factor O:
risiko ketidaktepatan - Pasien sudah mau beraktivitas
pemantauan kadar - Pasien mau makan, habis ¼ porsi
glukosa darah - GDS: 170 mg/dL
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal: 8 Desember 2021


Diagnosa Evaluasi Keperawatan Catatan Perkembangan
No Paraf
Keperawatan
1 Gangguan integritas S:
kulit (D.0129) b.d - Pasien mengatakan Nyeri berkurang
neuropati perifer d.d P: luka yang tidak kunjung sembuh
Pasien mengatakan Q: cenut-cenut
nyeri pada luka di R: pada luka, tidak menyebar
kaki kanan, P: luka S: 3
kena staples, Q: T: Nyeri saat kena benda atau sesuatu
cekot-cekot, R: di O:
sekitar kaki kanan, - Luka tidak ada pes
S: 6, T: sekitar 10 - Tidak ada infeksi
menit sekali, Pasien A: masalah teratasi sebagian
mengatakan luka P: lanjutkan intervensi
tidak kunjung
sembuh, Oedema
pedis dextra, Akral
di sekitar kaki yang
luka teraba hangat
2 Ansietas (D.0080) S: pasien mengatakan sudah tidak cemas
b.d krisis situasional O:
d.d Pasien - Pasien tampak tenang
mengatakan cemas - TD 118/80 mmHg
karena - Pola tidur membaik 4-5 jam
meninggalkan A: masalah teratasi
anaknya yang masih P: hentikan intervensi
kecil dan harus
dititipkan, Klien
tampak gelisah
memikirkan
anaknya, Klien
susah tidur di RS,
tidur 3-4 jam, TD
155/90 mmHg, N 84
x/menit
3 Risiko S:
ketidakstabilan - Pasien mengatakan masih sedikit lemah
kadar glukosa darah O:
(D.0038) d.d factor - GDS 166 mg/dL
risiko ketidaktepatan - Makan habis ¼ porsi
pemantauan kadar A: masalah teratasi sebagian
glukosa darah P: lanjutkan intervensi
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal: 9 Desember 2021


Diagnosa Evaluasi Keperawatan Catatan Perkembangan
No Paraf
Keperawatan
1 Gangguan S:
integritas kulit - pasien mengatakan nyeri pada luka hanya saat
(D.0129) b.d dibuka balutan saja
neuropati perifer P: Nyeri pada luka yang tidak sembuh
d.d Pasien Q: cenut cenut
mengatakan nyeri R: hanya pada luka dan tidak menyebar
pada luka di kaki S: 1
kanan, P: luka kena T: saat dirawat luka
staples, Q: cekot- O:
cekot, R: di sekitar - luka tidak ada pes
kaki kanan, S: 6, T: - luka tidak ada infeksi
sekitar 10 menit A: masalah teratasi
sekali, Pasien P: hentikan intervensi
mengatakan luka
tidak kunjung
sembuh, Oedema
pedis dextra, Akral
di sekitar kaki yang
luka teraba hangat
2 Risiko S: pasien mengatakan lemah berkurang
ketidakstabilan O:
kadar glukosa - Pasien sudah bisa beraktivitas
darah (D.0038) d.d - GDS 168 mg/dL
factor risiko A: masalah teratasi
ketidaktepatan P: hentikan intervensi
pemantauan kadar
glukosa darah
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada tanggal 7-9 Desember 2021. Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Desember 2021. Dari
data pengkajian, ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu gangguan integritas kulit, ansietas,
dan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Setelah ditemukan masalah keperawatan,
disusun rencana keperawatan pada pasien. Dalam penyusunan diagnosis dan intervensi, penulis
menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Pelaksanaan keperawatan dilakukan
selama 3x24 jam, kemudian di evaluasi.
1. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan kepada pasien, keluarga dan melakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa pasien menderita penyakit diabetes
mellitus. Adapun Ny.SM 41 tahun mengatakan keluhan nyeri pada luka di kaki kanannya.
Ny.SM mengatakan luka akibat terkena staples dan tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien mengeluh kakinya bengkak pada 2 minggu kemudian dan tidak kunjung
sembuh hingga sekarang. Pasien Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 umumnya
dikarakteristikkan dengan kejadian hiperglikemia karena sekresi insulin yang tidak normal.
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien DM Tipe 2 adalah adanya luka ulcer pada
kaki. Biasanya pasien akan kehilangan indra peraba pada kaki (daerah perifer yang jauh dari
tubuh) (Sudarmaji, Nursalam, & Wulandari, 2020). Kontrol glukosa dalam darah yang
kurang baik dan terjadinya komplikasi lain (seperti ketidakadekuatan perfusi perifer,
neuropati perifer) dapat memperburuk adanya luka pada kaki pasien (Chantal, Oliveira-
kumakura, Moorhead, Pace, & Carvalho, 2016). Kondisi ini dapat diperburuk apabila pasien
kurang mengetahui cara perawatan pada pasien DM tipe 2 serta komplikasinya (Alhaik,
Anshasi, Alkhawaldeh, Soh, & Naji, 2019). Pasien DM tipe 2 perlu diberikan edukasi terkait
factor risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi karena ketidakstabilan glukosa darah
dapat menimbulkan luka yang tidak akan sembuh dan bahkan harus dilakukan amputasi
(Ange, 2020). Hal ini sesuai dengan pengkajian yang ditemukan pada pasien dimana pasien
terkena staples pada kaki kanannya. Pasien tidak melakukan perawatan luka pada kaki sejak
kaki terkena staples. Sehingga luka menjadi buruk 2 minggu kemudian.
Pada saat pengkajian, Ny. SM mengeluh merasa khawatir karena harus meninggal
anaknya yang masih kecil di rumah. Pasien tampak khawatir, tegang, dan pola tidur
berkurang. Pengkajian ansietas mungkin diperlukan untuk menunjang pengambilan
diagnosis. Namun, tanpa alat tersebut perawat masih dapat mengambil diagnosis
keperawatan ansietas karena adanya karakteristik seperti data kognitif dan somatic.
Pada pasien DM, ansietas dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Ansietas pada
pasien DM menyebabkan pasien mengalami peningkatan tekanan darah, pola tidur
terganggu dimana kondisi tersebut dapat mempengaruhi kelelahan pasien, menimbulkan
produksi glukokortikoid dan berpengaruh pada kadar glukosa (Peixoto et al., 2020). Oleh
karena itu, perawat perlu memperhatikan diagnosis ansietas dan segera memberikan
tindakan keperawatan.
Pada saat pengkajian, didapatkan kadar glukosa darah Ny. SM 66 gr/dL, pasien
tampak lemah, mengeluh mual muntah, dan tidak mau makan. Pasien dengan DM memiliki
risiko mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia. Berdasarkan SDKI (PPNI, 2017),
kondisi tersebut dinamakan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Menurut Sudarmadji,
pasien memiliki risiko yang lebih besar mengalami hipoglikemia akibat efek samping
penggunaan obat, penurunan intake nutrisi, kurangnya pengetahuan, serta riwayat DM yang
lama. Pada penelitian didapatkan factor-faktor yang berhubungan pada ketidakstabilan
kadar glukosa darah pada pasien seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, tingkat
Pendidikan, komorbid, pengetahuan. Pasien berusia >40 tahun cenderung memiliki kadar
glukosa darah yang tidak stabil, obesitas, tingkat emosi, ansietas dan stress, penyakit
komorbid seperti hipertensi dan jantung (Wulandari et al., 2021). Pasien yang memiliki
infeksi dapat mempengaruhi kadar glukosa darah (Peixoto et al., 2020). Luka pada pasien
Ny. SM dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pasien.

2. Diagnosis Keperawatan
Dalam penyusunan diagnosis keperawatan, penulis mengacu pada Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI). Adapun diagnosis keperawatan yang terjadi pada Ny. SM
41 tahun adalah
1. Gangguan integritas kulit B.d Neuropati perifer (D.0129)
2. Ansietas B.d Krisis situasional (D.0080)
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dibuktikan dengan faktor risiko
ketidaktepatan pemantauan kadar glukosa darah (D.0038)
Kemudian setelah dilakukan prioritas diagnosis keperawatan yang utama adalah
gangguan intergritas kulit B.d Neuropati Perifer (D.0129) diikuti dengan Ansietas B.d Krisis
ituasional (D.0080) dan Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dibuktikan dengan
faktor risiko ketidaktepatan pemantauan kadar glukosa darah (D.0038).
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan kemudian perawat
melakukan penyusunan intervensi keperawatan pada Ny. SM 41 tahun dengan diagnosis
medis diabetes mellitus. Penyususnan intervensi berupa tujuan, luaran (kriteria hasil) dan
intervensi telah mengacu pada Standar Luaran Keperawatan Indenesia dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia. Berikut ini adalah telaah bukti ilmiah mengenai
intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat dalam intervensi yang telah diberikan
kepada pasien.
1. Intervensi pada Gangguan integritas kulit B.d Neuropati perifer (D.0129)
No. Judul Nama Peneliti Tahun Hasil
1. Analisis Manajemen Damsir, dkk 2018 Hasil penelitian
Perawatan Luka pada menunjukkan bahwa
Kasus Luka Diabetik di perawatan luka
Instalasi Gawat Darurat menggunakan balutan
(IGD) Rumah Sakit moderen (metcofazin)
Arifin Nu’mang lebih efektif
Kabupaten Sidrap. dibandingkan dengan
Terindeks Sinta (S2) perawatan luka
menggunakan balutan
konvensional (cairan
normal salin NaCl 0,9%
dan balutan kasa)
terhadap proses
penyembuhan luka
diabetik di Instalasi
Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten
Sidrap.
2. Modern Dressing Bangu, dkk 2021 Penggunaan mdern wund
Wound Care dressing terbukti lebih
Mempercepat Proses ampuh mempercepat
Penyembuhan Ulkus proses penyembuhan
Kaki Pada Pasien luka khususnya ulkus
Diabetes : A Sistemastik kaki pada pasien
Review. diabetes.
Terindeks Sinta (S3)
3. Pengaruh Tindakan Panjaitan, Nadadap 2021 Hasil penelitian
Perawatan Luka & Hernike dikertahui bahwa
Terhadap Proses pengetahuan tentang cara
Penyembuhan Luka perawatan luka masih
Ulkus Diabetikum Pada rendah, sikap takut dan
Pasien Dm Di khawatir pasien,
Puskesmas Kota sehingga tidak disiplin
Rantauprapat. datang ke puskesmas
Terindeks Sinta (S5) sesuai jadwal yang telah
ditentukan serta
pendidikan dan fasilitas
kesehatan sangat
memengaruhi tindakan
mengobati luka secara
konvensional dan
perawatan luka modern.
4. Asuhan Keperawatan Ridawati & Elvian 2020 Hasil penelitian
Penerapan Luka diketahui bahwa setelah
Lembab Pada Pasien dilakukan intervensi
Diabetes Mellitus keperawatan selama 3
Terindeks Sinta (S5) hari secara berturut-turut
terjadi pertumbuhan
jaringan yang lebih cepat
dari waktu penyembuhan
dengan menggunakan
obat lain maupun tehnik
lain.
2. Intervensi pada Ansietas B.d Krisis situasional (D.0080)
No. Judul Nama Peneliti Tahun Hasil
1. Tingkat Kecemasan Yulia Maulasari 2020 Faktor yang
pada Penderita Diabetes berhubungan dengan
Melitus Tipe 2 tingkat kecemasan pada
Terindeks Sinta (S3) penderita diabetes
melitus tipe 2 adalah
dukungan keluarga,
penerimaan diri, tingkat
spiritualitas, dan
aktivitas fisik.
2. Tingkat Pendidikan dan Kusumawaty, dkk 2017 Pendidikan merupakan
Tingkat Kecemasan salah satu faktor yang
pada Klien Penderita dapat mempengaruhi
Diabetes Melitus di seseorang dalam
Poliklinik Rsud Ciamis berperilaku. Pendidikan
Terindeks Sinta (S5) yang kurang akan
menghambat
perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-
nilai yang baru
diketahuinya.
3. Hubungan Kecemasan Wijayant & Widya 2019 Hasil penelitian
Dengan Kadar Gula didapatkan bahwa
Darah pada Pasien sebagian besar
Diabetes Melitus responden mengalami
Terindeks Sinta (S6) kecemasan berat
sebanyak 64,2 % dan
paling banyak responden
dengan kadar gula darah
tinggi > 200 mg/dL
sebanyak 49,4%. Ada
hubungan kecemasan
dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes
melitus dengan p value
0,025 < α (0,05).
4. Hubungan Kecemasan Ludiana 2017 Hasil korelasi Pearson
Dengan Kadar Glukosa didapatkan nilai sebesar
Darah Penderita 0,817 arah korelasi
Diabetes Mellitus Di positif dengan kekuatan
Wilayah Kerja hubungan sangat kuat.
Puskesmas Sumbersari Penelitian menunjukkan
Bantul Kec. Metro ada hubungan
Selatan Kota Metro kecemasan dengan kadar
Terindeks Sinta (S6) glukosa darah penderita
diabetes mellitus.
3. Intervensi Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dibuktikan dengan faktor risiko
ketidaktepatan pemantauan kadar glukosa darah (D.0038)
No. Judul Nama Peneliti Tahun Hasil
1. Efektifitas Edukasi Martiningsih, 2018 Hasil penelitian
Suportif Self Care Hendari & Ahmad menunjukkan bahwa
Dengan Booklet Edukasi suportif selfcare
Edukasi Terhadap dengan booklet edukasi
Kemampuan Deteksi berpengaruh terhadap
Dini Hipoglikemi Dan kemampuan deteksi dini
Hiperglikemi Pada hipoglikemia dan
Pasien Diabetes Melitus hiperglikemia, ditandai
Di Rsud Bima Tahun dengan adanya
2017 peningkatan kemampuan
Terindeks Sinta (S3) deteksi dini hipoglikemia
dan hiperglikemia yang
lebih baik pada
kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok
kontrol (p=0.000 ; α =
0.05).
2. Hubungan Antara Novyanda & 2017 Hasil penelitian ini
Penanganan Diabetes Hadiyani mendapatkan hubungan
Melitus: Edukasi Dan yang signifikan antara
Diet Terhadap edukasi mengenai DM
Komplikasi Pada Pasien dengan komplikasi
Dm Tipe 2 Di didapatkan nilai p value
Poliklinik Rsup Dr. (0,041) dengan α (5%)
Hasan Sadikin Bandung dan untuk hubungan
Terindeks Sinta (S3) antara kepatuhan diet
DM dengan kejadian
komplikasi mendapatkan
hubungan yang
signifikan dengan
didapatkan nilai p value
(0,020) dengan α (5%).
3. Pengaruh Edukasi Sepang, Patandung 2020 Hasil Penelitian
Terstruktur Dengan & Rempet menunjukkan bahwa
Media Booklet terdapat peningkatan
Terhadap Tingkat tingkat pengetahuan
Pengetahuan Pasien yang signifikan sebelum
Diabetes Melitus Tipe 2 dan sesudah intervensi,
Terindeks Sinta (S4) dengan nilai p<0,05.
Kesimpulan pemberian
edukasi terstruktur
dengan menggunakan
media booklet memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat
pengetahuan pasien
tentang DMT2.
4. Efektifitas Lufthiani & Karota 2019 Hasil menunjukkan
Pendampingan: perbedaan yang
Konseling Kesehatan signifikan sebelum dan
Terhadap Pengendalian sesudah dilakukan
Kadar Gula Darah Pada pendampingan:
Klien Dengan Diabetes konseling kesehatan
Melitus terhadap pengendalian
Terindeks Sinta (S3) kadar gula darah dengan
nilai p=0,000 pada
kelompok intervensi dan
nilai p=0,011 pada
kelompok kontrol. Hal
ini menunjukkan
terdapat pengaruh
pendampingan:
konseling kesehatan
terhadap pengendalian
kadar gula darah pada
klien diabetes mellitus

Berdasarkan telaah literature ilmiah yang telah dilakukan oleh penulis, menyatakan
bahwa intervensi perawatan luka pada pasien diabetes, edukasi mengenai diet dan
pemantauan kadar glukosa darah serta tindakan identifikasi kecemasan merupakan tindakan
yang dapat diterapkan pada pasien dengan diabetes mellitus. Pada Ny. SM 41 tahun dengan
diagnosis medis diabetes mellitus dapat diterapkan intervensi tersebut karena telah ada bukti
ilmiah yang menyatakan kemanfaatannya (Asas Benificience).
4. Implementasi Keperawatan
Pada implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. SM 41 tahun pada
diagnosis keperawatan gangguan integritas kulit adalah dilakukan perawatan luka (I.14564).
Kemudian, implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. SM 41 tahun pada
diagnosis keperawatan ansietas adalah dilakukan reduksi ansietas (I.09314). Lalu,
implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. SM 41 tahun pada diagnosis
keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah dilakukan manajemen
hipoglikemia (I.03115). Seluruh kegiatan implementasi keperawatan didasarkan atas
intervensi keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah proses pengkajian hingga implementasi dilakukan kepada pasien,
selanjutnya adalah proses evaluasi keperawatan. Proses evaluasi keperawatan melibatkan
komponen luaran keperawatan dan tujuan yang telah disusun pada intervensi keperawatan
sebagai acuan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Untuk
diagnosis keperawatan gangguan integritas kulit adapun kriteria evaluasi adalah kerusakan
jaringan yang terjadi pada area luka gangren menurun, nyeri pada luka menurun, kemerahan
pada luka dan sekitarnya menurun, suhu kulit membaik dan nekrosis menurun. Lalu pada
diagnosis keperawatan ansietas adapun kriteria evaluasi yang dicapai yaitu perilaku gelisah
menurun, pola tidur pasien membaik, tanda-tanda vital membaik dan verbalisasi
kehawatiran karena meninggalkan anak menurun.
Tidak semua kriteria yang telah dirumuskan dapat dicapai selama proses perawatan.
Dibutuhkan waktu lebih panjang, proses, kemauan, dan ketaatan pasien dalam menjalankan
perawatan dan pengobatan.

6. Kesimpulan
Berdasarkan uraian asuhan keperawatan pada Ny.SM 41 tahun dengan diagnosis
medis diabetes mellitus, penulis mengambil kesimpulan berupa :
1. Pengkajian keperawatan dilakukan sesuai prosedur format pengkajian asuhan
keperawatan dan difokuskan pada beberapa bagian data yang memiliki karakteristik
spesisfik/terinci.
2. Penegakan dan perumusan diagnosis keperawatan telah sesuai dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
3. Perumusan intervensi keperawatan telah mengacu pada Standar Luaran dan Intervensi
Keperawatan Indonesia dan disertai bukti ilmiah hasil penelitian terkait intervensi utama
pada masing masing diagnosis keperawatan.
4. Implementasi keperawatan telah dilakukan sesuai intervensi yang telah dibuat perawat.
5. Proses evaluasi telah dilaksanakan dengan mengacu pada kriteria hasil dan tujuan pada
intervensi keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alhaik, S., Anshasi, H. A., Alkhawaldeh, J., Soh, K. L., & Naji, A. M. (2019). An assessment
of self-care knowledge among patients with diabetes mellitus. Diabetes & Metabolic
Syndrome: Clinical Research & Reviews, 13.

Ange, C. (2020). Risk factors for hyperglycemia and hypoglycemia in adults with type 2
diabetes mellitus pharmacologically treated: a quantitative systematic review protocol, 1–
7. https://doi.org/10.11124/JBISRIR-D-19-00295

Chantal, N., Oliveira-kumakura, A. R. D. S., Moorhead, S., Pace, A. E., & Carvalho, E. C. De.
(2016). Clinical Validation of the Indicators and Integrity : Skin and Mucous Membranes
” in People With Diabetes Mellitus Search terms :, 00(0), 1–6.

Kosti, M., & Kanakari, M. (2012). Education and diabetes mellitus. Health Science Journal,
6(4).

Mays, L. (2015). Diabetes Mellitus Standards of Care, 50, 703–711.


https://doi.org/10.1016/j.cnur.2015.08.001

Pastor, A., Tomás, C., Ángel, M., & García, D. (2017). How can the application of the nursing
process help to women with anxiety nursing diagnosis ? Enfermeria Global, 398–405.

Peixoto, A., Nemer, L., Cavalcante, T. F., Moreira, R. P., Araújo, T. L. De, Erivelton, J., …
Oliveira, L. R. De. (2020). Nursing Diagnosis Risk for Unstable Blood Glucose Level in
Patients with Diabetes Mellitus, 31(4), 240–245. https://doi.org/10.1111/2047-
3095.12282

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Sampaio, F., Gonçalves, P., Parola, V., Sequeira, C., & Canut, T. L. (2020). Nursing Process
Addressing the Focus “ Anxiety ”: A Scoping Review.
https://doi.org/10.1177/1054773820979576

Sudarmaji, W. P., Nursalam, N., & Wulandari, S. (2020). Original Article Identification of
Nursing Problems in Hospitalized Patients with Diabetes Mellitus, 15(2).

Vaneckova, J., Sollar, T., & Vorosova, G. (2012). Defining Characteristics of The Nursing
Diagnosis Anxiety: A Validation Study, 1–6.

Wulandari, I., Kusnanto, K., Wibisono, S., Andriani, B., Wardani, R., & Anugrah, S. (2021).
Factors Affecting Blood Glucose Stability in Type 2 Diabetes Mellitus Patients,
33(ICoSIHSN 2020), 420–424.

Anwar, L., & Karota, E. (2019). Efektifitas Pendampingan: Konseling Kesehatan terhadap
Pengendalian Kadar Gula Darah pada Klien dengan Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 2(3), 129-138.
Patandung, V. P., Sepang, M. Y., & Rembet, I. Y. (2020). Pengaruh Edukasi Terstruktur
Terhadap Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Perawat Manado
(Juiperdo), 8(01), 80-88.

Novyanda, H., & Hadiyani, W. (2017). Hubungan antara Penanganan Diabetes Melitus:
Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi pada Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik RSUP DR.
Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing
Journal), 3(1), 25-33.

Martiningsih, R. H., & Ahmad, A. D. Efektifitas Edukasi Suportif Self Care Dengan Booklet
Edukasi Terhadap Kemampuan Deteksi Dini Hipoglikemi Dan Hiperglikemi Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Rsud Bima Tahun 2017

Maulasari, Y. (2020). Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 4(Special 3), 660-670.

Kusumawaty, J., Lismayanti, L., & Fitria, P. (2017). Tingkat Pendidikan Dan Tingkat
Kecemasan Pada Klien Penderita Diabetes Melitus Di Poliklinik Rsud Ciamis. Media
Informasi, 13(2), 70-74

Wijayanto, T., & Widya, W. (2019). Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 7(2), 91-102.

Ludiana, L. (2017). Hubungan Kecemasan dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Bantul Kec. Metro Selatan Kota Metro.
Jurnal Wacana Kesehatan, 2(1), 5-10.

Ridawati, I. D., & Elvian, M. R. (2020). Asuhan Keperawatan Penerapan Luka Lembab Pada
Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 848-852.

Panjaitan, E. H. E. (2021). Pengaruh Tindakan Perawatan Luka Terhadap Proses Penyembuhan


Luka Ulkus Diabetikum pada Pasien DM di Puskesmas Kota Rantauprapat. Jurnal Bidang
Ilmu Kesehatan, 11(1), 105-114.

Bangu, B., Siagian, H. J., Naim, R., & Nasus, E. (2021). Modern Dressing Wound Care
Mempercepat Proses Penyembuhan Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes: A Systematic
Review. Jurnal Surya Medika (JSM), 7(1), 146-155.

Damsir, M., & Muzakkir, R. I. (2018). Analisis Manajemen Perawatan Luka Pada Kasus Luka
Diabetik Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten
Sidrap 116’. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 1(2), 116.
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/jsm

MODERN DRESSING WOUND CARE MEMPERCEPAT PROSES


PENYEMBUHAN ULKUS KAKI PADA PASIEN DIABETES: A SISTEMATIK
REVIEW

Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing Process in Diabetes
Patients: a Systematic Review

Bangu 1* Abstrak
Heriviyatno Julika Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan untuk mengurangi
Siagian 2 resiko infeksi dan amputasi, serta memperbaiki fungsi dan kualitas hidup. Teknik
perawatan luka berkembang sangat cepat yang bisa membantu perawat dan pasien
Rosani Naim 3 untuk mempercepat proses penyembuhkan ulkus kaki pada pasien diabetes.
Beberapa metode perawatan luka yang dapat mempercepat proses penyembuhan
Evodius Nasus 4
ulkus kaki pada Pasien DM. Anatara lain : Perawatan luka modern (modern wound
dressing), proses penyembuhan luka ulkus diabetikum
1,2,3,4 Program
Studi DIII dengan metode modern dressing, perawatan luka kronis dengan modern dressing,
Keperawatan Tiga/Fakultas potensi teh hijau dalam penyembuhan luka, Madu sebagai agen debridement:
Sains & Teknologi, Universitas sistematik revie. Tujuan : penelitian ini untuk meninjau beberapa metode dressing
Sembilanbelas November, yang mempercepat proses penyembuhan ulkus kaki pada pasien diabetes. Metode:
Kolaka, Indonesia Penelitian ini menggunakan Systematic Review berdasarkan Preferred Reporting
Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA) untuk mengidentifikasi
semua literature yang di publikasikan menggunakan database dan kata kunci yang
*email: relevan. Hasil : Pada 5 artikel yang telah kami lakukan analisis, khusus penggunaan
abangakper65@gmail.com modern wound dressing terbukti lebih ampuh percepatan proses penembuhan luka
khususnya ulkus kaki pada pasien diabetes. Kesimpulan : Perawatan luka modern
(Modern wound dressing), perawatan luka kronis dengan modern dressing, potensi
teh hijau dalam penyembuhan luka, Madu sebagai agen debridement: sistematik
revie.dan peran keluarga membantu pasein minum obat secara teratur adalah
pilihan yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan ulkus kaki pada pasien
diabetes dengan efektifitas biaya perawatan yang lebih hemat.

Kata Kunci: Abstract


Diabetes Mellitus
Modem Wound dressing Foot ulcers in diabetic patients should receive treatment to reduce the risk of infection
Ulkus Kaki and amputation, as well as improve function and quality of life. Wound care techniques
Penyembuhan are developing very quickly which can help nurses and patients to improve the healing of
foot ulcers in diabetic patients. Several wound care methods that can accelerate the
Keywords: healing process of foot ulcers in DM patients include modern wound dressings, the
Diabetes Mellitus process of healing diabetic ulcers. with modern dressing methods, chronic wound care
Modern Wound Dressing with modern dressings, the potential of green tea in wound healing, honey as a
Foot Ulcer debridement agent. Objective: This study is to review several dressing methods that
Healing accelerate the healing process of foot ulcers in diabetic patients. Methods: This study
uses a Systematic Review based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews &
Meta-Analyses (PRISMA) to identify all published literature using relevant databases and
keywords. Results: In the 5 articles that we analyzed, specifically the use of modern
wound dressings proved to be more effective in accelerating the wound healing process,
especially foot ulcers in diabetic patients. Conclusion : Modern wound care (Modern
wound dressing), chronic wound care with modern dressings, the potential of green tea
in wound healing, Honey as a debridement agent: a systematic review. And the role of
the family in helping patients take medication regularly is the right choice to accelerate
the healing process foot ulcers in diabetic patients with more cost-effective treatment.

© year The Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
DOI: https://doi.org/10.33084/jsm.vxix.xxx.
Bangu, Heriviyatno Julika Siagin, Rasani Naim, Evodius Nasus. 2021. Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing
Process in Diabetes Patients: a Systematic Review

PENDAHULUAN Luka kaki diabetes disebabkan oleh beberapa faktor,


yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer.
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
menyeluruh dan sistematik dapat membantu
penurunan sekresi insulin yang progresif [1]. Diabetes
memberikan dan arahan perawatan yang adekuat.
melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis dan
Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal
merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan
yaitu debridement, offloading, dan kontrol infeksi.
mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan
Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan
neuropati [2].
perawatan karena ada beberapa alasan, misalnya untuk
Peningkatan jumlah penderita DM yang terjadi secara
mengurangi resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki
konsisten menunjukkan bahwa penyakit DM
fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat
pemeliharaan kesehatan [6].
perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan. Indonesia
Perawat mempunyai peran yang sangat menentukan
menempati peringkat ke-7 di dunia sebesar 10,0 juta
dalam merawat pasien diabetes mellitus dengan cara
jiwa, dimana peringkat pertama diduduki oleh China
membuat perencanaan untuk mencegah timbulnya luka
dengan jumlah penderita DM 109,6 juta jiwa [3].
kaki diabetes dengan cara melakukan perawatan kaki,
Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar Kementerian
mengendalikan beban pada kaki, memotong kuku,
Kesehatan Indonesia tahun 2018 yaitu terdapat 1.5%
inspeksi kaki setiap hari, menjaga kelembaban,
atau diperkirakan sekitar 1.017.290 penduduk
menggunakan alas kaki yang sesuai dan melakukan olah
Indonesia menderita penyakit diabetes mellitus [4].
raga kaki [7]. Rumah Sakit di Indonesia masih
Meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus
menggunakan balutan konvensional, yaitu menggunakan
menyebabkan peningkatan kejadian komplikasi
kasa steril sebagai bahan utama balutan.
diabetes. Pada penderita DM banyak yang
Pentingnya peran keluarga dalam merawat anggota
mengeluhkan terjadinya ulkus kaki diabetik sehingga
keluarganya dan membantu minum obat secara
menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada
teratur. Keluarga harus bersabar agar mereka tidak
penderita DM. Amputasi terjadi 15 kali lebih sering
stress guna untuk meningkatkan status kesehatan
pada penderita diabetes dari pada non diabetes [5].
penderita. Karena status kesehatan penderita sangat
Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik sekitar 15%
ditentukan oleh seberapa aktif peran keluarga dalam
dengan risiko amputasi 30 %, angka mortalitas 32%,
memberikan perawatan bagi anggota keluarganya [8].
dan di Indonesia ulkus kaki diabetik merupakan
Hasil riset mengatakan tingkat kejadian infeksi pada
penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di
perawatan luka dengan cara konvensional lebih tinggi
rumah sakit sebesar 80%. Selain itu angka kematian 1
dibandingkan dengan mengguanakan balutan modern
tahun paska amputasi sebesar 14,8%. Kewaspadaan
dapat memberikan hasil yang signifikan dalam
terhadap persoalan kesehatan kaki diabetes di
perbaikan luka diabetes (Sharp A & Mc Comick, 2002).
Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan
Penanganan luka diabetik secara efektif dapat
kaki diabetik yang masih terbatas dan kurangnya tenaga
mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri,
kesehatan terlatih tentang pelayanan kaki diabetik
sehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki
menyebabkan pelayanan kaki pada pasien diabetes di
diabetik dapat dikurangi .
Indonesia masih kurang diperhatikan [5]

147
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 1, Agustus 2021, Page 146 –155 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051

METODOLOGI strategi pencarian artikel yang memenuhi syarat


Sumber Data Metode yang digunakan dalam penulisan ditinjau dan dianalisis dalam Prisma Diagram sebagai
ini adalah Systematic Review berbasis jurnal, dengan berikut :
beberapa tahap yakni ; penentuan topik besar,
screenning journal, coding journal, dan menentukan Identifikasi artikel melalui
pencarian database (n=
tema dari referensi jurnal yang didapatkan. 155)
Penulusuran internet database yang digunakan
diantaranya Google Scholar sebanyak 133 artikel dan
Google
PubMed sebaanyak 22 artikel yang dianalkisis. Peneliti
Scholar (n=22)
hanya menemukan 5 artikel yang memenuhi kriteria (n=133)

penelitian.
Artikel
Strategi Pencarian dikeluarkan
Studi literatur dilakukan dengan cara menelaah artikel Artikel berdasarkan berdasarkan
judul (n= 53) penilaian judul
penelitian yang terpublikasi terkait dengan pertanyaan (n=31)
klinis yang sudah dibuat. Kata kunci yang digunakan
Artikel berdasarkan
dalam pencarian literatur ini adalah “Modern Wound
judul dan abstrak (n=22)
Dressing” AND “Prosese penyembuhan” AND “Ulkus
Full Text tidak
kaki” OR “Diabetes Mellitus“. Berdasarkan hasil memenuhi
Artikel Full Text layak
persyaratan
pencarian, didapatkan 5 artikel RCT (randomized untuk dianalisis (n= 14)
kelayakan (n=9)
controlled trial) secara spesifik memenuhi syarat
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
Artikel RCT di analisis
Periode publikasi tahun 2010 sampai 2020. Untuk akhir (n= 5)
merancang kriteria artikel kami menggunakan format
PICO sebagai berikut : Komponen PICO P : Pasien
Diabetes dengan luka Ulkus di kaki / Diabetic Foot Gambar 1. Ringkasan Proses Hasil
Ulcer I : Perawatan luka / Modern Wound Dressing C
Pencarian Artikel
: Perawatan luka konvensional / Conventional Therapy
/ Kelompok Kontrol O : Perawatan luka terbaik untuk Analisis
mempercepat proses penyembuhan luka diabetic Efektivitas Proses Penyembuhan Luka dengan
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Penggunaan Modern Wound Dressing pada Pasien
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah: (1) Artikel Ulkus Diabetik dijelaskan dengan menganalisis artikel
memiliki peer review; (2) Memiliki intervensi yang dari hasil pencarian sebanyak 5 artikel yang
cukup jelas; (3) Isi artikel relevan dengan topik memenuhi syarat untuk dianalisis.
bahasan; (4) Artikel dapat di download dalam bentuk Dari 7 artikel yang telah kami lakukan analisis,
full text; (5) Artikel Randomized Controlled Trial. penggunaan Metode Modern Wound Dressing telah di
Kriteria Ekslusi yang sudah ditentukan dalam penelitian gunakan di beberapa Negara seperti Prancis, Iran,
ini yaitu: (1) Artikel tidak memenuhi komponen suatu Korea, London, South Florida, dan Amerika Serikat.
artikel yang baik (terdiri dari Abstract, Introduction, Populasi dan Sampel dalam studi penelitian ini adalah
Methods, Results, Discussions, Implications, dan pasien dengan luka ulkus kaki diabetik dan didominasi
References); (2) Artikel bersifat review. Rincian oleh laki-laki dengan rentang usia 12-75 tahun.

148
Bangu, Heriviyatno Julika Siagin, Rasani Naim, Evodius Nasus. 2021. Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing
Process in Diabetes Patients: a Systematic Review

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif tentang Hasil analisis yang dilakukan terhadap 5 artikel,
perawatan luka kaki diabetes dengan menggunakan metode intervensi yang terbukti signifikan dapat
Modern Wound Dressing. Dalam studi penelitian ini meningkatkan proses penyembuhan luka kaki diabetik
terdapat 5 artikel menggunakan desain Randomized dan efektifitas biaya perawatan lebih hemat dengan
Controlled Trial (RCT) yang di terbitkan sampai dengan menggunakan: (1) Perawatan luka modern (modern
kepercayaan 95% juga disajikan dalam proses analisis. wound dressing, (2) Proses penyembuhan luka ulkus
diabetikum dengan metode modern dressing, (3)
HASIL DAN PEMBAHASAN Perawatan luka kronis dengan modern dressing, (4)
potensi teh hijau dalam penyembuhan luka dan (5)
HASIL
Madu sebagai agen debridement: sistematik reviwe.
Berdasarkan hasil pencarian dengan menggunakan 2
electronic database yaitu Google Scholar dan PubMed,
pada diagram alur prisma didapatkan 155 artikel,
kemudian dilakukan proses seleksi jurnal berdasarkan
judul terdapat 53 artikel yang relevan. Setelah
dilakukan penilaian yang sesuai dengan judul dan
abstrak maka dikeluarkan 31 artikel. Dari 22 artikel
yang relevan setelah dilakukan seleksi kembali secara
keseluruhan (full text) didapatkan 14 artikel full teks
memenuhi standar kelayakan (eligibility) setelah penulis
menyeleksi kembali terdapat 9 artikel full teks yang
tidak memenuhi persyaratan kelayakan dan
dikeluarkan hasil akhir tinggal 5 artikel yang
membahas tentang penggunaan Modern Wound
Dressing dalam perawatan Ulkus Kaki Diabetik sebagai
upaya meningkatkan proses penyembuhan luka.

149
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 1, Agustus 2021, Page 146 –155 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051

Tabel 2. Daftar Artikel Yang Sesuai Dengan Penelitian (n=5)

Penulis
Tahun Nama Jurnal Tujuan Metode Hasil
Pertama/ Judul
1. Ade Iwan 2019 Jurnal Keperawatan & Untuk meninjau Systematic Modern Wound
Mutiudin Kebidanan dan mengetahui Review Dressing dalam
mengenai berdasarkan perawatan Ulkus Kaki
efektivitas proses Preferred Diabetik sebagai upaya
Efektifitas Proses
penyembuhan Reporting meningkatkan proses
Penyembuhan luka dengan Items for penyembuhan luka.
Luka dengan intervensi Systematic Hasil analisis artikel
Penggunaan penggunaan Reviews & yang sudah dilakukan
Modern Wound metode Modern Meta-Analyses metode intervensi
Dressing Pada Wound Dressing (PRISMA) modern dressing
Pasien Ulkus pada pasien untuk terbukti signifikan dapat
Ulkus kaki mengidentifikasi meningkatkan proses
Diabetik: A
diabetik semua penyembuhan luka kaki
Sistematik Review literature yang diabetik dan efektifitas
[9] di publikasikan biaya perawatan lebih
menggunakan hemat
database dan
kata kunci yang
relevan.
2. Saryono 2013 Untuk Sistematik Hasil penelitian
menguraikan review. Artikel menunjukkan bahwa
Potensi Teh Prosiding Konferensi peran teh hijau didapat dari epicatechin gallate
dalam database (ECG) mempunyai efek
Hijau Dalam Nasional PPNI Jawa
penyembuhan elektronik yang signifikan dalam
Penyembuhan Tengah luka dan potensi seperti meningkatkan
Luka:Sistematik penggunaannya PubMed, pertumbuhan jaringan
Review [10] pada perawatan ScienceDirect, scar baik maturitas
ulkus dibetik dan Google maupun struktur
pada manusia. Scholar yang serabut kolagennya
dipublikasi dari serta angiogenesis baru.
tahun 2007 Dengan peningkatan
hingga 2013. induksi enzim nitrit
oxide sintase serta
penurunan aktivitas
arginase-I dan kadar
protein. Pemberian
EGC juga dapat
meningkatkan
pembentukan
pembuluh darah baru
(angiogenesis)sehingga
dpt mempercepat
proses penyembuhan
luka kaki diabetic.
3. Ronald W. 2015 Cermin Dunia Memahami Sistematik Jenis modern dressing
Kartika Kedokteran konsep review lain, yakni Ca Alginat,
penyembuhan kandungan Ca-nya
luka lembap,
Perawatan dapat membantu
pemilihan bahan
Luka Kronis balutan, dan menghentikan
dengan prinsip-prinsip perdarahan. Kemudian
Modern intervensi luka ada hidroselulosa yang
Dressing; yang optimal mampu menyerap
Sistematik merupakan cairan dua kali lebih
Review [11] konsep kunci banyak dibandingkan
untuk
Ca Alginat. Selanjutnya
mendukung
proses adalah hidrokoloid yang
penyembuhan mampu melindungi dari
luka kontaminasi air dan

150
Bangu, Heriviyatno Julika Siagin, Rasani Naim, Evodius Nasus. 2021. Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing
Process in Diabetes Patients: a Systematic Review

bakteri, dapat
digunakan untuk
balutan primer dan
sekunder. Penggunaan
jenis modern dressing
disesuaikan dengan
jenis luka. Untuk luka
yang banyak eksudatnya
dipilih bahan balutan
yang menyerap cairan
seperti foam,
sedangkan pada luka
yang sudah mulai
tumbuh granulasi,
diberi gel untuk
membuat suasana
lembap yang akan
membantu
mempercepat
penyembuhan luka kaki
diabetik

4. Sukri 2016 Jurnal Kesehatan Ilmiah Untuk Metode Madu dapat memicu
Herianto Indonesia mengidentifikasi pencarian pada terjadinya autolisis baik
Ritonga penelitian 3 database secara parsial ataupun
mengenai peran elektronik yaitu
total. Waktu minimal
madu sebagai Medline,
Madu sebagai agen Proquest dan yang dibutuhkan untuk
agen debridement CINAHL. terjadinya autolisis ini
Debridement: pada luka kaki Kriteria inklusi adalah 6 hingga 7 hari.
sistematik diabetik berupa jurnal Adapun rata-rata
review [12] merupakan terjadinya autolisis total
penelitian adalah 31, 7 hari. Pada
kuantitatif,
jaringan nekrotik
tahun publikasi
diatas tahun tingkat terlepasnya
2003 dan jurnal jaringan nekrotik 87 %
berkaitan sedangkan pada
dengan madu jaringan slough tingkat
sebagai agen terlepasnya mencapai
debridement 90 %
5. Rika 2016 NERS JURNAL Adalah untuk: Sistematik 1. Holistic: praktek
Fatmadonaa, KEPERAWATAN,Volume 1. Mengurangi review yang baik
Elvi 12, No.2, dehidrasi membutuhkan
dan
Oktarinaa pengkajian pasien
kematian
sel. ”whole”/secara
Aplikasi fibroblast menyeluruh, bukan
Modern dan perisit. ”lubang pada
Wound Care terjadi pasien”/”hole in the
Pada pada patient”. Semua
tekanan
Perawatan kemungkinan
oksigen
Luka Infeksi di rendah, faktor-faktor yang
RS Pemerintah balutan berkontribusi harus
Kota Padang.; ”occlusive” dieksplorasi
sistematik dapat 2. Interdisciplinary:
review .[13] merangsan perawatan luka
g proses
adalah bisnis yang
angiogenesi
s ini. komplek
2. Berperan membutuhkan
dalam ketrampilan dari

151
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 1, Agustus 2021, Page 146 –155 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051

meningkatk berbagai disiplin,


an ketrampilan
debrideme perawatan,
nt autolisis.
fisioterapis, terapi
Dengan
dengan okupasi, dietisian,
degradasi dan dokter umum
fibrin yang dan spesialis
memprodu (dermatologis,
ksi faktor bedah plastik, dan
yang
bedah vaskular
merangsan
g makrofag sesuai dengan yang
untuk dibutuhkan).
mengeluar Kadangkadang
kan faktor memerlukan/meliba
pertumbuh tkan pekerja sosial
an ke dasar
Evidence based: pada
luka.
Meningkatkan re- saat ini lingkungan
epitelisasi. Pada penanganan harus
luka yang lebih berdasarkan pada
besar, lebih kebaikan dan ”cost
dalam sel efektife
epidermal harus
menyebar diatas
permukaan luka
dari pinggir luka
serta harus
mendapatkan
suplai darah dan
nutrisi.

152
Bangu, Heriviyatno Julika Siagin, Rasani Naim, Evodius Nasus. 2021. Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing
Process in Diabetes Patients: a Systematic Review

PEMBAHASAN luka mendekati kesembuhan khususnya luka kaki


diabetik
Artikel pertama: Penggantian balutan dilakukan sesuai
Artikel ketiga: Perawatan luka modern harus tetap
kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,
memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci
jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang
luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel
membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan
sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai
nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari
normal. Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam
permukaan luka.
asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk
Intervensi perawatan luka konvensional harus sering
membersihkan luka karena dapat menghambat
mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan
penyembuhan dan mencegah repitelisasi.
perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga
Intervensi perawatan luka dengan menggunakan Askina
kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti
Calgitrol Ag tujuannya adalah menggabungkan
hydrogel. Balutan dapat diaplikasikan selama tiga
efektifitas dari ion silver dengan kemampuan daya
sampai lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan
serap dari calcium alginate dan polyurethane foam yang
trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan dipilih
memiliki lapisan tipis dari matrix silver alginate, lembut
bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
dan nyaman, serta dapat menyesuaikan dengan bentuk
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh
luka yang dalam hingga luka yang sulit dijangkau oleh
granulasi, diberi gel untuk membuat suasana lembap
dressing. Penggunaan Dressing Healoderm bertujuan
yang akan membantu mempercepat penyembuhan kaki
untuk mengendalikan tingkat hidrasi jaringan dengan
diabetik [11] .
menciptakan tekanan osmotik tinggi, yang muncul
Artikel ke empat. Madu dianggap cocok dalam
pertama dan dipertahankan selama pembentukan kulit
perawatan luka karena secara klinik terbukti memiliki
baru dan dalam fase inflamasi penyembuhan luka. luka
zat anti mikroba, mampu mempertahankan moisture
kaki diabetic [6].
balance, mampu menstimulasi pertumbuhan jaringan,
Artikel kedua: Konsumsi teh hijau yang teratur dapat
mampu menstimulasi aktifitas anti inflamasi dan mampu
mempertahankan kadar polifenol darah tetap tinggi.
menstimulasi autolytik debridement. [16]
Penggunaan teh hijau secara teratur secara signifikan
Keuntungan madu dari segi ekonomi dianggap murah
akan mengembangkan neoformasi sel epitel. Pemberian
karena dalam penggunaannya cukup dengan
teh hijau pada tikus selama 2 minggu sebelum tindakan
mengoleskan ke permukaan luka. Pada aplikasinya
bedah dapat meningkatkan pembentukan jaringan
semua madu secara klinis dapat digunakan sebagai
epitel baru (neoformasi sel epitel), sehingga dapat
dressing pada luka [12].
mempercepat penyembuhan luka kaki diabetik[14] .
Artikel ke Lima: Membersihkan permukaan luka pada
Pemberian teh hijau dapat dikombinasikan dengan
prinsipnya agar dapat mengangkat bakteri dan drainase.
senyawa aktif lain untuk meningkatkan kesembuhan
Cairan pencuci luka, Normal saline sebagai cairan steril
luka. Teh hijau dikombinasikan dengan chitosan dapat
fisiologis diantaranya dapat dipakai untuk
meningkatkan penyembuhan luka dengan meningkatkan
membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang
kekuatan luka insisi. Pada luka insisi, periode epitelisasi
baru tumbuh [13].
dipercepat. Pelepasan polifenol dari kompleks
Chitosan dipertahankan stabil selama 6 jam setelah
KESIMPULAN
injuri [15]. Kekuatan luka semakin meningkat ketika

153
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 1, Agustus 2021, Page 146 –155 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051

1. Modern wound dressing adalah pilihan yang tepat yang telah memberikan bantuannya, utamanya kepada
untuk meningkatkan proses penyembuhan luka kaki yang terhormat:
diabetes dengan efektifitas biaya perawatan yang 1. Ketua Yayasan Eka Harap
lebih hemat . 2. Ketua STIKes Eka Harap
2. Pemberian teh hijau secara topikal dapat 3. Kaprodi Sarjana Ilmu Keperawatan STIKES Eka
meningkatkan kekuatan luka dan meningkatkan Harap
epitelisasi jaringan luka.Perlu penelitian teh hijau 4. Kaprodi Profesi Ners STIKES Eka Harap
lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal
sehingga dapat diaplikasikan dalam meningkatkan REFERENSI
kesembuhan luka kaki diabetes.
1. American Diabetes Association. Diagnosis and
3. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka Classification of Diabetes Mellitus. ADA. 2014.
adalah pengkajian luka yang komprehensif agar
2. Boedisantoso R., Soegondo S, Suyono S,
dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai Waspadji S, Gultom Y, Tambunan.
dengan kebutuhan pasien. Diperlukan peningkatan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. 1st
ed. Jakarta: FKUI; 2009.
pengetahuan dan keterampilan klinis untuk
menunjang perawatan luka yang berkualitas, 3. International Diabetes Federation (IDF) (. IDF
Diabetes Atlas 7th edition, [Internet]. IDF.
terutama dalam penggunaan modern dressing. 2015. Available from: doi:
4. Madu saat ini telah menjadi trend dalam perawatan 10.1289/%0Aimage.ehp.v119.i03.%0D
luka. Penelitian terkait madu dalam penyembuhan 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2018.
luka sudah banyak. Manfaat lain madu dalam Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
perawatan luka adalah menurunkan jumlah eksudat. Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
Penurunan jumlah eksudat ini mengakibatkan 2018.
menurunnya malodor. Penggunaan madu dalam 5. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan
perawatan luka dapat meningkatkan tingkat Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2011. 4th ed. Jakarta: PERKENI;
kesembuhan lukan kaki diabetes dan memberikan 2011.
kenyamanan bagi pasien.
6. Handayani. Perawatan luka kaki diabetes
5. Membersihkan permukaan luka pada prinsipnya dengan modern dressing. Jember,. UNmuh
agar dapat mengangkat bakteri dan drainase. Cairan Jember. 2016;6(2):149–159.
pencuci luka, Normal saline sebagai cairan steril 7. Tiara, Shinta, Sukawana IW, dkk. Efektifitas
fisiologis Perawatan Luka Kaki Diabetik Menggunakan
Balutan Modern Di Rsup Sanglah Denpasar
diantaranya dapat dipakai untuk membersihkan luka Dan Klinik Dhalia Care. 2013;I(1):1–9.
tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh. Available from:
ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/downloa
d/6453/4968

UCAPAN TERIMA KASIH 8. Bangu B, Yuhanah Y. Hubungan Pengetahuan


dengan Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi DPT
Penulis sadar banyak hambatan dalam proses Anaknya di Kelurahan Kolakaasi. J Surya Med.
2020;5(2):65–74.
penyusunan penelitian ini, dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis sendiri. Oleh Karena itu penulis 9. Mutiudin AI, Program D, Keperawatan S,
Bhakti U, Tasikmalaya K, Implant B, et al.
sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
Efektivitas proses penyembuhan luka dengan
penggunaan modern wound dressing pada
pasien ulkus diabetik: a sistematik review.

154
Bangu, Heriviyatno Julika Siagin, Rasani Naim, Evodius Nasus. 2021. Modern Wound Care Dress for Acceleration of Foot Ulcus Healing
Process in Diabetes Patients: a Systematic Review

2019;3(November).

10. Saryono. Potensi Teh Hijau Dalam


Penyembuhan Luka : Sistematik Review. Pros
Konf Nas PPNI jawa Teng 2013. 2013;202–5.

11. Kartika RW, Bedah B, Paru J, Luka AP.


Perawatan Luka Kronis dengan Modern
Dressing. Perawatan Luka Kronis Dengan Mod
Dress. 2015;42(7):546–50.

12. RITONGA SH. MADU SEBAGAI AGEN


DEBRIDEMENT:SYSTEMATIC REVIEW. J
Kesehat Ilm Indones. 2016;11(2):1–13.

13. Rika F, Elvi O. Aplikasi Modern Wound Care


Pada Perawatan Luka Infeksi di RS Pemerintah
Kota Padang. Nurse J Keperawatan.
2016;12(2):159–65.

14. SY A, P P, M K, S E, Zamiri A MF, M., et al.


Effect of green tea (Camellia sinensis) extract
on healing process of surgical wounds in rat.
Int J Surg. 2013;11(4):332–9.

15. Y Q, Wang HW KT, W K. Chitosan green tea


polyphenol complex as a released control
compound for wound healing. .Chin J
Traumatol; 2010;13(2):91–6.

16. R W. The benefits of honey in wound


management. Nurs Stand. 2005;20(10):57–64.

155
HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Yulia Maulasari1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Proporsi penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bonang II Demak yang rutin kontrol gula
Diterima 1 Maret 2020 darah setiap bulan tahun 2018 masih rendah yaitu sebesar 13,2%. Rendahnya kunjungan
Disetujui 1 November disebabkan adanya perasaan cemas atau khawatir apabila kadar gula darah melebihi batas normal.
2020 Kecemasan dapat menyebabkan kadar glukosa darah tidak stabil dan dapat menimbulkan
Dipublikasikan 19 komplikasi. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini
November 2020 dilaksanakan pada Juli 2019-Agustus 2019 dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
________________ berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sampel dalam
Keywords: penelitian ini berjumlah 83 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Hasil
risk factor, level of anxiety, penelitian menunjukkan hubungan antara dukungan keluarga (p=0,000), penerimaan diri (p
type 2 diabetes melitus penerimaan diri rendah=0,001 dan p penerimaan diri sedang=0,005), tingkat spiritualitas
____________________ (p=0,008), dan aktivitas fisik (p aktivitas fisik ringan=0,001 dan p aktivitas fisik sedang=0,013)
DOI: dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Simpulan dari penelitian ini
https://doi.org/10.15294 yaitu bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus
/higeia.v4iSpecial%203/ tipe 2 adalah dukungan keluarga, penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan aktivitas fisik.
34381
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
The proportion of people with type 2 diabetes mellitus at Bonang II Demak health center that routinely
controls blood sugar every month in 2018 was 13.2%. The low visit caused by a feelings of anxiety when blood
sugar levels exceeded normal limits. Anxiety could cause unstable blood glucose levels and complications. This
type of research was analytic with cross sectional design. The research was conducted in July 2019-August 2019
with the aimed to find out factors related to anxiety level in people with type 2 diabetes mellitus. The sample in
this study was 83 people selected using simple random sampling technique. The results showed the relationship
between family support (p=0,000), self-acceptance (p low self-acceptance=0,001 and p moderate self-
acceptance=0,005), spirituality level (p=0,008), and physical activity (p mild physical activity=0,001 and p
moderate physical activity=0.013) with anxiety levels in people with type 2 diabetes mellitus. It was concluded
that factors related to anxiety levels in people with type 2 diabetes mellitus were family support, self-acceptance,
spirituality level, and physical activity.

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: maulasariyulia@gmail.com

660
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

PENDAHULUAN kadar gula darah. Tujuan Program Pengelolaan


Penyakit Kronis (prolanis) yaitu untuk
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mendorong peserta penyandang penyakit kronis
berdasarkan Riskesdas 2007, 2013 dan 2018 mencapai kualitas hidup optimal dengan
selalu mengalami peningkatan yaitu dari 5,7% indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung
meningkat menjadi 6,9% dan meningkat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki
kembali menjadi 10,9% (Riskesdas, 2018). hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap
Proporsi diabetes melitus tipe 2 di Jawa Tengah penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi
dari tahun 2016-2018 selalu mengalami sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat
peningkatan yaitu dari 16,8% meningkat mencegah timbulnya komplikasi penyakit
menjadi 22,2% dan meningkat kembali menjadi (Rosdiana et al., 2017).
22,9% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2017). Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah
Kabupaten Demak merupakan salah satu satu penyakit kronis yang tidak dapat
kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami disembuhkan. Hal inilah yang menyebabkan
peningkatan proporsi kasus diabetes melitus dari sebagian besar penderita mengalami beberapa
tahun 2016-2018 yaitu dari 5,6% meningkat reaksi psikologis yang negatif diantaranya
menjadi 6,3% dan meningkat kembali menjadi adalah marah, merasa tidak berguna,
6,6%. Puskesmas Bonang II merupakan kecemasan yang meningkat dan depresi. Konflik
puskesmas di Kabupaten Demak yang psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres
mengalami peningkatan kasus diabetes melitus dapat menyebabkan memburuknya kondisi
dari tahun 2016-2018 yaitu dari 887 jiwa kesehatan atau penyakit yang diderita oleh
(13,2%) meningkat menjadi 891 jiwa (17,5%) individu. Individu yang menderita diabetes
dan meningkat kembali menjadi 971 jiwa (4,2%) berisiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
(Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2018). kecemasan dan depresi daripada individu yang
Capaian kasus penderita diabetes melitus tidak menderita diabetes. Penderita diabetes
tipe 2 di Puskesmas Bonang II tahun 2018 melitus tipe 2 yang mengalami kecemasan dapat
sebesar 89,6%, dimana angka capaian tersebut menyebabkan kadar glukosa darah tidak stabil
masih di bawah standar capaian dari Dinas atau mengalami glikemia. Apabila kadar
Kesehatan Kabupaten Demak sebesar 100%. glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe
Sedangkan proporsi penderita diabetes melitus 2 tidak stabil secara terus-menerus maka akan
tipe 2 yang rutin kontrol gula darah setiap bulan menimbulkan komplikasi makrovaskuler
di Puskesmas Bonang II tahun 2018 sebesar maupun mikrovaskuler seperti kebutaan,
13,2% dengan jumlah kunjungan rutin rata-rata penyakit ginjal, dan amputasi (Kodakandla,
sebesar 75 orang. Berdasarkan wawancara Maddela, Pasha, & Vallepalli, 2016).
dengan pemegang program diabetes melitus dan Kecemasan merupakan perasaan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (prolanis) khawatir yang tidak jelas dan biasanya berkaitan
di Puskesmas Bonang II, alasan masih dengan kekhawatiran tentang bahaya tidak
rendahnya proporsi penderita diabetes melitus terduga yang terjadi di masa depan. Individu
tipe 2 yang kontrol gula darah rutin yaitu yang mengalami gangguan kecemasan biasanya
adanya perasaan cemas atau khawatir apabila merasa dirinya tidak bebas, gugup, takut,
kadar gula darah melebihi batas normal gelisah, tegang, dan resah (Direja, 2011).
(Puskesmas Bonang II Demak, 2018). Timbulnya kecemasan diawali dari adanya
Program Pengelolaan Penyakit Kronis reaksi stres yang terjadi secara terus menerus.
(prolanis) merupakan program dari pemerintah Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem
yang dilaksanakan rutin setiap satu bulan sekali saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin
oleh Puskesmas Bonang II Demak untuk yang menyebabkan peningkatan frekuensi
memfasilitasi penderita hipertensi dan diabetes jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa
melitus dalam pemantauan tekanan darah dan darah meningkat sebagai sumber energi untuk

661
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

perfusi. Peningkatan hormon stres yang Penelitian dari Mahmuda et al., (2016),
diproduksi dapat menyebabkan kadar gula menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
darah meningkat. Hal ini berkaitan dengan lama menderita diabetes (p=0,052), status
adanya sistem neuroendokrin melalui jalur komplikasi (p=0,003), aktivitas fisik (p<0,001),
Hipotalamus Pituitary Adrenal (Derek, Rottie, dan dukungan keluarga (p<0,001) dengan
& Kallo, 2017). tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus
Kecemasan pada penderita diabetes tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika
melitus tipe 2 belum diketahui angka Utama. Dukungan keluarga membuat seseorang
prevalensinya, sehingga diperlukan pemeriksaan merasa dihargai dan diterima meskipun dalam
secara psikologis untuk mengetahui tingkat kondisi sakit, sehingga dukungan keluarga yang
kecemasan yang dialami oleh penderita diabetes kurang baik pada penderita diabetes melitus tipe
melitus tipe 2 serta melakukan analisis faktor- 2 berisiko 2,15 kali lebih besar untuk mengalami
faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. kecemasan daripada penderita diabetes melitus
Beberapa faktor yang berhubungan dengan tipe 2 yang memiliki dukungan keluarga baik.
tingkat kecemasan pada penderita diabetes Selain peran keluarga, faktor penerimaan diri
melitus tipe 2 adalah jenis kelamin, usia, terhadap penyakit yang diderita juga
etnisitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.
pendapatan, status pekerjaan, lama menderita Seseorang akan lebih tenang dalam menghadapi
diabetes, lamanya hospitalisasi, alasan masalah dan berisiko lebih kecil untuk
hospitalisasi, riwayat stres, aktivitas fisik, mengalami kecemasan apabila memiliki
dukungan keluarga, status komplikasi, penerimaan diri yang baik (Ispriantari &
komorbid diabetes, merokok, penerimaan diri, Priasmoro, 2017).
dan tingkat spiritualitas (Albekairy et al., 2018); Kecemasan pada penderita diabetes
(Ganasegeran, Renganathan, Manaf, & Al- melitus tipe 2 apabila tidak ditangani secara baik
Dubai, 2014); (Khan et al., 2019); (Kodakandla dapat menimbulkan masalah tersendiri yang
et al., 2016); (Mahmuda, Thohirun, & akan semakin menyulitkan pengelolaan
Prasetyowati, 2016); (Sun et al., 2016); (Yan, penyakit diabetes melitus tipe 2. Jika seseorang
Marisdayana, & Irma, 2017); (Tovilla-Zárate et terdiagnosa diabetes, maka dapat menimbulkan
al., 2012). beban psikologis jangka panjang atas dirinya
Penelitian Khan et al., (2019) menyatakan dan keluarganya. Fungsi psikologis yang buruk
bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat dapat menyebabkan penderitaan, dapat secara
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe serius mempengaruhi manajemen diabetes
2 di Pakistan yaitu jenis kelamin (p=0,002), harian sehingga menyulitkan proses
lama menderita diabetes (p<0,001), status penatalaksanaan penderita diabetes melitus tipe
komplikasi diabetes (p<0,001), dan alasan 2 (Mahmuda et al., 2016).
masuk rumah sakit (p<0,001). Seseorang yang Stres yang dirasakan dan kecemasan yang
menderita diabetes >10 tahun berisiko 2,74 kali dihasilkan oleh penderita diabetes dikaitkan
lebih besar untuk mengalami kecemasan karena dengan terjadinya kecacatan fungsional, rasa
penderita memikirkan kekhawatiran komplikasi sakit, dan ketidakpastian hidup sehingga
yang akan dialami, lamanya proses pengobatan, kecemasan akan semakin meningkat dengan
merasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap adanya komplikasi yang melemahkan seperti
penyakit yang dideritanya. Selain itu, adanya kehilangan penglihatan, neuropati perifer, dan
komplikasi yang dialami oleh penderita diabetes nefropati (Kodakandla et al., 2016). Oleh karena
melitus tipe 2 dapat menimbulkan rasa takut itu, diagnosis dan pengelolaan kecemasan dan
terhadap penolakan interpersonal sehingga depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2
penderita diabetes yang mengalami komplikasi sangat penting dilakukan untuk memastikan
berisiko 2,3 kali lebih besar untuk mengalami kualitas hidup dan harapan hidup yang lebih
kecemasan (Sun et al., 2016). tinggi (Khan et al., 2019).

662
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Berdasarkan permasalahan tersebut, wawancara kepada responden untuk


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui identitas responden (usia, jenis
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan),
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe tingkat pendidikan, lama menderita diabetes,
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II status komplikasi, dukungan keluarga,
Demak. Perbedaan penelitian ini dengan penerimaan diri, tingkat spiritualitas, aktivitas
penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian, fisik, dan tingkat kecemasan.
waktu penelitian, dan variabel penelitian. Pada Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini, sampel penelitian adalah penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah melalui wawancara secara langsung dan
kerja Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018. pengisian kuesioner kepada responden untuk
Sedangkan variabel yang membedakan dengan memperoleh data tentang identitas responden
penelitian sebelumnya adalah penerimaan diri. (usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
pekerjaan), tingkat pendidikan, lama menderita
METODE diabetes, status komplikasi diabetes, dukungan
keluarga, penerimaan diri, tingkat spiritualitas,
Penelitian ini menggunakan jenis aktivitas fisik, dan tingkat kecemasan yang
penelitian analitik observasional dengan dialami oleh responden. Sedangkan data
rancangan penelitian cross sectional. Variabel sekunder pada penelitian ini meliputi data
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang
pendidikan, lama menderita diabetes, status diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018, data
komplikasi diabetes, dukungan keluarga, proporsi diabetes melitus tipe 2 di Jawa Tengah
penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan dan di Kabupaten Demak yang diperoleh dari
aktivitas fisik. Variabel terikat dalam penelitian Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
ini adalah tingkat kecemasan pada penderita Jawa Tengah tahun 2018, data proporsi diabetes
diabetes melitus tipe 2. melitus tipe 2 di Puskesmas Bonang II Demak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan yang diperoleh dari Profil Kesehatan Dinas
Juli 2019 hingga Agustus 2019. Populasi target Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2018, dan
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien data jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 yang
diabetes melitus tipe 2 di Kabupaten Demak. berobat di Puskesmas Bonang II Demak yang
Sementara populasi terjangkau dalam penelitian diperoleh dari rekam medik pasien diabetes
ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 melitus tahun 2018 di Puskesmas Bonang II
di Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018. Demak.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Proses input dan analisis data
pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat dan menggunakan software SPSS dengan tahapan
tercatat di buku register rawat jalan di editing, koding, skoring, tabulasi, entri data, dan
Puskesmas Bonang II Demak tahun 2018 yang analisis data. Teknik analisis data yang
dipilih menggunakan teknik simple random digunakan yaitu univariat dan bivariat. Analisis
sampling. Teknik pengambilan sampel univariat berguna untuk mendeskripsikan
menggunakan cara pengundian kepada semua frekuensi tiap variabel, sementara analisis
anggota populasi sampai jumlah sampel bivariat digunakan untuk mencari hubungan
memenuhi besar sampel minimal yang telah antar variabel dengan menggunakan uji statistik
ditentukan. Berdasarkan perhitungan rumus chi-square.
Lemeshow, besar sampel yang diambil yaitu 83
sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode wawancara. Wawancara Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
dilakukan dengan menggunakan pedoman Puskesmas Bonang II Demak pada Juli 2019

663
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Tabel 1. Data Karakteristik Responden


Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)
Usia <35 tahun 27 32,5
35-53 tahun 51 61,5
>53 tahun 5 6,0
Jenis Kelamin Laki-laki 15 18,1
Perempuan 68 81,9
Status Perkawinan Kawin 72 86,8
Tidak kawin 11 13,2
Pekerjaan Buruh tani 32 38,6
Buruh pabrik 7 8,4
Wiraswasta 3 3,6
Tidak bekerja 41 49,4

hingga Agustus 2019. Puskesmas Bonang II 35-53 tahun sebanyak 51 (61,5%) yang sebagian
Demak terletak di Desa Serangan RT 01 RW besar berjenis kelamin perempuan 68 (81,9%).
02, Jalan Raya Demak Wedung Km 10. Luas Responden mayoritas berstatus kawin yaitu
wilayah kerja Puskesmas Bonang II sebesar sebanyak 72 (86,8%) dan umumnya responden
2.444.745 m2 dengan ketinggian 0 - 20 meter tidak bekerja 41 (49,4%). Karakteristik
dari permukaan laut. Secara administratif responden dapat dilihat pada tabel 1.
wilayah Puskesmas Bonang II terdiri atas 10 Analisis univariat dilakukan untuk
desa, 32 dusun serta 48 RW dan 211 RT. mengetahui distribusi dan persentase dari tiap
Wilayah kerja puskesmas Bonang II Demak variabel. Analisis univariat pada penelitian ini
meliputi Desa Serangan, Desa Betahwalang, tersaji pada tabel 2. Hasil analisis univariat
Desa Poncoharjo, Desa Weding, Desa Jali, menunjukkan bahwa responden umumnya
Desa Wonosari, Desa Jatimulyo, Desa memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak
Krajanbogo, Desa Bonangrejo, dan Desa sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat
Jatirogo (Puskesmas Bonang II Demak, 2018). SMP) sebanyak 71 (85,5%) dengan lama
Karakteristik responden menunjukkan menderita diabetes yang paling banyak adalah
bahwa responden umumnya berada pada usia ≤10 tahun sebanyak 73 (88,0%).

