SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Higiene
beserta seluruh isinya adalah benar karya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
ii
iii
ABSTRAK
Tempat penggilingan bakso adalah tempat penjualan jasa menggiling bakso yang
dimanfaatkan hampir 90% pedagang bakso di Kecamatan Tanjung Morawa untuk
efektivitas dan efisiensi pengolahan bakso. Pemakaian jasa yang tinggi dan belum
adanya penelitian yang menggambarkan higiene sanitasi tempat penggilingan
bakso ini menjadikan penulis tertarik untuk meneliti. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi tempat penggilingan bakso di pasar
tradisional tanjung morawa yaitu dari segi higiene perorangan pekerja, sanitasi
tempat, proses pengolahan, dan cemaran bakteri Salmonella sp. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dengan jumlah responden
sebanyak 28 orang yang terdiri dari 23 pekerja tempat penggilingan bakso dan 5
orang pedagang bakso bakar dengan kategori yang menggilingkan bakso mereka
di masing-masing tempat penggilingan tersebut . Penelitian ini dilakukan di pasar
tradisional kecamatan tanjung morawa dan balai veteriner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gambaran umum higiene sanitasi tempat penggilingan bakso
di pasar tradisional Kecamatan Tanjung Morawa termasuk dalam kategori sedang
(skor 45%-75%). Hal ini menunjukkan bahwa higiene sanitasi pada tempat
tersebut belum terlalu baik disebabkan karena kurangnya kedisiplinan dari pekerja
maupun pedagang dalam menerapkan higiene sanitasi makanan. Pemeriksaan
pada adonan bakso di laboratorium balai veteriner medan menghasilkan tes
negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa adonan bakso yang dihasilkan dari
tempat penggilingan bakso di pasar tradisional Kecamatan Tanjung Morawa aman
dari cemaran bakteri Salmonella sp. Penelitian ini menyarankan kepada Dinas
Kesehatan agar bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
melakukan pengawasan dan pembinaan secara berkala kepada pedagang dalam
hal penerapan higiene sanitasi lingkungan. Kepada para pekerja maupun pedagang
diharapkan agar lebih mendisiplinkan diri dalam menerapkan 6 prinsip higiene
pengolahan makanan agar makanan yang diolah terhindar dari kontaminasi.
iv
ABSTRACT
The place of meatballs grinding are a place to sell services to grind meatballs
who used by almost 90% of meatball traders in Tanjung Morawa sub-district for
the effectiveness and efficiency of processing for meatballs. The high utilization
of services and the absence of research who describing the sanitation of the
grinding of meatballs makes the writer interested in this research. The purpose of
this study was to determine the description of hygiene sanitation of meatball mills
in the traditional market of Tanjung Morawa in terms of personal hygiene of
workers, sanitation of places, processing, and contamination of Salmonella sp
bacteria. This research is a descriptive research with survei methode. Data
collection techniques in the study used in-depth interviews with 23 workers from
meatball mills and 5 merchant grilled meatballs as the respondents. This
research was conducted at the Traditional Market of Tanjung Morawa Subdistrict
and Veterinary Hall. The results showed that a general description of hygiene
sanitation at the grinding place meatballs in the traditional market in Tanjung
Morawa sub-district was in the medium category (score 45% -75%). This shows
that sanitation hygiene in these places has not been too good due to lack of
discipline from workers and traders in implementing of sanitation hygiene of food.
Test results on meatball dough in the field veterinary hall laboratory produced a
negative test so it can be concluded that the meatball mixture produced from the
meatball mill in the traditional market in Tanjung Morawa sub-district was safe
from contamination of Salmonella sp. This study suggested to the health
department to cooperate with the industry and trade offices to periodically
supervise and mentor traders in the implementation of environmental sanitation
hygiene. The workers and traders are expected to discipline themselves in
applying the 6 principles of food processing hygiene so that the processed food is
protected from contamination.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).
dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
besarnya kepada:
Sumatera Utara.
2. Prof. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S., selaku Dosen Penguji I yang telah
vi
6. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
arahan, masukan, kritik dan saran sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
dengan baik.
yang telah memberikan izin penelitian serta seluruh staf dan pegawai yang
10. Para responden yang telah banyak memberikan informasi untuk membantu
11. Terkhusus untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhammad
Hasan dan Ibunda Sri Dewi Khairani yang selalu sabar dan selalu
baik secara moril dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Serta abang tersayang, Hasri Agustira Ahmad dan istri yang
12. Untuk keluarga, sahabat, dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu
vii
penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu
pengetahuan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Tujuan Umum 8
Tujuan Khusus 8
Manfaat Penelitian 9
TINJAUAN PUSTAKA 10
Pengertian Higiene Sanitasi 10
Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan
( Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096
Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga ) 12
Persyaratan Teknis Higiene Sanitasi 12
Cara Pengolahan Makanan yang Baik 21
Makanan Jajanan 28
Bakso 29
Pengertian Bakso 29
Bahan Pembuatan Bakso 30
Peralatan 33
Mekanisme Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional 37
Bakso Bakar 39
Pengertian Bakso Bakar 39
Bahan Pembuatan Bakso Bakar 39
Peralatan 39
Mekanisme Pengolahan Bakso Bakar 40
Kontaminasi Makanan 42
Salmonella sp 43
Landasan Teori 46
Kerangka Konsep 49
ix
METODE PENELITIAN 51
Jenis Penelitian 51
Lokasi dan Waktu Penelitian 51
Lokasi Penelitian 51
Waktu Penelitian 52
Populasi dan Sampel Penelitian 52
Populasi Penelitian 52
Sampel Penelitian 52
Variabel dan Definisi Operasional 53
Variabel 53
Defenisi Operasional 53
Metode Pengumpulan Data 54
Data Primer 54
Data Sekunder 55
Metode Pengukuran 55
Tata Cara Penelitian 56
Wawancara 56
Observasi 56
Teknik Pengambilan Sampel Adonan Bakso 56
Prosedur Pemeriksaan 57
Metode Analisis Data 60
HASIL PENELITIAN 61
Gambaran Umum Daerah Penelitian 61
Letak dan Geografis Kecamatan Tanjung Morawa 61
Tempat Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional
Kecamatan Tanjung Morawa 62
Hasil Penelitian 63
Responden 63
Karakteristik 64
Higiene Peorangan 65
Higiene Sanitasi Tempat 73
Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional Kecamatan
Tanjung Morawa 73
Proses Pengolahan 82
Hasil pemeriksaan Bakteri Salmonella sp 85
Adonan Bakso Sebelum Direbus 85
Adonan Bakso Sesudah Direbus 85
PEMBAHASAN 87
Responden 87
Karakteristik 87
Higiene Perorangan 89
Higiene Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional 91
Proses Pengolahan 93
Proses Pengolahan Adonan Bakso di Tempat
Penggilingan Bakso 93
Proses Pengolahan Bakso Bakar 97
Keberadaan Bakteri Salmonella sp pada Adonan Bakso 100
xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Suhu Penyimpanan Bahan Makanan 23
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
5 Kerangka Konsep 49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
10 Dokumentasi 124
xv
RIWAYAT HIDUP
1997 di Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. Beragama Islam, anak kedua
dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Muhammad Hasan dan Ibunda Sri
Dewi Khairani.
Tanjung Morawa pada tahun 2007-2011, dan pendidikan menengah atas di SMA
xvi
Pendahuluan
Latar Belakang
keseluruhan baik dari segi pemenuhan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
tidak dilakukan sesuai dengan prosedur dan standar kesehatan yang telah
bakso. Bakso merupakan makanan jajanan olahan daging (umumnya berasal dari
daging sapi, daging ayam, dan daging ikan) yang banyak digemari secara merata
oleh masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga produk ini
dapat sangat mudah ditemukan dipasaran, mulai dari pedagang bakso keliling
Wibowo maka dapat disimpulkan bahwa kualitas bakso sangat ditentukan oleh
kualitas bahan mentahnya terutama jenis dan mutu daging, macam tepung yang
daging, kesegaran dan jenis daging sangatlah mempengaruhi mutu dari bakso
tersebut. Oleh karena itu sebaiknya digunakan jenis daging yang baik dan bermutu
tinggi seperti jenis daging yang masih segar, berdaging tebal, dan tidak banyak
lemak. Kenyataannya, banyak pedagang bakso kecil yang tidak mengetahui atau
bagian tubuh daging ayam lain seperti leher dan kepala ayam untuk dicampurkan
dengan daging ayam yang kuantitasnya lebih sedikit untuk digiling bersamaan
demi menekan modal dan meraih keuntungan lebih banyak. Sebagian besar yang
melakukan hal tersebut adalah pedagang kecil makanan jajanan seperti bakso
bakar, bakso kojek, dan yang lainnya dimana makanan-makanan tersebut adalah
adanya kontaminasi yang berasal dari pekerja, peralatan, sampah, serangga, tikus,
dan faktor lingkungan seperti udara dan air. Kontaminasi tersebut dapat terjadi
apabila prinsip higiene dan sanitasi pengolahan makanan tidak diterapkan secara
tersebut pekerja adalah yang paling besar membawa pengaruh dalam proses
menghindarkan diri dari penyakit. Secara definisi higiene adalah upaya kesehatan
yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan
bahaya keracunan dan penyakit pada manusia (Depkes RI, 2004). Higiene dan
sanitasi adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lain karena
erat kaitannya sehingga apabila salah satu tidak ada, maka upaya penyehatan tidak
higienis dan sering terjadi adalah penyakit dengan gejala diare, gastrointestinal
karena makanan yang masuk kedalam tubuh bisa jadi mengandung toksin
mikroba tertentu, seperti peracunan makanan salah satunya adalah oleh bakteri
Salmonella sp. Penyakit tersebut dapat juga dikatakan food borne desease
menimbulkan infeksi pada manusia dan hewan baik domestik maupun hewan liar.
adalah organisme yang tangguh. Kuman ini tahan hidup di berbagai kondisi
lingkungan seperti keadaan dingin ataupun keadaan suhu yang agak panas.
Laporan dari negara luar salah satunya di Amerika Serikat menyatakan sekitar 1,4
juta kasus salmonellosis pada manusia dijumpai setiap tahunnya. Distribusi umur
bayi-bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun dan pada individu di atas 70 tahun
Infeksi oleh karena Salmonella sp dapat dibagi menjadi dua yaitu ; (1)
Infeksi non-tifoid (yang paling dominan adalah penyakit diare) ;(2) Demam tifoid
atau demam enterik yang disebabkan oleh Salmonella ser, typhi dan Salmonella
tercatat sebagai sebab utama infeksi karena makanan yang telah meningkat dan
dilaporkan sebesar 2.2% dari total 6760 penderita diare yang disurvei, terbanyak
pada anak-anak 1- 4 tahun dan di atas 14 tahun dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 6:4.
(WHO), Demam enterik atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid
diperkirakan telah dijumpai sekitar 16-17 juta kasus setiap tahunnya dengan
jumlah kematian sebesar 600.000 jiwa dan mayoritas dari kasus-kasus tifoid
padat, dan sanitasi serta sistem air bersih kurang memadai. Salah satu masalah
pembawa (carrier) kuman Tifes, yakni yang pernah menderita ataupun tidak
Reservoir terbaik dari bakteri ini salah satunya adalah daging. Berdasarkan
hasil penelitan Syarifah dan Novarieta (2015) tentang deteksi Salmonella sp pada
daging ayam dan sapi menyatakan bahwa daging ayam lebih rentan
menunjukkan bahwa daging sapi dan daging ayam yang dideteksi dari pasar
bakteri Salmonella sp pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional Makassar
Hasil penelitian dari Budiarso dan Belo (2009) tentang deteksi cemaran
Salmonella sp pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional wilayah Kota
Medan baru Kota Medan tahun 2016 yang menunjukkan bahwa dari 31 sampel
yang ditelitii terdapat 4 sampel yang positif tercemar bakteri Salmonella sp.
dari mulai mengolah bahan mentah sampai dengan proses perebusan. Namun,
untuk menghemat waktu dan tenaga tidak sedikit pedagang yang memanfaatkan
jasa tempat penggilingan bakso yang tersedia pada pasar tradisional di daerah
bakso yang berupa daging sapi, ayam, atau ikan menjadi adonan bakso. Bahan
mentah tersebut akan digiling bersama dengan campuran bahan pengisi seperti
menghasilkan adonan bakso yang siap untuk diolah ke tahap selanjutnya yaitu
dugaan bahwa proses penggilingan bakso yang dilakukan oleh jasa tempat
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bakso sebagian besar didapatkan
dari tempat yang sama dengan keadaan yang sama, maka bukan tidak mungkin
Morawa pada hari Rabu (28 Februari 2018) sampai dengan Minggu (04 Maret
yang tersedia dengan total jumlah pekerja kurang lebih 20 orang yang tersebar
pada setiap kios tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa pekerja di
tempat penggilingan pada saat bekerja. Daging yang diterima dari para pelanggan
proses pencampuran bahan pengisi dan bumbu pelengkap. Selain itu, para pekerja
yang didominasi oleh laki-laki tersebut juga rata-rata memiliki kebiasaan yang
kurang baik yaitu merokok ketika melakukan proses penggilingan bakso dan tidak
melakukan cuci tangan dengan cara yang baik yaitu menggunakan air mengalir
dan sabun melainkan hanya dengan mencelupkan tangan mereka pada sebuah
ember berisi air yang dipakai secara berulang-ulang dan beramai-ramai. Hal ini
bakteri khususnya Salmonella sp yang berasal dari bahan mentah daging ayam
maupun air bersih yang tidak higienis. Kios yang dijadikan tempat penggilingan
bakso juga terlihat kurang dijaga kebersihannya dapat diketahui dari banyaknya
tepung yang berserakan di atas meja hingga mengeras, lantai yang licin karena
genangan air, dan barang-barang yang berserakan yang terletak tidak sesuai pada
jumlah bakteri pada saat sebelum dan sesudah mengalami proses perebusan telah
dalam kategori aman atau tidak bagi kesehatan jika dikonsumsi konsumen.
Salmonella sp sebelum dan sesudah perebusan pada adonan bakso yang digiling
Perumusan Masalah
Tanjung Morawa dan ada atau tidaknya keberadaan bakteri Salmonella sp pada
adonan bakso yang telah digiling tersebut pada saat sebelum dan sesudah direbus
sehingga termasuk dalam kategori aman atau tidak aman bagi kesehatan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara
khusus.
Salmonella sp pada adonan bakso yang digiling di Pasar Tradisional saat sebelum
pada adonan bakso yang telah digiling dan untuk mengetahui keamanan
perebusan.
Manfaat Penelitian
kecamatan tanjung morawa, sebagai bahan masukan pihak terkait agar lebih
Tinjauan Pustaka
2000). Menurut pendapat lain, higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk
sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Higiene dan sanitasi
adalah suatu upaya untuk menghindarkan diri dari penyakit yang dalam
Penerapan higiene yang baik pada individu dapat diterapkan apabila tersedia
manusia yaitu (1) kandungan gizi yang menurun atau bahkan hilang karena rusak;
(2) makanan berperan sebagai vehicle (media penularan penyakit) dari beberapa
penyakit saluran alat cerna; (3) makanan mengandung toksin bakteri; (4) bahan
mengandung kontaminan bahan kimia toksik yang berbahaya bagi kesehatan yang
bahan toksik atau karsinogenik yang berasal dari bahan aditif untuk pengawet,
higiene dan sanitasi makanan yang meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang
pengolahan. Konsep dasar pengelolaan makanan sudah diatur oleh Depkes (2000)
melalui enam prinsip higiene sanitasi makanan yaitu : (1) Pemilihan Bahan
dimana pada bagian ini meliputi 3 hal yaitu peralatan, penjamah makanan, dan
8. Pencemaran lingkungan
Sanitasi Jasaboga )
dua yaitu persyaratan teknis higiene sanitasi dan cara pengolahan makanan yang
baik.
terdiri dari beberapa komponen yaitu bangunan, peralatan, air bersih, dan
drainase.
seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemar
A. Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta nomor
B. Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia tempat
C. Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi) tidak
kebersihannya.
Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan
3. Lantai pada tempat pengolahan makanan harus kedap air, rata, tidak retak,
B. Permukaan dinding yang selalu kena percikan air, dilapisi bahan kedap air
setinggi 2 (dua) meter dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan
bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan
berwarna terang.
Pintu dan jendela. Persyaratan pintu dan jendela yang harus dipenuhi
meliputi :
1. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan
2. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti
serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat
2. Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan intensitas
lantai.
4. Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter).
1. Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah karyawan yang
2. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2 m²)
Fasilitas sanitasi. Fasilitas sanitasi yang akan dinilai terbagi atas beberapa
komponen yaitu tempat cuci tangan, air bersih, jamban, peturasan , kamar mandi,
Tempat cuci tangan. Persyaratan tempat cuci tangan yang harus dipenuhi
yaitu :
1. Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan maupun
2. Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dekat
Air bersih. Air bersih dengan persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
jasaboga.
2. Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
dipenuhi yaitu :
higiene sanitasi.
1. Jasaboga harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang dilengkapi dengan air
kesehatan.
1 buah dengan jumlah pekerja 1-30 orang. Setiap ada penambahan karyawan
1. Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah
kering (anorganik).
2. Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan
sebagai berikut :
3. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus
70% selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80ºC -
4. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat
3. Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitis dan
menggunakan alat :
b. Penjepit makanan
c. Sendok garpu
a. Celemek / apron
b. Tutup rambut
a. Tidak merokok
c. Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos)
keperluannya
e. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah keluar
dari toilet/jamban
g. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar
tempat jasaboga
h. Tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau
i. Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan dan telah diolah
1. Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi, rambut, isi staples,
dan sebagainya dengan penglihatan secara seksama atau secara kasat mata.
E.coli 0 (nol)
untuk menilai kelaikan persyaratan teknis fisik yaitu bangunan, peralatan dan
ketenagaan serta persyaratan makanan dari cemaran kimia dan bakteriologis. Nilai
pemeriksaan ini dituangkan di dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara
pemeriksaan sampel/specimen.
1. Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam keadaan baik,
segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta sebaiknya
2. Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,
dengan bantuan mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaaan baik,
tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan tidak
berjamur.
2. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi
a. Makanan dikemas
4) Belum kadaluwarsa
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
2. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
3. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin
dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
Tabel 1
Suhu Penyimpanan Bahan Makanan
Jenis bahan Digunakan dalam waktu
makanan
3 hari atau 1 minggu atau 1 minggu atau
kurang kurang lebih
Daging, ikan, udang -5º s/d 0ºC -10º s/d -5ºC >-10ºC
dan olahannya
Telur, susu, dan 5º s/d 7ºC -5º s/d 0ºC >-5ºC
olahannnya
Sayur, buah, dan 10ºC 10ºC 10ºC
minuman
Tepung dan biji 25ºC atau suhu 25ºC atau suhu 25ºC atau suhu
ruang ruang ruang
Sumber : Permenkes no.1096 tahun 2011 tentang higiene sanitasi pengolahan
jasaboga
sebagai berikut :
bentuk dari bahan mentah menjadi makanan jadi / masak atau siap santap, dengan
makanan.
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan
a. Peralatan yang kontak dengan makanan harus terbuat dari bahan tara
berbahaya dan logam beracun, Telenan terbuat dari bahan selain kayu
yang kuat dan tidak melepas bahan beracun, serta perlengkapan lain
seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin harus bersih, kuat dan
pengembunan serta terpisah untuk setiap jenis makanan jadi / masak serta
c. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
d. Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Eschericia coli (E.coli) dan
kuman lainnya.
e. Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gumpal dan
mudah dibersihkan
yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan
prioritas.
7. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
90ºC agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan
ditetapkan, yaitu :
yang kering
lemari es.
keadaan panas
sebagai berikut :
berikut :
1. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
3. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida tidak boleh melebihi
4. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
5. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi
higienis.
d. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang
mencair (kondensasi)
f. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 60ºC atau tetap dingin pada suhu 40ºC.
1. Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik dan
3. Cara penyajian terdiri dari aneka ragam jenis tergantung dari pesanan
Makanan Jajanan
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk diual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso,
Bakso
Pengertian bakso. Bakso atau baso adalah jenis makanan berbentuk bola
daging yang biasanya terbuat dari campuran daging giling dan tepung tapioka .
makanan yang berbentuk bulat atau lainnya yang diperoleh dari campuran daging
ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati (serealia) dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain, serta bahan makanan yang diijinkan. Bakso
umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi
ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang.
pangan.
adalah daging segar. Daging menurut SNI-01-3947-1995 adalah urat daging yang
melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga
yang yang berasal dari hewan sehat pada saat dipotong (Dewan Standarisasi
ditentukan oleh kualitas bahan mentahnya terutama jenis dan mutu daging,
mutu dari bakso tersebut. Oleh karena itu, digunakan jenis daging yang baik dan
bermutu tinggi dengan ciri-ciri masih segar, berdaging tebal, dan tidak banyak
1. Tepung Terigu
2. Telur
3. Tepung Tapioka
1. Garam dapur
2. Merica
3. Bawang Putih
4. Penyedap Rasa
penambahan bahan ini adalah untuk mengikat air dalam adonan, sehingga terjadi
sifat elastis dalam adonan yang dapat menghasilkan tekstur bakso yang kenyal.
Pengenyal yang sering digunakan untuk pembuatan bakso terbagi atas dua bagian
alami karena berasal dari ekstrak rumput laut dimana sifat dari bahan adalah dapat
yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3, 6-
dan berserat tinggi, maka sangat baik bila digunakan untuk pengenyal bakso,
tetapi karena spesifikasi yang sangat beragam (dapat digunakan untu mie, es krim,
dispesifikasikan khusus untuk bakso. Pengenyal ini sangat baik dan sehat untuk
digunakan, namun karena terbuat dari bahan alami menjadikan harga jualnya
Food Grade sering di singkat STPP atau STP. Pengenyal berbentuk serbuk putih
bakso karena harganya cukup terjangkau. Menurut ahli pengolahan hasil ternak
penambahan STP dengan konsentrasi 0,1% sampai 0,2% saja sudah cukup bagus
1. Mixphos/Phospat Blend FG
Pengenyal bakso ini merupakan sebuah merek dagang yang sangat populer di
kalangan industri bakso. Pengenyal yang juga memiliki nama lain Phosmix
didapatkan baik dari produk lokal di Indonesia maupun dengan cara impor
dari luar negeri seperti Australia dan Thailand. Kualitas pengenyal bakso ini
tiga kali lipat lebih baik dari STPP sehingga harganya pun menjadi lebih
mahal.Kekurangan yang ada pada pengenyal STP seperti rasa agak pahit pun
maksimal pengenyal ini di dalam adonan adalah 0,2% dari berat total adonan.
2. Mix-Karagen
bagusdan dipakai pada adonan bakso konsentrasi 0,5 % samoai 1% dari berat
total adonan.
dalam pembuatan bakso, yaitu es batu. Es batu diperlukan sebagai pelarut pada
proses penggilingan bakso agar daging yang digiling dapat menyatu dengan ketiga
kelompok bahan di atas. Es batu juga berfungsi untuk menghindari kerusakan dan
penurunan kualitas protein daging akibat panas yang ditimbulkan dari gesekan
antara lain :
Mesin ini merupakan tahapan awal proses penggilingan bakso yang berfungsi
untuk memotong daging agar terpotong dengan ukuran yang lebih kecil.
Bagian dari mesin ini terdiri dari rumah grinder, skrew pendorong, pisau dan
plat grinder. Proses pemotongan daging menjadi potongan yang lebih kecil
dengan adanya mesin ini maka akan lebih mempermudah dan mempercepat
Kelebihan mesin ini antara lain memiliki ukuran yang minimalis dengan
harga yang lebih murah dari mesin giling otomatis. Hal ini cukup
pada ukuran dapur yang tidak terlalu luas. Namun, kekurangan dari mesin
juga ketelatenan pedagang dalam menjaga hasil daging yang telah digiling
tidak jatuh berceceran. Mesin ini tidak dapat bekerja secepat mesin
Kelebihan mesin giling daging jenis ini adalah lebih cepat dan efisien
giling manual. Kekurangan dari mesin ini adalah harga yang lebih mahal
Mesin ini merupakan tahapan kedua dari penggilingan bakso. Setelah daging
bahan tambahan pangan, dan es batu untuk digiling bersamaan didalam mesin
ini sehingga menghasilkan adonan bakso yang dapat dibentuk sesuai dengan
Mesin ini berfungsi untuk mencetak bakso sesuai dengan ukuran yang
yang mahal, mencetak bakso dengan menggunakan tangan dan alat sederhana
seperti sendok lebih sering dilakukan oleh para pedagang bakso. Pada tempat
pada tempat tersebut hanya menjual jasa penggilingan daging menjadi adonan
a. Pisau
b. Plastik pembungkus
proses penggilingan. Daging yang akan digiling dicuci di air yang bersih dan
mengalir untuk memastikan hilangnya bahan pencemar fisik seperti pasir, debu,
maupun darah yang berasal dari proses pemotongan ternak ketika diambil
dagingnya.
menggunakan mesin. Proses ini bertujuan memotong daging yang akan digiling
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar lebih mudah hancur pada proses
penggilingan.
pengisi dan bumbu pada daging yang akan digiling untuk dijadikan bakso harus
pengisi (tepung) adalah untuk 1 kg daging maka akan dicampur dengan 8 ons
tepung. Selain itu, bumbu (penyedap rasa) yang digunakan adalah 20 gram bumbu
dibutuhkan dalam suatu adonan adalah sekitar 10 – 15% dari berat daging, atau
bahkan sampai 30% dari berat daging. Es batu yang digunakan sebaiknya berasal
dari air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan agar lebih terjaga
kebersihannya.
mesin penggiling bakso dimana daging yang telah dicampur dengan bahan pengisi
daging yang akan digiling. Semakin banyak daging memenuhi wadah mesin
jumlah daging yang terlalu sedikit juga tidak efektif apabila digiling pada mesin
penggiling ini karena dapat menyebabkan daging yang digiling tidak tergiling
sempurna atau bahkan terlempar keluar mesin. Maka dari itu, pada tempat
telah digiling di timbang sesuai pesanan lalu dikemas ke dalam plastik bersih
Bakso Bakar
Pengertian bakso bakar. Bakso bakar adalah bakso yang diolesi bumbu
khusus dan dibakar langsung dan biasanya bumbu oles sebelum dibakar
merupakan salah satu yang menentukan enak atau tidaknya bakso bakar
(Wikipedia, 2014).
Adonan bakso siap pakai. Adonan bakso yang dipakai untuk pembuatan
bakso bakar adalah bahan mentah bakso berupa daging ayam yang telah
untuk selanjutnya siap mengalami proses perebusan agar menjadi matang. Adonan
ini bisa diperoleh dengan cara dibuat sendiri oleh pedagang namun sebagian besar
pemanggangan bakso.
pengolahan bakso bakar adalah saus, kecap, dan bumbu tambahan lain seperti
bumbu rendang atau kare yang dapat menghasilkan rasa lebih lezat dan bervariasi.
bakar meliputi panci untuk merebus, kuas untuk mengoles bumbu, tempat
kedalam wadah.
dalam mesin giling. Pada waktu penggilingan ditaburi tepung terigu supaya
mudah dicetak.
bulat-bulat dengan ukuran sedang dan ada pula yang dicetak dengan ukuran
besar.
5. Perebusan bakso dilakukan setelah bakso dicetak dan diangkat ketika bakso
telah matang yang ditandai dengan bakso yang mengapung di permukaan air
mendidih.
menghamat waktu dan tenaga sehingga dari kelima proses pembuatan tersebut
proses pembuatan bakso bakar oleh pedagang dimulai dari proses pencetakan
Pencetakan bakso. Proses ini dapat dilakukan melalui cara manual dengan
penyakit.
dengan suhu minimal 60ºC sampai dengan bakso mengambang dipermukaan air
mendidih.
telah ditusuk menyerupai sate selanjutnya siap untuk dijajakan oleh penjual
3. Proses pengemasan
Bakso bakar yang telah dibumbui dan melalui proses pemanggangan siap
Kontaminasi Makanan
agen dari sumber menuju populasi yang beresiko terkena penyakit. Makanan itu
manusia, yang juga memiliki struktur kimia, sering kali akibat dari proses
tercemar berbagai komponen bahan kimia yang tidak dikehendaki, baik bahan
Berbagai bahan asing ini memiliki potensi berbahaya bagi manusia apabila
manusia(Achmadi, 2011).
lebih lanjut seperti terjadinya penyakit infeksi alat cerna.Bakteri yang umumnya
sehingga menyebabkan penyakit pada tubuh manusia. Salah satu penyakit infeksi
alat cerna yang paling umum adalah Diare dan Demam tifoid yang disebabkan
Salmonella sp
1. Bentuk batang
2. Negatif-Gram
3. Tidak berspora
5. Tidak berkapsul
menimbulkan infeksi pada manusia dan hewan baik domestik maupun hewan liar.
bakteriemia dan septikimia. Bakteri salmonella akan mati pada suhu 60ºC selama
B. S.enteritidis
C. S.infantis
hewan, termasuk diantaranya hewan ternak dan ternak unggas, burung dan hewan
peliharaan; juga produk-produk hewan seperti daging, susu, dan telur. Transmisi
organisme ini pada manusia dapat terjadi melalui makanan atau minuman yang
ser.Typhi hanya mengenai manusia. Oleh karena itu, semua kasus-kasusu demam
tifoid dapat dilacak kembali sumbernya kepada orang lain yang menderita tifoid.
Umumnya tinja dan urine dari carrier atau penderita-penderita yang baru sembuh
dari infeksi akut adalah sumber penularan dari kuman ini. Transmisi dari infeksi
tifoid terjadi secara fekal – oral yaitu karena kontak tangan – mulut dengan materi
yang terkontaminasi tinja atau urine yang mengandung kuman Salmonella ser.
Typhi.
toksin yang bersifat neurotoksik, larut dalam air, dan labil terhadap pemanasan
serta oksigen. Menurut hasil percobaan yang dilakukan pada tikus, penyuntikan
toksin ini menimbulkan gejala kesulitan bernafas, diare sedang, dan stupor
(mendekati pingsan).
atau Paratyphi, yang telah dikenali untuk daerah-daerah yang endemik tifoid, di
antaranya adalah :
Gejala Klinis. Gejala klinis timbul setelah 6-72 jam infeksi (rata-rata 24-48
jam). Gejala awal biasanya berupa kelelahan, sakit kepala nyeri perut bagian atas,
muntah, diare, dan demam. Lama infeksi biasanya 3-4 hari, jarang lebih dari 1
dan elektrolit yang telah hilang bersama diare. Pemberian antibiotik justru tidak
sendi dan katup jantung buatan, anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain, serta
bayi atau pasien usia di atas 65 tahun. Pada kasus demikian diberikan
Landasan Teori
air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk
sembarangan.
manusia yaitu (1) kandungan gizi yang menurun atau bahkan hilang karena rusak;
penyakit saluran alat cerna; (3) makanan mengandung toksin bakteri; (4) bahan
mengandung kontaminan bahan kimia toksik yang berbahaya bagi kesehatan yang
bahan toksik atau karsinogenik yang berasal dari bahan aditif untuk pengawet,
melalui enam prinsip higiene sanitasi makanan yaitu : (1) Pemilihan Bahan
dimana pada bagian ini meliputi 3 hal yaitu peralatan, penjamah makanan, dan
higienis dan sering terjadi adalah penyakit dengan gejala diare, gastrointestinal
karena makanan yang masuk kedalam tubuh bisa jadi mengandung toksin
mikroba tertentu, seperti peracunan makanan salah satunya adalah oleh bakteri
Salmonella sp. Penyakit tersebut dapat juga dikatakan food borne desease
Reservoir terbaik dari bakteri ini salah satunya adalah daging. Berdasarkan
hasil penelitan Syarifah dan Novarieta (2015) tentang deteksi Salmonella sp pada
daging ayam dan sapi menyatakan bahwa daging ayam lebih rentan
menunjukkan bahwa daging sapi dan daging ayam yang dideteksi dari pasar
bakteri Salmonella sp pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional Makassar
Hasil penelitian dari Budiarso dan Belo (2009) tentang deteksi cemaran
Salmonella sp pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional wilayah Kota
Medan baru Kota Medan tahun 2016 yang menunjukkan bahwa dari 31 sampel
yang diteliti terdapat 4 sampel yang positif tercemar bakteri Salmonella sp.
dugaan bahwa proses penggilingan bakso yang dilakukan oleh jasa tempat
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bakso sebagian besar didapatkan
dari tempat yang sama dengan keadaan yang sama, maka bukan tidak mungkin
Kerangka Konsep
Sebelum
Pemeriksaan
Perebusan Aman /
Bakteri
Adonan Salmonella sp Tidak aman
Bakso (dengan acuan Sesudah dikonsumsi
SNI 7388 Perebusan
Tahun 2009 )
Memenuhi
Permenkes RI Syarat
Tempat Penggilingan No.1096 Tahun
Bakso di Pasar 2011 tentang
Tradisional Higiene Sanitasi
Jasaboga Tidak
Memenuhi
Syarat
Observasi Sanitasi
Tempat Penggiligan
Bakso dan Higiene
Perorangan Pekerja
berdasarkan Persyaratan
Higiene Sanitasi
Jasaboga
diteliti adalah adonan bakso dengan empat variabel penelitian yaitu higiene
mengacu kepada Permenkes RI No. 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga yang menghasilkan kesimpulan akhir yaitu memenuhi syarat atau tidak
adonan bakso yaitu sebelum perebusan dan sesudah perebusan dimana penarikan
kesimpulan mengacu kepada SNI 7388 Tahun 2009 yang menyatakan aman atau
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
sanitasi yang memenuhi syarat, seperti air bersih yang kurang tercukupi dan
memenuhi syarat, hingga tempat kerja yang terlihat kumuh dan tidak terjaga
kebersihannya.
Morawa yaitu berjumlah 5 tempat dengan jumlah total pekerja yaitu 23 orang
bakso diketahui melalui teknik total sampling, sedangkan pada pedagang bakso
bakar dan adonan bakso yang akan diuji menggunakan teknik probability
sampling. Sampel adonan bakso yang akan diuji keberadaan bakteri Salmonella sp
terbagi atas tiga bagian yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C. Sampel A
adonan bakso yang sudah mengalami perebusan namun belum mengalami proses
teknis higiene dan sanitasi yaitu bangunan, fasilitas sanitasi, peralatan, higiene
sebagai berikut :
1. Higiene adalah suatu upaya pencegahan yang dilakukan oleh subyek untuk
peralatan.
6. Adonan bakso adalah hasil dari proses penggilingan bahan mentah bakso
yang berupa daging menjadi bentuk adonan dengan campuran tepung dan
bumbu perasa.
9. Sampel B adalah Adonan bakso yang telah mengalami proses pembulatan dan
10. Sampel C adalah Bakso matang yang telah mengalami proses pembakaran.
Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga yang menjadi acuan untuk
13. SNI (Standar Nasional Indonesia) 7388 Tahun 2009 adalah standar tentang
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan yang menjadi acuan batas
14. Pasar Tradisional adalah Tempat yang menyediakan jasa penggilingan bakso
berkaitan dengan tujuan penelitian yang diperoleh dari buku dan literatur-literatur
yang mendukung.
Metode Pengukuran
diketahui :
pada kolom nilai dengan angka maksimum sebagaimana terdapat pada kolom
bobot . Nilai yang diberikan adalah angka satuan (bulat), untuk memudahkan
artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0 dan 1. Kolom bobot tertulis 3,
artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0,1,2, dan 3. Dalam kolom bobot
tertulis 5, artinya nilai yang dapat diberikan adalah 0,1,2,3,4, dan 5. Seluruh
75%
b. Terdapat Salmonella sp pada daging apabila hasil pengujian positif (+) per
25 gram sampel.
bakso untuk mendapatkan informasi atau data tentang kebiasaan bekerja yang
tempat tersebut.
1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti termos es, botol
sampel yang telah di sterilkan terlebih dahulu, keperluan alat tulis, dan lain-
lain
sampel
3. Ambil 25 gram adonan bakso khususnya untuk bakso bakar dari setiap tempat
menjadi dua bagian dan beri kode sampel. Kode 1 (satu) adalah untuk sampel
yang belum di bulatkan dan direbus, sementara kode 2(dua) adalah untuk
4. Tuliskan pada botol sampel tersebut nama, tempat pengambilan, waktu dan
tanggal pengambilan.
media Rambach.
Media dan reagen. Media dan reagen pada uji laboratorium ini meliputi :
2. LB (Lactose broth)
5. Iodine
1. Autoclave
3. Timbangan/balance
6. Tabung Reaksi
7. Petridish/cawan petri
8. Kawat ose
10. Mikropipet
12. Gunting
13. Stomacher
19. Erlenmeyer
2. Tambahkan 225 ml larutan Lactose Broth ke dalam kantong steril yang berisi
1. Ambil dua atau lebih koloni dengan jarum ose dari masing-masing media
2. Amati pada media XLDA koloni terlihat dengan atau tanpa titik mengkilap
1. Ambil koloni dengan jarum ose dari media XLDA, dan inokulasikan pada
2. Amati pada media Rambach, koloni terlihat berwarna merah muda apabila
penggilingan bakso diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi,
2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga ). Data yang diperoleh dari hasil
dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) 7388 Tahun 2009 yaitu negatif/25 kg.
Hasil Penelitian
Gambar 6. Sketsa peta Kecamatan Tanjung Morawa (sumber : bps deli serdang)
Morawa memiliki luas wilayah kurang lebih 13.175 Ha atau 131,75 Km² yang
terletak pada 03º30º sampai 11º60ºLU dan 98º46º sampai 103º83º BT. Kecamatan
Kota Medan.
Kecamatan ini terdiri dari 1 Kelurahan, 25 desa, 181 dusun, dan 5 lingkungan.
Kecamatan Tanjung Morawa memiliki tiga aliran sungai besar yaitu Sungai
Belumai, Sungai Batang Kuis dan Sungai Pulau Kemiri. Suhu udara rata-rata pada
kecamatan ini berkisar antara 23º-33º C dengan banyaknya curah hujan yaitu 3 – 4
mm. Jarak antara Kecamatan Tanjung Morawa dengan ibu kota kabupaten yaitu
Gambar 7. Kondisi jalan raya simpang kayu besar Kecamatan Tanjung Morawa
deli serdang sumatera utara. Pada pasar tradisional ini terdapat 5 tempat
penggilingan bakso adalah mulai dari pukul 05.00 - 11.00 wib. Konsumen yang
ingin menggilingkan bakso di tempat ini harus membawa sendiri bahan baku
pembuatan bakso yaitu daging dan bahan tambahan yang tidak disediakan di
tempat penggilingan bakso seperti daun sop atau wortel jika ingin dicampurkan
Hasil Penelitian
penelitian ini meliputi responden, higiene sanitasi tempat dan proses pengolahan.
Pekerja tempat penggilingan bakso dan pedagang bakso bakar. Kelompok pekerja
pedagang bakso bakar dipilih secara acak berdasarkan tempat penggilingan yang
mereka gunakan. Hasil yang dapat diketahui dari penelitian responden meliputi
Tabel 2
Distribusi Responden Pekerja Tempat Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional
Kecamatan Tanjung Morawa
Nama Tempat Lama Jumlah Persentase (%)
Penggilingan Beroperasi (n)
(tahun)
Anonim ( TPI ) 7 5 21,7
Artomoro ( TP II ) 20 6 26,1
Joko Solo ( TP III ) 6 4 17,4
Ceper ( TP IV ) 4 5 21,7
Anonim ( TP V ) 3 3 13,0
Total 23 100,0
Tabel 3
Distribusi Responden Pedagang Bakso Bakar berdasarkan Penggunaaan Jasa
Tempat Penggilingan Bakso di Pasar Tradisional Kecamatan Tanjung Morawa
Nama Responden Nama Tempat Jumlah
Penggilingan
Samin TP1 1
Ani Artomoro 1
Richa Joko Solo 1
Budi Ceper 1
Wiwik TP5 1
Total 5 5
maka dapat diketahui bahwa pada pekerja tempat penggilingan bakso didominasi
oleh responden berjenis kelamin laki-laki, umur pada kategori dewasa produktif,
tingkat pendidikan terakhir adalah sma dan lama waktu berjualan adalah >5 tahun.
adalah sma dengan lama waktu berjualan adalah 1-5 tahun dan >5tahun. Jumlah
berikut ini :
Tabel 4
Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Pekerja Tempat Pedagang
Penggilingan Bakso Bakso Bakar
n % n %
Kelompok Umur:
Remaja( 17-25) 7 30,3 1 20
Dewasa Produktif (26-45) 15 64,9 3 60
Dewasa Lansia (46-65) 1 4,8 1 20
Jenis Kelamin :
Laki – laki 22 95,7 2 40
Perempuan 1 4,3 3 60
Tingkat Pendidikan :
Kurang (Tidak Sekolah) 0 0 0 0
Rendah (SD/SMP) 10 43.5 1 20
Baik (SMA/PT) 13 56.5 4 80
Lama Berjualan :
<1 tahun 0 0 1 20
1-5 tahun 2 40 2 40
>5 tahun 3 60 2 40
1. Higiene perorangan baik, apabila nilai diperoleh >75% dari skor maksimal.
2. Higiene perorangan sedang, apabila nilai diperoleh 45% - 75% dari skor
maksimal.
3. Higiene perorangan buruk, apabila nilai diperoleh <45% dari skor maksimal.
penggilingan bakso dan pedagang bakso bakar yang dapat dilihat pada tabel 5 dan
tabel 6 maka dapat diketahui bahwa gambaran umum higiene perorangan kedua
kelompok responden tersebut berada dalam tingkatan sedang (nilai total 45% -
tertinggi pada tabel 4.5 yaitu pada kelompok tingkatan higiene perorangan
kategori sedang dengan jumlah 61% (14 orang) pada pekerja tempat penggilingan
Tabel 5
Distribusi Responden berdasarkan Higiene Perorangan Secara Umum
Nama Tempat Penggilingan Kode Responden Nilai Total
(30 atau 28)
n %
Anonim ( TP I) L1 20 67
L2 20 67
L3 20 67
L4 23 77
L5 20 67
PBL1 15 54
Artomoro (TP II) P1 22 73
L6 25 83
L7 18 60
L8 27 90
L9 18 60
L10 23 77
PBP2 17 61
Joko Solo (TP III) L11 25 83
L12 22 73
L13 18 60
L14 20 67
PBP3 15 54
Ceper (TP IV) L15 24 80
L16 21 70
L17 24 80
L18 24 80
L19 20 67
PBL4 19 68
(bersambung)
Tabel 5
Distribusi Responden berdasarkan Higiene Perorangan Secara Umum
Nama Tempat Penggilingan Kode Responden Nilai Total
(30 atau 28)
n %
Anonim ( TP V) L20 22 73
L21 20 67
L22 23 77
PBP5 20 71
Tabel 6
Distribusi Responden berdasarkan Tingkatan Higiene Perorangan
Tingkatan Higiene Pekerja Tempat Penggilingan Pedagang Bakso
Perorangan Bakso Bakar
n % n %
Baik ( >75% ) 9 39 0 0
Sedang (45% - 75%) 14 61 5 100
Buruk ( < 45% ) 0 0 0 0
Total 23 100 5 100
Tabel 7
Distribusi Responden Pekerja Tempat penggilingan Bakso berdasarkan Jawaban
Kuesioner Higiene Perorangan
Pernyataan Tidak Kadang Ya
Kadang
n % n % n %
Pekerja mengetahui tujuan 1 4,3 1 4,3 21 91,3
menjaga kebersihan diri saat
proses pengolahan
(bersambung)
Tabel 7
Distribusi Responden Pekerja Tempat penggilingan Bakso berdasarkan Jawaban
Kuesioner Higiene Perorangan
Pernyataan Tidak Kadang Ya
Kadang
n % n % n %
Pekerja mencuci daging 3 13 1 4,3 19 82,6
sebelum diolah
Pekerja mencuci tangan sebelum 0 0 7 30,4 16 69,6
bekerja
Pekerja mencuci tangan sebelum 2 8,7 16 69,6 5 21,7
mengemas hasil produksi ?
Pekerja memakai sarung tangan 22 95,7 1 4,3 0 0
ketika bekerja
Pekerja menggunakan masker 0 0 15 65,2 8 34,8
ketika bekerja
Pekerja menggunakan celemak 0 0 6 26.1 17 73,9
ketika bekerja
Celemek yang digunakan 0 0 0 0 23 100
pekerja dalam keadaan bersih
dan rutin dicuci
Pekerja menggunakan tutup 17 73,9 1 4,3 5 21,7
rambut ketika bekerja
Pekerja menggunakan sepatu 0 0 1 4,3 22 95,7
kedap air ketika bekerja
Pekerja bekerja sambil merokok 10 43,5 1 4,3 12 52,2
Pakaian yang dipakai pekerja 0 0 0 0 23 100
dicuci bersih setiap hari
Pekerja menggunakan perhiasan 22 95,7 0 0 1 4,3
pada saat bekerja
Pekerja memiliki kuku pendek 0 0 7 30,4 16 69,6
dan bersih saat melakukan
proses pengolahan makanan
Pekerja tetap bekerja bila 0 0 23 100 0 0
menderita penyakit kulit di
tangan
perorangan yang sudah tercapai dengan baik yaitu pekerja memahami tujuan
daging dicuci sebelum diolah (82,6%), penggunaan sepatu kedap air saat bekerja
( 95,7%), dan pekerja yang telah mengakui bahwa celemek dan pakaian kerja
(sedang) karena telah dilakukan oleh para pekerja dengan jumlah 45-75% adalah
pengolahan (73,9%), dan pekerja memiliki kuku pendek dan bersih (69,6%).
Celemek yang digunakan para pekerja beraneka ragam bentuknya, mulai dari
celemek yang berbentuk standar seperti yang dijual di pasaran sampai dengan
emanfaatkan plastik kaca atau plastik meteran yang dibuat dengan tali sehingga
besar pekerja tempat penggilingan bakso adalah bekerja sambil merokok (56,6%),
tidak menggunakan tutup rambut saat bekerja (73,9%.), serta tidak menggunakan
sarung tangan saat bekerja (95,7%). Kefektifan bekerja menjadi alasan klasik para
yang digunakan dapat menyangkut pada mesin penggiling dan pencampur adonan
tangan pekerja dengan adonan bakso. Jenis sarung tangan dapat disesuaikan agar
pemakaian sarung tangan hanya berfokus pada pekerja yang bertugas mengaduk
adonan pada mesin pencampur, pekerja dengan tugas lainnya pada tempat
pekerja tempat penggilingan bakso adalah penggunaan masker. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah pekerja yang menggunakan masker secara rutin hanya sebesar
tidak secara terus menerus ketika bekerja melainkan lebih sering hanya tergantung
di leher atau bahkan lupa digunakan kembali ketika selesai beristirahat di tengah
proses bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pekerja tempat
kulit di tangan. Hal ini dibuktikan dengan seluruh pekerja mengakui bahwa
mereka lebih sering mengabaikan luka ditangan dan tetap melakukan proses
plester dan tetap ikut bekerja. Cara lain yang dilakukan pekerja untuk
mengantisipasi semakin parahnya luka adalah dengan cara menukar posisi kerja
bakar dapat diketahui dengan melihat hasil jawaban kuesioner higiene perorangan
yang telah disesuaikan dengan persyaratan penjamah makanan yang terdapat pada
Tabel 8
Distribusi Responden Pedagang Bakso Bakar berdasarkan Jawaban Kuesioner
Higiene Perorangan
Pernyataan Tidak Kadang Ya
Kadang
n % n % n %
Pedagang mengetahui tujuan 0 0 2 40 3 60
menjaga kebersihan diri saat
proses pengolahan
Pedagang mengetahui 0 0 1 20 4 80
pentingnya tujuan mencuci
tangan sebelum bekerja
Pedagang mencuci tangan 0 0 1 20 4 80
sebelum bekerja
Pedagang mencuci tangan 0 0 0 0 5 100
sebelum memperlakukan hasil
produksi
Pedagang memakai sarung 4 80 0 0 1 20
tangan ketika bekerja
Pedagang menggunakan masker 4 80 1 20 0 0
ketika bekerja
Pedagang menggunakan 1 20 4 80 0 0
celemak ketika bekerja
Celemek yang digunakan 0 0 1 20 4 80
pedagang dalam keadaan bersih
dan rutin dicuci
Pedagang menggunakan tutup 3 60 2 40 0 0
rambut ketika bekerja
(bersambung)
Tabel 8
Distribusi Responden Pedagang Bakso Bakar berdasarkan Jawaban Kuesioner
Higiene Perorangan
Pernyataan Tidak Kadang Ya
Kadang
n % n % n %
Pedagang bekerja sambil 3 60 1 20 1 20
merokok
Peralatan yang dipakai 0 0 0 0 5 100
pedagang berjualan dibersihkan
setiap hari
Apakah pedagang menggunakan 3 60 1 20 1 20
perhiasan pada saat bekerja
Kuku pedagang pendek dan 1 20 3 60 1 20
bersih daat melakukan proses
pengolahan makanan
Pedagang tetap bekerja bila 0 0 5 100 0 0
menderita penyakit kulit di
tangan
dengan baik adalah pedagang yang telah memahami tujuan menjaga kebersihan
diri (60%), pedagang mencuci tangan sebelum bekerja khususnya pada saat
yang dicuci minimal sehari sekali (80%), dan pedagang telah secara rutin
bakar (100%).
(sedang) karena telah dilakukan oleh para pedagang dengan jumlah 45-75%
adalah sebagian besar pedagang tidak memiliki kebiasaan merokok sambil bekerja
(20%). Sebagian besar pedagang tidak menggunakan perhiasan pada saat bekerja
(60%), penggunaan celemek saat bekerja (60%), serta pekerja telah memiliki kuku
adalah tidak menggunakan sarung tangan dan masker pada saat proses pengolahan
(80%), tidak menggunakan penutup rambut saat mengolah makanan (60%), dan
pengolahan makanan.
Higiene sanitasi tempat. Higiene sanitasi tempat yang diteliti yaitu pada
morawa.
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan komponen penilaian yaitu
tersebut memiliki jumlah total penilaian sebanyak 60 poin dengan pembagian poin
adalah pada bangunan sebesar 21 poin, peralatan sebesar 26 poin, air bersih
sebesar 8 poin dan drainase sebesar 5 poin. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi peneliti yang dilakukan pada bulan Juni – Agustus tahun 2018 maka
Tabel 9
Distribusi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Penilaian Sanitasi Tempat
Penggilingan
Nama Tempat Bobot Penilaian Nilai Total
Penggilingan (60)
Bangunan Peralatan Air Bersih Drainase n %
(21) (26) (8) (5)
Anonim (TP I) 12 11 3 1 27 45
Artomoro 12 18 7 1 38 63
(TPII)
Joko Solo 14 17 6 4 41 68
(TP III)
Ceper (TP IV) 16 22 7 0 45 75
Anonim (TP V) 11 16 2 0 29 48
dilihat pada tabel 9 maka dapat diketahui seluruh tempat penggilingan bakso di
sedang (total nilai sebesar 45% - 75%). Urutan tempat penggilingan yang
memiliki nilai tertinggi sampai dengan terendah untuk sanitasi tempat pengolahan
Jumlah tempat penggilingan bakso beserta persyaratan yang sudah atau belum
Tabel 10
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan
Bangunan
Uraian Hasil
Penilaian Bobot Nilai
Ya Tidak
n % n %
Tidak berdekatan dengan tempat sampah 3 60 2 40 1 3
umum dan WC umum.
Tabel 10
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan
Bangunan
Uraian Hasil Bobot Nilai
Penilaian
Ya Tidak
n % n %
Langit-langit memiliki tinggi 5 100 0 0 1 5
minimal 2,4 meter di atas lantai.
Pintu dan jendela tempat 0 0 5 100 2 0
penggilingan bakso dilengkapi
peralatan anti serangga/lalat seperti
kassa, tirai, dan pintu rangkap yang
dapat dibuka dan dipasang.
Pencahayaan pada tempat 5 100 0 0 1 5
penggilingan bakso minimal 200 lux
namun tidak boleh menimbulkan
silau.
Memiliki ventilasi dengan luas 0 0 5 100 1 0
minimal 20% dari luas lantai.
Luas lantai yang bebas dari peralatan 2 40 3 60 1 2
minimal 2 m² untuk setiap pekerja
tertera pada tabel 10 maka dapat diketahui beberapa persyaratan bangunan yang
penggilingan bakso memiliki konstruksi yang kuat, kokoh, aman dengan dinding
permukaan rata yang mudah dibersihkan dan berwarna terang. Seluruh bangunan
seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan dengan permukaan rata, mudah
dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. Pencahayaan pada tempat
penggilingan bakso juga telah mencukupi (minimal 200 lux) dan tidak
menimbulkan silau.
tempat penggilingan adalah tidak berdekatan dengan tempat sampah umum dan
wc umum (TP I,II, dan IV), memiliki papan nama perusahaan dan nomor izin
usaha (TP II dan III), memiliki halaman bersih yang tidak banyak lalat dan tidak
terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus (TP III dan
IV), tidak terdapat genangan air (TP III dan V), bersih secara fisik yang berarti
bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan (TP III
dan IV), memiliki luas lantai tempat penggilingan yang bebas dari peralatan
serangga/lalat dan memiliki ventilasi dengan luas minimal 20% dari luas lantai.
Tabel 11
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan
Peralatan
Uraian Hasil Bobot Nilai
Penilaian
Ya Tidak
n % n %
Meja kerja memiliki permukaan rata, 4 80 1 20 4 16
kemiringan cukup, memiliki sekat
pembatas, mudah dibersihkan, dengan
tinggi minimal 60 cm dari lantai dan
terbuat dari bahan tahan karat dan
bukan dari kayu.
Alas pemotong (talenan) tidak terbuat 3 60 2 40 4 12
dari bahan kayu, tidak mengandung
bahan beracun, kedap air, dan mudah
dibersihkan.
Tersedia tempat untuk pencucian 3 60 2 40 2 6
bahan pangan dan peralatan yan
terpisah.
Tersedia tempat cuci tangan yang 4 80 1 20 3 12
dilengkapi dengan sabun dan air
mengalir.
Tersedia tempat sampah yang terpisah 0 0 5 100 3 0
antara sampah kering dan basah yang
kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
Tempat penggilingan bebas vektor 0 0 5 100 1 0
penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa,
tikus, nyamuk.
Tersedia kamar mandi dan toilet 2 40 3 60 1 2
minimal 1 di dalam tempat kerja.
Perlindungan terhadap peralatan 5 100 0 0 4 20
dalam cara pembersihan,
penyimpanan, penggunaan dan
pemeliharaannya.
Proses pencucian melalui tahapan 5 100 0 0 4 20
mulai dari pembersihan, perendaman,
pencucian, dan pembilasan.
tertera pada tabel 11 maka dapat diketahui beberapa persyaratan peralatan yang
lantai dan terbuat dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu ( TP II, III, IV dan
V), tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air mengalir
( TP I, II, III, dan IV ), alas pemotong (talenan) tidak terbuat dari bahan kayu yang
tidak mengandung bahan beracun, kedap air, dan mudah dibersihkan ( TP II, IV,
dan V ), tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan yan terpisah
( TP II, III, dan IV ), tersedia kamar mandi dan toilet minimal 1 di dalam tempat
penggilingan antara lain adalah tersedia tempat sampah yang terpisah antara
sampah kering dan basah yang kedap air, tertutup yang mudah diangkat dan
penilaian air bersih diteliti dengan metode wawancara kepada pekerja dan
observasi tempat secara langsung. Sumber penggunaan air bersih yang digunakan
air bersih dilakukan dengan memperhatikan segi kualitas dan kuantitas sehingga
Tabel 12
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan Air
Bersih
Uraian Hasil Bobot Nilai
Penilaian
Ya Tidak
n % n %
Tersedia air bersih dengan jumlah 4 80 1 20 1 4
yang cukup setiap hari secara
berkesinambungan minimal 40 liter
per pedagang.
Kualitas air bersih yang tersedia 5 100 0 0 3 15
memenuhi persyaratan (tidak berasa,
tidak berwarna, dan tidak berbau).
Tersedia tandon air yang menjamin 3 60 2 40 2 6
kesinambungan ketersediaan air dan
dilengkapi dengan keran air yang
tidak bocor.
Jarak sumber air bersih dengan 2 40 3 60 1 2
pembuangan limbah minimal 10
meter.
Kualitas air bersih diperiksa setiap 6 0 0 5 100 1 0
bulan sekali.
tertera pada tabel 12 maka dapat diketahui kualitas air bersih yang tersedia di
Persyaratan air bersih lainnya yang telah dipenuhi oleh sebagian besar
tempat penggilingan bakso adalah tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup
setiap hari secara berkesinambungan minimal 40 liter per pedagang (kecuali TP I),
dilengkapi dengan keran air yang tidak bocor ( TP II, III,dan IV), Jarak sumber
air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter ( TP II dan IV). Dan
persyaratan air bersih yang belum terpenuhi oleh seluruh tempat penggilingan
penggilingan bakso berdasarkan persyaratan air bersih yang dapat dilihat pada
Tabel 13
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan
Drainase
Uraian Hasil Bobot Nilai
Penilaian
Ya Tidak
n % n %
Drainase pada depan kios tempat 0 0 5 100 1 0
penggilingan bakso tertutup dengan
kisi yang terbuat dari logam
sehingga mudah dibersihkan
Saluran drainase memiliki 3 60 2 40 1 3
kemiringan yang sesuai sehingga
dapat mencegah genangan air
(bersambung)
Tabel 13
Distribusi Sanitasi Tempat Penggilingan Bakso berdasarkan Persyaratan
Drainase
Uraian Hasil Bobot Nilai
Penilaian
Ya Tidak
n % n %
Memiliki SPAL tertutup dengan 1 20 4 80 2 2
kemiringan sesuai ketentuan yang
berlaku sehingga memudahkan aliran
limbah, serta tidak melewati area
penjualan
Tidak ada bangunan di atas saluran 1 20 4 80 1 1
drainase
tertera pada tabel 13 maka dapat diketahui persyaratan drainase yang telah
memiliki kemiringan yang sesuai sehingga dapat mencegah genangan air (kecuali
TP IV dan V). Persyaratan drainase lainnya yang hanya terpenuhi oleh satu dari
sesuai ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran limbah, serta tidak
melewati area penjualan ( TP III) dan Tidak ada bangunan di atas saluran drainase
( TP III ) .
penggilingan adalah drainase pada depan kios tempat penggilingan bakso tertutup
yang diatur pada Permenkes RI No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga yaitu :
higiene sanitasi makanan dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang tertera pada
bakar).
Tabel 14
Hasil Observasi Proses Penggilingan Bakso berdasarkan Jawaban Kuesioner
No Penilaian Ya Tidak
n % n %
Daging dicuci sebelum diolah 3 60 2 40
Tempat penggilingan menggunakan mesin 5 100 0 0
meat grinder (Penggiling Kasar)
Pisau yang digunakan pada pengolahan dalam 2 40 3 60
keadaan bersih dan tidak berkarat
Tepung yang digunakan sebagai bahan 5 100 0 0
pengisi terdaftar BPOM ?
Bahan penyedap (Bumbu) yang digunakan 5 100 0 0
terdaftar BPOM
(bersambung)
Tabel 14
Hasil Observasi Proses Penggilingan Bakso berdasarkan Jawaban Kuesioner
No Penilaian Ya Tidak
n % n %
Bahan penyedap (Bumbu) yang digunakan 5 100 0 0
terdaftar BPOM
Penggunaan es batu berasal dari bahan yang 0 0 5 100
aman
Adonan terhindar dari kontak tangan para 0 0 5 100
pekerja secara langsung saat proses
penggilingan
Penggunaan wadah berbeda untuk 2 40 3 60
menempatkan bahan mentah dan adonan
bakso yang telah digiling
Kebersihan tempat dan peralatan 1 20 4 80
penggilingan terjaga (bersih, barang tidak
berantakan, tepung tidak berserakan) saat
proses penggilingan
Mesin penggilingan dibersihkan setelah 5 100 0 0
proses penggilingan selesai
Penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP) 0 0 5 100
yang berbahaya ke dalam adonan bakso
(Contoh : Boraks)
Tabel 15
Hasil Observasi Proses Pengolahan Bakso Bakar berdasarkan Jawaban
Kuesioner
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Peralatan dalam keadaan bersih sebelum 5 100 0 0
digunakan
Penggunaan bantuan alat berupa sendok yang 1 20 4 80
bersih saat proses pembulatan bakso
Bakso direbus minimal dalam waktu 15 menit di 5 100 0 0
air mendidih
Adonan bakso bebas dari campuran bahan 5 100 0 0
tambahan pangan berbahaya
Bahan tambahan yang digunakan sebagai bumbu 5 100 0 0
terdaftar BPOM
(bersambung)
Tabel 15
Hasil Observasi Proses Pengolahan Bakso Bakar berdasarkan Jawaban
Kuesioner
Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Bakso yang telah selesai direbus mengalami 5 100 0 0
proses pendinginan sebelum ditempatkan ke
wadah penyimpanan
Waktu tunggu antara proses setelah perebusan 2 40 3 60
sampai proses pemanggangan <15 menit
Wadah penyimpanan bakso matang tidak terisi 2 40 3 60
sampai penuh
Tungku tempat pembakaran bakso bakar 5 100 0 0
dibersihkan setiap hari
Kuas yang digunakan untuk mengoles bumbu 5 100 0 0
dibersihkan setiap hari
Penggunaan kain lap di tempat penjualan 2 40 3 60
dilakukan secara berulang dan bercampur untuk
mengelap benda lain
merupakan hasil produksi yang berasal dari tempat penggilingan bakso dan masih
dalam bentuk adonan. Sampel adonan bakso tersebut telah diperiksa dan
dibagi atas dua kelompok yang diberi label B dan C.Sampel dengan Label B
adalah adonan bakso yang telah mengalami proses pembulatan dan perebusan
adalah adonan bakso B yang telah mengalami proses pembakaran. Sampel adonan
bakso dari kedua label tersebut yang berjumlah sepuluh sampel telah diperiksa
Pembahasan
Responden
penggilingan bakso maupun pedagang bakso bakar memiliki umur pada kelompok
Dewasa Produktif dan Pendidikan dengan kategori baik. Jumlah responden pada
kategori Dewasa produktif yaitu sebesar 64,9% (15 orang) pekerja di tempat
penggilingan bakso dan sebesar 60% (3 orang) pedagang bakso bakar. Jumlah
responden yang memiliki pendidikan kategori baik (SMA/PT) lebih tinggi yaitu
sebesar 56,5% (13 orang) untuk pekerja tempat penggilingan bakso dan 80% (4
nyata antara pendidikan dan pengetahuan. Mayoritas pekerja dan pedagang adalah
orang dewasa yang apabila dilihat dari umur dan tingkat pendidikan terakhir maka
95,7%. Sementara itu, pada kelompok pedagang bakso bakar yang diteliti
makanan yang dilaksanakan. Hal ini dibuktikan pada tempat penggilingan bakso
daripada yang tidak merokok dan tempat pengolahan makanan yang terlihat
waktu berjualan lebih dari 5 tahun sementara pada pedagang bakso bakar yang
diobservasi memiliki waktu berjualan antara 1-5 tahun. Waktu beoperasi atau
berjualan suatu tempat dagang dapat mempengaruhi baik atau buruknya tempat
konsumen (pelanggan).
paling lama beroperasi adalah pada Tempat Penggilingan bakso nomor 2 yang
penggilingan bakso ini mulai beroperasi pukul 04.30 – 11.30 wib. Berdasarkan
bakso, tempat ini merupakan salah satu tempat yang paling tidak pernah sepi
pelanggan bahkan lebih sering terlihat para pelanggan ramai menunggu antrian
langganan tetap, dan sudah mengetahui kualitas hasil produksi penggilingan dan
pasar yang sama. Tempat penggilingan yang terletak di tengah-tengah area pasar
tradisional kecamatan tanjung morawa ini baru beroperasi kurang lebih 3 tahun
bakso nomor 5 ini mulai beroperasi pukul 6 pagi dan sudah selesai beroperasi
sekitar pukul setengah 10 pagi. Pelanggan pada tempat ini pun belum terlalu
banyak dan hanya memiliki 3 orang pekerja saja. Meskipun demikian, lama atau
gambaran higiene perorangan para pekerja tempat penggilingan bakso yaitu pada
kategori sedang (61%), baik (39%) dan buruk (0%), sementara untuk kelompok
pedagang bakso bakar yang diteliti seluruhnya (100%) termasuk dalam kategori
sedang. Meskipun tidak ada responden yang termasuk dalam kategori buruk,
namun ada beberapa persyaratan yang belum dapat terpenuhi secara keseluruhan
oleh responden pada proses pengolahan makanan yaitu pemakaian sarung tangan,
celemek, masker, tutup rambut, kebiasaan merokok, dan tidak bekerja saat
tampak bersih baik kulitnya maupun pakaiannya. Pada tempat penggilingan bakso
para pekerja terlihat kurang dapat menjaga kebersihan yang dapat diketahui dari
pakaian maupun kulit tangan para pekerja yang sering terlihat kotor oleh tepung.
Hal ini membuktikan para pekerja belum dapat menghindari kebiasaan buruk
Persyaratan lain yang sama sekali belum terpenuhi pada pekerja tempat
penggilingan bakso adalah penggunaan sarung tangan, dimana ada sekitar 95,7%
pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan ketika bekerja. Hasil wawancara
efektif jika dipakai karena dapat mengganggu proses pengolahan dan sebagian
tangan yang diberikan kepada mereka. Hal ini menggambarkan bahwa para
apabila pekerja menderita luka maka luka tersebut harus ditutup dengan plester
dengan tempat sampah umum, tidak memiliki halaman yang bersih, tempat
penggilingan belum bebas dari genangan air, tempat kurang bersih secara fisik
yang ditunjukkan dengan dinding dan meja yang kotor oleh tepung dengan
peralatan yang terletak sembarangan, pintu dan jendela tidak dilengkapi peralatan
anti serangga/lalat, dan belum memiliki ventilasi dengan luas minimal 20% dari
luas lantai.
karena bau yang tidak sedap maupun kontaminasi vektor seperti lalat yang berasal
dari tempat penampunan sampah umum. Hal ini lebih berpeluang terjadi didukung
dengan tidak tersedianya pintu dan jendela yang tidak dilengkapi dengan peralatan
anti serangga/lalat.
bahwa makanan yang sudah dihinggapi oleh lalat lalu diteliti lebih lanjut,
hanya dalam waktu 15 menit, dan jumlah tersebut bertambah menjadi setengah
juta kuman dalam waktu satu jam, begitu seterusnya gambaran pertumbuhan
kuman pada makanan yang dihinggapi oleh lalat. Hal tersebut menjadi salah satu
alasan mengapa tempat pengolahan makanan tidak boleh berada dekat dengan
tempat sampah umum yang menjadi sumber kuman dan tempat favorit lalat.
Pada tempat penggilingan bakso yang diteliti, tempat juga terlihat kurang
terjadi kebersihannya. Hal ini dapat dilihat dari meja dan peralatan yang kotor
karena tepung, terdapat genangan air, sawang yang menggantung pada langit-
tempat tersebut menjadi tempat perindukan vektor seperti tikus dan kecoa. Pada
kios dengan luas kurang lebih 16-24 m² yang hanya memiliki satu pintu panjang
Namun, tempat tersebut tidak didukung dengan adanya ventilasi yang sesuai
dengan standar sehingga apabila dibandingkan antara luas tempat dengan jumlah
pekerja dan luas bagian ruangan yang bebas peralatan, sebagian besar tempat
sampah terpisah antara sampah basah dan kering, kualitas air bersih tidak
Proses Pengolahan
sanitasi makanan yang telah ditetapkan yaitu pemilihan bahan baku dasar
bakso maka akan dilanjutkan pada tahapan proses pengolahan bakso bakar.
pembuatan bakso berasal dari daging ayam, ikan, sapi dan sebagainya. Namun,
daging yang paling sering digunakan sebagai bahan baku dasar pembuatan bakso
adalah daging ayam, ikan dan sapi. Daging yang akan dijadikan bakso dibawa
sendiri oleh pelanggan dan biasanya masih dalam keadaan segar karena daging
tersebut baru dibeli dan langsung diantarkan ke tempat penggilingan bakso untuk
yang digunakan untuk membuat bakso yaitu bakso ikan. Tempat yang
menyediakan bahan baku daging ikan adalah tempat penggilingan II, III, dan IV
seperti kulkas, freezer, maupun kotak penampun ikan yang terisi dengan es balok
bakso). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti yang dilakukan pada
bulan Juli-Agustus tahun 2018 kepada pekerja pada tempat penggilingan bakso
yang terletak di pasar tradisional maka dapat diketahui proses penggilingan bakso
mesin giling bakso tipe K-5 yaitu mesin yang berfungsi untuk menggiling
air radiator, solar, dan mesin bagian dalam untuk memastikan semua
mesin tersebut.
2. Timbangan
3. Plastik
Alat bantu ini digunakan sebagai alat tambahan untuk mengaduk adonan yang
sedang digiling di dalam mesin. Alat yang digunakan bisa berupa piring
membuat adonan bakso antara lain tepung terigu, tepung sagu (tapioka), bawang
putih, dan bumbu tambahan pangan baik perasa maupun pengenyal bakso. Bumbu
merek yang sudah terdaftar oleh BPOM seperti Royco dan Probaso ( Pengenyal ).
dibedakan sesuai dengan jenis bakso yang akan akan dibuat antara lain sebagai
berikut :
tepung.
tepung.
tepung maupun bumbu tambahan sesuai dengan selera dan keinginan masing-
masing. Permintaan ukuran tepung yang lebih banyak daripada daging juga sering
dipesan konsumen dimana paling sering dilakukan oleh pedagang bakso kecil
sempat untuk mencuci terlebih dahulu. Tempat penggilingan bakso yang disiplin
penggilingan bakso yang ada di pasar tradisional kecamatan tanjung morawa yaitu
penggilingan bakso oleh mesin meat grinder. Daging yang telah dicuci dan
garam dan es batu yang berfungsi untuk mengikat adonan agar dapat tergiling dan
tercampur juga untuk menghindari timbulnya panas pada daging yang dapat
merusak tekstur daging. Langkah terakhir dari proses pencampuran ini adalah
dengan menambahkan tepung dan bahan tambahan lainnya yang telah ditakar
sebelumnya untuk kemudian adonan digiling dan dicampur pada mesin tersbut
kedalam plastik bersih sesuai ukuran banyaknya adonan dan selanjutnya siap
mentah berupa daging menjadi adonan bakso, peneliti juga ingin melihat dan
khususnya pedagang bakso bakar untuk melihat kesesuaian cara kerja pedagang
yaitu proses pembulatan dan perebusan. Proses pembulatan bakso dapat dilakukan
secara manual menggunakan tangan dan alat bantu atau dengan mesin. Namun,
sebagian besar pedagang lebih sering menggunakan tangan dan alat bantu untuk
membulatkan bakso karena hanya membuat bakso dengan jumlah skala kecil. Alat
bantu yang biasa digunakan untuk membentuk bulatan bakso adalah dua buah
sendok, tetapi tak jarang pedagang menggunakan tangan kosong secara langsung
mengalami proses perebusan minimal dalam waktu 15 menit pada suhu air
diobservasi tidak menggunakan alat bantu barupa dua buah sendok ketika
kontak langsung antara adonan bakso dengan kulit tangan pedagang ketika
ini penting, namun tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam keadaan terbuka
yang lama antara setelah proses pembuatan bakso selesai sampai dengan
Wadah tempat bakso disarankan agar tidak terisi penuh sampai mengenai tutup
wadah maupun kotak kaca tempat menjajakan bakso agar kualtias bakso dapat
terjaga secara fisik dan bakso terhindar dari kontaminasi tutup wadah yang secara
berulang-ulang terbuka dan tertutup. Hasil penelitin menunjukkan 60% (tiga dari
lima) pedagang kurang memeperhatikan metode yang baik saat mengisi bakso ke
wadah penjualan.
menggunakan kain lap tidak sesuai dengan fungsinya ketika melakukan proses
Berdasarkan hasil diatas maka dapat diketahui bahwa adonan bakso yang
melewati proses pengolahan tahap kedua oleh pedagang bakso bakar memiliki
saat proses pencetakan bakso, penyimpanan bakso matang yang terlalu lama di
tempat terbuka, pengangkutan bakso bakar, dan kontaminasi silang yang terjadi
akibat peralatan yang digunakan saat penyajian bakso bakar kepada konsumen
bahwa sampel adonan bakso yang terbagi atas 3 jenis dengan jumlah total
bahwa hal ini sesuai dengan gambaran umum higiene sanitasi tempat
kesehatan namun termasuk dalam kategori sanitasi sedang (nilai 45% - 75%) baik
kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang pekerja diikuti 9 orang pekerja yang
termasuk kategori baik. Sementara itu, pada pedagang bakso bakar yang
pada kategori sedang dengan urutan TP IV dengan skor tertinggi dan TP I dengan
skor terendah.
Bakteri Salmonella sp juga bersifat tidak dapat hidup pada suhu tinggi
yaitu apabila adanya proses pemanasan dengan suhu lebih dari 75ºC. Salah satu
perebusan. Proses ini juga dapat menyebabkan bakteri yang terdapat pada adonan
bakso khususnya jenis B dan C mati.Pada Adonan bakso jenis A yang belum
memiliki kebiasaan yang baik yaitu mencuci tangan sebelum proses pengolahan
dan pencucian bahan baku mentah sebelum diolah sehingga peluang terjadinya
kontaminasi semakin kecil. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menyatakan jumlah pekerja yang rutin mencuci tangan sebelum bekerja yaitu
Kesimpulan
menjadi adonan bakso, dan pengemasan hasil produksi berupa adonan bakso.
melalui jumlah pekerja dengan skor yang didapatkan dari hasil penilaian
perorangan sedang yaitu sebesar 61% (14 orang) dan 39% (9 orang) lainnya
berada dalam kategori baik. Beberapa persyaratan yang belum terpenuhi oleh
penggunaan sarung tangan, penggunaan masker yang tidak disiplin, dan sikap
dengan skor yang didapat berkisar antara 45-75%. Beberapa persyaratan yang
kecamatan tanjung morawa antara lain tidak bebas dari vektor dan tempat
memenuhi syarat, tidak ada pemeriksaan rutin air bersih setiap 6 bulan sekali,
morawa termasuk pada kategori sedang. Proses pengolahan bakso juga dapat
Saran
2. Bagi Dinas terkait dari dinas kesehatan dan dinas perindustrian perdagangan
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. (2011, Juli 29). Fungsi es pada adonan bakso. Diakses pada 21
Maret, 2018, dari http://www.bengkelbakso.com/p/tentang.html .
KUESIONER
HIGIENE SANITASI TEMPAT PENGGILINGAN BAKSO DAN
PEMERIKSAAN Salmonella sp PADA ADONAN BAKSO
DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN
2018
I. Identitas responden
1. No.Identitas :
2. Nama :
3. Nama Tempat :
c. Ya
10. Apakah Anda menggunakan sepatu kedap air ketika bekerja di tempat
penggilingan bakso ?
a. Tidak
b. Kadang- kadang
c. Ya
14. Apakah pada saat menangani proses penggilingan daging kuku anda
pendek dan bersih ?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya
15. Apakah Anda tetap bekerja melakukan proses penggilingan daging bila
menderita penyakit kulit di tangan ?
a. Tetap menangani proses penggilingan bakso
b. Kadang-kadang menangani proses penggilingan bakso
c. Tidak menangani proses penggilingan bakso
KUESIONER
HIGIENE SANITASI TEMPAT PENGGILINGAN BAKSO DAN
PEMERIKSAAN Salmonella sp PADA ADONAN BAKSO
DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN
2018
I. DATA UMUM
1. Nama Tempat :
2. Nama Pengelola :
3. Jumlah Pekerja :
sembarangan)
Memiliki dinding dengan
permukaan rata, mudah dibersihkan,
LEMBAR OBSERVASI
PROSES PENGGILINGAN BAKSO DI PASAR TRADISIONAL
KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2018
KUESIONER
HIGIENE SANITASI TEMPAT PENGGILINGAN BAKSO DAN
PEMERIKSAAN Salmonella sp PADA ADONAN BAKSO
DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN
2018
I. Identitas responden
1. No.Identitas :
2. Nama :
3. Nama Tempat Menggiling Bakso :
c. Ya
13. Apakah pada saat menangani proses pengolahan bakso bakar kuku
anda pendek dan bersih ?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya
LEMBAR OBSERVASI
PROSES PENGOLAHAN MAKANAN JAJANAN BAKSO BAKAR
Gambar Lampiran 1. Papan nama salah satu tempat penggilingan bakso di Pasar
Tradisional Tanjung Morawa.