Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU BURUNG DAN SARS”

Dosen Pengampu : Ahmad Baiquni S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Kelas : 2A

1. Ade Ayu Sandy Dj (P1337421018001)


2. Adifa Amir Fatah (P1337421018002)
3. Agnes Silvia (P1337421018003)
4. Ajeng Diyah Safitri (P1337421018004)
5. Amanda Chorry A (P1337421018005)
6. Anis Fauziyah (P1337421018006)
7. Annisa Salasatun Q (P1337421018007)
8. Aulia Khoerotinnisa (P1337421018008)
9. Arofatul Lutfi (P1337421018009)

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
JL Dewi Sartika No 01 Debong Kulon, Kota Tegal
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit
dalam komunitas atau daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau
yang biasa. Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas
dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah atau negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi
penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut
menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak
lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponsial, suatu infeksi
dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang
dimulai sebagai suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik,
bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit
bersangkutan. Sindrom pernafasan akut yang parah atau Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu
(demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala
menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi fatal.
Penyakit SARS pertama kali ditemukan di kota Guangzhou, provinsi Guangdong, RRC,
pada bulan November 2002. Setelah berjangkit di Hong Kong pada bulan Februari lalu,
virus SARS kemudian merambah ke lebih 20 negara di empat benua dengan jumlah
penderita 2400 orang sedang korban yang tewas mencapi 800an orang. Sumber penularan
global ini bermula ketika seorang dokter asal Guangzhou bernama Prof. dr. Liu Jianlun
menginap di Hotel Metropole, Hongkong, setelah sebelumnya menangani sejumlah pasien
SARS di rumah sakit kotanya. Di hotel inilah kemudian virus SARS menulari delapan tamu
hotel yang menginap di lantai yang sama dengan Prof. Liu, dua tamu di lantai lainnya dan
seorang pengunjung melalui perantara lift hotel. Jadi ketika mereka pulang atau pergi ke
negara tujuan masing-masing, yakni Singapura, Hanoi, Kanada, AS dan Irlandia, tanpa
disadari virus SARS sudah menyerang tubuh mereka. Selanjutnya penyakit ini menulari
para kerabat keluarga dan petugas kesehatan di rumah sakit mereka menginap hingga
kemudian menyebar ke ribuan tubuh manusia di seluruh dunia. Sedangkan penyakit flu
burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi
di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia
dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang
terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak
yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun
konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi
di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah
kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu bertambah ketika
wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari
2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung.
Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung,
seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang
dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut.
Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski,
mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat
kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang
terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang
terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Dengan demikian, pada bab selanjutnya akan dibahas tentang SARS dan flu burung.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah akan memberikan gambaran yang jelas mengenai pembahasan pada
bab selanjutnya, adapun rumusan masalahnya yakni sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari penyakit SARS ?
2. Jelaskan sejarah penyakit SARS ?
3. Bagaiamana penyebaran virus pada SARS ?
4. Jelaskan penyebab penyakit SARS ?
5. Bagaimanakah gejala penyakit SARS ?
6. Apakah tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita SARS ?
7. Jelaskan cara pencegahan penyakit SARS ?
8. Apa definisi flu burung ?
9. Bagaimana penularan kejadian flu burung?
10. Apa gejala terjangkitinya kejadian flu burung?
11. Bagaimana epidemiologi dari flu burung?
12. Apa pencegahan untuk menghindari kejadian flu burung?
13. Bagaimana penanggulangan dari kejadian flu burung?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit sars.
2. Untuk mengetahui sejarah penyakit sars.
3. Untuk mengetahui penyebaran virus pada sars.
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit sars.
5. Untuk mengetahui gejala penyakit sars.
6. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
7. Untuk menjelaskan cara pencegahan penyakit sars.
8. Untuk mengetahui definisi dari flu burung.
9. Untuk mengetahui cara flu burung itu bisa menular.
10. Untuk mengetahui gejala dari flu burung.
11. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian flu burung.
12. Untuk mengetahui, memahami serta dapat mengaplikasikan cara untuk mencegah
kejadian flu burung.
13. Untuk mengetahui dan memahami cara penanggulangan flu burung.

1.4 Manfaat
1. Agar mampu memahami penyakit SARS.
2. Agar mampu memahami sejarah penyakit SARS.
3. Agar mampu memahami penyebaran virus pada SARS.
4. Agar mampu memahami penyebab penyakit SARS.
5. Agar mampu memahami gejala penyakit SARS.
6. Agar mampu memahami tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita SARS.
7. Agar mampu memahami cara pencegahan penyakit SARS.
8. Agar mampu memahami definisi dari Flu Burung.
9. Agar mampu memahami bagaimana Flu Burung itu bisa menular.
10. Agar mampu memahami gejala dari Flu Burung.
11. Agar mampu memahami gambaran epidemiologi kejadian Flu Burung.
12. Agar mampu memahami dan mengaplikasikan cara untuk mencegah kejadian Flu
Burung.
13. Agar mampu memahami cara penanggulangan Flu Burung.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi SARS


Sars (Severe acute respiratory syndrome atau kadang-kala severe Asian respiratory
syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada
radang paru-paru (atypical pneumonia). Sars adalah penyakit pernafasan akut yang
disebabkan oleh virus.

