SKRIPSI
Oleh
MARIA FRANSISKA SINAGA
NIM.131000591
Oleh
MARIA FRANSISKA SINAGA
NIM.131000591
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus kabupaten Batubara tahun
2017” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan
Medan.
diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai
pihak, untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja FKM USU dan dosen Pembimbing II yang telah banyak
selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.
5. Bapak Sirait selaku kepala KTU di PT. Socfindo Tanah Gambus Yang telah
sangat banyak membantu saya selama proses penelitian ini. Dan untuk kak
Juliani yang telah berjasa dan banyak membantu saya sehingga saya dapat
6. Mandor afdeling I, II, dan III yang telah setia mengiringi saya selama proses
penelitian di lapangan.
7. Para pemanen kelapa sawit yang telah bersedia memberikan waktu dan
8. Temen –teman saya Ana, Lena, April, Synthia, Ida, Kak Tia, Kak Debo,
Ditha, Cynthia, Eka, Nada, Kristina, Widya, Annazmi, Lia, Riky, Rika dan
teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga
9. Saudara yang telah banyak mendukung Lidya, Kezia, Irenia, Angelika, Stefy,
dan Tiara.
orang tua yang sangat disayangi, Ayahanda Jamuda Sinaga dan Ibunda Krismery
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun
Masyarakat di Indonesia.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2001 – 2007 : SD. Negeri no.297/III Aur Duri Sungai Penuh
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB V PEMBAHASAN
Halaman
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Master Data
Lampiran 4. Output Hasil Analisis SPSS
Lampiran 5. Dokumentasi
PENDAHULUAN
meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Namun, seperti yang kita
lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan.
Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja ini juga telah diatur
dalam UU RI No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa setiap pekerja atau
kesehatan kerja (pasal 86 ayat 1). Upaya keselamatan dan kesehatan yang
dimaksud untuk meningkatkan derajat kesehatan pekerja atau buruh dengan cara
tempat kerja yang dimaksudkan dalam pasal 86 ayat 2 UU RI No. 13 Tahun 2003
(Surayin, 2004).
orang didunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit
akibat kerja. Sedangkan di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus
kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu
kematian dan cacat seumur hidup. Sementara menurut data Kementerian Tenaga
tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya sebanyak dua
hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.
Organization (ILO) No.120 tahun 1964 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan
harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap
bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk
tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan
keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan kata
lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam pengendalian
K3 masih rendah. Menurut Pikiran Rakyat, dalam penelitian Siregar yang berjudul
(K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di Kebun Perlabian PT. Tolan
Tiga (Sipef) Tahun 2016” Menurut data Kemenakertrans, tercatat dari 24.425
norma K3 pada 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah
(Siregar, 2016).
kecelakaan menurut Gunarto adalah Tindakan Tidak Aman (TTA) seperti karena
tidak mematuhi prosedur (38%), tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)
(12%), posisi pekerja tidak benar (11%) dan (11%) menggunakan alat tidak tepat
(Siregar, 2016).
dokumentasi dan prosedur kerja, namun jika tidak dijalankan oleh masing- masing
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tingkat kecelakaan kerja yaitu
keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure, job
safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan
behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan
kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau dengan kata lain ada hubungan
kecelakaan kerja pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011 (Silalahi,
2011).
peraturan K3 yang baik yaitu sebesar 60%, dan hanya 17.5% mengalami
menyadari adanya ancaman kecelakaan kerja yang mungkin terjadi akibat sikap
kurang hati-hati, merasa mampu dan tahu, bekerja di luar wewenang, suka
mengambil jalan pintas, bekerja dengan kurang peralatan, dan lain-lain. Dalam
khususnya pada petani kelapa sawit sektor informal yang berhubungan dengan
Batubara dengan nama Kebun Tanah Gambus Estate. Perkebunan Tanah Gambus
Estate menghasilkan produk kelapa sawit yang dipasarkan keluar negeri maupun
secara lokal. Oleh karena itu untuk memiliki hasil produksi yang memiliki
kualitas dan kuantitas ekspor, maka PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten
Tanah Gambus ini meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan
digunakan dalam kegiatan panen adalah: dodos kecil dan besar, pisau egrek,
tangkai dodos, tangkai egrek, angkong, batu asah, kapak, ganco, dan tajok.
muda dengan tinggi sekitar dua meter. Sedangkan pisau egrek untuk pohon yang
sudah tua dan tinggi tiga meter. Setelah buah jatuh ketanah, ganco digunakan
untuk menyusun tandan buah kelapa sawit. Lalu petani menggunakan kapak
untuk mengikis batang yang berlebihan atau tidak diperlukan pada buah. Setelah
tandan buah dirapikan, setiap buah diberi tanda atau nomor menggunakan pinsil
merah/biru untuk mengetahui berapa banyak buah yang dipanen oleh setiap satu
tajok.
menyediakan APD yang diperlukan pada pekerja pemanen, yaitu berupa helm,
kaca mata pelindung, sarung tangan dan sepatu boot. Akan tetapi, dalam Intruksi
Kerja Panen Tandan Buah Segar Kelapa Sawit milik PT. Socfindo mencantumkan
kata “jika perlu” disebelah APD sarung tangan. yang artinya APD sarung tangan
Setelah diamati lagi, hanya sebagian petani yang memakai Alat Pelindung
Diri (APD) lengkap. Saat peneliti menanyakan apa penyebabnya, para petani
menjawab dengan alasan tidak nyaman, terlalu panas dan menghalangi pekerjaan.
buah baik. Pengawasan dilakukan setiap hari pada pukul 10.00 WIB.
terakhir para pemanen adalah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Seringkali
dalam melakukan pekerjaannya tidak sedikit para petani kelapa sawit di lapangan
akibat tidak memakai pelindung badan atau sarung tangan, terkena jatuhan buah
karena tidak memakai pelindung kepala pada saat bekerja dan mata terkena
tercapai dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang
ada khususnya dalam hal pemakaian APD, dengan demikian resiko untuk terkena
kecelakaan kerja akan menurun, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara tahun
2017.
berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga
kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara
tahun 2017.
APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun
2017.
APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun
2017.
1. Faktor Pengetahuan
2. Faktor Sikap
4. Faktor Pengawasan
kelapa sawit.
5. Secara khusus bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan
TINJAUAN PUSTAKA
tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal
1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
(K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,
yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
nasional.
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
(Rejeki, 2015).
menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian
tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu
instruksionalnya.
sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja,
dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang
baik, seperti tidak dilengkapi dengan alat pengamanan yang cukup, maka kondisi
seperti ini menjadi sumber resiko. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak
(Hadiguna, 2009 ).
korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih
lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang. Ada dua
kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.
(Suma’mur, 2013 ).
akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah
1. Immediate causes
pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja
gerakan berbahaya.
efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang
tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia di lingkungan kerja tidak
memenuhi syarat.
2. Contributing causes
kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian
karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja.
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja
secara disiplin agar tidak lalai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
(Cahyono, 2004).
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan
dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada
perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu
yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar
atau jika individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya (Amalia, 2012).
suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan
merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur
yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon
Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan
sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua
informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia
(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak
mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan
jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan
seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh dengan
disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-
penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya
Gambus
Adapun jenis-jenis APD yang dipakai tenaga kerja pemanen kelapa sawit
1. Kacamata
2. Sepatu Boot
3. Helm
Pada PT Socfin Indonesia Tanah Gambus ini alat pelindung diri (APD)
sudah disediakan dengan lengkap. Kriteria dari alat pelindung diri (APD) yang
lengkap dan tidak lengkap dalam pemakaian alat pelindung diri adalah apabila
pekerja tidak memakai salah satu alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan
perusahaan maka dikatakan pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang
lengkap dan apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri (APD) yang telah
disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja memakai alat pelindung diri yang
lengkap.
secara individu. APD perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat
kerja.
2015)
(APD), yaitu :
1. Pekerja, yaitu ;
paru/emphisema).
l. Mengikuti sikap atasan yang tidak memakai juga APD yang disediakan.
2. Perusahaan
c. Dianggap hanya pekerjaan yang sia-sia karena tidak adanya pekerja yang
mau memakainya.
d. Pengadaan APD yang asal beli dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja
2.7. Perundang-undangan
UU RI No. I tahun 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.
Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri;
Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur
pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung
tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (Suma’mur, 2013).
APD akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik dari cedera
3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja
kontraktor dan tamu, sama seperti yang diberikan kepada pekerja perusahaan.
4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku,
2010).
Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last
Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah
menggunakan topi keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpa benda.
Namun jika ada benda jatuh, kepalanya akan terlindung sehingga keparahan
dapatdikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat
yang tinggi, topi tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan
beban.
Alat keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan
sebagai berikut.
1. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh
atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau
fiber.
2. Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau
radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las.
3. Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan
4. Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan
asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam
seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).
yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff).
6. Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari
percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit,
7. Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan
kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan
metal.
8. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya
9. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju
10.Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis
dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya
misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis.
No. 1 Tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-
cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan
Alat pelindung diri khusus pada pemanen kelapa sawit adalah: helm, kaca
Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus ini telah diadakan
tetapi para pemanen ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat pelindung diri
2.9.1. Pengetahuan
teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan. Teori safety triad ini
2001).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
(overt behavior).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden
terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni :
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
tingkatan.
a. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
penelitiannya:
atas fenomena yang menangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, dan
administered):
tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang
mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka,
boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden
sendiri.
b. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam
bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara,
2.9.2. Sikap
merupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri
individu yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden
(Sudarmo, 2016).
Sikap adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang
menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur
yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang
dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang
dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif,
Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metoden
a. Wawancara
objek.
b. Angket
berikut :
banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara
2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih
banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara
3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan
dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang
4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih
banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang
tidak aman.
5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih
banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-
cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk
6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima
atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih
3. Relatif mantap
4. Dapat diubah
dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas
2.9.4. Pengawasan
Hasil Penelitian yang dilakukan olah Sudarmo, dkk (2016) yang dilakukan
kepada Perawat Bedah di Instalasi Bedah Sentral (IBS) terkait dengan faktor yang
(0,016) < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel
menggunakan APD di IBS RSUD Ulin. Hasil penelitian ini sesuai dengan
APD pada waktu menolong persalinan terdapat pengaruh yang bermakna antara
rencana.
bahan baku
sesama karyawan maupun dari pimpinan terhadap penggunaan APD. Peran rekan
dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui.
pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna
kesehatan, dukungan sosial dan contoh model merupakan hal yang mempengaruhi
suatu kejadian yang sangat baik dan menguntungkan baik untuk diri responden
sendiri maupun orang lain. Madyanti (2012) dalam penelitiannya menyatakan hal
yang sesuai bahwa faktor lingkungan yaitu ada tidaknya rekan kerja yang
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Faktor
Faktor
APDAPD Faktor
1. Patuh
Tenaga Kerja
1.1. Kondisi
KondisiAlat
Alat 3. Pengetahuan
2. Tidak patuh
Pelindung
PelindungDiri
Diri 4. Sikap
(APD)
(APD)
3.
4.
Faktor Pendukung
Faktor Pendukung
1. 1. Pengawasan
1. Pengawasan
2. 2.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan Sosial
METODE PENELITIAN
bagaimana hubungan dari faktor tenaga kerja, faktor APD, dan faktor pendukung
terhadap pemakaian alat pelindung diri oleh tenaga kerja pemanen kelapa sawit.
Penelitian ini akan dilakukan pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit
penelitian pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit PT. Socfin Indonesia Tanah
Gambus tersebut.
Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2017-Juni 2017.
3.3.1. Populasi
kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus sebanyak 137 orang.
3.3.2. Sampel
atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang
n=
n=
n=
n= = 57.80 ≈ 58
Keterangan ;
N = Besar populasi karyawan pemanen yaitu 137 orang
n = Besar sampel
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) yaitu 10 %
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan PT.
Socfin Indonesia Tanah Gambus. yang meliputi data profile PT. Socfin Indonesia
Tanah Gambus dan data Instruksi Kerja tenaga kerja pemanen kelapa sawit.
3.5.1. Variabel
sosial.
dapat melindungi tenaga kerja dan mencegah bahaya atau kecelakaan yang
PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus mengenai bahaya dari pekerjaannya dan
3. Sikap, adalah respon atau tanggapan dari pengetahuan yang diterima pekerja
tenaga kerja pemanen kelapa sawit terhadap pemakaian APD pada saat bekerja.
4. Kondisi APD, adalah Gambaran atau keadaan APD. Apakah APD tersebut baik
tenaga kerja pemanen kelapa sawit dalam penggunaan APD selama bekerja,
6. Lingkungan Sosial, adalah peran atau dukungan sosial baik dari sesama
2009):
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.
mempengaruhi pemakaian APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 2
1. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
2. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.
2. Sikap pada pekerja pemanen diukur dengan menggunakan skala likert melalui
sebagai berikut :
1. Sangat Setuju :4
2. Setuju :3
1. Sangat Setuju :1
2. Setuju :2
3. Tidak Setuju :3
Skala pengukuran sikap dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
1. Positif apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
2. Negatif apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah
10.
a. Kondisi APD
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kondisi APD pada pekerja
1. Jawaban ya nilai :1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0.
mempengaruhi pemakaian APD yaitu kondisi APD dalam hal ini dibagi dalam 2
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
sosial.
a. Pengawasan APD.
dengan memilih jawaban yang disediakan. Kondisi APD pada pekerja pemanen
ini diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan
1. Jawaban ya nilai :1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0.
mempengaruhi pemakaian APD yaitu Pengawasan APD dalam hal ini dibagi
1. Ada pengawasan apabila subjek mampu menjawab “ya” ≥50% dari seluruh
2. Tidak ada pengawasan apabila subjek mampu menjawab “tidak” <50% dari
b. Lingkungan Sosial
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Lingkungan sosial APD pada
1. Jawaban ya nilai :1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0.
mempengaruhi pemakaian APD yaitu lingkungan sosial dalam hal ini dibagi
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari
berikut :
b. Tidak Patuh, jika tidak menggunakan satu saja dari seluruh APD (helm,
mengetahui apakah terdapat kekurangan dalam pengisian. Bila ada data yang tidak
lengkap atau kurang, maka peneliti akan melengkap data tersebut dengan turun ke
lapangan.
Semua data yang telah lengkap dari kuesioner diberi kode. Kode yang
computer.
Pada tahap ini, data dimasukkan melalui perangkat lunak komputer dan
diperiksa kembali. Jika ada data yang salah dimasukkan, maka dilakukan
perbaikan. Setelah tahap ini selesai, maka dilanjutkan dengan analisis data.
Analisis data yang akan dilakukan adalah bersifat univariat dan bivariat.
HASIL PENELITIAN
didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akte notaris William Leo No.45 tanggal 07
daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.
diadakan serah terima hak milik perusahaan kepada Pemerintah Indonesia atas
(SOCFINDO) yang didirikan melalui Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada
Soetarjo SH, Pemerintah RI telah melepas 30% sahamnya kepada SOCFIN SA,
yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Dimana luas
areal perkebunan kelapa sawit untuk provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh
Darussalam seluas 37.800 ha dan luas areal untuk perkebunan karet untuk
Tanah Gambus yang berada di Kabupaten Batubara. PKS ini memiliki kapasitas
pengolahan 25 ton/jam. PT Socfindo saat ini memliki luas lahan kelapa sawit
Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet kelas dunia yang
keuntungan dan manfaat kepada pemegang saham dan pekerja juga mendapat
3. Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang tertinggi (mutu dan
4. Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawan, aman, sehat dan sejahtera.
Pabrik yang mengolah minyak CPO (Crude Palm Oil ) menjadi 3 jenis
bahan jadi. Areal perkebunan ini terletak di desa Gambus, kecamatan Limapuluh,
1. RBD Olein
2. RBD Stearin
tersebut. Tiga pilar utama usaha berkelanjutan yang juga dikenal sebagai Triple
pabrik kelapa sawit dan juga di pusat produksi kecambah kelapa sawit yaitu PSBB
(Pusat Selekasi Bangun Bandar). Oleh sebab itu, produksi PT Socfin Indonesia
bukan hanya memberikan produksi yang tinggi dan mutu yang baik tapi juga
produksi dan kualitas yang tinggi, tanpa merusak dan mencemari lingkungan
masyarakat yang lebih besar dimana masyarakat dan perusahaan berada dalam
kami.
merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, PT Socfin
Indonesia menjunjung tinggi hak-hak para pekerja, baik hak untuk mendapat upah
yang layak, hak untuk berpendapat dan hak-hak lainnya termasuk hak untuk
bekerja dengan aman dan sehat. Sebagai bentuk kepedulian perusahaan akan
18001:2007.
yang berkelanjutan (sustainable palm oil) melalui penerapan prinsip dan kriteria
satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para
pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jalas apa tugasnya, dari mana ia
posisi tertentu sesuai dengan fungsinya. Seperti dilihat pada gambar 4.1 setiap
Gambus dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan
bekerja sebagai pekerja stimulasi sehingga dikategorikan menjadi usia >38 tahun
dan usia ≤38 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diperoleh responden yang berumur 20-
orang (24.2%) dan yang berumur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (13.8%).
Socfindo tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin yang paling
dan perempuan. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
sebanyak 9 orang (15.5%), tamat SLTP sebanyak 21 orang (36.2%) dan tamat
kelapa sawit PT Socfindo Tanah Gambus dilakukan untuk melihat berapa pekerja
yang memakai APD dengan lengkap dan tidak lengkap sehingga dikategorikan
menjadi “Lengkap” apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri yang
diberikan dan “tidak lengkap” apabila pekerja tidak memakai salah satu alat
pelindung diri yang diberikan dengan cara observasi. Hasil pengukuran tersebut
APD yang lengkap (patuh) sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap
(responden menjawab pertanyaan dengan skor ≥50%), dan tidak baik (responden
≥50%), dan negatif (responden menjawab pertanyaan dengan skor <50%). Hasil
dari setiap APD yang dipakai pekerja sehingga dikategorikan menjadi Baik (jika
≥50% dan pekerja merasa nyaman dalam memakai APD) dan tidak baik
(jika<50% dan pekerja tidak merasa nyaman dalam memakai APD). Hasil
kondisi alat pelindung diri (APD) yang baik sebanyak 45 orang (77.6%) dan tidak
adanya pengawasan sebanyak 49 orang (84.5%) dan yang menyatakan tidak ada
menjadi baik (jika ≥50% dan adanya ajakan teman pekerja untuk memakai APD)
dan kurang baik (jika<50% dan tidak ada ajakan teman pekerja untuk memakai
baik terhadap pemakaian APD yang lengkap sebanyak 7 orang (12.1%) dan
berpengetahuan tidak baik yang memakai APD lengkap sebanyak 0 orang (.0%)
dan yang memakai APD tidak lengkap sebanyak 38 orang (65.5%). Dengan nilai
dengan pemakaian APD, semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar
sikap positif terhadap pemakaian APD lengkap sebanyak 7 orang (12.1%) dan
sikap positif terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap sebanyak 24 orang
(41.4%), dan responden yang menyatakan sikap negatif terhadap pemakaian APD
yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan sikap negatif terhadap pemakaian APD
yang tidak lengkap sebanyak 27 orang (46.6%). Dengan nilai ρ=0.012 (ρ>0.05),
hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan sikap dengan pemakaian APD,
semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai
ρ=0.012 maka hubungan sikap dengan kepatuhan pemakaian APD semakin besar.
menyatakan bahwa kondisi APD baik terhadap pemakaian APD yang lengkap
sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap sebanyak 38 orang (65.5%),
dan responden yang menyatakan bahwa kondisi APD tidak baik terhadap
pemakaian APD yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan yang tidak lengkap
sebanyak 13 orang (22.4%). Dengan nilai ρ=0.331, hal ini menunjukkan tidak ada
sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap sebanyak 42 orang (72.4%),
pemakaian APD yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan yang tidak lengkap
sebanyak 9 orang (15.5%). Dengan nilai ρ=0.581, hal ini menunjukkan tidak ada
sebanyak 6 orang (10.3%) dan terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap
tidak baik terhadap pemakaian APD yang lengkap sebanyak 1 orang (1.7%) dan
terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap sebanyak 28 orang (48.3%). Dengan
nilai ρ=0.102, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan lingkungan
sosial dengan pemakaian APD. Semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar
Keterangan :
TB : Tidak Berhubungan
B : Berhubungan
PEMBAHASAN
7 orang (12.1%) berpengetahuan baik dengan pemakaian APD lengkap dan tidak
lengkap 13 orang (22.4%) dan berpengetahuan tidak baik dengan pemakaian APD
tidak lengkap 38 orang (65.5%). Hasil analisis bivariat juga menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian APD. Hal ini
juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana masih banyak pekerja yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD dan SMP sebanyak 30 orang.
Hal ini juga selaras dengan penelitian Mulyanti (2008) bahwa ada
nilai ρ=0.004 (ρ<0.05) dan proporsi responden yang menggunakan APD 100%
terdapat pada responden dengan pengetahuan kategori sangat baik, 71.4% terdapat
yang telah disediakan oleh perusahaan seperti dalam pemakaian APD sehingga
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan, tindakan yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dan lebih tepat daripada tindakan yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
7 orang (12.1%) bersikap positif dengan pemakaian APD lengkap dan tidak
pemakaian APD tidak lengkap. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan adanya
Hal ini juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana masih banyak
pekerja yang tidak setuju jika diadakannya sanksi bagi pekerja yang tidak
memakai APD dengan lengkap dan pekerja yang tidak setuju adanya APD
gerak.
mental yang terjadi pada individu yang akan menentukan respon yang baik dan
nyata dari setiap orang yang berbeda. Pengetahuan seseorang terdiri dari enam
orang (12.1%) kondisi APD baik dengan pemakaian APD lengkap dan tidak lengkap 38
orang (65.5%) dan kondisi APD tidak baik 13 orang (22.4%) dengan pemakaian APD
tidak lengkap. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang
menemukan seluruh APD yang disediakan masih dalam keadaan baik, namun
yang menjadi alasan pekerja masih tidak mau memakainya adalah tidak nyaman
(kondisi APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.
mendapatkan alat pelindung diri dalam keadaan kondisi yang baik tetapi ada juga
pekerja yang tidak memakai APD yang telah diberikan karena mereka merasa
pekerjaan mereka.
7 orang (12.1%) yang ada pengawasan dengan pemakaian APD lengkap dan tidak
lengkap 42 orang (72.4%) dan tidak ada pengawasan 9 orang (15.5%) dengan
pemakaian APD tidak lengkap. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya
rutin dilakukan setiap hari oleh mandor dari masing-masing afdeling. Pengawasan
dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai pekerja siap melakukan aktivitas panen.
Namun hal itu tidak membuat pekerja termotivasi untuk patuh dalam memakai
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang diterapkan. Dan
target unit dapat tercapai dan untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya
6 orang (10.3%) dengan lingkungan sosial baik dengan pemakaian APD lengkap
dan tidak lengkap 23 orang (39.7%) dan dengan lingkungan sosial tidak baik 1
orang (1.7%) dengan pemakaian APD lengkap dan tidak lengkap 28 orang
Hal ini juga didukung dari hasil observasi peneliti dilapang, dimana
peneliti mendapati hubungan komunikasi antara pemanen sangat baik dan mereka
peringatan itu tidak diindahkan dan masih banyak pemanen yang tidak patuh
Dari hasil uji statistik yang diperoleh oleh peneliti bahwa hal ini tidak
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta analisis data yang
yang berumur 41-50 tahun sebanyak 14 orang (24.2%) dan yang berumur 51-
2. Semua pekerja yang menjadi sampel adalah yang berjenis kelamin pria yaitu
orang (15.5%), tamat SLTP sebanyak 21 orang (36.2%) dan tamat SLTA
5. Faktor kondisi APD, pengawasan dan lingkungan sosial tidak ada hubungan
pemakaian APD dengan nilai ρ=0.0001 dan disusul dengan faktor sikap
6.2. Saran
kelapa sawit. Agar timbul sikap yang lebih baik pada karyawan untuk lebih
disediakan perusahaan.
3. Memberikan sanksi yang tegas pada pekerja yang tidak memakai APD yang
Amalia, F., Budi Eko, Syihabudhin dan Agus Hermawan. 2012. Analisis Tingkat
Kepatuhan Personal dalam Mendukung Pencapaian Zero Accident pada
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). http://karya-ilmiah.um.ac.id/
(Diakses 15 Maret 2017).
Fauzi, Y., Yusnita Erna, Iman Satyawibawa dan Rudi Hartono. 2002. Kelapa
Sawit. Cetakan Keempat belas. Penerbit Swadaya, Depok.
Nurdin, M.R. 2002. Kesehatan Kerja Perkebunan. Staf Pengajar FKM USU,
Medan.
Silaban, G dan Perangin-angin, S. 2008. Hak Dan Atau Kewajiban Tenaga Kerja
Dan Pengusaha Atau Pengurus Yang Ditetapkan Dalam Peraturan
Perundangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan Pertama.
Penerbit USU Press, Medan.
Sistem Manajemen Socfindo. 2016. Instruksi Kerja Panen Tandan Buah Segar
Kelapa Sawit.
KUESIONER PENELITIAN
Sumatera Utara sedang menyusun sebuah skripsi sebagai salah satu syarat untuk
ini. Jawaban dari Bapak/Ibu selanjutkan akan diolah untuk menghasilkan hasil
Petunjuk
Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat mulai dari bagian ini :
3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda dan kondisi pekerjaan
anda.
PENGETAHUAN
A. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya dan penyakit akibat
kerja
2. Menurut Saudara, bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang baik?
A. Ikut-ikutan sama teman karena teman kerja yang lain memakai APD
C. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat proses panen
4. Menurut Saudara, manfaat apa yang saudara peroleh dengan menggunakan alat
A. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya pada saat melakukan kegiatan
5. Alat pelindung diri (APD) apakah yang wajib selalu digunakan pada saat panen
kelapa sawit?
C. Sepatu boot
6. Untuk menghindari jatuhnya tandan kelapa sawit agar tidak mengenai kepala
A. Kaca mata
B. Helm
C. Sepatu boot
7. Menurut Saudara, faktor resiko bahaya apa yang dapat terjadi pada saat proses
A. Terpeleset, terjatuh
C. Tidak tahu.
8. Menurut Saudara, bahaya apa yang dapat terjadi jika tidak memakai sepatu
boot?
A. Iritasi kulit
B. Terjatuh
9. Menurut anda, alat pelindung diri ( APD ) apakah yang digunakan untuk
melindungi mata dari serpihan benda-benda kecil seperti abu, bunga kelapa
A. Helm
B. Kacamata
C. Sepatu boot
10. Menurut Saudara, bagaimana pemilihan jenis alat pelindung diri (APD) yang
A. APD yang digunakan harus dalam keadaan baik (tidak rusak) dan sesuai
C. Tidak tahu
SIKAP
KONDISI APD
Ya Tidak
NO Pertanyaan
Menurut Anda, apakah alat pelindung diri yang
digunakan dapat memberikan perlindungan
1.
terhadap bahaya yang dapat terjadi pada pekerja
panen kelapa sawit?
Apakah Anda merasa nyaman menggunakan alat
2.
pelindung diri pada saat melakukan proses panen?
Apakah alat pelindung diri yang digunakan tidak
3.
mengganggu gerak saat melakukan proses panen?
Apakah alat pelindung diri yang dipakai sesuai /
4.
pas dengan ukuran tubuh pekerja panen?
Apakah alat pelindung diri yang dipakai tidak
5.
mudah rusak?
Apakah alat pelindung diri yang disediakan telah
6. mencukupi jumlahnya pada para pekerja panen
kelapa sawit?
PENGAWASAN
NO Ya Tidak
Pertanyaan
1. Apakah selama anda bekerja melakukan panen
ada pengawas/mandor yang mengawasi anda
dalam memakai APD?
2. Apakah dengan adanya pengawasan tersebut
membuat anda termotivasi untuk selalu
menggunakan alat pelindung diri saat panen
kelapa sawit?
LINGKUNGAN SOSIAL
Ya Tidak
NO Pertanyaan
Apakah teman anda dalam melakukan proses
1. panen selalu mengingatkan anda untuk
menggunakan alat pelindung diri?
Apakah anda mengikuti anjuran teman anda
2.
tersebut?
Apakah mandor akan memberikan teguran pada
3. anda jika tidak memakai alat pelindung diri
(APD)?
Apakah anda mempunyai hubungan kerjasama
4. yang baik dengan teman anda dalam melakukan
pekerjaan panen kelapa sawit?
KEPATUHAN
1. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (Helm) pada
saat bekerja?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Pemakaian APD
Helm Kacamata Sarung Sepatu Boot
NO Egrek/ Dodos
Responde Pakai Tidak Pakai Tidak Pakai Tidak Pakai Tidak Ket
n Pakai Pakai Pakai Pakai
1. √ √ √ √ TL
2. √ √ √ √ TL
3. √ √ √ √ TL
4. √ √ √ √ TL
5. √ √ √ √ TL
6. √ √ √ √ TL
7. √ √ √ √ TL
8. √ √ √ √ TL
9. √ √ √ √ TL
10. √ √ √ √ TL
11. √ √ √ √ TL
12. √ √ √ √ TL
13. √ √ √ √ TL
14. √ √ √ √ TL
15. √ √ √ √ TL
16. √ √ √ √ TL
17. √ √ √ √ TL
18. √ √ √ √ TL
19. √ √ √ √ TL
20. √ √ √ √ TL
21. √ √ √ √ TL
22. √ √ √ √ TL
23. √ √ √ √ TL
24. √ √ √ √ TL
25. √ √ √ √ TL
26. √ √ √ √ TL
27. √ √ √ √ TL
28. √ √ √ √ TL
29. √ √ √ √ TL
30. √ √ √ √ TL
31. √ √ √ √ TL
32. √ √ √ √ TL
33. √ √ √ √ TL
34. √ √ √ √ TL
Keterangan :
L : Lengkap
TL : Tidak Lengkap
Frequencies
Statistic
Umur Jenis Pnddkn Peng Sikap Kon Pngwsan Lig.Sosial Kepatuhan
Kelamin Terakhir APD
Valid 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis Kelami n
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 58 100.0 100.0 100.0
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 15.5 15.5 15.5
SLTP 21 36.2 36.2 51.7
SLTA 28 48.3 48.3 100.0
Total 58 100.0 100.0
Sikao Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Negatif 27 46,6 46,6 46,6
Positif 31 53,4 53,4 100,0
Total 58 100,0 100,0
Pengawasan Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Tidak ada 9 15,5 15,5 15,5
pengawasan
Ada 49 84,5 84,5 100,0
pengawasan
Total 58 100,0 100,0
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan kategori
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
* kepatuhan kategori
sikap kategori *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kepatuhan kategori
kondisi apd kat egori *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kepatuhan kategori
pengawasan kategori
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
* kepatuhan kategori
lingkungan sosial
kategori * kepatuhan 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kategori
kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
pengetahuan tidak baik Count 38 0 38
kategori % of Total 65.5% .0% 65.5%
baik Count 13 7 20
% of Total 22.4% 12.1% 34.5%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%
kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
sikap kategori negatif Count 27 0 27
% of Total 46.6% .0% 46.6%
positif Count 24 7 31
% of Total 41.4% 12.1% 53.4%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%
Chi-Square Tests
kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
kondisi apd tidak baik Count 13 0 13
kategori % of Total 22.4% .0% 22.4%
baik Count 38 7 45
% of Total 65.5% 12.1% 77.6%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%
Chi-Square Tests
kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
pengawasan tidak ada pengawasan Count 9 0 9
kategori % of Total 15.5% .0% 15.5%
ada pengawasan Count 42 7 49
% of Total 72.4% 12.1% 84.5%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%
kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
lingkungan sosial tidak baik Count 28 1 29
kategori % of Total 48.3% 1.7% 50.0%
baik Count 23 6 29
% of Total 39.7% 10.3% 50.0%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Gambar 4. Proses Kerja Merapikan Buah yang Telah Jatuh dan Menandai Buah