Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
Program Studi D-III Keperawatan Samarinda
Kalimantan Timur
2020
MAKALAH
Disusun Oleh :
Kementerian Kesehatan RI
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Keperawatan Medikal Bedah yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................. 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan
kandungkemih.
g. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak
adekuatnya pengosongan kandung kemih.
5) Pola nutrisi – metabolik
a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol,
minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.
b. Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran
kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang
mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu
saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system
perkemihan.Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi status cairan.
d. Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi
herbal.
4
e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes
mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan
neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi
streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis
virus, gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3) Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan
pervaginan, sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina,
keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi.
4) Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5) Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6) Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7) Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker
kandung kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih
tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
1) Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
(polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom
Alport’s / nephritis herediter).
2) Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga
5
3) Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis
setelah mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak
jauh.
4) Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko
terjadi batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam
tanah dan air di daerah dataran tinggi.
Pengobatan
Data Demografi
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
3) Usia klien
4) Jenis kelamin
5) Tempat tinggal klien (alamat)
6) Tanggal masuk rumah sakit.
6
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/pasien atau gangguan secara langsung dengan
gangguan hormonal :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama
karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti :
Riwayat Diet
7
Masalah kesehatan sekarang
Tingkat Energi :
8
Seks dan reproduksi
Pada Pria kaji apakah mampu ereksi dan orgasme dan kaji juga apakah terjadi
perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.
9
B. Pemeriksaan Fisik Pasien Gangguan Kebutuhan Cairan Patologis
Sistem Perkemihan dan Metabolik Endokrin
10
a) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan
palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
b) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
c) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal.
Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada
laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis
renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
d) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
e) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
2) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi
distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
c. Perkusi
1) Ginjal
a) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
b) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan dominan.
c) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan
sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi
glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
2) Kandung kemih
11
a) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin
di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi
sampai setinggi umbilicus.
b) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas
region suprapubic. Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin
500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis
pubis.
d. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada
aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal (stenosis arteri ginjal)
12
Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah
tampak datar atau tumpul.
6) Pada Daerah Leher :
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, warna kulit sekitar
leher apakah terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
7) Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut :
Biasanya dijumpai pada orang yang mengalami gangguan kelenjar. Adrenal
8) Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit :
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
9) Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian
belakang atau disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau : Terjadi
pada K hiperfungsi adrenokortikal.
10) Amati keadaan rambut axilla dan dada :
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut
hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
b. Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yg dapat diperiksa secara palpasi
c. Auskultasi :
Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit".
Bunyi yg dihasilkan karena turbulensi pada Pembuluh darah tiroidea.
d. Pengkajian Psikososial
Mengkaji kemampuan koping klien/pasien, dukungan Keluarga serta keyakinan
klien/pasien tentang sehat dan sakit. Perubahan-perubahan fisik, fungsi seksual
dan reproduksi serta perubahan-perubahan lainnya yang disebabkan oleh
gangguan sistem endokrin akan berpengaruh terhadap konsep diri klien.
13
C. Pemeriksaan Diagnostik Pasien Gangguan Kebutuhan Cairan
Patologis Sistem Perkemihan dan Metabolik Endokrin
14
Spesimen
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.
Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria
dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter
pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan
daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan
tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan
kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu
cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang
paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari
sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan
urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat
mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam
setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :
unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam,
urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat
mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin
turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
15
Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna
dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas
warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine
pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine
basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein
dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini
pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume
harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang
akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,
kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat
mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar
protein dalam urin (proteinuria).
16
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat,
indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara,
kompleks besi, fenol.
Analisis Dipstick
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas
seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan
diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai
penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa,
protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit
esterase.
Prosedur Tes
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup
wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik.
Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen
atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna
diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang
biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk
setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat
atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan
instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam
pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena
itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera
dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus
segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan
uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan
bahwa tidak ada perubahan warna.
17
Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh
karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim
glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10
mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi
dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet
yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah
yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga
dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru,
yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein
Bence-Jones, dan mukoprotein.
Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk
(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah
meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
18
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai
ikterik.
Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi
empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang
melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen
meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika
atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel
sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker
pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan
sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal
dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan
tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt
mempengaruhi pH urine.
19
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH
akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak
memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine,
seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang
hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat
menyebabkan terjadinya batu asam urat.
20
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk
hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah
mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor
oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas
peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode
mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang
disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga
dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu
kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah
akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari
olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga
mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung
hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung
peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi,
pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau
berat jenis sangat tinggi. Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat
memberikan hasil positif.
Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat)
diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan.
Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi
normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal.
Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka
akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk
mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton
yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
21
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak
seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi
karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis.
diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau
protein,febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme
protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam
urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi
bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan
berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat
membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada
dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu,
enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit
berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa
dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan
perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan
nitrit.
22
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi.
Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit
(granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki
memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini
memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik
celup. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine
tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi,
kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin,
tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine
basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
23
o Spesimen darah vena 5 cc
o Spesimen vena 5 cc
Persiapan :
Pelaksanaan :
Hasil :
Normal bila
1) Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl
24
2) 17-hydroxy-cortico-streroid (17 –OHCS) dalm urine kurang dari 2,5 mg
Cara sederhana
Hasil :
1) Normal bila kadar kortisol darah lebih kecil sama dengan 3 mg/dl
2) Ekskresi 17 OHCS dalm urine kurang dari 2,5 mg
Persiapan :
Persiapan klien :
Hasil
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase
1) Normal : 10-35%
2) Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35% (pada
tirotoksis,pengobatan panjang hipertiroidisme)
25
b. T3 dan T4 Serum
1) Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada
2) Spesimen darah vena 5-10 cc
3) Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3 mg/dl
T4 6-12 mg/dl
4) Pada anak T3180-240 mg/dl
c. Upatake T3 Resin
1) Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding
globulin (TBG) tak jenuh
2) TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme
3) Spesimen darah vena 5cc
4) Persiapan: puasa 6-8 jam
5) Nilai normal
Persiapan :
26
6) Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukan
Penatalaksanaan
a) Nilai Normal :
f. Scanning Thyroid
1) Radio loding scanning
Untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan berfungsi atau
tidak berfungsi
2) Uptake iodine
a. Percobaan Sulkowitch
1) Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine
2) Menggunakan reagen sulkowitch
Persiapan
Penatalaksanaan
27
1) Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)
2) Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya
sebagai kontrol.
Cara pemeriksaannya :
Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal
1. Dewasa : 70-110mg/dl
2. Anak-anak : 60-100mg/dl
3. Bayi : 50-80mg/dl
28
Persiapan
Pelaksanaan
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria dan urethra
yang menyelenggarakan serangkaian proses untuk tujuan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa
tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan
urine. Apabila terjadi gangguan pada sistem perkemihan maka dapat
menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat serius dan kompleks.
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31