2.2 Sejarah Penyakit SARS


Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut
Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan November 2003.
Adanya kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan oleh WHO empat bulan
kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003. Pada waktu itu disebut sebagai
Atypical Pneumonia atau Radang Patu Atipik. Informasi WHO ini menjadi dasar bagi
DepKes untuk secara dini pada bulan Februari 2003 menginstruksikan kepada seluruh
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) di Indonesia yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan
laut dan pos lintas batas darat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-
langkah penangkalan yang perlu.
Pada tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang menular
dengan cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS. Pada tanggal 15
Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS adalah ancaman global atau
Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
pada tangal 16 Maret 2003 segera berkoordinasi dengan WHO dan menginformasikan
kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah sakit Provinsi, KKP di seluruh Indonesia
dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah yang perlu bagi pencegahan penularan
dan pencegahan penyebaran SARS pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum
diketahui apakah penyakit ini sama dengan Atypicak Pneumonia yang berjangkit di
Guangdong. pada bulan April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical Pneumonia
di Guangdong adalah SARS. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman
global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS
meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama menyerang
tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai pakar kesehatan
di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan memahami cara penularan
SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003
dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau Coronavirus. Departemen
Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003
melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat
(community transmission) di Indonesia.

2.3 Cara Penyebaran Virus SARS


Virus bisa terbawa oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedangkan virus yang
mampu bertahan di udara kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu .
Salah satu cara penyebaran virus penyebab SARS adalah melalui butiran-butiran halus
cairan (droplet) berisi virus yang berasal dari batuk-pilek penderita. Jadi Virus itu
melayang-layang di udara, tetapi berada dalam droplet itu, yang sementara saja melayang di
udara sebelum jatuh ke tanah.

2.4 Penyebab Penyakit SARS


Hingga saat ini virus utama penyebab SARS masih belum diketahui secara pasti. Namun
para ahli kesehatan dunia telah menemukan dua jenis virus yang diduga kuat sebagai
pelaku utama SARS, yakni Coronavirus dan virus Paramoxyviridae. Sebenarnya kedua
virus ini sudah lama ada tapi gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat ini.
Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus penyebab demam flu, radang paru-paru dan
diare, sedang virus Paramoxyviridae adalah penyebab para influenza. Kesimpulan
sementara virus penyebab SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari Coronavirus.
Virus adalah parasit yang mudah mengalami mutasi atau perubahan gen, dan biasanya
terjadi apabila di dalam tubuh terdapat dua virus yang bertukar materi. Faktor pemicu
ganasnya hasil mutasi virus diantaranya adalah lingkungan hidup yang mulai rusak oleh
manusia, jumlah penduduk dunia yang semakin banyak dan tentu saja perkembangan ilmu
kedokteran di bidang virus (virulogi) yang bertambah maju. Seperti halnya manusia yang
berupaya segala cara untuk bertahan hidup, begitu pula para virus yang beradaptasi supaya
tetap dapat hidup walaupun harus dengan menyerang manusia sekalipun.

2.5 Gejala Penyakit SARS


Gejala-gejala SARS antara lain :
a) Sakit kepala,
b) Batuk,
c) Sesak napas seperti asma,
d) Bersin,
e) Demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius,
f) Nyeri otot dan persendian serta
g) Sakit di dada terutama saat bernapas.

2.6 Penanganan Pada Penderita SARS


Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti di atas maka tindakan yang harus
dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Tindakan yang sama juga perlu
dilakukan terhadap teman atau keluarga kita yang pernah mengunjungi tempat terdapatnya
wabah SARS atau berdekatan dengan penderita SARS dalam waktu sebulan terakhir. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari semakin parahnya infeksi virus pada tubuh penderita.
Karena apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka kondisi bagian tubuh yang
diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula
mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah
tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang
karbon dioksida.

2.7 Cara Pencegahan Penyakit SARS


Cara Pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi wilayah yang sudah
terjangkiti SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu,
karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan
penderita SARS atau penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan
selalu masker serta sarung tangan . Namun , yang terpenting dari semua ini adalah menjaga
kebersihan dan daya tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti
merokok dan hidup secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah
melakukan aktivitas.

2.8 Definisi Flu Burung


Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari
Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada
unggas, mulai dari yang ringan (Low Pathogenic) Influensa A (H5N1) merupakan
penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand,
Indonesia dan Jepang.Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk
(Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A
terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat
jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5
dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari
subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22
0C dan lebih dari 30 hari pada 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 0C. selama 30
menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin,
serta cairan yang mengandung iodine.

2.9 Penularan Flu Burung


Masa inkubasi (saat penularan sampai timbulnya penyakit) avian influensa adalah 3 hari
untuk unggas. Sedangkan untuk flok dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu tergantung pada
jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk
mendeteksi gejala klinis (berdasarkan pengamatan klinik). Unggas (ayam, burung dan itik)
merupakan sumber penularan virus influenza. Untuk unggas air lebih kebal(resistensi)
terhadap virus avian influenza darpada unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan
dapat juga terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air. Flu burung merupakan infeksi
oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H = Hemagglutinin; N = Neuraminidase), sampai saat
ini tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan antar manusia. Tetapi pada keadaan
sekarang ini virus flu burung belum mengalami mutasi pada manusia yang dapat
mengakibatkan penyebaran dari manusia ke manusia.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini
dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau
sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga
dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti
yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan
menular melalui makanan.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian
dikeluarkan bersama kotoran, dan infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya. Penularan
diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Bila tidak segera
ditolong, korban bisa meninggal. Seperti halnya influensa, flu burung ini sangat mudah
bermutasi.
Flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan
kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah
lain. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah
pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.
Saat ini, strain yang paling virulen penyebab flu burung adalah strain H5N1. Dari hasil
studi yang ada menunjukkan, unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat
mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Di dalam kotoran dan tubuh
unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, tapi mati pada pemanasan 600 derajad
celcius selama 30 menit. Virus ini sendiri mempunyai masa inkubasi selama 1–3 hari.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur,
lendir dari hidung dan feces. Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas.
Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan
hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan
2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung
virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga
terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.
2.10 Gejala Flu Burung
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a) Gejala pada unggas.
 Jengger berwarna biru
 Borok di kaki
 Kematian mendadak
b) Gejala pada manusia.
 Demam (suhu badan diatas 38 0C),
 Batuk dan nyeri tenggorokan,
 Radang saluran pernapasan atas,
 Pneumonia,
 Infeksi mata,
 Nyeri otot.
Masa Inkubasi
a) Pada Unggas : 1 minggu
b) Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Pada anak sampai 21 hari
Secara umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada
umumnya, yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala,
lemas, dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan
di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, setiap kasus flu yang menderita pneumonia
dengan faktor risiko kontak dengan burung pada daerah yang sedang terjadi KLB unggas
“flu burung” (kasus probable) perlu diambil spesimennya untuk pembuktian
laboratorium.
Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh
kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-
anak belum begitu kuat. Padahal, penyakit ini belum ada obatnya. Penderita hanya akan
diberi untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau
pusing. Obat-obatan itu hanya meredam gejalanya, tapi tidak mengobati.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon
“bunuh diri” dalam sistem imunitas tubuh manusia. Semakin banyak virus itu tereplikasi,
semakin banyak pula sitoksin–protein yang memicu untuk peningkatan respons imunitas
dan memainkan peran penting dalam peradangan yang diproduksi tubuh. Sitoksin yang
membanjiri aliran darah, karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan-
jaringan dalam tubuh.
Gejala klinis dari 10 kasus Avian influenza pada manusia di Vietnam adalah
sebagai berikut: Demam lebih dari 38ºC, sulit bernapas dan batuk adalah gambaran
utama. Seluruh pasien mengalami limfopenia dan gambaran abnormalitas foto toraks.
Tidak ada pasien yang terlihat sakit leher, konjungtivitis, hidung kemerahan dan berair.
Diare dengan feses cair terlihat pada setengah dari kasus. Delapan pasien meninggal, dan
dua sembuh. (Berita Buana, 2004)
Diagnosis kasus flu burung pada manusia yang dipastikan oleh WHO adalah
seperti:
a) Kultur virus influenza subtipe A (H5 N1) positif, atau
b) PCR influenza (H5) positif, atau
c) Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali. (WHO. 2004)

2.11 Epidemiologi Flu Burung


A. Epidemiologi Distribusi Menurut Orang
Munculnya kasus flu burung pada manusia di Indonesia merupakan suatu hal
yang harus diwaspadai. Pada unggas penyakit ini sudah dikenal > 100 tahun yang
lalu, tapi 7 tahun terakhir penyakit ini bisa menular pada manusia. Tahun 2005,
dilaporkan terjadi kasus flu burung pada manusia untuk pertama kali di Indonesia.
Hal ini berdampak sisoal yang cukup besar di samping kekhawatiran risiko
penularan pada manusia juga pada perekonomian Indonesai di mana usaha
peternakan unggas dari skala rumah tangga hingga industri terkena dampaknya.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah kemungkinan terjadinya Pandemi Influenza
di dunia yang menurut WHO tinggal menunggu waktu saja. Data WHO
menunjukkan bahwa pertambahan kasus baru daru waktu ke waktu semakin
bertambah terutama di Indonesia dan Vietnam. Sedangkan dari kasus yang tercatat
50% di antaranya menginggal dunia (CFR 50% / separuh pasien flu burung
meninggal karena penyakit ini ). Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
telah mengambil langkah penting untuk mengantisipasinya, kita sebagai warga
masyarakat dan organik Departemen Pertahanan juga harus mengambil sikap serta
turut berperan dalam penanggulangan masalah merebaknya kasus flu burung di
Indonesia.
Skenario menakutkan yang sedang dikaji Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini
mengingatkan dunia soal wabah flu Spanyol tahun 1918-1919. Saat itu virus flu
muncul dan menyebar ke seluruh dunia hanya dalam waktu enam bulan. Serangan
ini telah mengakibatkan 40 juta orang meninggal dunia. Dua kasus pandemi flu
lainnya juga pernah meledak tahun 1957 dan 1968. Pandemi tahun 1957
menewaskan empat juta orang dan pandemi 1968 menewaskan dua juta orang.
Kasus Flu Burung dalam perkembangan, bukan menyerang pada unggas saja,
tetapi juga menyerang manusia. Pada Tahun 1997, 18 orang di Hongkong diserang
flu burung, 6 orang meninggal dunia. Sementara data WHO yang telah dikonfirmasi
untuk tahun 2003 di Vietnam ditemukan tiga kasus pada manusia dan ketiganya
meninggal dunia ( angka kematian 100 % ), tahun 2004 kasus di Vietnam bertambah
29 kasus ( 20 meninggal ), ditahun yang sama negara Thailand ada kasus Flu Burung
pada manusia sebanyak 17 penderita (12 Penderita meninggal dunia). Tahun 2005 :
Vietnam 61 penderita (19 Meninggal Dunia), Indonesia 16 Penderita (11 meningal
Dunia), Thailand 5 penderita ( 2 Meninggal Dunia ), China 7 penderita ( 3
Meninggal Dunia ), Kamboja 4 penderita ( 4 meninggal dunia ) dan Turki 2
penderita dan keduanya meiniggal dunia.
Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli
Tahun 2005 hingga 12 April 2006 telah ditemukan 479 kasus kumulatif yang
dicurigai sebagai flu burung pada manusia, dimana telah ditemukan 33 kasus
konfirm flu burung, 24 diantaranya meninggal dunia. 115 Kasus masih dalam
penyelidikan (36 diantaranya meninggal dunia), sementara yang telah dinyatakan
bukan flu burung sebanyak 330 kasus.
Sampai tanggal 30 Desember 2005, sebanyak 142 kasus infeksi influensa unggas
pada manusia telah dilaporkan dari berbagai wilayah. Pada saat itu penularan pada
manusia masih terbatas di Kamboja, Indonesia, Thailand, dengan episenter di
Vietnam (65,5% dari seluruh kasus), Sebanyak 72 orang (50,7%) telah meninggal.
Jumlah tersebut kini sudah bertambah lagi terutama dengan meluasnya penyebaran
dan bertambahnya kematian di Indonesia. Juga dari beberapa negara lain (Turki,
Irak) sudah ada laporan tentang kasus influensa unggas ini pada manusia.
B. Epidemiologi Distribusi Menurut Waktu
Flu burung sudah terjadi sejak 1960-an. Berikut kilasannya:
a. Tahun 1968 : Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah
dilaporkan sejak 1968.
b. Tahun 1997 : Flu burung pertama kali melewati “halangan spesies” dari unggas
ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia.
Pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan
enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan
Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis
H5N1.
c. Tahun 1999 : Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang
Hongkong dengan menginfeksi dua orang.
d. 20 Mei 2001 : Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam
dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
e. 7 Februari 2002 : Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong.
Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul
merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di
luar teritorialnya.
f. April 2003 : Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
g. Nopember 2003 : Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7
juta ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan
virus New Castle.
h. Desember 2003 : Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan
memakan satu korban.
i. 22 Desember 2003 : Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan.
Kasus flu burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat
Kota Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu
burung (bird flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-
langkah untuk menahan perkembangan penyakit tersebut dan membatasi
dampaknya pada industri peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan manusia,
muncul di antara ayam-ayam di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil)
tenggara ibukota Seoul.
j. 24 Desember 2003 : Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu
ekor ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung.
k. Sepanjang 2003 : Ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya
meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus
yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada
pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu
diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7).
Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian
Influenza A (H9N2).

2.12 Pencegahan Flu Burung


a. Pada Unggas:
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
2. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
3. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
4. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
5. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
6. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
7. Imunisasi
c. Masyarakat umum
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
 Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
 Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada
telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
 Burung dan unggas yang terinfeksi (hidup atau mati) atau cairannya dapat
membawa virus avian influenza. Dengan demikian, kita seharusnya:
 Menghindari sentuhan dengan burung dan unggas (hidup atau mati) serta
cairannya.
 Bila Anda menyentuh mereka, cuci tangan dengan sabun hingga bersih.
 Masaklah unggas dan produk telur hingga matang sebelum dimakan.
 Ketika bepergian keluar Hong Kong, hindari menyentuh burung atau unggas.
3. Mereka yang bepergian dan kembali dari area yang terjangkit, seharusnya
kunjungi dokter sesegera mungkin bila mereka memiliki gejala seperti flu.
Katakan pada dokter akan sejarah perjalanan Anda dan kenakan masker untuk
mencegah penularan penyakit.
4. Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di
tempat di mana unggas berada. Ajarilah anak anak untuk mengikuti petunjuk
berikut:
 Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran
maupun limbahnya.
 Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.
 Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan
unggas.
 Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.
 Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu
tempat ke tempat lain, bahkan sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.
 Menangani unggas di daerah tertular harus dilakukan ditempat, tanpa
memindahkannya ke luar dari area tersebut.
 Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan keluarga
maupun hewan peliharaan anda. Penyembelihan dan penanganan unggas
tersebut untuk makanan adalah berbahaya.
5. Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti
misalnya menyentuh badan unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau
berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya:
 Cucilah tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.
 Lepaskan sepatu di luar rumah dan dibersihkan.
 Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda demam
( di atas 37.5 derajat C), periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah sakit
terdekat dengan seger.

2.13 Penanggulangan Flu Burung


Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7
hari.Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila
berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Askep Pada Pasien Flu Burung

A. Pengkajian
 Identitas
 Umur
Flu burung biasanya menyerang sekelompok entitas (orang-orang jompo dan
paling banyak didominasi oleh anak-anak. (Akoso, 2013, p. 3)
 Suku Bangsa
Kasus terbanyak dari Vietnam, thailand, kamboja, dan terakhir
indonesia (J.Kunoli, 2012, p. 164)
 Pekerjaan
Flu burung berisiko tinggi menyerang pada pekerja pertenakan unggas (Akoso,
2013, p. 12)
 Status Kesehatan Klien Saat Ini
 Keluhan utama
Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu tanda
terjadi infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot, peningkatan suhu
tubuh dan sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, p. 194)
 Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien mengalami myalgia, demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot,
pilek, batuk, dan gangguan pernapasan. (Wahid, 2013, p. 194)
 Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu >38˚C) sesak nafas, sakit
tenggorokan, batuk, pilek dan diare. (Nurarif, 2015, p. 1)
 Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji riwayat
perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah
atau tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas
sakit, kontak dengan unggas atau orang yang positif flu burung.
 Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya sebagai factor
predisposisi penularan didalam rumah. (Wahid, 2013, p. 195)
 Riwayat pengobatan
Dosis oseltavimir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu. Bila dibersihkan
dengan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltavimir diberikan setiap 2 hari sekali. (Nelwan,
2014, p. 727)

B. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Lemah, demam, radang tenggorokan, sesak nafas.
 Kesadaran : Pada pasien H5N1 kesadaran penuh.
 Tanda-tanda Vital :
-TD  : pada pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah.
-Nadi : takikardi dan dispneu
-RR : melebihi normal
-Suhu : lebih dari 38˚C
 Sistem Pernafasan
-Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil tampak
kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada daerah hidung, hidung
tampak kemerahan, Adanya batuk
-Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya pembesaran
kelenjar tiroid
-Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness
-Auskultas : suara nafas area vesikuler.
 Sistem persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa bangun dan
beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena sakit saat disentuh.
 Pemeriksaan mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada kelopak
mata/palpebra,konjungtivitis dan sklera tidak ada perubahan warna.
 Pemeriksaan telinga
-Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
hiperpigmentasi.
-Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
 Pemeriksaan hidung
-Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
-Palpasi  : ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa
 Pemeriksaan mulut
Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis, palatoseisis atau
labiopalatoseisis), warna lidah terdapat perdarahan atau tidak, ada abses atau tidak.
 Sistem kardiovaskular
-Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan
-Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan
-Palpasi : pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba
-Perkusi : batas-batas jantung
-Batas atas (N = ICS II)
-Batas bawah (N = ICS V)
-Batas kiri (N = ICS Vmid clavikula sinistra)
-Batas kanan (N = ICS IV mid sternalis dextra)
 Sistem pencernaan
-Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah vena
-Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit
-Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau distensi,
adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada penderita
flu burung. (Wahid, 2013, p. 196)
1. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014, p.
722)
2. Sistem perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal berupa
peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013, p. 196)
3. Sistem muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya dahan tubuh
dan mengalami nyeri. (Nurarif, 2015, p. 1)

4. Sistem integument
-Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan
-Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik. (Nurarif, 2015, p. 1)
5. Sistem imun
Kelainan laboratorium, leukopenia, limfopenia, dan trombositopenia sering
terjadi pada pasien flu burung. (Akoso, 2013, p. 12)
6. Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung. (Wahid, 2013)

C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kimia darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase, Analisis gas darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase. Analisis Gas Darah dapat normal
atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya
ditemukan lekopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
a. Uji RT-PCR (Reverse transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5
b. Biakan dan identifikasi virus influenza A suptipe H5N1
c. Uji serologi
d. Uji penapisan : rapid test mendeteksi influenza A, ELISA untuk mendeteksi
H5N1
3. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah penumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CTScan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik
dini.
4. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat
(necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
D. Penatalaksanaan
1. Fasilitas Pelayanan kesehatan non rujukan
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan oseltavimir 2 x 75 mg (jika anak,
sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS flu burung.
b. Untuk puskesmas terpencil pasien diberi pengobatan oseltavimir sesuai skoring
dibawah ini, sementara paa puskesmas yang tidak terpencil langsung dirujuk ker
RS rujukan. Kriteria pemberian oseltavimirdengan system skoring, dimodifikasi
dari hasil pertemuan workshop “case management” & dan pengembangan
laboratorium regional avian influenza, Bandung 20-23 april 2006

Skor/ gejala 1 2
Demam <38*C >_38*C
RR N >N
Ronki Tidak ada Ada
Leucopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah Tidak ada Ada
Jika tidak terdapat fasilitas pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai
leukopeni (skor=2). Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar(Nurarif, 2015,
p. 2)

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujuksn


3. Pasien suspek H5N1, probable, dan konfirmasi dirawat diruang isolasi.
4. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim paien ke ruang pemeriksaan.
5. Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan tetap menggunakan APD dan melakukan
kewaspadaaan standar.s
6. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
7. Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto toraks. Setelah
pemeriksaan pertama selesai, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap
hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pada hari
pertama, kedua, dan ketiga perawatan pemeriksaan PCR dilakukan. Pada hari pertama
pemeriksaan serologi dilakukan dan diulang setiap lima hari.
8. Penatalaksanaan diruang rawat inap
a. Perhatikan : keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
frekuensi napas, dan suhu), bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan
alat pulse oxymetry.
b. Terapi suportif : oksigen,  cairan, dll. (Nurarif, 2015, p. 3)
9. Profilaksis menggunakan oseltamivir
Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke manusia,
namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum terpajan tidak
dianjurkan.Oseltamivir diberikan pada petugas yang terpajan pada pasien dengan jarak
< 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan lebih 7 hari yang lalu,
profilaksis tidak dianjurkan kelompok resiko tinggi, untuk mendapat profilaksis dengan
ketentuan:
a. Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau konfirmasi H5N1
misalnya pada saat intubasi atau melakukan suction trakea, memberikan obat
dengan menggunakan nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang
memadai.Termasuk petugas LAB yang tidak menggunakan APD dalam
menangani sampel virus
b. Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi terinfeksinya H5N1.
Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka terpajan terhadap lingkungan
atau unggas yang menularkan penyakit.
10. Antiviral
Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama)
a. Dewasa atau anak > 13 tahun oseltamivir 2x 75 mg perhari selama 5 hari
b. Anak >1 tahun dosis oseltamivir 2mg/kg BB sehari selama 5 hari
c. Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan berikut:
>40 kg : 75 mg 2x/hari
>23 – 40 kg: 60 mg 2x/hari
>15 – 23 kg: 45 mg 2x/hari
<15 kg: 30 mg 2x/hari
d. Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan gangguan
fertilitaspada penggunaan oseltamivir. Saat ini belum tersedia data lengkap
mengenai kemungkinan terjadi malformasi atau kematian janin pada ibuyang
mengkonsumsi oseltamivir. Karena itu oseltamivir pada wanita hamil hanya dapat
diberikan bila potensi manfaat lebih besar dari potensi resiko pada janin.
11. Profilaksis
Profilaksis 1×75 mg diberikan pada kelompok resiko tinggi terpajan sampai 7-10
hari dari pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan
maksimal 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman. (Nurarif,
2015, p. 4)
 Pengobatan lain
1. Antibiotic spectrum luas yang mencakuo kuman tipikal dan atipikal.
2. Metilprednisolon 1-2 mg/kg BB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau
pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat vasopressor.
3. Terapi lain seperti simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi.
4. Rawat di ICU sesuai indikasi
5. Perawatan intensif

E. Diagnosa Keperawan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai dengan dyspnea
saat diaukultasi terdengar ronchi.
2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea (RR >20x /
menit)

F. Kriteria Hasil
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai
dengan dyspnea saat diaukultasi terdengar ronchi.
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yangdapat menghambat jalan
nafas.
3. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea (RR
>20x / menit)
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi dengan khriteria hasil :
a. Menunjukan jalan nafas yang paten
b. TTV dalam rentan normal

G. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai
dengan dyspnea saat diaukultasi terdengar ronchi.
a. Infomasikan pada klien dan keluarga tentang suction
b. Ajarkan klien nafas dalam sebelum suvtion dilakukan
c. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
d. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea
(RR >20x / menit)
a. Monitor aliran O2
b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
c. Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
d. Identifikasipasien perlunya pemasangan alat bantu nafas buatan

H. Implementasi dan Rasional Keperawatan


1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai
dengan dyspnea saat diaukultasi terdengar ronchi.
a. Memberi infomasikan pada klien dan keluarga tentang suction
Rasional : agar pasien dan keluarga mengerti tujuan dari dilakukannya suction
b. Ajarkan klien nafas dalam sebelum suvtion dilakukan
Rasional : untuk menghindari obstruksi jalan nafas
c. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : untuk melonggarkan jalan nafas
d. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
Rasional : untuk mengurangi sesak nafas
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d hiperfentilasi ditandai dengan takipnea
(RR >20x / menit)
a. Memonitor aliran O2
Rasional : untuk mengetahui O2 klien terpenuhi atau tidak
b. Melakukan auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada suara paru
c. Memonitor suhu, warna dan kelembapan kulit
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh
d. Identifikasipasien perlunya pemasangan alat bantu nafas buatan
Rasional : untuk membantu proses penyembuhan
I. Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
S : klien mengatakan jalan nafasnya sudah normal
O : di paru0paru klien tidak terdengar sura tambahan paru
A : masalah teratasi penuh
P : intervensi dihentikan
2. Diagnosa 2 :
S : klien mengatakan pola nafasnya sudah normal
O : klien terlihat sudah tidak menggunakan alat bantu lagi
A : masalah teratasi penuh
P : intervensi dihentikan
Askep pada Pasien SARS

A. Pengkajian
 Identitas : SARS dapat terjadi pada segala usia (tanpa batasan usia).
 Status kesehatan saat ini
 Keluhan Utama
Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit
kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernafasan ringan dan diare.
 Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengeluh sesak nafas frekuensi nafas 30x/menit, nadi lebih
100x/menit, gangguan kesadaran, kondisi uumum lemah.
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gejala panas tinggi >38°C selama 3 hari, pasien mengalami
batuk sesak dan sulit bernafas, kadang cyanosis.
 Riwayat kesehatan terdahulu
Kaji apakah sebelumnya pernah mengalami riawayat penyakit seperti ini
 Riwayat penyakit sebelumnya
Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS
dalam 10 terakhir, Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS
dalam 10 hari terakhir, Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara mengkaji anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama dan kaji pengalaman terkena
penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
 Riwayat pengobatan
Pasien SARS pernah minum obat tradisional saat sakit dan sebelum sakit.
B. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
 Kesadaran
Pasien SARS ada penurunan kesadaran bahkan sampai tidak sadar jika
sudah ketingkat lebih lanjut.
 Tanda-tanda vital
Pada pasien SARS didapatkan suhu tubuh 38°C selama, RR >30x/menit,
Nadi > 100x/menit, Tensi cenderung turun.
 Body System
 Sistem pernafasan
-Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan
dangkat, retraksi otot bantu pernafasan.
-Palpasi : Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan
inflamasi
-Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
-Auskultasi : Ronkhi basah, suara nafas bronkial
 Sistem kardiovaskuler
Gejala-gejala yang terkait dengan system kardiovaskular jarang
ditemukan, rendahnya tekanan darh berakibat timbulnya rasa pusing.
 Sistem persarafan
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
 Sistem perkemihan
Terjadi peningkatan kadar kreatinin kinase
 Sistem percernaan
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun
 Sistem integument
Kulit, bibir, serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis karena kekurangan
oksigen)
 Sistem musculoskeletal
Pada penderita SARS pasien mengalami kaku otot
 Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien SARS
 Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada system reproduksi pasien SARS
 Sistem pengindraan
Pada pasien SARS tidak mengalami perubahan pada system pengindraan
 Sistem imun
Virus coronavirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas dan
juga bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun
dan berakibat batuk yang lama

C. Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen).
2. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbuhan cairan ditempat yang seharusnya
terisi udara).
3. CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing Pneumonia
(BOOP).
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan darah perifer lengkap
6. Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
7. Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
8. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen dahak, feses dan darah ferifer.
9. Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus.(Manurung, 2013, p. 91)

D. Penatalaksanaan
1. Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk
segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
2. Berikan masker bedah pada penderita.
3. Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP)
4. Catat dan dapatkan keteranagan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat
kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernafasan pada kontak sepuluh hari
sebelumnya.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat,
takipnea, dan demam

F. Kriteria Hasil
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ketidakefektifan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Menunjukan jalan nafas yang paten
b) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral
tidak adekuat, takipnea, dan demam.
KH : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan volume
cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Memperhatikan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine normal, heart rate
b) Tidak ada tanda dehidrasi
c) TTV dalam batas normal

G. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
a) Monitor respirasi dan status O2
b) Lakukan fisioterapi dada
c) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d) Berikan bronkodilator bila perlu
2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral
tidak adekuat, takipnea, dan demam.
a) Monitor mpemasukan makanan atau cairan dan hitung untake kalori harian
b) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
c) Monitor TTV
d) Kolaborasi dengan dokter

H. Implementasi dan Rasional Keperawatan


1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
a) Memonitor respirasi dan status O2
Rasional : untuk mengetahui pernafasan pasien dalam batas normal atau tidak
b) Melakukan tindakan fiisioterapi dada
Rasional : untuk mempermudah dalam membersihakan jalan nafas
c) Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : untuk melonggarkan jalan nafas
d) Memberikan bronkodilator bila perlu
Rasional : untuk memperlancar jalan nafas
2. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan b.d kekurangan volume cairan b.d intake oral
tidak adekuat, takipnea, dan demam.
a) Memonitor pemasukan makanan atau cairan dan hitung untake kalori harian
Rasional : untuk mengembalikan nutrisi yang hilang
b) Memonitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Rasional : untuk mencegah dehidrasi
c) Memonitor TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan normal pasien
d) Berkolaborasi dengan dokter
Rasional : untuk mempermudah penyembuhan
I. Evaluasi
1. Diagnosa 1 :
S : pasien mengatakan sudah tidak mengalami sesak nafas
O : respirasi pasien sudah dalam batas normal
A : masalah teratasi penuh
P : intervensi di hentikan
2. Diagnosa 2 :
S : pasien mengatakan sudah mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah
normal
O : pasien terlihat sudah tidak ada tanda-tanda kekurangan volume cairan
A : masalah teratasi penuh
P : intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SARS (Severe acute respiratory syndrome atau kadang-kala severe Asian respiratory
syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada
radang paru-paru (atypical pneumonia). Kasus SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi
Guangdong (China) pada bulan November 2003. Pertimbangan WHO menyatakan SARS
sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal
penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS
terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong
berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan
memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia
maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau
coronavirus, paramoxyviridae. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi
SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya
penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia. Virus bisa terbawa
oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedang virus yang mampu bertahan di udara
kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu.
Gejala-gejala SARS antara lain: Sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma, bersin,
demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat celcius, nyeri otot dan persendian
serta sakit di dada terutama saat bernapas. Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti di
atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Cara
pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi wilayah yang sudah terjangkiti
SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian
besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau
penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta
sarung tangan. Namun , yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya
tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan hidup
secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Secara umum,
gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit
tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam waktu singkat
dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan
apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.
Epidemiologi flu burung telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya yakni pada
distribusi orang waktu dan tempat yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia
bahkan dunia. Pencegahan pada unggas yakni pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi
flu burung dan vaksinasi pada unggas yang sehat. Pada Manusia pencegahan dibedakan
pada kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) dan masyarakat umum.
Salah satu cara penanggulangan bagi penderita flu burung yaitu oksigenasi bila terdapat
sesak napas dan hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

3.2 Saran

Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar
masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap
waspada. Terutama kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam
dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Bagi
pembaca yang telah membaca makalah ini agar kiranya lebih memperhatikan kesehatannya.
Apabila anda ataupun orang lain dicurigai menderita penyakit SARS ataupun flu burung
maka segeralah ke dokter ataupun melaporkan kasus ini pada dinas kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Mikrajuddin.2006.IPA Terpadu SMP dan MTs Jilid 2A.Jakarta:Erlangga

Darmawan,Hermansyah.2010.Tanya Jawab Flu Babi, Flu Singapura dan Flu


Burung.Jakarta:Penebar Swadaya

Depkes.2009.FLU Burung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Jakarta:Depkes

Nadia.2013.Sars,http://needhiya-luvstory.blogspot.com/2013/04/sars.html (diakses pada tanggal


3 September 2015)

Riati.2012.Flu Burung, https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/20/flu-burung/ (diakses pada


tanggal 3 September 2015)

Semiawan,Conny.2005.Panorama Filsafat Ilmu:Landasan Perkembangan Ilmu Jaman


Sekarang.Jakarta:Teraju

Anda mungkin juga menyukai