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat


Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pendidikan Rendah 71 85,5
Tinggi 12 14,5
Lama Menderita Lama (>10 tahun) 10 12,0
Diabetes Baru (≤10 tahun) 73 88,0
Status Komplikasi Ya 24 28,9
Diabetes Tidak 59 71,1
Dukungan Keluarga Kurang 42 50,6
Baik 41 49,4
Penerimaan Diri Rendah 30 36,1
Sedang 26 31,3
Tinggi 27 32,5
Tingkat Spiritualitas Rendah 20 24,1
Tinggi 63 75,9
Aktivitas Fisik Ringan 34 41,0
Sedang 26 31,3
Berat 23 27,7
Tingkat Kecemasan Berat 0 0
Sedang 40 48,2
Ringan 43 51,8

664
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas pengetahuan terkait penyakit diabetes melitus


responden baru menderita diabetes selama didapatkan saat kegiatan penyuluhan dari pihak
kurang lebih 2-5 tahun. Sementara pada status puskesmas dan pemberian edukasi secara
komplikasi, sebagian besar penderita diabetes personal ketika penderita diabetes melakukan
tidak mengalami komplikasi yaitu 59 (71,1%). kontrol gula darah rutin.
Responden diabetes melitus tipe 2 umumnya Responden yang memiliki tingkat
memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak pendidikan rendah lebih rutin mengikuti
42 (50,6%) dengan penerimaan diri rendah penyuluhan dibanding responden yang memiliki
sebanyak 30 (36,1%). Dukungan keluarga tingkat pendidikan tinggi. Hal ini dikarenakan
dianggap baik apabila keluarga berperan aktif responden yang memiliki tingkat pendidikan
dalam mendampingi berobat, memberi motivasi rendah mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan
atau dukungan, selalu mengingatkan untuk tidak bekerja sedangkan responden yang
berobat dan minum obat, mengingatkan untuk memiliki tingkat pendidikan tinggi bekerja
tidak mengkonsumsi makanan atau minuman sebagai buruh pabrik dan buruh tani, sehingga
yang dapat menaikkan gula darah, serta responden yang memiliki tingkat pendidikan
memberikan edukasi terkait penyakit diabetes. rendah mempunyai waktu luang untuk
Sedangkan variabel penerimaan diri berguna mengikuti penyuluhan dari pihak puskesmas
untuk mengetahui penerimaan diri responden yang sering dilaksanakan pada pagi hari saat
terhadap penyakit diabetesnya yang dapat jam kerja.
mempengaruhi pola pikir responden dalam Walaupun responden berpendidikan
menghadapi penyakit diabetes yang diderita rendah sering mengikuti penyuluhan dan
sehingga responden dapat menerima atau diberikan edukasi secara personal oleh pihak
bahkan tidak menerima penyakit diabetes yang puskesmas terkait penyakit diabetes, namun
diderita. Tingkat spiritualitas paling banyak responden mengaku masih cemas dan khawatir
pada kategori tinggi sebanyak 63 (75,9%) dan terhadap penyakit diabetes yang mereka derita
umumnya responden memiliki aktivitas fisik akan semakin parah. Hal ini sesuai dengan
ringan sebanyak 34 (41,0%). Berdasarkan penelitian dari Yulianti, TS & Wijayanti, WMP
tingkat kecemasannya, mayoritas responden (2016) yang menyatakan bahwa pendidikan
memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 43 seseorang akan mengubah persepsi atau
(51,8%). pandangan seseorang terhadap suatu hal dan
Hasil analisis bivariat ditunjukkan pada membentuk pemahaman yang benar. Oleh
tabel 3 untuk mengetahui hubungan antar karena itu walaupun responden yang
variabel. Hasil analisis bivariat untuk tingkat berpendidikan rendah lebih sering mengikuti
pendidikan menunjukkan nilai p penyuluhan dan diberi edukasi tetapi cara
value=0,090>0,05, sehingga tidak terdapat pandang mereka masih sulit diubah dalam
hubungan antara tingkat pendidikan dengan mengatasi kekhawatiran terhadap penyakit
tingkat kecemasan pada penderita diabetes diabetes yang diderita, sehingga dari 71
melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas responden yang berpendidikan rendah sebesar
Bonang II Demak. Hasil penelitian ini tidak 93,0% (40 responden) memiliki kecemasan
sejalan dengan penelitian dari penelitian dari sedang dan 77,5% (31 responden) memiliki
Ganasegeran et al., (2014) dan Sun et al., (2016) kecemasan ringan.
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan Hasil analisis bivariat untuk lama
tinggi berhubungan dengan tingkat kecemasan menderita diabetes menunjukkan nilai p
pada penderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,037) value=0,316>0,05, sehingga tidak terdapat
dan (p<0,05). Hasil penelitian di lapangan hubungan antara lama menderita diabetes
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang dengan tingkat kecemasan pada penderita
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja
ringan menjelaskan bahwa pemahaman atau Puskesmas Bonang II Demak. Hasil penelitian

665
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

ini tidak sesuai dengan penelitian dari kesulitan dalam mengatur dan mengubah pola
Mahmuda et al., (2016) dan Sun et al., (2016) makan juga menjadi sumber kecemasan pada
yang menyatakan bahwa lama menderita penderita diabetes yang baru menderita
diabetes berhubungan dengan tingkat diabetes.
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe Hasil analisis bivariat untuk status
2 (p=0,052) dan (p<0,01). komplikasi diabetes menunjukkan nilai p
Hasil penelitian di lapangan value=0,137>0,05, sehingga tidak terdapat
menunjukkan bahwa responden yang baru hubungan antara status komplikasi diabetes
menderita diabetes memiliki kekhawatiran dengan tingkat kecemasan pada penderita
terhadap penyakit yang dialaminya karena diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja
penyakit diabetes merupakan penyakit yang Puskesmas Bonang II Demak. Hal ini tidak
tidak dapat disembuhkan dan penyakit diabetes sesuai dengan penelitian dari Wahyuni, Arsin,
membuat penderitanya harus mengontrol pola & Abdullah (2012) yang menyatakan bahwa
makan seperti membatasi asupan glukosa dan terdapat hubungan antara status komplikasi
karbohidrat serta melakukan olahraga secara terhadap tingkat kecemasan pada penderita
teratur. Oleh karena itu, responden yang baru diabetes melitus tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga
menderita diabetes belum bisa menyesuaikan tidak sesuai dengan penelitian dari Mahmuda et
setiap perubahan yang terjadi akibat penyakit al., (2016) dan Sun et al., (2016) yang
diabetes yang dialaminya daripada penderita menyatakan bahwa komplikasi diabetes
diabetes yang sudah lama menderita diabetes. berhubungan dengan tingkat kecemasan pada
Penderita diabetes yang memiliki tingkat penderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,003) dan
kecemasan sedang maupun ringan menjelaskan (p<0,01).
bahwa semakin lama menderita diabetes maka Hasil penelitian di lapangan
penderita diabetes semakin bisa menyesuaikan menunjukkan bahwa penderita diabetes yang
diri terhadap perubahan hidup yang harus memiliki tingkat kecemasan sedang maupun
dilakukan akibat menderita diabetes. ringan menjelaskan bahwa adanya komplikasi
Penyesuaian diri yang baik ini terbentuk karena diabetes tidak membuat responden memiliki
penderita diabetes yang sudah lama menderita kekhawatiran terhadap penyakitnya. Hal ini
diabetes telah berpengalaman dalam mengelola dikarenakan responden yang memiliki tingkat
penyakitnya dan sudah melewati proses kecemasan sedang maupun ringan mayoritas
perawatan yang relatif lama, sehingga memiliki memiliki komplikasi diabetes berupa
penyesuaian diri yang baik terhadap gastroparesis atau gangguan pencernaan yang
penyakitnya dibanding penderita diabetes yang gejalanya hampir mirip dengan penyakit maag
baru menderita diabetes. seperti mual dan muntah, sehingga responden
Hal ini sesuai dengan penelitian dari tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi tersebut
Mufidah (2018), yang menjelaskan bahwa sebagai suatu beban karena responden
semakin lama seseorang menderita diabetes menganggap bahwa gangguan pencernaan
maka semakin baik kemampuan seseorang tersebut merupakan penyakit maag yang wajar
tersebut dalam menyesuaikan diri terhadap dan dapat diobati dengan cepat.
penyakitnya, sehingga berisiko lebih rendah Hal ini sesuai dengan penelitian dari
untuk mengalami kecemasan akibat penyakit Tamara, Bayhakki, & Nauli (2014), yang
diabetes diderita. Hal ini juga sesuai dengan menjelaskan bahwa penderita diabetes melitus
penelitian dari Siregar & Hidajat (2017) yang tipe 2 akan mengalami kecemasan atau
menyatakan bahwa seseorang yang menderita perasaan khawatir akibat keterbatasan aktivitas
diabetes selama 1,5 tahun sampai 2 tahun karena komplikasi yang muncul berupa
mengalami kekhawatiran terhadap penyakitnya kerusakan mata yang menyebabkan
yang tidak kunjung sembuh terutama bila kadar menurunnya penglihatan, penyakit jantung,
gula darahnya tidak menentu. Selain itu adanya stroke, bahkan sampai menyebabkan gangren

666
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

yang dapat berisiko terjadinya amputasi. Oleh sedang menunjukkan nilai p value=0,005<0,05,
karena itu, penderita diabetes yang memiliki sehingga terdapat hubungan antara penerimaan
komplikasi seperti gastroparesis relatif tenang diri sedang dengan tingkat kecemasan pada
dan tidak mengkhawatirkan penyakitnya karena penderita diabetes melitus tipe 2.
gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan Hal ini sesuai dengan penelitian dari
penyakit maag dan mereka menganggap bahwa Ispriantari & Priasmoro (2017) yang
komplikasi tersebut merupakan penyakit maag menyatakan bahwa individu yang memiliki
biasa. penyakit kronis seperti diabetes akan menjadi
Hasil analisis bivariat untuk dukungan lebih tenang dalam menghadapi penyakitnya
keluarga menunjukkan nilai p apabila memiliki penerimaan diri yang baik,
value=0,000<0,05, sehingga terdapat hubungan sehingga beban penyakit yang dialami akan
antara dukungan keluarga dengan tingkat menjadi lebih ringan dan kekambuhan penyakit
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe dapat menurun. Hal ini juga sesuai dengan
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II penelitian dari Yan et al., (2017) yang
Demak. Hal ini sesuai dengan penelitian dari menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
Mahmuda et al., (2016) yang menyatakan penerimaan diri terhadap stres pada penderita
bahwa dukungan sosial maupun dukungan diabetes (p<0,05).
keluarga berhubungan dengan tingkat Hasil penelitian di lapangan
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe menunjukkan bahwa penderita diabetes yang
2 (p<0,001). memiliki tingkat kecemasan sedang maupun
Hasil penelitian di lapangan ringan menjelaskan bahwa menerima
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang kekurangan pada diri sendiri berupa adanya
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun penyakit yang diderita membuat setiap
ringan menjelaskan bahwa adanya dukungan responden lebih menghargai setiap kekurangan
keluarga berupa motivasi dari keluarga untuk yang dimiliki berupa keterbatasan dalam
selalu melakukan kontrol gula darah rutin dan melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya
peran keluarga untuk menemani serta penyakit diabetes yang membuat responden
mengantar responden saat berobat ke puskesmas mudah lelah, mudah lapar dan haus, sering
membuat responden merasa tenang dan kencing, dan harus menjaga pola makan agar
memiliki semangat yang besar untuk melakukan kadar gula dalam darah tetap stabil. Responden
kontrol gula darah secara rutin. Oleh karena itu, yang memiliki penerimaan diri rendah dimana
perasaan khawatir dan cemas akibat penyakit responden masih belum bisa menerima kondisi
diabetes tidak dirasakan oleh responden yang penyakitnya memiliki kekhawatiran terhadap
keluarganya ikut terlibat dan berperan aktif keterbatasan aktivitas dan perubahan pola hidup
dalam memotivasi dan menemani responden akibat penyakit diabetes tersebut. Oleh karena
selama proses pengobatan berlangsung. itu, responden dengan penerimaan diri yang
Analisis bivariat pada variabel rendah berisiko lebih besar untuk mengalami
penerimaan diri dilakukan per dua kategori, kecemasan dan perasaan khawatir akibat
yaitu penerimaan diri rendah (1) dan penyakit diabetesnya daripada responden yang
penerimaan diri sedang (2) dengan kategori memiliki penerimaan diri sedang maupun
penerimaan diri tinggi sebagai pembanding. tinggi.
Hasil analisis bivariat untuk penerimaan diri Hasil analisis bivariat untuk tingkat
rendah menunjukkan nilai p value=0,001<0,05, spiritualitas menunjukkan nilai p
sehingga terdapat hubungan antara penerimaan value=0,008<0,05, sehingga terdapat hubungan
diri rendah dengan tingkat kecemasan pada antara tingkat spiritualitas dengan tingkat
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe
kerja Puskesmas Bonang II Demak. Begitu pula 2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II
hasil analisis bivariat untuk penerimaan diri Demak. Hal ini sesuai dengan penelitian dari

667
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Chaves et al., (2015) yang menyatakan bahwa minggunya serta selalu beribadah ke masjid atau
tingkat spiritualitas seseorang berhubungan ke mushola setiap waktu. Para responden
dengan tingkat kecemasan yang dirasakan oleh menyatakan bahwa dengan rutin menjalankan
seseorang tersebut (p<0,001), dimana sholat, berdoa, dzikir, dan rutin mengikuti
spiritualitas merupakan suatu mekanisme pengajian dapat meningkatkan ketenangan dan
koping untuk menghadapi tantangan dalam ketentraman dalam hati. Selain itu, mereka juga
kehidupan dan spiritualitas merupakan faktor menyatakan bahwa semakin mereka
pendukung untuk peningkatan kesehatan mendekatkan diri pada Allah maka semakin
mental, sehingga spiritualitas yang tinggi mereka yakin akan kebesaran dan kekuasaan
mampu mencegah terjadinya kecemasan. Allah SWT terhadap kehidupannya termasuk
Hasil penelitian di lapangan urusan jodoh, rezeki, dan maut yang telah
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang diatur dan ditetapkan-Nya. Oleh karena itu,
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun responden yang taat beribadah dan yakin akan
ringan menjelaskan bahwa seluruh responden kebesaran-Nya sebagian besar memiliki
merupakan seorang muslim dimana kehidupan pandangan bahwa penyakit diabetes yang
beragamanya masih sangat kental yang dapat dideritanya merupakan suatu takdir yang harus
dibuktikan melalui aktifnya kegiatan keagamaan diterima dan disyukuri dengan cara rutin
seperti pengajian yang rutin dilaksanakan setiap melakukan cek gula darah setiap bulan agar

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat


Variabel Kategori Tingkat Kecemasan Jumlah p-value PR
Sedang Ringan (95%
n % n % N % CI)
Tingkat Rendah 40 93,0 31 77,5 71 85,5 0,090 2,254
pendidikan Tinggi 3 7,0 9 22,5 12 14,5 (0,828-
6,133)
Lama Lama 7 16,3 3 7,5 10 12,0 0,316 1,419
menderita Baru 36 83,7 37 92,5 73 88,0 (0,889-
diabetes 2,266)
Status Ya 16 37,2 8 20,0 24 28,9 0,137 1,457
komplikasi Tidak 27 62,8 32 80,0 59 71,1 (0,980-
diabetes 2,166)
Dukungan Kurang 33 76,7 9 22,5 42 50,6 0,000 3,221
keluarga Baik 10 23,3 31 77,5 41 49,4 (1,837-
5,649)
Penerimaan Rendah 21 48,8 9 22,5 30 36,1 0,001 8,167
diri (2,467-
27,034)
Sedang 16 37,2 10 25,0 26 31,3 0,005 5,600
(1,681-
18,650)
Tinggi 6 14,0 21 52,5 27 32,5 ref ref
Tingkat Rendah 16 37,2 4 10,0 20 24,1 0,008 1,867
spiritualitas Tinggi 27 62,8 36 90,0 63 75,9 (1,303-
2,675)
Aktivitas Ringan 23 53,5 11 27,5 34 41,0 0,001 7,527
fisik (2,214-
25,596)
Sedang 15 34,9 11 27,5 26 31,3 0,013 4,909
(1,393-
17,303)
Tinggi 5 11,6 18 45,0 23 27,7 ref ref

668
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

kadar gula dalam darah selalu terkontrol, membuat mereka enggan untuk melakukan
sehingga dapat meninimalisir memburuknya aktivitas fisik di luar pekerjaan rumah. Oleh
penyakit diabetes yang diderita. karena itu, penderita diabetes dengan aktivitas
Analisis bivariat pada variabel aktivitas fisik ringan mengaku merasa adanya
fisik dilakukan per dua kategori, yaitu aktivitas ketidaktenangan dalam jiwa dan kadar gula
fisik ringan (1) dan aktivitas fisik sedang (2) darah mereka juga sering tidak stabil karena
dengan kategori aktivitas fisik berat sebagai kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan.
pembanding. Hasil analisis bivariat untuk
aktivitas fisik ringan menunjukkan nilai p PENUTUP
value=0,001<0,05, sehingga terdapat hubungan
antara aktivitas fisik ringan dengan tingkat Simpulan dari penelitian ini yaitu ada
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe hubungan antara dukungan keluarga,
2 di wilayah kerja Puskesmas Bonang II penerimaan diri, tingkat spiritualitas, dan
Demak. Begitu pula hasil analisis bivariat untuk aktivitas fisik dengan tingkat kecemasan pada
aktivitas fisik sedang menunjukkan nilai p penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah
value=0,013<0,05, sehingga terdapat hubungan kerja Puskesmas Bonang II Demak. Sedangkan
antara aktivitas fisik sedang dengan tingkat tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan,
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe lama menderita diabetes, dan status komplikasi
2. Hal ini sesuai dengan penelitian dari diabetes dengan tingkat kecemasan pada
Mahmuda et al., (2016) yang menyatakan penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah
bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kerja Puskesmas Bonang II Demak.
tingkat kecemasan pada penderita diabetes Saran untuk peneliti selanjutnya adalah
melitus tipe 2 (p<0,001). untuk melakukan penelitian dengan variabel
Hasil penelitian di lapangan berbeda seperti tingkat pengetahuan, riwayat
menunjukkan bahwa penderita diabetes yang stres, tipe kepribadian, dan sebagainya serta
memiliki tingkat kecemasan sedang maupun menganalisa faktor-faktor yang berkaitan
ringan menjelaskan bahwa aktivitas fisik yang dengan tingkat kecemasan pada penderita
sering dilakukan oleh para responden diabetes melitus tipe 2 dalam penelitian ini
merupakan pekerjaan rumah yang menjadi secara mendalam dengan metode kualitatif.
rutinitas setiap harinya. Para responden
menyatakan bahwa aktivitas fisik yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan setiap hari merupakan sarana untuk
memenuhi kebutuhan olahraga secara teratur Albekairy, A., Aburuz, S., Alsabani, B., Alshehri, A.,
yang telah dianjurkan oleh dokter atau tenaga Aldebasi, T., Alkatheri, A., & Almodaimegh,
kesehatan di puskesmas agar kadar gula darah H. (2018). Exploring factors associated with
dapat dikendalikan dan selalu stabil. depression and anxiety among hospitalized
patients with type 2 diabetes mellitus. Medical
Para responden lebih banyak yang
Principles and Practice, 26(6): 547–553
memiliki aktivitas fisik ringan karena responden
Chaves, E. de C. L., Iunes, D. H., Moura, C. de C.,
tidak bekerja dan hanya melakukan pekerjaan Carvalho, L. C., Silva, A. M., & de Carvalho,
rumah saja. Selain itu, responden dengan E. C. (2015). Anxiety and spirituality in
aktivitas fisik ringan juga sering dibantu oleh university students: a cross-sectional study.
anak dan anggota keluarga lainnya untuk Revista Brasileira de Enfermagem, 68(3): 444–449
melakukan pekerjaan rumah sehingga aktivitas Derek, M., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan
mereka menjadi terbatas. Mereka juga mengaku Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah
bahwa jarang melakukan senam atau olahraga Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di
Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim
lainnya karena keterbatasan waktu dan merasa
Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1): 1–6
mudah lelah serta jari-jari tangan dan kaki
sering gemetar dan mati rasa, sehingga

669
Yulia, M. / Tingkat Kecemasan pada / HIGEIA 4 (Special 3) (2020)

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2017). Profil Rosdiana et al. (2017). Implementasi Program
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017. Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. (2018). Profil Development), 1(3): 140–150.
Kesehatan Kabupaten Demak. Demak: Dinas Siregar, L. B., & Hidajat, L. L. (2017). Faktor Yang
Kesehatan Kabupaten Demak Berperan Terhadap Depresi , Kecemasan
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kasus Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta
Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Pusat. Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA, 6(1):
Ganasegeran, K., Renganathan, P., Manaf, R. A., & 15–22.
Al-Dubai, S. A. R. (2014). Factors associated Sun, N., Lou, P., Shang, Y., Zhang, P., Wang, J.,
with anxiety and depression among type 2 Chang, G., & Shi, C. (2016). Prevalence and
diabetes outpatients in Malaysia: A determinants of depressive and anxiety
descriptive cross-sectional single-centre study. symptoms in adults with type 2 diabetes in
BMJ Open, 4(4): 1–7 China: a cross-sectional study. BMJ Open,
Ispriantari, A., & Priasmoro, D. P. (2017). 6(8): 1–8
Penerimaan Diri pada Remaja dengan Tamara, E., Bayhakki, & Nauli, F. A. (2014).
Diabetes Tipe 1 di Kota Malang. Jurnal Dunia Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan
Keperawatan, 5(2): 115–120 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe
Khan, P., Qayyum, N., Malik, F., Khan, T., Khan, II di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
M., & Tahir, A. (2019). Incidence of Anxiety Jom Psik, 1(2): 1–7
and Depression Among Patients with Type 2 Tovilla-Zárate, C., Juárez-Rojop, I., Jimenez, Y.,
Diabetes and the Predicting Factors. Cureus, Jiménez, M. A., Vázquez, S., Bermúdez-
11(3): 1–8 Ocaña, D., … Narváez, L. L. (2012).
Kodakandla, K., Maddela, G., Pasha, M., & Prevalence of anxiety and depression among
Vallepalli, R. (2016). A cross sectional study outpatients with type 2 diabetes in the
on prevalence and factors influencing anxiety mexican population. PLoS ONE, 7(5): 1–6
and depression among patients with type II Wahyuni, R., Arsin, A. A., & Abdullah, A. Z. (2012).
diabetes mellitus. International Journal of Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Research in Medical Sciences, 4(7): 2542–2547 Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus
Mahmuda, N. L., Thohirun, & Prasetyowati, I. Tipe Ii Di Rs Bhayangkara Andi Mappa
(2016). Faktor yang Berhubungan dengan Oudang Makassar Factors Related To Anciety
Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Levels in Patients With Diabetes Mellitus
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Type Ii in Bhayangkara Andi Mappa Oudang
Medika Utama. E-Journal Universitas Jember, Hospital M. Jurnal Unhas, 1(1): 1–17
1(1): 1–7 Yan, L. S., Marisdayana, R., & Irma, R. (2017).
Mufidah, S. (2018). Gambaran Tingkat Depresi pada Hubungan Penerimaan Diri Dan Tingkat
Pasien Diabetes Melitus dengan Keluhan Penyerta Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Endurance, 2(3): 312
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Yulianti, TS & Wijayanti, WMP. (2016). Hubungan
Surakarta Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Puskesmas Bonang II Demak. (2018). Profil Kesehatan tentang Kesehatan Jiwa dengan Sikap
Puskesmas Bonang II Demak Tahun 2018. Masyarakat terhadap Pasien Gangguan Jiwa
Demak: Puskesmas Bonang II Demak. di RW XX Desa Duwet Kidul, Baturetno,
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Kosala, 4(1):
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan 1–12
Pengembangan Kesehatan.

670
HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN DIABETES MELITUS: EDUKASI
DAN DIET TERHADAP KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2
DI POLIKLINIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Hilda Novyanda1, Wini Hadiyani2


1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat
Jl. Muhammad No. 34A Bandung 40173
Telp. 022-6004498, 022-6121914, Fax.022-6121914
Email: novyanda_hilda@ymail.com

Abstrak
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit seumur hidup dimana badan seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik (Johnson, Marilyn 2005). Peningkatan komplikasi DM
meningkat setiap bulannya di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara penanganan DM: Edukasi dan Diet terhadap komplikasi pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain retrospektif dengan
populasi sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan sampel purposif sampling dan didapatkan sampel sebanyak 50.
Analisa data diolah menggunakan uji Chi-Square Test. Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan yang signifikan
antara edukasi mengenai DM dengan komplikasi didapatkan nilai p value (0,041) dengan α (5%) dan untuk hubungan
antara kepatuhan diet DM dengan kejadian komplikasi mendapatkan hubungan yang signifikan dengan didapatkan nilai
p value (0,020) dengan α (5%). Untuk itu disarankan khususnya kepada responden agar ikut serta jika ada penyuluhan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan serta patuh terhadap pilar penanganan DM khususnya Diet DM yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan.

Kata kunci : Edukasi, Diet, Diabetes-Mellitus

Abstract
Diabetes mellitus is a life long disease in which a person's body does not produce enough insulin or can not use insulin
produced properly (Johnson & Marilyn 2005). Endocrine Polyclinic Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung in February
2014 showed that many cases of diabetes complications that occur and increasing every month. The aim of this study
was to determine the relationship of Education regarding the incidence of diabetes complications and determine the
relationship between dietary DM with the incidence of complications. The study design used retrospective descriptive
correlation. The study population was people with DM with a sample of 50, the sampling used purposive sampling 50.
The results showed a significant relationship between education about diabetes complications p value (0.041) and the
relationship between compliance diet with the incidence of diabetes complications getting significant association with p
value (0.020). It recommended especially to the respondents in order to take part if there was counselinggivenby health
workers as well as adherence to the pillars of diet DM in particular diabetes treatment that recommended by health
professionals.

Keywords: Education, Diabetes-Mellitus, Diet-DM

25
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)

PENDAHULUAN Salah satu tingginya prevalensi DM, terutama


yang tergolong DM tipe-2 disebabkan oleh
Diabetes Melitus merupakan penyakit seumur interaksi antara faktor-faktor kerentanan
hidup, dimana tubuh tidak memproduksi genetis dan paparan terhadap lingkungan.
cukup insulin atau tidak mampu Faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko
menggunakan insulin yang diproduksi dengan DM tipe-2 yaitu perubahan gaya hidup dan
baik (Johnson, Marilyn 2005). Diabetes aktifitas fisik. Kebiasaan makan yang tidak
Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan baik menyebabkan obesitas dan aktifitas fisik
terbesar didunia. Menurut World Health yang kurang menjadi faktor risiko dalam
Organization (WHO, 2006), DM penyebab memicu terjadinya DM.
ke-20 atau 1,4% dari penyebab disabilitas di Berdasarkan informasi American Diabetes
dunia. Prevalensi DM diseluruh dunia Association (ADA) 2005, ada peningkatan
diperkirakan meningkat 4,45% di tahun 2030. drastis komplikasi penyakit diabetes sejak
Di Indonesia, penderita penyakit ini 2001 hingga 2004. Pada 2001, penderita DM
meningkat dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta dari beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler
total penduduk dalam kurun waktu 30 tahun hingga 32%. Sedangkan pada tahun 2004
(Rubiatun, 2010). angkanya meningkat 11%, yaitu mencapai
43%. Tahun 2001, 38% penderita DM
Menurut Holt et. al. (2010), penyebab
mengalami hipertensi. Tahun 2004 angkanya
penyakit DM beragam sesuai dengan
mencapai 69% atau meningkat 31%
karakteristik adanya hiperglikemia kronis
(Wulandari, 2009). Apabila dibandingkan
yang disertai dengan gangguan metabolisme
dengan orang normal, maka penderita DM 5 x
karbohidrat, protein dan lemak sebagai akibat
lebih besar untuk timbul gangren, 17 x Iebih
dari gangguan sekresi insulin dan penurunan
besar untuk menderita kelainan ginjal dan 25
aktivitas insulin. Penyakit DM terdiri dari dua
x lebih besar untuk terjadinya kebutaan
tipe yaitu: (1) penderita DM baik itu Tipe I
(Permana, 2009 dikutip Meydani 2011).
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Komplikasi pada DM lebih sering
biasanya diakibatkan oleh keturunan dan (2)
mengakibatkan kematian dibandingkan
DM tipe kedua yang disebabkan oleh life style
dengan hiperglikemia yang diderita penyakit
atau gaya hidup atau biasa disebut Tipe II
DM.
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
(Norris, et al., 2002). DM Tipe II lebih sering Penyakit DM memiliki risiko terjadinya
terjadi yaitu sekitar 90% - 95% dari semua komplikasi dan dapat mengancam jiwa
yang menderita Diabetes (ADA, 2010). apabila tidak segera ditangani dan tidak
Penderita DM Tipe II pemiliki peningkatan dilakukan pengontrolan yang tepat. Ada 4
resiko terjadinya komplikasi yang pilar yang perlu dijalankan agar penyakit
mengancam jiwa. Dua jenis komplikasi DM dapat dikontrol sehingga tidak
vaskuler yang mungkin timbul pada DM tipe berdampak pada komplikasi yang lebih berat,
II, yaitu komplikasi makrovaskuler (jantung yaitu: Edukasi, Pengaturan Makan, Olahraga/
koroner, penyakit serebrovaskuler, stroke dan gerak badan, Obat: tablet atau insulin
penyakit vaskuler perifer) dan komplikasi (Kariadi, 2009).
mikrovaskuler (retinopati, nefropati dan Pengaturan makan atau kepatuhan diet
neuropati diabetikum (Smeltzer dan Bare, merupakan salah satu faktor untuk
2002). menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi

26
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

normal dan mencegah komplikasi. Adapun harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
faktor yang mempengaruhi seseorang tidak itu diperlukan (Waspadji, 2007).
patuh terhadap diet DM adalah kurangnya Dalam profil kesehatan Kota Bandung tahun
pengetahuan terhadap penyakit DM, sikap, 2011 didapatkan data kasus DM rawat jalan di
keyakinan, dan kepercayaan yang dimiliki PUSKESMAS umur 48-59 tahun sebanyak
klien. Ketidakpatuhan terhadap diet DM akan 6.388 dan umur >70 tahun sebanyak 1.266
menyebabkan terjadinya komplikasi akut dan kasus baru. Kasus DM rawat jalan di Rumah
kronik pada akhirnya memperparah penyakit Sakit umur 45-64 tahun sebanyak 5.418 kasus
bahkan bisa menimbulkan kematian dan umur >65 tahun sebanyak 2.171 kasus
(Lanywati, 2001).
dan kasus DM rawat inap di Rumah Sakit
Pengetahuan pasien tentang DM yang rendah umur 45-64 tahun sebanyak 895 dan umur
dapat mempengaruhi persepsi pasien tentang >65 tahun sebanyak 459 kasus. (DinKes Kota
penyakitnya, motivasi, manajemen koping Bandung, 2011).
dan perubahan perilaku (Sousa &
Hasil rekam medis di poliklinik endokrin
Zauseniewski, 2005). Hasil penelitian oleh
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (2013)
Ariani dan Misdarini (2012) didapatkan
angka kejadian penderita diabetes dengan
bahwa mayoritas pasien memiliki tingkat
komplikasi perbulan dari bulan Juli hingga
pengetahuan yang kurang sebanyak 54,9%
bulan September 2013 didapatkan hasil :
dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9
bulan Juli jumlah kunjungan pasien DM
mg/dl. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
sebanyak 388 orang, dan 55 pasien (14%)
responden mengenai penyakit DM berdampak
mengalami komplikasi. Bulan Agustus
pada ketidakmampuan responden dalam
jumlah kunjungan pasien DM sebanyak 355
mengontrol kadar gula darah sehingga kadar
orang, dan 101 pasien (29%) mengalami
gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya
komplikasi. Bulan September dengan
yang berkaitan dengan pengetahuan terhadap
kunjungan pasien DM 309 orang, dan 131
penyakit DM dilakukan Lestari, dkk (2013)
orang (42%) mengalami komplikasi. Dari
terhadap 29 responden diperoleh sebagian
beberapa kasus komplikasi yang terjadi di
besar responden (65,5%) memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
pengetahuan kurang, dan 58,6% sikap negatif,
Bandung adalah komplikasi terbanyak yaitu:
89,7% tidak patuh mengkonsumsi jumlah
Renal, Neorologi, Perifer Sirkulasi dan
kalori, 100% tidak patuh jadwal makan, dan
Optalmic (Rekam Medis Poli Endokrin,
65,5% tidak patuh mengkonsumsi jenis
2013).
makanan, kadar GDS (Gula Darah Sewaktu)
responden sebesar 65,5% tidak terkontrol. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan
Kedua penelitian ini menyatakan pengetahuan Februari 2014 terhadap 6 pasien bahwa
tentang DM berdampak pada kepatuhan seluruh pasien teratur mengkonsumsi obat, 3
terhadap diet DM dan kadar gula darah. dari 6 pasien tahu mengenai DM tetapi 5 dari
Pengetahuan penderita tentang DM 6 klien yang di wawancara tidak patuh
merupakan sarana yang dapat membantu terhadap diet yang diberikan oleh petugas
penderita menjalankan penanganan diabetes kesehatan dan bahkan seluruh pasien tidak
selama hidupnya sehingga semakin banyak melakukan aktivitas fisik/ olah raga serta
dan semakin baik penderita mengerti tentang seluruh pasien yang diwawancara mengalami
penyakitnya semakin mengerti bagaimana komplikasi diantaranya: Penurunan Visus,

27
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
Gangren Diabetik, Hipertensi, Stroke, Gagal METODE PENELITIAN
ginjal dan Hipoglikemi.
Desain penelitian cross sectional. Responden
Dari hasil studi pendahuluan yang diadakan di yang digunakan 50 orang yang memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin komplikasi yang berobat di Poliklinik RSUP
Bandung pada bulan Februari 2014 Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan
menunjukkan bahwa banyak kasus sampel menggunakan non-probability
komplikasi diabetes yang terjadi dan sampling. Teknik pengumpulan data
meningkat setiap bulannya. Seluruh pasien menggunakan kuesioner dan lembar
yang diwawancara mengalami komplikasi observasi. Analisis Univariat menggunakan
mengatakan tidak patuh diet dan tidak distibusi frekuensi, sedangkan bivariat
melakukan aktivitas fisik/ olahraga karena menggunakan chi square. Analisis bivariat
kepatuhan diet serta aktivitas fisik juga tidak bertujuan untuk melihat hubungan antara
hanya edukasi dan kepatuhan obat saja yang variabel independen (Edukasi dan Diet) dan
dapat menurunkan glukosa, tetapi faktor variabel dependen (kejadian komplikasi).
kepatuhan diet serta melakukan aktivitas Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Poli
olahraga juga berpengaruh untuk menurunkan klinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
glukosa darah dan untuk pencegahan Bandung.
komplikasi.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Poliklinik Endokrin
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik
1. Identitas Pasien N %
a. Jenis Kelamin Perempuan 29 58
Laki-laki 21 42
Total 50 100
b. Usia 30-40 5 10
40-60 27 54
60-80 18 36
Total 50 100
c. Pendidikan SD 10 20
SMP 13 26
SMA 13 26
Perguruan Tinggi 14 28
Total 50 100
d. Lama Menderita <1tahun 11 22
1-2tahun 8 16
>2tahun 31 62
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas lebih dari setengahnya (58%) berjenis kelamin laki-laki, 54% usia 60-70
tahun, sebagian kecil 28% pendidikan perguruan tinggi dan lebih dari setengahnya 62% telah > 2
tahun mengidap penyakit DM.

28
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

Tabel 2. Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Edukasi mengenai Diabetes Berdasarkan Diet Diabetes Mellitus
Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUP di Poliklinik Endokrin RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Dr. Hasan Sadikin Bandung

Edukasi N % Diet N %
Baik 39 78 Baik 38 76
Buruk 11 22 Buruk 12 24
Total 50 100 Total 50 100

Analisis tabel diatas menunjukkan bahwa Analisis tabel diatas menunjukkan sebagian
sebagian besar (78%) mempunyai edukasi besar (76%) melakukan diet DM dengan baik
yang baik mengenai Diabetes Mellitus.

Tabel 4.
Hubungan Edukasi mengenai Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Komplikasi
Total p-
Edukasi Ya Tidak X2 OR 95% CI
value
N % N % N %
Baik 16 41 23 59 39 78 4,19 0,04 6,46 (1,230– 34,012)
Buruk 9 82 2 18 11 12
Total 25 50 25 50 50 100

Hasil analisis hubungan antara edukasi dengan kejadian komplikasi pada hasil analisis didapatkan
adanya dengan nilai (p = 0,041). Nilai OR = 6,469 (1,230 – 34,012).

Tabel 5.
Hubungan Diet Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Komplikasi
Total P
Diet Ya Tidak X2 OR 95% CI
Value
N % N % N %
Baik 15 39,5 23 60,5 38 76 5, 373 0,020 7,667 (1,470 – 39,987)
Buruk 10 83,3 2 16,7 12 24
Total 25 50 25 50 50 100

Hasil analisis didapatkan adanya Hubungan yang signifikan antara Diet DM pasien dengan kejadian
komplikasi (p = 0,020). Nilai OR = 7,667 (1,470 – 39,987).

PEMBAHASAN baik. Hal ini akan berdampak pada kondisi


pengetahuan responden mengenai DM. Pada
1. Analisis Univariat karakteristik responden didapatkan bahwa
Temuan penelitian mengenai edukasi yang pendidikan responden paling banyak
dimiliki responden menggambarkan hampir berpendidikan formal perguruan tinggi, hal ini
seluruhnya yaitu 78% memiliki edukasi yang juga dapat mempengaruhi persepsi dan

29
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
motivasi responden terhadap edukasi DM. disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Edukasi merupakan dasar utama untuk signifikan antara edukasi mengenai DM
pengobatan dan pencegahan DM yang dengan kejadian komplikasi pada pasien DM
sempurna. Pengetahuan yang minim tentang tipe 2. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
DM akan lebih cepat menjurus ke arah responden akan mengakibatkan kadar gula
timbulnya komplikasi dan hal ini merupakan darah menjadi tinggi (Misdarini & Ariani,
beban bagi keluarga dan masyarakat 2012). Tingkat pengetahuan yang rendah
(Agustina, 2009). Tingkat pengetahuan yang akan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
rendah akan dapat mempengaruhi pola termasuk pola makan yang salah yang
makan yang salah sehingga menyebabkan akhirnya akan mengakibatkan kenaikan kadar
kegemukan, yang akhirnya mengakibatkan glukosa darah. Hal ini terjadi karena tingginya
kenaikan kadar glukosa darah (Witasari, asupan karbohidrat dan rendahnya asupan
2009). serat. Semakin rendah asupan karbohidrat,
semakin rendah kadar glukosa darah.
Temuan mengenai diet DM pada hasil
Kandungan serat yang tinggi dalam makanan
penelitian ini menyatakan responden memiliki
akan mempunyai indeks yang rendah
diet DM yang baik yaitu hampir seluruhnya
sehingga dapat memperpanjang pengosongan
yaitu 76%. Kepatuhan terhadap diet DM
lambung yang dapat menurunkan sekresi
berkaitan dengan edukasi yang baik. Hasil
insulin dan kolesterol total dalam tubuh
penelitian yang dilakukan oleh Yoga (2011)
(Pratiwi, 2007). Gula darah yang tinggi akan
didapatkan odds ratio (OR) sebesar 4,297
menimbulkan komplikasi seperti hasil dari
dan nilai p= 0,008 (<0,05) hal ini
The United Kingdom Prospective Diabetes
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai
Study (UKPDS) yang membuktikan bahwa
pola makan baik berisiko 4 kali untuk berhasil
kontrol glikemik dengan intensif sangat
dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan
berhubungan erat dengan keuntungan klinis
dengan yang tidak baik dan secara statistik
pada DM tipe 2. Setiap penurunan HbA1c 1%
bermakna dalam mengkonsumsi jumlah
akan menurunkan insiden kematian yang
kalori seperti kurang atau berlebih akan
memberikan dampak pada penderita DM. berhubungan dengan DM sebesar 21%, infark
miokard 14%, komplikasi mikrovaskular 37%
Apabila konsumsi kalori kurang, maka
dan penyakit pembuluh darah perifer 43%.
penderita DM akan mudah mengalami
Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan setiap
penurunan berat badan karena tidak
penurunan 1 % dari HbA1c akan menurunkan
terpenuhinya kebutuhan energi. Sebaliknya,
risiko komplikasi sebesar 35%.
konsumsi kalori yang tinggi akan
meningkatkan kadar glukosa dalam darah Hasil penelitian ini sejalan dengan Fred dalam
sehingga akan menambah beban glukosa penelitiannya menyimpulkan bahwa
darah penderita DM (Abduracchin, dkk, kurangnya pengetahuan dan akses informasi
2008). menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bahaya
2. Analisis Bivariat
perilaku tidak sehat sehingga kurang motivasi
Hubungan antara Edukasi dan Kejadian
untuk mengadopsi perilaku sehat (Fred C.
Komplikasi
Pampel, 2010). Penelitian lain menyatakan
Temuan penelitian mengenai hubungan antara satu tahun pendidikan juga dapat
edukasi dan kejadian komplikasi berdasarkan meningkatkan pendapatan rata-rata sebesar
tabel diatas didapatkan nilai p-value = 0, 8% dan dapat mengurangi kematian dua kali

30
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

lebih besar, baik secara langsung maupun didapatkan p-value = 0,02 yang berarti lebih
tidak langsung (Pellet Kathleen, 2007). kecil daripada alpha 0,05 maka dapat
Karakteristik responden pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang
hampir seluruhnya dengan pendidikan signifikan antara diet DM dengan kejadian
terakhir yaitu perguruan tinggi tetapi masih komplikasi pada pasien DM tipe 2.
ada responden mengalami komplikasi yang Diet diabetes mellitus merupakan cara yang
seharusnya jika pendidikan tinggi akan dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk
menyerap ilmu khususnya mengenai DM merasa nyaman, mencegah komplikasi yang
dengan baik sehingga tidak akan mengalami lebih berat, serta memperbaiki kebiasaan
komplikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian makan untuk mendapatkan kontrol
yang dilakukan oleh Meydani (2011) yang metabolisme yang lebih baik dengan cara
menunjukkan analisa bivariat bahwa tidak menurunkan kadar gula darah mendekati
terdapat hubungan yang bermakna antara normal dengan menyeimbangkan asupan
pengetahuan dengan upaya pencegahan makanan, insulin/obat penurun glukosa oral
komplikasi (p > 0,05), terdapat hubungan dan aktivitas fisik, menurunkan glukosa
yang bermakna antara sikap dengan upaya dalam urine menjadi negatif dan mengurangi
pencegahan komplikasi (p < 0,05), tidak polidipsi (sering kencing), memberikan
terdapat hubungan yang bermakna antara cukup energi untuk mempertahankan atau
persepsi dengan upaya pencegahan mencapai berat badan normal serta
komplikasi (p >0,05), dan terdapat hubungan menegakkan pilar utama dalam terapi
yang bermakna antara motivasi dengan upaya diabetes mellitus sehingga diabetisi dapat
pencegahan komplikasi (p < 0,05). Selain melakukan aktivitas secara normal (Kariadi,
edukasi, faktor yang mungkin mempengaruhi 2009).
terjadinya komplikasi yaitu kurangnya
motivasi dalam diri, dukungan keluarga yang Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
mungkin mempengaruhi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh Yoga, 2011
tidak patuh terhadap terapi yang dijalankan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
serta kurangnya penyuluhan dari tenaga hubungan antara 4 pilar pengelolaan Diabetes
kesehatan mengenai bagaimana dampak jika Melitus dengan keberhasilan pengelolaan
seorang penderita DM tidak patuh terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 dengan hasil analisis
terapi yang seharusnya dijalankan. didapatkan odds ratio (OR) = 4,297 dan nilai
p value = 0,008 (<0,05). Hal ini menunjukkan
Meningkatkan edukasi merupakan salah satu
bahwa orang yang mempunyai pola makan
upaya yang dilakukan agar menurunnya
baik berisiko 4 kali untuk berhasil dalam
angka kejadian komplikasi pada DM, namun
pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan
hal ini pun tetap dipengaruhi oleh faktor
yang tidak baik dan secara statistik bermakna.
motivasi dan dukungan keluarga.
Kepatuhan terhadap Diet DM sangat
Hubungan antara Diet DM dengan berpengaruh terhadap pengendalian gula
Kejadian Komplikasi di Poliklinik RSUD darah agar tidak menimbulkan komplikasi.
Dr. Hasan Sadikin Bandung Diet DM sangat dipengaruhi pula oleh
pengetahuan, motivasi individu dan dukungan
Temuan dari uji statistis mengenai hubungan
keluarga.
diet DM dengan kejadian komplikasi

31
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)

PENUTUP dan perawat akan mengetahui apa yang


sebenarnya mereka inginkan.
Kesimpulan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Temuan dari hasil penelitian yang sudah
Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti
dilakukan menyatakan bahwa adanya
mana yang lebih erat hubungannya antara
hubungan yang signifikan antara edukasi dan
pilar-pilar penanganan DM (edukasi, diet,
diet DM dengan kejadian komplikasi. Edukasi
olah raga, kepatuhan obat) dengan
mengenai DM yang buruk akan berpeluang
kejadian komplikasi.
lebih besar terhadap kejadian komplikasi.
Diet DM yang buruk akan berpeluang lebih
besar terhadap kejadian komplikasi. DAFTAR PUSTAKA
Saran American D, Association (ADA). 2005.
1. Responden Diagnosis and Clasification of Diabetes
Edukasi mengenai DM serta Diet DM Mellitus. Diabetes Care. (Suplement1).
yang tepat akan menurunkan terjadinya
Ariani, Yesi. 2011. Hubungan antara
komplikasi, untuk itu diharapkan setiap
Motifasi dengan Efekasi Diri Pasien
responden mempunyai kesadaran serta
DM Tipe2 di RSUP H. Adam Malik
motivasi terhadap dirinya dan dukungan
Medan. Jakarta: Fakultas Ilmu
keluarga agar mau menjalankan pilar
Kedokteran, Universitas Indonesia.
penanganan DM.
2. Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Sadikin Bandung Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Agar perawat memberikan edukasi serta Azwar. 2003. Reabilitas dan Validitas.
informasi kepada pasien DM dengan cara Yogyakarta: Pustaka Belajar.
membuat leaflet, poster mengenai DM
khususnya penanganan DM untuk Dharma, Kelana Kusuma. 2012. Metolologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
mencegah terjadinya komplikasi dan Trans Info Medika.
tentunya selalu mensosialisasikan sesuatu
DinKes Kota Sukabumi. 2010. http://weight-
yang baru untuk menangani DM dengan
loss-surgery-dallas.com, published 9
terus meng-update keilmuan mengenai Februari 2013.
DM khususnya. Perawat juga harus selalu
Gannong, Willian F. 1999. Fisiologi
mengobservasi pasien apakah pilar
Kedokteran. Jakarta: EGC.
penanganan DM itu selalu dijalankan
pasien dan observasi gula darah pasien Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
serta komplikasi yang berkelanjutan serta
Analisis Data. Jakarta:
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan SalembaMedika.
lainnya untuk mencegah terjadinya
Holt T. Kumar. 2010. ABC of Diabetes
komplikasi.
Mellitus. A Jhon Willey Sons, Ltd.,
Perawat juga dapat membuat Publication. Chick ester. West Sussex.
perkumpulan DM (Forum Group UK.
Discussion) untuk mengetahui mengenai
Lestari, Dian, Citrakesumatari, Sri’ah
masalah yang dihadapi, dalam forum ini Alharini. 2013. Upaya Penanganan
mungkin pasien akan lebih terbuka dan dan Perilaku Pasien Penderita
mengemukakan apa yang mereka rasakan Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

32
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

Maradekaya Kota Makassar. Purwanto, Nasrul Hadi. 2011. Hubungan


Makassar: Universitas Hasanudin. Pengetahuan tentang Diet Diabetes
Mellitus dengan Kepatuhan
Kariadi, Sri Hartini. 2009. Diabetes? Siapa
Pelaksanaan Diet pada Penderita
Takut? Panduan Lengkap untuk
Diabetes Mellitus. Denpasar.
Diabetesi, Keluargannya dan
Profesionaldis. Bandung: PT Mizan Smeltzer, Suzanne C., Bare Brenda G. 2002.
Pustaka. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Ed.8 vol
Malau MA. 2010. Hubungan Penyakit
2. Jakarta: EGC.
Jantung Koroner dengan Tingkat
Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Sudjatmiko, Andika Nur. 2011. Faktor-
Medan. Medan. Faktor yang Berhubungan dengan
Kemunculan Komplikasi Kronik Pada
Meydani, Putri Yolla Dwi. 2011. Faktor-
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Faktor yang Berhubungan dengan
RSUD Kabupaten Kudus. Kudus.
Upaya Pencegahan Komplikasi DM
oleh Pasien DM di Poliklinik Khusus Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi:
Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Padang. Padang: FIK Universitas Keperawatan dan Kebidanan, Ed.4.
Andalas. Jakarta: EGC.
Misdarini, Ariani Yesi. 2012. Pengetahuan Riyadi, Sujono. 2008. Asuhan Keperawatan
DM dengan Kadar Gula Darah pada pada Pasien dengan Gangguan
Pasien DM Tipe2. Eksokrin dan Endokrin pada
Pancreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J.,Schmid,
C.H., & Engelgau, M.M. 2002. Self- Vaughan DG, Asbury T. 2001. Oftalmologi
Management Education for Adults Umum. Jakarta: WidyaMedika.
with Type 2 Diabetes A Meta-analysis Waspadji, S. 2007. DM: Mekanisme Dasar
of the Effect on Glycemic Control. dan Pengelolaannya yang Rasional
Diabetes Care, 25:1159–1171. dalam Penatalaksanaan DM Terpadu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Jakarta.
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Yoga, Achmad Setyo. 2011. Hubungan
PERKENI. 2002. Konsensus Pengelolan DM antara 4 Pilar Penanganan Diabetes
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. Mellitus dengan Keberhasilan
PERKENI. Pengelolaan DM Tipe 2. FK UNPAD.
___________. 2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB.
PERKENI.

33
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129 – 138, November 2019 e-ISSN 2621-2978
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129-138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2685-9394
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

EFEKTIFITAS PENDAMPINGAN: KONSELING KESEHATAN TERHADAP


PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA KLIEN DENGAN DIABETES
MELITUS

Lufthiani*, Evi Karota


Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*lufthiani@usu.ac.id

ABSTRAK
Program Pendampingan: Konseling Kesehatan adalah salah satu upaya pencegahan yang diberikan pada klien
Diabetes Melitus dalam mengendalikan kadar gula darah agar kesehatannya lebih baik. Pendampingan ini
dilakukan dengan menyusun program untuk pencegahan berupa pemberian edukasi, demonstrasi perawatan
kaki, pemantauan kadar gula darah Klien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
pendampingan: konseling kesehatan terhadap pengendalian kadar gula darah klien pada diabetes mellitus.
Metode penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan pretest-posttest control group design di
Kecamatan Medan Sunggal. Sampel penelitian sebanyak 60 responden klien lansia yang berusia diatas 50
tahun terdiri dari 30 responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dengan tehnikpurposive
sampling. Kuesioner terdiri dari kuesioner pengetahuan tentang DM dan kadar gula darah, uji validitas
instrument dilakukan menggunakan CVI dengan nilai 1 dan uji reliabilitas dengan KR20 dengan nilai r11=
0.762. Analisa data di uji dengan menggunakan uji Wilcoxon, hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan: konseling kesehatan terhadap pengendalian kadar gula darah
dengan nilai p=0,000 pada kelompok intervensi dan nilai p=0,011 pada kelompok kontrol. Hal ini
menunjukkan terdapat pengaruh pendampingan: konseling kesehatan terhadap pengendalian kadar gula darah
pada klien diabetes mellitus

Kata kunci: pendampingan, konseling kesehatan, pengendalian, diabetes mellitus

MENTORING EFFECTIVENESS: HEALTH COUNSELING FOR BLOOD LEVEL


CONTROL FOR CLIENTS WITH DIABETES MELLITUS

ABSTRACT
Mentoring Program: Health Counseling is one of the prevention efforts given to Diabetes Mellitus clients in
controlling blood sugar levels to keep their health better. This mentoringdo by a preventive program, such
asclass education, foot care demonstration, controll of blood sugar levels. The purpose of this study was
determined the mentoring effectiveness: health counseling on controll blood sugar levels clients with
diabetes mellitus. This research method uses Quasi Experiment with pretest-posttest control group design in
Medan Sunggal District. The research sample of 60 elderly client respondents aged over 50 years consisted
of 30 respondents in the intervention group and the control group, with a purposive sampling technique. The
questionnaire about DM and clood sugar levels, the instrument validity test was carried out using CVI with a
value of 1 and a reliability test with KR 20 with a value of r11= 0,762. Data analisys was tested using the
Wilcoxon test, the results showed significant differences before and after mentoring: health counseling on
controll blood sugar levels with p = 0,000 in the intervention group and p = 0.011 in the controll group. This
shows that there is a mentoring effect: health counseling on controlling blood sugar levels in diabetes
mellitus clients.

Keywords: mentoring, health counseling, control, diabetes mellitus

PENDAHULUAN kematian terbesar nomor tiga di Indonesia


Diabetes mellitus adalah kelompok penyakit dengan persentase 6,7%. Organisasi
metabolik yang ditandai dengan keadaan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
hiperglikemia dan terjadi karena gangguan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di
sekresi insulin, kerja dari insulin atau kedua- Indonesia terus mengalami peningkatan
duanya (ADA, 2012). Indonesia menduduki dengan kejadian dari 8,4 juta pada tahun
urutan keempat jumlah penderita diabetes 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
mellitus setelah Amerika Serikat, China dan 2030. Berdasarkan data BPS penderita
India, dimana penyakit ini menjadi penyebab diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta

129
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129–138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan berbagai penyakit yang menyerang dapat
menjadi 20,1 juta dengan prevalensi 14,7% menyebabkan penurunan kondisi seseorang
berada di daerah urban dan 7,2% di daerah sehingga memicu terjadinya peningkatan laju
rural. Bila hal tersebut tidak dicegah, maka kadar gula darah (Nugroho SA & Purwanti
dalam kurun waktu 10 tahun kedepan angka OS, 2010). Upaya untuk melakukan
penderita diabetes melitus diperkirakan pencegahan dengan pengendalian kadar gula
meningkat menjadi 16,2 juta tahun 2040 darah dapat dilakukan dengan
(Kemkes RI, 2016; PERSI, 2017). Pendampingan: Konseling Kesehatan.

Penyakit DM ini tidak dapat disembuhkan Pendampingan: Konseling Kesehatan ini


akan tetapi sangat potensial untuk didapat merupakan suatu pola dengan suatu system,
dicegah, karena DM adalah penyakit yang cara kerja, bentuk atau model yang tetap.
berhubungan dengan gaya hidup, maka Pendampingan berarti “mendampingi” yaitu
keberhasilan pengelolaan DM sangat suatu kegiatan menolong yang karena sesuatu
tergantung pada pasien itu sendiri dalam sebab butuh didampingi. Menurut Kemensos
mengubah perilakunya. Penyakit Diabetes (2014) pendampingan adalah kegiatan dalam
mempunyai dampak terhadap fisik, maupun pemberdayaan masyarakat dengan berperan
psikologis klien, selain itu dapat mengalami sebagai fasilitator, komunikator, dan
kelemahan, penglihatan kabur, dan sakit dinamisator. Pendampingan dilakukan
kepala. Dampak psikologis yang akan terjadi dengan cara memberikan perhatian,
seperti kecemasan, kemarahan, malu, depresi, menyampaikan pesan, menyemangati,
dan lain lain (Potter & Perry, 2010). mengajak,memberikan pemikiran/solusi,
Pencegahan DM secara umum meliputi menyampaikan layanan/bantuan,
pencegahan tingkat dasar (primordial memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan
prevention), pencegahan tingkat pertama dan bekerjasama. Hasil penelitian yang
(primary prevention), yang meliputi promosi dilakukan oleh Arif (2014) di Banyuanyar
kesehatan dan pencegahan khusus, menunjukkan bahwa pendampingan terbukti
pencegahan tingkat kedua (secondary sebagai cara yang efektif untuk
prevention) yang meliputi diagnose dini serta meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes
pengobatan yang tepat, pencegahan tingkat mellitus.
ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap terjadinya cacat dan Pemberian edukasi dengan konseling
rehabilitasi. Upaya pencegahan dan program merupakan bagian integral dan penting dalam
pengendalian yang efektif dapat menurunkan pemberian asuhan perawatan pada pasien
prevalensi diabetes mellitus yang angka diabetes. Konseling diabetes adalah
kejadian terus meningkat di masyarakat, yang pemberian pendidikan, pemahaman dan
dapat memberikan dampak terhadap kualitas latihan mengenaipengetahuan dan
sumber daya manusia, sosial dan tingginya ketrampilan dalam pengelolaan diabetes yang
biaya kesehatan (Perkeni, 2015). diberikan kepada setiap pasien diabetes untuk
mengatasi setiap masalahnya. Edukasi dan
Prevalensi DM yang semakin meningkat dan konseling kesehatan pada pasien DM
komplikasi yang akan terjadi menunjukkan merupakan suatu hal yang sangat penting
sangat pentingnya upaya pencegahan dengan dalam pengontrolan kadar gula darah pasien.
mengupayakan agar kadar glukosa darah Selain itu, edukasi dan konseling pada
dapat terkontrol melalui empat pilar dalam penderita DM juga diharapkan dapat
penatalaksanaan DM meliputi edukasi, mencegah atau setidaknya menghambat
perencanaan makanan, latihan jasmani dan munculnya penyulit kronik ataupun penyulit
terapi farmakologi (Putra, 2017). Stres dan akut yang ditakuti oleh penderita DM. Dalam
diabetes melitus mempunyai hubungan yang melakukan edukasi dan konseling kepada
erat terutama pada penduduk perkotaan pasien, seorang konselor mempunyai tujuan
tekanan dan gaya hidup yang tidak sehat untuk mengubah pengetahuan (knowledge),
hampir tidak berpengaruh, ditambah dengan sikap (attitude), dan perilaku (behaviour).
kemajuan tehnologi yang semakin cepat dan Adanya pemberian edukasi dan konseling ini

130
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129-138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

sangat penting karena penyakit diabetes menyebabkan ketidakberdayaan/ kelemahan


merupakan penyakit yang berhubungan fisik. 2) tidak kooperatif, dan 3) lansia
dengan gaya hidup pasien, dengan pemberian tinggal bersama keluarga. Instrumen
edukasi dan konseling inilah pasien penelitian terdiri dari data demografi,
diharapkan memiliki pengetahuan yang kuesioner pengetahuan dan pengukuran kadar
cukup gula darah. Kuesioner penelitian ini telah
tentang diabetes, yang selanjutnya dapat dilakukan uji validitas dengan menggunakan
merubah sikap dan perilakunya sehingga rumus CVI dengan nilai 1 yang dilakukan
diharapkan dapat mengendalikan kondisi oleh dosen Keperawatan medikal bedah dan
penyakit dan kadar gula darahnya dan dapat uji reliabilitas dengan menggukan rumus
meningkatkan kualitas hidupnya (Sucipto, KR20 dengan nilai r11=0,762.
2017).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Tahap persiapan pengumpulan data
oleh Rahmat (2010) tentang pengaruh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
konseling terhadap kecemasan dan kualitas ethical clearance dan kemudian dilanjutkan
hidup pasien Diabetes Mellitus di Kecamatan dengan mengurus perizinan lokasi penelitian,
Kebakkramat diperoleh hasil terdapat yang ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota
penurunan tingkat kecemasan serta adanya Medan. Tahap selanjutnya peneliti
peningkatan kualitas hidup pada kelompok berkordinasi dengan Puskesmas Medan
yang mendapat konseling. Sunggal dalam mengidentifikasi sampel
penelitian yang sesuai berdasarkan kriteria
METODE yang telah ditentukan sebelumnya.
Desain penelitian kuantitatif yang digunakan Pengumpulan sampel dilakukan sesuai
dalam enelitian ini menggunakan desain dengan kriteria inklusi. Tahapan berikutnya
penelitian Eksperimental dengan jenis Quasi peneliti melakukan kunjungan langsung ke
Experiment, menggunakan metode pretest rumah responden untuk mulai melakukan
dan posttest pada dua kelompok (Two-Group awal penelitian yaitu dengan
Pretest-Posttest design). Penelitian ini memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
bertujuan untuk mengetahui efektivitas penelitian dan prosedur intervensi yang akan
pendampingan: konseling kesehatan terhadap dilakukan dan penandatanganan informed
pengendalian kadar gula darah pada klien consent oleh responden, meminta kesediaan
dengan Diabetes Melitus. Populasi pada responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah penderita Diabetes penelitian dengan menandatangani lembar
Melitus yang berobat ke Puskesmas Medan persetujuan kesediaan menjadi responden
Sunggal. yang memenuhi kriteria inklusi yang telah disediakan peneliti.
dengan jumlah sampel sebanyak 60
responden yang terdiri dari 30 responden Selanjutnya peneliti memberikan lembar
kelompok intervensi dan 30 responden kuesioner data demografi yang terdiri dari
kelompok kontrol. Lokasi penelitian ini usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan informasi tentang DM. tahap awal penelitian
Sunggal Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan lembar
dilakukan pada bulan April sampai dengan kuesioner pretes pengetahuan tentang DM
Juni 2019. dan melakukan pemeriksaan KGD untuk
mengetahui nilai KGD sebelum dilakukan
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Pendampingan: Konseling Kesehatan, dan
purposive sampling yaitu dimana peneliti mendokumentasikan dalam lembar tabulasi
menentukan pengambilan sampel sesuai data. Selanjutnya peneliti menjelaskan
dengan kriteria yang ditentukan peneliti. tentang prosedur intervensi yang akan
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini dilakukan pada tahapan berikutnya yaitu
yaitu: 1) pasen diabetes melitus lebih dari 1 dengan memberikan penjelasan tentang
tahun. 2) berusia > 50 tahun. 3) bersedia diabetes melitus dan mengajarkan beberapa
menjadi responden. Kriteria ekslusi adalah 1) teknik upaya pencegahan terhadap diabetes
menderita penyakit kronis yang

131
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129–138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

melitus yaitu latihan senam kaki dan kerja Puskesmas Medan Sunggal dapat
perawatan kaki. dilihat pada table 1.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden
Peneliti melakukan 2 kali kunjungan rumah yang diketahui pada kelompok intervensi
dengan melakukan intervensi pendampingan: berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
konseling kesehatan kepada responden, mayoritas responden dengan jenis kelamin
sampai dinyatakan bahwa responden sudah perempuan sebanyak 23 orang (76,7%),
benar benar mengerti dan memahami tentang berada pada umur >60 tahun sebanyak 11
masalah diabetes melitus. Pada pertemuan orang (36,7%), dan sebahagian besar
akhir dari intervensi peneliti memberikan responden berpendidikan SMA sebanyak 14
kuesioner postes yang berisikan tentang orang (46%), dan sebanyak 21 orang (70%)
pengetahuan DM serta melakukan sudah pernah menerima informasi tentang
pengukuran kembali terhadap KGD DM. Sedangkan data demografi pada
responden, dan mendokumentasikan dalam kelompok kontrol diperoleh sebagian besar
lembar tabulasi data. responden perempuan 20 orang (66,7%),
berada pada rentang usia 45-50 tahun dan 56-
HASIL 60 tahun masing-masing berjumlah 9 orang
Karakteristik responden pada masing-masing (30%), sebanyak 14 orang (46,7%)
variabel dari dua kelompok intervensi responden berpendidikan SMP, dan sebagian
(pendampingan) dan kelompok kontrol pada besar reponden pernah mendapat informasi
lansia dengan diabetes melitus di wilayah tentang DM sebanyak 26 orang (86,7%).

Tabel 1.
Karakteristik responden (n=30)
Karakteristik Responden Kelompok Penelitian
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
f % f %
Jenis Kelamin
Perempuan 23 76,7 20 66,7
Laki-laki 7 23,3 10 33,3
Umur
45-50 thn 10 33,3 9 30
51-55 thn 7 23,3 6 20
56-60 thn 2 6,7 9 30
>60 thn 11 36,7 6 20
Pendidikan
SD 11 36,7 5 16,7
SMP 2 6,7 14 46,7
SMA 14 46,7 10 33,3
PT 3 10 1 3,3
Informasi DM
Pernah 21 70,0 16 53,3
Belum Pernah 9 30,0 14 46,6
Tabel 2 hasil penelitian diperoleh berdasarkan baik (20%, kategori cukup (67%), dan kategori
pengetahuan responden sebelum dilakukan kurang (13%).
pendampingan: konseling kesehatan pada
kelompok intervensi dan kontrol yaitu pada Pada tabel 3. hasil penelitian diperoleh
kelompok intervensi diperoleh pengetahuan berdasarkan pengetahuan responden sesudah
baik (53%), pengetahuan kategori cukup dilakukan pendampingan: konseling kesehatan
(40%), dan pengetahuan kategori kurang (7%). pada kelompok intervensi dan kontrol terdapat
Sedangkan hasil pengetahuan pada kelompok peningkatan pengetahuan responden tentang
kontrol diperoleh pada pengetahuan kategori DM yaitu pada kelompok intervensi diperoleh
pengetahuan baik (90%), dan pengetahuan

132
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129-138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kategori cukup (10%). Sedangkan hasil kategori cukup (50%), dan kategori kurang
pengetahuan pada kelompok kontrol diperoleh (10%).
pada pengetahuan kategori baik (40%),

Tabel 2.
Pengetahuan responden tentang DM pasien Diabetes Melitus sebelum Pendampingan: konseling
kesehatan (n=30)
Konseling Kelompok Penelitian
Kesehatan: Pre Test Pre tes
Pengetahuan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
tentang DM f % f %
Baik 15 53 6 20
Cukup 12 40 20 67
Kurang 3 7 4 13

Tabel 3.
Pengetahuan responden tentang DM pasien Diabetes Melitus sesudah Pendampingan: konseling
kesehatan (n=30)
Konseling Kelompok Penelitian
Kesehatan: Post Test Post tes
Pengetahuan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
tentang DM f % f %
Baik 27 90 12 40
Cukup 3 10 15 50
Kurang 0 0 3 10
Tabel 4. Hasil penelitian observasi pada sedangkan hasil pengukuran Kadar gula darah
pengukuran pengendalian Kadar Gula Darah sesudah dilakukan pendampingan: konseling
sebelum dan sesudah pendampingan: kesehatan diperoleh hasil kadar gula darah
konseling kesehatan pada kelompok intervensi yang terkontrol <200 mg/dl (73.3%) dan hasil
ditunjukkan pada hasil kadar gula darah kadar gula darah tidak terkontrol >200 mg/dl
terkontrol <200 mg/dl (13.3%) dan kadar gula (26.7%).
darah tidak terkontrol >200 mg/dl (86.7%),

Tabel 4.
Pengukuran observasi kadar gula darah sebelum dan sesudah pendampingan: konseling kesehatan
(n=30)
Observasi KGD Pre tes Post tes
f % f %
Terkontrol (<200 mg/dl ) 4 13.3 22 73.3
Tidak Terkontrol (>200 mg/dl) 26 86.7 8 26.7
Tabel 5 hasil penelitian observasi pada (60%).
pengukuran pengendalian Kadar Gula Darah
sebelum dan sesudah pendampingan:
konseling kesehatan pada kelompok kontrol Hasil uji statistik pada Tabel 6
ditunjukkan pada hasil kadar gula darah menunjukkan terdapat peningkatan nilai rata-
terkontrol <200 mg/dl (50%) dan kadar gula rata pada kelompok intervensi sebelum dan
darah tidak terkontrol >200 mg/dl (50%), sesudah intervensi. Hasil peningkatkan skor
sedangkan hasil pengukuran Kadar gula darah pre tes dari 9.00 menjadi 16.25 pada post tes
sesudah dilakukan pendampingan: konseling dengan nilai uji statistik bivariat dengan
kesehatan diperoleh hasil kadar gula darah menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai Sig=
yang terkontrol <200 mg/dl (40%) dan hasil 0.000 (p<0.05). Dengan demikian dapat
kadar gula darah tidak terkontrol >200 mg/dl disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
133
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129–138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

pendampingan: konseling kesehatan terhadap menjadi 199.60 dengan nilai uji statistik
pengendalian kadar gula darah pada klien bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon
dengan diabetes melitus pada kelompok dengan nilai Sig= 0.011 (p<0.05), berdasarkan
intervensi. nilai memberikan pengaruh pendampingan;
konseling kesehatan terhadap pengendalian
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol kadar gula darah, tetapi dari skor rata-rata
menunjukkan terjadi perubahan nilai rata-rata tidak memberikan nilai yang bermakna
pada pre dan post tes sebesar 208.73 menurun terhadap perubahan.

Tabel 5.
Pengukuran observasi kadar gula darah sebelum dan sesudah pendampingan: konseling kesehatan
(n=30)
Observasi KGD Pre tes Post tes
f % f %
Terkontrol (<200 mg/dl) 15 50 12 40
Tidak Terkontrol (>200 mg/dl) 15 50 18 60

Tabel 6.
Hasil uji Wilcoxon pendampingan: konseling kesehatan terhadap pengendalian kadar gula darah
pada klien dengan diabetes mellitus (n=30)
Variabel Kelompok Intervensi kelompok kontrol
Rata-rata Nilai p Sig. Rata-rata Nilai p Sig.
Pre test 9.00 -3.675 0.000 208.73 -2.539 0.011
Post tes 16.25 199.60
PEMBAHASAN Sesuai dengan anjuran American
Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan DiabetesAssociation (ADA) sebaiknya perlu
Program Pendampingan: Konseling dilakukan skrining rutin diabetes sejak umur
Kesehatan terhadap perubahan prilaku dalam 45 tahun. Dengan adanya deteksi dini dan
upaya pengendalian kadar gula darah pasien pengobatan yang tepat diharapkan dapat
diabetes melitus di unit pelayanan primer memperlambat perkembangan atau
yang dilaksanakan di puskesmas wilayah mencegah kondisi prediabetes menjadi
kerja Desa Binaan Fakultas Keperawatan diabetes melitus. (Arif, 2014). Karakteristik
Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian responden berdasarakan jenis kelamin pada
ini dengan mengembangkan Metode Program penelitian ini lebih banyak responden
Pendampingan: Konseling Kesehatan pada perempuan, hal ini berdasarkan data dari
pasien diabetes melitus dapat dikembangkan
di berbagai seting tatanan pelayanan Riskesdas (2015) dalam Sari (2017)
keperawatan dan kesehatan di Unit menyatakan kebanyakan wanita mengalami
Pelayanan Primer baik di poli klinik rumah peningkatan berat bada dan obesitas diatas 45
sakit, puskesmas, dan praktik mandiri tahun yang dapat menjadi factor predisposisi
keperawatan. DM. berdasarkan umur responden terbanyak
pada rentang usia 50-60 tahun. Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesa dengan sebelumnya yang dikemukan oleh Rochmah,
menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok (2006) bahwa prevalensi penyakit DM lebih
intervensi sebelum dan sesudah dilakukan banyak didapatkan pada usia dewasa, dimana
pendampingan: konseling kesehatan tentang pada usia dewasa (30 tahun) kadar glukosa
pengetahuan DM menunjukkan nilai p darah mengalami kenaikan 1 – 2 mg/ tahun
value= 0.000 (p< 0.05), sedangkan uji analisa pada saat puasa dan akan naik sekitar 5,6 –
sebelum dan sesudah dilakukan 13 mg pada 2 jam setelah makan. Pasien DM
pendampingan: konseling kesehatan pada di Indonesia kebanyakan berumur antara 45
kelompok kontrol diperoleh hasil p value= sampai 64 tahun (Rochmah W. 2006).
0.011 (p< 0.05).

134
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129-138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Hasil penelitian menunjukkan pada pendidikan seseorang maka semakin tinggi


pengendalian kadar gula darah sebelum dan pemahamannya, sehingga tingkat pendidikan
sesudah dilakukan pendampingan: konseling sangat berperan dalam penyerapan dan
kesehatan terdapat perbedaan dengan hasil pemahaman terhadap informasi.
mean 1,27 dengan standar deviasi 0,450.
Semakin tinggi nilai standar deviasi maka Hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa
nilai mean semain tinggi. Hal ini pendampingan: konseling kesehatan
menunjukkan program pendampingan yang memberikan efek terhadap pengendalian
diberikan kepada responden dapat diterima kadar gula darah pada kelompok intervensi
dan diterapkan dalam upaya pengendalian nilai p=0.000 (<0.05), hal ini sesuai dengan
kadar gula darah oleh responden yang dapat penelitian Soegondo (2009) bahwa
dilakukan di rumah. Sesuai dengan perubahan perilaku kearah kepatuhan
penelitianoleh Ratnawati, dkk (2018) merupakan suatu proses yang memerlukan
menyatakan bahwa Mean ± SD sebelum edukasi dan pendampingan secara terus
nilainya lebih kecil dibandingkan Mean ± SD menerus dan perlu di evaluasi keberhasilan
sesudah pelaksanaan program IbM penanganan dengan melihat perubahan dari
Kelompok Lansia Penderita DM pada kedua kriteria pengendalian (kadar gula darah).
kelompok. Hal tersebut berarti pada Asumsi peneliti bahwa pendampingan:
kelompok lansia penderita DM di wilayah 2, konseling kesehatan yang diberikan kepada
ada peningkatan perubahan informasi baik responden memberikan efek terhadap
pengetahuan tentang DM maupun pengendalian kadar gula darah hal ini
keterampilan melaksanakan program IbM dimungkinkan karena intensitas pemberian
edukasi yang diberikan oleh peneliti melalui
Kelompok Lansia Penderita DM sebesar kegiatan penyuluhan dan memberikan buku
48.26%. Sejalan dengan penelitian ini panduan tentang DM yang ditinggalkan
menurut Santoso (2018) Pendampingan kepada responden.
adalah kunci pembuka potensi seseorang
untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching Hasil analisa uji Wilcoxon pada kelompok
lebih kepada membantu seseorang untuk kontrol diperoleh nilai p=0.011 (<0.05),
belajar dari pada mengajarinya.Penderita DM menunjukkan pada kelompok kontrol yang
yang mempunyai pengetahuan yang cukup tidak memperoleh pendampingan: konseling
tentang DM, kemudian selanjutnya kesehatan tetapi dapat mengendalikan kadar
mengubah perilakunya, akan dapat gula darah. Pendapat Maemun (2011) pada
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga penelitiannya menyampaikan bahwa,
dapat hidup lebih lama. Inilah yang pengetahuan tercipta karena lingkungan, pola
menyebabkan edukasi menjadi salah satu didik, dan keingintahuan dari seseorang itu
komponen penanganan DM (Santoso, 2018). sendiri. Pengetahuan yang tinggi akan
berdampak pada kesadaran dalam upaya
Penelitian tentang faktor sosio-demografi, meminimalisir penyakit yang salah satunya
seperti umur dan jenis kelamin berpengaruh penyakit DM, serta dapat meningkatkan
terhadap kepatuhan pasien terhadap kesadaran akan kesehatan.
pengobatannya. Penelitian yang dilakukan
oleh Sucipto(2017) melaporkan bahwa jenis Berdasarkan asumsi peneliti pada kelompok
kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kontrol yang tidak diberikan intervensi
kepatuhan pasien. pendampingan: konseling kesehatan tetap
Latar belakang pendidikan akan membentuk dapat melakukan pengendalian kadar gula
cara berpikir seseorang termasuk membentuk darah, hal ini dimungkinkan responden pada
kemampuan untuk memahami faktor-faktor kelompok kontrol telah mendapatkan
yang berkaitan dengan penyakit dan informasi tentang DM oleh tenaga kesehatan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk dari Puskesmas melalui program pencegahan
menjaga kesehatan (Perry &Potter, 2005).Hal penyakit tidak menular (PTM) ataupun
ini didukung dengan pernyataan informasi yang diperoleh dari media massa,
Notoatmodjo (2007), semakin tinggi tingkat informasi tersebut tersebar pada masyarakat

135
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129–138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

sehingga meskipun tidak dilakukan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan


pendampingan: konseling kesehatan, tentang masalah kesehatannya.
responden mampu dalam upaya pengendalian
kadar gula darah. DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA).
Menurut Notoatmojo (2011) bahwa faktor 2012. Medical advice for people with
eksternal yang dapat mempengaruhi diabetes in emergency situations.
pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, American Diabetes Association
pekerjaan, social budaya dan ekonomi, Journal.
lingkungan dan informasi. Ada beberapa cara
memperoleh pengetahuan tanpa penelitian Adi sucipto, siti fadlilah. (2017). Model
yaitu dengan cara tradisional atau non ilmiah Konseling Terstruktur Dan Sms
yakni diperoleh secara kebetulan, trial error, Gateway Dalam Meningkatkan
maupun pengalaman pribadi. Kepatuhan Pengendalian Gula Darah
Dan Hba1C Pada Pasien Dm Tipe 2.
Pemberian edukasi dengan konseling Model Konseling Terstruktur Dan Sms
merupakan bagian integral dalam pemberian Gateway Dalam Meningkatkan
asuhan perawatan pada pasien diabetes. Kepatuhan Pengendalian Gula Darah
Konseling diabetes adalah pemberian Dan Hba1C Pada Pasien Dm Tipe 2,
pendidikan, pemahaman dan latihan 4(April), 164.
mengenai pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan diabetes yangdiberikan Muhammad Arif, Y. E. D. R. (2014).
kepada setiap pasien diabetes untuk Hubungan Indeks Massa Tubuh
mengatasi setiap masalahnya. Edukasi dan Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada
konseling kesehatan pada pasien DM Pegawai Sekretariat Daerah Provinsi
merupakan suatu hal yang sangat penting Riau. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
dalam pengontrolan kadar gula darah pasien. 1(2), 14–15.
Selain itu, edukasi dan konseling pada
penderita DM juga diharapkan dapat Perkeni. (2015). Kriteria Diagnostik DM
mencegah atau setidaknya menghambat Tipe 2. In Konsensus Pengelolaan dan
munculnya penyulit kronik ataupun penyulit Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
akut yang ditakuti oleh penderita DM di Indonesia.
(Sucipto, 2017)
Putra, A. J., Pranata, Nur, W., &
SIMPULAN DAN SARAN Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan
Simpulan Diabetes Distress dengan Perilaku
Penelitian diperoleh dari hasil analisis yang Perawatan Diri pada Penyandang
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah
pendampingan: konseling kesehatan terhadap Kerja Puskesmas Rambipuji
pengendalian kadar gula darah pada Kabupaten Jember ( Correlation
kelompok intervensi diperoleh hasil p= 0,000 between Diabetes Distress and Self-
sedangkan hasil analisis pada kelompok care Behaviour in People with Type 2
kontrol diperoleh nilai p=0,011. Program Diabetes Mellitu. E-Jurnal Pustaka
pendampingan dengan konseling kesehatan Kesehatan, 5(1), 185–192.
memberikan hasil yang efektif terhadap
pengendalian kadar gula darah pada Ri, K. S., Jenderal, D., & Sosial, R. (2014).
kelompok intervensi. Modul pendampingan pelayanan
sosial lanjut usia.
Saran
Disarankan bagi penderita diabetes mellitus Santoso, P., & Susilowati, E. (2018).
agar mampu melakukan upaya pencegahan Pengaruh Pendampingan Diet terhadap
dan pengendalian kadar gula darah dengan Kepatuhan Diet dan Kadar Gula Darah
rutin melakukan pemeriksaan dan pada Penderita Diabetes Mellitus di
Wilayah Puskesmas Balowerti Kota

136
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129-138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), Hidup Pasien Diabetes Melitus.


184. https://eprints.uns.ac.id/

Sari, C. W. M., & Yamin, A. (2018). Edukasi Riset Kesehatan Dasar. (2015). Manajemen
Berbasis Masyarakat untuk Deteksi strategis terkini dalam upaya
Dini Diabetes Melitus Tipe 2. Media pengendalian diabetes di Indonesia.
Karya Kesehatan, 1(1), 29–38.
https://doi.org/10.24198/mkk.v1i1.171 Rochmah, W. (2006). Buku Ajar: Diabetes
27 Melitus pada usia lanjut: Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Statements, P. (2012). Standards of medical Fakultas Kedokteran Universitas
care in diabetes - 2012. Diabetes Care, Indonesia.
35(SUPPL. 1).
https://doi.org/10.2337/dc12-s011 Soegondo, S. (2009). Diagnosis dan
Klasifikasi Diabtes Mellitus Terkini.
Sukmaningsih, W. R. (2016). Faktor Resiko Jakarta: FKUI
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas
Purwodiningratan Surakarta. Publikasi
Ilmiah Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakulta Ilmu Kesehatan Universitas
MUhammadiyah Surakarta, 1, 16.

Tipe, M., & Surakarta, D. I. (2018).


Penghasilan , Dan Fasilitas Dengan
Pencegahan Komplikasi Kronis Pada
Penyandang Diabetes.

Kementerian Kesehatan. 2016.


http://www.depkes.go.id/article/view/1
6041100001/menkes-sebagian-kasus-
diabetes sebenarnya-bisa-dicegah.html

Maemun, S. (2011). Efektifitas pendidikan


kesehatan tentang kegawatan diabetes
melitus terhadap pengetahuan pasien
di Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
Diperoleh tanggal 30 April 2014 dari
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/ pdf

Nugroho, S.A. & Purwanti, S.P. (2010).


Hubungan antara tingkat stress dengan
Kadar Gula Darah pada Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukohardjo 1 Kabupaten Sukoharjo.
Jurnal kesehatan. Vol 03 No
1.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/han
dle/11617/3642

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rahmat, W.P (2010). Pengaruh Konseling


terhadap Kecemasan dan Kualitas

137
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 3, Hal 129–138, November 2019
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

138
Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

ARTIKEL RISET
URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1209

Analisis Manajemen Perawatan Luka Pada Kasus Luka Diabetik Di Instalasi


Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap
K
Damsir1, Mattalatta2 Muzakkir3 Rini Irnayanti4
1
RS Arifin Nu'mang Kabupaten Sidrap Sulsel
2
Manajemen, PPs STIE AMKOP
3
Keperawatan, STIKES Nani Hasanuddin
4
RS Arifin Nu'mang Kabupaten Sidrap Sulsel
Email Penulis Korespondensi (k) : adamdamsir@yahoo.co.id

ABSTRAK

Luka diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik. Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada
permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Penderita Diabetes melitus berisiko 29
kali terjadi komplikasi luka diabetik. Luka diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang
disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Organ yang paling
sering terkena komplikasi diabetes mellitus antara lain yaitu pembuluh darah kaki. Gangguan pembuluh darah
yang sering terjadi pada diabetes yaitu pada tungkai dan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas perawatan luka menggunakan balutan moderen (Metcofazin) terhadap proses penyembuhan luka
diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap, dan untuk
mengetahui efektifitas perawatan luka menggunakan balutan konvensional (Cairan normal salin NaCl 0,9% dan
balutan kasa) terhadap proses penyembuhan luka diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten Sidrap.Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus.Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember sampai dengan 21
Desember tahun 2014 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap.Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan luka diabetik di Rumah Sakit Arifin Nu’mang
Kabupaten Sidrap dengan tehnik pengambilan sampel secara puposive sampling.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perawatan luka menggunakan balutan moderen (metcofazin) lebih efektif dibandingkan
dengan perawatan luka menggunakan balutan konvensional (cairan normal salin NaCl 0,9% dan balutan kasa)
terhadap proses penyembuhan luka diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang
Kabupaten Sidrap.

Kata Kunci: Manajemen, Perawatan luka, Diabetik

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Luka diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada
permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. (Hastuti R., 2008). Penderita Diabetes
melitus berisiko 29 kali terjadi komplikasi luka diabetik. Luka diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan
kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Luka
diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang
tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman.(Boediardja S.A., dkk, 2009).

116 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

Organ yang paling sering terkena komplikasi diabetes mellitus antara lain yaitu pembuluh darah kaki.
Gangguan pembuluh darah yang sering terjadi pada diabetes yaitu pada tungkai dan kaki. Gejala-gejala yang
sering timbul yaitu luka yang sering sukar sembuh, rasa nyeri waktu berjalan maupun waktu istirahat, dan
sembab kaki dan tungkai. Kelainan pembuluh darah perifer akan menjadi masalah bila terjadi bersamaan dengan
suatu komplikasi yaitu neuropati/gangguan syaraf kaki. (Depkes.RI., 2009).
Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO),
jumlah penderita Diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut
menempati ururtan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),
dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita Diabetes melitus akan meningkat pada tahun
2030 yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah
penderita diabetes melitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang, dan diperkirakan
tahun tahun 2020 menjadi 300 juta orng dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang. (Boediardja S.A., dkk, 2009).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan menduduki rangking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, Diabetes Melitus menduduki
rangking ke-6 yaitu 5,8%. (Bilous W.R., (2008).
Prevalensi penderita luka diabetik di Indonesia sekitar 15% angka amputasi 30%, angka mortalitas 32%
dan luka diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes Melitus.
Luka diabetik kalau tidak segera mendapat pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yaitu
segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi.Oleh sebab itu, perawatan luka
merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki oleh perawat. Prinsip utama dalam mananejemen perawatan
luka adalah pengendalian infeksi karena infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka. (Boediardja S.A.,
dkk, 2009).
Berdasarkan survei awal pada tanggal 21 Oktober 2014 di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten Sidrap cara merawat pasien luka diabetik masih menggunakan balutan konvensional.
Alasan memilih menggunakan balutan modern karena balutan modern mempunyai tingkat perkembangan
perbaikan luka diabetik yang lebih baik, menjaga kelembaban(moiusture balance) dan kehangatan area luka,
dapat meningkatkan proses angiogenesis, proliferasi sel, granulasi dan epitelisasi sedangkan di Rumah Sakit
Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap masih menggunakan balutan konvesional artinya balutan luka yang
menggunakan cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa sebagai balutan utama. Balutan ini termasuk
material pasif dan fungsi utamanya sebagai pelindung, menjaga kehangatan dan menutupi penampilan yang
tidak menyenangkan dan mempertahankan area luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
perawatan luka menggunakan balutanmoderen (metcovazin) dan konvensional (cairan normal salin NaCl 0,9%
dan balutan kasa) terhadap proses penyembuhan luka diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas perawatan luka menggunakan balutan
konvensional (cairan normal salin NaCl 0,9% dan balutan kasa) terhadap proses penyembuhan luka diabetik di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap dan untuk mengetahui
efektifitas perawatan luka menggunakan balutan moderen (metcovazin) terhadap proses penyembuhan luka
diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap.

METODE

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten
Sidrap pada tanggal 21 Nopember sampai dengan 21 Desember2014.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (Eksperimen).

117 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan luka diabetik di Rumah Sakit Arifin Nu’mang
Kabupaten Sidrap sebanyak 2 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan luka
diabetik di Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode teknik Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
yaitu kriteria pemilihan (kriteria inklusi dan eksklusi sebagai subyek penelitian) sebagai berikut :

Kriteria inklusi
a. Pasien diabetes mellitus yang memiliki luka diabetik stage 1 sampai 5
b. Pasien dengan luka diabetik pada ekstremitas atas dan bawah
c. Pasien luka diabetik yang dirawat di instalasi gawat darurat Rumah sakit Arifin Nu’mang dan ditindaklanjuti
di rumah pasien

Kriteria eksklusi
a. Pasien diabetes mellitus yang tidak memiliki luka diabetik
b. Pasien dengan luka diabetik yang tidak bersedia menjadi responden
c. Pasien luka diabetik diluar wilayah Sidrap

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu suatu studi yang memiliki
cara pengumpulan data dan cara analisis data yang fleksibel. Analisis data dengan cara memberikan berbagai
penjelasan terhadap kasus yang dipelajari. Penjelasan yang diberikan dalam analisis jenis ini dapat berdasarkan
kronologi peristiwa yang terjadi pada kasus yang dipelajari atau memberikan penjelasan secara rinci pada kasus
tersebut.
HASIL

Hasil penelitian ini menyajikan tentang manajemen perawatan luka dengan menggunakan balutan
konvensional (cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) dan balutan moderen (metcovazin) yang terdiri
atas debridement luka, membersihkan luka, mengoleskan, menutup dan membalut luka. Penelitian diawali
dengan kontrak dan informed consent kepada pasien. Peneliti menggunakan 2 sampel yaitu 1 sampel dengan
menggunakan balutan konvensional (cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) dan 1 sampel yang lain
menggunakan balutan moderen (metcovazin). Pengambilan data dan intervensi berupa perawatan luka dilakukan
di instalasi gawat darurat (IGD) dan dirumah atau tempat tinggal pasien yang seluruhnya berdomisili di
Kabupaten Sidrap.
Secara teknis penelitian dilaksanakan selama satu bulan dan perawatan luka masing-masing dilakukan
satu kali setiap 2 hari disertai pendokumentasian perkembangan luka. Lama waktu perawatan setiap responden
berbeda-beda, mulai dari 30 menit sampai 1 jam bergantung pada tingkat kerusakan jaringan, karakteristik dan
keparahan luka. Penilaian status luka dilakukan pada hari pertama observasi dan dievaluasi pada hari ke 10, hari
ke 20 dan hari ke 30. Parameter yang digunakan dalam pengkajian luka antara lain : ukuran luka, kedalaman,
tepi luka, goa, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka, jaringan yang udema, jaringan granulasi
dan epitelisasi. Selain itu, setiap perawatan luka pasien diperiksa kadar gula darah sewaktu (GDS). Data yang
disajikan kemudian dibahas berdasarkan fakta yang diperoleh dilapangan.
Pengkajian luka hari pertama sebelum perawatan luka pada pasien Ny.”M” di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014.Kondisi awal luka diabetik pada responden
pertama Ny. “M” pada tanggal 21 Nopember 2014 dengan ukuran luka 25x14 cm lebih 80 cm, stage 4
kedalaman luka sampai tulang, tepi luka jelas tidak menyatu dengan dasar luka tebal, terdapat goa 2-4 cm <
50% pinggir luka, tipe eksudat serous (kuning), jumlah eksudat sedang, warna kulit sekitar luka hitam atau
hiperpigmentasi, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi 25% dan kurang 25%
epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 40 minggu dan
hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 240 mg/dl.
Pengkajian luka hari kesepuluh sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan konvensional
(cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) pada pasien Ny.”M” di wilayah kerja Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014.Berdasarkan data tersebut diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 2
desember 2014 dengan ukuran luka 22x11 cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, tepi luka
jelas tidak menyatu dengan dasar luka, terdapat goa 2-4 cm < 50% pinggir luka, tipe eksudat serosaanguineous

118 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

(kuning dan kemerahan), jumlah eksudat sedikit, warna kulit sekitar luka putih atau pucat atau hipopigmentasi,
jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi terang 50% dan 25%-50% epitelisasi. Hasil
penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 32 minggu dan hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu (GDS) = 190 mg/dl.
Pengkajian luka hari keduapuluh sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan konvensional
(cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) pada pasien Ny.”M” di wilayah kerja Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014.Berdasarkan data tersebut diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 12
Desember 2014 dengan ukuran luka 18x9 cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi
terlihat menyatu dengan dasar luka, terdapat goa kurang 2 cm pada pinggir luka, tipe eksudat bloody, jumlah
eksudat moist/lembab, warna kulit sekitar luka merah, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka,
jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses
penyembuhan luka memerlukan waktu 24 minggu dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 131
mg/dl.
Pengkajian luka hari ketigapuluh sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan konvensional
(cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) pada pasien Ny.”M” di wilayah kerja Rumah Sakit Arifin
Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014. Berdasarkan data diatas diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 21
Desember 2014 dengan ukuran luka 16x8 cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi
terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak ada goa pada luka, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab,
warna pink pada kulit sekitar luka, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi terang
100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan
waktu 24 minggu dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 265 mg/dl.
Pengkajian luka hari pertama sebelum perawatan luka pada pasien Ny.”S” di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014. Kondisi awal luka diabetik pada responden kedua
Ny.’S” pada tanggal 21 Nopember 2014 dengan ukuran luka 20x15 cm lebih 80 cm, stage 4 kedalaman luka
sampai tulang, batas tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, terdapat goa 2-4 cm < 50% pinggir luka, tipe
eksudat serosaanguinneous (kuning dan kemerahan), jumlah eksudat sedikit, warna kulit sekitar luka putih atau
pucat atau hipopigmentasi, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi 50% dan kurang
25%-50% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 32
minggu dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 249 mg/dl.Pengkajian luka hari kesepuluh sesudah
perawatan luka dengan menggunakan balutan moderen (metcovazin) pada pasien Ny.”S”di wilayah kerja
Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014. Berdasarkan data tersebut diperoleh pengkajian luka
diabetik pada tanggal 2 Desember 2014 dengan ukuran luka 16x11 cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka
sampai hipodermis, tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, terdapat goa kurang 2 cm, tipe eksudat bloody,
jumlah eksudat moist/lembab, warna merah terang kulit sekitar luka, no swelling atau tidak ada udema, jaringan
granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka
memerlukan waktu 23 minggu dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 390 mg/dl.
Pengkajian luka hari keduapuluh sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan moderen
(metcovazin) pada pasien Ny.”S” di wilayah kerja Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014.
Berdasarkan data tersebut diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 12 Desember 2014 dengan ukuran
luka 7x5 cm kurang 36 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar
luka, terdapat goa kurang 2 cm pada pinggir luka, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab, warna
kulit sekitar luka merah, no swelling/tidak ada udema, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100%
epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 21 minggu dan
hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) = 304 mg/dl.
Pengkajian luka hari ketigapuluh sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan moderen
(metcovazin) pada pasien Ny.”S” di wilayah kerja Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap 2014.
Berdasarkan data tersebut diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 21 Desember 2014 dengan ukuran
luka 5x3 cm kurang 16 cm, stage 2 kedalaman luka sampai dermis, batas tepi samar dengan dasar luka, tidak
ada goa pada luka, eksudat tidak ada, jumlah eksudat kering, warna pink pada kulit sekitar luka, no
swelling/tidak ada udema, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status
kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 14 minggu dan hasil pemeriksaan gula darah
sewaktu (GDS) = 377 mg/dl.
Gambar proses penyembuhan luka diabetik sesudah perawatan luka dengan menggunakan balutan
konvensional (cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) dan balutan moderen (metcovazin)

119 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

Gambar 1. Fase Penyembuhan Luka Diabetik Bagian Ventral dengan Balutan Konvensional

Gambar 2. Fase Penyembuhan Luka Diabetik Bagian Dorsal dengan Balutan Konvensional

Gambar 3. Fase Penyembuhan Luka Diabetik dengan Balutan Moderen

120 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

PEMBAHASAN

Karakteristik responden penelitian dua-duanya berjenis kelamin perempuan dan memiliki luka diabetik
diekstremitas bawah (kaki). Hal ini sesuai dengan pendapat Riyadi dan Sukarmin (2008) yang menyatakan
bahwa komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah perubahan patologis anggota gerak
ekstremitas bawah akibat gangguan sirkulasi, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik yang bisa
menyebabkan luka atau tidak terkontrolnya infeksi sehingga dapat mengakibatkan luka diabetik.
Kemudian usia responden dua-duanya diatas 40 tahun. Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), salah satu
faktor penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus adalah usia. Setelah usia 40 tahun manusia akan
mengalami penurunan fisiologis yang sangat cepat, penurunan ini akan beresiko pada penurunan fungsi
pankreas untuk memproduksi insulin. Degan usia tersebut maka responden memiliki resiko penyakit degenaratif
salah satunya diabetes mellitus, selain itu responden juga mudah sekali mengalami luka namun lama dalam
proses penyembuhannya.
Potter dan Perry (2005) menyebutkan bahwa penuaan juga dapat menganggu semua tahap proses
penyembuhan luka. Perubahan vaskuler mengganggu sirkulasi kedaerah luka, penurunan fungsi hati
mengganggu sintesis faktor pembekuan, respon inflamasi lambat, pembentukan antibodi dan limfosit menurun,
jaringan kolagen kurang lunak dan jaringan parut kurang elastis.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) menunjukkan bahwa untuk penggunaan balutan
konvensional dan balutam moderen kadar glukosa darah sewaktu pada pengukuran pertama tanggal 21
Nopember 2014 adalah 240 mg/dl dan 249 mg/dl, 2 Desember 2014 adalah 190 mg/dl dan 390 mg/dl, 12
Desember 2014 adalah 131 mg/dl dan 304 mg/dl, 21 Desember 2014 adalah 265 mg/dl dan 377 mg/dl. Melihat
rata-rata kadar glukosa darah sewaktu responden melebihi batas normal (> 200 mg/dl).
Glukosa darah yang normal akan memberikan suasana yang kondusif bagi viskositas darah, perfusi
oksigen dan imunitas serta nutrisi kedalam sel otot, hati dan lemak sedangkan tingginya kadar glukosa darah
yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah kemudian menimbulkan masalah pada kaki pasien diabetes mellitus serta mengakibatkan
rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lain sehingga aliran darah akan terganggu.
Sirkulasi darah yang buruk pada pembuluh darah besar dapat memperlambat penyembuhan luka. Riyadi
dan Sukarmin (2008) menyebutkan bahwa akibat gangguan sirkulasi, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi
saraf sensorik bisa menyebabkan terjadinya luka diabetik.
Peneliti juga berpendapat bahwa salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya luka diabetik pada
pasien adalah kadar glukosa darah yang tinggi. Apabila hasil pengukuran kadar glukosa darah pasien
dibandingkan dengan teori yang ada, kerusakan pada pembuluh darah dan saraf-saraf perifer yang ada dikaki
pasien disebabkan oleh kadar glukosa darah yang tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas
terhadap rangsangan, pasien sering tidak merasa ketika menginjak benda-benda kecil yang dapat melukai kaki
pasien sehingga pasien baru sadar mengalami luka setelah ukuran lukanya cukup besar.
Status luka diabetik sebelum perawatan luka menggunakan balutan konvensional (cairan normal saline
NaCl 0,9% dan balutan kasa) dan balutan moderen (metcovazin).
Untuk status luka diabetik sebelum perawatan luka menggunakan balutan konvensional, pengkajian luka
diabetik pada tanggal 21 Nopember 2014 dengan ukuran luka 25x14 cm lebih 80 cm, stage 4 kedalaman luka
sampai tulang, tepi luka jelas tidak menyatu dengan dasar luka tebal, terdapat goa 2-4 cm < 50% pinggir luka,
tipe eksudat serous (kuning), jumlah eksudat sedang, warna kulit sekitar luka hitam atau hiperpigmentasi,
jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi 25% dan kurang 25% epitelisasi. Hasil
penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 40 minggu.
Untuk status luka diabetik sebelum perawatan luka menggunakan balutan moderen, pengkajian luka
diabetik pada tanggal 21 Nopember 2014 dengan ukuran luka 20x15 cm lebih 80 cm, stage 4 kedalaman luka
sampai tulang, batas tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, terdapat goa 2-4 cm < 50% pinggir luka, tipe
eksudat serosaanguinneous (kuning dan kemerahan), jumlah eksudat sedikit, warna kulit sekitar luka putih atau
pucat atau hipopigmentasi, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi 50% dan kurang
25%-50% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 32
minggu.
Observasi dan pengukuran kedalaman luka menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki
kedalaman luka yang meliputi hilangnya seluruh ketebalan kulit melibatkan kerusakan atau nekrosis jaringan
yang melebar hingga otot dan tulang. Jaringan nekrotik yang berlebihan ditempat luka dapat memperlambat
penyembuhan dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Menurut Maryani (2011), jaringan yang berwarna

121 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

hitam atau kuning merupakan jaringan yang tidak mendapatkan vaskularisasi. Fokus perawatannya yaitu
meningkatkan autolisis debridemen atau mekanikal debridemen, mengurangi eksudat, menghilangkan bau serta
mengurangi atau menghilangkan kejadian infeksi.
Observasi parameter tipe eksudat menunjukkan bahwa pasien memiliki eksudat serosaanguineous
(kuning dan kemerahan). Eksudat serosaanguineous adalah campuran eksudat serosa dengan sanguinosa,
eksudat ini berwarna kuning dan merah pucat, berair dan dapat memperlambat penyembuhan akibat respon
inflamasi yang berlangsung terus. Infeksi pada luka yang ditandai dengan eksudat salah satunya terjadi karena
pasien kurang menjaga kebersihan luka. Sebagian besar luka diabetik yang ditemukan oleh peneliti sebelum
perawatan luka dalam keadaan kotor. Akibatnya baktifitas kuman pada luka cukup tinggi ditandai dengan
produksi eksudat yang sedang. Luka menjadi tambah parah akibat luka yang tidak dirawat dengan baik termasuk
penanganan eksudat sehingga luka akan tetap berada pada fase inflamasi.
Observasi jaringan granulasi dan epitelisasi menunjukkan masih kurang. Jaringan granulasi adalah
pertumbuhan pembuluh darah kecil dan jaringan penyambung untuk mengisi luka yang dalam. Jaringan
granulasi akan sehat apabila warnanya terang, berwarna seperti daging, berkilau. Vaskulariasasi yang buruk
akan terlihat seperti merah muda pucat atau merah kehitaman. Epitelisasi jaringan adalah proses pengambalian
permukaan epidermal dan terlihat kulit berwarnah merah muda atau pink (Potter dan Perry, 2005).
Sebagian besar pasien memiliki luka dengan granulasi yang tidak sehat akibat perawatan luka yang
kurang tepat atau bahkan karena luka yang tidak dirawat sehingga jaringan luka cenderung kering. Akibat
lingkungan yang kering tersebut maka jaringan granulasi tidak dapat tumbuh optimal karena jaringan granulasi
dapat tumbuh optimal pada lingkungan lembab. Luka belum mengalami jaringan epitel karena pertumbuhan
jaringan epitel mengikuti pertumbuhan jaringan granulasi.Status luka diabetik sesudah perawatan luka
menggunakan balutan konvensional (cairan normal saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) dan balutan moderen
(metcovazin).
Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan konvensional dan dievaluasi
hari kesepuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 2 Desember 2014 dengan ukuran luka 22x11 cm
lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, tepi luka jelas tidak menyatu dengan dasar luka,
terdapat goa 2-4 cm < 50% pinggir luka, tipe eksudat serosaanguineous (kuning dan kemerahan), jumlah
eksudat sedikit, warna kulit sekitar luka putih atau pucat atau hipopigmentasi, jaringan non pitting udema < 4
cm disekitar luka, jaringan granulasi terang 50% dan 25%-50% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi
luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 32 minggu.
Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan konvensional dan dievaluasi
hari keduapuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 12 Desember 2014 dengan ukuran luka 18x9
cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar luka,
terdapat goa kurang 2 cm pada pinggir luka, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab, warna kulit
sekitar luka merah, jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-
100% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 24 minggu.
Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan konvensional dan dievaluasi
hari ketigapuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 21 Desember 2014 dengan ukuran luka 16x8
cm lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak
ada goa pada luka, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab, warna pink pada kulit sekitar luka,
jaringan non pitting udema < 4 cm disekitar luka, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi.
Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 24 minggu.
Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan moderen dan dievaluasi hari
kesepuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 2 Desember 2014 dengan ukuran luka 16x11 cm
lebih 80 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, terdapat
goa kurang 2 cm, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab, warna merah terang kulit sekitar luka, no
swelling atau tidak ada udema, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status
kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 23 minggu.
Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan moderen dan dievaluasi hari
keduapuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 12 Desember 2014 dengan ukuran luka 7x5 cm
kurang 36 cm, stage 3 kedalaman luka sampai hipodermis, batas tepi terlihat menyatu dengan dasar luka,
terdapat goa kurang 2 cm pada pinggir luka, tipe eksudat bloody, jumlah eksudat moist/lembab, warna kulit
sekitar luka merah, no swelling/tidak ada udema, jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi.
Hasil penilaian status kondisi luka/proses penyembuhan luka memerlukan waktu 21 minggu.

122 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

Untuk status luka diabetik sesudah perawatan luka menggunakan balutan moderen dan dievaluasi hari
ketigapuluh diperoleh pengkajian luka diabetik pada tanggal 21 Desember 2014 dengan ukuran luka 5x3 cm
kurang 16 cm, stage 2 kedalaman luka sampai dermis, batas tepi samar dengan dasar luka, tidak ada goa pada
luka, eksudat tidak ada, jumlah eksudat kering, warna pink pada kulit sekitar luka, no swelling/tidak ada udema,
jaringan granulasi terang 100% dan 75%-100% epitelisasi. Hasil penilaian status kondisi luka/proses
penyembuhan luka memerlukan waktu 14 minggu.
Luka diabetik merupakan luka kronik yang disebabkan oleh kondisi lokal seperti infeksi juga kondisi
sistemik seperti peningkatan kadar glukosa darah yang dapat menyebabkan penurunan sensitifitas sel terhadap
insulin. Hal utama yang dapat menghambat proses perkembangan luka adalah menurunnya faktor pertumbuhan
(growth faktor) dan tidak seimbangnya antara enzim proteolitik dan inhibitornya (Hardings KG, 2008).
Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses perkembangan luka.
Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab. Kondisi lembab pada
permukaan luka dapat meningkatkan proses perkembangan perbaikan luka, mencegah dehidrasi jaringan dan
kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan. Oleh karena itu,
balutan harus bersifat menjaga kelembaban dan mempertahankan kehangatan pada luka.
Balutan moderen (metcovazin) adalah salah satu topical therapy yang terbuat dari bahan zinc, nistatin
dan metronidazole dan bentuknya salep dalam kemasan serta memiliki prinsip kerja dengan menjaga
kelembaban dan kehangatan area luka, membuang jaringan mati, benda asing dan partikel, balutan dapat
mengontrol kejadian infeksi/melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri, mempercepat proses penyembuhan
luka, nyaman digunakan, mengurangi nyeri, proteksi periwound, support autolysis debridement, menghindari
trauma saat membuka balutan dan mengurangi bau tidak sedap sedangkan balutan konvensional (cairan normal
saline NaCl 0,9% dan balutan kasa) adalah larutan yang dipakai sebagai agen pembersih luka, larutan istonik,
tidak mengganggu proses penyembuhan luka, tidak merusak jaringan, menjaga kehangatan dan cenderung lebih
kering sehingga proses penyembuhan luka terhambat.
Prinsip balutan moderen dan balutan konvensional sama yaitu menjaga kelembaban, kehangatan dan
mencegah dari trauma. Namun balutan konvensional kurang dapat menjaga kelembaban karena NaCl akan
menguap sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan kasa lengket pada luka sehingga mudah
terjadi trauma ulang. Kekurangan cairan normal saline NaCl dan balutan kasa dalam menjaga kelembaban
lingkungan luka menyebabkan masa perawatan luka yang lama. Balutan moderen adalah pilihan yang baik
untuk meningkatkan proses penyembuhan/ perkembangan luka diabetik.
Patofisiologi luka diabetik menurut Suriadi (2004) penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama
yang mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait adanya
pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer.
Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini
adalah yang berhubungan dengan “peripheral vascular diseases”. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan
kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf autonomi,
yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dengan adanya gangguan pada saraf
autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah.
Dengan demikian, kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak
dapat mencapai jaringan perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut.
Efek pada autonomi neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis; yang
memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan
mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang
mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan
dan perubahan temperatur.
Proses granulasi jaringan terjadi oleh karena pada fase ini terjadi peningkatan aktivitas fibroblast. Pada
fase granulasi ini ditandai dengan terbentuknya pembuluh darah baru sehingga luka tampak berwarna merah
terang. Aktivitas fibroblat juga merupakan stimulator untuk pembentukan myofibril yang menyebabkan
kontraksi luka serta stimulator pembentukan kolagen yang berfungsi sebagai penguat jaringan (Hartmann,
1999).
Proses epitelisasi terjadi karena aktivitas myofibroblast yang merupakan bagian dari fibroblast dan
berfungsi menimbullkan kontraksi luka. Komponen ini menyebabkan serat kolagen tertarik satu sama lainnya
sehingga jaringan parut yang terbentuk menjadi lebih halus dan jaringan pada kulit pada tepian luka menjadi
menyatu sama sama lainnya. Proses mitosis dan migrasi sel juga terus berlangsung sehingga permukaan luka
menjadi naik dan tertutup sama sekali oleh sel-sel epitel yang baru. Hasil dari re-epitelisasi ini tidak sama

123 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia


Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2 (April, 2018) E-ISSN 2614-5375

dengan bentuk dan fungsi dari sel yang sebelumnya tetapi hanya bersifat pengganti saja, dimana jaringan yang
baru ini biasanya mempunyai pembuluh darah, kelenjar, folikel rambut, serta sel syaraf dalam jumlah yang
sedikit atau bahkan sama sekali tidak mengandung salah satu dari komponen tersebut.

KESIMPULAN

Perawatan luka menggunakan balutan moderen (metcofazin) lebih efektif dibandingkan dengan
perawatan luka menggunakan balutan konvensional (cairan normal salin NaCl 0,9% dan balutan kasa) terhadap
proses penyembuhan luka diabetik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten
Sidrap.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina H.R., (2009), Perawatan Luka Modern (On Line ), http :// Perawatan Luka Modern_Fakultas
Keperawatan Unpad.htm, Di akses tanggal 9 Juni 2014.
Alimul A., (2009), Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta, 136,137.
Bilous W.R., (2008), Bimbingan Dokter pada Diabetes, Dian Rakyat, Jakarta, 10.
Boediardja S.A., dkk, (2009), Serba Serbi Penyakit Kulit dan Kelamin Sejak Neonatal sampai Geriatri, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 11-12.
Darmono, (2007), Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Universitas Diponegoro Semarang, 15-30.
Dep.Kes.RI., (2009), Tahun2030 Prevalensi Diabetes Melitus Mencapai 21,3juta orang(On Line), http://
m.depkes.go.id/index.php, Di akses tanggal 8 Juni 2014.
Hastuti R., (2008), Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada PenderitaDiabetes Melitus(Studi Kasus di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta), (tidak diterbitkan), Universitas Diponegoro Semarang.
Hidayat.A.A., (2007), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, jakarta, 82-
83
Huda M., (2010), Pengaruh Hiperbalik Oksigen (HBO) Terhadap Perfusi Luka Ganggren Pada Penderita DM
di RSAL Dr.Ramelan surabaya. Tesis (tidak diterbitkan), Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister
Ilmu keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia, Jakarta, 30-31.
Mansjoer A., (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Media Aesclapius, Jakarta, 580-582.
Morison J.M., (2012), Manajemen Luka, EGC, Jakarta, 14-17, 18-21, 43-44, 62-66, 70.
Maryani, (201), Metode Perawatan Luka, Dalam : Seminar Nasional Keperawatan, 13 November 2011. PSIK
Universitas Jember.
Novriansyah R., (2008), Perbedaan Kepadatan Jumlah Kolagen di Sekitar Luka Insisi Tikus Wister yang
Dibalut dengan Kasa Konvensional dan Penutup Luka Hidrokoloid selama 2 dan 14 hari. Tesis (tidak
diterbitkan), Program Magister dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Universitas Diponegoro,
Semarang, 24-25.
Nursalam, (2007), Manajemen Keperawatan “Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional” ed. 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Poter Patricia A., (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik ed. 4, EGC Jakarta.
Potter dan Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, Vol. 2 edisi 4,
Alih Bahasa Oleh Renata Komalasari et al, EGC Jakarta.
Riyadi dan Sukarmin, (2008), Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin
Pada Pankreas, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Shanty M., (2011), Silent Killer, Javalitera, Jogyakarta, 24-27
Suriadi , (2004),Perawatan Luka, Sagung Seto, Jakarta, 1-14.
Suyanto, (2008) , Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit, EGC, Jakarta.
Syahrul F., (2009), Gambaran Efektifitas Penggunaan Kompres NaCL 0,9% Terhadap Proses Penyembuhan
ulkus Diabetik di Ruang IP dan IV IRNA C Penyakit Dalam RS.DR.M.Djamil Padang. Tesis (tidak
diterbitkan), Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Univ.Andalas, Padang, 4,61.
Yuwono S.H., (2010), Ilmu Bedah Vaskular Sains dan Pengalaman Praktis, Retika Aditama, Bandung, 176-
177.

124 | Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai