Anda di halaman 1dari 60

K O N S E P P E N YA K I T /

GANGGUAN NUTRISI
A K I B AT
IBAT PATOLOGIS PADA SISTEM PENCERNAA
N
DANDMETABOLIK ENDOKRIN
1. Ulkus peptikum
2. Gastroenteritis
3. Colitis
4. Hemoroid
5. Hepatitis
6. Obstruksi Intestinal
7. Diabetes Melitus

Dan Asuhan Keperawatan pada Thypus abdominalis,


DM, dan Hepatitis
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ULKUS PEPTIKUM
A. DEFINISI
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang disebabkan
oleh terlalu  banyaknya asam hidroklorida dan pepsin.Meskipun ulkus
dapat terjadi pada osofagus, lokasi  paling umum adalah duodenum dan
lambung (Wardell, 1990).
B. ETIOLOGI
1. Meningkatnya produksi asam lambung
2. Stres
3. Golongan darah
4. Asap rokok
5. Daya tahan lambung yang rendah.
C. MANIFESTASI
KLINIS
• Nyeri : biasanya pasien dengan
ulkus mengeluh nyeri tumpul. • Muntah : meskipun jarang pada
ulkus duodenal tak terkomplikasi,
• Pirosis(nyeri uluhati) : muntah dapat menjadi gejala ulkus
beberapa pasien mengalami peptikum
sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung. • Konstipasi dan perdarahan :
konstipasi dapat terjadi pada pasien
ulkus, kemungkinan sebagai akibat
dari diet dan obat-obatan
D. PATOFISOLOGI
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida
dan pepsin). Erosi yang terjadi  berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan  penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
D. E. MEDIS
PENATALKSAN
• Farmakoterapi • Pemberian cairan
Diatetik : pemberian makanan dan
• Penurunan atau penghillang
AANfaktor ulserogenik
• Modfikasi diet
minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan adapun hal yang
• Penatalaksanaan stress perlu diperhatikan :
• Pembedahan bila komplikasi 1. Memberikan asi
terjadi 2. Memberikan bahan makanan
yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK /
PENUNJANG
• Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan • Feces dapat diambil setiap hari
adanya nyeri sampai laporan laboratorium adalah
• Bising usus mungkin tidak ada negatif terhadap darah samar
• Pemeriksaan dengan barium terhadap • Adanya H. Pylory dapat ditentukan
saluran GI dengan biopsy dan histology melalui
• Endoskopi GI atas digunakan untuk kultur
mengidentifikasi perubahan inflamasi, • Pemeriksaan sekretori lambung
ulkus dan lesi merupakan nilai yang menentukan
dalam mendiagnosis aklorhidria
GASTROENTERI
TIS
A.DEFINISI
Gastroenteritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa
lambung dan usus kecil, penyebab terbanyak adalah
infeksi rotavirus, bermanifestasi umumnya sebagai
diare dan muntah, dan bisa menyebabkan komplikasi
dehidrasi berat dan menyebabkan kematian.
B. ETIOLOGI
Gastroenteritis disebabkan oleh dua jenis virus yang
umum, yaitu:

• Rotavirus, virus yang menular melalui mulut ini cenderung


menginfeksi bayi dan anak-anak karena anak-anak sering
memasukkan jari atau benda terkontaminasi lain ke dalam
mulutnya.
• Norovirus, virus jenis ini bisa menginfeksi siapa saja pada usia
berapa pun, baik dewasa maupun anak-anak. Kebanyakan
kasus keracunan makanan yang terjadi di seluruh dunia
disebabkan oleh virus ini.
D. MANIFESTASI KLINIS
• Sakit dan kram perut.
• Diare berair tapi tidak bercampur darah. Jika diare
sudah bercampur darah, infeksi yang terjadi
mungkin berbeda dan lebih parah.
• Mual dan muntah.
• Kehilangan nafsu makan.
• Penurunan berat badan.
• Terkadang muncul demam, sakit kepala, dan sakit
otot.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah
melalui infeksi rotavirus. Zat enterotoksin yang dikeluarkan
virus ini akan menyebabkan terjadinya lisis sel enterosit
traktus gastrointestinal.

Transmisi penyakit ini umumnya adalah melalui rute fekal-


oral dari makanan dan minuman yang terkontaminasi agen
kausal penyakit. Rotavirus yang masuk ke dalam mulut akan
menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi,
kemudian virions akan dilepaskan ke dalam lumen usus, dan
melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil.
Masa inkubasi rotavirus adalah sekitar dua hari.
E. PENATALAKSANAAN
Agar gejala tidak makin memburuk, hindari
mengonsumsi susu, yogurt, kopi, alkohol, keju,
Langkah penanganan serta makanan pedas, berserat tinggi, atau tinggi
lemak. Untuk membantu mengganti cairan tubuh
utama gastroenteritis
yang hilang, penderita dapat mengonsumsi oralit.
adalah memperbanyak
Larutan ini mengandung elektrolit dan mineral yang
konsumsi air putih dan
dibutuhkan oleh tubuh.
makanan bernutrisi.
Penderita dianjurkan Edukasi dan promosi kesehatan juga diberikan
untuk makan dalam porsi kepada pasien, keluarga, pengasuh, serta
yang lebih sedikit, namun masyarakat dalam menerapkan hygiene dan
sering. sanitasi lingkungan yang baik dan benar dalam
upaya mencegah penularan penyakit, dan
memutuskan rantai transmisi.
THYPUS ABDOMINALIS
A. DEFINISI
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever )
adalah penyakit infeksi akut yang  biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit tipes, di
antaranya:
• Sanitasi yang buruk
• Mengonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk dari
kotoran manusia yang terinfeksi
• Mengonsumsi produk susu yang telah terkontaminasi
• Menggunakan toilet yang terkontaminasi bakteri. Anda akan
terinfeksi jika menyentuh mulut sebelum mencuci tangan setelah
buang air
• Melakukan seks oral dengan pembawa bakteri Salmonella typhii
C. Manifestasi Klinis
1. Demam, bersifat febris remitens dan suhu tidak terlalu tinggi.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Disamping gejala diatas, pada punggung atau anggota gerak
dapat ditemukan roseola, yaitu  bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit terutama ditemukan
pada minggu pertama demam.
PATOFISIOLOGI
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman
Salmonella Typhosa masuk kedalam lambung, selanjutnya lolos dari
sistem pertahanan lambung, kemudian masuk ke usus halus,
melalui folikel limpa masuk kesaluran limpatik dan sirkulasi darah
sistemik, sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama
menyerang Sistem Retikulo Endoteleal (RES) yaitu : hati, lien dan
tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam
tubuh antara lain sistem syaraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.
PENATALAKSANAAN
2. Perawatan :
• Penderita dirawat dengan tujuan
1. Pengobatan obat-obatan antimikroba untuk isolasi, observasi, dan
yang sering digunakan adalah : pengobatan
• Kloramfenikol • Pada klien dengan kesadaran
• Tiamfenikol menurun
• Ko-trimoksazol
• Ampicillin dan Amoxicillin 3. Diet :
• Sefalosporin generasi ketiga • Pada mulanya klien diberikan bubur
• Fluorokinolon saring kemudian bubur kasar
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat secara
dini yaitu nasi
COLITIS
A. DEFINISI
Kolitis ulseratif atau ulcerative colitis adalah
peradangan pada usus besar (kolon) dan bagian
akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum).
Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare yang
terus menerus, disertai darah atau nanah pada tinja.
B. ETIOLOGI
1. Kolitis akibat infeksi
2. Kolitis akibat isemik
3. Kolitis dan inflammatory bowel
syndrome (IBD)
4. Kolitis mikroskopik
5. Kolitis akibat alergi
C. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala kolitis ulseratif dapat
berbeda pada tiap penderita, • Daire yang disertai darah atau
sesuai tingkat keparahannya. nanah.
Beberapa gejala yang sering • Nyeri atau kram perut.
muncul pada penyakit ini adalah: • Sering ingin buang air besar,
tapi tinja sulit
• Tubuh mudah lelah.
• Nyeri anus.
• Berat badan menurun.
• Demam.
D. PATOFISIOLOGI
Kolitis adalah penyakit radang usus besar yang kronis, dan 20%
kasus terjadi sebelum individu mencapai usia 20 tahun. Biasanya,
penyakit ini dimulai di rektum dan kolon sigmoid dan secara
bertahap menyebar sampai usus besar. Proses inflamasi melibatkan
mukosa dan submukosa usus besar.Secara bertahap, beberapa
ulserasi dan abses terbentuk di daerah radang. Akibat penyakit
berlangsung, mukosa usus menjadi edema dan menebal dengan
pembentukan jaringan parut, yang menghasilkan kemampuan
perubahan menyerap usus besar. Tingkat keparahan penyakit ini
berkisar dari bentuk ringan yang terlokalisasi di daerah tertentu usus
besar ke sindrom kritis dengan komplikasi yang mengancam jiwa.
E. PENATALAKSANAAN
• Mengubah pola makan
• Mengurangi stress
• Mengonsumsi obat-obatan
• Menjalani operasi
HEMOROID
A. DEFINISI
Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan atau
pembesaran dari pembuluh darah di usus besar
bagian akhir (rektum), serta dubur atau anus.
B. ETIOLOGI
• Sering mengangkat benda berat secara rutin.
• Usia semakin tua, yang membuat penopang
jaringan tubuh menjadi semakin lemah.
• Batuk terus-menerus atau sering muntah.
• Kelebihan berat badan.
• Memiliki riwayat kesehatan keluarga yang sakit
hemoroid.
• Sering duduk dalam waktu lama.
• Sedang hamil.
• Sering melakukan hubungan intim anal
C. Manifestasi Klinis
1. Pendarahan berwana merah terang setelah buang air
besar.
2. Terdapat lendir setelah buang air besar.
3. Benjolan tergantung di luar anus.
4. Rasa nyeri, pembengkakan dan kemerahan di sekitar area
anus.
5. Mengalami gatal-gatal di sekitar anus.
D. PATOFISILOGI
Hipotesis terbaru mengemukakan bahwa hemoroid timbul akibat pergeseran
bantalan (cushion) kanal anal yang melemah. Pergeseran tersebut
mengakibatkan dilatasi vena. Secara anatomi, anal kanal merupakan bagian
terdistal dari saluran cerna. Panjang anal kanal pada orang dewasa sekitar
4-5 cm. Pada lumen anal kanal terdapat lipatan mukosa sirkumferensial
yang dikenal dengan garis mukokutan atau linea dentate. Linea tersebut
merupakan batas atas kanalis anus dengan rektum. Linea dentate akan
menjadi pembeda hemoroid internal dan eksternal.
E.
PENATALAKSANAAN
• Pengikatan wasir. Prosedur yang dilakukan dengan
mengikat bagian bawah hemoroid dengan kuat. Hal
tersebut bertujuan agar aliran darah terputus.
• Operasi. Bertujuan mengangkat atau menyusutkan
hemoroid yang besar atau jenis eksternal.
HEPATITIS
A. DEFINISI
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa”
berarti kaitan dengan hati, sementara “ itis ” berarti radang
(Seperti di atritis , dermat itis, dan pankreat itis) (James, 2005: 4).
B. ETIOLOGI
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan
penyakit. Namun, penyebab yang paling sering adalah
infeksi virus. Seperti :
• Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A
(HAV).
• Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
(HBV)
• Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C
(HCV).
• Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D
(HDV).
• Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E
(HEV).
C. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke


aliran darahdan terbawa sampai ke hati. Di sini agen
infeksi menetap danmengakibatkan peradangan dan
terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapatdilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). Akibat kerusakan ini
makaterjadi penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin sehingga terjadidisfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik.
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah :
1.Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
2.Obat-obatan
• Kortikosteroid
• Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati
• Vitamin K
• Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari
OBSTRUKSI
INTESTINAL
A. DEFINISI
Obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi di
dalam usus, baik usus halus maupun usus besar.
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan penyerapan
makanan atau cairan, di dalam saluran pencernaan.
B. ETIOLOGI
Obstruksi usus mekanik :
• Hernia yang mengakibatkan usus menonjol ke dinding
perut. Obstruksi usus nonmekanik :
• Radang usus, seperti penyakit Crohn. • Operasi daerah perut atau panggul.
• Benda asing yang tertelan (terutama pada anak-anak). • Gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan
• Batu empedu usus.
• Diverkulitis. • Apendisitis atau radang usus buntu.
• Instususepsi atau usus yang melipat ke dalam. • Gangguan elektrolit.
• Meconium plug (feses pertama bayi yang tidak keluar). • Penyakit Hirschsprung.
• Kanker usus besar atau ovarium (indung telur). • Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau
• Penyempitan kolon akibat peradangan atau jaringan multiple sclerosis.
parut, misalnya karena penyakit TBC usus. • Hipotiroidisme
• Penumpukan tinja. • Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi otot dan
• Volvulus atau kondisi usus yang terpelintir. saraf.
C. Manifestasi Klinis
Obstruksi usus bisa dikenali dari sejumlah gejala berikut:
• Kram perut yang hilang timbul.
• Perut kembung.
• Sembelit atau diare.
• Perut bengkak.
• Mual dan muntah.
• Hilang nafsu maka
• Sulit buang angin, karena pergerakan usus terganggu.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ileus obstruktif umumnya disebabkan oleh gangguan
dari fisiologi normal usus yang berupa pencernaan makanan dan
penyerapan nutrisi, sehingga terjadi dilatasi pada bagian proximal
usus. Dilatasi ini akan meningkatkan aktivitas sekretorik dari usus
yang menyebabkan meningkatnya akumulasi cairan pada lumen
yang nantinya meningkatkan gerakan peristaltik pada bagian
proximal dan distal dari sumbatan.
PENATALAKSANAAN
• Pemasangan selang nasogastrik (selang makan).
Pemasangan selang makan ini bukan bertujuan untuk
memberikan makanan langsung ke lambung, melainkan
untuk mengalirkan isi lambung ke luar sehingga
mengurangi keluhan perut bengkak. Selang nasogastrik
akan dipasang melalui hidung ke lambung.
• Pemasangan kateter. Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kemih pasien.
• Pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
pasien.
DIABETES
MELITUS
A. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer,
2003 dalam www.trinoval.web.id).
B. ETIOLOGI
• Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini
memiliki prevalensi familial yang tinggi dan
bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resisten terhadap
insulin.
• Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom
resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
• Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan
akromegali
• Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel
beta e. Infeksi
MANIFESTASI KLINIS
• Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
• Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
• Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
• Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
• Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
• Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan &
kaki
• Cepat lelah dan lemah setiap waktu
• Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
• Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
• Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar gambaran patologik dari
DM dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin
E. PENATALAKSANAAN
• Diet
• Latihan jasmani
• Pemantauan
• Terapi
• pendididkan
ASUHAN
KEPERAWATAN
THYPUS ABDOMINALIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakut sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pola fungsi kesehatan
7. Pemeriksaan fisik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi bakteri
salmonella typhi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat
A. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Klien telah menyatakan nyeri
berkurang atau terkontrol
2. Kebutuhan nutrisi klien telah
terpenuhi
3. Klien telah melaporkan kemampuan
melakukan peningkatan toleransi
aktivitas
HEPATITIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Data biologis
5. Pemeriksaan fisik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d hepatomegaly
2. Nutrisi kurang dari kebetuhan, b.d mual
3. Intoleran aktivitas b.d penurunan energi
A. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Klien telah menyatakan nyeri
berkurang atau terkontrol
2. Kebutuhan nutrisi klien telah
terpenuhi
3. Klien telah melaporkan kemampuan
melakukan peningkatan toleransi
aktivitas
DIABETES
MELITUS
A. PENGKAJIAN
1. Indentitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
4. Pola aktivitas
5. Pengkajian fisik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhunbungan dengan
diuresus osmotik
2. Ketidakseimbangan nutsiri kurang
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan perifer
A. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda
bital, tugor kulit, normal
2. Berat badan dapat meningkat dengan
nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang / penurunan
rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman
tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan
B. SARAN
1. Untuk pembudidaya kacang hijau, sebaiknya memilih air sungai
ketimbang air PDAM dan air cucian beras karena selain lebih
murah, air sungai juga membuat pertumbuhan kacang hijaunya
jauh lebih cepat.

2. Bila ingin melakukan penelitian Pengaruh Jenis Air Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau sebaiknya berhati-hati
dengan variabel kontrolnya agar semaksimal mungkin sama
pada tiap tanaman agar tidak memberikan pengaruh signifikan
pada pertumbuhan tanaman. Selain itu, pemberian airnya juga
agar secukupnya saja dan kondisi lingkungannya jangan terlalu
ekstrim, agar tidak merusak biji.

Anda mungkin juga menyukai