Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP EFEK

NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI LOKASI


PENGOLAHAN EMAS DESA KRUENG KALEE
KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2018

TESIS

Oleh

RIZKI SRIMAULIA HARTATI


167032034

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RISK ANALYSIS OF MERCURY EXPOSURE ON
NEUROPSYCHOLOGICAL EFFECT IN THE GOLD
PROCESSING COMMUNITY AT KRUENG KALEE VILLAGE,
PASIE RAJA SUBDISTRICT, ACEH SELATAN REGENCY 2018

THESIS

By

RIZKI SRIMAULIA HARTATI


167032034

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP EFEK
NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI LOKASI
PENGOLAHAN EMAS DESA KRUENG KALEE
KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2018

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Lingkungan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIZKI SRIMAULIA HARTATI


167032034

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji

Pada tanggal : 27 September 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D


Anggota : 1. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M
2. Dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D
3. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP EFEK


NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI LOKASI
PENGOLAHAN EMAS DESA KRUENG KALEE
KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2018

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 27 September 2018

(Rizki Srimaulia Hartati)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Merkuri adalah logam berat yang secara alamiah terdapat di alam. Merkuri
dapat masuk dan mencemari lingkungan akibat aktivitas manusia salah satunya
melalui limbah tailing hasil pengolahan emas. Merkuri organik atau metil merkuri
dapat mencemari air sumur dan terakumulasi pada ikan. Efek metil merkuri terhadap
sistem saraf salah satunya adalah efek neuropsikologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko pajanan merkuri
terhadap efek neuropsikologis pada masyarakat sekitar industri pengolahan emas di
Desa Krueng Kalee, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Besar sampel dalam
penelitian ini berjumlah 95 orang. Analisis bivariat menggunakan uji Mann Whitney
dan uji korelasi Spearman. Analisis multivariat menggunakan uji regresi linier
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara kadar
merkuri pada air sumur, laju asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air
minum, kadar merkuri pada ikan, laju asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri
dari ikan dengan efek neuropsikologis dengan nilai p<0,005. Hasil analisis risiko
menunjukkan bahwa 10,53% responden berisiko terhadap pajanan merkuri dari air
dan 91,6% responden berisiko terhadap pajanan merkuri dari ikan.
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dari pajanan
merkuri terhadap efek neuropsikologis, oleh karena itu disarankan kepada
masyarakat, pengusaha, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk
melakukan pembatasan asupan air sumur dan ikan yang tercemar metil merkuri,
fitoremediasi dan penilaian risiko kesehatan lingkungan secara berkala.

Kata Kunci: Pencemaran, Merkuri, Analisis Risiko, Neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Mercury is a heavy metal that is naturally found in nature. Mercury can


contaminate the environment due to human activities, one of which is through tailing
waste from gold processing. Organic mercury or methylmercury can contaminate
well water and accumulate in fish. One of the effects of methylmercury on the nervous
system is neuropsychological effects.
The aim of this study was to analyze the risk of mercury exposure to
neuropsychological effects on communities around the gold processing industry in
Krueng Kalee Village, Pasie Raja District, South Aceh Regency. The type of research
used is quantitative with cross sectional design. The sample size in this study
amounted to 95 people. Bivariate analysis used Mann Whitney test and Spearman
correlation test. Multivariate analysis using multiple linear regression test.
Study results showed a significant correlation between mercury levels in well
water, drinking water intake rate, duration of mercury exposure from drinking water,
mercury levels in fish, fish intake rate, and frequency of mercury exposure from fish
with neuropsychological effects with p value <0.005. The results of the risk analysis
showed that 10.53% of respondents were at risk of mercury exposure from well water
and 91.6% of respondents were at risk of mercury exposure from fish.
The conclusion of this study is that there are significant effects of mercury
exposure on neuropsychological effects, and it is recommended to the community,
gold miners and the South Aceh District Health Office to limit the intake of well water
and fish contaminated by methylmercury, apply phytoremediation, and plan a
periodic environmental health risk assessment program.

Keywords: Contamination, Mercury, Risk Analysis, Neuropsychological

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera.

4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis

ini.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis

ini.

7. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D dan Namora Lumongga Lubis, M.Sc,

Ph.D selaku Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas

penyempurnaan tesis ini.

8. dr. Hj. Aida Harahap, MARS, dr. Ade Budi Krista, dan (Alm.) Henrikus Sianturi,

SE, MAP yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program

tugas belajar serta teman-teman Subbag. Program di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang yang turut memberi motivasi dalam pengerjaan tesis ini.

9. Seluruh dosen serta staff Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan informasi yang sangat bermanfaat selama

penulis mengikuti pendidikan.

10. (Alm.) Ayahanda Chairuman Lubis dan Ibunda Asmizar yang telah mendidik dan

senantiasa mendo‟akan sehingga penulis sampai ke tahap ini serta bapak dan ibu

mertua yang memberikan do‟a dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

11. Suamiku Rahmad Fadly, ST yang terus memberikan dukungan dan perhatian,

anak-anakku tercinta Fahri Arsya Alfarizi dan Farel Aqsa Alghazali yang selalu

pengertian dan menjadi semangat penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Abang-abangku Rizki Kurniadi, S.Pd dan Ricky Kurniawan, S.Pd, kakak-kakak

iparku Cut Ernaliza, S.Pd dan Lisdawati, serta adikku Prasetio Achrian, Amd

yang telah membantu dan memberikan dukungan pada saat penelitian sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

13. Adikku N. Chairunnisa, S.Kep, Ners dan M. Jailin, S.Pd yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian dan memberikan informasi demi

penyempurnaaan tesis ini.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan di S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara angkatan 2016, yaitu Bona, Vina, Idah, Lasma, Eva, Kakak

Vero, Kakak Rina, Nadrah, Kakak Putri, Ibu Elvita, Yani, Nisa, Utet, Anggi,

Sarah, Dea, Sam dan teman-teman peminatan kesehatan lingkungan dan

keselamatan dan kesehatan kerja yang telah memberi masukan dan saran untuk

kesempurnaan tesis ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi perbaikan tesis ini. Akhirnya,

semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak sebagai informasi di

bidang kesehatan.

Medan, 27 September 2018


Penulis

Rizki Srimaulia Hartati

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tapaktuan pada tanggal 12 November 1986, anak ketiga

dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda Chairuman dan ibunda Asmizar.

Pendidikan formal penulis Sekolah Dasar di SD Negeri No.9 Tapaktuan ditamatkan

tahun 1998. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri No.2 Tapaktuan ditamatkan

pada tahun 2001. Sekolah Menengah Atas di SMU Unggul Kabupaten Aceh Selatan

ditamatkan pada tahun 2004. Strata 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Peminatan Kesehatan Lingkungan ditamatkan pada tahun 2008 dan

tahun 2016 penulis mengikuti pendidikan lanjutan S2 di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pengalaman bekerja penulis dari

tahun 2009 sampai dengan sekarang sebagai staf di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10


2.1 Merkuri .......................................................................................... 10
2.1.1 Karakteristik Merkuri ........................................................ 10
2.1.2 Sumber Merkuri ................................................................. 13
2.1.3 Pencemaran Merkuri di Lingkungan ................................. 15
2.1.4 Jalur Pajanan Merkuri ke dalam Tubuh ............................. 16
2.2 Toksokinetik Merkuri ................................................................... 17
2.2.1 Absorpsi ............................................................................. 18
2.2.2 Distribusi ........................................................................... 19
2.2.3 Metabolisme ...................................................................... 21
2.2.4 Ekskresi.............................................................................. 21
2.3 Pengaruh Merkuri terhadap Kesehatan ........................................ 22
2.4 Sistem Saraf ................................................................................... 23
2.4.1 Efek Neuropsikologis ........................................................ 25
2.4.2 Penilaian Neuropsikologis ................................................. 25
2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Efek Neuropsikologis
akibat Pajanan Merkuri.................................................................. 27
2.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan......................................... 30
2.7 Landasan Teori .............................................................................. 35
2.8 Kerangka Konsep .......................................................................... 39
2.9 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 40

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 42

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 42


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 42
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 44
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 46
3.6 Metode Pengukuran ........................................................................ 47
3.6.1 Status Gizi........................................................................... 47
3.6.2 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Ikan ........................... 48
3.6.3 Jumlah Asupan Air Minum dan Ikan ................................. 49
3.6.4 Pengukuran Efek Neuropsikologis ..................................... 51
3.7 Metode Analisis Data ..................................................................... 51
3.7.1 Analisis Univariat ............................................................... 51
3.7.2 Analisis Bivariat ................................................................. 51
3.7.3 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ............... 52
3.7.4 Analisis Multivariat ............................................................ 53

BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 54

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 54


4.2 Deskripsi Karakteristik Responden ................................................ 55
4.3 Analisis Univariat ........................................................................... 57
4.3.1 Umur ................................................................................... 57
4.3.2 Kadar Merkuri pada Air Sumur ......................................... 58
4.3.3 Laju Asupan Air Minum..................................................... 59
4.3.4 Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum ........................... 59
4.3.5 Konsentrasi Merkuri pada Ikan .......................................... 60
4.3.6 Laju Asupan Ikan................................................................ 61
4.3.7 Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan ................................. 62
4.3.8 Efek Neuropsikologis ......................................................... 62
4.4 Analisis Bivariat ............................................................................. 63
4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Efek
Neuropsikologis .................................................................. 63
4.4.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah
Asupan Air Minum, Durasi Pajanan Merkuri dari Air
Minum, Kadar Merkuri pada Ikan, Jumlah Asupan Ikan,
dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan dengan Efek
Neuropsikologis .................................................................. 65
4.5 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.......................................... 66
4.5.1 Manajemen Risiko .............................................................. 68
4.6 Analisis Multivariat ........................................................................ 69

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 72

5.1. Hubungan Karakteristik Individu dengan Efek Neuropsikologis .. 73


5.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur dengan Efek
Neuropsikologis .............................................................................. 76
5.3 Hubungan Jumlah Asupan Air Minum dengan Efek
Neuropsikologis .............................................................................. 77
5.4 Hubungan Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum dengan Efek
Neuropsikologis .............................................................................. 78
5.5 Hubungan Kadar Merkuri pada Ikan dengan Efek
Neuropsikologis .............................................................................. 78
5.6 Hubungan Jumlah Asupan Ikan dengan Efek Neuropsikologis ..... 79
5.7 Hubungan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan dengan Efek
Neuropsikologis .............................................................................. 80
5.8 Efek Neuropsikologis ..................................................................... 81
5.9 Analisis Risiko Pajanan Merkuri melalui Air Minum dan Ikan ..... 82
5.10 Implikasi Penelitian ........................................................................ 85
5.11 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 86

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 87


6.2 Saran ................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89

LAMPIRAN ......................................................................................................... 96

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Ringkasan Domain Kognitif dan Penilaiannya ....................................... 26

2.2 Nilai RfD dan RfC Merkuri .................................................................... 34

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 46

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ....................................... 55

4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden ................................................... 57

4.3 Hasil Pengukuran Kadar Merkuri pada Air Sumur................................. 58

4.4 Distribusi Frekuensi Laju Asupan Air Minum ....................................... 59

4.5 Distribusi Frekuensi Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum .............. 60

4.6 Konsentrasi Merkuri pada Sampel Ikan Sungai Rasian .......................... 60

4.7 Distribusi Frekuensi Laju Asupan Ikan .................................................. 61

4.8 Distribusi Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan ..................................... 62

4.9 Distribusi Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan ..................................... 62

4.10 Hasil Uji MannWhitney Jenis Kelamin dengan Efek Neuropsikologis . 63

4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Umur dengan Efek Neuropsikologis ........ 64

4.12 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan Air

Minum, Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri dari

Ikan, Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan

dengan Efek Neuropsikologis ................................................................. 65

4.13 Hasil Perhitungan Nilai Intake dan RQ ................................................. 67

4.14 Distribusi Frekuensi Nilai RQ Responden .............................................. 68

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.15 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Laju Asupan Air Minum yang

Aman ....................................................................................................... 69

4.16 Variabel Independen yang Memenuhi Kriteria Analisis ....................... 70

4.17 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier ............................................... 70

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Metilasi Merkuri Metalik Menjadi Metil Merkuri dalam Perairan ......... 13

2.2 Bagan Alir Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ................. 31

2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan (Teori Simpul)................................. 36

2.4 Kerangka Konsep ................................................................................... 40

3.1 Titik Pengambilan Sampel Ikan .............................................................. 45

4.1 Kecamatan Pasien Raja dalam Peta Kabupaten Aceh Selatan................ 55

4.2 Lokasi Titik Pengambilan Sampel Air Sumur ........................................ 58

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Informed Consent ......................................................................................... 97

2. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 98

3. SPSS ............................................................................................................ 112

4. Dokumentasi ................................................................................................ 131

5. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 134

6. Surat Balasan penelitian ............................................................................... 135

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH

ARKL : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

CSF : Cancer Slope Factor

Hg : Hydrargyrum

MMSE : Mini Mental State Examination

PESK : Penambang Emas Skala Kecil

RfC : Reference Concentration

RfD : Reference Dose

SDGs : Sustainable Development Goals

SSP : Sistem Saraf Pusat

UNEP : United Nations Environment Programme

USEPA : United States Environmental Protection Agency

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merkuri adalah logam yang terjadi secara alami sebagai akibat dari pelepasan

mineral batuan dan tanah. Aktivitas manusia seperti penambangan emas semakin

meningkatkan pelepasan merkuri ke lingkungan. Salah satu bentuknya adalah tailing

yang merupakan batuan yang telah digiling halus untuk mengeluarkan emas pada

proses pengolahan emas. Limbah tailing merupakan hasil dari proses amalgamasi

emas yang merupakan proses penyelaputan partikel emas oleh merkuri sehingga

membentuk larutan padat merkuri-logam (Agency of Toxic Substance and Disease

Registry , 1999 & Sembel, 2015).

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2013, secara

global pertambangan emas skala kecil adalah sumber pelepasan merkuri ke

lingkungan terbesar (37%), diikuti oleh pembakaran batubara (24%). UNEP

memerkirakan lebih dari 15 juta orang di lebih dari 70 negara, berpartisipasi dalam

pertambangan emas tradisional dan kecil dimana merkuri digunakan untuk

mengekstraksi emas (WHO, 2016). Maraknya kegiatan pengolahan emas sejalan

dengan meningkatnya jumlah Penambang Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia.

Pada tahun 2012, sebuah studi menunjukkan jumlah titik kegiatan PESK di Indonesia

sebanyak 800 titik dengan estimasi 250.000 orang penambang dan jumlah orang yang

bergantung pada pekerjaan ini sebanyak 1 juta orang. Pada Tahun 2011 sekitar 560

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

ton merkuri ilegal diimpor ke Indonesia untuk digunakan pada proses amalgamasi

emas menggunakan merkuri dalam gelundung (Ismawati dkk, 2013).

Pelepasan merkuri ke lingkungan mengakibatkan pencemaran dan penurunan

kualitas lingkungan, misalnya ketika air tercemar maka kualitas air menurun

(Wiryono, 2013). Hal ini harus diatasi sejalan dengan poin ke enam dari tujuan

pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dimana

salah satu targetnya adalah meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,

menghilangkan pembuangan dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia

berbahaya serta mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah

(Bappenas, 2017).

Media lingkungan yang sering dijadikan indikator pencemaran merkuri

adalah air dan ikan. Metil merkuri merupakan bentuk yang paling toksik dan paling

sering diamati dalam pencemaran merkuri. Pajanan metil merkuri yang berasal dari

ikan dan makanan laut dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Terlepas dari

bentuk kimia yang terpapar, baik merkuri elemental, merkuri anorganik, maupun

merkuri organik, ginjal dan saraf pusat merupakan organ target utama dari toksisitas

merkuri (Kemenkes, 2016). Tingkat keparahan efek kesehatan yang merugikan

tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Tingkat pajanan yang

tinggi dapat mengakibatkan kematian dan kerusakan neurologis (National Research

Council, 2000).

Metil merkuri adalah zat neurotoksik yang telah menyebabkan keracunan di

seluruh dunia. Metil merkuri merupakan salah satu bahan kimia yang beracun bagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

sistem visual, sensorik, dan motorik. Gejala umum dari pajanan termasuk perubahan

fungsional yang melibatkan motorik dan aktivitas sensorik seperti berkurangnya

koordinasi, kemampuan belajar/ingatan, gangguan pendengaran, gangguan bicara,

dan masalah penglihatan (Office of Technology Assessment, 1990). Kasus

pencemaran merkuri yang paling dikenal adalah kasus pencemaran merkuri dari

pabrik plastik yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang. Ikan dan kerang yang

terkontaminasi merkuri dikonsumsi oleh penduduk lokal sehingga menimbulkan

sebuah epidemi keracunan merkuri dan efek neurotoksikologis yang parah (Slamet,

2015).

Efek neuropsikologis merupakan salah satu efek gangguan saraf yang dapat

diakibatkan oleh bahan kimia yang bersifat neurotoksin seperti metil merkuri. Efek

neurotoksin ini dapat menimbulkan ganggguan neuropsikologis pada fungsi kognitif,

perilaku dan psikologi yang irreversible yang dapat menurunkan kualitas hidup dan

mengganggu interaksi seseorang dengan lingkungannya (WHO, 1986). Fungsi

kognitif merupakan domain yang sering digunakan untuk menilai adanya gangguan

neuropsikologis yang terdiri dari memori dan pembelajaran, fungsi eksekutif,

perhatian dan kecepatan pemrosesan informasi, fungsi motorik, bahasa, dan persepsi

(Kessels & Hendriks, 2016).

Menurut data Kabupaten Aceh Selatan dalam Angka Tahun 2016, penyakit

susunan saraf merupakan gejala yang sering dilaporkan dan menempati urutan

ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah 1.419 kasus (0,63%). Desa

Krueng Kalee merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Ujung Padang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Rasian. Berdasarkan data sepuluh penyakit terbanyak yang dilaporkan sepanjang

Tahun 2017 didapati keluhan yang terkait dengan gangguan saraf sebanyak 482

kasus.

Beberapa penelitian dilakukan untuk menilai risiko kesehatan akibat paparan

merkuri. Obiri et al (2015), menemukan bahwa bahaya kesehatan non-kanker yang

dihadapi oleh penambang emas dari pajanan merkuri melalui air minum dari sungai

di Ghana dengan pajanan maksimum yang wajar menghasilkan nilai Hazard Quotient

4,50 lebih tinggi dari nilai pedoman yang ditetapkan oleh United States

Environmental Protection Agency (USEPA). Mangampe (2014) menemukan bahwa

nelayan yang tinggal di daerah pesisir Kota Makassar memiliki risiko tinggi (RQ>1)

untuk terpajan merkuri dari ikan dan kerang. Sofia dan Husodo (2015) menemukan

bahwa faktor risiko yang memengaruhi konsentrasi merkuri pada responden yang

mengonsumsi ikan terkontaminasi merkuri adalah status kerja, lokasi, lama tinggal,

status pekerja tambang dan pekerja yang menggunakan burner amalgam. Faktor

risiko ini menyumbang 45,8% akumulasi merkuri pada rambut responden.

Penelitian mengenai pengaruh pajanan metil merkuri terhadap sistem saraf

pernah dilakukan dengan melihat pajanan dosis rendah metil merkuri terhadap efek

neuropsikologis pada 129 orang di Brazil, hasil menunjukkan bahwa metil merkuri

dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada orang dewasa sama seperti hasil

penelitian yang dilaporkan pada anak-anak dengan pajanan pada saat prenatal (Yokoo

et al, 2003). Penelitian oleh Murata et al (2007) juga menemukan bahwa pajanan

metil merkuri akibat konsumsi ikan terlibat dalam perubahan neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

responden. Faktor durasi pajanan merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap gangguan saraf berupa neurobehavioral dan hal ini akan semakin berefek

apabila pajanan sudah terjadi pada tahap perkembangan di usia dini (Newland, 2002).

Penelitian oleh Ni (2011) menemukan bahwa pajanan metil merkuri dari konsumsi

ikan menyebabkan disfungsi sel glial yang berkontribusi pada kerusakan saraf.

Menurut Dinas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Aceh, Aceh

merupakan daerah yang memulai pertambangan emas jauh sebelum kemerdekaan

Indonesia. Salah satu daerah di Aceh sebagai daerah penghasil emas adalah

Kabupaten Aceh Selatan. Lokasi pertambangaan emas secara tradisional atau skala

kecil tersebar di seluruh kecamatan dan Kecamatan Pasie Raja merupakan salah

satunya (BPS, 2015). Penambangan emas skala kecil di Desa Krueng Kalee memberi

lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat namun di

samping itu dapat menimbulkan dampak negatif yaitu tercemarnya air tanah dan air

permukaan.

Desa Krueng Kalee merupakan salah satu lokasi pengolahan emas di

Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah tempat pengolahan emas sebanyak 50 titik.

Pengolahan emas tersebut berada di sekitar pemukiman warga dengan penggunaan

merkuri rata-rata sebanyak 2 Liter per hari. Limbah tailing dari proses amalgamasi

tersebut langsung dibuang ke badan air atau lubang penampungan sederhana tanpa

pengolahan dengan jarak paling dekat 3 meter dari sumur gali masyarakat. Menurut

statistik Kecamatan Pasie Raja dalam angka diketahui bahwa sebanyak 210 rumah

tangga di Desa Krueng Kalee menggunakan air sumur sebagai sumber air minum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

(BPS, 2017). Oleh karena itu, hampir seluruh air sumur masyarakat di Desa Krueng

Kalee berpotensi untuk tercemar merkuri dari sisa pengolahan emas.

Penelitian yang dilakukan oleh Zuryati (2015) dan Sari (2016) menunjukkan

bahwa kandungan merkuri dalam sedimen air di sungai rasian Kecamatan Pasie Raja

mengalami kenaikan dari 0,1964 mg/l di Tahun 2015 menjadi 0,5104 mg/l di Tahun

2016. Hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan penggunaan jumlah merkuri

yang digunakan dalam proses amalgamasi emas sehingga meningkatkan kadar

merkuri dalam sungai dan diindikasikan bahwa biota yang ada di sekitar aliran sungai

tersebut sudah mengakumulasi merkuri di dalam jaringan tubuhnya. Air minum dan

ikan yang sudah terkontaminasi ini akan menimbulkan efek kesehatan apabila

dikonsumsi secara terus-menerus.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes

RI) Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar air raksa

(merkuri) maksimum yang diperbolehkan adalah 0,001 mg/l. Hasil pemeriksaan

sampel air yang diambil di Desa Krueng Kalee Kecamatan Pasie Raja pada tanggal

26 September 2017, sebanyak 6 sampel yang telah diuji di Balai Riset dan

Standardisasi Industri Medan ditemukan bahwa kadar merkuri dalam air melebihi

kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu berada pada rentang 0,002 mg/l hingga

0,007 mg/l, hanya 1 sampel yang kadarnya di bawah kadar maksimum yang

diperbolehkan yaitu 0,0008 mg/l.

Penilaian awal yang banyak digunakan untuk mendeteksi efek

neuropsikologis secara umum adalah dengan Pemeriksanaan Status Mental Mini atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Mini Mental State Examination (MMSE). Survei awal yang dilakukan di lapangan,

sebanyak 35 orang diwawancarai mengunakan bagian dari kuesioner MMSE dengan

pertanyaan orientasi waktu, orientasi tempat, registrasi, atensi & kalkulasi, dan

mengingat kembali didapati gangguan neuropsikologis dengan rata-rata skor di

bawah 24 yang berarti ada gangguan neuropsikologis. Hasil yang didapat

menunjukkan gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa pada hal yang baru terjadi,

susah mengingat hari dan tanggal yang mengarah pada gejala awal adanya gangguan

pada saraf. Selanjutnya dilakukan perhitungan awal untuk analisis risiko dengan

mengestimasi asupan air minum masyarakat yaitu sebanyak 2 liter/hari, maka jumlah

merkuri yang dikonsumsi melalui air minum akan terakumulasi dan akan

menimbulkan dampak terhadap kesehatan. Untuk melihat sejauh mana pajanan

merkuri ini telah menimbulkan risiko kesehatan, maka dilakukan kajian Analisa

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).

Untuk menilai risiko pajanan metil merkuri di Desa Krueng Kalee pada tahap

awal, dalam ilmu kesehatan lingkungan dapat menggunakan ARKL meja atau

desktop evaluation. Kajian dilakukan hanya dengan menggunakan nilai default

faktor-faktor pemajanan dari exposure factors handbook (USEPA, 1990). Kajian ini

tidak dapat menilai pajanan secara akurat seperti ARKL lengkap. ARKL meja

dilakukan untuk menilai risiko secara cepat tanpa memerlukan data antropometri dari

lapangan. Dengan menggunakan nilai konsentrasi tertinggi merkuri pada saat survei

pendahuluan, maka didapat nilai Risk Quotient (RQ) = 2,44 yang berarti ada risiko

kesehatan yang perlu dikendalikan. Interpretasi dari nilai RQ>1 adalah berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

estimasi risiko, merkuri yang terdapat dalam air sumur gali sangat berisiko bagi

individu dengan berat badan 55 Kg (Nukman et al 2005) bila air tersebut diminum

sebanyak 2 L/hari selama 350 hari/tahun. Untuk menilai risiko secara akurat, maka

dalam penelitan ini akan dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan lengkap.

1.2 Rumusan Masalah

Konsentrasi merkuri pada sampel air yang melebihi kadar maksimum yang

diperbolehkan, perkiraan bahwa ikan di aliran sungai sudah terkontaminasi akibat

kandungan merkuri pada sedimen air meningkat, dan perhitungan awal terjadinya

risiko kesehatan akibat dari pajanan merkuri tersebut di atas menjadi indikasi adanya

masalah serius terhadap pencemaran lingkungan akibat proses pengolahan merkuri di

Desa Krueng Kalee. Pencemaran lingkungan pada akhirnya berdampak terhadap

kesehatan masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut. Air minum dan ikan yang

mengandung merkuri apabila terus-menerus dikonsumsi oleh masyarakat maka akan

menimbulkan efek terhadap kesehatan. Salah satu efek pajanan dari metil merkuri

adalah gangguan saraf berupa efek neuropsikologis. Berdasarkan data dan hasil survei

pendahuluan, maka perlu diketahui apakah telah terjadi efek neuropsikologis akibat

pajanan merkuri melalui air minum dan pajanan merkuri melalui ikan yang

dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar tempat pengolahan emas Desa Krueng Kalee,

Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko pajanan merkuri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

terhadap efek neuropsikologis pada masyarakat sekitar industri pengolahan emas di

Desa Krueng Kalee, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai risiko pajanan merkuri

terhadap efek neuropsikologis.

2. Sebagai bahan rekomendasi dalam memecahkan permasalahan penggunaan

merkuri di tempat pengolahan emas yang tidak terkontrol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merkuri

2.1.1 Karakteristik Merkuri

Merkuri atau hydrargyrum (Hg) adalah logam berat yang berbentuk cair di

dalam tekanan dan suhu kamar (Achmadi, 2014). Merkuri merupakan logam berat

berwarna keperakan dan merupakan konduktor panas yang lemah serta memiliki

nomor atom 80 dengan paruh hidup (half-life) 444 tahun (Sembel, 2015). Merkuri

ditambang sebagai bijih cinnabar, yang mengandung sulfida merkuri. Bentuk logam

didapat dari bijih dengan memanaskannya dengan suhu di atas 1.000ºF kemudian

uapnya ditangkap dan didinginkan untuk membentuk logam merkuri cair (ATSDR,

1999).

Merkuri berwujud cair pada suhu kamar (25ºC) dengan titik beku paling

rendah sekitar -39ºC. Merkuri dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk

membentuk alloy yang disebut juga dengan amalgam (Palar, 2008). Amalgam

merupakan hasil dari proses mendapatkan emas dari batuan mengandung emas

menggunakan gelundung. Amalgam juga digunakan oleh dokter gigi pada

penambalan gigi namun saat ini sudah banyak dilarang akibat efek kesehatan yang

ditimbulkan.

Merkuri terjadi secara alamiah di lingkungan dan terdapat dalam beberapa

bentuk di alam. Bentuk ini kemudian digolongkan sebagai berikut :

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

1. Merkuri Metalik

Merkuri metalik adalah logam putih perak mengkilap yang merupakan cairan

pada suhu kamar. Merkuri metalik adalah bentuk merkuri murni atau unsur yang

tidak berikatan dengan unsur lainnya. Uap merkuri tidak berwarna dan tidak berbau

(ATSDR, 1999). Merkuri metalik (elemental mercury) memiliki tekanan uap 0,00185

mm pada suhu 25ºC yang berarti unsur merkuri sangat tidak stabil dan mudah

menguap. Waktu paruh merkuri metalik pada orang dewasa adalah sekitar 60 hari

atau kisaran 35 sampai 90 hari (Broussard et al, 2002).

Merkuri metalik (Hg 0 ) pada dasarnya tidak bersifat toksik dan tidak

menimbulkan efek samping yang signifikan apabila tertelan. Merkuri metalik dapat

berubah menjadi toksik apabila dimodifikasi secara kimiawi dan terionisasi menjadi

bentuk anorganik ( Hg 2+). Biokonversi ke alkil merkuri, seperti metil merkuri

(CH3 Hg +) menghasilkan jenis yang sangat toksik dan sangat selektif untuk jaringan

kaya lipid (lemak) seperti sel saraf. Biokonversi merkuri metalik menjadi Hg 2+ dan

alkil merkuri oleh mikroorganisme dapat terjadi di usus manusia dan di dasar

sedimen danau atau sungai. Ketika Hg 0 memasuki dasar sedimen, maka akan diserap

oleh bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Organisme ini kemudian

mengubahnya menjadi Hg 2+, CH3 Hg + , (CH3 )₂Hg dan sejenisnya melalui

metabolisme (Burtis et al, 2012).

2. Merkuri Anorganik

Senyawa merkuri anorganik terjadi saat merkuri bergabung dengan unsur-

unsur seperti klorin, sulfur, atau oksigen. Senyawa merkuri ini juga disebut garam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

merkuri karena sebagian besar senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih

atau kristal, kecuali sulfida merkuri yang berwarna merah dan berubah menjadi hitam

setelah terpapar cahaya (ATSDR, 1999). Garam merkuri anorganik ditemukan dalam

dua bentuk yaitu Hg + (ion merkuro atau mercurous) dan Hg 2+ (ion merkuri atau

mercuric). Waktu paruh dari merkuri anorganik adalah sekitar 40 hari (Broussard et

al, 2012).

3. Merkuri Organik

Senyawa merkuri organik atau organomerkurial terjadi saat merkuri berikatan

dengan karbon. Merkuri organik yang paling umum di lingkungan adalah

metilmerkuri. Metil merkuri diproduksi terutama oleh mikroorganisme (bakteri dan

jamur) di lingkungan, bukan oleh aktivitas manusia (ATSDR, 1999). Merkuri organik

dapat ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu aril, senyawa alkil rantai pendek dan

senyawa alkil rantai panjang. Waktu paruh biologis metil merkuri kira-kira 65 hari

(Broussard et al, 2012).

Pada limbah tailing yang mengandung merkuri metalik, akan diubah menjadi

metil merkuri oleh mikoorganisme yang ada di sedimen atau dikenal juga dengan

proses metilasi. Merkuri yang mencapai air tanah atau perairan akan mencemari air

dan biota air yang ada di dalamnya. Metil merkuri ini kemudian akan masuk ke tubuh

biota air dan terakumulasi yang disebut juga sebagai proses bioakumulasi hingga

kadar metil merkuri pada biota air dapat lebih tinggi dari pada kadar metil merkuri

dalam air. Metil merkuri juga dapat mengalami biomagnifikasi dalam rantai makanan

akuatik hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada ikan predator (Burtis et al, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Gambar 2.1 Metilasi Merkuri Metalik Menjadi Metil Merkuri dalam Perairan

Metil merkuri adalah sumber utama dari merkuri organik serta bentuk yang

paling penting dari segi toksisitas. Anak-anak merupakan target yang sangat sensitif

dari pajanan metil merkuri karena dapat menimbulkan efek pada perkembangan

neuropsikologis. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus cerebral palsy pada kejadian

keracunan di Minamata. Sistem saraf merupakan target utama dari toksisitas metil

merkuri. Fungsi sensorik, visual, pendengaran dan koordinasi adalah fungsi yang

paling umum terpengaruh akibat pajanan metil merkuri pada orang dewasa (IPCS,

1990).

2.1.2 Sumber Merkuri

1. Alamiah

Secara alami merkuri berasal dari pelepasan gas oleh bebatuan bumi melalui

gas-gas vulkanik atau proses penguapan dari air laut (Achmadi, 2014). Letusan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

gunung berapi menghasilkan merkuri yang mengemisi setengah kandungan merkuri

dalam atmosfer. Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang aktif dan hampir

setiap tahun meletus bahkan terdapat beberapa gunung berapi seperti Gunung

Sinabung di Sumatera Utara dan gunung berapi lainnya di Jawa dan Bali yang sering

meletus. Letusan gunung berapi ini menghasilkan banyak debu yang bukan hanya

mengganggu kesehatan tetapi juga debu tersebut mengandung logam-logam

berbahaya seperti merkuri terutama metil merkuri yang sangat beracun (Sembel,

2015).

2. Aktifitas Manusia

Industri kloralkali, peralatan listrik dan cat merupakan konsumen terbesar dari

merkuri, yakni sekitar 55% dari total konsumsi merkuri. Pencemaran udara oleh

merkuri yang berasal dari kegiatan industri ini pada umumnya rendah, namun

pencemaran air oleh merkuri yang cukup tinggi biasanya terjadi akibat dibuangnya

limbah sisa pertambangan (Achmadi, 2014).

Penambangan emas ilegal di dunia termasuk di Indonesia banyak

menggunakan merkuri. Umumnya penambang emas skala kecil dan artisanal atau

individu menggunakan merkuri dan kemudian membuangnya ke lingkungan selama

proses pemurnian emas. Sisa-sisa gilingan batu yang sudah berbentuk cair dan

bercampur dengan merkuri langsung dibuang di atas tanah. Pengolahan emas dengan

cara amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi yang sangat tinggi dan berpotensi

menimbulkan dampak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat di

sekitar lokasi pertambangan (Sembel, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Merkuri klorida digunakan sebagai antiseptik meskipun saat ini sudah jarang

digunakan, namun masih digunakan sebagai pengawet kayu, industri baterai kering,

penyamakan kulit, katalis dalam pembuatan bahan kimia seperti vinil klorida dan

desinfektan, memisahkan timbal dari emas, dan lainnya. Merkuri (II) nitrat, yang

biasa digunakan di industri peleburan, dianggap sebagai sumber perubahan

neurologis yang diamati pada tahun 1800an. Merkuri anorganik, kebanyakan

ditemukan dalam bentuk garam merkuri yang bersifat toksik dan korosif (Broussard,

2002).

2.1.3 Pencemaran Merkuri di Lingkungan

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa fenil merkuri asetat

(FMA) yang bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas

basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat berbahaya karena kertas

sering digunakan sebagai pembungkus makanan (Palar, 2008).

Pada bidang pertanian merkuri sangat banyak digunakan sebagai fungisida.

Senyawa organo merkuri yang paling sering digunakan untuk menghambat

pertumbuhan jamur pada bibit diantaranya senyawa metil merkuri disiano diamida

(CH3-Hg-NH-CNHNHCN), metil merkuri nitril (CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat

(CH3-Hg-COOH) dan senyawa etil merkuri khlorida (C2H5-Hg-Cl). Pertanian yang

menggunakan senyawa-senyawa tersebut disinyalir bahwa produk pertanian yang

dihasilkannya bahkan lingkungan dimana areal pertanian itu berada telah

terkontaminasi oleh merkuri (Palar, 2008).

Proses pengolahan emas merupakan industri yang menghasilkan limbah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

mengandung merkuri metalik dan merkuri organik. Konsentrasi uap merkuri metalik

tertinggi terjadi pada saat amalgam emas dipanaskan. Proses ini biasanya dilakukan

di lapangan terbuka, di tempat pengolahan emas atau di toko emas yang biasanya

terletak di kawasan berpenduduk. Pekerja dan penduduk sekitar dapat terkena pajanan

dari uap merkuri yang lepas ke udara. Merkuri juga dapat menguap dari limbah yang

terkontaminasi di lokasi penambangan dan pengolahan emas. Limbah tailing yang

merembes juga dapat menimbulkan pencemaran pada air tanah. (WHO, 2016).

2.1.4 Jalur Pajanan Merkuri ke dalam Tubuh

Masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia dapat melalui jalur inhalasi,

absorpsi kulit dan ingesti. Jalur pajanan yang paling sering diteliti adalah jalur

inhalasi untuk merkuri metalik dan ingesti (oral) untuk merkuri anorganik atau

merkuri organik. Hal ini sejalan dengan basis data reference-dose dari tiga bentuk

merkuri untuk dapat dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan akibat pajanan

merkuri.

Uap merkuri dapat langsung terhirup pada saat proses pengolahan merkuri,

yaitu pada saat memanaskan merkuri dari biji cinnabar sehingga menghasilkan logam

merkuri. Pada proses pengolahan emas, yaitu pada saat proses burning amalgam

untuk mendapatkan emas murni juga dapat membuat uap merkuri yang berbahaya

lepas ke udara, akibatnya para pekerja dan masyarakat sekitar dapat terpajan uap

merkuri tersebut (WHO, 2016).

Merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur ingesti/oral biasanya terjadi

lewat minuman atau makanan. Jumlah merkuri yang masuk lewat minuman bisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

berkali lipat lebih tinggi dibandingkan jumlah merkuri yang masuk melalui tanaman.

Uap merkuri yang lepas ke atmosfer akan teroksidasi dan tersimpan di tanah, danau,

sungai, dan samudera. Bakteri dapat mengubah merkuri yang dilepaskan ke

lingkungan menjadi metil merkuri yang terakumulasi dalam rantai makanan sehingga

memengaruhi ikan dan kerang. Hal ini menyebabkan merkuri mengalami

pelipatgandaan dari jumlah awal yang masuk akibat proses bakterial terhadap merkuri

yang terdapat di dasar perairan (Palar, 2008; WHO, 2016).

Merkuri organik juga dijumpai pada fungisida dan rembesan limbah industri,

sehingga mencemari tanaman. Manusia yang mengonsumsi pangan yang

terkontaminasi merkuri dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Salah

satu contoh kasus adalah keracunan merkuri yang terjadi di Irak dimana saat itu Irak

menerima bibit gandum dari Meksiko yang telah diberi fungisida mengandung

etilmerkuri p-toluen sulfonanilida. Benih yang seharusnya ditanam kemudian

dikonsumsi oleh masyarakat akibat kemiskinan sehingga menimbulkan kasus

keracunan. Pemerintah kemudian mengeluarkan peringatan untuk tidak menyimpan

bibit yang mengandung merkuri sehingga para petani membuang bibit tersebut secara

besar-besaran ke sungai. Hal ini kemudian malah menimbulkan kasus keracunan yang

lebih luas akibat air sungai yang tercemar merkuri dikonsumsi oleh masyarakat

(ATSDR, 1999).

2.2 Toksikokinetik Merkuri

Karakteristik dosis-respons dapat terjadi seperti hubungan linier sederhana

atau mungkin sangat kompleks, sehingga mempelajari hubungan dosis terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

respons di bidang farmasi dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan memahami

proses toksikokinetik dan bahan toksik (Wu dan Farland, 2007). Toksikokinetik dari

bahan kimia diartikan sebagai respon yang dilakukan oleh tubuh sebagai reaksi atas

masuknya bahan kimia tertentu dan juga memberikan gambaran bagaimana

konsentrasi suatu bahan kimia pada aliran darah atau bagian tubuh lainnya.

Toksikokinetik terdiri dari 4 (empat) fase yaitu absorpsi, distribusi, metabolism dan

ekskresi (Guidotti dan Moses, 2007).

2.2.1 Absorpsi

Penyerapan setelah menghirup uap merkuri metalik relatif tinggi. Penyerapan

setelah paparan oral akut terhadap merkuri metalik diabaikan pada manusia dan

hewan. Senyawa metil dan fenilkuri diserap jauh lebih mudah daripada merkuri

anorganik. Penelitian pada hewan menunjukkan penyerapan oral merkuri organik dan

anorganik dapat dipengaruhi oleh usia dan diet. Informasi terbatas ditemukan

mengenai penyerapan dermal senyawa merkuri anorganik atau organik pada manusia

atau hewan (ATSDR, 1999).

Merkuri mudah menguap pada suhu ruangan sehingga rute absorpsi lebih

sering melalui paru-paru yaitu sekitar 70% hingga 85% sedangkan kurang dari 3%

diabsorpsi melalui kulit. Merkuri metalik yang tertelan secara oral akan diabsorpsi

kurang dari 1% melalui saluran gastrointestinal sehingga tidak begitu beracun. Rute

paparan merkuri anorganik umumnya meliputi saluran gastrointestinal dan kulit.

Studi menunjukkan bahwa sekitar 7% sampai 15% dari dosis merkuri klorida yang

tertelan secara oral akan diserap dari saluran pencernaan (Broussard, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Merkuri organik secara lengkap diabsorpsi dari saluran pencernaan daripada

merkuri anorganik karena lebih larut dalam lemak. Setelah diserap dalam jaringan,

senyawa aril dan alkil rantai panjang diubah menjadi kation divalen sehingga

mengubah sifat toksiknya menjadi sifat toksik merkuri anorganik. Merkuri alkil rantai

pendek mudah diserap di saluran gastrointestinal (90% sampai 95%) dan tetap stabil

seperti bentuk awalnya (Broussard, 2002).

2.2.2 Distribusi

Pada manusia, merkuri didistribusikan ke seluruh tubuh setelah terpajan

melalui jalur inhalasi kemudian dapat dengan mudah melintasi otak-darah dan

hambatan plasenta karena lipofilisitasnya yang tinggi. Setelah oksidasi ke merkuri

anorganik, merkuri terakumulasi terutama di ginjal. Senyawa merkuri divalen

anorganik juga menjangkau semua organ, namun tingkat akumulasi di otak dan janin

lebih rendah daripada merkuri metalik. Senyawa merkuri anorganik menyebar ke

seluruh tubuh melalui pajanan oral dan memiliki akumulasi tertinggi pada ginjal.

Seperti merkuri metalik, kemampuan senyawa metil dan fenil merkuri untuk

melintasi darah-otak dan plasenta memungkinkan distribusi dan akumulasi berikutnya

di otak dan janin (ATSDR, 1999).

Merkuri metalik sangat larut lemak dan karakteristik ini memfasilitasi difusi

di seluruh alveoli serta distribusinya di seluruh bagian yang larut lemak dalam tubuh

termasuk di bagian sawar darah otak ke sistem saraf pusat (SSP) dan di seluruh

plasenta. Proses sirkulasi menyebabkan merkuri dapat mengikat berbagai jaringan,

protein, dan eritrosit. Katalase bisa mengoksidasi merkuri ke metabolit anorganik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

pada eritrosit. Merkuri yang menembus sawar darah otak akan terionisasi dan

terperangkap di bagian tertentu untuk melakukan neurotoksisitasnya (Broussard,

2002).

Penyerapan merkuri anorganik bergantung dari kelarutan air dari senyawa

yang terpajan dan model distribusi berbeda terkait kelarutan lemak yang tidak baik.

Akumulasi tertinggi merkuri anoganik adalah pada ginjal. Hewan percobaan

menunjukkan bahwa bentuk merkuri anorganik memiliki afinitas tinggi untuk

metallothionein pada sel ginjal. Sebaliknya, metil merkuri memiliki afinitas rendah

untuk metallothionein. Merkuri anorganik tidak melewati sawar darah otak atau

plasenta dengan mudah, namun karena eliminasi lambat dan fakta bahwa paparan

sering terjadi dalam jangka waktu yang panjang memungkinkan akumulasi signifikan

merkuri pada sistem saraf (Broussard, 2002).

Senyawa merkuri organik memiliki kelarutan lemak yang tinggi dan

didistribusikan secara merata ke seluruh tubuh, terakumulasi di otak, ginjal, hati,

rambut, dan kulit. Merkuri organik juga melintasi sawar darah dan plasenta dan

menembus eritrosit, menimbulkan gejala neurologis, efek teratogenik, dan

meningkatkan rasio sel darah merah terhadap plasma darah. Metil merkuri memiliki

afinitas tinggi untuk kelompok sulfhidril yang besar pengaruhnya terhadap disfungsi

enzim. Salah satu enzim yang dihambat adalah kolinasetil transferase, yang terlibat

dalam produksi asetilkolin. Hambatan ini dapat menyebabkan defisiensi asetilkolin,

sehingga berkontribusi pada tanda dan gejala disfungsi motorik (Broussard, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2.2.3 Metabolisme

Bukti yang ada menunjukkan bahwa metabolisme semua bentuk merkuri sama

untuk manusia dan hewan. Setelah diserap, merkuri metalik dan anorganik merkuri

memasuki proses reduksi oksidasi. Merkuri metalik dioksidasi menjadi kation

anorganik divalen di sel darah merah, paru-paru dan hati. Konversi metil merkuri

menjadi merkuri anorganik divalen mungkin bisa terjadi segera setelah penyerapan,

juga dimasukkan ke dalam jalur reduksi oksidasi (ATSDR, 1999).

Ion merkuri menghasilkan efek toksik akibat presipitasi protein,

penghambatan enzim, dan tindakan korosif umum. Merkuri tidak hanya mengikat

kelompok sulfhidril tetapi juga pada kelompok fosforil, karboksil, amida, dan amina.

Protein termasuk enzim dengan kelompok tersebut yang mudah bereaksi dengan

merkuri. Seperti disebutkan, uap merkuri metalik sangat larut dalam lemak yang

memungkinkannya untuk menyeberangi selaput seluler. Garam merkuri membentuk

senyawa divalen yang lebih mudah larut, bentuk ini lebih beracun daripada garam

ganas yang terbentuk senyawa merkuri monovalen. Saat tertelan akan lebih cepat

diserap dan menghasilkan toksisitas yang lebih besar. Hanya sekitar 10% garam

anorganik yang diserap dibandingkan dengan penyerapan 90% melalui jalur

gastrointestinal dari bentuk organik (Broussard, 2002).

2.2.4 Ekskresi

Eliminasi merkuri metalik terjadi melalui urin, kotoran, dan udara ekshalasi,

sementara merkuri anorganik diekskresikan dalam urin dan kotoran pada manusia.

Kotoran merupakan rute eliminasi besar untuk senyawa merkuri anorganik, namun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

dosis akut yang tinggi meningkatkan persentase ekskresi melalui urin. Ekskresi

merkuri organik sebagian besar diperkirakan terjadi melalui feses pada manusia.

Senyawa merkuri anorganik dan organik dapat diekskresikan dalam ASI. Rute

pajanan tidak mempengaruhi eliminasi merkuri anorganik dan organik yang diserap

ke dalam tubuh (ATSDR, 1999).

Ekskresi merkuri baik metalik, anorganik dan organik sebagian besar melalui

feses. Ekskresi merkuri dalam urin merupakan indikator yang baik untuk pajanan

merkuri metalik dan merkuri anorganik tapi tidak bisa diandalkan untuk merkuri

organik (Broussard, 2002).

2.3 Pengaruh Merkuri terhadap Kesehatan

Pajanan akut dari merkuri umumnya ditandai dengan demam, meriang, nafas

pendek, merasakan logam di mulut, sakit dada (pleuritis), dan dapat disalah artikan

sebagai metal fume fever. Metal fume fever yaitu sakit yang disebabkan oleh pajanan

akibat asap atau uap hasil kondensasi bahan-bahan logam yang berupa bahan padat di

udara. Gejala lain berupa stomatitis, lethargy (lemas tidak bertenaga), sakit kepala

dan muntah-muntah. Gejala untuk pajanan kronis bervariasi meliputi gangguan pada

ginjal, saraf, psikologi, dan kulit termasuk anoreksia, kehilangan berat badan,

kelelahan, kelemahan otot yang bisa mengindikasikan berbagai penyakit. Gejala

terpajan merkuri organik mirip dengan merkuri metalik, seperti ataksia, tremor, ulisan

tidak jelas, bicara kurang jelas, acrodynia (pink disease, alergi merkuri)

(KEMENKES, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Gejala klinis keracunan akut merkuri dengan organ target sistem saraf pusat

adalah tremor, gangguan iritabilitas, kelesuan, kebingungan, refleks berkurang,

konduksi saraf, dan gangguan pendengaran. Gejala keracunan merkuri kronis

terhadap sistem saraf berupa tremor, insomnia, hilang ingatan, depresi anoreksia,

sakit kepala, ataksia, disarthria, berjalan tidak stabil, gangguan visual dan vasomotor,

neuropati, dan paresthesias. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dinilai melalui

pemeriksaan neurologi klinis oleh dokter spesialis saraf (Broussard, et al 2002).

Pajanan merkuri yang lebih serius adalah apabila pajanan terjadi pada janin

yang sedang berkembang, efek yang mungkin timbul akan tertunda. Bayi lahir

mungkin normal, namun efek baru muncul pada saat anak mencapai titik

perkembangan seperti berjalan dan berbicara pada saat pertama. Efek parah lainnya

yang mungkin muncul adalah kerusakan otak akibat keterbelakangan mental,

inkoordinasi dan ketidakmampuan bergerak (ATSDR, 1999).

Pada pajanan merkuri dosis rendah beberapa efek neurologis mungkin tidak

terlihat. Efek kecil pada sistem saraf hanya mungkin diamati dengan menggunakan

tes neuropsikologis. Fungsi kognitif merupakan gangguan neuropsikologis yang

biasanya muncul pada pajanan rendah metil merkuri yang meliputi koordinasi

motorik dan visuospatial. Disfungsi neuropsikologis lanjutan yang timbul biasanya

meliputi ranah bahasa, perhatian dan ingatan (ATSDR, 1999).

2.4 Sistem Saraf

Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.

Sistem saraf pusat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu otak dan medulla spinalis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

sedangkan sistem saraf perifer dibagi menjadi saraf kranialis dan saraf spinalis

(Munir, 2015).

Target neurologis dari metil merkuri adalah badan sel saraf sehingga

menyebabkan perubahan neurotoksik berupa neuronopati (USEPA, 1998).

Perubahan ini kemudian berpengaruh pada neuropsikologis berupa perubahan

perilaku. Toksikologi perilaku memainkan peranan penting dalam neurotoksikologi

yang lebih luas. Pertama adalah perilaku seseorang merupakan hal yang terpenting

bagi dirinya, sehingga terlepas dari sistem saraf yang mempengaruhi berfungsinya

sistem organ lainnya, perubahan kinerja otak akibat pajanan bahan kimia

mempengaruhi fungsi sensorimotor atau fungsi kognitif sehingga mempengaruhi

interaksi seseorang dengan lingkungannya. Kedua, perilaku merupakan produk akhir

dari aktivitas sistem saraf sehingga perubahan pada sistem saraf akibat pajanan bahan

kimia dapat menyebabkan perubahan perilaku. Dengan demikian, analisis perilaku

berfungsi sebagai alat yang berguna untuk mengukur neurotoksisitas (WHO, 1986).

Gangguan saraf dapat diakibatkan oleh dosis toksik dari berbagai zat seperti

logam berat, pelarut, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Efek kronis biasanya kurang

dapat diamati seperti efek akut, namun dapat menyebabkan kerusakan berbahaya

seperti gangguan saraf pusat. Efek zat tunggal dari masing-masing kelas berbeda,

misalnya metil merkuri memiliki efek spesifik terhadap gangguan saraf dibandingkan

bentuk merkuri anorganik. Masing-masing zat toksik dapat menghasikan neurokimia

dan efek perilaku atau efek neuropsikologis. Toksisitas merkuri telah dikenal selama

berabad-abad dengan istilah “Mad Hatter” yang menggambarkan efek merkuri pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

pembuat topi berupa perilaku menghindar dan mudah tersinggung (Armstrong, 2004).

2.4.1 Efek Neuropsikologis

Neuropsikologi adalah suatu bidang multidisiplin antara neurologi dan

psikologi yang mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan

defisit perilaku, dan melakukan penilaian dan perlakuan terhadap perilaku yang

terganggu akibat terganggunya fungsi otak (Markam, 2009). Menurut Lezak (1995),

perilaku manusia dalam pendekatan neuropsikologi dijelaskan sebagai sistem, terdiri

dari sistem kognitif, sistem emosi, dan sistem eksekutif. Sistem kognitif meliputi

fungsi reseptif, fungsi memori-belajar-berpikir, dan fungsi ekspresif. Sistem emosi

meliputi emosi dan suasana hati (mood), motivasi dan variabel kepribadian. Sistem

eksekutif meliputi bagaimana seseorang berperilaku.

2.4.2 Penilaian Neuropsikologis

Penilaian neuropsikologis bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan hingga

penurunan fungsi kognitif, mendeterminasi perjalanan lanjut dari penyakit,

mengevaluasi efek terapi, dan menilai efek neurotoksis seperti menilai gangguan

saraf akibat pajanan zat yang merugikan. Penggunaan alat tes (test battery)

terstandardisasi untuk melihat gangguan fungsi otak telah dibuat oleh para ahli

sehingga setiap gangguan dapat dikenali melalui tes neuropsikologi (Mardiati, 2010).

Penilaian neuropsikologis mengacu pada pengukuran fungsi kognitif dan

proses dengan tujuan mengetahui adanya gangguan kognitif pada pasien yang

dicurigai mengalami gangguan pada otak. Beberapa domain utama yang sering dinilai

dan tes baterai yang digunakan adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Tabel 2.1 Ringkasan Domain Kognitif dan Penilaiannya

Domain Kognitif Deskripsi Contoh tes


Memori dan Kemampuan untuk Rey Auditory Verbal
pembelajaran memperoleh informasi baru, Learning Test (RAVLT),
menyimpan informasi jangka California Verbal Learning
panjang, dan mengingat Test (CVLT-II), Location
kembali informasi yang telah Learning Test (LLT-R), and
tersimpan Wechsler Memory Scale
(WMS-IV)
Fungsi eksekutif Pembaruan, perencanaan, dan Digit Span, Tower of London
hambatan perilaku test, Trail Making Test
(TMT), Wisconsin Card
Sorting Test (WCST), and
Stroop Color Word Test
Perhatian dan Pemilihan informasi yang Reaction-time tests, Symbol
Kecepatan relevan, dual tasking, Digit Modalities Test
Pengolahan mempertahankan keadaan (SDMT), Paced Serial
Informasi waspada, dan kecepatan mental Addition Test (PASAT), and
dalam mengolah informasi Continuous Performance
Task (CPT)
Praktek dan fungsi Proses kognitif yang mendasari Pegboard tests, Rey-
motorik fungsi motorik dasar dan aksi Osterrieth Complex Figure
test, Motor Screening, and
Beery-Buktenica
Developmental Test of
Visual-Motor Integration
Bahasa Keterampilan berkomunikasi, Boston Diagnostic Aphasia
memahami orang lain dan Battery, Token Test, and
ekspresi verbal Verbal Fluency tests
Persepsi Pemrosesan tingkat rendah Ishihara Test for Color
maupun tingkat tinggi stimulus Blindness, Visual Object and
visual, auditori, dan kinestetik Space Perception battery
(VOSP), and Benton Test of
Facial Matching
Keseluruhan kognisi Skrining untuk penurunan Mini-Mental State
kognitif terlepas dari domain Examination (MMSE),
kecerdasan Cambridge Cognitive
Examination (CAMCOG-R),
Montreal Cognitive
Assessment (MoCA), and
Wechsler Adult Intelligence
Scale (WAIS-IV)
Sumber : Kessels & Hendriks, 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Menurut Drasch et al (2001) pemeriksaan keracunan merkuri dapat dilakukan

melalui dua bentuk pemeriksaan, yaitu pemeriksaan neurologis klinis dan pengujian

neuropsikologis. Pemeriksaan klinis dan neurologis meliputi : tanda-tanda perubahan

warna kebiru-biruan pada gusi, ataksia, tremor, uji gerakan bolak-balik atau tes untuk

disdiadokokinesis, uji pengihatan, refleks lutut dan bisep, refleks patologis (reflex

babinski), salivasi dan disartria, pemeriksaan sensorik dan proteinuria. Sifat metil

merkuri sebagai neurotoksin menjadikan penilaian neuropsikologis sebagai salah satu

indikator keracunan merkuri. Penilaian neuropsikologis yang dapat dilakukan untuk

menilai keracunan merkuri dapat berupa :

a. Digit span test (bagian dari Wechsler Memory Scale), untuk menguji memori

jangka pendek;

b. Match box test (bagian dari Motor Screening/MOT), untuk menguji

koordinasi, tremor dan konsentrasi;

c. Frostig Score, untuk menguji tremor dan kapasitas visual-motor; dan

d. Tapping test (bagian dari MOT), untuk menguji tremor intensional dan

koordinasi.

2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Efek Neuropsikologis Akibat


Pajanan Merkuri

1. Umur

Umur memengaruhi reaksi tubuh terhadap efek toksik dari pajanan merkuri.

Hal ini terkait dengan perkembangan neurologis dan kemampuan kognitif serta

kaitan antara umur dan kematangan tahap kognitif. Sensitivitas tes tergantung pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

umur responden terutama yang berada pada rentang umur yang masuk pada tahap

umur perkembangan. Data dari kasus keracunan merkuri di Jepang menunjukkan

bukti kuat bahwa kerentanan terhadap metil merkuri meningkat seiring

bertambahnya umur (NCR, 2000).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara umur

responden yang terpajan merkuri dengan efek neuropsikologis. Salah satunya

penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2013) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara umur responden dengan hasil tes Finger Tapping

Speed (FTS) pada orang dewasa dengan pajanan metil merkuri dosis rendah di

Korea. Hasil ini menunjukkan adanya efek neuropsikologis yang lebih tinggi pada

golongan umur yang lebih tinggi.

Umur seseorang memengaruhi terjadinya efek neuropsikologis, meskipun

tanpa terkena pajanan suatu bahan kimia manusia dapat mengalami kemunduran

fungsi kognitif akibat atrofi pada sel saraf. Penelitian kohort oleh Freeman et al

(2008) menunjukkan bahwa secara normal, seseorang akan mengalami atrofi sel

saraf dimulai pada umur 50 tahun.

2. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian telah menunjukkan kerentanan laki-laki terhadap pajanan

metil merkuri dibandingkan dengan perempuan terhadap efek neurologis (NCR,

2000). Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al (2013) dimana jenis kelamin

berhubungan dengan hasil tes neuropsikologis di mana laki-laki lebih menunjukkan

efek neuropsikologis daripada perempuan akibat pajanan merkuri dosis rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Penelitian oleh Ceccatelli et al (2013) dengan model eksperimen in vitro dan in vivo

menunjukkan bahwa efek dari pajanan metil merkuri ini dapat diturunkan melalui

genetik kepada anak perempuan meskipun anak tersebut tidak pernah secara langsung

terpajan metil merkuri sementara hasil dari dari eksperimen menggunakan mencit

ditemukan keturunan jantan menunjukkan perubahan perilaku mirip depresi.

3. Status Gizi

Prinsip dari farmakologi, semakin besar berat badan hewan uji maka akan

semakin tinggi dosis racun yang dapat ditoleransi oleh tubuh (Sembel, 2015).

Beberapa studi menunjukkan hasil yang signifikan antara status gizi dengan toksisitas

metil merkuri dan efek yang ditimbulkan. Status gizi yang buruk dapat memperparah

efek dari metil merkuri dan sebaliknya status gizi yang baik dapat mengurangi efek

metil merkuri. Faktor gizi yang mengganggu perkembangan sel saraf misalnya

defisiensi zat besi dan folat dalam makanan dapat meningkatkan efek metil merkuri

dalam perkembangan sel saraf. Efek neuropsikologis akan lebih dahulu terlihat akibat

pajanan metil merkuri dibandingkan efek klinis (NCR, 2000).

4. Pajanan Merkuri

Sumber pajanan metil merkuri yang utama adalah melalui ikan, sehingga

terdapat korelasi yang erat antara asupan ikan dengan efek toksisitas metil merkuri

(NCR, 2000). Yokoo et al (2003) mengungkapkan bahwa pajanan merkuri dari

konsumsi ikan meningkatkan kadar konsentrasi merkuri pada rambut responden

sehingga berkorelasi dengan perubahan perilaku yang diuji melalui tes konsentrasi,

kecepatan motorik dan ketangkasan yang halus ditemukan bahwa terdapat gangguan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

pada fungsi pembelajaran verbal dan ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Weil et

al (2005) menunjukkan adanya hubungan antara pajanan merkuri dari asupan ikan

dengan fungsi neuropsikologis.

Hasil penelitian oleh Masley et al (2012) menunjukkan hal yang sama terkait

pajanan merkuri dari konsumsi ikan. Asupan makanan laut, khususnya ikan

meningkatkan kadar merkuri dan menyebabkan disfungsi kognitis pada kadar merkuri

≥15 µg/l. Konsumsi ikan pada awalnya meningkatkan fungsi kognitif akibat

peningkatan asupan asam lemak omega 3 dari ikan, namun pada akhirnya

peningkatan kadar merkuri melemahkan efek asupan zat gizi tersebut.

Menurut Zachi et al (2008), terdapat perbedaan fungsi neuropsikologis setelah

terpajan merkuri 1,5 tahun antara kelompok terpajan dengan kelompok kontrol.

Orenstein et al (2013), mengidentifikasi faktor pajanan dari konsumsi ikan yang

terkontaminasi senyawa organoklorin dan metil merkuri dosis rendah pada saat

prenatal dan menemukan hubungan antara durasi pajanan merkuri dari saat pre natal

dengan fungsi visual memori pada anak usia sekolah.

2.6 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan suatu proses

menghitung dan memperkirakan risiko terhadap organisme tertentu, sistem atau (sub)

populasi, termasuk identifikasi ketidakpastian yang menyertainya, pajanan terhadap

agen tertentu, dengan mempertimbangkan karakteristik agen yang menjadi perhatian

sekaligus karakteristik sistem target yang spesifik (IPCS, 2004).

ENHEALTH (2012) memberikan definisi terhadap ARKL adalah proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

memperkirakan potensi dampak kimia, fisik, mikrobiologi atau bahaya psikososial

pada populasi yang ditentukan atau sistem ekologi pada kondisi tertentu dan pada

waktu tertentu. Lingkup risiko kesehatan lingkungan antara lain mencakup dampak

dari polutan dan kontaminan kimia di udara, air, tanah, dan makanan; mikrobiologi

patogenik; kontaminan dalam makanan dan air; sumber radiasi; medan

elektromagnetik; dan perubahan iklim. Pelaksanaan ARKL tidak hanya terbatas pada

penilaian agen risiko terhadap kesehatan masyarakat, namun juga dapat menyusun

tahapan pengelolaannya. Bagan alir ARKL dapat digambarkan sebagai berikut :

2. 3.
Analisis Analisis
Dosis Pemajanan
Respon
II. III.
Pengelolaan Komunikasi
Risiko Risiko

1. 4.
Identifikasi Karakterisasi
Bahaya Risiko

I. Risk Assessment (ARKL)

Analisis Risiko (Risk Analysis)

Gambar 2.2 Bagan Alir Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Menurut Kolluru (1996), risk assessment pada ARKL mencakup empat

tahapan yaitu :

Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya atau hazard identification merupakan proses

mengidentifikasi jenis dan sifat yang dimiliki agen untuk menyebabkan efek yang

merugikan terhadap organisme, sistem, atau (sub) populasi (IPCS, 2004). Identifikasi

bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang dilakukan untuk menjawab

pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media lingkungan mana agen

risiko yang paling memberikan dampak, seberapa besar konsentrasi agen risiko di

media lingkungan, dan gejala kesehatan apa yang potensial (KEMENKES, 2012).

Analisis Pemajanan

Menurut IPCS (2004) analisis pemajanan atau exposure assessment adalah

penilaian pajanan dari agen dan turunannya terhadap organisme, sistem, dan (sub)

populasi dengan mengenali jalur-jalur pajanan dan jumlah asupan yang diterima

individu dalam populasi berisiko. Dalam melakukan penilaian paparan perlu

mengidentifikasi faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi efek pajanan

seperti faktor umur, status kesehatan, sejarah merokok, dan memperkirakan efek

sinergistik dari pajanan bahan toksik (Mukono, 2011).

Faktor karakteristik individu yang dapat mempengaruhi toksisitas misalnya

pada umumnya jenis kelamin wanita lebih tahan terhadap racun daripada kaum lelaki.

Kaum wanita biasanya memiliki lemak yang lebih banyak, sehingga bahan racun

dapat terikat dalam lemak. Biasanya anak-anak dan kaum lanjut usia lebih peka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

terhadap racun daripada orang dewasa (Sembel, 2015).

Analisis pemajanan dilakukan dengan menghitung intake atau asupan dari

agen risiko. Rumus perhitungan yang digunakan dalam mengukur intake non

karsinogenik pada jalur pajanan oral/ingesti adalah menggunakan persamaan Louvar

& Louvar (1998) dalam Kemenkes (2012) sebagai berikut :

C  R  f E  Dt
I
WB  tavg

Keterangan :

I : Intake, jumlah konsentrasi agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh

manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya (mg/kg.hari)

C : Concentration, konsentrasi agen risiko pada air bersih/minum (mg/l) atau

pada makanan (mg/kg)

R : Rate, laju asupan/konsumsi atau banyaknya volume air (liter/hari) atau

jumlah berat makanan (gram/hari) yang masuk setiap harinya

fE : frequency of exposure, lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap

tahunnya (hari/tahun)

Dt : Duration time, lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan (tahun)

WB : Weight of body, berat badan manusia/populasi/kelompok populasi (kg)

tavg : time average, periode waktu rata-rata untuk efek non karsinogen (hari)

Analisis Dosis-Respon

Analisis dosis-respon atau dose-response assessment / toxicity assessment

merupakan proses penilaian toksisitas agen untuk tiap bentuk spesi kimianya yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

dinyatakan sebagai dosis referensi atau reference dose (RfD) dan konsentrasi

referensi atau reference concentration (RfC) untuk efek nonkarsinogenik dan Cancer

Slope Factor (CSF) untuk efek karsinogenik. ARKL hanya dapat dilakukan hanya

jika agen sudah memiliki nilai dosis-respon (Rahman, 2007). Tahapan penilaian

toksisitas dilakukan dengan mengumpulkan informasi toksisitas secara kualitatif dan

kuantitatif untuk bahan evaluasi, mengidentifikasi periode paparan, dan menghitung

nilai toksisitas untuk efek non karsinogenik dan/atau karsinogenik (Mukono, 2011).

RfD dan RfC diartikan sebagai dosis/konsentrasi dari pajanan harian agen

risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu

walaupun pajanan terjadi sepanjang hayat. Nilai RfD, RfC dan SF merupakan hasil

penelitian dari berbagai sumber baik pada manusia maupun ekstrapolasi dari hewan

percobaan ke manusia. Sebagai hasil penelitian yang dilakukan secara terus-menerus

dan pemutakhiran yang sangat cepat, maka nilai RfD, RfC dan SF dapat berubah

sewaktu-waktu (KEMENKES, 2012). Saat ini basis data yang menampung nilai RfD,

RfC dan SF dari berbagai bahan toksik tersedia pada Integrated Risk Information

System (IRIS) yang dapat diakses melalui situs www.epa.gov/iris.

Nilai RfD dan RfC untuk merkuri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Nilai RfD dan RfC Merkuri

Bentuk Merkuri Rute Pajanan RfD/RfC


Merkuri metalik Inhalasi 0,0003 mg/m³
Merkuri (II) klorida Oral 0,0003 mg/kg-hari
Metil merkuri Oral 0,0001 mg/kg-hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Karakterisasi Risiko

Karakterisasi risiko menyelaraskan hasil penilaian toksisitas (slope factor,

reference dose) dan perkiraan asupan populasi yang berisiko sampai pada tahapan

perkiraan kuantitatif risiko kanker dan tingkat risiko (risk quotient) (Kolluru, 1996).

Karakterisasi risiko dilakukan dengan membandingkan intake dengan dosis referensi

agen risiko menurut rumus berikut :


I
RQ 
RfD

Nilai RQ dipakai untuk menilai tingkat risiko untuk efek non karsinogenik.

Tingkat risiko dikatakan aman apabila nilai RQ ≤ 1 dan dikatakan tidak aman apabiila

RQ > 1. Tingkat risiko perlu diinterpretasikan secara sederhana agar dapat diterima

oleh masyarakat dengan memuat pernyataan risiko, jalur pajanan, konsentrasi agen

risiko, populasi yang berisiko, kelompok umur populasi, berat badan populasi,

frekuensi pajanan, dan durasi pajanan (KEMENKES, 2012).

2.7 Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada teori simpul

yang dikemukakan oleh Achmadi (2014) yang digambarkan dalam model atau

paradigma. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan interaksi komponen

lingkungan yang memiliki potensi bahaya dengan manusia seperti model berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Manajemen
Penyakit

Sumber  Udara
Komunitas Sakit
Agen  Air
Penyakit (Perilaku, umur,
 Pangan gender, genome)
Sehat
 Vektor
Penular
 Manusia

Agent Penyakit
5
Lingkungan Strategis/politik, Iklim,
Topografi, Suhu, dll

Simpul

1 2 3 4

Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan (Teori Simpul)

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan serta

mengaluuarkan agen penyakit yang dalam hal ini adalah komponen lingkungan yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan melalui media perantara. Berbagai agen

penyakit telah dideteksi dan bertambah setiap harinya, baik berupa sintesis atau

senyawa baru bahan kimia toksik seperti logam berat maupun organism baru seperti

virus yang terus-menerus bermutasi hingga menimbulkan new emerging infection

diseases atau penyakit infeksi baru.

Sumber penyakit adalah titik yang secara tetap atau sewaktu-waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

mengeluarkan satu atau lebih agen penyakit. Sumber ini bisa berasal dari proses

alamiah seperti gas-gas atau debu dari letusan gunung berapi juga berasal dari hasil

kegiatan manusia seperti rumah tangga dan industri (Achmadi, 2014).

Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit terdiri dari :

udara ambient, air yang dikonsumsi maupun keperluan lain, tanah/pangan,

binatang/vektor dan manusia melalui kontak langsung. Media transmisi seperti air

dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi apabila di dalam air tersebut

terdapat bahan kimia beracun seperti logam berat.

Penyakit tidak menular dipindahkan melalui perantaraan media tertentu

seperti udara, air atau pangan. Agen penyakit tidak menular seperti bahan kimia

toksik berasal dari sebuah sumber, seperti cerobong asap industri, titik buangan

limbah, atau secara alamiah disemburkan kawah gunung berapi.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan (Behavioral Eksposure)

Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk beserta

perrilakunya dapat diukur melalui perilaku pemajanan (behavioral exposure).

Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen

lingkungan yang mengandung agen penyakit atau potensi bahaya penyakit, misalnya

mengonsumsi sejumlah air minum yang mengandung kadmium. Jumlah kontak pada

setiap orang berbeda satu sama lain, hal ini ditentukan oleh perilakunya, misalnya

seseorang yang belum memahami potensi bahaya dapat terkena dosis yang lebih

besar dibandingkan seseorang yang sudah memahami.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Pengukuran besaran agen penyakit terkadang sulit diukur sehingga dapat

digunakan biomarker atau tanda biologi, misalnya kandungan merkuri dalam darah

atau urin. Pengukuran perilaku pemajanan ini juga dapat dilihat dengan mengukur

kandungan agen penyakit atau metabolitnya juga dapat dikur secara tidak langsung

melalui antibodi seseorang dalam melawan agen penyakit tersebut, misalnya titer

antibodi terhadap dengue positif berarti orang tersebut pernah terpajan virus dengue

(Achmadi, 2014).

Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Hasil dari hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang

memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan adalah kejadian penyakit. Terdapat tiga

gradasi penderita penyakit, yaitu akut, subklinik, dan samar (subtle). Fenomena

penderita sakit digambarkan seperti sebuah piramid dengan segmen-segmen. Segmen

pertama adalah gambaran penderita akut dengan gejala spesifik biasanya kategori

manifestasi klinis yang dirawat di rumah sakit. Segmen kedua adalah subklinis

dengan gejala tidak khas namun dengan pemeriksaan tambahan dapat dikenali bahwa

kelompok ini menderita gangguan penyakit. Segmen ketiga adalah samar atau subtle

dengan gejala tidak khas, baik secara laboratoris maupun klinis. Secara proporsional

jumlah yang samar ini paling besar dan bias muncul sewaktu-waktu berupa Kejadian

Luar Biasa (KLB) (Achmadi, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Simpul 5 : Variabel Supra Sistem

Kejadian penyakit dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yaitu iklim,

topografi, temporal dan supra sistem misalnya keputusan politik seperti kebijakan

makro yang bias memengaruhi semua simpul. Variabel ini harus diperhitungkan

dalam setiap upaya analisis kejadian penyakit. Kebijakan makro dari sebuah

pemerintahan yang biasanya merupakan keputusan pengambil kebijakan yang dapat

atau memang ditujukan untuk memengaruhi kondisi lingkungan yang strategis.

Contoh kebijakan makrro di bidang energi, menghapus timbal pada bensin akan

mengurangi potensi risiko timbulnya penyakit akibat pencemaran udara akibat timbal

(Achmadi, 2014).

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori, dan tujuan penelitian maka

disusun kerangka konsep penelitian. Menurut teori simpul yang di kemukakan oleh

Achmadi (2014) dimana sumber penyakit, media transmisi, dan perilaku pemajanan

dapat menimbulkan suatu penyakit serta indikator analisis pemajanan dalam Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang terdiri dari konsentrasi, laju asupan,

durasi pajanan, dan berat badan maka disusun kerangka konsep penelitian sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Karakteristik Individu :
 Umur
 Jenis Kelamin
 Status Gizi

Pajanan Merkuri dari Air


Minum:
 Konsentrasi
Merkuri pada Air Efek
Sumur Neuropsikologis
 Laju Asupan Air
Minum
 Durasi Pajanan
Merkuri dari Air
Minum

Pajanan Merkuri dari


Ikan:
 Konsentrasi
Merkuri pada Ikan
 Laju Asupan Ikan
 Frekuensi Pajanan
Merkuri dari Ikan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik individu berhubungan dengan efek neuropsikologis

2. Kadar merkuri pada air sumur berhubungan dengan efek neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

3. Jumlah asupan air minum berhubungan dengan efek neuropsikologis

4. Durasi pajanan merkuri dari air minum berhubungan dengan efek

neuropsikologis

5. Kadar merkuri pada ikan berhubungan dengan efek neuropsikologis

6. Jumlah asupan ikan berhubungan dengan efek neuropsikologis

7. Frekuensi pajanan merkuri dari ikan berhubungan dengan efek

neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Krueng Kalee, Kecamatan Pasie Raja.

Penelitian dilakukan sejak survei awal pada bulan September 2017 hingga Mei 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh laki-laki dan perempuan yang berumur 18-49 Tahun

di Desa Krueng Kalee. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan kriteria sebagai

berikut:

Kriteria Inklusi :

1. Menggunakan air sumur sebagai sumber untuk minum

2. Mengonsumsi ikan yang berasal dari sungai di lokasi titik pengambilan sampel

ikan (Sungai Rasian)

3. Telah bermukim di lokasi penelitian minimal 1,5 tahun

Kriteria Eksklusi:

1. Memiliki riwayat cedera kepala dan penyakit saraf seperti epilepsi, stroke, dan

lain-lain.

2. Sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik berdasarkan pengakuan dan

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43

gejala yang diamati.

3. Sedang mengonsumsi suplemen dan obat-obatan.

Besar sampel dalam penelitiaan ini dihitung dengan menggunakan rumus

Lemeshow (1997) sebagai berikut :

{𝑍1−∝/2 𝑃0 1−𝑃0 +𝑍1− 𝛽 𝑃𝑎 1−𝑃𝑎 }²


𝑛=
𝑃𝑎 −𝑃0 ²

dimana :

n : besar sampel yang dibutuhkan

𝑍1−𝛼/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96)

𝑍1−𝛽 : nilai Z pada kekuatan uji 80% (0,84)

𝑃0 : proporsi efek neuropsikologis pada populasi studi, untuk

proporsi yang tidak diketahui pada populasi sebesar 0,5

𝑃𝑎 : proporsi alternatif atau taksiran proporsi yang sesungguhnya,

sebesar 0,37 (Masley et al, 2012)

𝑃𝑎 −𝑃0 : perkiraan selisih proporsi yang diharapkan dengan proporsi

yang sesungguhnya (0,13)

Setelah nilai-nilai untuk uji hipotesis di atas disubstitusikan, maka diperoleh :

{1,96 0,5 1−0,5 +0,84 0,37 1−0,37 }²


𝑛= 0,13 2
𝑛 = 95 orang

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan consecutive

sampling di mana semua responden yang memenuhi kriteria pemilihan akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

dimasukkan sampai jumlah responden yang diperlukan terpenuhi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran IMT terhadap

responden terpilih. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap

sampel air sumur dan ikan. Setelah dilakukan pengukuran nilai Risk Quotient (RQ)

untuk ARKL selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mendapatkan faktor yang

paling berpengaruh terhadap efek neuropsikologis.

Pengambilan sampel air sumur dibedakan sebagai berikut :

1. Sumur gali, sampel air diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air

dan/atau 20 cm di atas dasar sumur; dan

2. Sumur bor dengan pompa tangan atau mesin, sampel diambil dari kran atau

mulut pompa tempat keluarnya air.

Sampel air sumur kemudian dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna

gelap dengan ukuran 100 ml. Sampel air kemudian ditambahkan sebanyak 1,5 ml–5

ml HNO3 pekat kemudian sampel dimasukkan ke dalam coolbox dengan suhu di

bawah 60 C, dengan perlakuan tersebut maka sampel dapat bertahan selama 28 hari

(Hadi, 2015). Pengambilan sampel ikan dilakukan pada lokasi :

1. Daerah potensial yaitu lokasi yang mengalami perubahan kualitas air setelah

adanya aktivitas masyarakat;

2. Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai dimana terdapat

aktivitas yang masing-masing mempunyai pengaruh terhadap kualitas air;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

3. Daerah hilir atau muara yaitu daerah pasang-surut pertemuan antara air sungai

dan air laut, dimana di lokasi ini dapat diketahui kualitas air secara keseluruhan.

Pengambilan sampel ikan dilakukan pada hari terakhir setelah penelitian

selesai. Ikan yang dijadikan sampel adalah jenis ikan yang paling sering dikonsumsi

oleh masyarakat di Desa Krueng Kalee dan berasal dari Sungai Rasian yang

merupakan sungai tempat bermuaranya limbah sisa pengolahan emas.

Peta lokasi titik pengambilan sampel ikan dapat dilihat pada Gambar 3.1

berikut:

Gambar 3.1 Titik Pengambilan Sampel Ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Umur Lama hidup Wawancara Kuesioner Tahun Rasio
responden dihitung
dari ulang tahun
terakhir
Jenis Jenis seks genital Wawancara Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin responden 2. Perempuan
Status gizi Status gizi Pengukuran Timbangan, 1. Kurus: Ordinal
berdasarkan IMT berat badan Stature ≤18,4kg/m²
dibagi dengan Meter 2. Normal:
tinggi badan 18,5-
25kg/m²
3. Gemuk:
≥25,1kg/m²
(Depkes,
2007)
Konsentrasi Kadar merkuri Pemeriksaan di Atomic mg/l Rasio
merkuri yang diukur dari laboratorium Absorption
pada air hasil pemeriksaan Spectrophoto
sumur air sumur meter–
Mercury
Vapor Unit
(AAS-MVU)
Laju asupan Jumlah banyaknya Wawancara Kuesioner liter/hari Rasio
air minum air minum yang
berasal dari sumur
rumah responden
Durasi Banyaknya waktu Wawancara Kuesioner Tahun Rasio
pajanan dalam tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur
merkuri dimana responden
dari air mengonsumsi air
minum yang berasal dari
air sumur
Konsentra Kadar merkuri Pemeriksaan di AAS mg/kg Rasio
si merkuri yang diukur dari laboratorium
pada ikan hasil pemeriksaan
pada ikan
Laju Jumlah banyaknya Wawancara Kuesioner gram/hari Rasio
asupan ikan yang
ikan dikonsumsi
responden
Frekuensi Banyaknya hari Wawancara Kuesioner Tahun Rasio
pajanan dalam tahun
merkuri dimana responden
dari ikan mengonsumsi ikan
yang mengandung
merkuri
Efek Gangguan fungsi Tes Digit span 1-12 Rasio
neuropsi kognitif yang neuropsikologis test, match
kologis diukur dengan tes box test,
neuropsikologis frostig test,
tapping test,
stop watch

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Status Gizi

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔 )


Pengukuran status gizi berdasarkan rumus : 𝐼𝑀𝑇 =
(𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚 ))²

Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan, sedangkan tinggi

badan menggunakan stature meter. Jarum pada timbangan berat badan harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

menunjukkan angka 0,00 sebelum digunakan. Responden diminta naik ke timbangan

dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbangan dan tidak menutupi jendela baca.

Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (tidak

bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus ke depan). Catat

angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan. Minta responden turun dari alat

timbang.

Pengukuran tinggi badan menggunakan stature meter dilakukan pada lantai

atau permukaan yang datar. Stature meter digantungkan pada jarak 2 m dari lantai.

Responden diminta untuk melepas alas kaki, penutup kepala/topi/peci. Responden

diminta berdiri tegak, pandangan lurus ke depan. Lima bagian badan, yaitu kepala,

bahu, punggung, pantat, dan tumit menempel di dinding. Bila tidak memungkinkan,

minimal 3 bagian yang menempel di dinding. Tarik ujung stature meter hingga batas

kepala responden kemudian catat angka pada jendela baca stature meter.

3.6.2 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Ikan

Merkuri yang diukur adalah merkuri organik menggunakan Atomic

Absorption Spectrophotometer Mercury Vapor Unit (AAS-MVU). Tahap awal dalam

proses pembacaan kadar merkuri, alat SSA dihidupkan, diatur posisi optimum untuk

pengujian merkuri dengan mengatur posisi lampu katoda merkuri dan kedudukan sel

absorban dan panjang gelombang untuk uji merkuri. Selanjutnya larutan standar

dihubungkan dengan selang kecil yang bermuara pada sebuah tabung di dalam sistem

SSA. Selanjutnya reduktor (SnCl2) dialirkan kedalam tabung tersebut sehingga

terbentuk uap merkuri. Hasil kadar merkuri selanjutnya akan terbaca pada layar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

sesuai dengan panjang gelombang merkuri. Sampel air sumur diperiksa di Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1

Palembang.

Untuk sampel ikan, terlebih dahulu akan dilakukan destruksi basah di

Laboratorium Kimia Analis FMIPA USU, kemudian sampel yang sudah berupa

larutan akan dilakukan pengujian kadar konsentrasi merkurinya di Balai Riset dan

Standardisasi Industri (Baristand) Medan.

Prosedur destruksi basah sampel ikan adalah sebagai berikut:

1. Sampel ikan dikeringkan di oven dengan suhu 105°C

2. Sampel yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan mortar atau penggerus

3. Sampel yang telah halus kemudian ditimbang sebanyak 0,5–1 gr

4. Sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl atau erlenmeyer lalu tambahkan aqua

regia yaitu campuran asam klorida pekat atau asam nitrat pekat dengan

perbandingan 3:1

5. Diamkan beberapa saat sampai sampel bereaksi dengan aqua regia yang

ditambahkan

6. Panaskan menggunakan hot plate dengan suhu rendah

7. Destruksi selesai jika sampel telah terlihat bening

Selanjutnya pemeriksaan kadar merkuri pada sampel ikan yang telah

didestruksi dilakukan dengan menggunakan alat AAS.

3.6.3 Jumlah Asupan Air Minum dan Ikan

Jumlah asupan air minum responden diukur dengan menghitung banyaknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

air yang diminum dikonsumsi oleh responden. Responden diberikan tempat minum

ukuran 2 L untuk kemudian diukur banyaknya air minum yang dikonsumsi dalam 24

jam. Asupan ikan akan dihitung dengan memperkirakan Ukuran Rumah Tangga

(URT) dari ikan yang dikonsumsi dan dihitung menjadi asupan dalam mg/hari. Laju

asupan ikan dihitung pada 1 (satu) kali konsumsi ikan per ekor per hari dikalikan

dengan berat ikan (gr)

3.6.4 Pengukuran Efek Neuropsikologis

Pemeriksaan untuk mengetahui efek neuropsikologis mengacu pada Guidance

for Identifying Populations at Risk from Mercury Exposure (UNEP, 2008) dengan tes

neuropsikologis berupa memory test, matchbox test, tapping test, dan frostig test.

Prosedur tes :

1. Peneliti membacakan susunan angka yang terdapat pada instrumen, kemudian

responden diminta untuk mengulangi angka yang dibacakan. Kemampuan

responden mengingat angka-angka yang dibacakan dinilai sesuai instrumen.

2. Responden diminta untuk duduk, letakkan 20 batang korek api pada sebuah

bidang datar secara bertumpuk/berkelompok. Pada jarak sekitar 15 cm, letakkan

kotak korek api yang terbuka setengahnya. Minta responden untuk memasukkan

korek api tersebut ke kotaknya satu-persatu. Hitung waktu yang dihabiskan

responden untuk menyelesaikan instruksi dan catat pada instrumen.

3. Letakkan kertas kosong dan pulpen di atas bidang datar lalu responden diminta

untuk membuat titik yang menyebar ke atas kertas dengan pulpen

sebanyak-banyaknya selama 10 detik. Hitung banyaknya titik yang dibuat lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

beri skor pada instumen.

4. Letakkan kertas instrumen frosting test di atas bidang datar lalu minta responden

untuk menggambar atau menarik garis tanpa putus pada simbol satu ke simbol

lainnya yang telah ditentukan. Nilai hasil garis yang digambar oleh responden.

Skor 0 jika garis yang dibuat sesuai dan tidak berlekuk, skor 1 jika garis yang

dibuat berlekuk, skor 2 jika garis yang dibuat melewati garis atau sangat

melenceng dari titik simbol awal.

Penilaian kuesioner efek neuropsikologis akan dilakukan oleh psikolog. Setiap

pertanyaan akan dilakukan scoring dimana jawaban diberi skor 1 sampai dengan 3.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel. Data yang disajikan berupa nilai tengah (mean), median, nilai

minimal maksimal, standar deviasi untuk data numerik dan persentase atau proporsi

untuk data kategorik.

3.7.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Data berskala kategorik dan data numerik yang berdistribusi normal

dilakukan uji T Independen, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal

dilakukan uji Mann Whitney. Data berskala numerik akan dilakukan uji korelasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

pearson untuk data yang berdistibusi normal dan uji korelasi spearman untuk data

yang tidak berdistribusi normal.

3.7.3 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan empat tahapan,

yaitu:

1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya di lokasi pengolahan emas di Desa Krueng Kalee

diperoleh dengan melakukan pengukuran konsentrasi merkuri pada air sumur

masyarakat sekitar. Dari hasil survei pendahuluan diketahui bahwa konsentrasi

tertinggi yang ditemukan dari delapan sampel air sumur masyarakat adalah 0,007

mg/l yang telah melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan dalam Permenkes 492

tahun 2010, yaitu hanya sebesar 0,0001 mg/l. Menurut data USEPA, merkuri

merupakan agen risiko dengan sifat non karsinogenik dan karsinogenik, namun dalam

penelitian ini hanya mengukur nilai risiko non karsinogenik.

2. Analisis Pemajanan

Analisis pemajanan dilakukan dengan mengukur besarnya pajanan pada

masyarakat di Desa Krueng Kalee dengan mengukur konsentras merkuri pada air

sumur responden, mengestimasikan laju asupan air minum responden setiap harinya,

frekuensi pajanan, durasi pajanan, penimbangan berat badan, dan periode waktu rata-

rata sesuai dengan rumus berikut :


C  R  f E  Dt
I
WB  tavg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

3. Analisis Dosis-Respon

Pada penelitian ini dosis referensi dari merkuri yang terdapat pada air minum

menggunakan dosis referensi senyawa metil merkuri. Menurut data yang disajikan

dalam Integrated Risk Information System (IRIS), nilai dosis referensi (RfD) untuk

metil merkuri melalui rute pajanan oral adalah sebesar 0,0001 mg/kg.hari.

4. Karakterisasi Risiko

Karakterisasi risiko merupakan perkiraan risiko dengan membandingkan nilai

intake non karsinogenik dengan nilai RfD metil merkuri, sesuai dengan rumus :

I
RQ 
RfD
Hasil pengukuran nilai Risk Quotient (RQ) menunjukkan risiko kesehatan responden

akibat pajanan merkuri pada air minum. Nilai RQ≤1 berarti masyarakat Desa Krueng

Kalee yang mengonsumsi air minum dan ikan aman dari pajanan merkuri sepanjang

hidupnya, namun apabila nilai RQ>1 berarti masyarakat yang mengonsumsi air

minum dan ikan berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat pajanan merkuri

sepanjang hidupnya.

3.7.4 Analisis Multivariat

Untuk mengetahui variabel independen mana yang paling memengaruhi efek

neuropsikologis dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan tingkat

kemaknaan p<0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Desa Krueng Kalee merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

administratif Kecamatan Pasie Raja dengan luas wilayah 16,4 km² dan berjarak 21

km dari Ibu Kota Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah Desa Krueng Kalee berbatasan

dengan:

- Sebelah Utara dengan Desa Paya Ateuk

- Sebelah Selatan dengan Desa Lhok Sialang Cut

- Sebelah Timur dengan Pegunungan Bukit Barisan

- Sebelah Barat dengan Desa Teupin Gajah

Desa Krueng Kalee terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Babah I, Dusun

Babah II, dan Dusun Kuta Raja. Jumlah penduduk di Desa Krueng Kalee Tahun 2018

berdasarkan Profil Desa Krueng Kalee berjumlah 834 jiwa yang terdiri dari 379 laki-

laki (45,44%) dan 455 perempuan (54,56%). Kecamatan Pasie Raja pada Kabupaten

Aceh Selatan dapat dilihat melalui peta berikut:

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55

Gambar 4.1 Kecamatan Pasie Raja dalam Peta Kabupaten Aceh Selatan
Sumber Shape File: tanahair.indonesia.go.id, 2018

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 95 orang yang

memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik responden di Desa Krueng Kalee dapat

dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi %


Umur
<33 43 45,3
≥33 52 54,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 47,4
Perempuan 50 52,6
Status Gizi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.1 (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi %


Kurus 13 13,7
Normal 54 56,8
Gemuk 28 29,5
Pendidikan
SD 21 22,1
SMP 33 34,7
SMA 29 30,5
Diploma 4 4,2
S1 8 8,4
Pekerjaan
Penambang 4 4,2
Pengolah Emas 8 8,4
Petani 18 18,9
Wiraswasta 14 14,7
PNS/Honorer 12 12,6
Pelajar 9 9,5
Ibu Rumah Tangga 30 31,6

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 45 orang (47,4%) laki-laki dan 50

orang (52,6%) perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

menggunakan cut off point rerata untuk variabel umur diketahui bahwa responden

yang berumur <33 tahun sebanyak 43 orang (45,3%), sedangkan responden yang

berumur ≥33 tahun sebanyak 52 orang (54,7%).

Status gizi diukur dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan

responden. Hasil perhitungan didapat bahwa responden dengan status gizi kurang

sebanyak 13 orang (13,7%), responden dengan status gizi normal sebanyak 54 orang

(56,8%), dan responden dengan status gizi gemuk sebanyak 28 orang (29,5%).

Pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian ini yaitu tamat SD

sebanyak 21 orang (22,1%), tamat SMP sebanyak 33 orang (34,7%), tamat SMA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

sebanyak 29 orang (30,5%), telah menyelesaikan Diploma sebanyak 4 orang (4,2%),

dan telah menyelesaikan pendidikan S1 sebanyak 8 orang (8,4%).

Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga

sebanyak 30 orang (31,6%) responden, diikuti oleh responden yang bekerja sebagai

petani sebanyak 18 orang responden (18,9%), dan wiraswasta sebanyak 14 orang

(14,7%).

4.3 Analisis Univariat

Responden di Desa Krueng Kalee dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang

telah ditetapkan. Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

4.3.1 Umur

Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi untuk variabel umur adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden


Umur n=95
Rerata 33,07
95% CI 31,06–35,08
Simpangan Baku 9,866
Minimal 18
Maksimal 49
p (Kolmogrov Smirnov) 0,002
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata umur responden dalam penelitian ini

adalah 33,07 tahun dengan Simpangan Baku (SB) sebesar 9,866. Umur responden

minimal yang mengikuti penelitian ini adalah 18 tahun dan umur responden maksimal

49 tahun sesuai dengan kriteria inklusi untuk umur yang telah ditentukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

4.3.2 Kadar Merkuri pada Air Sumur

Semua sampel air sumur yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sumur

bor dan semua responden menggunakan air sumur sebagai sumber air minum. Sampel

air sumur yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Lokasi titik

pengambilan sampel air digambarkan pada peta berikut:

Gambar 4.2 Lokasi Titik Pengambilan Sampel Air Sumur

Berikut adalah kadar merkuri pada sampel air sumur dibandingkan dengan

persyaratan kualitas air minum:

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kadar Merkuri pada Air Sumur

Sampel Air Sumur Responden


n=30 % n=95 %
Kadar Merkuri
≤0,001 24 80 73 76,8
>0,001 6 20 22 23,2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Berdasarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum, kadar air raksa (merkuri) maksimum yang diperbolehkan pada air minum

adalah 0,001 mg/l. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar merkuri pada

sampel air sumur Desa Krueng Kalee berada di bawah ambang batas kadar

maksimum merkuri yang diperbolehkan pada persyaratan kualitas air minum (80%).

Kadar merkuri yang terukur pada sampel air sumur di Desa Krueng Kalee pada saat

penelitian berada pada konsentrasi 0,0002 mg/l–0,007 mg/l.

4.3.3 Laju Asupan Air Minum

Laju asupan air minum dihitung dengan melihat seberapa banyak air yang

dikonsumsi oleh responden dalam waktu 24 jam. Hasil analisis laju asupan

ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Laju Asupan Air Minum

Laju Asupan n=95


Rerata 2,332
95% CI 2,24–2,42
Simpangan Baku 0,453
Minimal 1,5
Maksimal 3
p (Kolmogrov Smirnov) 0,001

Tabel 4.4 menunjukkan laju asupan air minum responden berkisar antara 1,5

liter/hari–3 liter/hari dengan rerata laju asupan responden adalah 2,332 liter/hari.

Hasil ini lebih tinggi dari nilai default laju asupan rata-rata dewasa sebanyak 2

liter/hari.

4.3.4 Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum

Durasi pajanan merkuri dari air minum responden ditampilkan pada tabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum

Laju Asupan n=95


Rerata 25,49
95% CI 22,74–28,25
Simpangan Baku 13,539
Minimal 2
Maksimal 49
p (Kolmogrov Smirnov) 0,013

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa durasi pajanan merkuri dari air minum

responden minimal selama 2 tahun dan maksimal 49 tahun. Rerata durasi pajanan

adalah 25,49 tahun.

4.3.5 Konsentrasi Merkuri pada Ikan

Hasil wawancara pada saat penelitian diketahui bahwa terdapat 2 (dua) jenis

ikan yang paling sering dikonsumsi oleh responden yang berasal dari Sungai Rasian

yaitu ikan gabus (Channa striata) dan ikan betok (Anabas testudineus). Hasil

pengukuran konsentrasi merkuri pada kedua ikan tersebut ditampilkan melalui tabel

berikut:

Tabel 4.6 Konsentrasi Merkuri pada Sampel Ikan Sungai Rasian

Jenis Ikan Konsentrasi (mg/kg)


Ikan Gabus 1 0,2231
Ikan Gabus 2 0,2437
Ikan Gabus 3 0,2938
Ikan Betok 1 0,2104
Ikan Betok 2 0,2485
Ikan Betok 3 0,2673

Sampel ikan gabus menunjukkan kadar metil merkuri berkisar antara 0,2231

mg/kg–0,2938 mg/kg dan kadar metil merkuri pada sampel ikan betok berkisar antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

0,2104 mg/kg–0,2673 mg/kg. Rerata konsentrasi metil merkuri pada ikan gabus

adalah sebesar 0,2535 mg/kg dan rerata konsentrasi metil merkuri pada ikan betok

sebesar 0,2421 mg/kg. Rerata konsentrasi kedua jenis ikan adalah sebesar 0,2478

mg/kg.

Berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-2729.1-2006 Spesifikasi

Ikan Segar untuk persyaratan mutu dan keamanan pangan ditetapkan persyarataan

cemaran kimia air raksa (merkuri) maksimal 0,5 mg/kg. Hasil di atas menunjukkan

bahwa kadar merkuri pada sampel ikan yang berasal dari Sungai Rasian masih berada

di bawah kadar maksimal yang dipersyaratkan.

4.3.6 Laju Asupan Ikan

Laju asupan ikan dihitung dengan melihat banyak jumlah ikan yang

dikonsumsi oleh responden per harinya. Berat rerata sampel ikan gabus yang biasa

dikonsumsi responden setelah dilakukan penimbangan adalah 100 gr dan berat ikan

betok 90 gr. Hasil analisis laju asupan ikan ditampilkan pada Tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Laju Asupan Ikan

Laju Asupan n=95


Rerata 6,94
95% CI 5,83-8,06
Simpangan Baku 5,47
Minimal 1,58
Maksimal 13,57
p (Kolmogorov Smirnov) 0,001

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa laju asupan merkuri dari ikan masyarakat

sebesar 1,58 gr/hari–13,57 gr/hari dengan rerata 6,94 gr/hari. Hasil ini lebih rendah

dari nilai default laju asupan ikan sebesar 54 gr. Laju asupan ikan ini dihitung dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

membandingkan penjumlahan berat kedua jenis ikan dengan frekuensi asupan ikan.

4.3.7 Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan

Frekuensi pajanan merkuri dari ikan selengkapnya dapat dilihat melalui tabel

di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan

Frekuensi Pajanan n=95


Rerata 26,55
95% CI 22,27–30,83
Simpangan Baku 21,018
Minimal 6
Maksimal 52
p (Kolmogorov Smirnov) 0,001

Tabel 4.8 menunjukkan rentang frekuensi pajanan merkuri dari konsumsi ikan

adalah 6 hari/tahun-52 hari/tahun dengan rerata frekuensi pajanan merkuri dari ikan

adalah 26,55 hari/tahun.

4.3.8 Efek Neuropsikologis

Efek neuropsikologis ditentukan dengan skoring tes neuropsikologis yang

meliputi memory test, matchbox test, finger tapping test, dan frostig test. Hasil

analisis skor dari 95 responden disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan

Frekuensi Pajanan n=95


Rerata 8,83
95% CI 8,5–9,16
Simpangan Baku 1,635
Minimal 5
Maksimal 11
p (Kolmogorov Smirnov) 0,001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari hasil analsis didapati bahwa rerata skor

neuropsikologis responden adalah 8,83 poin dengan rentang 5–11 poin. Menurut

Guidance for Identifying Populations at Risk from Mercury Exposure (UNEP, 2008)

adanya efek neuropsikologis apabila tes menunjukkan nilai ≥8 poin. Rerata hasil tes

neuropsikologis pada responden adalah 8,83 poin.

4.4 Analisis Bivariat

4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Efek Neuropsikologis

Karakteristik individu yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah

umur, jenis kelamin, dan status gizi. Hasil analisis bivariat dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Jenis Kelamin

Hasil analisis variabel jenis kelamin dengan efek neuropsikologis

menggunakan uji Mann Whitney dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin dengan Efek Neuropsikologis

Jenis Kelamin Efek Neuropsikologis


Rerata (SB) p
Laki-laki 9 (1,692) 0,300
Perempuan 8,68 (1,584)

Rerata skor efek neuropsikologis pada responden laki-laki adalah 9 dan rerata

skor efek neuropsikologis pada responden perempuan adalah 8,68. Hasil analisis

menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai p sebesar 0,3 (p>0,05) yang berarti

bahwa tidak terdapat perbedaan rerata skor efek neuropsikologis yang signifikan

antara laki-laki dan perempuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

2. Umur dan Status Gizi

Karakteristik respConden yang selanjutnya diuji adalah variabel umur dan

status gizi. Status gizi yang dinilai dalam analisis ini berdasarkan nilai Indeks Massa

Tubuh.

Hasil uji variabel umur dan status gizi dengan variabel efek neuropsikologis

ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Umur dan Status Gizi dengan Efek
Neuropsikologis
Efek Neuropsikologis
p r
Umur 0,589 0,056
Status Gizi 0,961 -0,005

Analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan nilai p

sebesar 0,589 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memiliki korelasi

yang signifikan dengan variabel efek neuropsikologis. Hasil analisis menunjukkan

bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara status gizi dengan efek

neuropsikologis.

4.4.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan Air Minum,
Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri pada Ikan,
Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan dengan
Efek Neuropsikologis

Hasil analisis hubungan antara variabel kadar merkuri pada air sumur, jumlah

asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air minum, kadar merkuri pada ikan,

jumlah asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri dari ikan dengan efek

neuropsikologis dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Tabel 4.12 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan
Air Minum, Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri
dari Ikan, Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari
Ikan dengan Efek Neuropsikologis

Variabel Efek Neuropsikologis


p r
Kadar merkuri pada air sumur 0,001 0,613
Jumlah asupan air minum 0,001 0,838
Durasi pajanan merkuri dari air minum 0,028 0,226
Kadar merkuri pada ikan 0,001 0,639
Jumlah asupan ikan 0,001 0,610
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan 0,001 0,610

Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa kadar

merkuri pada air sumur memiliki korelasi yang signifikan dengan efek

neuropsikologis (P<0,001). Nilai r (korelasi) yang dihasilkan adalah 0,613 yang

artinya bahwa kadar merkuri pada air sumur memiliki korelasi yang kuat dengan efek

neuropsikologis. Peningkatan kadar merkuri pada air sumur akan diikuti peningkatan

efek neuropsikologis atau semakin tinggi kadar merkuri pada air sumur maka

semakin menimbulkan efek neuropsikologis.

Jumlah asupan air minum memiliki korelasi yang signifikan dengan efek

neuropsikologis (P<0,001) dengan nilai r sebesar 0,838 yang berarti bahwa jumlah

asupan air minum memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan efek

neuropsikologis. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi jumlah asupan air minum maka

semakin menimbulkan efek neuropsikologis.

Durasi pajanan merkuri dari air minum memiliki korelasi yang signifikan

dengan efek neuropsikologis (P=0,028). Nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,226

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

yang berarti bahwa durasi pajanan merkuri dari air minum memiliki korelasi positif

yang lemah dengan efek neuropsikologis, semakin lama durasi pajanan merkuri dari

air minum maka akan semakin menimbulkan efek neuropsikologis.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar merkuri pada ikan memiliki korelasi

yang signifikan dengan efek neuropsikologis (P<0,001). Nilai r (korelasi) yang

dihasilkan adalah 0,639 yang artinya bahwa kadar merkuri pada ikan memiliki

korelasi yang kuat dengan efek neuropsikologis. Peningkatan kadar merkuri pada

ikan akan diikuti peningkatan efek neuropsikologis atau semakin tinggi kadar merkuri

pada ikan maka semakin menimbulkan efek neuropsikologis.

Jumlah asupan ikan memiliki korelasi yang signifikan dengan efek

neuropsikologis (p<0,001) dengan nilai r sebesar 0,610 yang berarti bahwa jumlah

asupan ikan memiliki korelasi positif yang kuat dengan efek neuropsikologis. Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi jumlah asupan ikan maka semakin menimbulkan efek

neuropsikologis.

Frekuensi pajanan merkuri dari ikan memiliki korelasi yang signifikan dengan

efek neuropsikologis (P<0,001). Nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,610 yang

berarti bahwa frekuenssi pajanan merkuri dari ikan memiliki korelasi positif yang

kuat dengan efek neuropsikologis, semakin lama frekuensi pajanan merkuri dari ikan

maka akan semakin menimbulkan efek neuropsikologis.

4.5 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisis risiko dilakukan dengan tahapan identifikasi bahaya, analisis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

pemajanan, analisis dosis-respon, dan karakterisasi risiko. Identifikasi bahaya

dilakukan dengan melakukan pengukuran kadar merkuri pada air sumur responden

dan kadar merkuri pada ikan yang dikonsumsi responden. Analisis pemajanan

dilakukan dengan menghitung intake dengan membandingkan konsentrasi (C), laju

asupan (R), jumlah hari pajanan (fE), dan durasi pajanan (Dt) dengan berat badan

(Wb) dan periode waktu rata-rata (tavg) masing-masing responden.

Analisis dosis respon dilakukan dengan melihat nilai reference dose merkuri

organik atau metil merkuri yaitu jenis merkuri yang terdapat pada air dan ikan

melalui basis data IRIS-EPA dengan rute pajanan oral sebesar 0,0001 mg/kg-hari.

Setelah dilakukan perhitungan intake selanjutnya pada tahapan karakterisasi risiko

dengan menghitung nilai RQ dengan membandingkan nilai intake (I) dan reference

dose (RfD).

Hasil perhitungan nilai intake dan RQ selengkapnya disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Nilai Intake dan RQ

Rerata SB Min-Maks p (Kolmogorov


Smirnov)
Air Minum
Intake 0,0000513 0,0000674 0,000006–0,000305 0,001
RQ 0,650 0,673 0,057–3,051 0,001
Ikan
Intake 0,0035 0,0041 0,000076–0,012 0,001
RQ 35,45 40,64 0,76-119,78 0,001

Rerata intake merkuri pada air minum masing-masing responden adalah

0,0000513 mg/kg-hari dengan rentang intake 0,000006 mg/kg-hari–0,000305 mg/kg-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

hari. Rerata intake merkuri dari ikan adalah 0,0035 mg/kg-hari dengan rentang intake

0,000076 mg/kg-hari–0,012 mg/kg-hari Rerata nilai RQ air minum yang diperoleh

dari hasil penelitian adalah 0,65 dengan rentang RQ 0,057–3,051. Rerata nilai RQ

ikan adalah 35,45 dengan rentang 0,76–119,78. Hasil perhitungan nilai RQ dari 95

orang responden didapati hasil Sebagai berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Nilai RQ Responden

Nilai RQ Air Minum Ikan


n % n %
≤1 85 89,47 8 8,4
>1 10 10,53 87 91,6

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa untuk nilai RQ air minum terdapat 85 orang

(89,47%) responden dengan nilai RQ≤1 dan sebanyak 10 orang (10,53%) responden

dengan nilai RQ>1. Nilai RQ ikan terdapat 8 orang (8,4%) responden dengan nilai

RQ≤1 dan 87 orang (91,6%) dengan nilai RQ>1.

4.5.1 Manajemen Risiko

Manajemen risiko dilakukan jika pada penilaian risiko ditemukan risiko tidak

aman akibat pajanan suatu agen tertentu. Manajemen risiko untuk pemajanan ingesti

(air minum dan ikan) dapat dilakukan dengan menyusun ulang persamaan

perhitungan intake sehingga diperoleh kadar merkuri yang aman atau laju asupan

yang aman. Contoh manajemen risiko menentukan kadar merkuri pada air sumur

yang aman untuk dikonsumsi ditentukan pada 10 responden dengan nilai RQ>1. Hasil

perhitungan dapat dilihat melalui tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Tabel 4.15 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Laju Asupan Air Minum yang
Aman

No Kadar Laju Frekuensi Durasi Berat Kadar Laju


Merkuri Asupan Pajanan Pajanan Badan Merkuri Asupan
pada Air (l/hari) (hari/tahun) (tahun) (kg) yang yang
Sumur Aman Aman
(mg/l) (mg/l) (ml/hari)
1 0,007 2 350 5 46 0,0024 685
2 0,007 2 350 31 48 0,0025 715
3 0,007 2 350 5 57 0,003 849
4 0,007 2 350 5 82 0,0043 1.221
5 0,007 2,5 350 48 64 0,0027 953
6 0,007 2,5 350 49 55 0,0023 819
7 0,007 2,5 350 29 56 0,0023 834
8 0,003 3 350 33 45 0,0016 1.564
9 0,003 2 350 33 54 0,0028 1.877
10 0,003 2 350 38 47 0,0025 1.633

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa kadar merkuri yang aman bagi 10 orang

responden dengan nilai RQ>1 berada pada rentang 0,0016 mg/l–0,003 mg/l. Hasil ini

melebihi dari kadar maksimal yang diperbolehkan pada Permenkes 492 Tahun 2010.

Laju asupan yang aman bagi 10 orang responden dengan nilai RQ>1 berada pada

rentang 715 ml/hari–1,87 liter/hari. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan

memilih salah satu opsi, yaitu menurunkan kadar merkuri pada air sumur atau

menurunkan laju asupan air minum.

4.6 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier

berganda. Setelah dilakukan analisis bivariat, variabel independen dengan nilai

p<0,25 dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Variabel independen yang

memenuhi kriteria adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Tabel 4.16 Variabel Independen yang Memenuhi Kriteria Analisis Multivariat

Variabel Independen p
Kadar merkuri pada air sumur 0,001
Jumlah asupan air minum 0,001
Durasi pajanan merkuri dari air minum 0,028
Kadar merkuri pada ikan 0,001
Jumlah asupan ikan 0,001
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan 0,001

Selanjutnya dilakukan analisis untuk memprediksi efek neuropsikologis

dengan menggunakan metode enter. Hasil analisis disajikan melalui Tabel 4.17

berikut:

Tabel 4.17 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier

Tahap Variabel Koefisien Koefisien p


Korelasi
1 Konstanta -12,235
Kadar merkuri pada air sumur 160,356 0,170 0,004
Jumlah asupan air minum 2,430 0,674 0,001
Durasi pajanan merkuri dari air minum -0,001 -0,005 0,932
Kadar merkuri pada ikan 59,635 0,155 0,137
Jumlah asupan ikan -0,206 -2,170 0,294
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan 0,180 2,318 0,252
2 Konstanta 1,878
Kadar merkuri pada air sumur 210,179 0,222 0,001
Jumlah asupan air minum 2,865 0,794 0,001

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 6 (enam) variabel yang dimasukkan ke

dalam model multivariat, nilai p>0,05 dikeluarkan dari model sehingga hanya 2 (dua)

variabel yang masuk dalam model akhir dengan nilai p<0,001.

Menilai suatu kelayakan model persamaan regresi linier dapat dilihat dari nilai

p pada uji Anova. Hasil uji Anova didapati nilai p adalah sebesar <0,001 sehingga

model persamaan layak untuk digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan pada hasil akhir regresi linier

berganda adalah sebesar 0,703. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri pada air sumur

dan jumlah asupan air minum dapat menjelaskan 70,3% efek neuropsikologis

sedangkan 29,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel dalam penelitian ini.

Model persamaan regresi linier yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + ⋯ + 𝑏𝑘 𝑋𝑘

Hasil analisis multivariat regresi linier dengan metode enter didapat model

persamaan sebagai berikut:

Efek Neuropsikologis=1,878+210,179(Kadar Merkuri)+2,865(Laju Asupan)

Model persamaan di atas dapat digunakan untuk memperkirakan efek

neuropsikologis dengan menggunakan variabel kadar merkuri pada air sumur dan laju

asupan air minum. Kenaikan kadar merkuri pada air sumur dan laju asupan akan

meningkatkan efek neuropsikologis. Hasil akhir menunjukkan bahwa kadar merkuri

pada air sumur merupakan variabel yang paling memengaruhi efek neuropsikologis

dilihat dari besaran nilai beta yaitu 210,179. Probabilitas untuk masing-masing

variabel adalah sebagai berikut:

- Setiap kenaikan kadar merkuri pada air sumur 1 mg/l meningkatkan 210

poin skor neuropsikologis setelah dikontrol laju asupan pada air minum

- Setiap kenaikan laju asupan air minum sebesar 1 liter/hari, maka skor

neuropsikologis akan naik 2 poin setelah dikontrol kadar merkuri pada air

sumur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Efek Neuropsikologis

Karakteristik individu yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdiri dari

umur, jenis kelamin, dan status gizi. Hubungan dari masing-masing sub variabel

dengan efek neuropsikologis adalah sebagai berikut:

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur minimal responden yang

mengikuti penelitian ini adalah 18 tahun dan maksimal 49 tahun dengan rerata 33

tahun. Kasus keracunan merkuri pernah terjadi di Minimata, Jepang menunjukkan

bahwa kerentanan terhadap metil merkuri meningkat pada umur lanjut usia (NCR,

2000). Penelitian oleh Kim et al (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

antara umur responden dengan hasil tes Finger Tapping Speed (FTS) pada orang

lanjut usia dengan pajanan metil merkuri dosis rendah di Korea. Umur responden

dalam penelitian ini merupakan umur dimana kerusakan saraf belum terjadi sehingga

hasil belum menunjukkan korelasi yang bermakna.

Uji korelasi Spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

korelasi yang signifikan antara umur dengan efek neuropsikologis. Hasil analisis

responden di Krueng Kalee ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reitan

& Wolfson (1994) pada penderita kerusakan saraf menemukan hasil bahwa variabel

umur memiliki efek yang minim terhadap hasil skor neuropsikologis. Weiss (2011)

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73

mengungkapkan bahwa saraf memiliki sifat pemeliharaan yang tinggi dari bahan

toksik yang berbahaya seperti metil merkuri. Metil merkuri yang terakumulasi dapat

mempengaruhi sistem saraf pada saat proses perkembangan saraf atau hanya menetap

pada saraf. Metil merkuri yang menetap ini dapat menimbulkan efek yang lebih parah

nantinya akibat penuaan sistem saraf dan penurunan kemampuan menetralisir efek

racun bahan toksik.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden perempuan dalam penelitian ini lebih banyak

daripada responden laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan rerata skor efek neuropsikologis yang signifikan antara responden laki-laki

dan perempuan. Menurut Scott & Stiver (2009), perbedaan jenis kelamin memiliki

hubungan dengan risiko kesehatan akibat pajanan metil merkuri dimana perempuan

lebih berisiko daripada laki-laki. Tubuh perempuan cenderung memiliki lebih banyak

lemak dibandingkan laki-laki. Merkuri yang mudah berikatan dengan lemak dan

terakumulasi dari waktu ke waktu mengakibatkan perempuan menyerap lebih banyak

metil merkuri dan menderita dampak lebih besar dari pajanan metil merkuri. Pajanan

metil merkuri tidak hanya berisiko bagi perempuan itu sendiri namun dapat berisiko

pada janin akibat transfer metil merkuri melalui plasenta dan pada bayi melalui ASI.

Responden perempuan yang diukur menunjukkan bahwa rata-rata berat badan

responden wanita berada pada kategori normal sehingga efek metil merkuri yang

berikatan dengan lemak tidak menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin laki-laki

dan perempuan. Dari hasil pemantauan di lapangan juga terlihat bahwa meskipun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

responden wanita dalam penelitian ini paling banyak sebagai ibu rumah tangga

(31,6%) namun mereka memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengolah hasil ladang

seperti jagung dan padi sehingga aktifitas fisik ini dapat mempercepat proses

metabolisme dan ekskresi metil merkuri dari dalam tubuh dan meminimalkan efek

neuropsikologis.

Penelitian Kim et al (2013) menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan

dengan hasil tes neuropsikologis dimana laki-laki lebih menunjukkan efek

neuropsikologis daripada perempuan akibat pajanan merkuri dosis rendah.

Eksperimen pada hewan mencit yang diberi pajanan metil merkuri oleh Ceccatelli et

al (2013) menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda terkait dengan jenis

kelamin terhadap efek neuropsikologis. Penelitian menggunakan mencit hamil dan

menyusui yang diberi pajanan metil merkuri menunjukkan bahwa efek metil merkuri

ini dapat diturunkan melalui genetik pada anak mencit betina meskipun tidak pernah

secara langsung terpajan metil merkuri, sementara keturunan jantan menunjukkan

perubahan perilaku mirip depresi.

Beberapa penelitian telah menggambarkan bahwa efek dari metil merkuri

terhadap neuropsikologis berpengaruh terhadap perempuan dibanding laki-laki, hal

ini mungkin terkait dengan tingkat metabolisme dan tingkat ekskresi urin untuk metil

merkuri yang lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Sensitivitas jenis

kelamin tidak berlaku pada semua hasil penelitian efek metil merkuri, hal ini terlihat

dari kasus metil merkuri yang terjadi di Irak mempengaruhi perempuan tiga kali lebih

banyak dibanding laki-laki sementara studi efek metil merkuri terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

perkembangan saraf anak menunjukkan efek yang lebih besar pada anak laki-laki

dibanding anak perempuan (NCR, 2000).

3. Status Gizi

Kualifikasi status gizi dari Depkes (2007) membagi status gizi berdasarkan

nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu kurus (≤18,4kg/m²),

normal (18,5-25kg/m²), dan gemuk (≥25,1kg/m² ). Penimbangan berat badan dan

perhitungan tinggi badan yang dilakukan pada saat penelitian diperoleh hasil bahwa

responden dengan status gizi normal (56,8%) dalam penelitian ini lebih banyak

dibandingkan reponden dengan status gizi gemuk (29,5%) dan responden dengan

status gizi kurus (13,7%).

Hasil analisis status menggunakan nilai IMT menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan efek neuropsikologis.

Sebanyak 13,7% status gizi responden di Desa Krueng Kalee berada pada kategori

kurus. Jumlah merkuri yang diterima oleh tubuh masing-masing responden serta laju

asupan yang berbeda mempengaruhi variabel status gizi dengan efek neuropsikologis.

Responden dengan status gizi baik dan jumlah asupan merkuri yang tinggi tetap akan

menunjukkan efek neuropsikologis dibandingkan responden dengan status gizi kurus

dan jumlah asupan merkuri yang rendah. Hal ini mengakibatkan tidak terdapatnya

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan efek neuropsikologis.

Status gizi yang memengaruhi efek neuropsikologis dipengaruhi oleh kadar

merkuri yang diterima oleh tubuh responden. Hasil yang signifikan hanya akan dapat

terlihat jika distribusi kadar merkuri pada responden merata. Status gizi memengaruhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

perkembangan saraf, misalnya kekurangan zat besi dan asam folat akan

meningkatkan dampak metil merkuri terhadap perkembangan saraf dan sebaliknya

(NCR, 2000).

Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Cόrdova et al (2017) yang menilai

hubungan antara status gizi dengan efek neuropsikologis. Penelitian dilakukan

dengan memilih responden dengan karakteristik yang sama dan hasil menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara responden gemuk atau obesitas dengan efek

neuropsikologis.

5.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur dengan Efek Neuropsikologis

Berdasarkan Permenkes RI No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum, konsentrasi merkuri maksimum yang diperbolehkan terdapat dalam air

minum adalah 0,001 mg/l. Pengukuran kadar merkuri pada air sumur di Desa Krueng

Kalee menunjukkan sebanyak 20% dari 30 sampel yang diperiksa tidak memenuhi

syarat. Responden dalam penelitian ini menggunakan air sumur sebagai sumber air

minum sehingga kadar merkuri pada air sumur akan menggambarkan kadar merkuri

yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum. Hasil analisis menunjukkan bahwa

kadar merkuri dalam air sumur memiliki korelasi yang kuat dengan skor efek

neuropsikologis.

Penelitian oleh Pranjić et al (2002) yang melakukan studi kasus kontrol

prospektif pada pekerja yang terpajan merkuri untuk melihat perilaku, kesehatan

mental, memori, dan fungsi psikomotor. Penelitian menunjukkan bahwa kadar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

merkuri dan durasi pajanan merkuri berkorelasi signifikan dengan semua tes

neuropsikologis. Kelompok kasus menunjukkan gangguan kognitif berupa kehilangan

memori jangka pendek dan sulit berkonsentrasi pada tugas yang memerlukan

pemikiran, hasil ini secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Efek neuropsikologis pada pajanan merkuri dosis rendah mungkin tidak

terlihat secara langsung dan hanya mungkin diamati dengan menggunakan tes

neuropsikologis. Fungsi kognitif merupakan gangguan neuropsikologis yang biasanya

muncul pada pajanan rendah metil merkuri pada sistem saraf yang meliputi

koordinasi motorik dan visuospatial (ATSDR, 1999). Metil merkuri memiliki

keterikatan yang tinggi pada gugus lemak yang besar pengaruhnya terhadap disfungsi

enzim. Salah satu enzim yang dihambat adalah kolinasetil transferase, yang terlibat

dalam produksi asetilkolin. Hambatan ini dapat menyebabkan defisiensi asetilkolin,

sehingga berkontribusi pada tanda dan gejala disfungsi motorik (Broussard, 2002).

5.3 Hubungan Jumlah Asupan Air Minum dengan Efek Neuropsikologis

Jumlah asupan air minum memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan

efek neuropsikologis. Semakin tinggi jumlah asupan air minum maka semakin

menimbulkan efek neuropsikologis. Jumlah asupan air minum tidak terlepas dari

kadar merkuri yang terdapat pada air sumur. Merkuri yang terdapat pada air sumur

apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jumlah besar akan terakumulasi

dalam tubuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Pajanan metil merkuri dosis rendah yang berasal dari air minum dapat

menimbulkan efek kronis di kemudian hari dan dapat menimbulkan gangguan

neuropsikologis. Asupan harian dan kumulatif air minum yang mengandung metil

merkuri dosis rendah menimbulkan dampak ini terkait dengan 95% absorpsi metil

merkuri melalui saluran gastrointestinal. Laju asupan air minum yang mengandung

metil merkuri dosis rendah dapat berpengaruh pada penurunan kemampuan memori

dan pembelajaran serta kemampuan sensorik dan motorik (Bisen-hersh et al, 2014).

5.4 Hubungan Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum dengan Efek
Neuropsikologis

Hubungan durasi pajanan merkuri dengan efek neuropsikologis ini sejalan

dengan penelitian oleh Zachi et al (2008) yang melihat pajanan merkuri anatra

kelompok terpajan dan kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh ternyata

menunjukkan perbedaan skor tes digit span antara kelompok terpajan dengan

kelompok kontrol setelah terpajan merkuri selama 18 bulan. Tes digit span ini

berhubungan dengan memori jangka pendek responden yang efeknya menetap

bahkan bertahun-tahun setelah pajanan awal.

5.5 Hubungan Kadar Merkuri pada Ikan dengan Efek Neuropsikologis

Konsumsi seafood terutama konsumsi ikan merupakan jalur utama pajanan

metil merkuri pada manusia. Penelitian menunjukkan bahwa kadar metil merkuri

dalam perairan, sebanyak 80% bentuk metil merkuri ditemukan pada ikan, di dalam

sedimen kadar metil merkuri hanya terdapat sebanyak 1%, dan di dalam air sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

10–30% (Sanborn & Brodberg, 2006). Penelitian oleh Doke (2014) menunjukkan

bahwa kadar merkuri pada ikan lebih tinggi pada daerah sungai di sekitar lokasi

penambangan emas dibandingkan dengan ikan pada daerah yang lebih jauh dari

lokasi penambangan emas.

Yokoo et al (2003) mengungkapkan bahwa pajanan merkuri dari konsumsi

ikan meningkatkan kadar konsentrasi merkuri pada rambut sehingga berkorelasi

dengan perubahan perilaku yang diuji melalui tes konsentrasi, kecepatan motorik dan

ketangkasan yang halus ditemukan bahwa terdapat gangguan pada fungsi

pembelajaran verbal dan ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Weil et al (2005)

menunjukkan adanya hubungan antara pajanan merkuri dari asupan ikan dengan

fungsi neuropsikologis.

Secara global, ikan dan kerang merupakan sumber makanan yang penting bagi

20% populasi di dunia. Mengonsumsi ikan bermanfaat terhadap kesehatan karena

konsentrasi asam lemak tak jenuh ganda yang terdapat dalam banyak spesies ikan.

Namun ikan yang mengandung metil merkuri dapat menimbulkan efek kesehatan

bagi manusia. Konsumsi ikan yang mengandung metil merkuri pada wanita usia

subur dapat memengaruhi perkembangan otak janin kelak. Oleh karena itu

direkomendasikan untuk memilih spesies ikan pada tingkat kehidupan air yang lebih

rendah untuk menurunkan asupan kadar metil merkuri dan tanpa mengurangi

konsumsi ikan (Mahaffey et al, 2011).

5.6 Hubungan Jumlah Asupan Ikan dengan Efek Neuropsikologis

Makanan laut terutama ikan merupakan sumber utama masuknya metil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

merkuri dalam tubuh manusia sebanyak 75%–100% dari total merkuri yang terdapat

dalam ikan (FSCJ, 2005). Penelitian oleh Hsi et al (2016) terhadap wanita hamil dan

wanita tidak subur di Taiwan yang mengonsumsi ikan mengandung metil merkuri

menunjukkan korelasi yang signifikan antara jumlah asupan ikan dengan kadar metil

merkuri pada sampel rambut.

Hasil penelitian oleh Masley et al (2012) menunjukkan hal yang sama terkait

pajanan merkuri dari konsumsi ikan. Terdapat hubungan linear langsung antara

asupan ikan dengan kadar metil merkuri dan gangguan kognitif. Pada awalnya asupan

ikan meningkatkan fungsi kognitif namun pada akhirnya peningkatan metil merkuri

akibat asupan ikan melebihi kemampuan efek asupan asam lemak tak jenuh pada

ikan. Asupan ikan meningkatkan kadar merkuri dan menyebabkan disfungsi kognitif

terutama pada kadar merkuri ≥15 µg/kg.

5.7 Hubungan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan dengan Efek


Neuropsikologis

Frekuensi pajanan merkuri dari ikan dapat diartikan dengan menghitung

jumlah hari terjadinya pajanan merkuri dari konsumsi ikan dalam satu tahun. Selain

kadar merkuri pada ikan dan jumlah asupan ikan, frekuensi pajanan ikan juga

merupakan variabel yang substansial dalam penilaian pajanan metil merkuri pada

manusia (NCR, 2000). Hasil perhitungan frekuensi pajanan metil merkuri dari asupan

ikan di Desa Krueng Kalee menunjukkan hubungan positif yang kuat dengan efek

neuropsikologis. Food Safety Commission of Japan (2005) mengemukakan kaitan

frekuensi pajanan metil merkuri dari asupan ikan dengan hasil tes neuropsikologis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Penelitian kohort pada ibu yang mengonsumsi ikan ≥3 kali seminggu menunjukkan

hubungan yang signifikan dengan hasil tes Wechsler Intelligence Scale for Children

pada anak yang telah dilahirkannya.

Penelitian oleh Ramos (2012) yang menggunakan rambut sebagai biomarker

pajanan metil merkuri dari asupan ikan menunjukkan hubungan yang signifikan

antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri pada rambut. Responden yang

hanya mengonsumsi ikan kurang dari 1 hari/minggu juga telah menunjukkan kadar

rendah merkuri pada rambut.

Penelitian oleh Reza dkk (2016) dengan menggunakan korelasi Spearman

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara frekuensi konsumsi ikan

dengan risiko pajanan merkuri dengan nilai kekuatan yang sedang. Nilai korelasi

yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi konsumsi ikan maka akan

semakin tinggi pula risiko pajanan merkuri.

Butler et al (2017) mengemukakan hasil penelitian bahwa skor

neuropsikologis kemampuan visual dan memori kelompok responden yang

mengonsumsi ikan setidaknya dua kali perbulan lebih baik dibandingkan kelompok

responden yang mengonsumsi ikan sekali atau lebih per minggu.

5.8 Efek Neuropsikologis

Efek neuropsikologis dalam penelitian ini dinilai dengan scoring terhadap

memory test, matchbox test, tapping test, dan frostig test yang mengacu pada

panduan mengidentifikasi populasi yang berisiko terhadap pajanan merkuri dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

UNEP. Secara keseluruhan penilaian neuropsikologis menunjukkan bahwa adanya

efek neuropsikologis pada masyarakat di Desa Krueng Kalee. Memory test terkait

dengan memori jangka pendek, matchbox test terkait dengan konsentrasi, tapping test

terkait dengan koordinasi, dan frostig test terkait dengan kapasitas visual-motor dan

tremor. Hasil masing-masing skor menunjukkan bahwa skor tertinggi terdapat pada

memory test dan terendah adalah frostig test. Efek neuropsikologis yang telah terjadi

pada masyarakat di Desa Krueng Kalee akibat pajanan metil merkuri meliputi

memori jangka pendek, konsentrasi, dan koordinasi.

5.9 Analisis Risiko Pajanan Merkuri melalui Air Minum dan Ikan

Desa Krueng Kalee merupakan salah satu desa di Kabupaten Aceh Selatan

yang menjadi lokasi pengolahan emas. Batuan yang mengandung emas ditambang

dari kecamatan terdekat, kemudian batuan tersebut diolah menggunakan tromol yang

diputar untuk memisahkan emas dari batuan. Proses ini disebut dengan proses

amalgamasi. Pada proses ini para pengolah emas menambahkan merkuri metalik agar

emas tersebut membentuk alloy. Setelah mendapatkan padatan merkuri-emas, sisa

hasil pemisahan padatan ini berupa batuan atau tanah halus yang dikenal sebagai

limbah tailing ini masih mengandung sisa merkuri. Limbah tailing ini ditampung

dalam lubang yang digali sedalam ± 2 meter dan berjarak cukup dekat dengan sumur

masyarakat. Merkuri pada limbah ini pada akhirnya meresap ke dalam tanah dan

mencemari sumber air bersih masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil pemeriksaan

sampel air sumur masyarakat di Desa Krueng Kalee diketahui bahwa semua sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

positif mengandung merkuri dalam kadar yang berbeda-beda.

Konsentrasi tertinggi merkuri yang terdapat dalam sampel air sumur adalah

sebesar 0,007 mg/l dan terendah 0,0002 mg/l. Sebanyak 10 sampel telah melebihi

kadar maksimum merkuri yang diperbolehkan terdapat pada air minum menurut

Permenkes 492 Tahun 2010.

Sungai Rasian merupakan sungai tempat bermuaranya limbah-limbah hasil

pengolahan emas di Kecamatan Pasie Raja sehingga biota air yang hidup didalamnya

ikut tercemar. Masyarakat yang masih menggemari mengonsumsi ikan tawar yang

berasal dari Sungai Rasian berisiko untuk terpajan metil merkuri dan menimbulkan

gangguan kesehatan. Sampel ikan yang diambil dari ketiga titik di sungai ini akan

menggambarkan rata-rata kadar merkuri pada ikan yang hidup di sepanjang Sungai

Rasian.

Titik lokasi pengambilan sampel pertama menggambarkan kandungan

merkuri pada ikan di lokasi terjadinya perubahan kualitas air setelah adanya aktifitas

masyarakat berupa pengolahan emas. Titik lokasi pengambilan sampel kedua di

lokasi pertemuan dua anak sungai dimana hasil aktifitas dari masing-masing sungai

mempengaruhi kualitas air dan kadar merkuri pada ikan. Titik lokasi pengambilan

sampel ketiga di lokasi muara atau pertemuan sungai dan laut dimana pada lokasi ini

akan menggambarkan kualitas air secara keseluruhan yang berpengaruh pada kadar

merkuri pada ikan.

Hasil pemeriksaan konsentrasi merkuri pada ikan di ketiga titik lokasi

pengambilan sampel menunjukkan bahwa semakin menuju ke muara maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

kandungan merkuri pada ikan semakin meningkat. Ini terkait dengan bioakumulasi

dimana kadar merkuri pada ikan lebih tinggi daripada kadar merkuri pada air akibat

akumulasi metil merkuri dalam jaringan ikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh

Sari (2016) yang mengukur kadar merkuri pada kerang dan sedimen di Sungai Rasian

menunjukkan hasil bahwa peningkatan kadar merkuri pada sedimen akan diikuti oleh

kenaikan kadar merkuri pada kerang. Konsentrasi tertinggi metil merkuri pada ikan

adalah sebesar 2,938 mg/kg dan terendah sebesar 2,104 mg/kg.

Intake metil merkuri pada masyarakat Desa Krueng Kalee selain terkait

konsentrasi metil merkuri pada air minum dan ikan juga bergantung pada laju asupan

masyarakat pada dua komponen lingkungan yang diukur tersebut. Hasil pengukuran

menunjukkan bahwa rerata intake merkuri pada ikan lebih tinggi dibandingkan

dengan intake merkuri yang berasal dari air sumur sehingga nilai RQ untuk pajanan

merkuri yang berasal dari asupan ikan telah melampaui angka 1 yang berarti ada

risiko bagi masyarakat yang mengonsumsi ikan yang berasal dari sungai Rasian

meskipun kadar merkuri pada sampel ikan yang diperiksa belum melampaui kadar

maksimal merkuri yang diperbolehkan. Nilai RQ pada pajanan merkuri melalui air

sumur hanya terjadi pada kadar merkuri air sumur yang telah melampaui batas

maksimal yang diperbolehkan menurut Permenkes.

Hasil ini menunjukkan bahwa peraturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah mengenai batas cemaran merkuri pada ikan segar belum mampu

melindungi masyarakat dari risiko pajanan merkuri. Risiko pajanan merkuri yang

diamati pada penelitian ini hanya berupa efek neuropsikologis. Organ target dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

metil merkuri adalah sistem saraf pusat sehingga efek lain seperti neurologis yang

belum diamati bisa berdampak di kemudian hari apabila masyarakat terus

mengonsumsi ikan yang tercemar merkuri.

Sampel lingkungan yang tidak diukur dalam penelitian ini juga dapat

memengaruhi hasil analisis risiko apabila dilakukan pengukuran secara menyeluruh

seperti cemaran merkuri pada tanaman, sampel tanah, dan udara. Desa Krueng Kalee

dikelilingi oleh area persawahan yang sebagian besar air yang digunakan untuk

mengairi sawah juga berasal dari lokasi pengolahan emas. Analisis risiko yang

dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan diharapkan dapat memberi tindakan

solutif bagi masyarakat di Desa Krueng Kalee.

5.10 Implikasi Penelitian

Implikasi penelitian ini bagi masyarakat di Desa Krueng Kalee adalah dengan

mengetahui kadar merkuri pada air sumur dan kadar merkuri pada ikan dapat menjadi

acuan bagi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan dengan mengurangi

asupan air minum yang berasal dari air sumur. Bagi pemilik usaha pengolahan emas

dapat melakukan pembatasan pemakaian merkuri pada proses pengolahan emas dan

membuat tempat pembuangan yang tidak langsung mencemari tanah. Hasil penelitian

ini juga dapat dijadikan dasar bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk

melakukan analisis risiko lanjutan pada sampel lingkungan lain yang tidak termasuk

dalam penelitian ini dan merencanakan program kegiatan seperti Environmental

Health Risk Assessment (EHRA) tahunan agar dapat menggambarkan tingkat risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

pada masyarakat.

5.11 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengambilan sampel lingkungan berupa air sumur dan ikan dilakukan hanya satu

kali dan tidak bergantung musim sehingga kadar merkuri yang diperoleh belum

menggambarkan hasil analisis risiko yang menyeluruh.

2. Penilaian laju asupan ikan hanya didasarkan atas asumsi satu kali makan ikan dan

durasi pajanan merkuri dari ikan dinilai dari sejak responden tinggal di wilayah

Desa Krueng Kalee sehingga hasil tidak menggambarkan laju asupan dan durasi

pajanan yang terperinci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kadar merkuri pada air sumur yang diperiksa ditemukan sebanyak 6 (20%)

sampel yang melebihi kadar maksimal merkuri yang diperbolehkan dalam air

minum menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010.

2. Kadar merkuri pada sampel ikan secara keseluruhan masih berada di bawah

angka cemaran maksimal merkuri yang diperbolehkan pada ikan segar

menurut SNI 01-2729.1-2006.

3. Sebanyak 10 responden (10,53%) dengan nilai RQ>1 untuk intake air minum

dan 87 respoden (91,6%) dengan nilai RQ>1 untuk intake ikan.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar merkuri pada air sumur, laju

asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air minum, kadar merkuri pada

ikan, laju asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri dari ikan dengan efek

neuropsikologis dengan nilai p<0,05.

5. Variabel yang paling berpengaruh terhadap efek neuropsikologis adalah kadar

merkuri pada air sumur.

6.2 Saran

1. Masyarakat membatasi asupan merkuri yang berasal dari air sumur dan ikan

agar terhindar dari efek neuropsikologis.

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88

2. Pengusaha melakukan treatment pada limbah sisa pengolahan emas dengan

cara tidak langsung membuang limbah sisa pengolahan emas ke tanah seperti

membuat kolam penampungan permanen dan melakukan firoremediasi yang

dapat menurunkan kadar merkuri.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan agar dapat melakukan program

penilaian risiko secara berkala dan melakukan sosialisasi agar masyarakat

dapat membatasi intake air dan ikan yang tercemar merkuri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR), 1999. Toxicological
Profile for Mercury, Georgia: US Department of Health and Human Services.

Achmadi, Umar Fahmi, 2014. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan: Edisi


Revisi, Jakarta: Rajawali Pers.

Armstrong, Alice, 2004. „Differential Diagnosis of Toxic Exposure‟, in Ricker, J.H.


(ed), Differential Diagnosis in Adult Neuropsychological Assessment, New
York: Springer Publishing Company, p. 179-209

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2017. Terjemahan dan


Tujuan & Target Global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) /
Sustainable Development Goals (SDGs), Jakarta: Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2015. Statistik Daerah Kabupaten Aceh Selatan,
Tapaktuan: BPS Kab. Aceh Selatan.

Bisen-Hersh, E.B., Farina, M., Barbosa, F., Rocha, J.B., and Aschner, M.,
2014.‟Behavioral Effects of Developmental Methylmercury Drinking Water
Exposure in Rodents‟, Journal of Trace Elements in Medicine and Biology,
vol. 28(2), p. 117-124, diakses tanggal 24 Juli 2018,
https://www.journals.elsevier.com

BPS, 2017. Pasie Raja dalam Angka Tahun 2017, Tapaktuan: BPS Kab. Aceh
Selatan.

Broussard, L.A., Hammet-Stabler, C.A., Winecker, R.E., and Ropero-Miller, J.D.,


2002. „The Toxicology of Mercury‟, Laboratory Medicine, vol. 33, no. 8, p.
614-625, diakses tanggal 17 Oktober 2017; http://www.academic.oup.com

Burtis, C.A., Ashwood, E.R., and Bruns, D.E., 2012. Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics Fifth Edition, Missouri: Elsevier
Saunders.

Butler, L.J., Janulewicz, P.A., Carwile, J.L., White, R.F., Winter, M.R., and
Aschengrau, A., 2017. „Childhood and Adolescent Fish Consumption and
Adult Neuropsychological Performance: An Analysis from the Cape Cod

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Health Study‟, Neurotoxicol Teratol, vol. 61, p. 47-57, diakses tanggal 18 Juli
2018; http://www.ncbi.nml.nih.gov

Ceccatelli, S., Bose, R., Edoff, K., Onishchenko, N., and Spulber, S., 2013. „Long-
lasting Neurotoxic Effects of Exposure to Methylmercury During
Development‟, Journal of Internal Medicine, vol. 273, p. 490-497, diakses
tanggal 9 Februari 2018; http://www.onlinelibrary.wiley.com

Cόrdova, M.E., Schiavon, C.C., Busnello, F.M., and Reppold, C.T., 2017.‟Nutritional
and Neuropsychological Profile of The Executive Functions on Binge Eating
Disorder in Obese Adults‟, Nutriciόn Hospitalaria, vol. 34(6), p. 1448-1454,
diakses tanggal 18 Juli 2018, http://www.nutritionhospitalaria.org

Depkes RI, 2007. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta:
Depkes RI.

Doke, Dzigbodi Adzo, 2014. „Exposure to Methylmercury via Fish Consumption in


Ghana and An Evaluation of Methylmercury Toxicity Under A Low Food
Ration in Daphnia pulex‟, Disertasi, Birmingham: University of Alabama

Drasch, G., Boese-O‟Reily, S., Beinhoff, C., Roider, G., Maydl, S., 2001. „The Mt.
Diwata Study on the Philippines 1999 – Assessing Mercury Intoxication of
the Population by Small-scale Gold Mining‟. The Science of the Total
Environment, vol. 267, p. 151-168, diakses Januari 2018;
http://sciencedirect.com

Environmental Health Standing Comitee (enHEALTH), 2012. Environmental Health


Risk Assessment Guidelines for Assessing Human Health Risks from
Environmental Hazards, Canberra: Australia Department of Health.

Food Safety Commission Japan (FSCJ), 2005. Food Safety Risk Assessment Related
to Methylmercury in Seafood. Japan: The Food Safety Commission

Freeman, S. H., Kandel, R., Cruz, L., Rozkalne, A., Newell, K., Frosch, M.P.,
Hedley-Whyte, E. T., Locascio, J. J., Lipsitz, L. A., and Hyman, B. T., 2008.
„Preservation of Neuronal Number Despite Age-Related Cortical Brain
Atrophy in Elderly Subjects Without Alzheimer Disease‟, Journal of
Neuropathology & Experimental Neurologi, vol. 67, no. 12, p. 1205-1212,
https://www.ncbi.nml.nih.gov

Guidotti, T.L. and Moses, M.S., 2007. „Toxicological Basis for Risk Assessment‟, in
Robson, M.G. and Toscano, W.A. (ed.), Risk Assessment for Environmental
Health, San Francisco: Jossey-Bass, p. 55-84.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Hadi, Anwar, 2015. Pengambilan Sampel Lingkungan, Jakarta: PT. Penerbit


Erlangga.

Hsi, H., Hsu, Y., Chang, T., Chien, L., 2016. „Methylmercury Concentration in Fish
and Risk-Benefit Assessment of Fish Intake among Pregnant versus Infertile
Women in Taiwan‟, Public Library of Science Journal, vol. 11(5), diakses
tanggal 25 Juli 2018, http://journals.plos.org

International Programme on Chemical Safety (IPCS), 1990. Environmental Health


Criteria 101 Methylmercury, Geneva: WHO Document Production Services.

International Programme on Chemical Safety, 2004. IPCS Risk Assessment


Terminology, Geneva: WHO Document Production Services.

Ismawati, Y., Petrlik, J., and Digangi, J., 2013. Titik Rawan Merkuri di Indonesia
Situs PESK : Poboya dan Sekotong di Indonesia, Laporan Kampanye Bebas
Merkuri IPEN, Bali: Yayasan Bali Fokus, diakses Juli 2017,
http://www.ipen.org

Kementerian Kesehatan (KEMENKES), 2012. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan


Lingkungan, Jakarta: Direktorat Jenderal PP dan PL KEMENKES RI.

KEMENKES, 2016. Permenkes No. 57 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Pengendalian Dampak Kesehatan akibat Pajanan Merkuri Tahun 2016-2020,
Jakarta: KEMENKES RI.

Kessels, R. P. C., and Hendriks, M. P. H., 2016. Neuropsychological Assessment.


Waltham: Academic Press.

Kim, R. B., Kim, B. G., Kim, Y. M., Hong, Y. S., You, C. H., and Kim, D. S., 2013.
‟Association between Low-Level Mercury Exposure and Neurobehavioral
Functions in Korean Adults Living in a Coastal City‟, Environmental Health
and Toxicology, vol. 28, diakses tanggal 19 Februari 2018; https://www.e-
eht.org

Kolluru, R.V., 1996. „Health Risk Assessment ; Principles and Practices‟, in Kolluru,
R.V., Bartell, S.M., Pitblado, R.M., and Stricoff, R.S. (ed.), Risk Assessment
and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety
Professionals, New York: McGraw-Hill, p. 4.3-4.65.

Lezak, M.D., 1995. Neuropsychological Testing. New York: Oxford University


Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Mahaffey, K.R., Sunderland, E.M., Chan, H.M., Choi, A.L., Grandjean, P., Mariёn,
K., Oken, E., Sakamoto, M., Schoeny, R., Weihe, P., Yan, C., Yasutake, A.,
2011. „Balancing The Benefits of n-3 Polyunsaturated Fatty Acids and The
Risks of Methylmercury Exposure from Fish Consumption‟, Nutrition
Reviews, vol. 69(9), p. 493-508, diakses tanggal 18 Juli 2018,
http://www.ncbi.nml.nih.gov

Mangampe, Angriyani, 2014. „Analisis Risiko Merkuri (Hg) dalam Ikan Kembung
dan Kerang darah pada Masyarakat di Wilayah Pesisir Kota Makassar‟,
Thesis, Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mardiati, Ratna, 2010. Pengantar Neuropsikologi. Jakarta: Sagung Seto.

Markam, Soemarmo, 2009. Dasar-Dasar Neuropsikologi Klinis. Jakarta: Sagung


Seto.

Masley, S. C., Masley, L. V., and Gualtieri, C. T., 2012. „Effect of Mercury Levels
and Seafood Intake on Cognitive Function in Middle-aged Adults‟, Integrative
Medicine: A Clinician‟s Journal, vol. 11, no. 3, diakses tanggal 28 Februari
2018, http://www.imjournal.com

Mukono, H.J., 2011, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga


University Press.

Munir, Badrul, 2015. Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.

Murata, K., Grandjean, P., and Dakeishi, M., 2007. „Neurophysiological Evidence of
Methylmercury Neurotoxicity‟, American Journal of Industrial Medicine, vol.
50, p. 703-778, diakses tanggal Januari 2018; http://onlinelibrary.wiley.com

National Research Council (NRC). 2000, Toxicological Effects of Methylmercury.


Washington DC: National Academy Press.

Newland, M.C., 2002. „Neurobehavioral Toxicity of Methylmercury and PCBs


Effect-profiles and Sensitive Populations‟. Environmental Toxicology and
Pharmacology, vol. 12, p. 119-128, diakses tanggal 9 Februari 2018;
http://www.sciencedirect.com

Ni, Mingwei, 2011. „Acute Response of Primary Glial Cells to Methylmercury


Exposure‟, Disertasi, Nashville: Vanderbilt University.

Nukman, A., Rahman, A., Warouw, S., Setiadi, M. I., dan Akib, C. R., 2005.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

„Analisis dan Manajemen Risiko Kesehatan Pencemaran Udara: Studi Kasus


di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi‟, Jurnal Ekologi Kesehatan, vol. 4,
no. 2, diakses tanggal 13 Oktober 2017; http://www.ejournal. litbang.
depkes.go.id

Obiri, S., Yeboah, P.O., Osae, S., Adu-kumi, S., Cobbina, S.J., Armah, F.A., Ason,
B., Antwi, E., and Quansah, R., 2015. „Human Health Risk Assessment of
Artisanal Miners Exposed to Toxic Chemicals in Water and Sediments in the
Prestea Huni Valley District of Ghana‟, International Journal of
Environmental Research and Public Health. Vol. 13, diakses tanggal 30
Oktober 2017; http://www.doaj.org

Office of Technology Assessment (OTA), 1990. Neurotoxicity : Identifying and


Controlling Poisons of the Nervous System, Washington DC: US Government
Printing Office.

Orenstein, S. T. C., Thurston, S. W., Bellinger, D. C., Schwartz, J. D.,


Amarasiriwardena, C. J., Altshul, L. M., and Korrick, S. A., 2013. „Prenatal
Organochlorine and Methylmercury Exposure and Memory and Learning in
School-Age Children in Communities Near the New Bedford Harbor
Superfund Site, Massachusetts‟, Environmental Health Perspectives, vol. 122,
diakses tanggal 9 Februari 2018; https://ehp.niehs.nih.gov

Pranjić, N., Sinanović, O., Karamehić, J., Jakubović, R., 2002.‟Assessment of


Chronic Neuropsychological Effects of Mercury Vapour Poisoning in Chloral-
alkali Plant Workers‟. Bosnian Journal of Basic Medical Sciences, vol. 21, p.
29-34, diakses tanggal 11 Juli 2018, http://www.bjbms.org/ojs

Rahman, Abdur, 2007. „Public Health Assessment: Model Kajian Prediktif Dampak
Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan‟, diakses
tanggal 13 Oktober 2017, http://www.anzdoc.com

Ramos, Alethea Lynne, 2012. „Risk Assessment of Methylmercury from Fish


Consumption in Oahu, Hawaii Using Hair as A Biomarker of Exposure‟,
Tesis, San Diego: San Diego State University.

Reitan, R.M., and Wolfson, D., 1994. „A Selective and Critical Review of
Neuropsychological Deficits and The Frontal Lobes‟, Neuropsychol Rev, vol.
161, diakses tanggal 18 Juli 2018, http://www.ncbi.nlm.nih.gov

Reza, Karimuna, S.R., dan Fachlevy, A.F., 2016. „Analisis Perbedaan Potensi Risiko
Keterpaparan Merkuri pada Masyarakat di Desa Tahi Ite Kecamatan Rarowatu
Kabupaten Bombana Tahun 2016‟, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Masyarakat, vol. 1, diakses tanggal 17 Juli 2018, http://ojs.uho.ac.id

Sanborn, J.R., and Brodberg, R.K., 2006. „Evaluation of Bioaccumulation Factors and
Translators for Methylmercury‟, California: Office of Environmental Health
Hazard Assessment.

Sari, Fini Kumitha, 2016. „Analisis Kandungan Logam Merkuri pada Kerang Batissa
violacea lamarck dan Sedimen di Sungai Rasian Aceh Selatan‟, Skripsi,
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Scott, D.N., and Stiver, A., 2009. „Methylmercury Exposure and Women‟s Bodies‟ in
Clow, B., Pederson, A., Hawort-Brockman, M., and Bernier, J. (ed), Rising to
The Challenge: Sex-and Gender-Based Analysis for Health Planning, Policy
and Research in Canada, Halifax: Atlantic Center of Excellence for Women‟s
Health. p. 60-4

Sembel, Dantje Terno, 2015. Toksikologi Lingkungan; Dampak Pencemaran dari


Berbagai Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari, Yogyakarta : CV. Andi
Offset.

Slamet, Juli Soemirat, 2015. Toksikologi Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sofia dan Husodo, A.H.,‟ Mercury Contamination in the Environmental Samples and
Risk Factors in Inhabitants of the Small Scale Gold Mining Activities Krueng
Sabee Aceh Province‟, Human and Environment Journal, vol. 23, no. 3, 310 –
318, diakses tanggal 12 Oktober 2017; http://jurnal.ugm.ac.id

United Nations Environment Programme (UNEP), 2018. Guidance for Identifying


Populations at Risk from Mercury Exposure, Geneva: UNEP Chemicals
Branch.

United Nations Environment Programme, 2013. Global Mercury Assessment 2013


Sources, Emissions, Releases, and Environmental Transport, Geneva: UNEP
Chemicals Branch.

United States Environmental Protection Agency (USEPA), 1998. Guidelines for


Toxicity Risk Assessment. Washington DC: USEPA.

Weil, M., Bressler, J., Parsons, P., Bolla, K., Glass, T., and Schwartz, 2005. „Blood
Mercury Levels and Neurobehavioral Function‟, The Journal of the American
Medical Association, vol. 293, diakses tanggal 19 Februari 2018,
http://www.jamanetwork.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Weiss, Bernard, 2011. „Lead, Manganese, and Methylmercury as Risk Factors for
Neurobehavioral Impairment in Advanced Age‟, International Journal of
Alzheimer‟s Disease, diakses tanggal 18 Juli 2018,
http://www.hindawi.com/journals/ijad

Wiryono, 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan, Bengkulu : Pertelon Media.

Widowati, W., dan Sastiono, A., 2008. Efek Toksik Logam : Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

World Health Organization (WHO), 1986. Environmental Health Criteria 60


Principles and Methods for the Assessment of Neurotoxicity Associated with
Exposure to Chemicals, Geneva: WHO Document Production Services.

WHO, 2016. Artisanal and Small-Scale Gold Mining and Health Technical Paper #1
Environmental and Occupational Health Hazards Associated with Artisanal
and Small-Scale Gold Mining, Geneva: WHO Document Production Services.

Wu, F., Farland, W.H., 2007. „Risk Assessment and Regulatory Decision Making in
Environmental Health‟, in Robson, M.G. and Toscano, W.A. (ed.), Risk
Assessment for Environmental Health, San Francisco: Jossey-Bass, pp. 31-53.

Yokoo, E.M., Valente, J.G., Grattan, L., Schmidt, S.L., Platt, I., and Silbergeld, E.K.,
2003. „Low Level Methylmercury Exposure Affects Neuropsychological
Function in Adults‟, Environmental Health, vol.2, no.8, diakses tanggal 9
Februari 2018; http://www.doaj.org

Zachi, E. C., Taub, A, Faria, M.A. M., and Ventura, D. F., 2008. „Neuropsychological
Alterations in Mercury Intoxication Persist Several Years After Exposure‟,
Dementia & Neuropsychologia, vol. 2, p. 91-95, diaksest tanggal 11 Januari
2018; http://www.ncbi.nml.nih.gov

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


No. Responden :
Nama :

diminta kesediaan dalam penelitian :

Judul Penelitian : ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP


EFEK NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI
LOKASI PENGOLAHAN EMAS DESA KRUENG KALEE
KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN ACEH
SELATAN TAHUN 2018
Nama Peneliti : Rizki Srimaulia Hartati
NIM : 167032034
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Menyatakan dengan ini saya bersedia untuk berperan dalam penelitian ini
sebagai responden. Saya akan memberikan keterangan sesuai pedoman kuesioner,
bersedia melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, bersedia dilakukan
pemeriksaan efek neuropsikologis dan diperiksa sampel air sumur sesuai dengan
ketentuan penelitian.
Apabila pada saat melakukan kegiatan penelitian, ada sikap atau pernyataan
peneliti yang tidak berkenan maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan
responden dapat mengajukan hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa
resiko apapun.
Saya mengerti bahwa kerahasiaan sehubungan dengan penelitian ini dapat
dijaga oleh peneliti. Semua data hanya akan digunakan untuk pengolahan data dan
tidak akan disalahgunakan.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dari
siapapun.

Krueng Kalee, 2018

Responden

(............................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP EFEK
NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI LOKASI PENGOLAHAN
EMAS DESA KRUENG KALEE KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2018

I. DATA PERSONAL
Nama Responden :_________________________________________
Tanggal Lahir : ___________________
Umur : ______ (Tahun)
Pendidikan : _______
Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)
Alamat : ___________________________________________
Tanggal Wawancara : ___________________

1. Apakah anda pernah mengalami gangguan neurologis (epilepsi, stroke, dll)?


___ Ya
___ Tidak
Jika ya, sebutkan _________________________________

2. Apakah anda saat ini sedang menderita suatu penyakit?


___ Ya
___ Tidak
Jika ya, sebutkan _________________________________

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

3. Apakah anda sedang mengonsumsi suplemen atau obat-obatan?


___ Ya
___ Tidak
Jika ya, sebutkan _________________________________
*Jika responden memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel, lanjut ke pertanyaan
selanjutnya

4. Apakah pekerjaan anda saat ini? (Centang pada pekerjaan yang sesuai)
____ Penambang
____ Pengolah emas (Bekerja pada proses amalgamasi)
____ Petani
____ Pedagang
____ PNS
____ Pelajar
____ Lainnya, Sebutkan _______________________

5. Berapa banyak anda minum air dalam sehari semalam?


___ 8 gelas
___ 10 gelas
___ 12 gelas

6. Sudah berapa lama anda tinggal disini?


_______ (Tahun)

7. Seberapa sering anda memakan ikan yang berasal dari Sungai Rasian?
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam dua bulan
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu
Banyaknya_________gram

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Jenis ikan dari sungai yang sering dikonsumsi : _________________


_________________
_________________

II. TES NEUROPSIKOLOGIS


1. Memory Test
Ulangi setiap angka yang disebutkan dan nilai seri terpanjang yang disebutkan :

Checklist Poin Test


4 6-4-3-9
4 7-2-8-6
3 4-2-7-3-1
3 7-5-8-3-6
2 6-1-9-4-7-3
2 3-9-2-4-8-7
1 5-9-1-7-4-2-3
1 4-1-7-9-3-8-6
0 5-8-1-9-2-6-4-7
0 3-8-2-9-5-1-7-4
Total :

Skor memory test :


1 ___ jika poin tabel 0
2 ___ jika poin tabel 1 s/d 2
3 ___ jika poin tabel 3 s/d 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

2. Tes Matc Box


Letakkan 20 batang korek api di atas meja, letakkan kotak korek api yang terbuka
setengahnya dengan jarak sekitar 15 cm. Masukkan satu per satu batang korek api ke
dalam kotak. Gunakan kedua tangan.
_____ detik

Skor match box test :


1 ___ 0-15 detik
2 ___ 16-20 detik
3 ___ lebih dari 21 detik

3. Tes Finger Tapping


Gambar sebanyak-banyaknya titik pada sebuah kertas kemudian hitung berapa
banyak jumlah titik yang dibuat dalam 10 detik.

Skor tes finger tapping :


1 ___ lebih dari 65 titik
2 ___ 54-64 titik
3 ___ 0-53 titik

4. Tes Frostig
Gambarlah sebuah garis tanpa putus dari satu simbol ke simbol lainnya. Jangan
menyentuh garis

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek, 2 = sangat jelek

Poin : _____ 0 = bagus, 1 = jelek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Skor tes Frostig :


1 ___ 0-9 poin
2 ___ 10-12 poin
3 ___ 13-14 poin

III. HASIL PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI


1. Berat badan _________ Kg
2. Tinggi badan _________ cm

IV.HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


1. Kadar merkuri air sumur _________ mg/L
2. Kadar merkuri ikan _________ mg/L

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frequency Table

Umur Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<33 Tahun 43 45,3 45,3 45,3

Valid >=33 Tahun 52 54,7 54,7 100,0

Total 95 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 45 47,4 47,4 47,4

Valid perempuan 50 52,6 52,6 100,0

Total 95 100,0 100,0

IMT Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurus 13 13,7 13,7 13,7

Normal 54 56,8 56,8 70,5


Valid
Gemuk 28 29,5 29,5 100,0

Total 95 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 21 22,1 22,1 22,1

SMP 33 34,7 34,7 56,8

SMA 29 30,5 30,5 87,4


Valid
Diploma 4 4,2 4,2 91,6

S1 8 8,4 8,4 100,0

Total 95 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Penambang 4 4,2 4,2 4,2

Pengolah Emas 8 8,4 8,4 12,6

Petani 18 18,9 18,9 31,6

Wiraswasta 14 14,7 14,7 46,3


Valid
PNS/Honorer 12 12,6 12,6 58,9
Pelajar 9 9,5 9,5 68,4

Ibu Rumah Tangga 30 31,6 31,6 100,0

Total 95 100,0 100,0

Explore

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 33,07 1,012

95% Confidence Interval for Lower Bound 31,06


Mean Upper Bound 35,08

5% Trimmed Mean 33,06

Median 34,00

Variance 97,346

umur Std. Deviation 9,866

Minimum 18

Maximum 49

Range 31

Interquartile Range 15

Skewness -,104 ,247

Kurtosis -1,196 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean ,001304 ,0001775

95% Confidence Interval for Lower Bound ,000952


Mean Upper Bound ,001657

5% Trimmed Mean ,001049

Median ,000800

Variance ,000

Konsentrasi Std. Deviation ,0017297


Minimum ,0002

Maximum ,0070

Range ,0068

Interquartile Range ,0005

Skewness 2,693 ,247

Kurtosis 6,316 ,490

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,332 ,0465

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,239


Mean Upper Bound 2,424
5% Trimmed Mean 2,336

Median 2,000

Variance ,205

LajuAsupan Std. Deviation ,4532

Minimum 1,5

Maximum 3,0

Range 1,5

Interquartile Range 1,0

Skewness ,375 ,247

Kurtosis -1,136 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 25,49 1,389

95% Confidence Interval for Lower Bound 22,74


Mean Upper Bound 28,25

5% Trimmed Mean 25,49

Median 25,00

Variance 183,316

DurasiPajanan Std. Deviation 13,539


Minimum 2

Maximum 49

Range 47

Interquartile Range 19

Skewness -,064 ,247

Kurtosis -,898 ,490

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 13,8889 1,12279

95% Confidence Interval for Lower Bound 11,6596


Mean Upper Bound 16,1183
5% Trimmed Mean 13,7483

Median 6,3300

Variance 119,763

Laju Asupan Ikan Std. Deviation 10,94363

Minimum 3,17

Maximum 27,14

Range 23,97

Interquartile Range 20,81

Skewness ,376 ,247

Kurtosis -1,844 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Frekuensi Pajanan Ikan

Statistic Std. Error

Mean 26,55 2,156

95% Confidence Interval for Lower Bound 22,27


Mean Upper Bound 30,83

5% Trimmed Mean 26,27

Median 12,00

Variance 441,740

Frekuensi Ikan Std. Deviation 21,018


Minimum 6

Maximum 52

Range 46

Interquartile Range 40

Skewness ,377 ,247

Kurtosis -1,845 ,490

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 8,83 ,168

95% Confidence Interval for Lower Bound 8,50


Mean Upper Bound 9,16

5% Trimmed Mean 8,88

Median 9,00

Variance 2,673

Neuropsikologis Std. Deviation 1,635

Minimum 5

Maximum 11

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness -,305 ,247

Kurtosis -,895 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umur ,118 95 ,002 ,934 95 ,000


Konsentrasi ,358 95 ,000 ,548 95 ,000
LajuAsupan ,315 95 ,000 ,799 95 ,000
DurasiPajanan ,104 95 ,013 ,952 95 ,002
Konsentrasi Ikan ,244 95 ,000 ,797 95 ,000
Laju Asupan Ikan ,347 95 ,000 ,703 95 ,000
Frekuensi Ikan ,356 95 ,000 ,687 95 ,000
Neuropsikologis ,184 95 ,000 ,912 95 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Nonparametric Correlations

Correlations

umur Neuropsikologis

Correlation Coefficient 1,000 ,056

Umur Sig. (2-tailed) . ,589

N 95 95
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,056 1,000
Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,589 .

N 95 95

Descriptives

Jeniskelamin Statistic Std. Error

Mean 9,00 ,252

95% Confidence Interval for Lower Bound 8,49


Mean Upper Bound 9,51
Neuropsikologis laki-laki
5% Trimmed Mean 9,08

Median 10,00

Variance 2,864

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

Std. Deviation 1,692

Minimum 5

Maximum 11

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness -,530 ,354

Kurtosis -,681 ,695

Mean 8,68 ,224

95% Confidence Interval for Lower Bound 8,23


Mean Upper Bound 9,13

5% Trimmed Mean 8,70

Median 9,00

Variance 2,508

perempuan Std. Deviation 1,584

Minimum 6

Maximum 11

Range 5

Interquartile Range 2

Skewness -,120 ,337

Kurtosis -,951 ,662

Tests of Normality
a
jeniskelamin Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

laki-laki ,234 45 ,000 ,886 45 ,000


Neuropsikologis
perempuan ,146 50 ,009 ,922 50 ,003

a. Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Mann-Whitney Test
a
Test Statistics

Neuropsikologis

Mann-Whitney U 989,000
Wilcoxon W 2264,000
Z -1,036
Asymp. Sig. (2-tailed) ,300

a. Grouping Variable: jeniskelamin

Correlations

Status Gizi Neuropsikologis

Correlation Coefficient 1,000 -,005

Status Gizi Sig. (2-tailed) . ,961

N 95 95
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,005 1,000

Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,961 .

N 95 95
Correlations

Konsentrasi Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,613

Konsentrasi Sig. (2-tailed) . ,000

N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,613 1,000
Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,000 .

N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Correlations

LajuAsupan Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,838

Laju Asupan Sig. (2-tailed) . ,000

Spearman's rho N 95 95
**
Correlation Coefficient ,838 1,000
Neuropsikologis
Sig. (2-tailed) ,000 .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Correlations

Konsentrasi Neuropsikologis
Ikan
**
Correlation Coefficient 1,000 ,639

Konsentrasi Ikan Sig. (2-tailed) . ,000

N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,639 1,000

Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,000 .

N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

RIkan Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,673

Laju Asupan Ikan Sig. (2-tailed) . ,000

N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,673 1,000

Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,000 .

N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Correlations

Frekuensi Ikan Neuropsikologis


**
Correlation Coefficient 1,000 ,610

Frekuensi Ikan Sig. (2-tailed) . ,000

N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,610 1,000

Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,000 .

N 95 95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean ,00005135 ,000006918

95% Confidence Interval for Lower Bound ,00003761


Mean Upper Bound ,00006508

5% Trimmed Mean ,00004059

Median ,00002900

Variance ,000
Intake Std. Deviation ,000067424

Minimum ,000006

Maximum ,000305

Range ,000299

Interquartile Range ,000034

Skewness 2,690 ,247

Kurtosis 6,702 ,490

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean ,00354545 ,000416963

95% Confidence Interval for Lower Bound ,00271756


Mean Upper Bound ,00437334

5% Trimmed Mean ,00333112

Median ,00052650

Variance ,000

Intake Ikan Std. Deviation ,004064052

Minimum ,000076

Maximum ,011978

Range ,011902

Interquartile Range ,007462

Skewness ,552 ,247

Kurtosis -1,519 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 35,4545 4,16969

95% Confidence Interval for Lower Bound 27,1755


Mean Upper Bound 43,7335

5% Trimmed Mean 33,3112

Median 5,2600

Variance 1651,702
RQ Ikan Std. Deviation 40,64114

Minimum ,76

Maximum 119,78

Range 119,02

Interquartile Range 74,62

Skewness ,552 ,247

Kurtosis -1,519 ,490

Regression
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,867 ,751 ,734 ,843

a. Predictors: (Constant), Frekuensi Ikan, DurasiPajanan, Konsentrasi,


LajuAsupan, Konsentrasi Ikan, Laju Asupan Ikan
a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 188,809 6 31,468 44,310 ,000

1 Residual 62,496 88 ,710

Total 251,305 94

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. Predictors: (Constant), Frekuensi Ikan, DurasiPajanan, Konsentrasi, LajuAsupan, Konsentrasi
Ikan, Laju Asupan Ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -12,235 9,663 -1,266 ,209

Konsentrasi 160,356 54,063 ,170 2,966 ,004

LajuAsupan 2,430 ,241 ,674 10,064 ,000

1 DurasiPajanan -,001 ,007 -,005 -,086 ,932

Konsentrasi Ikan 59,635 39,768 ,155 1,500 ,137


Laju Asupan Ikan -,206 ,195 -2,170 -1,057 ,294

Frekuensi Ikan ,180 ,156 2,318 1,154 ,252

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


a
Variables Entered/Removed

Model Variables Variables Method


Entered Removed

LajuAsupan,
1 b
. Enter
Konsentrasi

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,838 ,703 ,696 ,901

a. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 176,590 2 88,295 108,722 ,000

1 Residual 74,715 92 ,812

Total 251,305 94

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi
a
Coefficients

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 1,878 ,489 3,844 ,000

1 Konsentrasi 210,179 53,850 ,222 3,903 ,000

LajuAsupan 2,865 ,206 ,794 13,938 ,000

a. Dependent Variable: Neuropsikologis

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,81 ,046

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,72


Mean Upper Bound 2,90

5% Trimmed Mean 2,87

Median 3,00

Variance ,198

Memory Test Std. Deviation ,445

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 0

Skewness -2,321 ,247


Kurtosis 4,914 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,38 ,081

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,22


Mean Upper Bound 2,54

5% Trimmed Mean 2,42

Median 3,00

Variance ,621

Matchbox Test Std. Deviation ,788


Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -,789 ,247

Kurtosis -,933 ,490

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,40 ,072

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,26


Mean Upper Bound 2,54

5% Trimmed Mean 2,44


Median 3,00

Variance ,498

Finger Tapping Test Std. Deviation ,706

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -,750 ,247

Kurtosis -,654 ,490

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 1,24 ,047

95% Confidence Interval for Lower Bound 1,15


Mean Upper Bound 1,33

5% Trimmed Mean 1,20

Median 1,00

Variance ,207
Frostig Test Std. Deviation ,455

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 0

Skewness 1,565 ,247

Kurtosis 1,341 ,490

Regression (Step 1)
a
Variables Entered/Removed

Model Variables Variables Method


Entered Removed

Frekuensi Ikan,
DurasiPajanan,
Konsentrasi,
1 LajuAsupan, . Enter
Konsentrasi
Ikan, Laju
b
Asupan Ikan

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. All requested variables entered.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,867 ,751 ,734 ,843

a. Predictors: (Constant), Frekuensi Ikan, DurasiPajanan, Konsentrasi,


LajuAsupan, Konsentrasi Ikan, Laju Asupan Ikan

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 188,809 6 31,468 44,310 ,000

1 Residual 62,496 88 ,710

Total 251,305 94

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. Predictors: (Constant), Frekuensi Ikan, DurasiPajanan, Konsentrasi, LajuAsupan, Konsentrasi
Ikan, Laju Asupan Ikan

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -12,235 9,663 -1,266 ,209

Konsentrasi 160,356 54,063 ,170 2,966 ,004

LajuAsupan 2,430 ,241 ,674 10,064 ,000


1 DurasiPajanan -,001 ,007 -,005 -,086 ,932

Konsentrasi Ikan 59,635 39,768 ,155 1,500 ,137

Laju Asupan Ikan -,206 ,195 -2,170 -1,057 ,294

Frekuensi Ikan ,180 ,156 2,318 1,154 ,252

a. Dependent Variable: Neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Regression (Step 2)

a
Variables Entered/Removed

Model Variables Variables Method


Entered Removed

LajuAsupan,
1 b
. Enter
Konsentrasi

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,838 ,703 ,696 ,901

a. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 176,590 2 88,295 108,722 ,000

1 Residual 74,715 92 ,812

Total 251,305 94

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 1,878 ,489 3,844 ,000

1 Konsentrasi 210,179 53,850 ,222 3,903 ,000

LajuAsupan 2,865 ,206 ,794 13,938 ,000

a. Dependent Variable: Neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

Uji Asumsi
1. Eksistensi

a
Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 6,22 11,94 8,83 1,371 95


Std. Predicted Value -1,907 2,270 ,000 1,000 95
Standard Error of Predicted
,100 ,341 ,150 ,058 95
Value
Adjusted Predicted Value 6,23 12,10 8,83 1,374 95
Residual -2,650 2,245 ,000 ,892 95
Std. Residual -2,940 2,491 ,000 ,989 95
Stud. Residual -2,970 2,513 -,002 1,003 95
Deleted Residual -2,704 2,285 -,003 ,917 95
Stud. Deleted Residual -3,106 2,590 -,004 1,019 95
Mahal. Distance ,158 12,442 1,979 2,873 95
Cook's Distance ,000 ,109 ,010 ,018 95
Centered Leverage Value ,002 ,132 ,021 ,031 95

a. Dependent Variable: Neuropsikologis

2. Independensi

b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 ,838 ,703 ,696 ,901 1,438

a. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi


b. Dependent Variable: Neuropsikologis

3. Linieritas
a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 176,590 2 88,295 108,722 ,000

1 Residual 74,715 92 ,812

Total 251,305 94

a. Dependent Variable: Neuropsikologis


b. Predictors: (Constant), LajuAsupan, Konsentrasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

4. Homoscedasticity

5. Normalitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

6. Multikolinearitas

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Co
nsta 1,878 ,489 3,844 ,000
nt)

Kon
1 sent 210,179 53,850 ,222 3,903 ,000 ,996 1,004
rasi

Laju
Asu 2,865 ,206 ,794 13,938 ,000 ,996 1,004
pan

a. Dependent Variable: Neuropsikologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai