Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Kelas : 2A
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit sars.
2. Untuk mengetahui sejarah penyakit sars.
3. Untuk mengetahui penyebaran virus pada sars.
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit sars.
5. Untuk mengetahui gejala penyakit sars.
6. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
7. Untuk menjelaskan cara pencegahan penyakit sars.
8. Untuk mengetahui definisi dari flu burung.
9. Untuk mengetahui cara flu burung itu bisa menular.
10. Untuk mengetahui gejala dari flu burung.
11. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian flu burung.
12. Untuk mengetahui, memahami serta dapat mengaplikasikan cara untuk mencegah
kejadian flu burung.
13. Untuk mengetahui dan memahami cara penanggulangan flu burung.
1.4 Manfaat
1. Agar mampu memahami penyakit SARS.
2. Agar mampu memahami sejarah penyakit SARS.
3. Agar mampu memahami penyebaran virus pada SARS.
4. Agar mampu memahami penyebab penyakit SARS.
5. Agar mampu memahami gejala penyakit SARS.
6. Agar mampu memahami tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita SARS.
7. Agar mampu memahami cara pencegahan penyakit SARS.
8. Agar mampu memahami definisi dari Flu Burung.
9. Agar mampu memahami bagaimana Flu Burung itu bisa menular.
10. Agar mampu memahami gejala dari Flu Burung.
11. Agar mampu memahami gambaran epidemiologi kejadian Flu Burung.
12. Agar mampu memahami dan mengaplikasikan cara untuk mencegah kejadian Flu
Burung.
13. Agar mampu memahami cara penanggulangan Flu Burung.
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas
Umur
Flu burung biasanya menyerang sekelompok entitas (orang-orang jompo dan
paling banyak didominasi oleh anak-anak. (Akoso, 2013, p. 3)
Suku Bangsa
Kasus terbanyak dari Vietnam, thailand, kamboja, dan terakhir
indonesia (J.Kunoli, 2012, p. 164)
Pekerjaan
Flu burung berisiko tinggi menyerang pada pekerja pertenakan unggas (Akoso,
2013, p. 12)
Status Kesehatan Klien Saat Ini
Keluhan utama
Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu tanda
terjadi infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot, peningkatan suhu
tubuh dan sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, p. 194)
Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien mengalami myalgia, demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot,
pilek, batuk, dan gangguan pernapasan. (Wahid, 2013, p. 194)
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu >38˚C) sesak nafas, sakit
tenggorokan, batuk, pilek dan diare. (Nurarif, 2015, p. 1)
Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji riwayat
perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah
atau tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas
sakit, kontak dengan unggas atau orang yang positif flu burung.
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya sebagai factor
predisposisi penularan didalam rumah. (Wahid, 2013, p. 195)
Riwayat pengobatan
Dosis oseltavimir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu. Bila dibersihkan
dengan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltavimir diberikan setiap 2 hari sekali. (Nelwan,
2014, p. 727)
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, demam, radang tenggorokan, sesak nafas.
Kesadaran : Pada pasien H5N1 kesadaran penuh.
Tanda-tanda Vital :
-TD : pada pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah.
-Nadi : takikardi dan dispneu
-RR : melebihi normal
-Suhu : lebih dari 38˚C
Sistem Pernafasan
-Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil tampak
kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada daerah hidung, hidung
tampak kemerahan, Adanya batuk
-Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya pembesaran
kelenjar tiroid
-Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness
-Auskultas : suara nafas area vesikuler.
Sistem persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa bangun dan
beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena sakit saat disentuh.
Pemeriksaan mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada kelopak
mata/palpebra,konjungtivitis dan sklera tidak ada perubahan warna.
Pemeriksaan telinga
-Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
hiperpigmentasi.
-Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan hidung
-Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
-Palpasi : ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis, palatoseisis atau
labiopalatoseisis), warna lidah terdapat perdarahan atau tidak, ada abses atau tidak.
Sistem kardiovaskular
-Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan
-Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan
-Palpasi : pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba
-Perkusi : batas-batas jantung
-Batas atas (N = ICS II)
-Batas bawah (N = ICS V)
-Batas kiri (N = ICS Vmid clavikula sinistra)
-Batas kanan (N = ICS IV mid sternalis dextra)
Sistem pencernaan
-Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah vena
-Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit
-Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau distensi,
adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada penderita
flu burung. (Wahid, 2013, p. 196)
1. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014, p.
722)
2. Sistem perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal berupa
peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013, p. 196)
3. Sistem muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya dahan tubuh
dan mengalami nyeri. (Nurarif, 2015, p. 1)
4. Sistem integument
-Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan
-Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik. (Nurarif, 2015, p. 1)
5. Sistem imun
Kelainan laboratorium, leukopenia, limfopenia, dan trombositopenia sering
terjadi pada pasien flu burung. (Akoso, 2013, p. 12)
6. Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung. (Wahid, 2013)
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kimia darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase, Analisis gas darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase. Analisis Gas Darah dapat normal
atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya
ditemukan lekopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
a. Uji RT-PCR (Reverse transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5
b. Biakan dan identifikasi virus influenza A suptipe H5N1
c. Uji serologi
d. Uji penapisan : rapid test mendeteksi influenza A, ELISA untuk mendeteksi
H5N1
3. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah penumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CTScan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik
dini.
4. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat
(necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
D. Penatalaksanaan
1. Fasilitas Pelayanan kesehatan non rujukan
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan oseltavimir 2 x 75 mg (jika anak,
sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS flu burung.
b. Untuk puskesmas terpencil pasien diberi pengobatan oseltavimir sesuai skoring
dibawah ini, sementara paa puskesmas yang tidak terpencil langsung dirujuk ker
RS rujukan. Kriteria pemberian oseltavimirdengan system skoring, dimodifikasi
dari hasil pertemuan workshop “case management” & dan pengembangan
laboratorium regional avian influenza, Bandung 20-23 april 2006
Skor/ gejala 1 2
Demam <38*C >_38*C
RR N >N
Ronki Tidak ada Ada
Leucopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah Tidak ada Ada
Jika tidak terdapat fasilitas pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai
leukopeni (skor=2). Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar(Nurarif, 2015,
p. 2)
E. Diagnosa Keperawan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai dengan dyspnea
saat diaukultasi terdengar ronchi.
2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea (RR >20x /
menit)
F. Kriteria Hasil
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai
dengan dyspnea saat diaukultasi terdengar ronchi.
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yangdapat menghambat jalan
nafas.
3. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea (RR
>20x / menit)
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi dengan khriteria hasil :
a. Menunjukan jalan nafas yang paten
b. TTV dalam rentan normal
G. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai
dengan dyspnea saat diaukultasi terdengar ronchi.
a. Infomasikan pada klien dan keluarga tentang suction
b. Ajarkan klien nafas dalam sebelum suvtion dilakukan
c. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
d. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea
(RR >20x / menit)
a. Monitor aliran O2
b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
c. Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
d. Identifikasipasien perlunya pemasangan alat bantu nafas buatan
A. Pengkajian
Identitas : SARS dapat terjadi pada segala usia (tanpa batasan usia).
Status kesehatan saat ini
Keluhan Utama
Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit
kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernafasan ringan dan diare.
Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengeluh sesak nafas frekuensi nafas 30x/menit, nadi lebih
100x/menit, gangguan kesadaran, kondisi uumum lemah.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gejala panas tinggi >38°C selama 3 hari, pasien mengalami
batuk sesak dan sulit bernafas, kadang cyanosis.
Riwayat kesehatan terdahulu
Kaji apakah sebelumnya pernah mengalami riawayat penyakit seperti ini
Riwayat penyakit sebelumnya
Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS
dalam 10 terakhir, Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS
dalam 10 hari terakhir, Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara mengkaji anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama dan kaji pengalaman terkena
penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
Riwayat pengobatan
Pasien SARS pernah minum obat tradisional saat sakit dan sebelum sakit.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Pasien SARS ada penurunan kesadaran bahkan sampai tidak sadar jika
sudah ketingkat lebih lanjut.
Tanda-tanda vital
Pada pasien SARS didapatkan suhu tubuh 38°C selama, RR >30x/menit,
Nadi > 100x/menit, Tensi cenderung turun.
Body System
Sistem pernafasan
-Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan
dangkat, retraksi otot bantu pernafasan.
-Palpasi : Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan
inflamasi
-Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
-Auskultasi : Ronkhi basah, suara nafas bronkial
Sistem kardiovaskuler
Gejala-gejala yang terkait dengan system kardiovaskular jarang
ditemukan, rendahnya tekanan darh berakibat timbulnya rasa pusing.
Sistem persarafan
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
Sistem perkemihan
Terjadi peningkatan kadar kreatinin kinase
Sistem percernaan
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun
Sistem integument
Kulit, bibir, serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis karena kekurangan
oksigen)
Sistem musculoskeletal
Pada penderita SARS pasien mengalami kaku otot
Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien SARS
Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada system reproduksi pasien SARS
Sistem pengindraan
Pada pasien SARS tidak mengalami perubahan pada system pengindraan
Sistem imun
Virus coronavirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas dan
juga bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun
dan berakibat batuk yang lama
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen).
2. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbuhan cairan ditempat yang seharusnya
terisi udara).
3. CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing Pneumonia
(BOOP).
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan darah perifer lengkap
6. Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
7. Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
8. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen dahak, feses dan darah ferifer.
9. Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus.(Manurung, 2013, p. 91)
D. Penatalaksanaan
1. Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk
segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
2. Berikan masker bedah pada penderita.
3. Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP)
4. Catat dan dapatkan keteranagan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat
kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernafasan pada kontak sepuluh hari
sebelumnya.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat,
takipnea, dan demam
F. Kriteria Hasil
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Menunjukan jalan nafas yang paten
b) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral
tidak adekuat, takipnea, dan demam.
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan volume
cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Memperhatikan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine normal, heart rate
b) Tidak ada tanda dehidrasi
c) TTV dalam batas normal
G. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
a) Monitor respirasi dan status O2
b) Lakukan fisioterapi dada
c) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d) Berikan bronkodilator bila perlu
2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral
tidak adekuat, takipnea, dan demam.
a) Monitor mpemasukan makanan atau cairan dan hitung untake kalori harian
b) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
c) Monitor TTV
d) Kolaborasi dengan dokter
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SARS (Severe acute respiratory syndrome atau kadang-kala severe Asian respiratory
syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada
radang paru-paru (atypical pneumonia). Kasus SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi
Guangdong (China) pada bulan November 2003. Pertimbangan WHO menyatakan SARS
sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal
penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS
terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong
berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan
memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia
maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau
coronavirus, paramoxyviridae. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi
SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya
penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia. Virus bisa terbawa
oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedang virus yang mampu bertahan di udara
kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu.
Gejala-gejala SARS antara lain: Sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma, bersin,
demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat celcius, nyeri otot dan persendian
serta sakit di dada terutama saat bernapas. Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti di
atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Cara
pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi wilayah yang sudah terjangkiti
SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian
besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau
penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta
sarung tangan. Namun , yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya
tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan hidup
secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Secara umum,
gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit
tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam waktu singkat
dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan
apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.
Epidemiologi flu burung telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya yakni pada
distribusi orang waktu dan tempat yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia
bahkan dunia. Pencegahan pada unggas yakni pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi
flu burung dan vaksinasi pada unggas yang sehat. Pada Manusia pencegahan dibedakan
pada kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) dan masyarakat umum.
Salah satu cara penanggulangan bagi penderita flu burung yaitu oksigenasi bila terdapat
sesak napas dan hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3.2 Saran
Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar
masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap
waspada. Terutama kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam
dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Bagi
pembaca yang telah membaca makalah ini agar kiranya lebih memperhatikan kesehatannya.
Apabila anda ataupun orang lain dicurigai menderita penyakit SARS ataupun flu burung
maka segeralah ke dokter ataupun melaporkan kasus ini pada dinas kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA