SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Faktor yang Memengaruhi Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi PT.
Mabar Feed Indonesia Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Setiap pekerjaan memiliki potensi bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
tergantung pada jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,
tata ruang, dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga
pelaksana. Gangguan fungsi paru masih merupakan salah satu masalah kesehatan
dan penyakit akibat kerja yang banyak dialami pekerja sektor formal maupun
informal yang mampu mempengaruhi produktivitas kerja. Penyakit paru akibat
kerja memperlihatkan insidensi rata-rata yakni sekitar satu kasus per 1000 pekerja
setiap tahun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor host dan agent
yang dapat memengaruhi fungsi paru pada pekerja bagian produksi PT Mabar
Feed Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan
pendekatan “Cross Sectional” dengan menggunakan uji regresi logistik terhadap
30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 21
responden mengalami gangguan fungsi paru. Faktor yang berhubungan dengan
variabel gangguan fungsi paru (y) adalah kebiasaan merokok (p value 0,019),
penggunaan Alat Pelindung Diri (p value 0,001), dan kadar debu tepung (p value
0,042). Faktor yang berpengaruh dengan variabel gangguan fungsi paru (y) adalah
penggunaan Alat Pelindung Diri dengan P-value 0,019. Rekomendasi yang
diberikan sesuai dengan hierarki pengendalian risiko yaitu mewajibkan dan
mengawasi penggunaan masker secara ketat dan kontinyu pada pekerja,
pemeriksaan fungsi paru pekerja secara periodik, mengganti masker berjenis kain
tetra dengan menyediakan alat pelindung diri yang berjenis disposable dust mask
dan patuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada pekerja yang
hendak masuk ke lingkungan kerja
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Every job has a potential hazard in the form of work accidents and occupational
diseases. The magnitude of the potential for accidents and occupational diseases
depends on the type of production, the technology used, the materials used, the
layout and the building environment as well as the quality of management and
personnel. Lung function disorders are still one of the health problems and
occupational diseases that are experienced by many formal and informal sector
workers which can affect work productivity. Occupational lung disease shows an
average incidence of about one case per 1000 workers per year. The purpose of
this study was to determine thefactors host and agent that can affect lung function
in the production workers of PT Mabar Feed Indonesia. This research is a type of
quantitative research with a "Cross Sectional"using a logistic regression test to
30 respondents. The results showed that of the 30 respondents, 21 respondents
had lung function disorders. Factors related to the variable lung function
disorders (y) were smoking habits (p value 0.019), use of personal protective
equipment (p value 0.001), and flour dust content (p value 0.042). The factor that
influences the variable lung function disorders (y) is the use of personal protective
equipment with a p-value of 0.019. The recommendations given are in accordance
with the risk control hierarchy namely monitoring and controlling the use of
masks strictly and continuously on workers, periodic inspections of workers lung
function, replace masks with a tetra type of cloth by providing Personal
Protective Equipment of the disposable dust mask type and compliance
occupational safety and health (OSH) for workers who want to enter the work
environment.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor yang
Memengaruhi Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi PT. Mabar Feed
Indonesia Tahun 2020”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bimbingan dari
berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Utara
5. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., sebagai Dosen Penguji I terimakasih atas
bimbingan dan dukungan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini
vi
Universitas Sumatera Utara
6. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., sebagai Dosen Penguji II terimakasih atas
bimbingan dan dukungan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini
9. Hamdan, S.H., selaku HRD PT. Mabar Feed serta semua pihak perusahaan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan
10. Kepada orang tua penulis yaitu Luhut Parasian Sinaga dan Erny Farida
Nursanti Lumban Tobing yang sangat saya kasihi dan cintai yang telah
memberikan banyak doa, dukungan dan motivasi baik dari segi moral
11. Saudara penulis yaitu Charles Baringin Oloan Sinaga dan Stevanie Clarita
12. Kepada orang yang spesial Egi Anjas Sitepu yang selalu memberikan
skripsi ini.
13. Keluarga besar peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja angkatan 2016
penelitian ini.
vii
Universitas Sumatera Utara
14. Kepada teman-teman FKM USU dan semua pihak yang tidak bisa
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang
dapat membangun saya agar dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 8
Anatomi Pernapasan 8
Anatomi saluran pernapasan atas 8
Anatomi saluran pernapasan bawah 10
Pakan Ikan Mabar Feed 12
Fungsi Paru 15
Volume dan kapasitas fungsi paru 15
Mekanisme ekspirasi dan inspirasi paru 17
Penurunan fungsi paru oleh kualitas udara 18
Gejala penurunan fungsi paru 19
Gangguan fungsi paru 26
Debu 29
Debu tepung 29
Mekanisme penimbunan debu dalam paru 30
Pengaruh debu terhadap pernapasan 31
Penyakit akibat pencemaran debu di tempat kerja 32
Nilai ambang batas debu 32
Faktor yang Memengaruhi Fungsi Paru 33
Usia 33
Masa kerja 33
Alat penggunaan diri 34
Debu tepung 36
ix
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan merokok 37
Indeks Brinkman 38
Landasan Teori 38
Kerangka Konsep 40
Hipotesis Penelitian 41
Metode Penelitian 42
Jenis Penelitian 42
Lokasi dan Waktu Penelitian 42
Populasi dan Sampel 42
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 43
Metode Pengumpulan Data 45
Metode Pengukuran 45
Metode Analisis Data 47
Hasil Penelitian 49
Gambaran Umum PT. Mabar Feed Indonesia 49
Analisis Univariat 52
Distribusi proporsi fungsi paru 52
Distribusi proporsi faktor host 53
Distribusi proporsi faktor agent 54
Analisis Bivariat 55
Hubungan umur dengan fungsi paru 55
Hubungan masa kerja dengan fungsi paru 56
Hubungan kebiasaan merokok dengan fungsi paru 57
Hubungan penggunaan APD dengan fungsi paru 57
Hubungan kadar debu tepung dengan fungsi paru 58
Analisis Multivariat 59
Pembahasan 61
Variabel yang Signifikan terhadap Fungsi Paru 61
Penggunaan APD 61
Variabel yang Tidak Signifikan terhadap Fungsi Paru 65
Kebiasaan merokok 65
Kadar debu tepung 66
Keterbatasan Penelitian 67
Daftar Pustaka 70
Lampiran 75
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka teori 39
2 Kerangka konsep 40
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Kuesioner Penelitian 75
2 Master Data 79
3 Output SPSS 83
7 Dokumentasi Penelitian 93
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Jakarta pada tangal 08 Desember 1997. Penulis beragama Kristen Katolik, anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Luhut Parasian Sinaga dan Erny Farida
pertama di SMP Santa Lusia Tahun 2010-2013, sekolah menengah atas di SMA
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
dan penyakit akibat kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
tergantung pada jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,
tata ruang, dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga
dunia. Menurut Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja penerbit Markenan pada
Tahun 2004, yaitu hanya sedikit pekerja yang mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan kerja yang memadai, yaitu sekitar 5-10% pekerja di Negara
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja buruh dengan cara
1
Universitas Sumatera Utara
2
paru masih merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyakit akibat kerja
yang banyak dialami pekerja sektor formal maupun informal yang mampu
insi;densi rata-rata yakni sekitar satu kasus per 1000 pekerja setiap tahun.
Udara di lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya
mengganggu kapasitas vital paru (Suma‟mur P.K., 2013). Dalam kondisi tertentu,
Hasil penelitian Antarudin pada tahun 2003 dengan judul penelitian yaitu
Pengaruh debu padi pada faal paru pekerja kilang padi yang merokok dan tidak
terganggu dan lambat laun dapat pula menimbulkan gangguan fungsi paru.
ukuran partikel, bentuk, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan
faktor individu berupa mekanisme pertahanan tubuh. Ketika bernapas, udara yang
mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Tidak semua debu dapat menimbun
di dalam jaringan paru-paru, karena tergantung besar ukuran debu tersebut. Debu-
debu yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan napas bagian atas,
sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan dibagian tengah jalan napas.
Paru pada Pekerja di Industri Pakan Ternak Medan Tahun 2010 yaitu kondisi faal
paru pekerja pada industri pakan PT. Gold Coin Indonesia adalah tidak
sedangkan pekerja yang mengalami gangguan faal paru kategori obstriktif ringan
pekerja (17,64%), pekerja yang mengalami gangguan faal paru kategori campuran
sebanyak 9 pekerja (26,49%), dan tidak ditemukan pekerja dengan gangguan faal
mengalami gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah dan otot polos
makin banyak disertai mekanismenya tidak sempurna akan terjadi resistensi jalan
naf;as berupa obstruksi saluran pernafasan, yang secara umum bisa dikatakan
terjadi penurunan kapasitas vital paru. Keadaan ini biasanya terjadi pada kadar
debu melebihi nilai ambang batas yaitu 10 mg/m3 berdasarkan Surat Edaran
Hasil penelitian Suyanto, S., dkk. pada tahun 2015 dengan judul Analisis
Pengaruh Kepadatan Debu dan Penggunaan APD Pekerja Pabrik Pakan Ikan
Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pabrik Pakan Ikan di Kecamatan
XIII Koto Kampar mengungkapkan bahwa kepadatan debu yang tidak normal
ke;padatan debu dalam ambang batas normal. Selain itu, Pekerja yang tidak
PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perseroan dalam bidang
industri pakan ikan dan ternak di Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi
pabrik dan kantor berada di Jalan. Rumah Potong Hewan KM 9 No. 44 Mabar,
Medan 20242. PT. Mabar Feed memiliki 6 proses produksi. Proses pengolahan
pakan ikan pada PT. Mabar Feed Indonesia dimulai dari batching, grinding,
faktor-faktor resiko yang terpapar terhadap pekerja bisa dari fisik, kimia, biologi,
maupun ergonomi.
Bahan tambahan yang digunakan antara lain: minyak ikan (fish oil),
vitamin, obat-obatan, karung, benang jahit, dan jarum jahit karung. Pada proses
produksi di PT Mabar Feed yang terdapat pekerja dan terpapar debu tepung
sampah yang terdapat pada bahan baku. Kadar debu pada proses penimbangan
cukup banyak karena letaknya paling belakang pada bagian produksi dan
berdekatan dengan gudang bahan baku. Debu timbul dan berasal dari tepung
pengemasan dimulai dengan penentuan berat per netto produk jadi ditimbang
secara otomatis 50 Kg untuk pakan ikan teggelam dan 30 Kg untuk pakan ikan
letak paling depan bagian produksi. Debu berasal pada dari pakan ikan yang
masuk ke dalam karung goni plastik dimana pekerja menunggu dan berdiri
semua pekerja bagian produksi yang telah diwawancarai sekilas terdapat keluhan
subjektif yang dirasakan seperti batuk dan sesak nafas. Alasan yang mendasari
yaitu konsentrasi debu hasil dari proses produksi yang terdapat pada lingkungan
kerja, debu yang timbul berupa partikel-partikel halus yang berasal dari bahan
baku pakan ikan berupa debu tepung. Selain itu, perilaku pekerja yang merokok di
lingkungan kerja ketika istirahat yang akan membuat kondisi lingkungan kerja
dan pekerja itu sendiri lebih beresiko terhadap fungsi paru serta perilaku pekerja
Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
mengenai analisis faktor yang memengaruhi fungsi paru pada pekerja bagian
produksi.
Perumusan Masalah
Penulis ingin mengetahui faktor yang memengaruhi fungsi paru pada pekerja
Tujuan Penelitian
fungsi paru pada pekerja bagian produksi di PT. Mabar Feed Indonesia.
1. Untuk mengetahui faktor host yang dapat memengaruhi fungsi paru pada
2. Untuk mengetahui faktor agent yang berasal dari partikel debu produksi
pakan ikan di lingkungan tempat kerja bagian produksi PT. Mabar Feed
Indonesia
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi PT. Mabar Feed Indonesia dalam
pada pekerja bagian produksi PT. Mabar Feed Indonesia mengenai kesehatan
lingkungan kerja serta dampak kesehatan yang diterima tenaga kerja sehingga
3. Peneliti Selanjutnya
serta sarana pengaplikasian teori yang telah diterima dari bangku kuliah
diteliti.
Anatomi Pernapasan
atas lubang hidung (cavum nasalis), sinus paranasalis, faring, laring, diantaranya
yaitu:
1. Hidung. Dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Rongga
(filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa)
hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut
dalam saluran pernafasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang
udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung
penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan
kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati vibrissa akan melekat pada
lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh reflex bersin (Soemantri, 2008).
Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
8
Universitas Sumatera Utara
9
pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat
menampung udara dari naso faring dan makanan dari mulut, dan belakang
berhubungan dengan esophagus dan pita suara (vocal cord) yang berada dalam
trachea. Laringo faring berfungsi pada saat menelan dan respirasi (Soemantri,
2008).
4. Laring. Disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epitelium lined yang
berhubungan dengan faring (di atas) dan trakea (di bawah). Fungsi laring yaitu
untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing
menelan
f. Pita suara: sebuah ligament yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
2008).
terdiri atas:
lebar, dan cenderung lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran
sesungguhnya.
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada
paru). Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis
(Soemantri, 2008).
Bahan baku. Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam
lainnya. Kualitas bahan baku yang digunakan sangat menentukan kualitas produk
yang dihasilkan. Bahan baku dari pakan ikan yaitu BKK (Bungkil Kacang
Kedelai), cumi-cumi, dedak, jagung, tepung ikan lokal, tepung terigu, MBM
produk yang berguna. Berikut merupakan proses produksi pakan ikan pada PT
intake, yaitu tempat pemasukan bahan baku yang kemudian akan dialirkan
yang terdapat pada bahan baku. Pada saat bahan baku dimasukkan ke lubang
intake, debu timbul dan terhirup oleh pekerja sehingga pekerja mengalami
sesak nafas.
terpukul dan terlempar masuk ke ayakan yang terpasang sepanjang sisi pisau
yang berputar. Bahan yang masuk akan diputar dengan hembusan angin
berkecepatan tinggi dan akan membentur mata pisau sehingga bahan akan
hancur dan menjadi tepung. Bahan baku yang sudah halus akan diteruskan ke
ayakan lalu dimasukkan ke bin bahan halus. Pada tahap ini, pekerja tidak
dapat dilakukan pengadukan pada mixer 2 dan mixer 3, sedangkan pakan ikan
terapung (floating) hanya dapat diaduk pada mixer 3 saja. Bahan yang sudah
Pada tahap ini terdapat pekerja pada lantai 4 sekali sekali datang
memberikan vitamin karena tidak setiap saat pemberian vitamin, hanya dilakukan
pada saat pencampuran bahan baku. Pada pakan ikan tenggelam (sinking),
pencampuran minyak ikan yang dialirkan melalui pipa kecil, sampai tercampur
d) Pembentukan. Ada dua proses pembentukan pakan ikan pada PT. Mabar Feed,
yaitu:
pengayakan untuk memisahkan debu yang tedapat pada pakan. Debu dari hasil
pembentukan ulang.
per netto produk jadi ditimbang secara otomatis 50 Kg untuk pakan ikan
teggelam dan 30 Kg untuk pakan ikan terapung yang masuk ke dalam karung
Fungsi Paru
Fungsi paru adalah proses respirasi yaitu pengambilan oksigen dari udara
luar yang masuk ke dalam saluran pernapasan dan terus ke dalam darah. Oksigen
proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke luar udara (Yunus, 2006). Proses
a. Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
b. Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta
c. Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk
Volume dan kapasitas fungsi paru. Volume dan kapasitas fungsi paru
besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas
Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru pada pernapasan biasa dalam
Volume udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru pada inspirasi
maksimal setelah inspirasi secara biasa. Volume cadangan inspirasi pada laki-
laki dan perempuan berbeda. Pada laki-laki (L) sebesar ± 3300 ml, sedangkan
Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara
Volume residu yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah
kedalam tubuh atau paru-paru seseorang secara maksimal. Kapasitas paru ada
Kapasitas inspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-
Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir
Kapasitas vital yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar
paru-paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan
Kapasitas paru-paru total yaitu jumlah udara maksimal yang masih dapat
berada paru-paru (TLC = VC + RV). Nilai TLC normal pada laki-laki adalah ±
intrapleural di dasar paru-paru, yang biasanya sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap
ditarik ke posisi yang lebih luas. Tekanan di jalan napas menjadi sedikit negatif,
dan udara mengalir ke paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil paru mulai menarik
kembali dada ke posisi ekspirasi, sehingga tekanan pada paru-paru takan normal
kembali dan akan menjaga keseimbangan dinding dada. Tekanan di jalan napas
Namun, beberapa kontraksi otot inspirasi terjadi juga pada bagian awal ekspirasi.
30mmHg, menghasilkan derajat inflasi paru yang lebih tinggi. Ketika ventilasi
meningkat, tingkat deflasi paru juga meningkat dengan kontraksi aktif otot
ekspirasi yang menurunkan volume intrathoracic (Guyton A.C. dan J.E. Hall,
2007).
dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut diperoleh dari udara melalui
proses respirasi. Paru merupakan salah satu organ sistem respirasi yang berfungsi
setiap saat, oleh karena itu kualitas yang terinhalasi sangat berpengaruh terhadap
melintang didalam atmosfer bereaksi secara kimiawi dengan bahan lainnya. Polusi
yang tahan lama akan terbawa dalam jarak tempuh yang jauh dan jatuh ke
permukaan bumi menjadi partikel padat tetapi dalam mengikuti gerakan udara
polutan menyebar dan bercampur dalam butiran air serta mengembun jatuh ke
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
3. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen)
1. Menurut Halim Danusantoso pada buku yang berjudul Buku Saku Ilmu
a. Batuk
Sebetulnya, batuk tidak lain adalah suatu reflex defensif belaka, untuk
b. Sesak
terhambat. Perlu juga diingat bahwa ada berbagai penyebab yang sama
c. Batuk darah
Lesi pada saluran pernapasan mulai dari hidung sampai paru dapat
d. Nyeri dada
e. Sputum
nanah dengan warna kuning dan baunya yang khas. Bila penyebabnya
udara berat, baik yang akibat ulah sendiri atau karena pencemaran udara
berat. Bila dahak berwarna seperti karat besi dan disertai panas tinggi,
kismis atau kurma dan disertai panas tinggi, perlu dipikirkan adanya
f. Napas berat
Napas berat terjadi ketika oksigen masuk ke dalam tubuh terlalu sedikit.
2. Menurut Prof. Dr. H. Tabrani Rab pada buku yang berjudul Ilmu Penyakit
a. Batuk
dokter dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan gejala
misalnya asap atau debu. Bila tersedot, maka akan dikeluarkan melalui
batuk, akan tetapi bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi fibrosis,
Dasarnya adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan oleh
dengan mukus yang banyak. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena
benda asing. Selain itu, batuk dapat disebabkan oleh tumor THT, dan
disebabkan oleh iritan, seperti rokok, gas, dan bahan-bahan kimia, dapat
b. Dispne (Sesak)
Dispne atau sesak napas merupakan keadaan yang sering ditemukan pada
keluhan yang paling dominan dalam infark jantung, maka dispne (sesak
napas) merupakan hal yang dominan pada penyakit paru. Akan tetapi
kedua gejala ini jelas dapat dilihat pada emboli paru, bahkan sesak napas
Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula
c. Wheezing (Bengek)
emfisema.
d. Nyeri Dada
rasa sakit, tetapi nyeri dada selalu merupakan keluhan utama pada
penyakit paru. Rasa nyeri ini juga dirasakan pada hipertensi pulmonal,
disamping infark jantung. Pada kanker paru juga dirasakan nyeri yang
unilateral.
3. Menurut dr. Hermayudi dan Ayu Putri Ariani, Am. Keb pada buku yang
bantuan napas yang serius (severe air hunger) sampai yang fatal. Hal ini
b. Batuk
Batuk adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya rangsangan
iritan yang terdapat diseluruh saluran napas. Batuk juga dapat merupakan
paparan sesuatu keadaan lingkungan (hawa dingin, debu, asap, angin, dan
bawah.
c. Hemoptysis
d. Nyeri dada
Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung, paru atau nyeri alih
abdomen. Ada 2 jenis nyeri dada karena penyakit paru yaitu pleuritik
hingga berhari-hari).
4. Menurut John E. Stark MA, MD, FRCP, dkk pada buku yang berjudul Manual
a. Sesak napas
b. Mengi (Wheezing)
Mengi adalah suara kontinyu yang dihasilkan jika dinding saluran napas
polifonik. Mengi monofonik adalah suara mengi yang mirip dengan suara
dari satu alat music dan polifonik mirip dengan beberapa nada yang
mengi polifonik, dimana mengi hampir selalu kita dengar pada kedua sisi.
sentral.
c. Batuk
perasaan adanya sesuatu dalam saluran napas. Batuk yang tak disadari
terjadi akibat refleks yang dipacu oleh perangsangan laring, trakea, atau
dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak dan tidak sesuai atau
d. Sputum
oleh batuk, yang tercampur bersama ludah. Sekresi bronkus yang normal
aksi silia lalu ditelan. Sputum putih atau tidak berwarna dengan
paru terjadi pada pasien bronchitis kronis simple dan asma. Sputum
fibrosis kistik), alergi, kimiawi, dan iritan (asap atau debu iritan). Sputum
e. Nyeri dada
Nyeri yang muncul dari setiap struktur besar dalam toraks akan memiliki
Gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kelainan
paru yang timbul sehubungan dengan pekerjaan. Berbagai bahan berupa debu,
serat, dan gas dapat timbul pada proses industri. Tergantung pada jenis bahan
klinis penyakit paru kerja bermacam-macam, mirip dengan penyakit paru lain
dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat
progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel
atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala
utama sesak nafas, batuk dan produksi sputum. PPOK merupakan salah satu dari
masyarakat dunia saat ini, tidak hanya bagi negara maju namun juga bagi negara
awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada
saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara
(air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
Pada gangguan restriksi, paru menjadi kaku sehingga daya tarik kedalam lebih
besar maka dinding dada mengecil. Volume paru menjadi mengecildan sela iga
menyempit. Sebagai parameter yang diukur adalah VC. Nilai normal VC 80%-
120% prediksi. VC kurang dari 80% nilai prediksi dianggap gangguan restriksi.
VC lebih dari 120% nilai prediksi merupakan suatu keadaan over atau
Intrinsik meliputi: Penyakit paru interstitial, Fibrosis paru idiopatik, Fibrosis paru,
seperti distrofi otot atau Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Penyakit paru
restriktif ditandai oleh berkurangnya kapasitas paru total (TLC). Kapasitas paru
total mewakili jumlah udara yang ada di paru-paru setelah menghirup napas
sedalam mungkin. TLC ditentukan selama tes fungsi paru. Mengetahui kapasitas
total paru-paru seseorang dengan penyakit paru restriktif adalah penting untuk
Ada beberapa gejala umum dengan sesak napas di bagian atas pernapasan.
Pada tahap awal penyakit, sesak napas dapat terjadi hanya dengan aktivitas.
Namun, seiring perkembangan penyakit, sesak napas atau sesak napas dapat
terjadi dengan aktivitas minimal atau selama istirahat. Gejala umum lainnya
adalah batuk kronis. Biasanya, batuk kering, tetapi juga menghasilkan dahak
putih. Penurunan berat badan dan kelelahan adalah gejala umum juga. Banyak
orang merasa sulit mempertahankan berat badan yang sehat dan memiliki energi
yang cukup. Beberapa orang dengan penyakit paru restriktif mengalami gejala
depresi dan kecemasan. Gejala-gejala ini lebih sering terjadi ketika penyakit paru-
Debu
Debu merupakan partikel padat yang berukuran sangat kecil yang dibentuk
Debu tepung (flour dust). Debu tepung (flour dust) merupakan zat yang
heterogen dengan sensitisasi pernapasan dan sifat iritasi, paparan selama proses
produksi, dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut atau kronis. Tepung debu
adalah zat berbahaya. Pekerja dalam pekerjaan yang berhubungan dengan debu
tepung menghirup debu tepung yang berada di udara. Gejala dari paparan debu
tepung termasuk batuk, mengi, sesak napas (dyspnoea), suara serak, asma,
masalah mata, konjungtivitis, rinitis dan sinusitis. Efek kesehatan dari menghirup
debu tepung tergantung pada konsentrasi tepung di udara dan berapa lama pekerja
sudah terpapar. Paparan tingkat rendah yang sering mungkin tidak menimbulkan
pekerja itu sendiri. Paparan jangka pendek dapat mengakibatkan hidung beringus,
mata berair, mengi, bersin, batuk, dan sesak napas. Paparan jangka panjang akan
mengakibatkan asma kerja atau baker’s asthma (Work Safe BC, 2007).
Penyakit paru kerja merupakan penyakit atau kelainan paru yang timbul
sehubungan dengan pekerjaan. Berbagai bahan berupa debu, serat, dan gas dapat
timbul pada proses industri. Tergantung pada jenis bahan tersebut maka penyakit
Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja, asma disebabkan
oleh penyebab sensitisasi atau zat iritan yang dikenal yang ada dalam proses
pekerjaan.
debu dalam paru dapat terjadi pada saat kita bernapas dengan menarik napas,
udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru. Jalur yang ditempuh adalah
hidung, faring, trakea, bronkus, bronchioli dan alveoli. Partikel debu yang dapat
terhirup saat bernapas berukuran antara 0,1µ - 10 µ. Pada hidung dan tenggorokan
bagian bawah, ada silia yang berfungsi menahan benda asing, yang kemudian
pernapasan tergantung pada ukuran partikel debu tersebut. Ukuran partikel debu
yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan dapat masuk sampai alveoli
paru berukuran 1-3 mikron. Partikel kecil yang berukuran 0,1-1 mikron akan
dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli, maka jaringan alveoli akan
oksigen menurun dan kapasitas parunya pun akan menurun (Slamet & Laila,
2017).
a. Inertia, bagian debu yang bermassa besar tidak dapat menyimpang mengikuti
saluran udara, melainkan terus dan akhirnya menabrak selaput lendir dan
dari 0,1 mikron kemudian bergerak karena oleh gerakan brown sehingga
sana.
atas dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala
faringitis.
asma.
d. Debu yang berukuran 0,1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel
pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk
menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-
paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan
penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang
jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam
daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis,
Nilai ambang batas debu. Nilai ambang batas adalah standar (NAB)
adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan ditempat kerja agar
jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada
untuk Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja sebesar 10
mg/m3. Namun menurut SNI tahun 2005 mengenai Nilai Ambang Batas zat kimia
di udara tempat kerja, debu biji-bijian dan tepung memiliki NAB sebesar 4
mg/m3.
umur. Semakin tua usia seseorang semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
fungsi paru. Dalam keadaan normal usia mempengaruhi frekuensi pernafasan dan
kapasitas paru. Frekuensi pernafasan pada orang dewasa antara 16–18 kali
permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar 30
kali per menit. Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara
pada fase anak sampai umur kira-kira 22–24 tahun terjadi pertumbuhan paru
sehingga pada waktu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan
pertambahan umur dan nilai fungsi paru mencapai maksimal pada umur 22–24
Masa kerja dan lama paparan. Semakin lama waktu kerja seseorang,
maka semakin tinggi pula tingkat risiko dalam terjadinya gangguan faal paru.
Selain itu, juga menyatakan bahwa masa kerja menentukan lama kerja seseorang
terhadap faktor risiko terpapar debu, sehingga semakin besar masa kerja seseorang
maka semakin besar pula risiko terkena penyakit paru. Salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya gangguan faal paru pada pekerja yang terpapar debu
adalah lama kerja. Menurut penelitian pekerja dengan masa kerja 5-10 tahun
memiliki gangguan fungsi paru sebesar 89,29% dan yang lebih dari 10 tahun
sebesar 75%. Efek gangguan kesehatan yang ditimbulkan dapat terjadi dalam
jangka waktu tertentu, sehingga lama kerja dalam sehari belum tentu dapat
Ardam, 2015).
pengaruhnya dapat diketahui dalam waktu relatif lama. Hal ini menjelaskan
bahwa penyebab gangguan faal paru tidak dapat dilihat hanya dari lama kerja
sehari atau waktu pemajanan singkat, namun membutuhkan waktu yang relatif
lama. Faktor lain yang diduga kuat memiliki hubungan dengan terjadinya
gangguan faal paru pekerja adalah debu. Debu di lingkungan kerja diduga sebagai
faktor potensial dalam menimbulkan gangguan faal paru pekerja (Aunillah &
Ardam, 2015).
terpapar debu, sehingga semakin besar lama kerja seseorang maka semakin besar
pula risiko terkena penyakit paru (Suma‟mur, 2013). Menurut penelitian Aunillah
& Ardam (2015) Pekerja dengan lama paparan kurang dari 8 jam sehari lebih
sedikit yang mengalami gangguan fungsi paru, sedangkan pekerja dengan lama
paparan 8 jam sehari dan lebih dari 8 jam sehari ditemukan lebih banyak pekerja
yang mengalami gangguan fungsi paru dengan persentase yang tidak berbeda
jauh, yaitu 92,9% pekerja pada lama kerja 8 jam sehari dan 90% pekerja pada
Alat pelindung diri (APD). Pemakaian alat pelindung diri sangat penting
bagi pekerja untuk melindungi pekerja dari bahaya serta kecelakaan yang berada
di tempat kerja dimana APD bertujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Penggunaan APD merupakan alternatif terakhir yaitu
melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara
melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang
partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan. Adapun jenis-
Masker ini terbuat dari bahan filter, beberapa cocok untuk debu
berukuran pernapasan.
2. Separuh masker
Masker ini terbuat dari karet atau plastik yang dirancang untuk menutup
mulut dan hidung. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti.
Masker ini terbuat dari karet atau plastik yang dirancang untuk menutup
hidung, mulut dan mata. Cocok untuk menyaring debu, gas dan uap.
4. Masker berdaya
Masker ini terbuat dari karet atau plastik yang dirancang untuk menutup
pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam,asap, dan gas-gas berbahaya.
1. Chemical Respirator
Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel partikel zat padat,
debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi
dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan
kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak
terlalu kecil.
Debu tepung. Debu adalah suatu kumpulan yang terdiri dari berbagai
macam partikel padat di udara yang berukuran kasar dan tersebar, yang biasa
disebut dengan koloid. Debu umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dari
Proses pembuatan pakan ikan menghasilkan debu bahan baku yang berupa
tepung dan campuran lainnya. Apabila terpapar debu tepung (flour dust) secara
terus menerus maka akan mengakibatkan terjadinya penyakit asma akibat kerja.
Di Amerika, The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
memperkirakan bahwa angka kematian yang terkait dengan Penyakit Paru Akibat
Kerja (PAK Paru atau dalam publikasi internasional disebut sebagai Occupational
Lung Diseases/OLD) sekitar 70% dari total kematian akibat kerja. Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 30% dari penderita penyakit
(COPD) dan penderita asma dewasa, disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.
Lebih dari 20 juta pekerja di Amerika Serikat telah terpajan bahan material yang
memiliki ukuran 0,3 mg.m3 memiliki tingkat kefatalan kurang lebih 36 kasus
sedangkan debu yang memiliki ukuran 0,01 mg.m3 menyumbang angka kefatalan
seperti balon, dia akan mengembang ketika seseorang menarik nafas, dan
mengempis ketika seseorang mengeluarkan nafas. Racun dari asap rokok dapat
paru kronis. Hal ini sangat berbahaya, karena tidak ada pengobatan untuk
menanggulangi penyakit ini, dan kemudian seseorang akan perlahan mati karena
kanker paru. Menurut Mangesiha dan Bakele terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasan merokok dan gangguan saluran pernapasan. Dari penelitian yang
bahwa mereka yang mulai merokok pada umur kurang dari 15 tahun mempunyai
risiko menderita kanker paru 4-18 kali lebih tinggi dari pada yang tidak pernah
2-5 kali lebih tinggi dari pada yang tidak pernah merokok. Tenaga kerja yang
saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan
Indeks Brinkman
antaralama merokok dengan rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari. Jika
hasilnya kurang dari 200 dikatakan perokok ringan, jika hasilnya antara 200–599
dikatakan perokok sedang dan jika hasilnya lebih dari 600 dikatakan perokok
berat. Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap
perhari, maka derajat merokok akan semakin berat (Perhimpunan Dokter Paru
Landasan Teori
Mengacu pada teori Gordon & Le Rich (1950) bahwa proses terjadinya
penyakit disebabkan oleh adanya interaksi antara host atau manusia sebagai
penjamu, agent sebagai faktor penyebab penyakit dan faktor environment yang
mendukung.
Faktor Host:
Umur
Masa Kerja
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan
menggunaan APD
Faktor Agent:
Fungsi Paru
Kadar Debu Tepung
Faktor Environment:
Udara sebagai
perantara
Kerangka Konsep
Faktor Host:
Umur
Masa Kerja
`
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan
menggunaan APD
Fungsi Paru
Faktor Agent:
beberapa faktor:
a. Umur merupakan variabel yang penting dalam hal terjadinya gangguan fungsi
b. Masa kerja yaitu lamanya seseorang bekerja di pabrik tersebut. Semakin lama
waktu kerja seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat risiko dalam
c. Kebiasaan merokok, salah satu hal yang paling penting untuk di kontrol pada
merupakan salah satu polutan udara. Rokok merupakan unsur yang berperan
penting sebagai penyebab kanker paru pada perokok disebut tar hidrokarbon
aromatik.
kemampuan fungsi paru sehingga dengan digunakannya APD maka akan dapat
pakan ikan berasal dari bahan baku pakan ikan itu sendiri yaitu pada waktu
chains conveyor hingga pada proses packaging pakan ikan, kemudian pada
waktu pengemasan bahan jadi, dan kita telah mengetahui bahwa debu tidak
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara faktor host (umur, masa kerja, kebiasaan merokok,
penggunaan APD) dan faktor agent (kadar debu tepung) dengan fungsi paru pada
Jenis Penelitian
digunakan adalah desain penelitian cross sectional karena pada penelitian ini
variabel independen dan dependen diteliti dalam waktu yang relativ pendek dan
untuk mengetahui faktor yang memengaruhi fungsi paru pada pekerja bagian
Populasi. Populasi adalah seluruh tenaga kerja bagian produksi pakan ikan
berjumlah 30 orang
dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika
populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25%
42
Universitas Sumatera Utara
43
perhatian pada suatu penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
masa kerja, alat pelindung diri, kebiasaan merokok, dan kadar debu tepung bagian
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
fungsi paru.
Fungsi paru. Kondisi fungsi paru pekerja bagian produksi PT. Mabar
Feed yang dinilai dengan menggunakan kuesioner mengenai riwayat penyakit atau
gejala-gejala atau keluhan yang dirasakan pekerja. Fungsi paru tidak dapat diukur
Umur. Umur adalah usia pekerja industri pakan ikan sampai penelitian
Feed, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung dalam satuan
(tahun).
tidak mengalami perubahan secara kimia ataupun fisika dari bahan padatan
masker untuk melindungi area wajah terutama pada mulut dan hidung dari
asap rokok yang mengandung komponen gas dan partikel dapat merusak
kesehatan pekerja.
a. Perokok : mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6
Data primer. Data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data primer
pada penelitian ini diperoleh dari wawancara langsung dengan kuesioner serta
Data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor
PT. Mabar Feed Indonesia meliputi Profil Perusahaan dan Data debu total pada
bagian produksi pakan ikan yang berkaitan dengan faktor yang memengaruhi
Metode Pengukuran
penyakit yang dirasakan pekerja yang dikategorikan sebagai ada gangguan/ sakit
dan tidak ada gangguan/tidak sakit, karena alat spirometer saat ini belum bisa
sesak napas, nyeri dada, napas berat, dahak, dan mengi yang dinyatakan dengan
skor yaitu:
1. Ya diberi nilai = 1
(Sugiyono, 2016)
Kriteria penilaian:
2.Tidak ada gangguan jika pekerja tidak mengalami semua gejala dengan skor < 6
Skala: Ordinal
Skala: Nominal
berapa lama mereka bekerja di bagian produksi pakan ikan tersebut kemudian
Skala: Nominal
pekerja mengenai status merokok dan berapa jumlah rokok yang dikonsumsi dan
Skala: Nominal
pekerja penggunaan APD sewaktu bekerja apakah rutin digunakan atau tidak dan
3. Ya diberi nilai = 1
(Sugiyono, 2016)
Kriteria penilaian:
Skala: Ordinal
Pengukuran kadar Debu total tepung. Kadar debu total tepung adalah
berat debu tepung dalam mg/m3 di bagian produksi PT Mabar Feed yang di ukur
di 2 titik yaitu:
Data kadar debu total diambil dari data sekunder perusahaan. Nilai kadar debu
Skala pengukuran:
Skala: Nominal
hasil penelitian pada umumnya. Dalam analisis ini membuat distribusi dan
frekuensi dari tiap variabel. Analisis Univariat dalam penelitian ini meliputi hasil
membandingkan nilai α sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika pvalue
<0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan
variable dependen. Jika pvalue>0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna
hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Regresi logistik merupakan jenis
analisis multivariat dengan variabel dependen berjenis non metrik dan variabel
variabel bebas, jika nilai p<0,25 maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dalam
model multivariat.
dalam bidang industri pakan ternak, ikan dan hewan lainnya di Medan, Sumatera
Utara, Indonesia. PT mabar feed berawal dari perusahaan kecil dengan nama
negeri pada Agustus 1989. Produk utamanya adalah pakan ayam dan pakan ikan,
cukup signifikan. Mulai dari produksi awal 7.200 Ton pertahun, meningkat
menjadi 80.000 ton pada Tahun 2000. Seiring dengan pulihnya perkonomian
nasional maka volume penjualan juga meningkat menjadi 155.000 Ton sampai
dengan akhir tahun 2011, dan tahun 2012 penjualan sudah mencapai 190.000 Ton
Lokasi. Lokasi pabrik dan kantor berada di Jl. Rumah Potong hewan no.44
49
Universitas Sumatera Utara
50
produk yang berguna. Berikut merupakan proses produksi pakan ikan pada PT.
intake, yaitu tempat pemasukan bahan baku yang kemudian akan dialirkan
yang terdapat pada bahan baku. Pada saat bahan baku dimasukkan ke lubang
intake, debu timbul dan terhirup oleh pekerja sehingga pekerja mengalami
sesak nafas.
terpukul dan terlempar masuk ke ayakan yang terpasang sepanjang sisi pisau
yang berputar. Bahan yang masuk akan diputar dengan hembusan angin
berkecepatan tinggi dan akan membentur mata pisau sehingga bahan akan
hancur dan menjadi tepung. Bahan baku yang sudah halus akan diteruskan ke
ayakan lalu dimasukkan ke bin bahan halus. Pada tahap ini, pekerja tidak
dapat dilakukan pengadukan pada mixer 2 dan mixer 3, sedangkan pakan ikan
terapung (floating) hanya dapat diaduk pada mixer 3 saja. Bahan yang sudah
Pada tahap ini terdapat pekerja pada lantai 4 sekali sekali datang
memberikan vitamin karena tidak setiap saat pemberian vitamin, hanya dilakukan
pada saat pencampuran bahan baku. Pada pakan ikan tenggelam (sinking),
pencampuran minyak ikan yang dialirkan melalui pipa kecil, sampai tercampur
d) Pembentukan. Ada dua proses pembentukan pakan ikan pada PT. Mabar Feed,
yaitu:
pengayakan untuk memisahkan debu yang tedapat pada pakan. Debu dari hasil
pembentukan ulang.
per netto produk jadi ditimbang secara otomatis 50 Kg untuk pakan ikan
teggelam dan 30 Kg untuk pakan ikan terapung yang masuk ke dalam karung
Analisis Univariat
selama bekerja di bagian produksi pakan ikan. Dari variabel fungsi paru, sebagian
besar responden (24 pekerja) menjawab “iya” pada pertanyaan gejala penurunan
fungsi paru yaitu berupa gejala batuk berdahak, suara napas berbunyi mengi,
ada gangguan”. Persentase fungsi paru pada pekerja bagian produksi PT. Mabar
Feed Indonesia yang berjumlah 30 orang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Distribusi Proporsi Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi PT. Mabar Feed
Indonesia
Fungsi Paru n %
Ada gangguan 21 70
Tidak ada gangguan 9 30
pekerja bagian produksi PT Mabar Feed Indonesia meliputi umur, masa kerja,
kebiasaan merokok, dan penggunaan APD dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Distribusi Proporsi Faktor Host pada Pekerja Bagian Produksi PT. Mabar Feed
Indonesia
Faktor Host n %
Umur
> 37 tahun 11 36,7
≤ 37 tahun 19 63,3
Masa Kerja
> 7 tahun 14 46,7
≤ 7 tahun 16 53,3
Kebiasaan Merokok
Perokok 25 63,3
Bukan Perokok 5 36,7
Penggunaan APD
Buruk 21 70
Baik 9 30
tinggi pekerja yang memiliki umur > 37 tahun yaitu sebanyak 11 pekerja dengan
19 pekerja dengan persentase 63,3%. Proporsi masa kerja lebih tinggi pekerja
yang bekerja > 7 tahun yaitu sebanyak 14 pekerja dengan persentase 46,7%
persentase 36,7%. Proporsi penggunaan APD lebih tinggi pekerja yang buruk
Distribusi proporsi faktor agent. Faktor agent yaitu kadar debu total
pada bagian produksi pakan ikan PT Mabar Feed Indonesia yang diteliti di 2 titik
Tabel 3
Distribusi Proporsi Faktor Agent pada Bagian Produksi Pakan Ikan PT. Mabar
Feed Indonesia
pada titik 1 area penimbangan (batching) memiliki kadar debu diatas NAB Debu
Tabel 4
Distribusi Proporsi Faktor Agent dan Responden pada Bagian Produksi Pakan
Ikan PT. Mabar Feed Indonesia
mg/m3 dan pada area kerja pengemasan (packaging) terdapat 11 pekerja (36,7%)
Analisis Bivariat
distribusi sel-sel yang ada. Pada tahap selanjutnya dilihat apakah ada hubungan
antara variabel umur, masa kerja, kebiasaan merokok, penggunaan APD, dan
kadar debu tepung dengan fungsi paru. Untuk uji statistik yang di gunakan adalah
hubungan antara umur dengan fungsi paru dilakukan tabulasi silang dan uji
Tabel 5
Tabulasi Silang antara Umur dengan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi
PT. Mabar Feed Indonesia 2020
Fungsi Paru
Jumlah
Umur Ada gangguan Tidak ada gangguan P
n % n % n %
> 37 tahun 7 63,6 4 36,4 11 100
0,687
≤ 37 tahun 14 73,7 5 26,3 19 100
adanya gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square
menunjukkan nilai p = 0,687 > 0,25. Hal ini berarti variabel umur tidak signifikan
dengan fungsi paru sehingga variabel umur secara statistic tidak dapat dilanjutkan
ke multivariat.
Hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru. Hasil uji statistik
antara variabel dependen yaitu fungsi paru dengan variabel independen yaitu masa
Tabel 6
Tabulasi Silang antara Masa Kerja dengan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian
Produksi PT. Mabar Feed Indonesia 2020
Fungsi Paru
Jumlah
Masa Kerja Ada gangguan Tidak ada gangguan P
n % n % n %
> 7 tahun 10 71,4 4 28,6 14 100
1
≤ 7 tahun 11 68,8 5 31,3 16 100
adanya gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square
menunjukkan nilai p = 1 > 0,25. Hal ini berarti variabel masa kerja tidak
signifikan dengan fungsi paru sehingga variabel masa kerja secara statistik tidak
statistik antara variabel dependen yaitu fungsi paru dengan variabel independen
Tabel 7
Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Bagian Produksi PT. Mabar Feed Indonesia 2020
Fungsi Paru
Jumlah
Kebiasaan Merokok Ada gangguan Tidak ada gangguan P
n % n % n %
Perokok 20 80,0 5 20,0 25 100
0,019
Bukan Perokok 1 20,0 4 80,0 5 100
gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square
menunjukkan nilai p = 0,019 < 0,25. Hal ini berarti variabel kebiasaan merokok
statistik antara variabel dependen yaitu fungsi paru dengan variabel independen
Tabel 8
Tabulasi Silang antara Penggunaan APD dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Bagian Produksi PT. Mabar Feed Indonesia 2020
Fungsi Paru
Jumlah
Penggunaan APD Ada gangguan Tidak ada gangguan P
n % n % n %
Buruk 19 90,5 2 9,5 21 100
0,001
Baik 2 22,2 7 77,8 9 100
mengalami adanya gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menggunakan uji chi
square menunjukkan nilai p = 0,001 < 0,25. Hal ini berarti variabel penggunaan
APD signifikan dengan fungsi paru sehingga variabel penggunaan APD secara
Hubungan antara kadar debu tepung dengan fungsi paru. Hasil uji
statistik antara variabel dependen yaitu fungsi paru dengan variabel independen
Tabel 9
Tabulasi Silang antara Kadar Debu Tepung dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Bagian Produksi PT. Mabar Feed Indonesia 2020
Fungsi Paru
Tidak ada Jumlah
Kadar Debu Tepung Ada gangguan P
gangguan
n % n % n %
> 4 mg/m3 16 84,2 3 15,8 19 100
0,042
≤ 4 mg/m3 5 45,5 6 54,5 11 100
mg/m3 mengalami adanya gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menggunakan
uji chi square menunjukkan nilai p = 0,042 < 0,25. Hal ini berarti variabel kadar
debu tepung signifikan dengan fungsi paru sehingga variabel kadar debu tepung
Analisis Multivariat
faktor yang berpangaruh secara bermakna terhadap kejadian gangguan fungsi paru
Tabel 10
dependennya. Bila hasil bivariat mempunyai nilai p ≤ 0,25 maka variabel tersebut
dapat masuk model multivariat. Tabel diatas menunjukkan dari lima variabel yang
di teliti, hasil analisis secara bivariat menunjukkan tiga variabel yang dapat lanjut
ke dalam model multivariat yaitu dengan besarnya tingkat p value secara berurut
adalah debu tepung (0,042), kebiasaan merokok (0,019), dan penggunaan APD
(0,001).
Tabel 11
Variabel yang Berpengaruh terhadap Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi
PT. Mabar Feed Indonesia 2020
nilai p <0,05 sementara variabel lainnya menunjukkan nilai p>0,05. Hal ini berarti
signifikan terhadap variabel fungsi paru. Dari tabel diatas juga menunjukkan
bahwa nilai OR untuk variabel penggunaan APD adalah sebesar 15,8, angka ini
lebih tinggi dibandingkan nilai OR untuk variabel kebiasaan merokok sebesar 6,3
dan variabel kadar debu tepung yaitu sebesar 3,3. Hal ini juga menunjukkan faktor
fungsi paru pada pekerja bagian produksi PT Mabar Feed Indonesia Tahun 2020.
APD. Variabel tersebut dengan hasil p value 0,019 < 0,05 ini berarti secara
sama. Hal ini berarti bahwa pekerja yang buruk dalam penggunaan masker
berisiko untuk mengalami gangguan fungsi paru hampir 16 kali lebih besar jika
semua pekerja bagian produksi pakan ikan buruk dalam penggunaan APD, mereka
pelindung diri, namun ada juga yang menggunakan serbet sebagai pengganti
61
Universitas Sumatera Utara
62
Pekerja merasa menggunakan masker berjenis kain tetra tersebut tidak berfungsi
tidak memberi perlindungan yang efektif. Penggunaan masker kain tidak efektif
dikarenakan masker yang digunakan sebagai alat pelindung diri tidak memenuhi
standar, yaitu terbuat dari kain dengan pori-pori 10 mikron, dimana partikel debu
terigu yang ukurannya lebih kecil dari 10 mikron masih dapat terhirup, debu yang
menempel pada kain tersebut dan hygiene individu yang kurang diperhatikan. Alat
mask. Pada respirator jenis ini, filter menangkap partikel dari udara dengan
Budi Utomo pada tahun 2005 dengan judul Faktor-faktor Risiko Penurunan
hasil 66,7% pekerja yang mempunyai kapasitas paru normal ternyata dalam
kapasitas paru.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Mengkidi pada
tahun 2006 dengan judul Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang
Budiono pada tahun 2007 dengan judul Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru
Pada Pekerja Pengecatan Mobil (Studi pada Bengkel Pengecatan Mobil di Kota
Semarang) dan Khumaidah pada tahun 2009 dengan judul Analisis faktor-faktor
yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja mebel PT Kota Jati
fungsi paru dan merupakan faktor protektif terhadap terjadinya gangguan fungsi
paru. Dimana gangguan paru yang dimaksud ditandai dengan adanya penurunan
fungsi paru.
buruk dalam penggunaan APD dimana 15 pekerja yang buruk dalam penggunaan
APD merupakan pekerja perokok yang berada di kadar debu tinggi mengalami
gangguan fungsi paru. Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh
partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk mereduksi
jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa penggunaan Alat Pelindung Diri sangat penting sebagai faktor protektif
meminimalkan jumlah paparan partikel debu yang dapat terhirup. Selain jumlah
paparan, ukuran partikel yang kemungkinan lolos dari masker menjadi kecil. Jika
ukuran partikel kurang dari 1μ, maka partikel debu yang masuk dapat keluar
kembali dengan gerakan brown. Selain itu dengan mekanisme pertahanan paru
berupa refleks batuk, yang dapat lebih kuat untuk mendorong sekresi ke saluran
pernafasan bagian atas, sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Selanjutnya bila
masih ada debu yang lolos, maka makrofag alveolar akan mengeluarkan ke
pembuluh limfe atau bronkiolus, dimana partikel tersebut akan dibuang oleh
eskalator muskosiliaris.
(dua) variabel yang tidak bermakna secara statistik (variabel not in the equation)
yaitu kebiasaan merokok dan kadar debu tepung, yang secara teori kedua variabel
tersebut merupakan faktor risiko yang kuat untuk terjadinya gangguan fungsi
gangguan fungsi paru pada pekerja. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Faidawati pada tahun 2003 dengan judul
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dan Asma Akibat Kerja menunjukkan hasil
bahwa paparan debu cat pada pekerja pengecatan mobil ditambah dengan
timbulnya gangguan fungsi paru. Hal ini disebabkan asap rokok akan
besar mereka merokok dengan Indeks Brinkman kategori 0-199 dengan klasifikasi
ini, maka hasil uji statistik multivariat tidak menunjukkan adanya pengaruh yang
Kadar debu tepung. Salah satu dampak negatif dari industri pakan ikan
adalah pencemaran udara oleh debu. Industri pakan ikan berpotensi menimbulkan
kontaminasi di udara berupa debu. Debu merupakan limbah utama dari pabrik
pakan ikan. Debu yang dihasilkan oleh kegiatan industri pakan ikan terdiri dari
debu yang dihasilkan pada bagian produksi pada waktu penimbangan (batching)
bahan baku dan pengemasan (packaging) pakan ikan. Bahan pencemar tersebut
Dari hasil penelitian di ketahui bahwa kadar debu pada area kerja batching
5,9870 mg/m3. Diketahui dari 19 responden yang bekerja di area kadar debu
kadar debu > 4 mg/m3 mengalami adanya gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik
menggunakan uji chi square menunjukkan nilai p = 0,042. Pekerja yang bekerja di
area kadar debu 5,987 mg/m3 yaitu 15 pekerja perokok yang buruk dalam
penggunaan APD mengalami gangguan fungsi paru dan 1 pekerja perokok yang
dapat menyebabkan efek alergi dimana debu tepung merupakan debu organik
patologi dapat ditentukan melalui tes alergi sebagai penyakit akibat kerja pada
mukosilier dan fagositisis oleh makrofag. Otot polos sekitar jalan napas dapat
Variabel kadar debu tepung berhubungan dengan fungsi paru akan tetapi
dari hasil uji multivariat, variabel kadar debu tepung tidak berpengaruh terhadap
fungsi paru dengan p value 0,308. Tidak lolosnya variabel kadar debu tepung ke
dalam model akhir analisis multivariat dalam penelitian ini dapat dijelaskan
bahwa tidak semua pekerja yang bekerja > NAB mengalami gangguan fungsi
paru. Hal ini disebabkan karena adanya faktor individual, faktor allergen dan
faktor penyerta potensial seperti umur, etnis, kebiasaan merokok. Salah satu faktor
yang paling sulit diukur disini adalah kerentanan dari individu. Seseorang akan
terekspose debu di lingkungan kerja dengan konsentrasi yang sama dan durasi
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak
Kesimpulan
ikan PT. Mabar Feed Indonesia Tahun 2020 adalah sebagai berikut:
2. Persentase tertinggi untuk faktor host yaitu pekerja yang buruk dalam
penggunaan APD pada bagian produksi PT Mabar Feed Indonesia yaitu sebesar
70%.
3. Persentase tertinggi untuk faktor agent pada pekerja bagian produksi PT Mabar
Feed Indonesia dengan kadar debu tepung total di lingkungan kerja memiliki
4. Ditemukan bahwa faktor host yaitu kebiasaan merokok (p value 0,019) dan
penggunaan APD (p value 0,001) serta faktor agent yaitu kadar debu tepung (p
value 0,042) di lingkungan kerja yang signifikan terhadap fungsi paru pekerja
Indonesia. Selain itu ditemukan juga bahwa faktor host yang meliputi
68
Universitas Sumatera Utara
69
terjadinya gangguan fungsi paru pada pekerja bagian produksi PT Mabar Feed
Indonesia
Saran
pada pekerja, agar dapat mengurangi angka kejadian gangguan fungsi paru.
mengalami gangguan fungsi paru (70%), maka disarankan agar instansi terkait
yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan dan Lingkungan Hidup agar
dengan menyediakan Alat Pelindung Diri yang berjenis disposable dust mask
Antarudin. (2003). Pengaruh debu padi pada faal paru pekerja kilang padi yang
merokok dan tidak merokok (Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru,
FK USU). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6409
Aunillah, K. dan Ardam, Y. (2015). Hubungan paparan debu dan lama paparan
dengan gangguan faal paru pekerja overhaul power plant. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health, 4. Doi http://dx.doi.org/
10.20473/ijosh.v4i2.2015.155-166
Bakhtiar, A. dan Irviana, R. (2017). Faal paru dinamis. Jurnal Respirasi, 3. Doi
http://dx.doi.org/10.20473/jr.v3-I.3.2017.89-96
Barrett, L., Barman, K., Boitano, S., Brooks, S., & Heddwen. (2016). Ganong’s
review of medical physiology. United State Of America: Medic.
Buchari. (2007). Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Budiono, I. (2007). Faktor risiko gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan
mobil di Kota Semarang (Tesis, Epidemiologi UNDIP). Semarang.
Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/17854/
BSN. (2009). Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara di tempat kerja (SNI
19-0232-2005). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Danusantoso, H. (2012). Buku saku ilmu penyakit paru (Ed. 2). Jakarta: EGC.
Darmawan, A. (2013). Penyakit sistem respirasi akibat kerja. JMJ, 1. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/71507-ID-penyakit-sistem-
respirasi-akibat-kerja.pdf
70
Universitas Sumatera Utara
71
Endra, F., Noerwahjono, A., dan Nurridha, A. (2018). Analisis lingkungan kerja
dan karakteristik pekerja terhadap faal paru pekerja industri papan semen
rata (studi kasus di PT “X” Malang). Herb-Medicine Journal, 1. Diakses
dari https://www.researchgate.net/publication/334255169_Analisis_
Lingkungan_Kerja_dan_Karakteristik_Pekerja_Terhadap_Faal_Paru_Peke
rja_Industri_Papan_Semen_Rata_Studi_Kasus_di_PT_X_Malang/link/5d9
a93ee458515c1d39c43b8/download
Faidawati, R. (2003). Penyakit paru obstruktif kronik dan asma akibat kerja.
Journal of the Indonesia Association of Pulmonologist.
Gold, D., Xiaobin, W., Wypij, D. (2005). Effect of cigarette smoking on lung
function in adolescent boys and girls. NEJM, 335(13).
Guyton, A. dan Hall, J. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran (edisi 9). Jakarta:
EGC Kedokteran.
Ikhsan, M. (2009). Dalam Bunga Rampai Penyakit Paru Kerja dan Lingkungan.
(Seri 1). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
ILO. (2013). Health and safety in work place for productivity. Geneva:
International Labour Office.
Lung Health Institute. (2019, 5 Juli). Restrictive Lung Disease: Facts You Need to
Know. Diakses pada 20 Juli 2020, dari
https://lunginstitute.com/restrictive-lung-disease-facts/
Marcin, A. & Rogers, G. (2017, 23 Maret). Yellow, Brown, Green, and More:
What Does the Color of My Phlegm Mean?. Diakses pada 27 September
2020, dari https://www.healthline.com/health/green-phlegm
Sudrajad, M. dan Azizah, R. (2016). Gambaran status faal paru pekerja di Industri
penggilingan batu kapur di Kabupaten Tuban. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 8. Diakses dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:yu9ZOFRgNhIJ:
https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/download/8017/4751+&cd=1&hl=
ban&ct=clnk&gl=id
Work Safe BC. (2007, 4 Juni). Flour Dust. Diakses pada 20 Juli 2020 diakses dari
https://www.worksafebc.com/en/health-safety/hazards-exposures/flour-
dust
TAHUN 2020
I. PETUNJUK PENGISIAN
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
aktivitas
aktivitas berat
sesak
C. Riwayat Pekerjaan
Ya Tidak
Ya Tidak
5. Apakah selama anda bekerja di tempat tersebut pernah mengalami sakit pada
saluran pernafasan?
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
4. Jenis masker terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori yang kecil
Ya Tidak
Ya Tidak
E. Kebiasaan Merokok
Rumus: Indeks Brinkman (IB) = jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari
Kadar
No. Fungsi Masa Kebiasaan Penggunaan
Umur Debu
Responden Paru Kerja Merokok APD
Tepung
1 1 2 2 1 1 1
2 1 2 1 1 1 1
3 1 2 2 1 1 1
4 1 2 1 1 1 1
5 1 1 2 1 1 1
6 1 1 1 2 1 1
7 1 2 1 1 1 1
8 1 2 1 1 2 1
9 1 1 1 1 1 1
10 1 2 2 1 1 1
11 2 2 2 1 2 2
12 1 2 1 1 1 1
13 2 2 2 2 2 2
14 2 2 1 2 2 2
15 1 2 1 1 1 1
16 1 1 2 1 1 1
17 2 1 2 1 2 2
18 1 1 2 1 1 1
19 2 1 1 2 2 1
20 2 1 1 1 1 1
21 2 1 1 1 2 1
22 1 2 1 1 1 2
23 1 2 2 1 1 2
24 2 2 2 1 1 2
25 2 2 2 2 2 2
26 1 1 2 1 1 2
27 1 1 2 1 1 1
28 1 2 1 1 2 2
29 1 2 2 1 1 2
30 1 2 2 1 1 1
2. Master Data Jawaban Setiap Responden untuk Variabel Fungsi Paru
1. Ya diberi nilai = 1
Kriteria penilaian:
APD
3. Ya diberi nilai = 1
Kriteria penilaian:
12 1 0 0 1 1 3 Buruk
13 1 1 1 1 1 5 Baik
14 1 1 1 1 1 5 Baik
15 1 0 1 1 1 4 Buruk
16 1 0 0 1 1 3 Buruk
17 1 1 1 1 1 5 Baik
18 1 0 1 1 1 4 Buruk
19 1 1 1 1 1 5 Baik
20 1 0 0 1 1 3 Buruk
21 1 1 1 1 1 5 Baik
22 1 0 1 1 1 4 Buruk
23 1 0 0 1 1 3 Buruk
24 1 0 0 1 1 3 Buruk
25 1 1 1 1 1 5 Baik
26 1 0 0 1 1 3 Buruk
27 1 0 1 1 1 4 Buruk
28 1 1 1 1 1 5 Baik
29 1 0 0 1 1 3 Buruk
30 1 0 0 1 1 3 Buruk
Total
Menjawab 30 9 14 30 30
„Ya‟
Total
menjawab 0 21 16 0 0
„Tidak‟
1. Umur dan Masa Kerja Pekerja Bagian Produksi PT Mabar Feed Indonesia
2.Klasifikasi Perokok Pada Pekerja Bagian Produksi Pakan Ikan PT Mabar Feed
3. Median Umur dan Masa Kerja Pekerja Bagian Produksi PT Mabar Feed
Indonesia
Statistics
Umur Masakerja
N Valid 30 30
Missing 0 0
Median 37.00 7.00
9. Persentase Kadar Debu Tepung pada Pekerja Bagian Produksi PT Mabar Feed
Indonesia
Debu Tepung Lingkungan Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 4 mg/m3 19 63.3 63.3 63.3
=< 4 mg/m3 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
10. Uji Hubungan antara Umur dengan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian
Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Crosstab
Fungsi Paru Pekerja
ada gangguan tidak ada gangguan Total
Umur Pekerja > 37 tahun Count 7 4 11
% within 63.6% 36.4% 100.0%
Umur
Pekerja
<= 37 tahun Count 14 5 19
% within 73.7% 26.3% 100.0%
Umur
Pekerja
Total Count 21 9 30
% within 70.0% 30.0% 100.0%
Umur
Pekerja
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .335a 1 .563
Continuity Correctionb .027 1 .869
Likelihood Ratio .331 1 .565
Fisher's Exact Test .687 .429
Linear-by-Linear Association .324 1 .569
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.30.
b. Computed only for a 2x2 table
11. Uji Hubungan antara Masa Kerja dengan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian
Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Crosstab
Fungsi Paru Pekerja
ada gangguan tidak ada gangguan Total
Masa Kerja Pekerja > 7 tahun Count 10 4 14
% 71.4% 28.6% 100.0%
within
Masa
Kerja
Pekerja
<= 7 tahun Count 11 5 16
% 68.8% 31.3% 100.0%
within
Masa
Kerja
Pekerja
Total Count 21 9 30
% 70.0% 30.0% 100.0%
within
Masa
Kerja
Pekerja
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square .026a 1 .873
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .026 1 .873
Fisher's Exact Test 1.000 .596
Linear-by-Linear Association .025 1 .875
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.20.
b. Computed only for a 2x2 table
12. Uji Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Fungsi Paru pada
Pekerja Bagian Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Crosstab
Fungsi Paru Pekerja
tidak ada
ada gangguan gangguan Total
Kebiasaan Merokok perokok Count 20 5 25
% within 80.0% 20.0% 100.0%
Kebiasaan
Merokok
Total Count 21 9 30
% within 70.0% 30.0% 100.0%
Kebiasaan
Merokok
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.143a 1 .008
Continuity Correctionb 4.571 1 .033
Likelihood Ratio 6.628 1 .010
Fisher's Exact Test .019 .019
Linear-by-Linear 6.905 1 .009
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.
b. Computed only for a 2x2 table
13. Uji Hubungan antara Penggunaan APD dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Bagian Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Crosstab
Fungsi Paru Pekerja
tidak ada
ada gangguan gangguan Total
Penggunaan APD buruk Count 19 2 21
% within 90.5% 9.5% 100.0%
Penggunaan
APD
baik Count 2 7 9
% within 22.2% 77.8% 100.0%
Penggunaan
APD
Total Count 21 9 30
% within 70.0% 30.0% 100.0%
Penggunaan
APD
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.976a 1 .000
Continuity Correctionb 10.915 1 .001
Likelihood Ratio 13.908 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 13.510 1 .000
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.70.
b. Computed only for a 2x2 table
14. Uji Hubungan antara Kadar Debu Tepung dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Bagian Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Crosstab
Fungsi Paru Pekerja
ada tidak ada
gangguan gangguan Total
Debu Tepung Lingkungan Kerja > 4 mg/m3 Count 16 3 19
% within 84.2% 15.8% 100.0%
Debu Total
Lingkungan
Kerja
Total Count 21 9 30
% within 70.0% 30.0% 100.0%
Debu Total
Lingkungan
Kerja
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.983a 1 .026
b
Continuity Correction 3.308 1 .069
Likelihood Ratio 4.919 1 .027
Fisher's Exact Test .042 .035
Linear-by-Linear 4.817 1 .028
Association
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.30.
b. Computed only for a 2x2 table
15. Uji Pengaruh antara Variabel yang Berhubungan dengan Fungsi Paru pada
Pekerja Bagian Produksi PT Mabar Feed Indonesia
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a merokok 1.841 1.637 1.265 1 .261 6.303 .255 155.833
APD 2.762 1.179 5.484 1 .019 15.833 1.569 159.779
debu 1.198 1.176 1.038 1 .308 3.313 .331 33.204
Constant -8.587 3.013 8.124 1 .004 .000
a. Variable(s) entered on step 1: merokok, APD, debu.
Gambar 1. Pengemasan
Gambar 2. Penimbangan