Anda di halaman 1dari 111

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA


KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO
TANAH GAMBUS KABUPATEN BATUBARA
TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh
MARIA FRANSISKA SINAGA
NIM.131000591

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA
KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO
TANAH GAMBUS KABUPATEN BATUBARA
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
MARIA FRANSISKA SINAGA
NIM.131000591

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) pada Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit Di PT. Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Agustus 2017

Maria Fransiska Sinaga


131000591

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Pekerja pemanen kelapa sawit di PT Socfindo sangat rentan mengalami


kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, karena pekerja tersebut masih
kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Pekerja pemanen
kelapa sawit memiliki potensi bahaya yang tinggi dan beresiko mengalami
kecelakaan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan penggunaan APD pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit di
PT Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. Penelitian ini bersifat analitik
dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel adalah 58 orang dengan
pengambilan sampel secara acak berdasarkan area (Cluster Sampling). Variabel
yang diteliti adalah karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan), pengetahuan, sikap, kondisi APD, pengawasan dan lingkungan
sosial. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan alpha 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia pada
rentan umur 20-40 tahun dengan pendidikan terbanyak SMA. Responden
memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai APD dan memiliki sikap yang
kurang peduli mengenai APD. Petugas K3 memberikan penyuluhan, pengawasan,
namun tidak ada pemberian sanksi pada responden mengenai APD. Sebagian
besar responden tidak menegur rekan kerja yang tidak menggunakan APD dan
tidak melaporkan APD rekan kerja yang rusak pada petugas K3. Sebanyak 7
responden patuh dalam penggunaan APD dan 51 responden tidak patuh dalam
penggunaan APD. Sebagian besar pekerja tidak menggunakan kacamata dan helm
saat bekerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap
terhadap kepatuhan penggunaan APD.
Peneliti menyarankan agar perusahaan lebih sering mengadakan pelatihan
tentang fungsi dan kegunaan Alat Pelindung Diri (APD). Perusahaan menjalin
hubungan yang akrab dengan karyawan, khususnya antara mandor atau pengawas
pekerja panen dengan pemanen kelapa sawit, agar timbul sikap yang lebih baik
pada karyawan untuk lebih menghargai satu sama lain. Perusahaan memberikan
evaluasi secara berkala terhadap Alat Pelindung Diri (APD) yang telah disediakan
perusahaan. Perusahaan juga memberikan sanksi yang tegas pada pekerja yang
tidak memakai APD yang lengkap saat bekerja.

Kata kunci: kepatuhan, penggunaan APD, pemanen kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The palm oil harvesters worker at PT Socfindo are susceptible to get an


accident when doing their jobs,because safety and health still less to be cared.
The palm oil harvesters worker has high potential hazard and they also run the
risk of accident.
This research was the descriptive analytic with the cross sectional
approach. The number of samples was taken by 58 respondents and has been
selected by simple random sampling by area (Cluster Sampling). The variables of
this research were worker characteristic (age, sex and education level),
knowledge, attitudes condition of PPE, surveillance and social environment. The
statistical test which is used by Chi Square test, with alpha 0,05.
The result of this research has shown that their average age was between
20-40 years old, the most of education was high school. The respondents had bad
knowledge of PPE and not responsible attitude of PPE. The safety officer gave
counseling of PPE, monitoring, but safety officer did not give punishment of PPE
for respondents. Majority, the respondents did not reprimand the other worker
who did not use PPE and did not report to the safety officer about the other
worker whose PPE was broken. 7 respondents were compliant to used PPE and
51 respondents were not compliant to used PPE. Majority, the respondents did
not use safety glasses and safety helmet when worked. There were significant
relationship between knowledge and attitude with the compliance using PPE.
Researchers suggest that companies are more often held a training about
the functionand usefulness of protective tools themselves. The company’s
relationship with employees, especially betwen the foreman or supervisor workers
harvesting with the palm oil harvester, in order to make a better attitude occurred
on employees to better apreciate each other. Company gave reguler evaluation
against Personal Protective Equipment (PPE) that have provided the company.
The company also gave punishment on worker who did not wear a Personal
Protective Equipment (PPE) when working.

Keywords: Compliance , use PPE, palm oil harvesters

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja

pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus kabupaten Batubara tahun

2017” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus

diperbaiki dalam skripsi ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai

pihak, untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja FKM USU dan dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Universitas Sumatera Utara


3. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga penelitian

ini dapat diselesaikan.

4. Ir. Kalsum, M.Kes dan ibu Isyatun Mardhiyah Syahri.SKM.,M.Kes selaku

dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan

selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Bapak Sirait selaku kepala KTU di PT. Socfindo Tanah Gambus Yang telah

sangat banyak membantu saya selama proses penelitian ini. Dan untuk kak

Juliani yang telah berjasa dan banyak membantu saya sehingga saya dapat

melakukan penelitian ini dengan lancar.

6. Mandor afdeling I, II, dan III yang telah setia mengiringi saya selama proses

penelitian di lapangan.

7. Para pemanen kelapa sawit yang telah bersedia memberikan waktu dan

dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Temen –teman saya Ana, Lena, April, Synthia, Ida, Kak Tia, Kak Debo,

Ditha, Cynthia, Eka, Nada, Kristina, Widya, Annazmi, Lia, Riky, Rika dan

teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga

kita semua menjadi orang yang sukses.

9. Saudara yang telah banyak mendukung Lidya, Kezia, Irenia, Angelika, Stefy,

dan Tiara.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada

orang tua yang sangat disayangi, Ayahanda Jamuda Sinaga dan Ibunda Krismery

Universitas Sumatera Utara


Nainggolan atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi

yang diberikan. Selanjutnya kepada abang Evrianus Siallagan yang selalu

mendoakan, mengingatkan, memberikan motivasi dan menyemangati penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun

yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Indonesia.

Medan, Agustus 2017


Penulis

Maria Fransiska Sinaga

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Fransiska Sinaga

Tempat Lahir : Jambi

Tanggal Lahir : 19 November 1995

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Jamuda Sinaga

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Krismery Nainggolan

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2001 – 2007 : SD. Negeri no.297/III Aur Duri Sungai Penuh

2. Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Lima Puluh

3. Tahun 2010 – 2013 : SMK Negeri 1 Air Putih

4. Tahun 2013 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFRAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3. Tujuan penelitian ............................................................................. 8
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................ 8
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................... 8
1.4. Hipotesa Penelitian........................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja ...................... 11


2.2. Pentingnya Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja ..................... 13
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ................................................. 13
2.2.2. Penyebab kecelakaan ............................................................. 13
2.3. Teori Kepatuhan .............................................................................. 15
2.3.1. Kepatuhan Kebijakan K3 ...................................................... 16
2.4. Alat Pelindung Diri (APD)............................................................... 17
2.4.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ................................ 17
2.4.2. APD pada pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus ............ 18
2.5. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) ...................................... 18
2.6. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) ........................... 19
2.7. Perundang-undangan ...................................................................... 20
2.8. Jenis-jenis APD .............................................................................. 22
2.8.1. Alat Pelidung Diri (APD) Pada Peman Kelapa Sawit ........... 24
2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemakaian APD . 24
2.9.1. Pengetahuan .......................................................................... 24
2.9.2. Sikap ..................................................................................... 27
2.9.3. Kondisi APD ......................................................................... 30
2.9.4. Pengawasan ........................................................................... 30
2.9.5. Lingkungan Sosial ................................................................ 31

Universitas Sumatera Utara


2.10. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 34


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 34
3.2.1. Lokasi ..................................................................................... 34
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................... 34
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 35
3.3.1. Populasi ................................................................................. 35
3.3.2. Sampel ................................................................................... 35
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 36
3.4.1. Data Primer ........................................................................... 36
3.4.2. Data Sekunder ....................................................................... 36
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 36
3.5.1. Variabel ................................................................................. 36
3.5.2. Definisi Operasional ............................................................. 36
3.6. Metode Pengukuran ........................................................................ 39
3.6.1. Metode Pengukuran Tenaga Kerja ........................................ 39
3.6.2. Metode Pengukuran Faktor APD dan Faktor Pendukung ..... 40
3.6.3. Metode Pengukuran Kepatuhan Pemakaian APD ................. 43
3.7. Metode Analisis Data ...................................................................... 43
3.7.1. Analisis Univariat ................................................................. 44
3.7.2. Analisis Bivariat .................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 45


4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 45
4.1.2. Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................... 47
4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................... 48
4.1.4. Ruang Lingkup Bidang Usaha .............................................. 48
4.1.5. Tanggung Jawab Perusahaan ................................................ 49
4.1.6. Organisasi dan Manajemen ................................................... 51
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................... 52
4.2.1. Hasil Univariat ...................................................................... 52
4.2.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...................... 53
4.2.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......... 53
4.2.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 54
4.2.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian APD ..... 55
4.2.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ........... 56
4.2.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ...................... 56
4.2.1.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD .......... 57
4.2.1.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ............ 57
4.2.1.9. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan sosial .. 58
4.2.2. Hasil Univariat ...................................................................... 59

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemakaian
APD .............................................................................. 59
4.2.2.2. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Pemakaian APD . 60
4.2.2.3. Hubungan Kondisi APD dengan Kepatuhan Pemakaian
APD .............................................................................. 60
4.2.2.4. Hubungan Pengawasan dengan Kepatuhan Pemakaian
APD .............................................................................. 61
4.2.2.5. Hubungan Lingkungkungan Sosial dengan Kepatuhan
Pemakaian APD ........................................................... 62

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian APD ........................... 64


5.2. Hubungan Sikap dengan Pemakaian APD ....................................... 65
5.3. Hubungan Kondisi APD dengan Pemakaian APD .......................... 66
5.4. Hubungan Pengawasan dengan Pemakaian APD ............................ 67
5.5. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pemakaian APD ................. 68

BAB V PEMBAHASAN

6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 69


6.2. Saran................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 70

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran ............................................................ 37


Tabel 4.1. Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT. Socfindo Medan .. 46
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ....... 53
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 54
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 54
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian APD ........ 55
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan............... 56
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap .......................... 56
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD ............. 57
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ............... 58
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial ..... 58
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Kepatuhan
Pemakaian APD ................................................................. 59
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dan Kepatuhan
Pemakaian APD ................................................................. 60
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD dan Kepatuhan
Pemakaian APD ................................................................. 60
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan dan Kepatuhan
Pemakaian APD ................................................................. 62
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial dan
Kepatuhan Pemakaian APD ............................................... 62
Tabel 4.16. Hasil Analisis Bivariat ....................................................... 63

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.10. Kerangka Konsep ............................................................ 33


Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Socfindo Tanah Gambus ........... 52

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Master Data
Lampiran 4. Output Hasil Analisis SPSS
Lampiran 5. Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu

perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam

meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Namun, seperti yang kita

lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan.

Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja ini juga telah diatur

dalam UU RI No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa setiap pekerja atau

buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja (pasal 86 ayat 1). Upaya keselamatan dan kesehatan yang

dimaksud untuk meningkatkan derajat kesehatan pekerja atau buruh dengan cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan pengendalian bahaya di

tempat kerja yang dimaksudkan dalam pasal 86 ayat 2 UU RI No. 13 Tahun 2003

(Surayin, 2004).

Menurut International Labour Organization, tercatat lebih dari 2,34 juta

orang didunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit

akibat kerja. Sedangkan di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus

kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu

kematian dan cacat seumur hidup. Sementara menurut data Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sampai tahun 2013 di indonesia tidak

Universitas Sumatera Utara


kurang 6 pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka

tersebut tergolong tinggi dibandingkan negara Eropa yang hanya sebanyak dua

orang meninggal per hari karena kecelakaan kerja (ILO, 2013).

Di Indonesia sendiri angka kecelakaan kerja cukup mengkhawatirkan,

berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,

hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.

Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 menegaskan bahwa setiap perusahaan

wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, yang dimaksud dengan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem

manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien, dan produktif (Suma’mur, 2013).

Mengingat kecelakaan kerja terus terjadi dan ancaman kecelakaan kerja

masih tetap sering terjadi maka Pemerintah Republik Indonesia telah

memperlakukan beberapa Perundang-undangan maupun Peraturan mengenai

ketenagakerjaan yang salah satunya dalam “ Konvensi International Labour

Organization (ILO) No.120 tahun 1964 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan

kantor-kantor”. Pada pasal 17 Konvensi ILO menyatakan bahwa “ Para pekerja

harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap

bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk

Universitas Sumatera Utara


suatu alasan penguasa yang berwenang harus memerintahkan penggunaan alat

pelindung diri (Suma’mur, 2013).

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan dan Perundang-undangan

tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan

kecelakaan, bahaya-bahaya lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan

keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Dengan kata

lain bahwa APD merupakan keputusan terakhir yang di ambil dalam pengendalian

bahaya di tempat kerja (Silaban, 2015).

Kenyataannya kesadaran masyarakat Indonesia dalam mematuhi kebijakan

K3 masih rendah. Menurut Pikiran Rakyat, dalam penelitian Siregar yang berjudul

“Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

(K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di Kebun Perlabian PT. Tolan

Tiga (Sipef) Tahun 2016” Menurut data Kemenakertrans, tercatat dari 24.425

perusahaan yang terdaftar, sebanyak 52% atau 12.745 perusahaan melanggar

norma K3 pada 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah

melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan pertama dan kedua

(Siregar, 2016).

Bentuk ketidakpatuhan pekerja pada peraturan K3 yang menjadi penyebab

kecelakaan menurut Gunarto adalah Tindakan Tidak Aman (TTA) seperti karena

tidak mematuhi prosedur (38%), tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)

(12%), posisi pekerja tidak benar (11%) dan (11%) menggunakan alat tidak tepat

(Siregar, 2016).

Universitas Sumatera Utara


Pada akhirnya, pelaksanaan K3 terletak di tangan masing- masing individu

dalam organisasi. Bagaimanapun baiknya sistem manajemen K3, lengkap dengan

dokumentasi dan prosedur kerja, namun jika tidak dijalankan oleh masing- masing

individu, K3 tidak akan berhasil (Ramli, 2010).

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa terdapat hubungan

peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tingkat kecelakaan kerja yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Silalahi tentang “Hubungan Pelaksanaan Program

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada

PT. Chevron Pacific Indonesia Duri”, diperoleh bahwa variabel program

keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure, job

safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan

behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa Semakin baik pelaksanaan program K3 maka semakin kecil angka

kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau dengan kata lain ada hubungan

pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011 (Silalahi,

2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini tentang “Kepatuhan Terhadap

Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Hubungannya Dengan

Kecelakaan Kerja” didapatkan hasil pekerja memiliki tingkat kepatuhan terhadap

peraturan K3 yang baik yaitu sebesar 60%, dan hanya 17.5% mengalami

kecelakaan kerja ringan (Nuraini, 2015).

Universitas Sumatera Utara


Sumber Daya Manusia (SDM) yang pendidikannya relatif rendah, kurang

menyadari adanya ancaman kecelakaan kerja yang mungkin terjadi akibat sikap

kurang hati-hati, merasa mampu dan tahu, bekerja di luar wewenang, suka

mengambil jalan pintas, bekerja dengan kurang peralatan, dan lain-lain. Dalam

penelitian ini pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yang dibahas

khususnya pada petani kelapa sawit sektor informal yang berhubungan dengan

pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) (Nurdin, 2002).

Sebagai salah satu Negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia,

Indonesia memiliki banyak perusahaan perkebunan sawit salah satunya adalah

PT.Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. Perusahaan ini merupakan

perusahaan milik swasta asing yang bergerak dalam bidang perkebunan.

Perusahaan ini mempunyai salah satu perkebunan yang letaknya di Kabupaten

Batubara dengan nama Kebun Tanah Gambus Estate. Perkebunan Tanah Gambus

Estate menghasilkan produk kelapa sawit yang dipasarkan keluar negeri maupun

secara lokal. Oleh karena itu untuk memiliki hasil produksi yang memiliki

kualitas dan kuantitas ekspor, maka PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten

Batubara menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (Sistem

Manajemen Socfindo, 2017).

Proses pemanenan tandan buah kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia

Tanah Gambus ini meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan

brondolan, pemotongan pelepah, dan pengangkutan hasil. Alat-alat yang

digunakan dalam kegiatan panen adalah: dodos kecil dan besar, pisau egrek,

tangkai dodos, tangkai egrek, angkong, batu asah, kapak, ganco, dan tajok.

Universitas Sumatera Utara


Dodos digunakan untuk memotong tandan buah dari pohon yang masih

muda dengan tinggi sekitar dua meter. Sedangkan pisau egrek untuk pohon yang

sudah tua dan tinggi tiga meter. Setelah buah jatuh ketanah, ganco digunakan

untuk menyusun tandan buah kelapa sawit. Lalu petani menggunakan kapak

untuk mengikis batang yang berlebihan atau tidak diperlukan pada buah. Setelah

tandan buah dirapikan, setiap buah diberi tanda atau nomor menggunakan pinsil

merah/biru untuk mengetahui berapa banyak buah yang dipanen oleh setiap satu

orang petani. Kemudian dengan menggunakan ganco, buah dinaikan keatas

angkong untuk dibawa ke truk pengangkutan dan dipindahkan menggunakan

tajok.

Berdasarkan hasil wawancara singkat peneliti bahwa perusahaan telah

menyediakan APD yang diperlukan pada pekerja pemanen, yaitu berupa helm,

kaca mata pelindung, sarung tangan dan sepatu boot. Akan tetapi, dalam Intruksi

Kerja Panen Tandan Buah Segar Kelapa Sawit milik PT. Socfindo mencantumkan

kata “jika perlu” disebelah APD sarung tangan. yang artinya APD sarung tangan

tidak selalu diperlukan.

Setelah diamati lagi, hanya sebagian petani yang memakai Alat Pelindung

Diri (APD) lengkap. Saat peneliti menanyakan apa penyebabnya, para petani

menjawab dengan alasan tidak nyaman, terlalu panas dan menghalangi pekerjaan.

Rata-rata petani mengatakan adanya pengawasan yang dilakukan oleh mandor-I

Produksi. Mandor-I Produksi bertanggung-jawab mengkoordinasikan kegiatan

panen antar mandoran dalam divisi, mengontrol serta memastikan pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


panen sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menjamin mutu hancak dan mutu

buah baik. Pengawasan dilakukan setiap hari pada pukul 10.00 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa rata-rata pendidikan

terakhir para pemanen adalah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Seringkali

dalam melakukan pekerjaannya tidak sedikit para petani kelapa sawit di lapangan

mengalami kecelakaan kerja, seperti : kakinya terkena duri, kulitnya tergores

akibat tidak memakai pelindung badan atau sarung tangan, terkena jatuhan buah

karena tidak memakai pelindung kepala pada saat bekerja dan mata terkena

serpihan buah sawit karena tidak memakai kacamata.

Agar tujuan dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat

tercapai dengan baik maka pekerja haruslah dapat mematuhi kebijakan K3 yang

ada khususnya dalam hal pemakaian APD, dengan demikian resiko untuk terkena

kecelakaan kerja akan menurun, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan pemakaian APD pada tenaga kerja pemanen

kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja

pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara tahun

2017.

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga

kerja pemanen kelapa sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara

tahun 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja terhadap kepatuhan

pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah

Gambus Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap kepatuhan pemakaian

APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun

2017.

3. Untuk mengetahui hubungan kondisi APD terhadap kepatuhan pemakaian

APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah Gambus Tahun

2017.

4. Untuk mengetahui hubungan pengawasan dari mandor terhadap kepatuhan

pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah

Gambus Tahun 2017.

5. Untuk mengetahui hubungan lingkungan sosial terhadap kepatuhan

pemakaian APD pada pekerja bagian pemanen di PT. Socfindo Tanah

Gambus Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Hipotesa Penelitian

1. Faktor Pengetahuan

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap pemakaian APD

Ha : Ada hubungan hubungan terhadap pemakaian APD

2. Faktor Sikap

Ho : Tidak ada hubungan sikap terhadap pemakaian APD

Ha : Ada hubungan sikap terhadap pemakaian APD

3. Faktor Kondisi APD

Ho : Tidak ada hubungan kondisi APD terhadap pemakaian APD

Ha : Ada hubungan kondisi APD terhadap pemakaian APD

4. Faktor Pengawasan

Ho :Tidak ada hubungan pengawasan terhadap pemakaian APD

Ha : Ada hubungan pengawasan terhadap pemakaian APD

5. Faktor Lingkungan Sosial

Ho :Tidak ada hubungan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD

Ha : Ada hubungan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi pada pekerja pemanen akan pentingnya

pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat

melakukan pekerjaan dengan baik dan aman.

2. Sebagai bahan masukan bagi PT. Socfindo Tanah Gambus untuk

mensukseskan pemakaian APD di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


3. Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait tentang pelaksanan kesehatan

dan keselamatan kerja khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam

melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada pekerja pemanen

kelapa sawit.

5. Secara khusus bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan

keterampilan dalam penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012

tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal

1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan

keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2013).

Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan

kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam

proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah

tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang

timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,

Universitas Sumatera Utara


peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat

kerja, dan pencemaran lingkungan (Notoatmodjo, 2014).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya

yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha

preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Tujuannya adalah sebagai berikut ;

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas

nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja tersebut.

3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien

(Rejeki, 2015).

Menejemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung,

menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian

terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah

tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu

mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program

instruksionalnya.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Pentingnya Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan merupakan kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba, tidak

diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan

sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka

melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul

sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja,

dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang

baik, seperti tidak dilengkapi dengan alat pengamanan yang cukup, maka kondisi

seperti ini menjadi sumber resiko. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak

sesuai dengan pekerjaannya turut menjadi kontribusi untuk terjadinya kecelakaan

(Hadiguna, 2009 ).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada

perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan

atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan (Suma’mur, 2013).

2.2.2. Penyebab kecelakaan

Setiap kecelakaan di tempat kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan

ada faktor penyebabnya. Oleh karena ada faktor penyebabnya, faktor

penyebabnya harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan

korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih

lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang. Ada dua

golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis

Universitas Sumatera Utara


dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan

kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.

(Suma’mur, 2013 ).

Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi

faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian

akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kembali

Penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Immediate causes

a. Unsafe acts (pekerjaan yang tidak aman) misalnya penggunaan alat

pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja

yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan

gerakan berbahaya.

b. Unsafe condition (lingkungan yang tidak aman) misalnya tidak

tersedianya perlengkapan safety atau perlengkapan safety yang tidak

efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang

tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia di lingkungan kerja tidak

memenuhi syarat.

2. Contributing causes

a. Safety management system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak

taat pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada

sosialisasi tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau, tidak

tersedianya alat pengaman dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja

kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian

terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil, pemarah dan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak memenuhi

syarat, tuli, mata rabun, dan lain-lain (Rejeki, 2015).

Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu ;

1. Kondisi mental dan fisik

Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi

karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja.

2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman

Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja

secara disiplin agar tidak lalai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

3. Pemakaian alat-alat pelindung diri

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri karena dirasa

tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja

(Cahyono, 2004).

2.3. Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan

dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada

ajaran dan aturan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Sarwono, sikap kepatuhan (compliance) akan menghasilkan

perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu

yang berada di dalamnya akan cenderung kembali ke perilaku atau pandangannya

yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar

atau jika individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya (Amalia, 2012).

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai

suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan

melalui suatu aktifitas konkrit. Sedangkan menurut Azwar, Kepatuhan juga

merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur

yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon

terhadap suatu perintah,anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit.

Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan

sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua

informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia

memperhitungkan implikasi tindakan mereka (Siregar, 2016).

2.3.1. Kepatuhan Kebijakan K3

Keberhasilan pelaksanaan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak

karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan

K3. Menurut Saifuddin, kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia

mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan

lembaga lain yang berwenang (Amalia, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Borman dan Motowidlo, salah satu komponen dari perilaku

keselamatan adalah kepatuhan keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan

seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti

pada prosedur standar kerja dan pemakaian APD (Sari, 2010).

Healey dan Walker mengatakan pekerja mempunyai dua pilihan dalam

menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh dengan

kebijakan K3 atau mencegah masalah (Kecelakaan dan penyakit akibat hubungan

kerja) (Siregar, 2016).

2.4. Alat Pelindung Diri (APD)

2.4.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor PER.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri selanjutnya

disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja.

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-

kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,

sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi

penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya

teknis pencegahan kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. APD pada Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit di PT Socfindo Tanah

Gambus

Adapun jenis-jenis APD yang dipakai tenaga kerja pemanen kelapa sawit

di PT. Socfindo Tanah Gambus adalah :

1. Kacamata

2. Sepatu Boot

3. Helm

4. Sarung Dodos / Egrek

Pada PT Socfin Indonesia Tanah Gambus ini alat pelindung diri (APD)

sudah disediakan dengan lengkap. Kriteria dari alat pelindung diri (APD) yang

lengkap dan tidak lengkap dalam pemakaian alat pelindung diri adalah apabila

pekerja tidak memakai salah satu alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan

perusahaan maka dikatakan pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang

lengkap dan apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri (APD) yang telah

disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja memakai alat pelindung diri yang

lengkap.

2.5. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama

seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang

secara individu. APD perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat

memenuhi ketentuan yang disyaratkan, yaitu ;

Universitas Sumatera Utara


1. Memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya ang dihadapi tenaga

kerja.

2. Beratnya seringan mungkin dan tidak menyebakan rasa ketidaknyamanan.

3. Dapat dipakai secara fleksibel (enak dipakai).

4. Bentuknya cukup menarik.

5. Tahan untuk pemakaian yang lama (awet).

6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakinya karena bentuk

atau salah dalam pemakaiannya.

7. Memenuhi standar yang ditentukan.

8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

9. Suku cadang mudah didapat untuk mempermudah pemeliharaannya. (Silaban,

2015)

2.6. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri

(APD), yaitu :

1. Pekerja, yaitu ;

a. Tidak cocok/ pas untuk dipakai.

b. Tidak nyaman digunakan untuk waktu yang lama karena menahan

panas/uap air dan sesak.

c. tidak praktis (fleksibel) unuk dipakai.

d. Tidak enak dipakai dan dipandang.

e. Menghambat/membatasi gerakan dalam bekerja.

Universitas Sumatera Utara


f. Mengganggu komunikasi dan penglihatan.

g. Cepat lelah karena berat dan mengurangi efisiensi kerja.

h. APD tidak dipakai karena alasan kesehatan (penderita penyakit jantung,

paru/emphisema).

i. Tidak sadar atau tidak mengerti manfaat pemakaiannya.

j. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada.

k. Tidak ada sangsi jika tidak menggunakannya.

l. Mengikuti sikap atasan yang tidak memakai juga APD yang disediakan.

2. Perusahaan

a. Ketidakmengertian dari perusahaan tentang APD yang sesuai dengan jenis

resiko yang ada.

b. Sikap dari perusahaan yang mengabaikan APD.

c. Dianggap hanya pekerjaan yang sia-sia karena tidak adanya pekerja yang

mau memakainya.

d. Pengadaan APD yang asal beli dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja

yang beresiko kecelakaan kerja. (Silaban, 2015).

2.7. Perundang-undangan

Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh Peraturan pelaksanaan

UU RI No. I tahun 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.

2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri

Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri;

Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Penggunaan Alat

Universitas Sumatera Utara


Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang

Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur

ketentuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri.

Jenis APD menurut ketentuan tentang pengesahan, pengawasan, dan

penggunaannya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat

pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung

tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (Suma’mur, 2013).

Kebijakan tentang APD, yaitu :

1. Diupayakan untuk menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.

2. Apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkan semua sumber bahaya,

APD akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik dari cedera

maupun bahaya terhadap kesehatan.

3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja

kontraktor dan tamu, sama seperti yang diberikan kepada pekerja perusahaan.

4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku,

sesuai oleh perusahaan.

5. APD akan diberikan kepada pekerja berdasarkan kebutuhan, dengan

pengertian bahwa beberapa pekerjaan mungkin memerlukan standart yang

berbeda dengan lainnya, dan beberapa pekerjaan mungkin memerlukan

penggantian yang lebih sering dari yang lainnya.

6. Penggunaan APD didalam operasi perusahaan secara terus-menerus

dimonitor oleh atasannya, didata dan dilaporkan kepada pimpinan (Rijanto,

2010).

Universitas Sumatera Utara


2.8. Jenis-jenis APD

Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last

resort dalam pencegahan kecelakaan.

Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah

kecelakaan (reduce likelihood) namun hanya sekadar mengurangi efek atau

keparahan kecelakaan (reduce consequences). Sebagai contoh, seseorang yang

menggunakan topi keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpa benda.

Namun jika ada benda jatuh, kepalanya akan terlindung sehingga keparahan

dapatdikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat

yang tinggi, topi tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan

beban.

Alat keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan

sebagai berikut.

1. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh

atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau

fiber.

2. Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau

radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las.

3. Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan

radiasi panas, misalnya kacamata keselamatan, dan kacamata las.

4. Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan

asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam

seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).

Universitas Sumatera Utara


5. Alat pelindung pendengaran, untuk melindungi organ pendengaran dari suara

yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff).

6. Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari

percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit,

plastik, dan asbes.

7. Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan

kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan

metal.

8. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya

ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jaring.

9. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju

pelampung, pelampung, dan jaring pengaman.

10.Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis

dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya

misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis.

Untuk melindungi dari kejatuhan benda, sepatu keselamatan dilengkapi dengan

pelindung logam dibagian ujungnya (steel to cap) (Rejeki, 2015).

Sesuai dengan ketentuan pasal 14c Undang-undang RI Keselamatan Kerja

No. 1 Tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-

cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan

harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan jenis bahaya serta

diperlakukan sebagai pilihan terakhir (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2.8.1. Alat Peindung Diri (APD) pada pemanen kelapa sawit

Alat pelindung diri khusus pada pemanen kelapa sawit adalah: helm, kaca

mata, sarung tangan dan sepatu boot (Suryantoro, 2014).

2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemakaian APD

Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja

pemanen kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus ini telah diadakan

tetapi para pemanen ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat pelindung diri

(APD) yang telah dibuat oleh perusahaan.

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat

pelindung diri (APD) adalah (Mulyanti, 2008) :

2.9.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam komponen person pada

teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan. Teori safety triad ini

berarti menjelaskan bahwa pengetahuan seharusnya memiliki hubungan yang

signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan APD (Geller,

2001).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden

terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,

Universitas Sumatera Utara


cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan

lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Nototmodjo, 2014).

1. Proses Adopsi Perilaku

Menurut Notoatmodjo, sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

Universitas Sumatera Utara


b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2014).

Pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasrakan jenis

penelitiannya:

Berdasarkan penelitian kuantitatif, pada umumnya akan mencari jawaban

atas fenomena yang menangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, dan

sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self

administered):

Universitas Sumatera Utara


a. Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan instrument

(alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu

wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah

tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang

mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka,

dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan bersifat terbuka, responden

boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden

sendiri.

b. Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam

bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara,

hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan (Notoatmodjo, 2014).

2.9.2. Sikap

Menurut teori perilaku Bloom yang menjelaskan bahwa perilaku

merupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri

individu yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden

mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan APD di tempat kerja

(Sudarmo, 2016).

Sikap adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang

menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur

secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon

pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3

yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang

menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif

Universitas Sumatera Utara


adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap.

Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen,

dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang

dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif,

dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja (Winarsunu, 2008).

Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metoden

penelitian yang digunakan. Pengukuran sikap dalam penelitian kuantitatif juga

dapat menggunakan dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni :

a. Wawancara

Metode wawancara untuk mengukur sikap sama dengan wawancara untuk

mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada substansi pertanyaannya saja.

Apabila pada pengukuran pengetahuan pertanyaan-pertanyaan nya menggali

jawaban apa yang diketahui responden. Tetapi pada pengukuran sikap

pertanyaan-pertanyaan menggali pendapat atau penilaian responden terhadap

objek.

b. Angket

Demikian juga pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek kesehatan, melalui

pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tertulis (Notoatmodjo, 2014).

Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control

Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap

seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan

berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih

banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara

yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat

waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.

2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih

banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara

yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha.

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan

dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang

tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan.

4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih

banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang

tidak aman.

5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih

banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-

cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk

memanfaatkan kebebasan tersebut.

6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima

atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih

cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan

kelompok (Siregar, 2014).

Sikap mempunyai karakteristik, yaitu :

1. Selalu ada objek

Universitas Sumatera Utara


2. Biasanya bersifat evaluatif

3. Relatif mantap

4. Dapat diubah

2.9.3. Kondisi APD

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga

fasilitas/ketersediaan alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja

dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas

atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam

pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal.

2.9.4. Pengawasan

Hasil Penelitian yang dilakukan olah Sudarmo, dkk (2016) yang dilakukan

kepada Perawat Bedah di Instalasi Bedah Sentral (IBS) terkait dengan faktor yang

mempengaruhi terhadap kepatuhan penggunaan APD didapati bahwa hasil uji r

nilai regresi logistika pengawasan terhadap kepatuhan diperoleh nilai P value

(0,016) < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel

pengawasan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perawat bedah dalam

menggunakan APD di IBS RSUD Ulin. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian terdahulu Aripin (2006) yang menyatakan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan pengawasan dari pimpinannya berpeluang lebih patuh

sebesar 21 kali dibandingkan dengan responden yang kurang mendapat dukungan

pengawasan dari pimpinannya. Penelitian lain yang sependapat Madyanti (2011)

menyebutkan dari hasil penelitianya terhadap kepatuhan bidan menggunakan

APD pada waktu menolong persalinan terdapat pengaruh yang bermakna antara

Universitas Sumatera Utara


dukungan/komitmen pimpinan terhadap kepatuhan menerapkan SOP. Pengawasan

bertujuan untuk memastikan behwa kegiatan yang dilakukan berjalan dengan

rencana.

Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah (Aditama dan Hastuti, 2002) :

1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai.

2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian.

Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara

kualitatif dan kuantitatif :

1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja

yang mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.

2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan.

3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :

a. Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : Jenis, kualitas, kuantitas, ukuran,

dan komposisi bahan alat pelindung

b. Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)

c. Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan

bahan baku

d. Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan,

ventilasi, intensitas suara/bising, getaran).

2.9.5. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan peran atau dukungan sosial baik dari

sesama karyawan maupun dari pimpinan terhadap penggunaan APD. Peran rekan

kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/pimpinan

Universitas Sumatera Utara


adalah berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian

sanksi maupun pemberian hadiah/reward.

Lingkungan sosial pada pekerja pemanen ini juga sangat berpengaruh

dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui.

pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna

mengurangi efek kecelakaan. Pimpinan perusahaan juga berpengaruh pada

lingkungan sosial pekerja stimulasi dengan memberikan hadiah/reward pada

pekerja yang rajin memakai APD yang lengkap.

Menurut Notoadmodjo, pengaruh interpersonal (keluarga, sejawat, tenaga

kesehatan, dukungan sosial dan contoh model merupakan hal yang mempengaruhi

karakteristik dan pengalaman seseorang. Hal ini dihubungkan dengan persepsi

mereka terhadap penyakit yang ditimbulkan sangat berbahaya. Ini merupakan

suatu kejadian yang sangat baik dan menguntungkan baik untuk diri responden

sendiri maupun orang lain. Madyanti (2012) dalam penelitiannya menyatakan hal

yang sesuai bahwa faktor lingkungan yaitu ada tidaknya rekan kerja yang

menggunakan APD ketika melakukan pertolongan persalinan mempengaruhi

mereka dalam menggunakan APD. Hasil penelitian ini responden menyatakan

kepatuhannya karena ada pengaruh teman sejawat (Sudarmo dkk, 2016).

Universitas Sumatera Utara


2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas

Faktor Tenaga Kerja


1.1. Pengetahuan
Pengetahuan
2.2. Sikap
Sikap

Variabel Terikat
Faktor
Faktor
APDAPD Faktor
1. Patuh
Tenaga Kerja
1.1. Kondisi
KondisiAlat
Alat 3. Pengetahuan
2. Tidak patuh
Pelindung
PelindungDiri
Diri 4. Sikap
(APD)
(APD)
3.
4.
Faktor Pendukung
Faktor Pendukung
1. 1. Pengawasan
1. Pengawasan
2. 2.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan Sosial

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross

sectional. Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran informasi tentang

bagaimana hubungan dari faktor tenaga kerja, faktor APD, dan faktor pendukung

terhadap pemakaian alat pelindung diri oleh tenaga kerja pemanen kelapa sawit.

Secara analitik dimaksudkan untuk melihat apakah ada hubungan variabel

independen dan variabel dependen.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit

PT.Socfin Indonesia Tanah Gambus Tahun 2017 dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan pemakaian APD tenaga kerja pemanen kelapa sawit

PT.Socfin Indonesia Tanah Gambus Tahun 2017 ini.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit PT. Socfin Indonesia Tanah

Gambus tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2017-Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan tenaga kerja pemanen

kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus sebanyak 137 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut Roscoe, sampel adalah sebagai sebagian dari obyek, kejadian

atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang

akan di teliti. Pengambilan sampel terpilih dengan menggunakan metode Simple

Random Sampling yaitu sebanyak 58 orang. Yang dihitung dengan menggunakan

rumus Slovin (Siagian, 2011).

n=

n=

n=

n= = 57.80 ≈ 58

Keterangan ;
N = Besar populasi karyawan pemanen yaitu 137 orang
n = Besar sampel
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) yaitu 10 %

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Universitas Sumatera Utara


Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari Peneliti mengobservasi

langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan PT.

Socfin Indonesia Tanah Gambus. yang meliputi data profile PT. Socfin Indonesia

Tanah Gambus dan data Instruksi Kerja tenaga kerja pemanen kelapa sawit.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Adapun yang menjadi variabel bebas (Independent Variabel) dari judul

ini adalah : pengetahuan, sikap, kondisi APD, pengawasan dan lingkungan

sosial.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Adapun yang menjadi variabel terikat (Dependent Variable) dari judul

ini adalah : kepatuhan pemakaian APD.

3.5.2. Definisi Operasional

1. Kepatuhan terhadap Pemakaian APD, adalah ketaatan pada kebijakan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya pemakaian APD yang

dapat melindungi tenaga kerja dan mencegah bahaya atau kecelakaan yang

mungkin terjadi saat memanen kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara


2. Pengetahuan, adalah pemahaman para tenaga kerja pemanen kelapa sawit di

PT. Socfin Indonesia Tanah Gambus mengenai bahaya dari pekerjaannya dan

pentingnya penggunaan alat pelindung diri.

3. Sikap, adalah respon atau tanggapan dari pengetahuan yang diterima pekerja

tenaga kerja pemanen kelapa sawit terhadap pemakaian APD pada saat bekerja.

4. Kondisi APD, adalah Gambaran atau keadaan APD. Apakah APD tersebut baik

atau tidak baik.

5. Pengawasan, adalah kegiatan atau peranan perusahaan untuk memantau para

tenaga kerja pemanen kelapa sawit dalam penggunaan APD selama bekerja,

baik kelengkapannya maupun keadaan alat pelindung diri tersebut.

6. Lingkungan Sosial, adalah peran atau dukungan sosial baik dari sesama

karyawan maupun dari perusahaan itu sendiri terhadap pemakaian APD.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.3. Aspek Pengukuran

3.1.1. Variabel Terikat

No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Kepatuhan Kuesioner Nominal 1. Patuh


Pemakaian APD 2. Tidak Patuh

3.1.2. Variabel Bebas

No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur


1. Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika ≥50% dari
total skor
2. Tidak Baik, jika
<50% dari total
skor
2. Sikap Kuesioner Ordinal 1. Positif, jika ≥50%
dari total skor
2. Negatif, jika <50%
dari total skor
3. Kondisi APD Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika ≥50% dari
total skor
2. Tidak Baik, jika
<50% dari total
skor
4. Pengawasan Kuesioner Ordinal 1. Ada Pengawasan
jika ≥50% dari total
skor
2. Tidak Ada
Pengawasan jika
<50% dari total
skor
5. Lingkungan Sosial Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika ≥50% dari
total skor
2. Tidak Baik,
jika<50% dari total
skor

Universitas Sumatera Utara


3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Metode Pengukuran Tenaga Kerja

1. Pengetahuan pada pekerja pemanen diukur melalui 10 pertanyaan dengan

memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut (Arikunto,

2009):

a. Jawaban benar nilai : 1

b. Jawaban salah nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 2

kategori sebagai berikut :

1. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 5-10.

2. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai ≤ 4 .

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.

2. Sikap pada pekerja pemanen diukur dengan menggunakan skala likert melalui

10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Untuk Pertanyaan Positif (pertanyaan 1,2,3,4,5) diberi nilai :

1. Sangat Setuju :4

2. Setuju :3

Universitas Sumatera Utara


3. Tidak Setuju :2

4. Sangat Tidak Setuju : 1

b.Untuk Pertanyaan Negatif (pertanyaan 6,7,8,9,10) diberi nilai :

1. Sangat Setuju :1

2. Setuju :2

3. Tidak Setuju :3

4. Sangat Tidak Setuju : 4

Skala pengukuran sikap dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Positif apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 26-40.

2. Negatif apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 10-25 .

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah

10.

3.6.2. Metode Pengukuran Faktor APD dan Faktor Pendukung

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada

pekerja pemanen dalam faktor APD (Riduwan, 2009).

a. Kondisi APD

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Gutman karena memerlukan

jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kondisi APD pada pekerja

Universitas Sumatera Utara


pemanen ini diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban yang

disediakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jawaban ya nilai :1

2. Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu kondisi APD dalam hal ini dibagi dalam 2

kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 4-6.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai ≤ 3.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada

pekerja pemanen dalam faktor pendukung adalah pengawasan dan lingkungan

sosial.

a. Pengawasan APD.

Pengawasan APD pada pekerja pemanen diukur melalui 6 pertanyaan

dengan memilih jawaban yang disediakan. Kondisi APD pada pekerja pemanen

ini diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Jawaban ya nilai :1

2. Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0.

Universitas Sumatera Utara


Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu Pengawasan APD dalam hal ini dibagi

dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Ada pengawasan apabila subjek mampu menjawab “ya” ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 4-6.

2. Tidak ada pengawasan apabila subjek mampu menjawab “tidak” <50% dari

seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 3.

b. Lingkungan Sosial

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Gutman karena memerlukan

jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Lingkungan sosial APD pada

pekerja pemanen diukur melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang

disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jawaban ya nilai :1

2. Jawaban tidak nilai :0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu lingkungan sosial dalam hal ini dibagi

dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 3-4.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari

seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 2.

Universitas Sumatera Utara


3.6.3. Metode Pengukuran Kepatuhan Pemakaian APD

Kepatuhan pemakaian APD pada pekerja pemanen diukur melalui 4

pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Patuh, jika memakai Alat Pelindung Diri (helm, kacamata, Sarung

egrek/dodos, Sepatu Boot) dengan lengkap.

b. Tidak Patuh, jika tidak menggunakan satu saja dari seluruh APD (helm,

kacamata, sarung egrek/dodos, sepatu Boot) yang disediakan.

3.7. Metode Analisis Data

Proses pengolahan data pada perangkat lunak, dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyunting data (data editing)

Lembar kuesioner yang telah terisi akan diperiksa kembali untuk

mengetahui apakah terdapat kekurangan dalam pengisian. Bila ada data yang tidak

lengkap atau kurang, maka peneliti akan melengkap data tersebut dengan turun ke

lapangan.

b. Mengkode data (data coding)

Semua data yang telah lengkap dari kuesioner diberi kode. Kode yang

diberikan konsisten untuk tiap-tiap nomor data.

c. Memasukkan data (data entry)

Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam perangkat lunak

computer.

Universitas Sumatera Utara


d. Membersihkan data (data cleaning)

Pada tahap ini, data dimasukkan melalui perangkat lunak komputer dan

diperiksa kembali. Jika ada data yang salah dimasukkan, maka dilakukan

perbaikan. Setelah tahap ini selesai, maka dilanjutkan dengan analisis data.

Analisis data yang akan dilakukan adalah bersifat univariat dan bivariat.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan bantuan perangkat lunak komputer.

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi dengan menggunakan uji Chi Square.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Perusahaan

Pada awal lahirnya PT SOCFIN INDONESIA bernama PT SOCFIN

MEDAN SA (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe Anonyme) yang

didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akte notaris William Leo No.45 tanggal 07

Desember 1930 yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di

daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

Perkembangan selanjutnya berdasarkan penetapan Presiden No.6 tahun

1965, Keputusan Kabinet Dwikor No.A/D/58/1965,No.SK.100/Men.Perk/1965

menyatakan bahwa perusahaan perkebunan yang dikelolah oleh PT SOCFIN

diletakkan di bawah pengawasan Pemerintah, kemudian pada tahun 1966

diadakan serah terima hak milik perusahaan kepada Pemerintah Indonesia atas

dasar penjualan perkebunan dan harta Socfin SA.

Pada tanggal 29 April 1968 dicapai kesepakatan antara Pemerintah RI

dengan pemilik saham SOCFIN SA diperkuat dengan Surat Keputusan Presiden

RI No.B.68./PRES/6/1968 tanggal 13 Juni 1968 dan Surat Keputusan Menteri

Pertanian No.94/Kpts/Op/6/1968 tanggal 17 Juni 1968 yang berisikan patungan

antara Pemerintah RI dengan pengusaha Belgia dengan komposisi permodalan

40% Pemerintah Republik Indonesia dan 60% Pengusaha Belgia.

Pengusaha Belgia kemudian memberi nama PT SOCFIN INDONESIA

(SOCFINDO) yang didirikan melalui Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada

Universitas Sumatera Utara


tanggal 21 Juni 1968 No.23 dan Akte Perubahan No.64 tanggal 12 Mei 1968.

Disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September 1969 dan

diumumkan dalam tambahan berita negara RI No.68/69 tanggal 31 Oktober 1969.

Sesuai akta tanggal 3 Mei 2002 No.5, Pernyataan Keputusan Para

Pemegang Saham PT SOCFINDO yang diterbitkan oleh Notaris Ny.R.Arie

Soetarjo SH, Pemerintah RI telah melepas 30% sahamnya kepada SOCFIN SA,

sehingga saham pemerintah RI saat ini hanya 10% saja.

PT SOCFIN INDONESIA berdasarkan akte pendiriannya yang

berkedudukan di Medan, Jl.K.L. Yos Sudarso No.106 Po.Box.1254 Medan-2001,

yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Dimana luas

areal perkebunan kelapa sawit untuk provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh

Darussalam seluas 37.800 ha dan luas areal untuk perkebunan karet untuk

provinsi Sumatera Utara seluas 10.150 ha.

PT Socfin Indonesia ini tersebar di wilayah Aceh dan Sumatera Utara

yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Perkebunan, Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT.Socfindo


Medan

No. Perkebunan Komoditi Lokasi Provinsi

1. Seunagan Kelapa Sawit Aceh Barat, Aceh

2. Seumayan Kelapa Sawit Aceh Barat, Aceh

3. Lae Butar Kelapa Sawit Aceh Selatan, Aceh

4. Sei Liput Kelapa Sawit Aceh Timur, Aceh

5. Mata Pao Kelapa Sawit Serdang Bedagai, Sumut

Universitas Sumatera Utara


6. Bangun Bandar Kelapa Sawit Deli Serdang, Sumut

7. Tanah Bersih Karet Serdang Bedagai, Sumut

8. Lima puluh Karet Asahan, Sumut

9. Tanah Gambus Kelapa Sawit Asahan, Sumut

10. Aek Loba Kelapa Sawit Asahan, Sumut

11. Padang Pulo Kelapa Sawit Asahan, Sumut

12. Negeri Lama Kelapa Sawit Labuhan Batu, Sumut

13. Aek Pamingke Karet Labuhan Batu, Sumut

14. Halimbe Karet Labuhan Batu, Sumut

15. Tanjung Maria Karet Deli Serdang, Sumut

4.1.2 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Pada tahun 1978 PT Socfindo membangun pabrik kelapa sawit (PKS)

Tanah Gambus yang berada di Kabupaten Batubara. PKS ini memiliki kapasitas

pengolahan 25 ton/jam. PT Socfindo saat ini memliki luas lahan kelapa sawit

3373 ha yang berada di desa Gambus.

Pembangunan PT Socfin Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan potensi

sumber daya alam, mendukung pembangunan perekonomian nasional melalui

peningkatan ekspor disektor non migas, membuka kesempatan kerja bagi

masyarakat sekitarnya dan mendorong pembangunan wilayah serta memberikan

keuntungan bagi Pemerintah Daerah melalui pemasukan pajak.

Universitas Sumatera Utara


4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah sebagai berikut:

Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet kelas dunia yang

menghasilkan produk-produk yang berkelanjutan dan efisien serta memberikan

keuntungan dan manfaat kepada pemegang saham dan pekerja juga mendapat

keberterimaan dari masyarakat.

Misi Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

2. Memberlakukan sistem manajemen yang mengacu pada standar nasional,

internasional dn acuan yang berlaku di bisnisnya.

3. Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang tertinggi (mutu dan

produktivitas) serta harga yang kompetitif.

4. Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawan, aman, sehat dan sejahtera.

5. Penggunaan sumberdaya yang efisien dan minimasi limbah.

6. Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami beroperasi.

4.1.4. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik yang mengolah minyak CPO (Crude Palm Oil ) menjadi 3 jenis

bahan jadi. Areal perkebunan ini terletak di desa Gambus, kecamatan Limapuluh,

Kabupaten Batubara, yaitu:

1. RBD Olein

2. RBD Stearin

3. Free Fatty Acid (FFA)

Universitas Sumatera Utara


4.1.5. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Masyarakat dan Negara

PT Socfindo Kebun Tanah Gambus tidak hanya memilki tanggung jawab

terhadap pimpinan pusat. PT Socfindo Tanah Gambus juga memiliki terhadap

masyarakat dan kemejuan ekonomi Negara. Dalam mendukung kemajuan tersebut

PT Socfindo Tanah Gambus memiliki 3 pilar untuk melakukan tanggung jawab

tersebut. Tiga pilar utama usaha berkelanjutan yang juga dikenal sebagai Triple

Bottom Line yaitu:

1. Tanggung Jawab Ekonomi.

Penerapan Sustainable Best agricultural Management Practice (BMP)

menjadi pilihan PT Socfin Indonesia dalam mempertahankan kinerja produksi

untuk mencapai profitabilitas yang optimal. Penerapan BMP tersebut dilandasi

dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu Terpadu ISO 9001:2008 di pabrik-

pabrik kelapa sawit dan juga di pusat produksi kecambah kelapa sawit yaitu PSBB

(Pusat Selekasi Bangun Bandar). Oleh sebab itu, produksi PT Socfin Indonesia

bukan hanya memberikan produksi yang tinggi dan mutu yang baik tapi juga

memberikan kepuasan bagi pelanggannya.

2. Tanggung Jawab Lingkungan

Mengelola perkebunan kelapa sawit dan karet yang memberikan hasil

produksi dan kualitas yang tinggi, tanpa merusak dan mencemari lingkungan

merupakan komitmen PT Socfin Indonesia yang menjadi landasan bagi seluruh

personil perusahaan dalam menjalankan operasinya. Kepedulian terhadap

kelestarian lingkungan antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan Sistem

Manajemen Lingkungan ISO 14001:2007 di beberapa kebun dan pabrik, baik

Universitas Sumatera Utara


kebun dan pabrik kelapa sawit maupun karet. Kebijakan zero burning dalam

pembukaan lahan kami; meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya;

pengelolaan limbah merupakan contoh dari beberapa praktek-praktek ramah

lingkungan yang diterapkan.

3. Tanggung Jawab Sosial

PT Socfin Indonesia memandang pentingnya menjadi bagian dari

masyarakat yang lebih besar dimana masyarakat dan perusahaan berada dalam

kesetaraan, sehingga menjalin hubungan dengan masyarakat di sekitar perusahaan

beroperasi amatlah penting. Hubungan yang diciptakan adalah hubungan yang

harmonis dimana masyarakat sekitar dapat merasakan manfaat dari keberadaan

kami.

Untuk memastikan terciptanya hubungan yang harmonis tersebut, PT

Socfin Indonesia mendukung program pembangunan daerah dan pengembangan

potensi masyarakat sekitar sesuai dengan kapasitasnya.

PT Socfin Indonesia juga menyadari bahwa sumber daya manusia

merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, PT Socfin

Indonesia menjunjung tinggi hak-hak para pekerja, baik hak untuk mendapat upah

yang layak, hak untuk berpendapat dan hak-hak lainnya termasuk hak untuk

bekerja dengan aman dan sehat. Sebagai bentuk kepedulian perusahaan akan

keselamatan dan kesehatan para pekerjanya, PT. Socfin Indonesia menerapkan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS

18001:2007.

Universitas Sumatera Utara


PT Socfin Indonesia berkomitmen dan mengambil peranan dalam menjaga

kelestarian lingkungan berupaya untuk mengembangkan produksi minyak sawit

yang berkelanjutan (sustainable palm oil) melalui penerapan prinsip dan kriteria

RSPO (Rountable on Sustainable Palm Oil). PT Socfin Indonesia telah menjadi

anggota RSPO sejak tahun 2004, berperan aktif dalam pertemuan-pertemuan

RSPO dan event lingkungan lainnya yang diselenggarakan oleh RSPO.

4.1.6. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai pernan yang sangat

penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.

Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya

satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para

pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jalas apa tugasnya, dari mana ia

mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Socfindo Tanah Gambus

adalah struktur organisasi fungsional. Dikatakan fungsional adalah karena struktur

organisasi berdasarkan pembagian tugas yang dilakukan menurut fungsinya

masing-masing, dengan adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi

sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan langsung kepada bawahan dengan

posisi tertentu sesuai dengan fungsinya. Seperti dilihat pada gambar 4.1 setiap

pegawai/karyawan hanya bertanggung jawab terhadap kepala bagian masing-

masing dan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya saja. Struktur

orgnanisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT Socfindo Kebun Tanah Gambus

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang

meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pemakaian APD,

Pengetahuan, Sikap, Kondisi APD, Pengawasan, Lingkungan Sosial.

Universitas Sumatera Utara


4.6.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Pengukuran usia pada pekerja pemanen kelapa sawit PT Socfindo Tanah

Gambus dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan

bekerja sebagai pekerja stimulasi sehingga dikategorikan menjadi usia >38 tahun

dan usia ≤38 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur pada Pekerja


Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 20-30 tahun 18 31.0
2. 31-40 tahun 18 31.0
3. 41-50 tahun 14 24.2
4. 51-60 tahun 8 13.8
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diperoleh responden yang berumur 20-

30 tahun sebanyak 18 orang (31.0%), responden yang berumur 31-40 tahun

sebanyak 18 orang (31.0%), responden yang berumur 41-50 tahun sebanyak 14

orang (24.2%) dan yang berumur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (13.8%).

4.6.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran jenis kelamin pada pekerja pemanen kelapa sawit PT

Socfindo tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin yang paling

banyak bekerja pada pekerja stimulasi sehingga dikategorikan menjadi laki-laki

dan perempuan. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pekerja
Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 58 100.0
2 Perempuan 0 0.0
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat diperoleh responden yang laki-laki

sebanyak 58 orang (100.0%) dan tidak ada perempuan (0%).

4.3.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pengukuran pendidikan terakhir pada pekerja pemanen kelapa sawit PT

Socfindo Tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa

yang paling banyak bekerja pada pekerja pemanen.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada


Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. SD 9 15.5
2. SLTP 21 36.2
3. SLTA 28 48.3
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diperoleh responden yang tamat SD

sebanyak 9 orang (15.5%), tamat SLTP sebanyak 21 orang (36.2%) dan tamat

SLTA sebanyak 28 orang (48.3%).

Universitas Sumatera Utara


4.3.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD)

Pengukuran pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja pemanen

kelapa sawit PT Socfindo Tanah Gambus dilakukan untuk melihat berapa pekerja

yang memakai APD dengan lengkap dan tidak lengkap sehingga dikategorikan

menjadi “Lengkap” apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri yang

diberikan dan “tidak lengkap” apabila pekerja tidak memakai salah satu alat

pelindung diri yang diberikan dengan cara observasi. Hasil pengukuran tersebut

dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pemakaian Alat


Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo
Tanah Gambus Tahun 2017
No Pemakaian APD Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Patuh 7 12.1
2. Tidak Patuh 51 87.9
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diperoleh responden yang memakai

APD yang lengkap (patuh) sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap

(tidak patuh) sebanyak 51 orang (87.9%).

4.3.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat


Pelindung Diri (APD)
Pengukuran pengetahuan pada pekerja pemanen kelapa sawit PT Socfindo

Tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pekerja

terhadap alat pelindung diri (APD) sehingga dikategorikan menjadi Baik

(responden menjawab pertanyaan dengan skor ≥50%), dan tidak baik (responden

Universitas Sumatera Utara


menjawab pertanyaan dengan skor <50%). Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat


Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT
Socfindo Tanah Besih Tahun 2017
No Pengetahuan Jumlah (%) Persentase (%)
1. Baik 20 34.5
2. Tidak Baik 38 65.5
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diperoleh responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (34.5%) dan yang berpengetahuan tidk

baik sebanyak 38 orang (65.5%).

4.3.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Pengukuran sikap pada Pekerja Pemanen dilakukan untuk mengetahui

bagaimana sikap pekerja terhadap alat pelindung diri (APD) sehingga

dikategorikan menjadi positif (responden menjawab pertanyaan dengan skor

≥50%), dan negatif (responden menjawab pertanyaan dengan skor <50%). Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Alat Pelindung


Diri (APD) pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Positif 31 53.4
2. Negatif 27 46.6
Total 58 100.0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diperoleh responden bersikap positif

sebanyak 31 orang (53.4%) dan bersikap negatif sebanyak 27 orang (46.6%).

4.3.1.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Alat Pelindung Diri


(APD)
Pengukuran kondisi alat pelindung diri (APD) pada Pekerja Pemanen

Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui kondisi

dari setiap APD yang dipakai pekerja sehingga dikategorikan menjadi Baik (jika

≥50% dan pekerja merasa nyaman dalam memakai APD) dan tidak baik

(jika<50% dan pekerja tidak merasa nyaman dalam memakai APD). Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Alat Pelindung Diri


(APD) pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus
Tahun 2017
No Kondisi APD Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Baik 45 77.6
2. Tidak Baik 13 22.4
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.8. di atas diperoleh responden yang menyatakan

kondisi alat pelindung diri (APD) yang baik sebanyak 45 orang (77.6%) dan tidak

baik sebanyak 13 orang (22.4%).

4.3.1.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan

Pengukuran pengawasan pada pekerja pemanen kelapa sawit PT. Socfindo

Tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengawasan mandor

terhadap pemakaian APD pada pekerja sehingga dikategorikan menjadi “ada

pengawasan” (responden menjawab pertanyaan dengan skor ≥50%), dan “tidak

Universitas Sumatera Utara


ada pengawasan” (responden menjawab pertanyaan dengan skor <50%). Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan pada Pekerja


Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017
No Pengawasan Jumlah(Orang) Persentase (%)
1. Ada Pengawasan 49 84.5
2. Tidak Ada Pengawasan 9 15.5
Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.9. di atas diperoleh responden yang menyatakan

adanya pengawasan sebanyak 49 orang (84.5%) dan yang menyatakan tidak ada

pengawasan sebanyak 9 orang (15.5%).

4.3.1.9. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial

Pengukuran lingkungan sosial pada pekerja pemanen kelapa Sawit PT

Socfindo Tanah Gambus dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran atau

dukungan sosial dari sesama pekerja maupun pimpinan sehingga dikategorikan

menjadi baik (jika ≥50% dan adanya ajakan teman pekerja untuk memakai APD)

dan kurang baik (jika<50% dan tidak ada ajakan teman pekerja untuk memakai

APD). Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial Pada


Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah Gambus Tahun 2017
No. Lingkungan Sosial Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Baik 29 50.0
2. Tidak Baik 29 50.0
Total 58 100.0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.10. di atas diperoleh responden yang menyatakan

lingkungan sosial baik sebanyak 29 orang (50.0%) dan yang menyatakan

lingkungan sosial tidak baik sebanyak 29 orang (50.0%).

4.2.2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, kondisi APD,

pengawasan, dan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD dengan

menggunakan uji chi square dapat dilihat pada tabel 3.11.berikut.

4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian APD

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dengan


Pemakaian APD pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Pengetahuan Kepatuhan Pemakaian APD P Value
Lengkap Tidak Total
Lengkap
n % n % N %
1. Baik 7 12.1 13 22.4 20 34.5 0.0001
2. Tidak Baik 0 .0 38 65.5 38 65.5
Total 7 12.1 51 87.9 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat diperoleh responden berpengetahuan

baik terhadap pemakaian APD yang lengkap sebanyak 7 orang (12.1%) dan

terhadap pemakaian APD tidak lengkap sebanyak 13 (22.4%), dan responden

berpengetahuan tidak baik yang memakai APD lengkap sebanyak 0 orang (.0%)

dan yang memakai APD tidak lengkap sebanyak 38 orang (65.5%). Dengan nilai

ρ = 0.0001 (ρ<0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan pengetahuan

dengan pemakaian APD, semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar

hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.0001 maka hubungan pengetahuan dengan

kepatuhan pemakaian APD semakin besar.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.2. Hubungan Sikap dengan Pemakaian APD

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap


PemakaianAPD Pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Sikap Kepatuhan Pemakaian APD P Value
Lengkap Tidak Total
Lengkap
n % n % N %
1. Positif 7 12.1 24 41.4 31 53.4 0.012
2. Negatif 0 .0 27 46.6 27 46.6
Total 7 12.1 51 87.9 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.12. di atas diperoleh responden yang menyatakan

sikap positif terhadap pemakaian APD lengkap sebanyak 7 orang (12.1%) dan

sikap positif terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap sebanyak 24 orang

(41.4%), dan responden yang menyatakan sikap negatif terhadap pemakaian APD

yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan sikap negatif terhadap pemakaian APD

yang tidak lengkap sebanyak 27 orang (46.6%). Dengan nilai ρ=0.012 (ρ>0.05),

hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan sikap dengan pemakaian APD,

semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai

ρ=0.012 maka hubungan sikap dengan kepatuhan pemakaian APD semakin besar.

4.2.2.3. Hubungan Kondisi APD dengan Pemakaian APD

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD Dengan


Pemakaian APD pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Kondisi Kepatuhan Pemakaian APD P Value
APD Lengkap Tidak Total
Lengkap
n % n % N %
1. Baik 7 12.1 38 65.5 45 77.6 0.331
2. Tidak Baik 0 .0 13 22.4 13 22.4
Total 7 12.1 51 87.9 58 100.0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.13. di atas dapat diperoleh responden yang

menyatakan bahwa kondisi APD baik terhadap pemakaian APD yang lengkap

sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap sebanyak 38 orang (65.5%),

dan responden yang menyatakan bahwa kondisi APD tidak baik terhadap

pemakaian APD yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan yang tidak lengkap

sebanyak 13 orang (22.4%). Dengan nilai ρ=0.331, hal ini menunjukkan tidak ada

hubungan signifikan kondisi APD dengan kepatuhan pemakaian APD.

4.2.2.4. Hubungan Pengawasan dengan Pemakaian APD

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan Dengan


Pemakaian APD pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Pengawasan Kepatuhan Pemakaian APD P Value
Lengkap Tidak Total
Lengkap
n % n % N %
1. Ada 7 12.1 42 72.4 49 84.5 0.581
Pengawasan
2. Tidak Ada 0 .0 9 15.5 9 15.5
Pengawasan
Total 7 12.1 51 87.9 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat diperoleh responden yang

menyatakan bahwa ada pengawasan terhadap pemakaian APD yang lengkap

sebanyak 7 orang (12.1%) dan yang tidak lengkap sebanyak 42 orang (72.4%),

dan responden yang menyatakan bahwa tidak ada pengawasan terhadap

pemakaian APD yang lengkap sebanyak 0 orang (.0%) dan yang tidak lengkap

sebanyak 9 orang (15.5%). Dengan nilai ρ=0.581, hal ini menunjukkan tidak ada

hubungan signifikan pengawasan dengan pemakaian APD. Semakin kecil nilai

Universitas Sumatera Utara


ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.581 maka

hubungan pengawasan dengan kepatuhan pemakaian APD semakin kecil.

4.2.2.5. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pemakaian APD

Tabel 4.15.Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial Dengan


Pemakaian APD pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit PT Socfindo Tanah
Gambus Tahun 2017
No Lingkungan Kepatuhan Pemakaian APD P Value
Sosial Lengkap Tidak Total
Lengkap
n % n % N %
1. Baik 6 10.3 23 39.7 29 50.0 0.102
2. Tidak Baik 1 1.7 28 48.3 29 05.0
Total 7 12.1 51 87.9 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.15. di atas dapat diperoleh responden yang

menyatakan lingkungan sosial baik1 terhadap pemakaian APD yang lengkap

sebanyak 6 orang (10.3%) dan terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap

sebanyak 23 orang (39.7%), dan responden yang menyatakan lingkungan sosial

tidak baik terhadap pemakaian APD yang lengkap sebanyak 1 orang (1.7%) dan

terhadap pemakaian APD yang tidak lengkap sebanyak 28 orang (48.3%). Dengan

nilai ρ=0.102, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan lingkungan

sosial dengan pemakaian APD. Semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar

hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.102 maka hubungan lingkungan sosial

dengan pemakaian APD semakin kecil.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16.Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas denganVariabel
Terikat dengan Menggunakan Uji Chi Square
No Variabel Pvalue Ket
1. Pengetahuan 0.0001 B
2. Sikap 0.012 B
3. Kondisi APD 0.331 TB
4. Pengawasan 0.581 TB
5. Lingkungan Sosial 0.102 TB

Keterangan :
TB : Tidak Berhubungan
B : Berhubungan

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian APD

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 58 pekerja terdapat

7 orang (12.1%) berpengetahuan baik dengan pemakaian APD lengkap dan tidak

lengkap 13 orang (22.4%) dan berpengetahuan tidak baik dengan pemakaian APD

tidak lengkap 38 orang (65.5%). Hasil analisis bivariat juga menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian APD. Hal ini

juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana masih banyak pekerja yang

memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD dan SMP sebanyak 30 orang.

Hal ini juga selaras dengan penelitian Mulyanti (2008) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan APD dengan

nilai ρ=0.004 (ρ<0.05) dan proporsi responden yang menggunakan APD 100%

terdapat pada responden dengan pengetahuan kategori sangat baik, 71.4% terdapat

pada responden dengan pengetahuan kategori baik, dibandingkan responden

dengan pengetahuan cukup baik yaitu 18.2%. Artinya, semakin tinggi

pengetahuan seseorang maka semakin mengerti pekerja untuk menggunakan apa

yang telah disediakan oleh perusahaan seperti dalam pemakaian APD sehingga

dapat memperkecil terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari pendidikan dasarnya, pengalaman dalam

melakukan suatu pekerjaan atau pengalaman pernah memperoleh kecelakaan jika

tidak menggunakan APD.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan, tindakan yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih baik dan lebih tepat daripada tindakan yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

5.2. Hubungan Sikap dengan Pemakaian APD

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 58 pekerja terdapat

7 orang (12.1%) bersikap positif dengan pemakaian APD lengkap dan tidak

lengkap 24 orang (41.4%) dan bersikap negatif 27 orang (46.6%) dengan

pemakaian APD tidak lengkap. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemakaian APD.

Hal ini juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana masih banyak

pekerja yang tidak setuju jika diadakannya sanksi bagi pekerja yang tidak

memakai APD dengan lengkap dan pekerja yang tidak setuju adanya APD

kacamata untuk melindungi mata dengan alasan merepotkan dan mengganggu

gerak.

Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap merupakan proses

mental yang terjadi pada individu yang akan menentukan respon yang baik dan

nyata dari setiap orang yang berbeda. Pengetahuan seseorang terdiri dari enam

Universitas Sumatera Utara


domain yaitu tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Setiap

tingkatan memperlihatkan kemampuan individu. Pembuktian seberapa tinggi

pengetahuan pekerja dilihat dari seberapa tinggi sikap pekerja dalam

menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja.

5.3. Hubungan Kondisi APD dengan Pemakaian APD

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 58 pekerja terdapat 7

orang (12.1%) kondisi APD baik dengan pemakaian APD lengkap dan tidak lengkap 38

orang (65.5%) dan kondisi APD tidak baik 13 orang (22.4%) dengan pemakaian APD

tidak lengkap. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara kondisi APD dengan pemakaian APD.

Hasil ini juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana peneliti

menemukan seluruh APD yang disediakan masih dalam keadaan baik, namun

yang menjadi alasan pekerja masih tidak mau memakainya adalah tidak nyaman

dan mengganggu gerak.

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan kenyamanan fasilitas

(kondisi APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.

Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja

yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya akan dapat digunakan oleh

pekerja secara optimal.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Sihombing (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja telah

mendapatkan alat pelindung diri dalam keadaan kondisi yang baik tetapi ada juga

pekerja yang tidak memakai APD yang telah diberikan karena mereka merasa

Universitas Sumatera Utara


tidak nyaman dalam menggunakan alat pelindung diri sehingga memperlambat

pekerjaan mereka.

5.4. Hubungan Pengawasan dengan Pemakaian APD

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 58 pekerja terdapat

7 orang (12.1%) yang ada pengawasan dengan pemakaian APD lengkap dan tidak

lengkap 42 orang (72.4%) dan tidak ada pengawasan 9 orang (15.5%) dengan

pemakaian APD tidak lengkap. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya

hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan pemakaian APD.

Hal ini juga sesuai dengan observasi di lapangan, dimana pengawasan

rutin dilakukan setiap hari oleh mandor dari masing-masing afdeling. Pengawasan

dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai pekerja siap melakukan aktivitas panen.

Namun hal itu tidak membuat pekerja termotivasi untuk patuh dalam memakai

APD dengan lenkap.

Menurut Notoadmodjo (1991) pengawasan merupakan proses dalam

menetapkan ukuran kerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung

pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang diterapkan. Dan

menurut Aditama (2002) bahwa tujuan dilaksanakan pengawasan adalah agar

target unit dapat tercapai dan untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya

dalam pemakaian APD.

Universitas Sumatera Utara


5.5. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pemakaian APD

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 58 pekerja terdapat

6 orang (10.3%) dengan lingkungan sosial baik dengan pemakaian APD lengkap

dan tidak lengkap 23 orang (39.7%) dan dengan lingkungan sosial tidak baik 1

orang (1.7%) dengan pemakaian APD lengkap dan tidak lengkap 28 orang

(48.3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara lingkungan sosial dengan pemakaian APD.

Hal ini juga didukung dari hasil observasi peneliti dilapang, dimana

peneliti mendapati hubungan komunikasi antara pemanen sangat baik dan mereka

saling menyapa dan mengingatkan satu sama lain. Tetapi, kenyataannya

peringatan itu tidak diindahkan dan masih banyak pemanen yang tidak patuh

dalam penggunaan APD.

Dari hasil uji statistik yang diperoleh oleh peneliti bahwa hal ini tidak

selaras dengan penelitian terdahulu Sumarna (2013), dengan nilai ρ=0.000

(ρ<0.05) ada hubungan dengan pemakaian APD.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta analisis data yang

dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat responden yang berumur 20-30 tahun sebanyak 18 orang (31.0%),

responden yang berumur 31-40 tahun sebanyak 18 orang (31.0%), responden

yang berumur 41-50 tahun sebanyak 14 orang (24.2%) dan yang berumur 51-

60 tahun sebanyak 8 orang (13.8%).

2. Semua pekerja yang menjadi sampel adalah yang berjenis kelamin pria yaitu

berjumlah 58 orang (100.0%).

3. Terdapat responden yang memiliki latar belakang pendidikan SD sebanyak 9

orang (15.5%), tamat SLTP sebanyak 21 orang (36.2%) dan tamat SLTA

sebanyak 28 orang (48.3%).

4. Faktor pengetahuan dan sikap ada hubungan signifikan dengan kepatuhan

pemakaian APD pada pekerja pemanen kelapa sawit PT Socfin Indonesia

Tanah Gambus Tahun 2017.

5. Faktor kondisi APD, pengawasan dan lingkungan sosial tidak ada hubungan

signifikan dengan pemakaian APD pada pekerja pemanen kelapa sawit PT

Socfin Indonesia Tanah Gambus Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


6. Faktor pengetahuan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan

pemakaian APD dengan nilai ρ=0.0001 dan disusul dengan faktor sikap

dengan nilai ρ=0.012

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan yang diperoleh

maka sipeneliti memberikan saran untuk perbaikan selanjutnya :

1. Perusahaan menjalin hubungan yang lebih akrab lagi dengan karyawan,

khususnya antara mandor atau pengawas pekerja panen dengan pemanen

kelapa sawit. Agar timbul sikap yang lebih baik pada karyawan untuk lebih

saling menghargai satu sama lain.

2. Perusahaan melakukan evaluasi secara berkala terhadap APD yang telah

disediakan perusahaan.

3. Memberikan sanksi yang tegas pada pekerja yang tidak memakai APD yang

lengkap pada saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Y. dan Hastuti, T. 2002. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Cetakan


Pertama. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Amalia, F., Budi Eko, Syihabudhin dan Agus Hermawan. 2012. Analisis Tingkat
Kepatuhan Personal dalam Mendukung Pencapaian Zero Accident pada
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). http://karya-ilmiah.um.ac.id/
(Diakses 15 Maret 2017).

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan Kelima


belas. Penerrbit Rineka Cipta, Jakarta.

Azwar, S. 1998. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Cetakan kedua.


Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Cahyono, B. 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia Di Industri. Cetakan


Pertama. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Fauzi, Y., Yusnita Erna, Iman Satyawibawa dan Rudi Hartono. 2002. Kelapa
Sawit. Cetakan Keempat belas. Penerbit Swadaya, Depok.

Hadiguna, R. A. 2009. Manajemen Pabrik. Cetakan Pertama. Penerbit Bumi


Aksara, Jakarta.

Mulyanti, D. 2008. Faktor Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing Terhadap


Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di
Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008. Tesis Kekhususan
Kesehatan Kerja. FKM USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/
(Diakses 20 Maret 2017).

Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Penerbit PT


Rineka Cipta, Jakarta.

Nuraini, L. dan Ratih Sari Wardani. 2014. Kepatuhan Terhadap Peraturan


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Hubungannya Dengan Kecelakaan
Kerja. http://jurnal.unimus.ac.id/. (Diakses 24 Maret 2017).

Nurdin, M.R. 2002. Kesehatan Kerja Perkebunan. Staf Pengajar FKM USU,
Medan.

Permenakertrans RI No 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

Universitas Sumatera Utara


Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Permenakertrans RI No 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

Prihatiningsih dan Sugiyanto. 2010. Pengaruh Iklim Keselamatan dan Pengalaman


Personal Terhadap Kepatuhan Pada Peraturan Keselamatan Pekerja
Konstruksi.Yogyakarta: Jurnal Psikologi. Vol. 37, No.1: 82-93. ( Diakses
20 Maret 2017).

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Cetakan Kedua. Penerbit PT Dian Rakyat, Jakarta.

Rejeki, S. 2015. Sanitasi Hygiene Dan K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja).


Cetakan Pertama. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.

Riduwan, M. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Cetakan


Kelima. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Rijanto, B. 2010. Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan Industri


Konstruksi. Edisi Pertama. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Sari, E. R. 2010. Kepatuhan Peraturan Keselamatan Kerja Sebagai Mediator


Pengaruh Iklim Keselamatan Kerja Terhadap Kecenderungan Mengalami
Kecelakaan Kerja. Yogyakarta: Jurnal Psikologi Mandiri. (Diakses 20
Maret 2017).

Siagian, M. 2011. Metode Penelitian Sosial: Pedoman Praktis Penelitian Bidang


Ilmu-Ilmu Sosial Dan Kesehatan. Penerbit Grasindo Monoratama,
Medan.

Sihombing, F.D. 2014. Faktor-Faktor Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung


Diri (APD) Pada Pekerja “Stimulasi” Di Unit Penderasan PT Socfin
Indonesia Tanah Bersih Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/ (Diakses 19
Maret 2017).

Silaban, G. 2015. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama. Penerbit


Prima Jaya, Medan.

Silaban, G dan Perangin-angin, S. 2008. Hak Dan Atau Kewajiban Tenaga Kerja
Dan Pengusaha Atau Pengurus Yang Ditetapkan Dalam Peraturan
Perundangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan Pertama.
Penerbit USU Press, Medan.

Universitas Sumatera Utara


Silalahi, L. 2011. Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT.Chevron Pacific
Indonesia Duri Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/ (Diakses 20 Maret 2017).

Siregar, N.S. 2016. Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di
Kebun Perlabian Pt. Tolan Tiga (Sipef)Tahun 2016. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/
(Diakses 19 Februari 2017).

Sistem Manajemen Socfindo. 2016. Instruksi Kerja Panen Tandan Buah Segar
Kelapa Sawit.

Sudarmo, dkk. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Mencegah Penyakit
Akibat Kerja.Kalimantan: Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 1, No.2: 88-95.
( Diakses 1 juni 2017).

Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Penerbit


PT. Sagung Seto, Jakarta.

Surayin. 2004. Tanya Jawab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Cetakan Pertama. Penebit Yrama
Widya, Bandung.

Suryantoro, W.B., 2014. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis


Jacq.) Di Kebun Bagan Kusik Estate, Pt Harapan Sawit Lestari,
Ketapang, Kalimantan Barat. Skripsi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
http://www.repository.ipb.ac.id/ (Diakses 25 Maret 2017).

Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

Undang - undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 03 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja.

Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Cetakan Pertama. Penerbit


Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Yasril, K. 2009. Analisis multivariat Untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan


Pertama. Penerbit Mitra Cendekia, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Bersama kuesioner ini, saya mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sumatera Utara sedang menyusun sebuah skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, maka sangat dibutuhkan

pendapat berupa jawaban kuesioner dari Bapak/Ibu untuk melengkapi penelitian

ini. Jawaban dari Bapak/Ibu selanjutkan akan diolah untuk menghasilkan hasil

penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Tenaga Kerja

Pemanen Kelapa Sawit Di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten

Batubara Tahun 2017”. Besar harapan saya, kiranya Bapak/Ibu bersedia

mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Atas bantuan Bapak/Ibu saya

ucapkan terima kasih dan selamat mengisi kuesioner ini.

Petunjuk

Isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat mulai dari bagian ini :

1. Isilah identitas diri anda dengan lengkap.

2. Bacalah pertanyaan ini dengan seksama.

3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda dan kondisi pekerjaan

anda.

4. Jawaban anda adalah benar dan terjamin kerahasiaannya sehingga kejujuran

anda dalam menjawab kuesioner ini sangat kami hargai.

Universitas Sumatera Utara


I. DATA UMUM ( RESPONDEN )
1. Nama :
2. Umur : ......... tahun
3. Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki / ( ) Perempuan
4. Pendidikan terakhir : ( ) SD
( ) SLTP
( ) SLTA
( ) Akademi / Perguruan Tinggi

II. DATA KHUSUS

PENGETAHUAN

1. Menurut Saudara, apakah pengertian alat pelindung diri ( APD )?

A. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya dan penyakit akibat

kerja

B. Alat yang dipakai untuk mempermudah dalam bekerja

C. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja

2. Menurut Saudara, bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang baik?

A. Alat pelindung diri yang bagus dan menarik

B. Alat pelindung diri yang mahal

C. Alat pelindung diri yang dapat melindungi pekerja, nyaman, tidak

mengganggu gerak, dan tidak digunakan secara bergantian.

3. Menurut Saudara, mengapa saudara harus menggunakan alat pelindung diri

(APD) selama melakukan kegiatan panen kelapa sawit?

A. Ikut-ikutan sama teman karena teman kerja yang lain memakai APD

Universitas Sumatera Utara


B. Takut kena sanksi

C. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat proses panen

4. Menurut Saudara, manfaat apa yang saudara peroleh dengan menggunakan alat

pelindung diri (APD) pada saat panen kelapa sawit?

A. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya pada saat melakukan kegiatan

panen kelapa sawit

B. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan

C. Supaya mendapat pujian dari mandor

5. Alat pelindung diri (APD) apakah yang wajib selalu digunakan pada saat panen

kelapa sawit?

A. Helm, kacamata, sarung egrek/dodos, sepatu boot

B. Helm,kacamata, sepatu boot

C. Sepatu boot

6. Untuk menghindari jatuhnya tandan kelapa sawit agar tidak mengenai kepala

saat melakukan proses panen sebaiknya menggunakan?

A. Kaca mata

B. Helm

C. Sepatu boot

7. Menurut Saudara, faktor resiko bahaya apa yang dapat terjadi pada saat proses

panen kelapa sawit?

A. Terpeleset, terjatuh

Universitas Sumatera Utara


B. Tertusuk patahan kayu, terkena percikan kimia pada mata, iritasi kulit

C. Tidak tahu.

8. Menurut Saudara, bahaya apa yang dapat terjadi jika tidak memakai sepatu

boot?

A. Iritasi kulit

B. Terjatuh

C. Tertusuk patahan kayu

9. Menurut anda, alat pelindung diri ( APD ) apakah yang digunakan untuk

melindungi mata dari serpihan benda-benda kecil seperti abu, bunga kelapa

sawit dan serpihan potongan benda lain?

A. Helm

B. Kacamata

C. Sepatu boot

10. Menurut Saudara, bagaimana pemilihan jenis alat pelindung diri (APD) yang

tepat dalam melakukan pekerjaan panen kelapa sawit?

A. APD yang digunakan harus dalam keadaan baik (tidak rusak) dan sesuai

dengan APD yang digunakan untuk pekerjaan panen

B. APD yang digunakan harus dalam keadaan baru

C. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara


 Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda cheklist ( √ ) pada salah satu

jawaban yang paling sesuai menurut anda

SIKAP

Penilaian dilakukan sebagai berikut :


Sangat Setuju : SS
Setuju : S
Tidak Setuju : TS
Sangat tidak setuju : STS
Jawaban
No
Pertanyaan SS S TS STS

Kacamata dipakai untuk melindungi mata dari


serpihan benda-benda kecil seperti abu, bunga
1.
kelapa sawit, bahan kimia dan serpihan
potongan benda lain
Dalam hal pemakaian APD pada waktu proses
2. panen perlu pedoman/peraturan yang berlaku
di perusahaan
Sebelum memakai APD untuk melakukan
3. proses panen perlu diperhatikan petunjuk
pemakaian yang tepat
Dengan berbicara pada saat bekerja maka
4.
dapat membahayakan kesehatan
Karyawan yang tidak mematuhi untuk
5.
memakai APD, maka diberi sanksi
APD yang dipakai pada pekerja pemanen
6.
kelapa sawit tidak harus disediakan perusahaan
APD yang dipakai tidak penting untuk
7. menghindari faktor resiko bahaya yang
mungkin terjadi pada saat proses panen
Prosedur yang benar tidak diperlukan dalam
8.
menggunakan APD di tempat kerja
9. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada

Universitas Sumatera Utara


pemanen kelapa sawit tidak harus diketahui
para pekerja
Kacamata tidak selalu diperlukan pada
10. proses panen

KONDISI APD

Ya Tidak
NO Pertanyaan
Menurut Anda, apakah alat pelindung diri yang
digunakan dapat memberikan perlindungan
1.
terhadap bahaya yang dapat terjadi pada pekerja
panen kelapa sawit?
Apakah Anda merasa nyaman menggunakan alat
2.
pelindung diri pada saat melakukan proses panen?
Apakah alat pelindung diri yang digunakan tidak
3.
mengganggu gerak saat melakukan proses panen?
Apakah alat pelindung diri yang dipakai sesuai /
4.
pas dengan ukuran tubuh pekerja panen?
Apakah alat pelindung diri yang dipakai tidak
5.
mudah rusak?
Apakah alat pelindung diri yang disediakan telah
6. mencukupi jumlahnya pada para pekerja panen
kelapa sawit?

PENGAWASAN

NO Ya Tidak
Pertanyaan
1. Apakah selama anda bekerja melakukan panen
ada pengawas/mandor yang mengawasi anda
dalam memakai APD?
2. Apakah dengan adanya pengawasan tersebut
membuat anda termotivasi untuk selalu
menggunakan alat pelindung diri saat panen
kelapa sawit?

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah dengan adanya pengawasan akan
meningkatkan kinerja anda?
4. Apakah pihak perusahaan atau mandor
mengeluarkan sanksi/hukuman kepada pekerja
yang tidak memakai alat pelindung diri?
5. Menurut Saudara, apakah perlu diadakan
pengawasan penggunaan alat pelindung diri pada
pekerja pemanen kelapa sawit?
6 Menurut Saudara, apakah pengawasan
penggunaan alat pelindung diri bermanfaat pada
pekerja pemanen kelapa sawit?

LINGKUNGAN SOSIAL

Ya Tidak
NO Pertanyaan
Apakah teman anda dalam melakukan proses
1. panen selalu mengingatkan anda untuk
menggunakan alat pelindung diri?
Apakah anda mengikuti anjuran teman anda
2.
tersebut?
Apakah mandor akan memberikan teguran pada
3. anda jika tidak memakai alat pelindung diri
(APD)?
Apakah anda mempunyai hubungan kerjasama
4. yang baik dengan teman anda dalam melakukan
pekerjaan panen kelapa sawit?

KEPATUHAN
1. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (Helm) pada
saat bekerja?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah anda patuh menggunakan Alat pelindung diri (Kacamata)
pada saat bekerja?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

3. Apakah anda patuh menggunakan Alat pelindung diri (Sarung


Egrek/dodos) pada saat bekerja?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

4. Apakah anda patuh menggunakan Alat pelindung diri (Sepatu


Boot) pada saat bekerja?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR OBSERVASI PEMAKAIAN APD PEMANEN KELAPA SAWIT

Pemakaian APD
Helm Kacamata Sarung Sepatu Boot
NO Egrek/ Dodos
Responde Pakai Tidak Pakai Tidak Pakai Tidak Pakai Tidak Ket
n Pakai Pakai Pakai Pakai

1. √ √ √ √ TL
2. √ √ √ √ TL
3. √ √ √ √ TL
4. √ √ √ √ TL
5. √ √ √ √ TL
6. √ √ √ √ TL
7. √ √ √ √ TL
8. √ √ √ √ TL
9. √ √ √ √ TL
10. √ √ √ √ TL
11. √ √ √ √ TL
12. √ √ √ √ TL
13. √ √ √ √ TL
14. √ √ √ √ TL
15. √ √ √ √ TL
16. √ √ √ √ TL
17. √ √ √ √ TL
18. √ √ √ √ TL
19. √ √ √ √ TL
20. √ √ √ √ TL
21. √ √ √ √ TL
22. √ √ √ √ TL
23. √ √ √ √ TL
24. √ √ √ √ TL
25. √ √ √ √ TL
26. √ √ √ √ TL
27. √ √ √ √ TL
28. √ √ √ √ TL
29. √ √ √ √ TL
30. √ √ √ √ TL
31. √ √ √ √ TL
32. √ √ √ √ TL
33. √ √ √ √ TL
34. √ √ √ √ TL

Universitas Sumatera Utara


35. √ √ √ √ TL
36. √ √ √ √ TL
37. √ √ √ √ TL
38. √ √ √ √ TL
39. √ √ √ √ TL
40. √ √ √ √ TL
41. √ √ √ √ TL
42. √ √ √ √ TL
43. √ √ √ √ TL
44. √ √ √ √ TL
45. √ √ √ √ L
46. √ √ √ √ L
47. √ √ √ √ L
48. √ √ √ √ L
49. √ √ √ √ TL
50. √ √ √ √ TL
51. √ √ √ √ TL
52. √ √ √ √ L
53. √ √ √ √ L
54. √ √ √ √ L
55. √ √ √ √ TL
56. √ √ √ √ TL
57. √ √ √ √ TL
58. √ √ √ √ TL

Keterangan :
L : Lengkap
TL : Tidak Lengkap

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Output Hasil Analisis Spss

Frequencies

Statistic
Umur Jenis Pnddkn Peng Sikap Kon Pngwsan Lig.Sosial Kepatuhan
Kelamin Terakhir APD
Valid 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Percent Valid Cumultive


Frequency Pecent Percent
Valid 20-30 31.0 31.0 31.0
Tahun 18
31-40 31.0 31.0 62.1
Tahun 18
41-50 24.1 24.1 86.2
Tahun 14
51-60 13.8 13.8 100.0
Tahun 8
Total 58 100.0 100.0

Jenis Kelami n

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 58 100.0 100.0 100.0

Pendidi kan Terakhir

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 15.5 15.5 15.5
SLTP 21 36.2 36.2 51.7
SLTA 28 48.3 48.3 100.0
Total 58 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid tidak baik 38 65,5 65,5 65,5
Baik 20 34,5 34,5 100,0
Total 58 100,0 100,0

Sikao Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Negatif 27 46,6 46,6 46,6
Positif 31 53,4 53,4 100,0
Total 58 100,0 100,0

Kondisi APD Kategori


frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Tidak baik 13 22,4 22,4 22,4
Baik 45 77,6 77,6 100,0
Total 58 100,0 100,0

Pengawasan Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Tidak ada 9 15,5 15,5 15,5
pengawasan
Ada 49 84,5 84,5 100,0
pengawasan
Total 58 100,0 100,0

Lingkungan Sosial Kategori


frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Tidak baik 29 50,0 50,0 50,0
Baik 29 50,0 50,0 100,0
Total 58 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Kepatuhan Kategori
frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
valid Tidak 51 87,9 87,9 87,9
lengkap
Lengkap 7 12,1 12,1 100,0
Total 58 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan kategori
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
* kepatuhan kategori
sikap kategori *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kepatuhan kategori
kondisi apd kat egori *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kepatuhan kategori
pengawasan kategori
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
* kepatuhan kategori
lingkungan sosial
kategori * kepatuhan 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kategori

pengetahuan kategori * kepatuhan kategori


Crosstab

kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
pengetahuan tidak baik Count 38 0 38
kategori % of Total 65.5% .0% 65.5%
baik Count 13 7 20
% of Total 22.4% 12.1% 34.5%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 15.125b 1 .000 .000 .000
Continuity Correctiona 12.007 1 .001
Likelihood Ratio 16.825 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by -Linear c
14.865 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 58
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 2.41.
c. The standardized st at ist ic is 3.855.

sikap kategori * kepatuhan kategori


Crosstab

kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
sikap kategori negatif Count 27 0 27
% of Total 46.6% .0% 46.6%
positif Count 24 7 31
% of Total 41.4% 12.1% 53.4%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 6.934b 1 .008 .012 .009
Continuity Correctiona 4.969 1 .026
Likelihood Ratio 9.605 1 .002 .012 .009
Fisher's Exact Test .012 .009
Linear-by -Linear c
6.814 1 .009 .012 .009 .009
Association
N of Valid Cases 58
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 3.26.
c. The standardized st at ist ic is 2.610.

Universitas Sumatera Utara


kondisi apd kategori * kepatuhan kategori
Crosstab

kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
kondisi apd tidak baik Count 13 0 13
kategori % of Total 22.4% .0% 22.4%
baik Count 38 7 45
% of Total 65.5% 12.1% 77.6%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 2.300b 1 .129 .189 .151
Continuity Correctiona 1.068 1 .302
Likelihood Ratio 3.822 1 .051 .189 .151
Fisher's Exact Test .331 .151
Linear-by -Linear c
2.260 1 .133 .189 .151 .151
Association
N of Valid Cases 58
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 1.57.
c. The standardized st at ist ic is 1.503.

pengawasan kategori * kepatuhan kategori


Crosstab

kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
pengawasan tidak ada pengawasan Count 9 0 9
kategori % of Total 15.5% .0% 15.5%
ada pengawasan Count 42 7 49
% of Total 72.4% 12.1% 84.5%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 1.462b 1 .227 .353 .286
Continuity Correctiona .426 1 .514
Likelihood Ratio 2.531 1 .112 .353 .286
Fisher's Exact Test .581 .286
Linear-by -Linear c
1.437 1 .231 .353 .286 .286
Association
N of Valid Cases 58
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 1.09.
c. The standardized st at ist ic is 1.199.

lingkungan sosial kategori * kepatuhan kategori


Crosstab

kepatuhan kategori
tidak lengkap lengkap Total
lingkungan sosial tidak baik Count 28 1 29
kategori % of Total 48.3% 1.7% 50.0%
baik Count 23 6 29
% of Total 39.7% 10.3% 50.0%
Total Count 51 7 58
% of Total 87.9% 12.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 4.062b 1 .044 .102 .051
Continuity Correctiona 2.599 1 .107
Likelihood Ratio 4.453 1 .035 .102 .051
Fisher's Exact Test .102 .051
Linear-by -Linear c
3.992 1 .046 .102 .051 .046
Association
N of Valid Cases 58
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 3.50.
c. The standardized st at ist ic is 1.998.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Dokuentasi

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Proses Kerja Pemotongan Buah dari Pohon dengan Menggunakan


Tongkat Egrek

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Proses Kerja Pemotongan Buah dari Pohon dengan Menggunakan
Tongkat Dodos

Gambar 4. Proses Kerja Merapikan Buah yang Telah Jatuh dan Menandai Buah

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Proses Kerja Pengangkutan Buah dengan Menggunakan Beko

Gambar 6. Pemanen dengan APD Lengkap

Universitas Sumatera Utara


Gambar 7. Pemanen dengan APD Tidak Lengkap

Gambar 8. Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai