Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA DENGAN

TINDAKAN PEKERJA DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


PENDENGARAN DI BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
PTPN IV ADOLINA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

AYU HANDAYANI PARDEDE

NIM. 111000121

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA DENGAN
TINDAKAN PEKERJA DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
PENDENGARAN DI BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
PTPN IV ADOLINA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
AYU HANDAYANI PARDEDE
NIM: 111000121

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA DENGAN TINDAKAN
PEKERJA DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
PENDENGARAN DI BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
PTPN IV ADOLINA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar
hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Agustus 2015


Yang membuat pernyataan,

Ayu Handayani Pardede

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) merupakan tahap terakhir


dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan
administratif tidak berhasil dijalankan. Hal ini disebabkan risikonya masih cukup
tinggi karena susahnya memantau perilaku tenaga kerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Pendengaran (APP). Pada kenyataanya di pabrik kelapa sawit PTPN IV
Adolina dengan tingkat kebisingan yang tinggi masih ditemui pekerja yang tidak
menggunakan Alat Pelindung Pendengaran (APP).
Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi kelapa sawit PTPN
IV Adolina tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pekerja
dan sikap pekerja dengan penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP). Jenis
penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 23 orang dari 2 shift yang ada di bagian produksi kelapa
sawit PTPN IV Adolina dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap pekerja dan pengamatan menggunakan lembar observasi
untuk mengetahui tindakan pekerja. Untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap pekerja dengan tindakan pekerja, dilakukan uji Exact
Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 91,3% pekerja tidak
menggunakan APP. Berdasarkan hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara pengetahuan pekerja (p = 0,692) dan sikap pekerja
(p = 0,217) dengan penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP).
Disarankan pihak manajemen sebaiknya meningkatkan
penyuluhan/pelatihan tentang Alat Pelindung Pendengaran (APP) kepada pekerja
agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja.
Selain itu, memberikan sanksi denda apabila pekerja tidak menggunakan Alat
Pelindung Pendengaran (APP) dan menyediakan APP sesuai dengan kebutuhan
dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai
terutama pada stasiun yang diatas Nilai Ambang Batas (NAB) namun tidak
disediakan APP seperti stasiun klarifikasi, pemurnian air, penebahan dan
pengempaan.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pekerja, Alat Pelindung Pendengaran (APP)

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

The use of Hearing Protective Devices (HPD’s) is the last stage of noise
control if technical control and administration control good not running well.
This is due to it is high risk because it is difficult to supervise workers behavior in
using Hearing Protective Devices (HPD’s). In Fact, in PTPN IV Adolina Palm
Oil Factory with it is high level of noise, there are still many workers do not use
the Hearing Protective Devices (HPD’s).
This research was conducted at production PTPN IV Adolina Palm Oil
Factory in 2015 to know the relationship between workers knowledge and the
workers attitude towards using Hearing Protective Devices (HPD’s). The
research was analytical with cross sectional design. Number of samples taken 23
people from 2 shift existing in PTPN IV Adolina Palm Oil Factory using
purposive sampling technique. Data was collected by interview using
questionnaire to determine the workers knowledge and workers attitude and
observation using observation sheet to determine the workers behavior. To know
the relationship between workers knowledge and workers attitude towards using
Hearing Protective Devices (HPD’s), using Exact Fisher statistical test.
The result of the research showed that there were 91,3% of workers did
not use hearing protector. Based on Exact Fisher Analysis it is known that there is
did not have significant relation between workers knowledge (p= 0,692) and
workers attitude (p=0,217) towards using Hearing Protective Devices (HPD’s).
It is recommended that management should intensify the
information/training about using Hearing Protective Devices (HPD’s) to the
workers in order to add their knowledge and positive attitude. As well as, giving
amercement to those without Hearing Protective Devices (HPD’s) and providing
Hearing Protective Device (HPD’s) according to the needs and used correctly
and always maintained in a condition suitable to be used mainly at stations that
exceed Threshold Limit Value (TLV) like clarification station, water treatment,
threser, and pressing.

Keywords:Knowledge, Attitude, Workers, Hearing Protective Devices (HPD’s)

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul : “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pekerja dengan Tindakan

Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran di Bagian Produksi

Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bantuan dan kerjasama serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Subhilhar, M.A., Ph.D sebagai Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Ibu Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan sehingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan.

v
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Ibu Isyatun Mardhiyah Syahri SKM,

M.Kes sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Direksi PTPN IV dan Manajer Unit PTPN IV PKS yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di pabrik kelapa sawit Adolina.

8. KDTP PKS I dan II beserta pekerja PKS Adolina yang telah membantu saya

dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan

penulisan skripsi ini.

9. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

10. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, ayahanda M. Pardede dan

Ibunda L. Simarmata atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran,

dan motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus kepada saya.

11. Terimakasih kepada sahabat terbaik Michael Joy Cristian Butar-butar, Irma

Siboro, Evita Hutagalung, Rapika Lumban Gaol, Erniwati Silalahi, Trivo,dll.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2015

Penulis

Ayu Handayani Pardede

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................. 7
1.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................ 7
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................................ 9
2.2 Higiene Industri .............................................................................................. 10
2.3 Penyakit Akibat Kerja .................................................................................... 11
2.4 Kebisingan ...................................................................................................... 13
2.4.1 Definisi Kebisingan .................................................................................... 13
2.4.2 Jenis Kebisingan.......................................................................................... 13
2.4.3 Dampak Kebisingan .................................................................................... 14
2.4.4 Pengendalian Kebisingan ........................................................................... 16
2.5 Alat Pelindung Pendengaran (APP) .............................................................. 18
2.5.1 Jenis Alat Pelindung Pendengaran (APP) ................................................. 19
2.5.1.1 Sumbat Telinga (Ear Plug) ..................................................................... 20
2.5.1.2 Penutup Telinga (Ear Muff) .................................................................... 22
2.6 Perilaku ........................................................................................................... 24
2.6.1 Domain Perilaku.......................................................................................... 25
2.6.1.1 Pengetahuan ............................................................................................. 25
2.6.1.2 Sikap ......................................................................................................... 27
2.6.1.3 Tindakan ................................................................................................... 28
2.7 Kerangka Konsep ........................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 30

vii
Universitas Sumatera Utara
3.2.1 Lokasi........................................................................................................... 30
3.2.2 Waktu ........................................................................................................... 30
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 31
3.3.1 Populasi........................................................................................................ 31
3.3.2 Sampel ......................................................................................................... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 31
3.4.1 Data Primer.................................................................................................. 31
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................................. 32
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 32
3.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 33
3.7 Aspek Pengukuran ......................................................................................... 34
3.7.1 Pengukuran Variabel Independen .............................................................. 34
3.7.2 Pengukuran Variabel Dependen................................................................. 35
3.8 Pengolahan Data............................................................................................. 35
3.9 Teknik Analisa Data....................................................................................... 36
3.9.1 Analisis Univariat ....................................................................................... 36
3.9.2 Analisis Bivariat .......................................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Perusahaan ....................................................................... 38
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................................................................ 38
4.1.2 Letak Geografis Perusahaan ....................................................................... 39
4.1.3 Luas Areal Perkebunan............................................................................... 39
4.1.4 Jumlah Tenaga Kerja .................................................................................. 40
4.1.5 Jam Kerja ..................................................................................................... 40
4.1.6 Proses Produksi ........................................................................................... 41
4.2 Hasil Univariat ............................................................................................... 44
4.2.1 Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) ..................................... 44
4.2.2 Pengetahuan Pekerja ................................................................................... 45
4.2.3 Sikap Pekerja ............................................................................................... 45
4.3 Hasil Bivariat .................................................................................................. 46
4.3.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Penggunaan APP ..................... 46
4.3.2 Hubungan Sikap Pekerja dengan Penggunaan APP ................................. 46

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Penggunaan APP......................... 48
5.2 Hubungan Sikap Pekerja dengan Penggunaan APP .................................... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 55
6.2 Saran................................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan pekerja
...................................................................................................... 32

Tabel 3.2 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner sikap pekerja ....... 33

Tabel 4.1 Jumlah Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV
Adolina tahun 2015……………………………………….. 40

Tabel 4.2 Distribusi pekerja berdasarkan penggunaan APP di PKS Adolina


PTPN IV tahun 2015 ................................................................... 45

Tabel 4.3 Distribusi pekerja berdasarkan pengetahuan di PKS Adolina PTPN


IV tahun 2015 .............................................................................. 45

Tabel 4.4 Distribusi pekerja berdasarkan sikap di PKS Adolina PTPN IV


tahun 2015.................................................................................... 45

Tabel 4.5 Hasil uji exact fisher pengetahuan pekerja dengan penggunaan
APP di PKS Adolina PTPN IV tahun 2015 ............................... 46

Tabel 4.6 Hasil uji exact fisher sikap pekerja dengan penggunaan APP di
PKS Adolina PTPN IV tahun 2015 ............................................ 47

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Lembar Checklist

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

Lampiran 5.` Master Data

Lampiran 6. Hasil Output SPSS

Lampiran 7. Dokumentasi

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Handayani Pardede

Tempat Lahir : Lubuk Pakam

Tanggal Lahir : 20 April 1993

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Muara Jetro Pardede

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Laurina Simarmata

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SD HKBP LUBUK PAKAM/2005

2. SLTP/ Tamatan tahun : SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM/2008

3. SLTA/ Tamatan tahun : SMA NEGERI 2 LUBUK PAKAM/2011

4. Lama studi di FKM USU : 2011-2015

xi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) merupakan tahap terakhir


dari hirarki pengendalian kebisingan apabila pengendalian secara teknik dan
administratif tidak berhasil dijalankan. Hal ini disebabkan risikonya masih cukup
tinggi karena susahnya memantau perilaku tenaga kerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Pendengaran (APP). Pada kenyataanya di pabrik kelapa sawit PTPN IV
Adolina dengan tingkat kebisingan yang tinggi masih ditemui pekerja yang tidak
menggunakan Alat Pelindung Pendengaran (APP).
Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi kelapa sawit PTPN
IV Adolina tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pekerja
dan sikap pekerja dengan penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP). Jenis
penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 23 orang dari 2 shift yang ada di bagian produksi kelapa
sawit PTPN IV Adolina dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap pekerja dan pengamatan menggunakan lembar observasi
untuk mengetahui tindakan pekerja. Untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap pekerja dengan tindakan pekerja, dilakukan uji Exact
Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 91,3% pekerja tidak
menggunakan APP. Berdasarkan hasil uji exact fisher menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara pengetahuan pekerja (p = 0,692) dan sikap pekerja
(p = 0,217) dengan penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP).
Disarankan pihak manajemen sebaiknya meningkatkan
penyuluhan/pelatihan tentang Alat Pelindung Pendengaran (APP) kepada pekerja
agar dapat menambah pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif pekerja.
Selain itu, memberikan sanksi denda apabila pekerja tidak menggunakan Alat
Pelindung Pendengaran (APP) dan menyediakan APP sesuai dengan kebutuhan
dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai
terutama pada stasiun yang diatas Nilai Ambang Batas (NAB) namun tidak
disediakan APP seperti stasiun klarifikasi, pemurnian air, penebahan dan
pengempaan.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pekerja, Alat Pelindung Pendengaran (APP)

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

The use of Hearing Protective Devices (HPD’s) is the last stage of noise
control if technical control and administration control good not running well.
This is due to it is high risk because it is difficult to supervise workers behavior in
using Hearing Protective Devices (HPD’s). In Fact, in PTPN IV Adolina Palm
Oil Factory with it is high level of noise, there are still many workers do not use
the Hearing Protective Devices (HPD’s).
This research was conducted at production PTPN IV Adolina Palm Oil
Factory in 2015 to know the relationship between workers knowledge and the
workers attitude towards using Hearing Protective Devices (HPD’s). The
research was analytical with cross sectional design. Number of samples taken 23
people from 2 shift existing in PTPN IV Adolina Palm Oil Factory using
purposive sampling technique. Data was collected by interview using
questionnaire to determine the workers knowledge and workers attitude and
observation using observation sheet to determine the workers behavior. To know
the relationship between workers knowledge and workers attitude towards using
Hearing Protective Devices (HPD’s), using Exact Fisher statistical test.
The result of the research showed that there were 91,3% of workers did
not use hearing protector. Based on Exact Fisher Analysis it is known that there is
did not have significant relation between workers knowledge (p= 0,692) and
workers attitude (p=0,217) towards using Hearing Protective Devices (HPD’s).
It is recommended that management should intensify the
information/training about using Hearing Protective Devices (HPD’s) to the
workers in order to add their knowledge and positive attitude. As well as, giving
amercement to those without Hearing Protective Devices (HPD’s) and providing
Hearing Protective Device (HPD’s) according to the needs and used correctly
and always maintained in a condition suitable to be used mainly at stations that
exceed Threshold Limit Value (TLV) like clarification station, water treatment,
threser, and pressing.

Keywords:Knowledge, Attitude, Workers, Hearing Protective Devices (HPD’s)

iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat

seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi

masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja

yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang pesat ini diiringi pula oleh

adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih

teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks

untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini dapat menimbulkan

masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010).

Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja

atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari

keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat dan perilaku

kerja yang tidak selamat/ aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan

yang tidak ergonomik, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak

kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan akibat lingkungan kerja yaitu

faktor fisis, kimiawi, biologis, fisiologis/ ergonomis dan faktor mental dan

psikologis. Salah satu faktor fisis di tempat kerja adalah kebisingan. Kebisingan

adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted

sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan

sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

1
Universitas Sumatera Utara
2

proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur, 2014).

Gangguan terhadap pemajanan kebisingan sangat bervariasi tergantung

dari tingkat intensitas dan karakteristik kebisingan. Dari sudut pandang

ergonomik, pengaruh pemajanan kebisingan pada intensitas yang rendah

umumnya berupa gangguan komunikasi, ketidaknyamanan dan gangguan

performansi kerja. Tetapi, pada pemajanan kebisingan dengan intensitas yang

lebih tinggi khususnya yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB >85 dBA) dan

dalam waktu yang lama dapat menurunkan fungsi indera pendengaran yang

bersifat sementara kemudian berlanjut permanen. Dan tanpa disadari penurunan

daya dengar tersebut akan memberikan pengaruh psikologis terutama terhadap

pergaulan sehari-hari dengan keluarga maupun kontak sosial dalam masyarakat

(Tarwaka, 2004).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa tuli akibat terpajan bising terjadi

pada 5% individu yang terpajan intensitas bunyi 80 dBA, 5-15% individu yang

terpajan 85 dBA, dan 15-25% bila terpajan 90 dBA. Frekuensi gangguan

kesehatan ini begitu tinggi, karena menurut NIOSH (National Institute of

Occupational Safety and Health) 14% dari seluruh populasi pekerja mendapat

pajanan bising 90 dBA atau lebih. Hasil tes pendengaran pada penelitian ini

menemukan bahwa prevalensi tuli ringan pada industri dengan pajanan lebih besar

atau sama dengan 90 dBA sebesar 9,56%, tetapi ternyata 37,14% gambaran

audiogram populasi tersebut telah di temukan adanya masalah gangguan

pendengaran (Harrianto, 2013).

Universitas Sumatera Utara


3

Bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja

di berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari total populasi industri di

Amerika dan Eropa ) terpajan bising 85 dB atau lebih. Ketulian yang terjadi dalam

industri menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika

dan Eropa. Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan bising dengan

intensitas lebih dari 85 dB. Di Polandia diperkirakan 600.000 dari 5 juta pekerja

industri mempunyai risiko terpajan bising, dengan perkiraan 25% dari jumlah

yang terpajan terjadi gangguan pendengaran akibat bising. Dari seluruh penyakit

akibat kerja dapat diidentifikasi penderita tuli akibat bising lebih dari 36 kasus

baru dari 100.000 pekerja setiap tahun. Di Indonesia penelitian tentang gangguan

pendengaran akibat bising telah banyak dilakukan sejak lama. Survei yang

dilakukan oleh Hendarmin dalam tahun yang sama pada Manufacturing

Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil terdapat

gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan disertai peningkatan ambang

dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan yang telah bekerja terus-

menerus selama 5-10 tahun (KNPGPKT, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan Noviadi (2000) di PT Pusri

Palembang menyatakan bahwa terdapat 30% pekerja yang berperilaku tidak baik

dalam penggunaan APD Telinga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan (p= 0,001) dan

sikap (p= 0,001) terhadap penggunaan APD Telinga.

Menurut penelitian Linggasari (2008) di PT Indah Kiat Pulp & Paper

Tangerang menyatakan bahwa 35,2% pekerja yang berperilaku tidak baik dalam

Universitas Sumatera Utara


4

penggunaan APD. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui tidak ada

hubungan antara pengetahuan (p= 0,244) dan sikap (p= 0,06) dengan penggunaan

APD.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013) di PT Gapura

Angkasa Bandara SMB II Palembang menyatakan bahwa 53,7 % petugas ground

handling yang patuh dalam menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga) ada

hubungan antara pengetahuan (p= 0,018) dengan penggunaan APT (Alat

Pelindung Telinga).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2014) di PT Total Dwi

Daya Semarang menyatakan bahwa 62,5% pekerja tidak patuh memakai APT saat

bekerja ada hubungan antara sikap (p=0,009) dengan kepatuhan memakai APT.

Tidak ada hubungan antara pengetahuan (p=0,615) dengan kepatuhan memakai

APT.

Alat pelindung telinga adalah pelindung yang berfungsi untuk melindungi

alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Bila pajanan bising tidak

dapat dihindari, penerima bising harus menggunakan alat pelindung diri. Alat

pelindung diri cukup efektif untuk mengurangi intensitas bising yang diterima

oleh telinga, yaitu sekitar 10-32 dBA. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari

sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff) (Suma’mur, 2014).

Menurut Olishifski (1998) dalam Noviadi (2000), penggunaan alat

pelindung telinga ini merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian apabila

upaya pengendalian lain, yaitu pengendalian teknik dan pengendalian

Universitas Sumatera Utara


5

administratif tidak berhasil dijalankan. Hal ini disebabkan risikonya masih cukup

tinggi karena susahnya memantau kebiasaan tenaga kerja.

Menurut Budiono (2003) dalam Hidayah (2014), kesadaran akan manfaat

penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja, karena perasaan

tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) merupakan salah satu alasan

mengapa seorang pekerja tidak menggunakan APD. Pembinaan yang terus-

menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka. Salah satu cara

yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan wawasan

akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan

benar dalam penggunaannya.

PTPN IV Adolina merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit yang

memproduksi kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (kernel)

melalui beberapa tahapan proses di beberapa stasiun yang tidak terlepas dari

bahaya kebisingan. Ada 9 stasiun yang terdiri dari stasiun penerimaan buah,

perebusan, penebahan, pengempaan, klarifikasi, kernel/biji, ketel uap, kamar

mesin dan pemurnian air. Bahaya kebisingan di area PTPN IV Adolina berasal

dari peralatan kerja dan proses produksi.

Berdasarkan hasil pengukuran Hiperkes pada tahun 2013, area kerja yang

memiliki tingkat intensitas kebisingan tinggi antara lain kamar mesin (97,1 dB),

ketel uap (94,3 dB), perebusan (89,1 dB), kernel/biji (93,2 dB), pengempaan (89,3

dB), penebahan (85 dB), klarifikasi (90,4 dB) dan pemurnian air (91,9 dB).

Salah satu upaya yang diberlakukan oleh PTPN IV Adolina adalah

penggunaan Alat Pelindung Pendengaran yang dimaksudkan untuk memperkecil

Universitas Sumatera Utara


6

risiko gangguan pendengaran. Perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung

Pendengaran berupa penutup telinga (ear muff) kepada pekerja di beberapa stasiun

seperti stasiun kamar mesin, ketel uap, perebusan, dan kernel/biji, sedangkan di

stasiun lainnya yang juga memiliki intensitas kebisingan > NAB seperti stasiun

pengempaan (89,3 dB), klarifikasi (90,4 dB), dan pemurnian air (91,9 dB) tidak

disediakan Alat Pelindung Pendengaran. Berdasarkan survei pendahuluan ternyata

masih ada tenaga kerja yang tidak menggunakannya ketika bekerja. Tingginya

tingkat kebisingan yang dihasilkan di beberapa stasiun produksi ini dapat

menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja.

Dari hasil audiometri Hiperkes pada tahun 2013, didapatkan hasil bahwa

terdapat beberapa pekerja yang mengalami penurunan pendengaran yaitu di

bagian pengempaan sebanyak 6 pekerja dan bagian pabrik biji sebanyak 2 pekerja.

Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya APP di bagian pengempaan dan

kecenderungan pekerja untuk bekerja tidak aman seperti tidak menggunakan alat

pelindung pendengaran saat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang bising.

Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dengan Tindakan Pekerja dalam Penggunaan Alat

Pelindung Pendengaran di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV

Adolina Tahun 2015”

1.2 Perumusan Masalah

1. Belum diketahuinya hubungan pengetahuan pekerja dengan tindakan pekerja

dalam penggunaan alat pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik

kelapa sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Belum diketahuinya hubungan sikap pekerja dengan tindakan pekerja dalam

penggunaan alat pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa

sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja dan sikap pekerja

dengan tindakan pekerja dalam penggunaan alat pelindung pendengaran di bagian

produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pekerja dalam penggunaan alat

pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV

Adolina Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap pekerja dalam penggunaan alat pelindung

pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV Adolina Tahun

2015.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan pekerja dalam penggunaan alat

pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV

Adolina Tahun 2015.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan pekerja dengan tindakan pekerja dalam

penggunaan alat pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa

sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


8

2. Ada hubungan sikap pekerja dengan tindakan pekerja dalam penggunaan alat

pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV

Adolina Tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan mengenai hubungan

pengetahuan dan sikap pekerja dengan tindakan pekerja dalam penggunaan

alat pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa sawit PTPN IV

Adolina Tahun 2015.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang.

3. Meningkatkan pengetahuan dan sebagai pengalaman awal bagi peneliti dalam

melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan merupakan suatu faktor yang penting dalam terlaksananya

kegiatan perusahaan. Setiap karyawan akan bekerja secara maksimal apabila

terdapat jaminan terhadap keselamatan kerja karyawan. Adapun pengertian dari

keselamatan kerja menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Sedangkan menurut Suma’mur (1981), “Keselamatan kerja adalah

keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-

cara melakukan pekerjaan”.

b. Menurut Silalahi dan Rumondang (1995), “Keselamatan merupakan suatu

usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

mengakibatkan kecelakaan”.

Menurut Suma’mur (1981), perusahaan perlu menjaga keselamatan kerja

terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja diantaranya

sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Universitas Sumatera Utara


10

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu

diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan

yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan

akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan,

sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut

Silalahi dan Rumondang (1995) menyatakan kesehatan kerja yaitu terhindarnya

dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan salah satu upaya perlindungan yang diajukan kepada semua potensi

yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan

orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta

semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur,

1981).

2.2 Higiene Industri

Maksud dan tujuan higiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan

masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari risiko bahaya khususnya

faktor fisis, kimiawi, dan biologis yang mungkin timbul oleh karena

beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu kegiatan higiene perusahaan

adalah faktor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan pengukuran agar

tahu secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang dihadapi atau yang

mungkin timbul, dan dengan pengetahuan yang tepat tentang risiko faktor bahaya

tersebut diselenggarakan tindakan korektif yang merupakan prioritas utama waktu

itu serta selanjutnya upaya pencegahan yang bersifat lebih menyeluruh. Cara kerja

Universitas Sumatera Utara


11

higiene perusahaan (industri) adalah teknis-teknologis yang ditujukan kepada

lingkungan kerja dengan pengenalan, identifikasi, pengukuran, evaluasi dan

pengendalian bahaya dan risiko faktor fisis, kimiawi, dan biologis (Suma’mur,

2014).

2.3 Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No Per 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat

kerja (Permen.Nakertrans No. Per 01/Men/1981).

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1 Keputusan Presiden No.

22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul karena hubungan kerja (Keppres No.

22 Tahun 1993).

Baik penyakit akibat kerja maupun penyakit yang timbul karena hubungan

kerja mempunyai pengertian yang sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai

berikut:

1. Faktor fisis seperti:

a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja

b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain

penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah dapat

mengakibatkan katarak (cataract) kepada lensa mata, sedangkan sinar

Universitas Sumatera Utara


12

ultraviolet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika (conjunctivitis

photoelectica).

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heatstroke atau (pukulan panas),

kejang panas (heatcramps) atau hiperpireksia (hyperpyrexia), sedangkan suhu

terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite.

d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison (caisson disease).

e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indera

penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Faktor kimiawi, antara lain:

a. Debu yang menyebabkan pneumokoniosis (pneumoconiosis), diantaranya

silikosis, asbestosis dan lainnya.

b. Uap yang daintaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever)

dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap

formaldehida.

c. Gas, misalnya keracunan oleh Co, H2S dan lainnya.

d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.

e. Awan atau kabut misalnya racun serangga (insektisides), racun jamur dan

lainnya yang menimbulkan keracunan.

3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusela (brucella) yang

menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.

4. Faktor fisiologis/ergonomis yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin,

sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang

Universitas Sumatera Utara


13

kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan

lambat laun dapat terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.

5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau

hubungan industrial yang tidak baik dengan akibat timbulnya misalnya depresi

atau penyakit psikosomatis.

2.4 Kebisingan

2.4.1 Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki

(noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja

kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur, 2014).

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yang direkomendasikan menurut

ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienist), PPKKH

RI (Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes Republik Indonesia)

dan NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) adalah

sebesar 85 dB (A) sedang menurut OSHA (Occupational Safety and Health

Administration) sebesar 90 dB (A) untuk waktu kerja 8 jam sehari (Harrianto,

2013).

2.4.2 Jenis Kebisingan

Menurut Suma’mur (2014), jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan

adalah:

Universitas Sumatera Utara


14

1. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum

frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise), misalnya bising mesin,

kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.

2. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady

state, narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas, dan

lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten noise), misalnya bising lalu lintas,

suara kapal terbang di bandara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti bising pukulan palu,

tembakan bedil atau meriam, dan ledakan.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan

atau tempaan tiang pancang bangunan.

2.4.3 Dampak Kebisingan

Menurut Nasri (1997) dalam Noviadi (2000) dampak kebisingan pada

manusia dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Pengaruh pada indera pendengaran (auditory effect), ada tiga kemungkinan

yaitu:

a. Trauma akustik

Yaitu pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tunggal (single

exposure) terhadap intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara

tiba-tiba, misalnya suara ledakan bom. Hal ini dapat menyebabkan robeknya

membran timpani atau dislokasi dan kerusakan tulang-tulang pendengaran.

b. Kenaikan ambang pendengaran sementara (Temporary Threshold Shift)

Universitas Sumatera Utara


15

Mula-mula seseorang akan merasa terganggu di tempat kerja baru yang

bising, tapi setelah beberapa jam kemudian dia akan merasa terbiasa dan tidak

terganggu, suara tidak lagi sekeras semula. Maka dengan kata lain orang tersebut

telah mengalami ketulian. Bila orang ini selesai bekerja dan keluar dari ruang

kerja, daya dengarnya sedikit demi sedikit akan pulih kembali sediakala. Jadi

gangguan pendengaran yang dialami orang tersebut bersifat sementara. Waktu

yang dibutuhkan untuk pemulihan kembali berkisar dari beberapa menit sampai

beberapa hari serta paling lama 10 hari.

c. Kenaikan ambang pendengaran menetap (Permanent Threshold Shift)

Bila seseorang mengalami kenaikan ambang pendengaran sementara dan

kemudian terpajan kebisingan sebelum pemulihan secara bertahap terjadi, maka

akan terjadi akumulasi sisa ketulian. Bila hal ini berlangsung secara berulang dan

menahun, maka sifat ketulian akan berubah menetap (permanen).

2. Pengaruh pada bukan indera pendengaran (Non Auditory Effect)

a. Gangguan perasaan atau mudah marah (annoyance)

Bising juga dapat menimbulkan perasaan tidak enak atau mudah marah,

biasanya faktor yang mempengaruhinya adalah karakteristik kebisingan, sikap

individu terhadap bising, kepekaan individu dan lain-lain.

b. Gangguan komunikasi

Kebisingan dapat mengganggu pembicaraan sebagai alat komunikasi,

sehingga kita tidak dapat menangkap pembicaraan dan mengerti apa yang

dibicarakan.

Universitas Sumatera Utara


16

c. Gangguan tidur

Adanya suara bising dapat menimbulkan gangguan tidur pada seseorang

pekerja.

d. Gangguan fisiologis

Berupa peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan gastro intestinal.

e. Gangguan psikologis

Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis

yaitu rasa khawatir, jengkel dan sebagainya.

2.4.4 Pengendalian Kebisingan

Menurut Olishifski (1998) dalam Noviadi (2000), pencegahan terhadap

bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi tingkat atau lamanya

pemajanan terhadap kebisingan. Apabila pola kebisingan berasal dari sumber

(noise source) dan ditransmisikan melalui work area (path) menuju pekerja

(receiver), maka secara konsepsi dapat dilakukan prioritas pengendalian

kebisingan sebagai berikut:

1. Pengendalian kebisingan pada sumbernya

Pengendalian kebisingan pada sumbernya, dapat dilakukan dengan

mengendalikan antara lain:

a. Pemilihan dan pemasangan mesin dengan tingkat kebisingan yang rendah.

b. Bentuk disain, seperti: disain pipa gas buang, jumlah daun propeller, proses

kerja motor, jumlah silinder, menambah daya efektif motor, bentuk dan

kedudukan katup, dan sebagainya.

c. Pengurangan energi yang menimbulkan getaran and kebisingan (isolasi).

Universitas Sumatera Utara


17

d. Perubahan sistem dan jenis kopling yang digunakan.

e. Perawatan berupa pemberian gemuk dan pelumas dengan teratur.

f. Substitusi, pergantian suku cadang/ mesin/ proses.

2. Pengendalian Kebisingan pada Work Area

Pengendalian kebisingan pada work area dapat dilakukan antara lain:

a. memperpanjang jarak antara sumber dengan penerima.

b. Memperpanjang silencer yang dapat memperhalus suara seperti pemasangan

fan exhauster atau air intake.

c. Mempergunakan enclosure atau pemisah yang terbuat dari bahan/ konstruksi

yang mampu mengurangi penjalaran suara, baik berupa tabir ataupun ruang

tertutup.

3. Pengendalian Kebisingan pada Tenaga Kerja

Ada 3 rangkaian kegiatan dalam rangka mengendalikan kebisingan pada

tenaga kerja yang disebut juga Hearing Conservation Programme (HCP), yaitu:

a. Testing (noise testing), yaitu pemantauan kebisingan melalui pengukuran

kebisingan di lingkungan kerja dengan sound level meter dan pengukuran

kebisingan yang diterima tenaga kerja dengan personal noise dosimeter dan

hearing test, untuk pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan

audiometer.

b. Training, yaitu pemberian pelatihan kepada tenaga kerja, terutama bagi tenaga

kerja high risk group, pelatihan ini dilakukan secara berkala dan kontinu.

Universitas Sumatera Utara


18

c. Hearing protection, yaitu penggunaan alat pelindung pendengaran (hearing

protector) untuk mengurangi tingkat pemajanan kebisingan yang diterima

tenaga kerja.

Program dasar pengendalian kebisingan menurut Goetsch (1996) dalam

Noviadi (2000) adalah meliputi Three E’s of Safety yaitu Engineering, Education,

Enforcement. Terhadap kebisingan, engineering control (pengendalian teknik):

menciptakan/ mengubah mesin produksi yang aman dari kebisingan, education

(pendidikan/penyuluhan) dengan memberikan penyuluhan mengenai bahaya

kebisingan dan dampaknya bila tidak menggunakan APD Telinga dan

enforcement (peraturan perundangan) dengan pemberlakuan peraturan-peraturan

di perusahaan khususnya mengenai kebisingan dan penggunaan alat pelindung

pendengaran.

2.5 Alat Pelindung Pendengaran (APP)

Menurut Olishifski (1998) dalam Noviadi (2000), alat pelindung

pendengaran adalah penghalang akustik yang mengurangi besarnya energi bunyi

yang dipancarkan melalui lubang telinga ke reseptor di dalam bagian telinga

bagian dalam.

Menurut Siswanto (1983) dalam Noviadi (2000) menyatakan bahwa APD

telinga (hearing protector/hearing protection devices) dirancang untuk

memberikan perlindungan maksimum dengan dilengkapi penyaring dan mampu

menyerap bising. APD telinga ini bekerja sebagai penghalang antara bising

dengan telinga dalam.

Universitas Sumatera Utara


19

Alat pelindung pendengaran harus diberikan satu untuk setiap pekerja,

menyediakan atenuasi yang cukup (dapat mengurangi sejumlah kebisingan yang

mencapai telinga) untuk menjamin pendengaran terlindung dengan baik, dan para

pengguna harus terbiasa dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda yang dapat

didengar melalui alat pelindung pendengaran (Ridley, 2008).

Alat pelindung pendengaran (APP) hendaknya dipakai sebagai upaya

terakhir setelah segala usaha menghilangkan atau mengurangi sumber bising tidak

berhasil. Hal yang harus dipertimbangkan sewaktu memilih alat pelindung telinga

adalah:

1. Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang

berlebihan. Jumlah penurunan tingkat kebisingan yang dibutuhkan untuk tiap

area harus dicocokkan dengan kemampuan penurunan tingkat kebisingan alat

pelindung telinga.

2. Alat pelindung telinga harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien

(ergonomik).

3. Harus menarik.

4. Tidak memberi efek samping (aman), baik oleh karena bentuknya, konstruksi

maupun bahan (Buchari, 2007).

2.5.1 Jenis Alat Pelindung Pendengaran

Menurut Siswanto (1983) dalam Noviadi (2000), umumnya APD Telinga

dibedakan mnejadi dua jenis yaitu: sumbat telinga (Ear plug) dan tutup telinga

(Ear muff).

Universitas Sumatera Utara


20

2.5.1.1 Sumbat Telinga (Ear Plug)

Ear plug adalah jenis pelindung telinga yang dipasang secara langsung ke

kanal atau saluran telinga. Ukuran, bentuk dan posisi saluran telinga untuk tiap-

tiap individu berbeda-beda dan bahkan antara kedua telinga dari individu yang

sama berlainan pula. Oleh karena itu sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan

ukuran, bentuk dan posisi saluran telinga pemakainya. Ear plug mempunyai

bermacam konfigurasi dan terbuat dari karet, plastik atau cotton.

a. Jenis sumbat telinga berdasarkan bentuknya

Berdasarkan bentuknya sumbat telinga dibedakan atas:

1. Semi insert type, yaitu jenis sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang

masuk telinga luar.

2. Insert type, yaitu sumbat telinga yang menutupi seluruh saluran telinga luar.

b. Jenis sumbat telinga berdasarkan cara penggunaannya

Berdasarkan cara penggunaannya, sumbat telinga dibedakan atas:

1. Disposable plug, yaitu sumbat telinga yang digunakan sekali pakai saja,

kemudian langsung dibuang, biasanya sumbat telinga yang terbuat dari busa dan

malam (WAX). Cara penggunaannya yaitu sumbat digulung dengan ujung-ujung

jari, lalu salah satu tangan diangkat mengelilingi bagian belakang kepala dan

telinga bagian luar ditarik untuk meluruskan liang telinga. Kemudian sumbat

dimasukkan sampai dirasakan alat tersebut menyumbat, lalu sumbat tersebut

dipegang sebentar sampai sumbat tersebut mengembang. Sebelum digunakan,

tenaga kerja memeriksa sumbat dari kotoran, lilin, lemak dengan mencuci tangan

Universitas Sumatera Utara


21

terlebih dahulu. Beberapa disposable plug butuh dibentuk sebelum digunakan,

dan setelah digunakan maka sumbat dibuang.

2. Reusable plug, yaitu sumbat telinga yang digunakan berulang kali, dalam

waktu yang lama, biasanya terbuat dari karet yang fleksibel, silikon atau plastik

yang dicetak. Ada berbagai bentuk reusable plug dan sesuai dengan liang telinga

untuk menahan kebisingan, kotoran dan lemak. Alat ini bisa berbentuk flengs

(seperti pinggiran roda), atau berbentuk kerucut, dan sering dihubungkan dengan

tali sehingga tidak mudah hilang dan agar mudah diawasi oleh pengawas. Cara

penggunaan alat ini yaitu dengan mengangkat salah satu tangan mengelilingi

bagian belakang kepala dan menarik telinga bagian luar untuk meluruskan liang

telinga. Kemudian reusable plug dimasukkan sampai merasa menutup dan

nyaman. Cara perawatan alat ini yaitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu

sebelum memakai, dan memeriksa alat dari kotoran dan lemak pada sumbat.

Reusable plug ini dicuci minimal sekali sehari, kemudian dibilas dan dikeringkan.

Setelah digunakan, alat ini disimpan di kotak plastik atau botol kecil yang bersih.

Dan penggantian sumbat dilakukan ketika sumbat telah mengeras dan berubah

warna.

3. Headband plug, yaitu jenis sumbat yang menggunakan ikat kepala (hamper

menyerupai ear muff). Alat ini dibuat dari bahan-bahan yang dapat dicuci dan

dapat memberikan kenyamanan yang sesuai serta dapat digunakan bersamaan

dengan pelindung mata, helm (pelindung kepala), atau tutup kepala yang lain.

Bagaimanapun headband plug lebih serbaguna daripada penutup telinga (ear

muff). Alat ini seharusnya sering dibersihkan dan meskipun alat ini dapat tahan

Universitas Sumatera Utara


22

lama dan digunakan dalam waktu yang lama, alat ini tidak boleh menjadi

menekuk atau membengkok. Setelah digunakan, headband plug disimpan

ditempat yang aman.

Keuntungan sumbat telinga:

1. Mudah dibawa karena ukurannya kecil.

2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat yang panas.

3. Tidak membatasi gerak kepala.

4. Harganya relatif murah daripada penutup telinga.

5. Dapat dipakai secara efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata,

tutup kepala, anting-anting dan rambut.

Kekurangan sumbat telinga:

1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari penutup telinga untuk pemasangan

yang tepat.

2. Tingkat proteksinya lebih kecil daripada penutup telinga.

3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja, apakah ia memakai atau tidak karena

pemakaiannya sukar dilihat oleh pengawas.

4. Hanya dapat dipakai oleh pekerja yang saluran telinganya sehat.

5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka

saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.

2.5.1.2 Penutup telinga (Ear muff)

Adalah kubah plastik yang menyelimuti telinga dan dihubungkan dengan

pita pegas. Pita pegas tersebut dapat disesuaikan dengan bervariasi bentuk, ukuran

kepala dan posisi telinga serta mampu memberikan ketegangan antara kepala dan

Universitas Sumatera Utara


23

kubah sehingga tetap terjaga kerapatannya. Kubah plastik ini dilengkapi dengan

open-cell busa yang bermanfaat untuk menyerap dan meredam bunyi serta

dilekatkan pada suatu bantalan yang berhubungan dengan kepala. Dalam bantalan

ini berisi udara atau fluida lainnya yang dapat memberikan kenyamanan jika

melakukan kontak dengan bentuk-bentuk yang tidak teratur (seperti cacat muka

atau bekas operasi). Dimensi lubang kubah juga harus cukup besar supaya dapat

melingkupi seluruh bagian telinga luar.

Keuntungan penutup telinga:

1. Tingkat proteksinya lebih besar dibandingkan sumbat telinga.

2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.

3. Dapat digunakan oleh telinga yang terkena infeksi (ringan).

4. Tidak mudah hilang (terselip).

Kerugian penutup telinga:

1. Tidak nyaman digunakan di tempat kerja yang panas.

2. Efektifitas dan kenyamanan penggunanya dipengaruhi oleh penggunaan

kacamata, tutup kepala, anting-anting, dan rambut yang menutup telinga.

3. Relatif tidak mudah dibawa/disimpan.

4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit.

5. Harganya relatif lebih mahal daripada sumbat telinga.

6. Pada penggunaannya yang terlalu sering/bilamana pita penghubungnya yang

berpegas sering tertekuk oleh penggunanya, daya proteksinya akan berkurang.

Universitas Sumatera Utara


24

Gambar 2.1 Macam-macam APD Telinga


Sumber: http://www.ilo.org/safework_bookshelf/english

2.6 Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain,

perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh

individu yang bersangkutan (Winardi, 2004).

Skinner (1938) dalam Notoadmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar), oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme dan kemudian organisme tersebut merespons. Respons dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan

menimbulkan nafsu untuk makan. Respon-dent respons juga mencakup perilaku

emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih.

Universitas Sumatera Utara


25

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Misalnya,

apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah

sebagai respons terhadap gaji yang cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena

kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi,

kerja baik tersebut sebagai reinforce untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

2.6.1 Domain Perilaku

Teori Bloom yang dikutip dalam Notoadmodjo (2010) membedakan

perilaku dalam 3 domain perilaku, yaitu: kognitif (cognitive), afektif (affective)

dan psikomotor (Psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini

kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu:

2.6.1.1 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu

Universitas Sumatera Utara


26

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan

(mata). Menurut Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda,

secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension) artinya memahami suatu objek bukan sekadar

tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application) diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis) menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

Universitas Sumatera Utara


27

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian

ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.6.1.2 Sikap

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan

persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap

mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang

menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-

orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi,

2004).

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor

lingkungan kerja, sebagai berikut:

a. Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.

b. Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan

evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang

dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

Universitas Sumatera Utara


28

c. Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan seseorang

untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu

(Winardi, 2004).

Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai

berikut:

a. Menerima (receiving) diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing) diartikan subjek atau seseorang memberi nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

dan bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespons.

2.6.1.3 Tindakan

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk

mewujudkannya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas atau sarana dan prasarana

setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

Universitas Sumatera Utara


29

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)

kesehatan (Notoadmodjo, 2010).

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung

pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal

secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa

yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan
Tindakan Penggunaan Alat
Pelindung Pendengaran

Sikap

Universitas Sumatera Utara


30

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran

variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan untuk

menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap pekerja dengan tindakan pekerja

dalam penggunaan alat pelindung pendengaran di bagian produksi pabrik kelapa

sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di PTPN IV unit usaha Adolina tepatnya di bagian

produksi pabrik kelapa sawit dengan alasan:

1. Masih terdapat tenaga kerja yang tidak memakai Alat Pelindung Pendengaran

ketika bekerja.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap

pekerja dengan tindakan pekerja dalam penggunaan alat pelindung

pendengaran di bagian produksi PTPN IV Adolina Tahun 2015.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret– Juli 2015

30

Universitas Sumatera Utara


31

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di bagian produksi

pabrik kelapa sawit PTPN IV Adolina Tahun 2015 berjumlah 74 pekerja yang

terdiri dari 36 pekerja di shift I dan 38 pekerja di shift II.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoadmodjo, 2010).

Sampel yang digunakan adalah pekerja yang bekerja di shift (1 dan 2) dan

pekerja yang diberi APP. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, jumlah

sampel adalah 23 pekerja dengan rincian sebagai berikut:

Perebusan : 3 pekerja (shift I) dan 3 pekerja (shift II)

Ketel uap : 4 pekerja (shift I) dan 4 pekerja (shift II)

Kernel/pabrik biji : 3 pekerja (shift I) dan 2 pekerja (shift II)

Kamar Mesin : 2 pekerja (shift I) dan 2 pekerja (shift II)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dan

observasi dengan menggunakan kusioner yang dimodifikasi dari Noviadi (2000).

Universitas Sumatera Utara


32

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak perusahaan bagian personalia meliputi

data hiperkes dan data gambaran umum perusahaan.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas ini dilakukan dengan tujuan menganalisis apakah isi item-

item instrumen yang disusun memang benar-benar tepat dan rasional untuk

mengukur variabel penelitian. Uji signifikansi dilakukan membandingkan nilai r

hitung dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan atau indikator

dinyatakan valid. Selanjutnya, butir instrumen yang valid diuji reliabilitasnya

(Santoso, 2013). Nilai r tabel untuk 10 responden yang diuji coba dan pada taraf

signifikansi 5% adalah sebesar 0,576.

Menurut Sunyoto (2012), uji reliabilitas atau uji konsistensi suatu item

pertanyaan dengan membandingkan antara nilai Cronbach’s Alpha dan taraf

keyakinan (coefficients of confidance = CC) dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika CC < Cronbach’s Alpha, item pertanyaan reliabel (konsisten)

Jika CC > Cronbach’s Alpha, item pertanyaan tidak reliabel (tidak konsisten)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan


Pekerja
Pertanyaan N Corrected Item- Hasil Uji Cronbach’s Hasil Uji
Total Correlation Alpha
1 12 0,819 Valid 0,698 Reliabel
2 12 0,635 Valid 0,716 Reliabel
3 12 0,635 Valid 0,716 Reliabel
4 12 0,816 Valid 0,704 Reliabel
5 12 0,819 Valid 0,698 Reliabel
6 12 0,816 Valid 0,704 Reliabel
7 12 0,819 Valid 0,698 Reliabel
8 12 0,819 Valid 0,799 Reliabel

Universitas Sumatera Utara


33

9 12 0,717 Valid 0,702 Reliabel


10 12 0,717 Valid 0,702 Reliabel

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation (r

hitung) > 0,576 artinya semua pertanyaan valid. Nilai Cronbach’s Alpha > 0,6

artinya semua pertanyaan reliabel untuk variabel pengetahuan.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Pekerja
Pertanyaan N Corrected Item- Hasil Uji Cronbach’s Hasil Uji
Total Correlation Alpha
1 12 0,763 Valid 0,661 Reliabel
2 12 0,937 Valid 0,614 Reliabel
3 12 0,938 Valid 0,655 Reliabel
4 12 0,689 Valid 0,691 Reliabel
5 12 0,922 Valid 0,780 Reliabel
6 12 0,589 Valid 0,676 Reliabel
7 12 0,882 Valid 0,619 Reliabel
8 12 0,689 Valid 0,691 Reliabel
9 12 0,790 Valid 0,674 Reliabel
10 12 0,624 Valid 0,764 Reliabel

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation (r

hitung) > 0,576 artinya semua pertanyaan valid. Nilai Cronbach’s Alpha > 0,6

artinya semua pertanyaan reliabel untuk variabel sikap.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan:

1. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui oleh responden mengenai alat

pelindung pendengaran, seperti: pengertian, guna pemakaian, kerugian bila

tidak memakainya, kapan harus menggunakan, jenis-jenisnya, daya redamnya

(attenuation) dari masing-masing alat.

Universitas Sumatera Utara


34

2. Sikap adalah respon dan keyakinan responden untuk menggunakan alat

pelindung pendengaran di tempat kerja bising.

3. Tindakan penggunaan alat pelindung pendengaran adalah penggunaan alat

pelindung pendengaran saat bekerja di tempat kerja yang bising (pada jam

kerja selama 1 hari pengamatan).

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Pengukuran Variabel Independen

1. Pengetahuan responden tentang penggunaan Alat Pelindung Pendengaran

(APP) diukur dengan penghitungan skor terhadap seluruh jawaban dari aspek

pengetahuan pada kuesioner. Terdapat 10 pertanyaan aspek pengetahuan,

setiap jawaban yang “benar” diberi nilai 1 dan “salah” diberi nilai 0. Nilai

minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum yang didapat

adalah 10.

1. Baik : jika skor yang diperoleh > nilai median

2. Kurang : jika skor yang diperoleh ≤ nilai median

Skala: ordinal

2. Pengukuran sikap tentang Alat Pelindung Pendengaran (APP) diukur dengan

menggunakan skala Likert, dimana kuantifikasi ini dilakukan dengan mencatat

penguatan respon untuk pernyataan kepercayaan positif (kuesioner nomor 11,

14, 15, 17, 20) jika jawaban sangat setuju diberi skor 5 , setuju diberi skor 4,

kurang setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju

diberi skor 1. Untuk pernyataan kepercayaan negatif (kuesioner nomor 12, 13,

16, 18, 19) jika jawaban sangat setuju diberi skor 1 , setuju diberi skor 2,

Universitas Sumatera Utara


35

kurang setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4 dan sangat tidak setuju

diberi skor 5. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan.

1. Baik : jika skor yang diperoleh > nilai median

2. Kurang : jika skor yang diperoleh ≤ nilai median

Skala: ordinal

3.7.2 Pengukuran Variabel Dependen

Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran dapat dilihat dari hasil observasi

menggunakan lembaran checklist saat bekerja di tempat kerja yang bising (pada

jam kerja selama 1 hari). Kemudian dikategorikan menjadi:

1. Pakai : jika pekerja menggunakan APP pada saat pengamatan.

2. Tidak Pakai: jika pekerja tidak menggunakan APP pada saat pengamatan.

Skala: Nominal

3.8 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan beberapa tahap, yaitu:

1. Editing

Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut:

- Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

- Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

- Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

Universitas Sumatera Utara


36

- Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan

yang lainnya.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kode” an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pada tahap ini perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.9 Teknik Analisa Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat, yaitu analisis yang memberikan gambaran informasi

tentang karakteristik data, mendeskripsikan tabel frekuensi dan grafik untuk

variabel kategorik, mendeskripsikan ukuran penyebaran dan pemusatan untuk

variabel numerik, dan untuk uji normalitas. Untuk penyajian data deskriptif, bila

distribusi normal menggunakan mean dan standar deviasi sedangkan bila

distribusi tidak normal menggunakan median dan minimum-maksimum sebagai

ukuran pemusatan dan penyebaran. Untuk uji hipotesis, jika distribusi normal

menggunakan uji parametrik sedangkan jika distribusi data tidak normal

Universitas Sumatera Utara


37

menggunakan uji nfonparametrik. Untuk penyajian data analitis, menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan

untuk sampel yang besar (lebih dari 50) dengan kategori normal p>0,05

sedangkan Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan dari

50) dengan kategori normal apabila p>0,05 (Dahlan, 2008).

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara

variabel independen (pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependen (tindakan

penggunaan APD telinga) menggunakan uji Chi-Square (p<0,05) (Budiarto,

2001).

Syarat uji Chi-Square yaitu sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi,

maka dipakai uji alternatifnya. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x 2 adalah

uji Exact Fisher. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x K adalah uji

Kolmogorov-Smirnov. Jika p < 0,05 maka hipotesis nol ditolak, hipotesis alternatif

diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel A dengan

variabel B (Dahlan, 2008).

Universitas Sumatera Utara


38

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pabrik Kelapa Sawit Unit Usaha Adolina didirikan oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming

(NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938,

budidaya tembakau diubah menjadi budidaya kelapa sawit dan karet dengan nama

“NV Serdang Cultuur Maatchappy (NV SCM)”. Sejak tahun 1973, budidaya karet

diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun

1942, PKS Adolina diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan diambil kembali

oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1946 dengan nama tetap “NV SCM”. Pada

tahun 1958, perusahaan ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia

dengan nama “Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)”. Nama PPN diganti

menjadi PPN Baru SUMUT V pada tahun 1960.

Pada tahun 1963 PPN Baru SUMUT V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu

PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa dan

PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu. Pada

tahun 1968 PPN Antan II dan PPN Karet III digabung kembali diganti menjadi

PNP VI. Pada tahun 1978 PNP VI diubah menjadi bentuk Persero dengan nama

PT. Perkebunan VI (Persero), dengan kantor pusat di Pabatu. Tahun 1973,

budidaya karet diganti menjadi tanaman kakao, sedangkan kelapa sawit tetap

dipertahankan. Tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung dan

38

Universitas Sumatera Utara


39

dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai

dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama “PT

Perkebunan Nusantara IV” dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina adalah salah satu PKS yang tertua di

PTPN IV, berdiri tahun 1956 dan direnovasi pada tahun 1999, dan pada tahun

2000 sudah siap beroperasi. Pada saat ini, kapasitas terpasang PKS adalah 30 ton

TBS/jam, dipakai untuk mengolah TBS sendiri dan TBS pihak III (pembelian).

Beroperasi dengan lancar/baik dengan tingkat stagnasi 1,53% serta losis ditekan

mencapai 1,52%. Untuk luas areal PKS Adolina adalah 122.500 m2.

4.1.2 Letak Geografis Perusahaan

Lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina berada di

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara tepatnya di pinggiran jalan

raya Medan-Pematang Siantar dengan jarak 38 km dari kota Medan. Lokasi Unit

Usaha Adolina terdapat pada enam wilayah kecamatan yaitu Perbaungan, Bangun

Purba, Pantai Cermin, Galang, STM Hilir dan Gajahan. Lokasi kebun memanjang

dari utara ke selatan, kiri kanan berbatasan dengan desa-desa dan terdiri dari 9

Afdeling. Topografi tanah datar dengan ketinggian ± 15 meter diatas permukaan

laut.

4.1.3 Luas Areal Perkebunan

Sesuai Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Nomor: 04.12/Kpts/71/XII/2009 tentang rasionalisasi areal, maka unit usaha

Adolina yang selama ini berjumlah 14 afdeling menjadi 9 afdeling. Luas kebun

PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina pada tahun 2015 adalah seluas

Universitas Sumatera Utara


40

8.961,08 Ha dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu kebun kelapa sawit Adolina

7.057,20 Ha, kebun Bandar Kwala 850,99 Ha, kebun Bangun Purba 957,19 Ha

dan kebun Lau Rempak 95,70 Ha.

4.1.4 Jumlah Tenaga Kerja


Tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina sampai

bulan April 2015 sebanyak 1.197 pekerja dengan uraian 20 karyawan pimpinan,

1.154 karyawan pelaksana, 2 tenaga honor, dan 21 tenaga kerja outsourcing.

Tabel 4.1 Jumlah Pekerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN
IV Adolina Tahun 2015
No. Fungsi Jabatan Jumlah Pekerja Jumlah Pekerja
PKS I PKS II
1 Kernel/Pabrik Biji 3 2
2 Kolam Limbah 2 2
3 Water Treatment 1 1
4 Kamar Mesin 2 2
5 Housting Crane 2 2
6 Klarifikasi 3 3
7 Rebusan 3 3
8 Loading Ramp 5 4
9 Ketel Uap 4 4
10 Demint Plant 1 1
11 Kempa 2 2
12 Mandor 1 1
13 Laboratorium 2 2
14 Watch Tukang 2 2
15. Asistensi 3 7
Total 36 38

4.1.5 Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku pada PT Perkebunan Nusantara IV Unit Adolina

dibagi atas dua bagian, yaitu :

1. Bagian Kantor

Untuk bagian ini hanya ada satu shift dengan tujuh jam perhari dan 40

jam perminggu adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


41

a. Hari Senin – Kamis

Pukul 06.30 - 09.30 WIB : Kerja aktif

Pukul 09.30 - 10.30 WIB : Istirahat

Pukul 10.30 – 15.00 WIB : Kerja aktif

b. Hari Jum’at

Pukul 06.30 - 09.30 WIB : Kerja aktif

Pukul 09.30 - 10.30 WIB : Istirahat

Pukul 10.30 – 12.00 WIB : Kerja aktif

c. Hari Sabtu

Pukul 06.30 - 09.30 WIB : Kerja aktif

Pukul 09.30 - 10.30 WIB : Istirahat

Pukul 10.30 – 13.00 WIB : Kerja aktif

2. Bagian Pabrik

Untuk bagian Pabrik, pekerja dibagi atas dua Shift, yaitu :

a. Shift I : (Pukul 06.30 – 17.00)

b. Shift II : (Pukul 17.00 – bahan baku habis)

4.1.6 Proses Produksi

PKS Unit Adolina memiliki kapasitas produksi 30 ton perjam. Proses

produksi kelapa sawit menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit

(Kernel) melalui beberapa tahapan proses pada beberapa stasiun. Tandan Buah

Segar (TBS) dari kebun/afdeling diangkut dengan menggunakan truk. Setiap truk

yang berisi TBS yang masuk ke lokasi pabrik ditimbang di Weight Bridge

(jembatan timbang) terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya (Bruto). Setelah

Universitas Sumatera Utara


42

Tandan Buah Segar (TBS) diturunkan di loading ramp, truk ditimbang kembali

dan hasil timbangannya merupakan tarra sehingga diperoleh berat bersih (Netto).

Sortasi Tandan Buah Segar (TBS) atau pemilihan buah dilakukan di

lantai loading ramp. Sortasi dimaksudkan sebagai pengendalian mutu untuk

menolak atau menerima buah yang masuk sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan untuk menjamin mutu olah pabrik. TBS kemudian dibawa dari loading

ramp menuju sterilizer (stasiun rebusan) dengan menggunakan lori berkapasitas

2,5 ton. Proses rebusan dilakukan dengan sistem perebusan tiga puncak dalam

waktu 90 menit, sedangkan untuk 1 siklus perebusan adalah 100 menit.

TBS yang telah selesai direbus di sterilizer kemudian ditarik keluar

menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan diangkat menggunakan

hoisting crane berkapasitas 5 ton untuk dituangkan ke dalam fruit hopper yang

berfungsi untuk penampungan buah rebus, kemudian buah rebus dimasukkan ke

dalam thresher dengan menggunakan auto feeder untuk dibanting didalam threser

yang berputar.

Kemudian buah yang keluar dari thresher ditampung oleh ulir pengantar

diteruskan ke fruit elevator dan didistribusikan ke setiap unit digester (melalui

distribution conveyer. Tandan kosong yang keluar dari bunch cruiser diterima

oleh empty bunch conveyer dan diantar ke empty bunch hopper untuk dibawa

kembali ke kolam limbah yang berada di kebun/afdeling menggunakan truk.

Tandan kosong yang dibawa kembali ke afdeling tersebut dapat digunakan

sebagai pupuk organik.

Universitas Sumatera Utara


43

Buah yang telah direbus dilumatkan oleh digester hingga terbukalah sel-

sel minyak didalam daging buah agar minyak mudah keluar pada saat proses

pengepressan. Selanjutnya setelah keluar dari mesin digester lalu menuju ke

mesin pressing (screw pressing) untuk dilakukan proses pemisahan minyak kasar

(crude oil) dari daging buah. Biji dan serabut (ampas) hasil pengepressan

diteruskan ke stasiun biji (karnel).

Minyak kasar (crude oil) hasil pengempaan disalurkan ke sand trap tank

(tangki penampungan) melalui Oil Gutter untuk mengendapkan pasir sehingga

minyak akan terpisah dengan pasir-pasir tercampur dengan minyak kasar. Untuk

memudahkan pengendapan pasir maka cairan minyak kasar harus cukup panas

dengan cara menginjeksikan uap panas. Minyak kasar yang sudah terpisah dengan

pasir kemudian masuk ke Vibrating Screen (saringan getar) untuk memisahkan

benda-benda padat (ampas press) yang terikut dengan minyak kasar.

Minyak yang sudah melewati saringan getar ditampung di bak RO (Crude

Oil Tank) untuk kemudian dipompakan ke CST (Continious Settling Tank) lalu

masuk ke proses Oil Purifier (pemurnian minyak) melalui oil tank. Pada proses

Oil Purifier, air yang masih bercampur dengan minyak dipisahkan dengan

menggunakan Vacuum Dryer dan akhirnya disimpan dalam Storage ( tangki

penyimpanan minyak).

Sementara benda-benda padat yang masih mengandung minyak

ditampung dalam Sludge Tank untuk melewati beberapa lagi proses pemurnian

hingga didapatkan minyak yang dapat dipompakan ke CST (Continious Settling

Tank).

Universitas Sumatera Utara


44

Di sisi lain, biji dan serabut (ampas) hasil pengepressan pada proses

pengempaan akan dipisahkan antara cangkang dan bijinya sehingga menghasilkan

inti sawit. Prosesnya melalui CBC (Cake Breaker Conveyor) yang digunakan

untuk memecahkan ampas press yang masih bercampur biji yang mana masih

berbentuk gumpalan-gumpalan yang mana nantinya akan dibawa ke depericaper

untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa–sisa serabut

yang masih merekat lalu biji diantar ke destoner/fiber cyclone melalui conveyor.

Pada destoner cyclone, biji (nuts) dipisah dengan batu – batu yang ikut pada buah,

dimana akibat berat jenis yang berat akan terjatuh kebawa, sedangkan yang

ringan akan terangkat/terhisap keatas dikarenakan berat jenis biji – biji (nuts)

lebih ringan maka akan terangkat ke nuts elevator kemudian ke nut hopper.

Biji yang berasal dari nut silo masuk kedalam rotor bar, dan

digiling/dipecah, sehingga biji pecah dan akan terpisah antara inti dan cangkang.

Proses ini disebut ripple mill. Kemudian biji dimasukkan ke Light Tenera Dust

Separator (LTDS) untuk dipisahkan antara cangkang dan inti sekaligus cangkang

akan dibawa untuk bahan bakar ketel uap. Pemisahan akhir akan dilakukan pada

proses hydro cyclone, untuk memisahkan inti dan cangkang yang tidak terpisah

karena memiliki berat hampir sama.

4.2 Hasil Univariat

4.2.1 Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP)

Distribusi penggunaan APP pada pekerja di PKS Adolina PTPN IV tahun

2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Penggunaan APP di Bagian


Produksi Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV tahun 2015
Penggunaan APP N (Orang) %
Tidak Pakai 21 91,3
Pakai 2 8,7
Total 23 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan APP

yaitu 21 orang (91,3%), yang menggunakan APP yaitu 2 orang (8,7%).

4.2.2 Pengetahuan Pekerja

Distribusi pekerja berdasarkan pengetahuan di PKS Adolina PTPN IV

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Pengetahuan di Bagian


Produksi Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV tahun 2015
Pengetahuan N (Orang) %
Baik 10 43,5
Kurang 13 56,5
Total 23 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa pekerja yang berpengetahuan baik yaitu

10 orang (43,5%), berpengetahuan kurang yaitu 13 orang (56,5%).

4.2.3 Sikap Pekerja

Distribusi pekerja berdasarkan sikap di PKS Adolina PTPN IV tahun 2015

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Sikap di Bagian Produksi


Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV tahun 2015
Sikap N (Orang) %
Baik 11 47,8
Kurang 12 52,2
Total 23 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa pekerja yang memiliki sikap baik yaitu

11 orang (47,8%), pekerja yang memiliki sikap kurang yaitu 12 orang (52,2%).

Universitas Sumatera Utara


46

4.3 Hasil Bivariat

4.3.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Penggunaan APP

Hubungan pengetahuan pekerja dengan penggunaan Alat Pelindung

Pendengaran (APP) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Exact Fisher Pengetahuan Pekerja dengan


Penggunaan APP di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
Adolina PTPN IV tahun 2015
Penggunaan APP
Jumlah Sig.
Pengetahuan Pakai Tidak Pakai (p)
N % N % N %
Baik 1 10,0 9 90,0 10 43,5
0,692
Kurang 1 7,7 12 92,3 13 56,5
Total 2 8,7 21 91,3 23 100
Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas menjelaskan bahwa terdapat

12 orang (92,3%) pekerja berpengetahuan kurang yang tidak menggunakan APP.

Sedangkan diantara pekerja yang berpengetahuan baik terdapat 1 orang (10,0%)

pekerja yang menggunakan APP.

Pada hasil uji exact fisher antara pengetahuan pekerja dengan penggunaan

APP dapat diketahui bahwa nilai p = 0,692 dimana p > 0,05 artinya tidak ada

hubungan antara pengetahuan pekerja dengan penggunaan APP di PKS Adolina

PTPN IV tahun 2015.

4.3.2 Hubungan Sikap Pekerja dengan Penggunaan APP

Hubungan sikap pekerja dengan penggunaan Alat Pelindung Pendengaran

(APP) dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 4.6 Hasil Uji Exact Fisher Sikap Pekerja dengan Penggunaan APP
di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV
tahun 2015
Penggunaan APP
Jumlah Sig.
Pakai Tidak Pakai (p)
Sikap
N % N % N %
Baik 2 18,2 9 81,8 11 47,8
0,217
Kurang 0 0 12 100 12 52,2
Total 2 8,7 21 91,3 23 100

Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas menjelaskan bahwa terdapat

12 orang (100%) pekerja bersikap kurang yang tidak menggunakan APP.

Sedangkan diantara pekerja yang bersikap baik terdapat 2 orang (18,2%) pekerja

yang menggunakan APP.

Pada hasil uji exact fisher antara sikap pekerja dengan penggunaan APP

dapat diketahui bahwa nilai p = 0,217 dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan

antara sikap pekerja dengan penggunaan APP di PKS Adolina PTPN IV tahun

2015.

Universitas Sumatera Utara


48

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Penggunaan APP

Hasil penelitian yang dilakukan pada 23 responden menunjukkan bahwa

terdapat 10 orang (43,5%) berpengetahuan baik dan 13 orang (56,5%)

berpengetahuan kurang tentang APP. Nilai median tingkat pengetahuan

responden secara keseluruhan mencapai 6. Hasil penelitian ini dapat dikatakan

bahwa lebih banyak responden yang berpengetahuan kurang tentang APP.

Sedangkan diantara pekerja yang berpengetahuan kurang terdapat 1 orang (7,7%)

pekerja yang menggunakan APP.

Berdasarkan wawancara pada pekerja tersebut ternyata dia hanya

menggunakan APP ketika pembuangan steam (uap) sedang berlangsung, karena

kebisingan pada saat pembuangan steam (uap) perebusan itu sangat bising dan

menyebabkan telinganya sakit. Namun pada saat pembuangan steam (uap) selesai

maka pekerja akan melepas APP karena menurut mereka tidak terlalu bising

walaupun sudah berada diatas nilai NAB (>85 dB). Oleh karena itu lah, walaupun

pengetahuan pekerja tersebut kurang namun karena dia sudah merasakan dampak

kebisingan tersebut pada telinganya maka dia menggunakan APP.

Hal ini sesuai dengan teori perubahan perilaku menurut Katz (1960) dalam

Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku berfungsi sebagai

penerima objek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan tindakan itu seseorang

senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari

tersebut seseorang melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek

48

Universitas Sumatera Utara


49

atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan mengakibatkan tindakan-

tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Sesuai

dengan hal diatas bahwa pekerja tersebut merasakan sakit di telinganya ketika

pembuangan steam (uap), maka secara cepat tanpa berpikir lama, pekerja tersebut

menggunakan APP untuk melindungi telinganya dari rasa sakit akibat bising.

Tingkat pengetahuan responden yang kurang kemungkinan disebabkan

oleh karakteristik pekerja yaitu ada sebanyak 3 orang pekerja yang tingkat

pendidikannya SMP. Selain itu bisa juga disebabkan karena belum pernah

mendapatkan penyuluhan dan pelatihan tentang Alat Pelindung Pendengaran

(APP).

Menurut Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan hasil tersebut terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap

suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan ini diperoleh sejak

seseorang menerima hubungan dari lingkungannya. Secara teori memang

disebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan diharapkan memiliki

perilaku yang sesuai ketika memakai APP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pekerja yang berpengetahuan

baik terdapat 9 orang (90%) pekerja yang tidak memakai APP. Menurut Bloom

dalam Notoadmodjo (2010) mengungkapkan bahwa pengetahuan seseorang

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya

dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu dari tingkat tahu, memahami, hingga

aplikasi. Setiap tingkatan memperlihatkan kemampuan individu. Tingkat aplikasi

Universitas Sumatera Utara


50

ini diartikan apabila pekerja yang telah memahami suatu obyek dalam hal ini

penggunaan APP dapat menggunakan dan mengaplikasikan nya pada saat bekerja

di tempat yang bising.

Berdasarkan hasil penelitian pada hasil uji exact fisher antara pengetahuan

pekerja dengan penggunaan APP, dapat diketahui bahwa nilai p = 0,692 dimana p

> 0,05 artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan pekerja dengan

penggunaan APP di PKS Adolina PTPN IV tahun 2015.

Noviadi (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penggunaan APD Telinga ada beberapa yaitu pengetahuan, sikap,

kenyamanan, kebijakan, pelatihan dan keteladanan. Sedangkan menurut

Noviandry (2013), faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan

APD yaitu pengetahuan, sikap, pengawasan, dan hukuman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Linggasari (2008), menurut hasil penelitian Linggasari menunjukkan tidak

ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (p = 0,244 >

0,05). Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan APD menurut

Linggasari adalah ketersediaan APD, kenyamanan APD, pelatihan dan

pengawasan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Hidayah (2014), menurut hasil penelitian Hidayah menunjukkan

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan memakai APT (p =

0,615).

Universitas Sumatera Utara


51

5.2 Hubungan Sikap Pekerja dengan Penggunaan APP

Hasil penelitian yang dilakukan pada 23 responden menunjukkan bahwa

terdapat 11 orang (47,8%) yang bersikap baik dan 12 orang (52,2%) pekerja yang

bersikap kurang baik tentang APP. Nilai median sikap pekerja tentang APP secara

keseluruhan mencapai 39. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa lebih banyak

responden yang bersikap kurang tentang APP.

Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat

bahwa sebagian besar pekerja memiliki sikap yang baik (mendukung) dalam

menggunakan APP namun tidak menggunakannya ketika bekerja. Berdasarkan

wawancara kepada pekerja tersebut, mengaku bahwa mereka sudah terbiasa

bekerja tanpa menggunakan APP dan berdasarkan pengalaman mereka saat

menggunakan APP merasa tidak nyaman (panas) dan selama bekerja tanpa APP

juga belum terjadi dampak yang buruk. Selain itu pekerja menggunakan APP

hanya saat pembuangan steam (uap) berlangsung, setelah selesai maka pekerja

membuka APP kembali. Artinya, para pekerja menggunakan APP hanya saat

pembuangan steam (uap) berlangsung.

Hasil ini sesuai dengan teori kondisioning yang menjelaskan bahwa sikap

adalah merupakan kebiasaan terhadap suatu yang dipelajari. Hal ini berarti bahwa

pembentukan sikap disesuaikan dengan lingkungan. Perkembangan sikap akan

melalui proses sosialisasi, imitasi dan adaptasi. Pekerja dapat belajar dari imitasi

(meniru) tingkah laku pekerja lainnya dalam hal penggunaan APP (Mar’at, 1982).

Sikap pekerja yang baik ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik

pekerja, yaitu tingkat kecerdasan pekerja. Pekerja yang memiliki tingkat

Universitas Sumatera Utara


52

kecerdasan rendah, kurang memiliki aspek penalaran yang baik sehingga

mengakibatkan tindakan yang tidak baik juga (Mar’at, 1982).

Menurut Teori Thoughs and Feeling dalam Notoadmodjo (2010)

menyatakan bahwa sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Sikap

positif tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan

karena pengalaman pekerja itu sendiri dan pengalaman pekerja lain. Pekerja tidak

mau menggunakan APP meskipun memiliki sikap yang baik terhadap APP, sebab

ia melihat banyak pekerja yang tidak menggunakan APP dan tidak terjadi hal

yang buruk. Hal ini sesuai juga dengan wawancara menggunakan kuesioner yang

menyatakan bahwa pekerja setuju tidak memakai APD Telinga karena tidak akan

membahayakan kesehatan telinga pekerja. Pekerja juga tidak mau menggunakan

APP meskipun memiliki sikap yang baik terhadap APP, sebab berdasarkan

pengalaman pekerja itu sendiri ketika menggunakan APP merasa tidak nyaman

(panas). Hal ini sesuai dengan wawancara menggunakan kuesioner yang

menyatakan bahwa pekerja setuju tidak mau memakai APD Telinga karena

mengurangi kenyamanan bekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pekerja yang bersikap baik

terdapat 9 orang (81,8%) pekerja yang tidak memakai APP. Menurut Bloom

dalam Notoadmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sikap juga mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu dimulai dari menerima,

menanggapi, menghargai hingga bertanggung jawab. Sikap yang paling tinggi

tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya. Pekerja

Universitas Sumatera Utara


53

yang telah mengambil sikap tertentu dalam hal ini menggunakan APP, maka

pekerja harus berani mengambil risiko bila mengurangi kenyamanan bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada hasil uji exact fisher antara sikap pekerja

dengan penggunaan APP dapat diketahui bahwa nilai p = 0,217 dimana p > 0,05

artinya tidak ada hubungan antara sikap pekerja dengan penggunaan APP di PKS

Adolina PTPN IV tahun 2015.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noviadi (2000) yang

menyatakan bahwa lebih banyak pekerja yang bersikap positif memakai APP

dibandingkan dengan pekerja yang bersikap negatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Linggasari (2008), menurut hasil penelitian Linggasari menunjukkan tidak

ada hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan APD (p = 0,244 > 0,05).

Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan APD menurut Linggasari

adalah ketersediaan APD, kenyamanan APD, pelatihan dan pengawasan.

Ketersediaan APP di tempat kerja juga dapat mempengaruhi sikap pekerja.

Jika APP tidak tersedia sesuai kebutuhan, maka pekerja tidak dapat melindungi

telinganya dari bising. Berdasarkan wawancara kepada petugas P2K3 di pabrik

kelapa sawit PTPN IV Adolina tahun 2015, mengatakan bahwa ketersediaan APP

hanya tersedia pada 4 stasiun saja yaitu stasiun rebusan, ketel uap, kernel, dan

kamar mesin. Sedangkan pada stasiun lainnya yang juga intensitas kebisingannya

melebihi NAB seperti stasiun klarifikasi, pemurnian air, penebahan dan

pengempaan tidak tersedia APP.

Universitas Sumatera Utara


54

Menurut WHO dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa perubahan

perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan dalam hal ini penggunaan

APP, sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa strategi untuk

memperoleh perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Memakai kekuatan (enforcement), dalam hal ini perubahan perilaku

dipaksakan kepada sasaran (pekerja) sehingga ia mau melakukan (berperilaku)

seperti yang diharapakan (memakai APP). Cara ini dapat ditempuh dengan

memakai cara-cara kekuatan baik fisik maupun psikis, misalnya dengan

menghukum atau memberikan ancaman kepada pekerja agar mau

mematuhinya. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan

tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran

sendiri.

2. Memakai kekuatan peraturan atau hukum (regulation), misalnya pekerja yang

tidak memakai APP maka upahnya akan dipotong.

3. Pendidikan (education), perubahan perilaku kesehatan melalui cara

pendidikan atau promosi kesehatan ini diawali dengan memberikan informasi

tentang dampak kebisingan pada telinga dan kesehatan, cara melindungi diri

dari bahaya kebisingan, tujuan dan manfaat memakai APP. Perubahan

perilaku dengan pendidikan kesehatan akan menghasilkan perubahan perilaku

yang efektif. Cara ini akan memakan waktu yang lebih lama namun tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran

mereka sendiri (bukan karena paksaan).

Universitas Sumatera Utara


55

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja di bagian produksi PKS Adolina

PTPN IV pada tahun 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pekerja yang memakai APP yaitu 2 orang (8,7%), yang tidak memakai APP

yaitu 21 orang (91,3%).

2. Pekerja yang berpengetahuan baik yaitu 10 orang (43,5%), dan yang

berpengetahuan kurang yaitu 13 orang (56,5%).

3. Pekerja yang bersikap baik yaitu 11 orang (47,8%), pekerja yang bersikap

kurang yaitu 12 orang (52,2%).

4. Terdapat 12 orang (92,3%) pekerja berpengetahuan kurang yang tidak

menggunakan APP. Sedangkan diantara pekerja yang berpengetahuan baik

terdapat 1 orang (10,0%) pekerja yang menggunakan APP. Tidak ada

hubungan antara pengetahuan pekerja dengan penggunaan APP di PKS

Adolina PTPN IV tahun 2015. ( p = 0,692 > p = 0,05).

5. Terdapat 12 orang (100%) pekerja bersikap kurang yang tidak menggunakan

APP. Sedangkan diantara pekerja yang bersikap baik terdapat 2 orang (18,2%)

pekerja yang menggunakan APP. Tidak ada hubungan antara sikap pekerja

dengan penggunaan APP di PKS Adolina PTPN IV tahun 2015. (nilai p =

0,217 > p = 0,05).

55

Universitas Sumatera Utara


56

6.2 Saran

1. Bagi pekerja

a. Para pekerja di bagian produksi seharusnya melindungi diri sendiri dari

bahaya kebisingan dengan cara memakai Alat Pelindung pendengaran ketika

bekerja di tempat yang bising.

2. Bagi perusahaan

a. Pihak perusahaan sebaiknya memberikan informasi atau penyuluhan dan

menambahkan media promosi seperti penempelan poster mengenai bahaya

kebisingan dan dampak bila tidak memakainya.

b. Pihak perusahaan sebaiknya meningkatkan kekuatan (enforcement) dalam hal

ini memberikan sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APP.

c. Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan APP sesuai dengan kebutuhan dan

digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai

terutama pada stasiun yang diatas NAB namun tidak disediakan APP seperti

stasiun klarifikasi, pemurnian air, penebahan dan pengempaan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.

Buchari., 2007. Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri.


Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Dahlan, M.S., 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Harrianto, R., 2003. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Hidayah, N. 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan


Memakai Alat Pelindung Telinga Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi di
PT. Total Dwi Daya Semarang Tahun 2014. [Jurnal]. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. Diakses pada tanggal 15 Juli 2015;
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/download/4703/4340

International Labor Organization., 2011. Diakses pada tanggal 11 Maret 2015.


Http://www.ilo.org/iloenc/part-iv/personal-protection/item/690-hearing-
protection-.

Keputusan Presiden Republik Indonesia. 1993. Penyakit Yang Timbul Karena


Hubungan Kerja. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian


(KNPGPKT), 2011. Diakses pada tanggal 15 April 2015.
http://www.telingakusehat.com/gangguan-pendengaran/-.

Kurniawidjaja, L. M., 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI


Press.

Kusuma, N. U., 2013, Analisis Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Telinga


Pada Petugas Ground Handling di PT Gapura Angkasa Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang. [Skripsi]. Palembang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Diakses pada tanggal 20
Maret 2015 ; www.akademik.unsri.ac.id/.../TA_10091001025.pdf.

Linggasari., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku terhadap


Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk Tangerang. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Diakses pada tanggal 22 Maret 2015 ;
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122941-S-5402-Faktor-faktor%20yang-
HA.pdf.

Universitas Sumatera Utara


2

Mar’at., 1982. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Noviadi, P., 2000. Analisis Faktor-Fator Yang Berhubungan dengan Dengan


Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran di Bagian Produksi Ammonia P-
II PT Pusri Palembang. [Thesis]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015;
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/71772-T5089-AnalisisFaktor.Pdf.

Novianto, F., 2010. Analisis Kecelakaan dan Kesehatan Kerja dan Upaya
Pencegahannya di Bagian Flooring dengan Pendekatan Risk Assesment
PT Dharma Satya Nusantara Surabaya. [Skripsi]. Surabaya: Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Diakses
pada tanggal 20 Maret 2015 ;
http://eprints.upnjatim.ac.id/902/1/file_1.pdf.

Notoadmojo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmojo, S., 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1981. Kewajiban Melapor


Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia.

Ridley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.

Santoso, I., 2013. Manajemen Data Untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Dian Rakyat.

Silalahi, B. N. B. dan Silalahi, R. B., 1995. Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Suma’mur, P. K., 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV
Sagung Seto.

Suma’mur, P. K., 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:


CV Gunung Agung.

Sunyoto, D., 2012. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tarwaka., 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Winardi., 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA DENGAN
TINDAKAN PEKERJA DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
PENDENGARAN DI BAGIAN PRODUKSI PTPN IV UNIT USAHA
ADOLINA TAHUN 2015

A. DATA UMUM
1. Nama :
2. Umur :…………………………………………………. Tahun
3. Masa kerja :………………………………………………..… Tahun
4. Stasiun :
5. Pendidikan Terakhir: 1. Tidak Tamat SD (Sederajat)
2. Tamat SD (Sederajat)
3. Tamat SMP (Sederajat)
4. Tamat SMA (Sederajat)
5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

B. DATA KHUSUS
I. PENGETAHUAN
1. Menurut saudara, apakah yang dimaksud dengan APD Telinga?
a. Alat untuk melindungi telinga dari bising
b. Alat yang berupa sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear
muff)
c. Alat untuk melindungi diri
d. Tidak tahu
2. Menurut saudara, apakah APD Telinga berguna pada waktu bekerja?
a. Ya
b. Tidak (teruskan ke nomor 5)
3. Apakah kegunaan APD Telinga menurut saudara?
a. Menjaga kesehatan dan keamanan kerja
b. Melindungi telinga dari gangguan pendengaran akibat bising
c. Melindungi telinga agar selalu nampak bersih /tidak kotor
d. Tidak tahu
4. Apa akibatnya bila pekerja tidak menggunakan APD Telinga?
a. Mendapatkan kecelakaan atau gangguan bising
b. Bisa mengalami gangguan pendengaran

Universitas Sumatera Utara


c. Akan mendapatkan sangsi
d. Tidak berakibat apa-apa
5. Menurut saudara, kapan seharusnya APD Telinga tersebut digunakan?
a. Apabila ada pengawasan
b. Bila bekerja di tempat yang bising
c. Sewaktu-waktu dipakai
d. Tidak tahu
6. Menurut saudara, jenis APD Telinga yang digunakan bila bekerja di
tempat yang bising adalah….
a. Sumbat telinga (ear plug)
b. Tutup telinga (ear muff)
c. Ear plug dan Ear muff
d. Tidak tahu
7. Jenis APD Telinga apakah yang saudara pakai saat ini?
a. Sumbat telinga (ear plug)
b. Tutup telinga (ear muff)
c. Ear plug dan Ear muff dipakai sekaligus
d. Tidak tahu
8. Menurut saudara, pada tingkat kebisingan berapa tenaga kerja harus
memakai APD Telinga?
a. Kurang dari 85 dB (A)
b. Lebih dari 85 dB (A)
c. Tidak tahu
9. Menurut saudara, berapa daya redam (attenuation) sumbat telinga (ear
plug)?
a. Kurang lebih 10-15 dB (A)
b. Kurang lebih 30-40 dB (A)
c. Tidak tahu
10. Untuk tutup telinga (ear muff), menurut saudara berapa daya redamnya
terhadap kebisingan ?
a. Kurang lebih 10-15 dB (A)
b. Kurang lebih 30-40 dB (A)
c. Tidak tahu
II. SIKAP
11. Saya percaya bahwa menggunakan APD Telinga selama bekerja
sangat berguna?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

Universitas Sumatera Utara


e. Sangat tidak setuju
12. Saya menggunakan APD Telinga hanya karena ada pengawasan
dilakukan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
13. Bagi saya tidak menggunakan APD Telinga pun tidak akan
membahayakan kesehatan telinga saya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
14. Dengan menggunakan APD Telinga dapat melindungi telinga saya
selama bekerja di tempat yang bising.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
15. Bagi saya, menggunakan APD Telinga terus menerus adalah gambaran
karyawan yang bertanggung jawab.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
16. Saya tidak mau memakai APD Telinga karena mengurangi
kenyamanan bekerja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
17. Bagi saya, menggunakan APD Telinga adalah cara untuk mencegah
terjadinya ketulian akibat bising.
a. Sangat setuju
b. Setuju

Universitas Sumatera Utara


c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
18. Saya menggunakan APD Telinga karena takut akan sanksi yang
diberikan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
19. Bagi saya, penggunaan APD Telinga tidak mengurangi kemungkinan
terjadinya ketulian
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
20. Menggunakan APD Telinga adalah perbuatan disiplin bagi saya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Lembar Checklist

LEMBAR CHECKLIST PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


PENDENGARAN PADA PEKERJA PRODUKSI ADOLINA TAHUN 2015

No. Nama Responden Stasiun Shift Penggunaan Alat


Pelindung Pendengaran

Pakai Tidak Pakai

1. As k.mesin I

2. Sy k.mesin I

3. Yu kernel I

4. Am kernel I

5. R.si kernel I

6. Su rebusan I

7. Ma rebusan I

8. Bam rebusan I

9. Da ketel uap I

10. La ketel uap I

11. Bu ketel uap I

12. Ra ketel uap I

13. Asm k.mesin II


14. Amr k.mesin II

15. E.si rebusan II

16. Sug rebusan II

17. Kha rebusan II

18. Sya kernel II

19. Win kernel II

20. Sua ketel uap II

Universitas Sumatera Utara


21. Omp ketel uap II

22. War ketel uap II

23. Ags ketel uap II

Keterangan:

Pakai, Jika menggunakan APP saat pengamatan dilakukan

Tidak Pakai, Jika tidak menggunakan APP saat pengamatan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan
Correlations
item1 skor_to
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 0 tal
ite Pearson -
m1 Correlation 1 .775** .775** .775** .556 .775** .556 1.000* .408 .408 .819**
*

Sig. (2-tailed) .003 .003 .003 .061 .003 .061 .000 .188 .188 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson 1.000* -
.775** 1 * .400 .258 .400 .258 .316 .316 .635*
m2 Correlation .775**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .198 .418 .198 .418 .003 .317 .317 .027
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson 1.000* -
.775** * 1 .400 .258 .400 .258 .316 .316 .635*
m3 Correlation .775**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .198 .418 .198 .418 .003 .317 .317 .027
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
*
ite Pearson 1.000 -
.775** .400 .400 1 .775** * .775** .316 .316 .816**
m4 Correlation .775**
Sig. (2-tailed) .003 .198 .198 .003 .000 .003 .003 .317 .317 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
*
ite Pearson 1.000
.556 .258 .258 .775** 1 .775** * -.556 .408 .408 .819**
m5 Correlation
Sig. (2-tailed) .061 .418 .418 .003 .003 .000 .061 .188 .188 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
*
ite Pearson 1.000 -
.775** .400 .400 * .775** 1 .775** .316 .316 .816**
m6 Correlation .775**
Sig. (2-tailed) .003 .198 .198 .000 .003 .003 .003 .317 .317 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson 1.000*
.556 .258 .258 .775** * .775** 1 -.556 .408 .408 .819**
m7 Correlation
Sig. (2-tailed) .061 .418 .418 .003 .000 .003 .061 .188 .188 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson -
- - - -
m8 Correlation 1.000* -.556 -.556 1 -.408 -.408 -.819**
* .775** .775** .775** .775**

Sig. (2-tailed) .000 .003 .003 .003 .061 .003 .061 .188 .188 .001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson 1.000*
.408 .316 .316 .316 .408 .316 .408 -.408 1 * .717**
m9 Correlation
Sig. (2-tailed) .188 .317 .317 .317 .188 .317 .188 .188 .000 .009
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ite Pearson 1.000*
.408 .316 .316 .316 .408 .316 .408 -.408 * 1 .717**
m1 Correlation
0 Sig. (2-tailed) .188 .317 .317 .317 .188 .317 .188 .188 .000 .009

Universitas Sumatera Utara


N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
sko Pearson -
.819** .635* .635* .816** .819** .816** .819** .717** .717** 1
r_to Correlation .819**
tal Sig. (2-tailed)
.001 .027 .027 .001 .001 .001 .001 .001 .009 .009
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 12 52.2

Excludeda 11 47.8

Total 23 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.737 11

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item1 12.33 23.879 .782 .698

item2 12.25 25.114 .583 .716

item3 12.25 25.114 .583 .716

item4 12.25 24.386 .780 .704

item5 12.33 23.879 .782 .698

item6 12.25 24.386 .780 .704

item7 12.33 23.879 .782 .698

item8 12.83 31.606 -.840 .799

item9 12.75 24.023 .678 .702

item10 12.75 24.023 .678 .702

skor_total 6.50 6.636 .995 .791

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

Correlations
skor_tot
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 al
item1 Pearson
-
Correlatio 1 .887** .713** .380 .146 .858** .380 .343 -.781** .763**
.781**
n
Sig. (2-
.000 .009 .223 .003 .652 .000 .223 .275 .003 .004
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item2 Pearson
-
Correlatio .887** 1 .951** .636* .383 .840** .636* .739** -.764** .937**
.968**
n
Sig. (2-
.000 .000 .026 .000 .219 .001 .026 .006 .004 .000
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item3 Pearson
-
Correlatio .713** .951** 1 .804** .420 .766** .804** .891** -.697* .938**
.943**
n
Sig. (2-
.009 .000 .002 .000 .174 .004 .002 .000 .012 .000
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item4 Pearson
1.000
Correlatio .380 .636* .804** 1 -.561 .104 .616* ** .739** -.561 .689*
n
Sig. (2-
.223 .026 .002 .058 .747 .033 .000 .006 .058 .013
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item5 Pearson
- - - - -
Correlatio -.561 1 -.527 -.561 .657* -.922**
.781** .968** .943** .722** .828**
n
Sig. (2-
.003 .000 .000 .058 .078 .008 .058 .001 .020 .000
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item6 Pearson
Correlatio .146 .383 .420 .104 -.527 1 .322 .104 .566 -.059 .589*
n
Sig. (2-
.652 .219 .174 .747 .078 .308 .747 .055 .857 .044
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item7 Pearson
-
Correlatio .858** .840** .766** .616* .322 1 .616* .455 -.722** .882**
.722**
n
Sig. (2-
.000 .001 .004 .033 .008 .308 .033 .137 .008 .000
tailed)

Universitas Sumatera Utara


N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item8 Pearson
1.000
Correlatio .380 .636* .804** ** -.561 .104 .616* 1 .739** -.561 .689*
n
Sig. (2-
.223 .026 .002 .000 .058 .747 .033 .006 .058 .013
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item9 Pearson
-
Correlatio .343 .739** .891** .739** .566 .455 .739** 1 -.414 .790**
.828**
n
Sig. (2-
.275 .006 .000 .006 .001 .055 .137 .006 .181 .002
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
item10 Pearson
- - - -
Correlatio -.561 .657* -.059 -.561 -.414 1 -.624*
.781** .764** .697* .722**
n
Sig. (2-
.003 .004 .012 .058 .020 .857 .008 .058 .181 .030
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
skor_total Pearson
-
Correlatio .763** .937** .938** .689* .589* .882** .689* .790** -.624* 1
.922**
n
Sig. (2-
.004 .000 .000 .013 .000 .044 .000 .013 .002 .030
tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
Case Processing Summary

N %

CValid 12 100.0
a
Excludeda 0 .0
s
Total
e
12 100.0
s

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Universitas Sumatera Utara


Cronbach's
Alpha N of Items

.709 11

Item-Total Statistics

Scale
Mean if Cronbach's
Item Scale Variance if Item Corrected Item- Alpha if Item
Deleted Deleted Total Correlation Deleted

item1 71.25 30.023 .714 .661

item2 71.25 26.386 .914 .614

item3 71.08 29.902 .907 .655

item4 71.08 32.992 .662 .691

item5 70.92 41.174 -.933 .780

item6 72.75 30.568 .496 .676

item7 71.17 26.333 .838 .619

item8 71.08 32.992 .662 .691

item9 71.00 31.455 .760 .674

item10 70.92 39.356 -.673 .764

skor_total 37.50 8.818 1.000 .641

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Master Data

m. P P P P P P P P P P Pe Pe S S S S S S S S S S tin
U ke Pen Sh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 n n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Si Si da
Na m rj ddk Sta i 0 ge ge 0 k ka ka
ma ur a n siun ft t. t.k ap pk n
k.mesi 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 4 3 4 5 5 4 4 3 3 4
As 55 35 SMA n 1 6 2 39 1 0
k.mesi 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4
Sy 40 21 SMA n 1 8 1 40 1 0
Yu 52 29 SMA kernel 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 5 2 5 2 4 4 4 5 5 1 4 4 38 1 0
Am 45 17 SMA kernel 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 4 4 4 4 3 3 2 3 2 4 33 2 0
RSi 42 20 SMA kernel 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6 2 4 4 4 5 5 2 5 4 3 5 41 1 0
rebusa 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 4 2 3 5 5 5 4 3 1 5
Su 47 25 SMA n 1 7 2 37 2 0
rebusa 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4
Ma 42 20 SMA n 1 7 2 40 1 0
rebusa 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 4 4 4 4 3 3 4 3 2 2
Ba 40 21 SMA n 1 6 2 37 2 0
Ketel 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4
Da 50 27 SMP uap 1 6 2 39 1 0
Ketel 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 3 4 5 4 1 3 5 5 3 4
La 49 24 SMP uap 1 7 2 37 2 0
Ketel 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 5 4 5 5 4 3 5 5 3 4
Bu 48 18 SMA uap 1 7 2 43 1 0
Ketel 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2
Ra 46 23 SMP uap 1 5 2 31 2 0
As k.mesi 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5
m 47 23 SMA n 2 8 1 44 1 1
Am k.mesi 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 4 5 5 4 1 5 4 5 2 5
r 43 21 SMA n 2 6 2 40 1 0
rebusa 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 4 5 5 5 3 4 4 4 4 4
Esi 42 21 SMA n 2 5 2 42 1 0
rebusa 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 4 5 5 4 1 5 4 5 2 5
Sug 43 17 SMA n 2 6 2 40 1 1

Universitas Sumatera Utara


rebusa 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 5 5 5 5 5 5 1 5 1 5
Kha 39 17 SMA n 2 6 2 42 1 0
Sya 40 18 SMA kernel 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 4 3 3 5 4 5 1 5 1 5 36 2 0
Win 44 2 SMA kernel 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 1 5 4 4 4 4 3 4 4 2 4 38 1 0
Ketel 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4
Sua 42 17 SMA uap 2 6 2 43 1 0
Om Ketel 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5
p 40 19 SMA uap 2 5 2 44 1 0
Ketel 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4
War 38 17 SMA uap 2 6 2 36 2 0
Ketel 1 1 0 1 5 1 1 1 1 0 5 5 5 5 5 3 4 1 1 5
Ags 40 1 SMA uap 2 7 2 39 1 0

Keterangan:
Penget: Pengetahuan Pekerja
Penget.k: pengetahuan dalam bentuk kategori 1=baik, 2=kurang
Sikap: Sikap Pekerja
sikap.k: sikap dalam bentuk kategori 1=baik, 2=kurang
tindakan: tindakan dalam bentuk kategori 0= tidak pakai APP, 1=pakai APP
P1-P10 : pertanyaan pengetahuan tentang APP dalam bentuk kategori 1=benar, 0= salah
S1, S4, S5, S7, S10 : pertanyaan sikap favourable tentang APP dalam bentuk kategori 5=sangat setuju, 4=setuju, 3=kurang setuju, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak
setuju
S2, S3, S6, S8, S9 : pertanyaan sikap unfavourable tentang APP dalam bentuk kategori 1=sangat setuju, 2=setuju, 3=kurang setuju, 4=tidak setuju,51=sangat tidak
setuju

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Hasil Output SPSS

Statistics

pengetahuan
sikap pekerja pekerja

N Valid 23 23

Missing 0 0

Mean 39.09 6.39

Median 39.00 6.00

Mode 40 6

pengetahuan pekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pengetahuan baik >6 10 43.5 43.5 43.5

pengetahuan kurang <=6 13 56.5 56.5 100.0

Total 23 100.0 100.0

sikap pekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Vali sikap baik >39 11 47.8 47.8 47.8


d

sikap kurang <=39 12 52.2 52.2 100.0

Total 23 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


tindakan pekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pakai APP 21 91.3 91.3 91.3

Pakai APP 2 8.7 8.7 100.0

Total 23 100.0 100.0

pengetahuan pekerja * tindakan pekerja Crosstabulation

tindakan pekerja

Tidak Pakai APP Pakai APP Total

pengetahu pengetahuan Count 9 1 10


an pekerja baik >6
Expected Count 9.1 .9 10.0

% within pengetahuan
90.0% 10.0% 100.0%
pekerja

% within tindakan pekerja 42.9% 50.0% 43.5%

% of Total 39.1% 4.3% 43.5%

pengetahuan Count 12 1 13
kurang <=6
Expected Count 11.9 1.1 13.0

% within pengetahuan
92.3% 7.7% 100.0%
pekerja

% within tindakan pekerja 57.1% 50.0% 56.5%

% of Total 52.2% 4.3% 56.5%

Total Count 21 2 23

Expected Count 21.0 2.0 23.0

% within pengetahuan
91.3% 8.7% 100.0%
pekerja

% within tindakan pekerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 91.3% 8.7% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square .038a 1 .846

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .038 1 .846

Fisher's Exact Test 1.000 .692

Linear-by-Linear
.036 1 .849
Association

N of Valid Casesb 23

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.87.

b. Computed only for a 2x2 table

sikap pekerja * tindakan pekerja Crosstabulation

tindakan pekerja

Tidak Pakai
APP Pakai APP Total

sikap sikap Count 9 2 11


pekerj baik >39
a
Expected Count 10.0 1.0 11.0

% within sikap pekerja 81.8% 18.2% 100.0%

% within tindakan
42.9% 100.0% 47.8%
pekerja

% of Total 39.1% 8.7% 47.8%

sikap Count 12 0 12
kurang
<=39
Expected Count 11.0 1.0 12.0

% within sikap pekerja 100.0% .0% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


% within tindakan
57.1% .0% 52.2%
pekerja

% of Total 52.2% .0% 52.2%

Total Count
21 2 23

Expected Count 21.0 2.0 23.0

% within sikap pekerja 91.3% 8.7% 100.0%

% within tindakan
100.0% 100.0% 100.0%
pekerja

% of Total 91.3% 8.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-
2.390a 1 .122
Square

Continuity
.648 1 .421
Correctionb

Likelihood Ratio 3.159 1 .076

Fisher's Exact Test .217 .217

Linear-by-Linear
2.286 1 .131
Association

N of Valid Casesb 23

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .96.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Dokumentasi

Gambar Pekerja di Stasiun Kernel pada saat pembuangan steam (uap) dengan
intensitas kebisingan 93,2 dB tidak menggunakan APP.

Gambar Pekerja di Stasiun Rebusan pada saat pembuangan steam (uap),


menggunakan APP.

Universitas Sumatera Utara


Gambar Pekerja di Stasiun Kamar Mesin dengan intensitas kebisingan 97,1 dB
pada saat pembuangan steam (uap) menggunakan APP.

Gambar Pekerja di Stasiun Boiler pada saat pembuangan steam tidak


menggunakan APP dengan intensitas kebisingan 94,3 dB.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai