TESIS
Oleh
THESIS
By
TESIS
Oleh
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Merkuri adalah logam berat yang secara alamiah terdapat di alam. Merkuri
dapat masuk dan mencemari lingkungan akibat aktivitas manusia salah satunya
melalui limbah tailing hasil pengolahan emas. Merkuri organik atau metil merkuri
dapat mencemari air sumur dan terakumulasi pada ikan. Efek metil merkuri terhadap
sistem saraf salah satunya adalah efek neuropsikologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko pajanan merkuri
terhadap efek neuropsikologis pada masyarakat sekitar industri pengolahan emas di
Desa Krueng Kalee, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Besar sampel dalam
penelitian ini berjumlah 95 orang. Analisis bivariat menggunakan uji Mann Whitney
dan uji korelasi Spearman. Analisis multivariat menggunakan uji regresi linier
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara kadar
merkuri pada air sumur, laju asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air
minum, kadar merkuri pada ikan, laju asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri
dari ikan dengan efek neuropsikologis dengan nilai p<0,005. Hasil analisis risiko
menunjukkan bahwa 10,53% responden berisiko terhadap pajanan merkuri dari air
dan 91,6% responden berisiko terhadap pajanan merkuri dari ikan.
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dari pajanan
merkuri terhadap efek neuropsikologis, oleh karena itu disarankan kepada
masyarakat, pengusaha, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk
melakukan pembatasan asupan air sumur dan ikan yang tercemar metil merkuri,
fitoremediasi dan penilaian risiko kesehatan lingkungan secara berkala.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Penulisan tesis ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi S2
Sumatera Utara.
5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
ini.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
ini.
7. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D dan Namora Lumongga Lubis, M.Sc,
Ph.D selaku Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas
8. dr. Hj. Aida Harahap, MARS, dr. Ade Budi Krista, dan (Alm.) Henrikus Sianturi,
SE, MAP yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program
Deli Serdang yang turut memberi motivasi dalam pengerjaan tesis ini.
10. (Alm.) Ayahanda Chairuman Lubis dan Ibunda Asmizar yang telah mendidik dan
senantiasa mendo‟akan sehingga penulis sampai ke tahap ini serta bapak dan ibu
11. Suamiku Rahmad Fadly, ST yang terus memberikan dukungan dan perhatian,
anak-anakku tercinta Fahri Arsya Alfarizi dan Farel Aqsa Alghazali yang selalu
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Abang-abangku Rizki Kurniadi, S.Pd dan Ricky Kurniawan, S.Pd, kakak-kakak
iparku Cut Ernaliza, S.Pd dan Lisdawati, serta adikku Prasetio Achrian, Amd
yang telah membantu dan memberikan dukungan pada saat penelitian sehingga
13. Adikku N. Chairunnisa, S.Kep, Ners dan M. Jailin, S.Pd yang telah banyak
Sumatera Utara angkatan 2016, yaitu Bona, Vina, Idah, Lasma, Eva, Kakak
Vero, Kakak Rina, Nadrah, Kakak Putri, Ibu Elvita, Yani, Nisa, Utet, Anggi,
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah memberi masukan dan saran untuk
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi perbaikan tesis ini. Akhirnya,
semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak sebagai informasi di
bidang kesehatan.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda Chairuman dan ibunda Asmizar.
tahun 1998. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri No.2 Tapaktuan ditamatkan
pada tahun 2001. Sekolah Menengah Atas di SMU Unggul Kabupaten Aceh Selatan
Sumatera Utara Peminatan Kesehatan Lingkungan ditamatkan pada tahun 2008 dan
tahun 2009 sampai dengan sekarang sebagai staf di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xiv
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 42
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 96
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
4.5 Distribusi Frekuensi Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum .............. 60
4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Umur dengan Efek Neuropsikologis ........ 64
4.12 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan Air
Minum, Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri dari
Ikan, Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.15 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Laju Asupan Air Minum yang
Aman ....................................................................................................... 69
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
2.1 Metilasi Merkuri Metalik Menjadi Metil Merkuri dalam Perairan ......... 13
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
Hg : Hydrargyrum
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Merkuri adalah logam yang terjadi secara alami sebagai akibat dari pelepasan
mineral batuan dan tanah. Aktivitas manusia seperti penambangan emas semakin
yang merupakan batuan yang telah digiling halus untuk mengeluarkan emas pada
proses pengolahan emas. Limbah tailing merupakan hasil dari proses amalgamasi
emas yang merupakan proses penyelaputan partikel emas oleh merkuri sehingga
memerkirakan lebih dari 15 juta orang di lebih dari 70 negara, berpartisipasi dalam
Pada tahun 2012, sebuah studi menunjukkan jumlah titik kegiatan PESK di Indonesia
sebanyak 800 titik dengan estimasi 250.000 orang penambang dan jumlah orang yang
bergantung pada pekerjaan ini sebanyak 1 juta orang. Pada Tahun 2011 sekitar 560
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
ton merkuri ilegal diimpor ke Indonesia untuk digunakan pada proses amalgamasi
kualitas lingkungan, misalnya ketika air tercemar maka kualitas air menurun
(Wiryono, 2013). Hal ini harus diatasi sejalan dengan poin ke enam dari tujuan
salah satu targetnya adalah meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
berbahaya serta mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah
(Bappenas, 2017).
adalah air dan ikan. Metil merkuri merupakan bentuk yang paling toksik dan paling
sering diamati dalam pencemaran merkuri. Pajanan metil merkuri yang berasal dari
ikan dan makanan laut dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Terlepas dari
bentuk kimia yang terpapar, baik merkuri elemental, merkuri anorganik, maupun
merkuri organik, ginjal dan saraf pusat merupakan organ target utama dari toksisitas
tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Tingkat pajanan yang
Council, 2000).
seluruh dunia. Metil merkuri merupakan salah satu bahan kimia yang beracun bagi
sistem visual, sensorik, dan motorik. Gejala umum dari pajanan termasuk perubahan
pencemaran merkuri yang paling dikenal adalah kasus pencemaran merkuri dari
pabrik plastik yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang. Ikan dan kerang yang
sebuah epidemi keracunan merkuri dan efek neurotoksikologis yang parah (Slamet,
2015).
Efek neuropsikologis merupakan salah satu efek gangguan saraf yang dapat
diakibatkan oleh bahan kimia yang bersifat neurotoksin seperti metil merkuri. Efek
perilaku dan psikologi yang irreversible yang dapat menurunkan kualitas hidup dan
kognitif merupakan domain yang sering digunakan untuk menilai adanya gangguan
perhatian dan kecepatan pemrosesan informasi, fungsi motorik, bahasa, dan persepsi
Menurut data Kabupaten Aceh Selatan dalam Angka Tahun 2016, penyakit
susunan saraf merupakan gejala yang sering dilaporkan dan menempati urutan
ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah 1.419 kasus (0,63%). Desa
Krueng Kalee merupakan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Ujung Padang
Tahun 2017 didapati keluhan yang terkait dengan gangguan saraf sebanyak 482
kasus.
dihadapi oleh penambang emas dari pajanan merkuri melalui air minum dari sungai
di Ghana dengan pajanan maksimum yang wajar menghasilkan nilai Hazard Quotient
4,50 lebih tinggi dari nilai pedoman yang ditetapkan oleh United States
nelayan yang tinggal di daerah pesisir Kota Makassar memiliki risiko tinggi (RQ>1)
untuk terpajan merkuri dari ikan dan kerang. Sofia dan Husodo (2015) menemukan
bahwa faktor risiko yang memengaruhi konsentrasi merkuri pada responden yang
mengonsumsi ikan terkontaminasi merkuri adalah status kerja, lokasi, lama tinggal,
status pekerja tambang dan pekerja yang menggunakan burner amalgam. Faktor
pernah dilakukan dengan melihat pajanan dosis rendah metil merkuri terhadap efek
neuropsikologis pada 129 orang di Brazil, hasil menunjukkan bahwa metil merkuri
dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada orang dewasa sama seperti hasil
penelitian yang dilaporkan pada anak-anak dengan pajanan pada saat prenatal (Yokoo
et al, 2003). Penelitian oleh Murata et al (2007) juga menemukan bahwa pajanan
terhadap gangguan saraf berupa neurobehavioral dan hal ini akan semakin berefek
apabila pajanan sudah terjadi pada tahap perkembangan di usia dini (Newland, 2002).
Penelitian oleh Ni (2011) menemukan bahwa pajanan metil merkuri dari konsumsi
ikan menyebabkan disfungsi sel glial yang berkontribusi pada kerusakan saraf.
Menurut Dinas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Aceh, Aceh
Indonesia. Salah satu daerah di Aceh sebagai daerah penghasil emas adalah
Kabupaten Aceh Selatan. Lokasi pertambangaan emas secara tradisional atau skala
kecil tersebar di seluruh kecamatan dan Kecamatan Pasie Raja merupakan salah
satunya (BPS, 2015). Penambangan emas skala kecil di Desa Krueng Kalee memberi
samping itu dapat menimbulkan dampak negatif yaitu tercemarnya air tanah dan air
permukaan.
Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah tempat pengolahan emas sebanyak 50 titik.
merkuri rata-rata sebanyak 2 Liter per hari. Limbah tailing dari proses amalgamasi
tersebut langsung dibuang ke badan air atau lubang penampungan sederhana tanpa
pengolahan dengan jarak paling dekat 3 meter dari sumur gali masyarakat. Menurut
statistik Kecamatan Pasie Raja dalam angka diketahui bahwa sebanyak 210 rumah
tangga di Desa Krueng Kalee menggunakan air sumur sebagai sumber air minum
(BPS, 2017). Oleh karena itu, hampir seluruh air sumur masyarakat di Desa Krueng
Penelitian yang dilakukan oleh Zuryati (2015) dan Sari (2016) menunjukkan
bahwa kandungan merkuri dalam sedimen air di sungai rasian Kecamatan Pasie Raja
mengalami kenaikan dari 0,1964 mg/l di Tahun 2015 menjadi 0,5104 mg/l di Tahun
2016. Hasil ini menunjukkan bahwa ada peningkatan penggunaan jumlah merkuri
merkuri dalam sungai dan diindikasikan bahwa biota yang ada di sekitar aliran sungai
tersebut sudah mengakumulasi merkuri di dalam jaringan tubuhnya. Air minum dan
ikan yang sudah terkontaminasi ini akan menimbulkan efek kesehatan apabila
RI) Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar air raksa
sampel air yang diambil di Desa Krueng Kalee Kecamatan Pasie Raja pada tanggal
26 September 2017, sebanyak 6 sampel yang telah diuji di Balai Riset dan
Standardisasi Industri Medan ditemukan bahwa kadar merkuri dalam air melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu berada pada rentang 0,002 mg/l hingga
0,007 mg/l, hanya 1 sampel yang kadarnya di bawah kadar maksimum yang
neuropsikologis secara umum adalah dengan Pemeriksanaan Status Mental Mini atau
Mini Mental State Examination (MMSE). Survei awal yang dilakukan di lapangan,
pertanyaan orientasi waktu, orientasi tempat, registrasi, atensi & kalkulasi, dan
menunjukkan gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa pada hal yang baru terjadi,
susah mengingat hari dan tanggal yang mengarah pada gejala awal adanya gangguan
pada saraf. Selanjutnya dilakukan perhitungan awal untuk analisis risiko dengan
mengestimasi asupan air minum masyarakat yaitu sebanyak 2 liter/hari, maka jumlah
merkuri yang dikonsumsi melalui air minum akan terakumulasi dan akan
merkuri ini telah menimbulkan risiko kesehatan, maka dilakukan kajian Analisa
Untuk menilai risiko pajanan metil merkuri di Desa Krueng Kalee pada tahap
awal, dalam ilmu kesehatan lingkungan dapat menggunakan ARKL meja atau
faktor-faktor pemajanan dari exposure factors handbook (USEPA, 1990). Kajian ini
tidak dapat menilai pajanan secara akurat seperti ARKL lengkap. ARKL meja
dilakukan untuk menilai risiko secara cepat tanpa memerlukan data antropometri dari
lapangan. Dengan menggunakan nilai konsentrasi tertinggi merkuri pada saat survei
pendahuluan, maka didapat nilai Risk Quotient (RQ) = 2,44 yang berarti ada risiko
kesehatan yang perlu dikendalikan. Interpretasi dari nilai RQ>1 adalah berdasarkan
estimasi risiko, merkuri yang terdapat dalam air sumur gali sangat berisiko bagi
individu dengan berat badan 55 Kg (Nukman et al 2005) bila air tersebut diminum
sebanyak 2 L/hari selama 350 hari/tahun. Untuk menilai risiko secara akurat, maka
dalam penelitan ini akan dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan lengkap.
Konsentrasi merkuri pada sampel air yang melebihi kadar maksimum yang
kandungan merkuri pada sedimen air meningkat, dan perhitungan awal terjadinya
risiko kesehatan akibat dari pajanan merkuri tersebut di atas menjadi indikasi adanya
kesehatan masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut. Air minum dan ikan yang
menimbulkan efek terhadap kesehatan. Salah satu efek pajanan dari metil merkuri
adalah gangguan saraf berupa efek neuropsikologis. Berdasarkan data dan hasil survei
pendahuluan, maka perlu diketahui apakah telah terjadi efek neuropsikologis akibat
pajanan merkuri melalui air minum dan pajanan merkuri melalui ikan yang
dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar tempat pengolahan emas Desa Krueng Kalee,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merkuri
Merkuri atau hydrargyrum (Hg) adalah logam berat yang berbentuk cair di
dalam tekanan dan suhu kamar (Achmadi, 2014). Merkuri merupakan logam berat
berwarna keperakan dan merupakan konduktor panas yang lemah serta memiliki
nomor atom 80 dengan paruh hidup (half-life) 444 tahun (Sembel, 2015). Merkuri
ditambang sebagai bijih cinnabar, yang mengandung sulfida merkuri. Bentuk logam
didapat dari bijih dengan memanaskannya dengan suhu di atas 1.000ºF kemudian
uapnya ditangkap dan didinginkan untuk membentuk logam merkuri cair (ATSDR,
1999).
Merkuri berwujud cair pada suhu kamar (25ºC) dengan titik beku paling
membentuk alloy yang disebut juga dengan amalgam (Palar, 2008). Amalgam
merupakan hasil dari proses mendapatkan emas dari batuan mengandung emas
penambalan gigi namun saat ini sudah banyak dilarang akibat efek kesehatan yang
ditimbulkan.
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
1. Merkuri Metalik
Merkuri metalik adalah logam putih perak mengkilap yang merupakan cairan
pada suhu kamar. Merkuri metalik adalah bentuk merkuri murni atau unsur yang
tidak berikatan dengan unsur lainnya. Uap merkuri tidak berwarna dan tidak berbau
(ATSDR, 1999). Merkuri metalik (elemental mercury) memiliki tekanan uap 0,00185
mm pada suhu 25ºC yang berarti unsur merkuri sangat tidak stabil dan mudah
menguap. Waktu paruh merkuri metalik pada orang dewasa adalah sekitar 60 hari
Merkuri metalik (Hg 0 ) pada dasarnya tidak bersifat toksik dan tidak
menimbulkan efek samping yang signifikan apabila tertelan. Merkuri metalik dapat
berubah menjadi toksik apabila dimodifikasi secara kimiawi dan terionisasi menjadi
(CH3 Hg +) menghasilkan jenis yang sangat toksik dan sangat selektif untuk jaringan
kaya lipid (lemak) seperti sel saraf. Biokonversi merkuri metalik menjadi Hg 2+ dan
alkil merkuri oleh mikroorganisme dapat terjadi di usus manusia dan di dasar
sedimen danau atau sungai. Ketika Hg 0 memasuki dasar sedimen, maka akan diserap
2. Merkuri Anorganik
unsur seperti klorin, sulfur, atau oksigen. Senyawa merkuri ini juga disebut garam
merkuri karena sebagian besar senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih
atau kristal, kecuali sulfida merkuri yang berwarna merah dan berubah menjadi hitam
setelah terpapar cahaya (ATSDR, 1999). Garam merkuri anorganik ditemukan dalam
dua bentuk yaitu Hg + (ion merkuro atau mercurous) dan Hg 2+ (ion merkuri atau
mercuric). Waktu paruh dari merkuri anorganik adalah sekitar 40 hari (Broussard et
al, 2012).
3. Merkuri Organik
jamur) di lingkungan, bukan oleh aktivitas manusia (ATSDR, 1999). Merkuri organik
dapat ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu aril, senyawa alkil rantai pendek dan
senyawa alkil rantai panjang. Waktu paruh biologis metil merkuri kira-kira 65 hari
Pada limbah tailing yang mengandung merkuri metalik, akan diubah menjadi
metil merkuri oleh mikoorganisme yang ada di sedimen atau dikenal juga dengan
proses metilasi. Merkuri yang mencapai air tanah atau perairan akan mencemari air
dan biota air yang ada di dalamnya. Metil merkuri ini kemudian akan masuk ke tubuh
biota air dan terakumulasi yang disebut juga sebagai proses bioakumulasi hingga
kadar metil merkuri pada biota air dapat lebih tinggi dari pada kadar metil merkuri
dalam air. Metil merkuri juga dapat mengalami biomagnifikasi dalam rantai makanan
akuatik hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada ikan predator (Burtis et al, 2012).
Gambar 2.1 Metilasi Merkuri Metalik Menjadi Metil Merkuri dalam Perairan
Metil merkuri adalah sumber utama dari merkuri organik serta bentuk yang
paling penting dari segi toksisitas. Anak-anak merupakan target yang sangat sensitif
dari pajanan metil merkuri karena dapat menimbulkan efek pada perkembangan
neuropsikologis. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus cerebral palsy pada kejadian
keracunan di Minamata. Sistem saraf merupakan target utama dari toksisitas metil
merkuri. Fungsi sensorik, visual, pendengaran dan koordinasi adalah fungsi yang
paling umum terpengaruh akibat pajanan metil merkuri pada orang dewasa (IPCS,
1990).
1. Alamiah
Secara alami merkuri berasal dari pelepasan gas oleh bebatuan bumi melalui
gas-gas vulkanik atau proses penguapan dari air laut (Achmadi, 2014). Letusan
dalam atmosfer. Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang aktif dan hampir
setiap tahun meletus bahkan terdapat beberapa gunung berapi seperti Gunung
Sinabung di Sumatera Utara dan gunung berapi lainnya di Jawa dan Bali yang sering
meletus. Letusan gunung berapi ini menghasilkan banyak debu yang bukan hanya
berbahaya seperti merkuri terutama metil merkuri yang sangat beracun (Sembel,
2015).
2. Aktifitas Manusia
Industri kloralkali, peralatan listrik dan cat merupakan konsumen terbesar dari
merkuri, yakni sekitar 55% dari total konsumsi merkuri. Pencemaran udara oleh
merkuri yang berasal dari kegiatan industri ini pada umumnya rendah, namun
pencemaran air oleh merkuri yang cukup tinggi biasanya terjadi akibat dibuangnya
menggunakan merkuri. Umumnya penambang emas skala kecil dan artisanal atau
proses pemurnian emas. Sisa-sisa gilingan batu yang sudah berbentuk cair dan
bercampur dengan merkuri langsung dibuang di atas tanah. Pengolahan emas dengan
cara amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi yang sangat tinggi dan berpotensi
Merkuri klorida digunakan sebagai antiseptik meskipun saat ini sudah jarang
digunakan, namun masih digunakan sebagai pengawet kayu, industri baterai kering,
penyamakan kulit, katalis dalam pembuatan bahan kimia seperti vinil klorida dan
desinfektan, memisahkan timbal dari emas, dan lainnya. Merkuri (II) nitrat, yang
ditemukan dalam bentuk garam merkuri yang bersifat toksik dan korosif (Broussard,
2002).
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa fenil merkuri asetat
(FMA) yang bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas
basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat berbahaya karena kertas
pertumbuhan jamur pada bibit diantaranya senyawa metil merkuri disiano diamida
mengandung merkuri metalik dan merkuri organik. Konsentrasi uap merkuri metalik
tertinggi terjadi pada saat amalgam emas dipanaskan. Proses ini biasanya dilakukan
di lapangan terbuka, di tempat pengolahan emas atau di toko emas yang biasanya
terletak di kawasan berpenduduk. Pekerja dan penduduk sekitar dapat terkena pajanan
dari uap merkuri yang lepas ke udara. Merkuri juga dapat menguap dari limbah yang
merembes juga dapat menimbulkan pencemaran pada air tanah. (WHO, 2016).
absorpsi kulit dan ingesti. Jalur pajanan yang paling sering diteliti adalah jalur
inhalasi untuk merkuri metalik dan ingesti (oral) untuk merkuri anorganik atau
merkuri organik. Hal ini sejalan dengan basis data reference-dose dari tiga bentuk
merkuri untuk dapat dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan akibat pajanan
merkuri.
Uap merkuri dapat langsung terhirup pada saat proses pengolahan merkuri,
yaitu pada saat memanaskan merkuri dari biji cinnabar sehingga menghasilkan logam
merkuri. Pada proses pengolahan emas, yaitu pada saat proses burning amalgam
untuk mendapatkan emas murni juga dapat membuat uap merkuri yang berbahaya
lepas ke udara, akibatnya para pekerja dan masyarakat sekitar dapat terpajan uap
Merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur ingesti/oral biasanya terjadi
lewat minuman atau makanan. Jumlah merkuri yang masuk lewat minuman bisa
berkali lipat lebih tinggi dibandingkan jumlah merkuri yang masuk melalui tanaman.
Uap merkuri yang lepas ke atmosfer akan teroksidasi dan tersimpan di tanah, danau,
lingkungan menjadi metil merkuri yang terakumulasi dalam rantai makanan sehingga
pelipatgandaan dari jumlah awal yang masuk akibat proses bakterial terhadap merkuri
Merkuri organik juga dijumpai pada fungisida dan rembesan limbah industri,
satu contoh kasus adalah keracunan merkuri yang terjadi di Irak dimana saat itu Irak
menerima bibit gandum dari Meksiko yang telah diberi fungisida mengandung
bibit yang mengandung merkuri sehingga para petani membuang bibit tersebut secara
besar-besaran ke sungai. Hal ini kemudian malah menimbulkan kasus keracunan yang
lebih luas akibat air sungai yang tercemar merkuri dikonsumsi oleh masyarakat
(ATSDR, 1999).
respons di bidang farmasi dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan memahami
proses toksikokinetik dan bahan toksik (Wu dan Farland, 2007). Toksikokinetik dari
bahan kimia diartikan sebagai respon yang dilakukan oleh tubuh sebagai reaksi atas
konsentrasi suatu bahan kimia pada aliran darah atau bagian tubuh lainnya.
Toksikokinetik terdiri dari 4 (empat) fase yaitu absorpsi, distribusi, metabolism dan
2.2.1 Absorpsi
setelah paparan oral akut terhadap merkuri metalik diabaikan pada manusia dan
hewan. Senyawa metil dan fenilkuri diserap jauh lebih mudah daripada merkuri
anorganik. Penelitian pada hewan menunjukkan penyerapan oral merkuri organik dan
anorganik dapat dipengaruhi oleh usia dan diet. Informasi terbatas ditemukan
mengenai penyerapan dermal senyawa merkuri anorganik atau organik pada manusia
Merkuri mudah menguap pada suhu ruangan sehingga rute absorpsi lebih
sering melalui paru-paru yaitu sekitar 70% hingga 85% sedangkan kurang dari 3%
diabsorpsi melalui kulit. Merkuri metalik yang tertelan secara oral akan diabsorpsi
kurang dari 1% melalui saluran gastrointestinal sehingga tidak begitu beracun. Rute
Studi menunjukkan bahwa sekitar 7% sampai 15% dari dosis merkuri klorida yang
tertelan secara oral akan diserap dari saluran pencernaan (Broussard, 2002).
merkuri anorganik karena lebih larut dalam lemak. Setelah diserap dalam jaringan,
senyawa aril dan alkil rantai panjang diubah menjadi kation divalen sehingga
mengubah sifat toksiknya menjadi sifat toksik merkuri anorganik. Merkuri alkil rantai
pendek mudah diserap di saluran gastrointestinal (90% sampai 95%) dan tetap stabil
2.2.2 Distribusi
melalui jalur inhalasi kemudian dapat dengan mudah melintasi otak-darah dan
anorganik juga menjangkau semua organ, namun tingkat akumulasi di otak dan janin
seluruh tubuh melalui pajanan oral dan memiliki akumulasi tertinggi pada ginjal.
Seperti merkuri metalik, kemampuan senyawa metil dan fenil merkuri untuk
Merkuri metalik sangat larut lemak dan karakteristik ini memfasilitasi difusi
di seluruh alveoli serta distribusinya di seluruh bagian yang larut lemak dalam tubuh
termasuk di bagian sawar darah otak ke sistem saraf pusat (SSP) dan di seluruh
pada eritrosit. Merkuri yang menembus sawar darah otak akan terionisasi dan
2002).
yang terpajan dan model distribusi berbeda terkait kelarutan lemak yang tidak baik.
metallothionein pada sel ginjal. Sebaliknya, metil merkuri memiliki afinitas rendah
untuk metallothionein. Merkuri anorganik tidak melewati sawar darah otak atau
plasenta dengan mudah, namun karena eliminasi lambat dan fakta bahwa paparan
sering terjadi dalam jangka waktu yang panjang memungkinkan akumulasi signifikan
rambut, dan kulit. Merkuri organik juga melintasi sawar darah dan plasenta dan
meningkatkan rasio sel darah merah terhadap plasma darah. Metil merkuri memiliki
afinitas tinggi untuk kelompok sulfhidril yang besar pengaruhnya terhadap disfungsi
enzim. Salah satu enzim yang dihambat adalah kolinasetil transferase, yang terlibat
sehingga berkontribusi pada tanda dan gejala disfungsi motorik (Broussard, 2002).
2.2.3 Metabolisme
Bukti yang ada menunjukkan bahwa metabolisme semua bentuk merkuri sama
untuk manusia dan hewan. Setelah diserap, merkuri metalik dan anorganik merkuri
anorganik divalen di sel darah merah, paru-paru dan hati. Konversi metil merkuri
menjadi merkuri anorganik divalen mungkin bisa terjadi segera setelah penyerapan,
penghambatan enzim, dan tindakan korosif umum. Merkuri tidak hanya mengikat
kelompok sulfhidril tetapi juga pada kelompok fosforil, karboksil, amida, dan amina.
Protein termasuk enzim dengan kelompok tersebut yang mudah bereaksi dengan
merkuri. Seperti disebutkan, uap merkuri metalik sangat larut dalam lemak yang
senyawa divalen yang lebih mudah larut, bentuk ini lebih beracun daripada garam
ganas yang terbentuk senyawa merkuri monovalen. Saat tertelan akan lebih cepat
diserap dan menghasilkan toksisitas yang lebih besar. Hanya sekitar 10% garam
2.2.4 Ekskresi
Eliminasi merkuri metalik terjadi melalui urin, kotoran, dan udara ekshalasi,
sementara merkuri anorganik diekskresikan dalam urin dan kotoran pada manusia.
Kotoran merupakan rute eliminasi besar untuk senyawa merkuri anorganik, namun
dosis akut yang tinggi meningkatkan persentase ekskresi melalui urin. Ekskresi
merkuri organik sebagian besar diperkirakan terjadi melalui feses pada manusia.
Senyawa merkuri anorganik dan organik dapat diekskresikan dalam ASI. Rute
pajanan tidak mempengaruhi eliminasi merkuri anorganik dan organik yang diserap
Ekskresi merkuri baik metalik, anorganik dan organik sebagian besar melalui
feses. Ekskresi merkuri dalam urin merupakan indikator yang baik untuk pajanan
merkuri metalik dan merkuri anorganik tapi tidak bisa diandalkan untuk merkuri
Pajanan akut dari merkuri umumnya ditandai dengan demam, meriang, nafas
pendek, merasakan logam di mulut, sakit dada (pleuritis), dan dapat disalah artikan
sebagai metal fume fever. Metal fume fever yaitu sakit yang disebabkan oleh pajanan
akibat asap atau uap hasil kondensasi bahan-bahan logam yang berupa bahan padat di
udara. Gejala lain berupa stomatitis, lethargy (lemas tidak bertenaga), sakit kepala
dan muntah-muntah. Gejala untuk pajanan kronis bervariasi meliputi gangguan pada
ginjal, saraf, psikologi, dan kulit termasuk anoreksia, kehilangan berat badan,
terpajan merkuri organik mirip dengan merkuri metalik, seperti ataksia, tremor, ulisan
tidak jelas, bicara kurang jelas, acrodynia (pink disease, alergi merkuri)
(KEMENKES, 2016).
Gejala klinis keracunan akut merkuri dengan organ target sistem saraf pusat
terhadap sistem saraf berupa tremor, insomnia, hilang ingatan, depresi anoreksia,
sakit kepala, ataksia, disarthria, berjalan tidak stabil, gangguan visual dan vasomotor,
Pajanan merkuri yang lebih serius adalah apabila pajanan terjadi pada janin
yang sedang berkembang, efek yang mungkin timbul akan tertunda. Bayi lahir
mungkin normal, namun efek baru muncul pada saat anak mencapai titik
perkembangan seperti berjalan dan berbicara pada saat pertama. Efek parah lainnya
Pada pajanan merkuri dosis rendah beberapa efek neurologis mungkin tidak
terlihat. Efek kecil pada sistem saraf hanya mungkin diamati dengan menggunakan
biasanya muncul pada pajanan rendah metil merkuri yang meliputi koordinasi
Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sistem saraf pusat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu otak dan medulla spinalis
sedangkan sistem saraf perifer dibagi menjadi saraf kranialis dan saraf spinalis
(Munir, 2015).
Target neurologis dari metil merkuri adalah badan sel saraf sehingga
yang lebih luas. Pertama adalah perilaku seseorang merupakan hal yang terpenting
bagi dirinya, sehingga terlepas dari sistem saraf yang mempengaruhi berfungsinya
sistem organ lainnya, perubahan kinerja otak akibat pajanan bahan kimia
dari aktivitas sistem saraf sehingga perubahan pada sistem saraf akibat pajanan bahan
berfungsi sebagai alat yang berguna untuk mengukur neurotoksisitas (WHO, 1986).
Gangguan saraf dapat diakibatkan oleh dosis toksik dari berbagai zat seperti
logam berat, pelarut, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Efek kronis biasanya kurang
dapat diamati seperti efek akut, namun dapat menyebabkan kerusakan berbahaya
seperti gangguan saraf pusat. Efek zat tunggal dari masing-masing kelas berbeda,
misalnya metil merkuri memiliki efek spesifik terhadap gangguan saraf dibandingkan
dan efek perilaku atau efek neuropsikologis. Toksisitas merkuri telah dikenal selama
berabad-abad dengan istilah “Mad Hatter” yang menggambarkan efek merkuri pada
pembuat topi berupa perilaku menghindar dan mudah tersinggung (Armstrong, 2004).
psikologi yang mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan
defisit perilaku, dan melakukan penilaian dan perlakuan terhadap perilaku yang
terganggu akibat terganggunya fungsi otak (Markam, 2009). Menurut Lezak (1995),
dari sistem kognitif, sistem emosi, dan sistem eksekutif. Sistem kognitif meliputi
meliputi emosi dan suasana hati (mood), motivasi dan variabel kepribadian. Sistem
mengevaluasi efek terapi, dan menilai efek neurotoksis seperti menilai gangguan
saraf akibat pajanan zat yang merugikan. Penggunaan alat tes (test battery)
terstandardisasi untuk melihat gangguan fungsi otak telah dibuat oleh para ahli
sehingga setiap gangguan dapat dikenali melalui tes neuropsikologi (Mardiati, 2010).
proses dengan tujuan mengetahui adanya gangguan kognitif pada pasien yang
dicurigai mengalami gangguan pada otak. Beberapa domain utama yang sering dinilai
melalui dua bentuk pemeriksaan, yaitu pemeriksaan neurologis klinis dan pengujian
warna kebiru-biruan pada gusi, ataksia, tremor, uji gerakan bolak-balik atau tes untuk
disdiadokokinesis, uji pengihatan, refleks lutut dan bisep, refleks patologis (reflex
babinski), salivasi dan disartria, pemeriksaan sensorik dan proteinuria. Sifat metil
a. Digit span test (bagian dari Wechsler Memory Scale), untuk menguji memori
jangka pendek;
d. Tapping test (bagian dari MOT), untuk menguji tremor intensional dan
koordinasi.
1. Umur
Umur memengaruhi reaksi tubuh terhadap efek toksik dari pajanan merkuri.
Hal ini terkait dengan perkembangan neurologis dan kemampuan kognitif serta
kaitan antara umur dan kematangan tahap kognitif. Sensitivitas tes tergantung pada
umur responden terutama yang berada pada rentang umur yang masuk pada tahap
hubungan yang signifikan antara umur responden dengan hasil tes Finger Tapping
Speed (FTS) pada orang dewasa dengan pajanan metil merkuri dosis rendah di
Korea. Hasil ini menunjukkan adanya efek neuropsikologis yang lebih tinggi pada
tanpa terkena pajanan suatu bahan kimia manusia dapat mengalami kemunduran
fungsi kognitif akibat atrofi pada sel saraf. Penelitian kohort oleh Freeman et al
(2008) menunjukkan bahwa secara normal, seseorang akan mengalami atrofi sel
2. Jenis Kelamin
2000). Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al (2013) dimana jenis kelamin
Penelitian oleh Ceccatelli et al (2013) dengan model eksperimen in vitro dan in vivo
menunjukkan bahwa efek dari pajanan metil merkuri ini dapat diturunkan melalui
genetik kepada anak perempuan meskipun anak tersebut tidak pernah secara langsung
terpajan metil merkuri sementara hasil dari dari eksperimen menggunakan mencit
3. Status Gizi
Prinsip dari farmakologi, semakin besar berat badan hewan uji maka akan
semakin tinggi dosis racun yang dapat ditoleransi oleh tubuh (Sembel, 2015).
Beberapa studi menunjukkan hasil yang signifikan antara status gizi dengan toksisitas
metil merkuri dan efek yang ditimbulkan. Status gizi yang buruk dapat memperparah
efek dari metil merkuri dan sebaliknya status gizi yang baik dapat mengurangi efek
metil merkuri. Faktor gizi yang mengganggu perkembangan sel saraf misalnya
defisiensi zat besi dan folat dalam makanan dapat meningkatkan efek metil merkuri
dalam perkembangan sel saraf. Efek neuropsikologis akan lebih dahulu terlihat akibat
4. Pajanan Merkuri
Sumber pajanan metil merkuri yang utama adalah melalui ikan, sehingga
terdapat korelasi yang erat antara asupan ikan dengan efek toksisitas metil merkuri
sehingga berkorelasi dengan perubahan perilaku yang diuji melalui tes konsentrasi,
kecepatan motorik dan ketangkasan yang halus ditemukan bahwa terdapat gangguan
pada fungsi pembelajaran verbal dan ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Weil et
al (2005) menunjukkan adanya hubungan antara pajanan merkuri dari asupan ikan
Hasil penelitian oleh Masley et al (2012) menunjukkan hal yang sama terkait
pajanan merkuri dari konsumsi ikan. Asupan makanan laut, khususnya ikan
meningkatkan kadar merkuri dan menyebabkan disfungsi kognitis pada kadar merkuri
≥15 µg/l. Konsumsi ikan pada awalnya meningkatkan fungsi kognitif akibat
peningkatan asupan asam lemak omega 3 dari ikan, namun pada akhirnya
terpajan merkuri 1,5 tahun antara kelompok terpajan dengan kelompok kontrol.
terkontaminasi senyawa organoklorin dan metil merkuri dosis rendah pada saat
prenatal dan menemukan hubungan antara durasi pajanan merkuri dari saat pre natal
menghitung dan memperkirakan risiko terhadap organisme tertentu, sistem atau (sub)
pada populasi yang ditentukan atau sistem ekologi pada kondisi tertentu dan pada
waktu tertentu. Lingkup risiko kesehatan lingkungan antara lain mencakup dampak
dari polutan dan kontaminan kimia di udara, air, tanah, dan makanan; mikrobiologi
elektromagnetik; dan perubahan iklim. Pelaksanaan ARKL tidak hanya terbatas pada
penilaian agen risiko terhadap kesehatan masyarakat, namun juga dapat menyusun
2. 3.
Analisis Analisis
Dosis Pemajanan
Respon
II. III.
Pengelolaan Komunikasi
Risiko Risiko
1. 4.
Identifikasi Karakterisasi
Bahaya Risiko
tahapan yaitu :
Identifikasi Bahaya
mengidentifikasi jenis dan sifat yang dimiliki agen untuk menyebabkan efek yang
merugikan terhadap organisme, sistem, atau (sub) populasi (IPCS, 2004). Identifikasi
bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media lingkungan mana agen
risiko yang paling memberikan dampak, seberapa besar konsentrasi agen risiko di
media lingkungan, dan gejala kesehatan apa yang potensial (KEMENKES, 2012).
Analisis Pemajanan
penilaian pajanan dari agen dan turunannya terhadap organisme, sistem, dan (sub)
populasi dengan mengenali jalur-jalur pajanan dan jumlah asupan yang diterima
seperti faktor umur, status kesehatan, sejarah merokok, dan memperkirakan efek
pada umumnya jenis kelamin wanita lebih tahan terhadap racun daripada kaum lelaki.
Kaum wanita biasanya memiliki lemak yang lebih banyak, sehingga bahan racun
dapat terikat dalam lemak. Biasanya anak-anak dan kaum lanjut usia lebih peka
agen risiko. Rumus perhitungan yang digunakan dalam mengukur intake non
C R f E Dt
I
WB tavg
Keterangan :
I : Intake, jumlah konsentrasi agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh
tahunnya (hari/tahun)
tavg : time average, periode waktu rata-rata untuk efek non karsinogen (hari)
Analisis Dosis-Respon
merupakan proses penilaian toksisitas agen untuk tiap bentuk spesi kimianya yang
dinyatakan sebagai dosis referensi atau reference dose (RfD) dan konsentrasi
referensi atau reference concentration (RfC) untuk efek nonkarsinogenik dan Cancer
Slope Factor (CSF) untuk efek karsinogenik. ARKL hanya dapat dilakukan hanya
jika agen sudah memiliki nilai dosis-respon (Rahman, 2007). Tahapan penilaian
nilai toksisitas untuk efek non karsinogenik dan/atau karsinogenik (Mukono, 2011).
RfD dan RfC diartikan sebagai dosis/konsentrasi dari pajanan harian agen
risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang mengganggu
walaupun pajanan terjadi sepanjang hayat. Nilai RfD, RfC dan SF merupakan hasil
penelitian dari berbagai sumber baik pada manusia maupun ekstrapolasi dari hewan
dan pemutakhiran yang sangat cepat, maka nilai RfD, RfC dan SF dapat berubah
sewaktu-waktu (KEMENKES, 2012). Saat ini basis data yang menampung nilai RfD,
RfC dan SF dari berbagai bahan toksik tersedia pada Integrated Risk Information
Karakterisasi Risiko
reference dose) dan perkiraan asupan populasi yang berisiko sampai pada tahapan
perkiraan kuantitatif risiko kanker dan tingkat risiko (risk quotient) (Kolluru, 1996).
Nilai RQ dipakai untuk menilai tingkat risiko untuk efek non karsinogenik.
Tingkat risiko dikatakan aman apabila nilai RQ ≤ 1 dan dikatakan tidak aman apabiila
RQ > 1. Tingkat risiko perlu diinterpretasikan secara sederhana agar dapat diterima
oleh masyarakat dengan memuat pernyataan risiko, jalur pajanan, konsentrasi agen
risiko, populasi yang berisiko, kelompok umur populasi, berat badan populasi,
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada teori simpul
yang dikemukakan oleh Achmadi (2014) yang digambarkan dalam model atau
lingkungan yang memiliki potensi bahaya dengan manusia seperti model berikut :
Manajemen
Penyakit
Sumber Udara
Komunitas Sakit
Agen Air
Penyakit (Perilaku, umur,
Pangan gender, genome)
Sehat
Vektor
Penular
Manusia
Agent Penyakit
5
Lingkungan Strategis/politik, Iklim,
Topografi, Suhu, dll
Simpul
1 2 3 4
mengaluuarkan agen penyakit yang dalam hal ini adalah komponen lingkungan yang
penyakit telah dideteksi dan bertambah setiap harinya, baik berupa sintesis atau
senyawa baru bahan kimia toksik seperti logam berat maupun organism baru seperti
mengeluarkan satu atau lebih agen penyakit. Sumber ini bisa berasal dari proses
alamiah seperti gas-gas atau debu dari letusan gunung berapi juga berasal dari hasil
binatang/vektor dan manusia melalui kontak langsung. Media transmisi seperti air
dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi apabila di dalam air tersebut
seperti udara, air atau pangan. Agen penyakit tidak menular seperti bahan kimia
toksik berasal dari sebuah sumber, seperti cerobong asap industri, titik buangan
lingkungan yang mengandung agen penyakit atau potensi bahaya penyakit, misalnya
mengonsumsi sejumlah air minum yang mengandung kadmium. Jumlah kontak pada
setiap orang berbeda satu sama lain, hal ini ditentukan oleh perilakunya, misalnya
seseorang yang belum memahami potensi bahaya dapat terkena dosis yang lebih
digunakan biomarker atau tanda biologi, misalnya kandungan merkuri dalam darah
atau urin. Pengukuran perilaku pemajanan ini juga dapat dilihat dengan mengukur
kandungan agen penyakit atau metabolitnya juga dapat dikur secara tidak langsung
melalui antibodi seseorang dalam melawan agen penyakit tersebut, misalnya titer
antibodi terhadap dengue positif berarti orang tersebut pernah terpajan virus dengue
(Achmadi, 2014).
memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan adalah kejadian penyakit. Terdapat tiga
gradasi penderita penyakit, yaitu akut, subklinik, dan samar (subtle). Fenomena
pertama adalah gambaran penderita akut dengan gejala spesifik biasanya kategori
manifestasi klinis yang dirawat di rumah sakit. Segmen kedua adalah subklinis
dengan gejala tidak khas namun dengan pemeriksaan tambahan dapat dikenali bahwa
kelompok ini menderita gangguan penyakit. Segmen ketiga adalah samar atau subtle
dengan gejala tidak khas, baik secara laboratoris maupun klinis. Secara proporsional
jumlah yang samar ini paling besar dan bias muncul sewaktu-waktu berupa Kejadian
topografi, temporal dan supra sistem misalnya keputusan politik seperti kebijakan
makro yang bias memengaruhi semua simpul. Variabel ini harus diperhitungkan
dalam setiap upaya analisis kejadian penyakit. Kebijakan makro dari sebuah
Contoh kebijakan makrro di bidang energi, menghapus timbal pada bensin akan
mengurangi potensi risiko timbulnya penyakit akibat pencemaran udara akibat timbal
(Achmadi, 2014).
disusun kerangka konsep penelitian. Menurut teori simpul yang di kemukakan oleh
Achmadi (2014) dimana sumber penyakit, media transmisi, dan perilaku pemajanan
dapat menimbulkan suatu penyakit serta indikator analisis pemajanan dalam Analisis
Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang terdiri dari konsentrasi, laju asupan,
durasi pajanan, dan berat badan maka disusun kerangka konsep penelitian sebagai
berikut:
Karakteristik Individu :
Umur
Jenis Kelamin
Status Gizi
Adapun hipotesis penelitian yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
neuropsikologis
neuropsikologis
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan sejak survei awal pada bulan September 2017 hingga Mei 2018.
Populasi adalah seluruh laki-laki dan perempuan yang berumur 18-49 Tahun
di Desa Krueng Kalee. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Inklusi :
2. Mengonsumsi ikan yang berasal dari sungai di lokasi titik pengambilan sampel
Kriteria Eksklusi:
1. Memiliki riwayat cedera kepala dan penyakit saraf seperti epilepsi, stroke, dan
lain-lain.
2. Sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik berdasarkan pengakuan dan
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
dimana :
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengukuran IMT terhadap
sampel air sumur dan ikan. Setelah dilakukan pengukuran nilai Risk Quotient (RQ)
untuk ARKL selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mendapatkan faktor yang
1. Sumur gali, sampel air diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air
2. Sumur bor dengan pompa tangan atau mesin, sampel diambil dari kran atau
gelap dengan ukuran 100 ml. Sampel air kemudian ditambahkan sebanyak 1,5 ml–5
bawah 60 C, dengan perlakuan tersebut maka sampel dapat bertahan selama 28 hari
1. Daerah potensial yaitu lokasi yang mengalami perubahan kualitas air setelah
2. Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai dimana terdapat
3. Daerah hilir atau muara yaitu daerah pasang-surut pertemuan antara air sungai
dan air laut, dimana di lokasi ini dapat diketahui kualitas air secara keseluruhan.
selesai. Ikan yang dijadikan sampel adalah jenis ikan yang paling sering dikonsumsi
oleh masyarakat di Desa Krueng Kalee dan berasal dari Sungai Rasian yang
Peta lokasi titik pengambilan sampel ikan dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut:
badan menggunakan stature meter. Jarum pada timbangan berat badan harus
dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbangan dan tidak menutupi jendela baca.
Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (tidak
angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan. Minta responden turun dari alat
timbang.
atau permukaan yang datar. Stature meter digantungkan pada jarak 2 m dari lantai.
diminta berdiri tegak, pandangan lurus ke depan. Lima bagian badan, yaitu kepala,
bahu, punggung, pantat, dan tumit menempel di dinding. Bila tidak memungkinkan,
minimal 3 bagian yang menempel di dinding. Tarik ujung stature meter hingga batas
kepala responden kemudian catat angka pada jendela baca stature meter.
proses pembacaan kadar merkuri, alat SSA dihidupkan, diatur posisi optimum untuk
pengujian merkuri dengan mengatur posisi lampu katoda merkuri dan kedudukan sel
absorban dan panjang gelombang untuk uji merkuri. Selanjutnya larutan standar
dihubungkan dengan selang kecil yang bermuara pada sebuah tabung di dalam sistem
terbentuk uap merkuri. Hasil kadar merkuri selanjutnya akan terbaca pada layar
sesuai dengan panjang gelombang merkuri. Sampel air sumur diperiksa di Balai
Palembang.
Laboratorium Kimia Analis FMIPA USU, kemudian sampel yang sudah berupa
larutan akan dilakukan pengujian kadar konsentrasi merkurinya di Balai Riset dan
2. Sampel yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan mortar atau penggerus
4. Sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl atau erlenmeyer lalu tambahkan aqua
regia yaitu campuran asam klorida pekat atau asam nitrat pekat dengan
perbandingan 3:1
5. Diamkan beberapa saat sampai sampel bereaksi dengan aqua regia yang
ditambahkan
air yang diminum dikonsumsi oleh responden. Responden diberikan tempat minum
ukuran 2 L untuk kemudian diukur banyaknya air minum yang dikonsumsi dalam 24
jam. Asupan ikan akan dihitung dengan memperkirakan Ukuran Rumah Tangga
(URT) dari ikan yang dikonsumsi dan dihitung menjadi asupan dalam mg/hari. Laju
asupan ikan dihitung pada 1 (satu) kali konsumsi ikan per ekor per hari dikalikan
for Identifying Populations at Risk from Mercury Exposure (UNEP, 2008) dengan tes
neuropsikologis berupa memory test, matchbox test, tapping test, dan frostig test.
Prosedur tes :
2. Responden diminta untuk duduk, letakkan 20 batang korek api pada sebuah
kotak korek api yang terbuka setengahnya. Minta responden untuk memasukkan
3. Letakkan kertas kosong dan pulpen di atas bidang datar lalu responden diminta
4. Letakkan kertas instrumen frosting test di atas bidang datar lalu minta responden
untuk menggambar atau menarik garis tanpa putus pada simbol satu ke simbol
lainnya yang telah ditentukan. Nilai hasil garis yang digambar oleh responden.
Skor 0 jika garis yang dibuat sesuai dan tidak berlekuk, skor 1 jika garis yang
dibuat berlekuk, skor 2 jika garis yang dibuat melewati garis atau sangat
pertanyaan akan dilakukan scoring dimana jawaban diberi skor 1 sampai dengan 3.
penelitian, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Data yang disajikan berupa nilai tengah (mean), median, nilai
minimal maksimal, standar deviasi untuk data numerik dan persentase atau proporsi
dependen. Data berskala kategorik dan data numerik yang berdistribusi normal
dilakukan uji T Independen, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal
dilakukan uji Mann Whitney. Data berskala numerik akan dilakukan uji korelasi
pearson untuk data yang berdistibusi normal dan uji korelasi spearman untuk data
yaitu:
1. Identifikasi Bahaya
tertinggi yang ditemukan dari delapan sampel air sumur masyarakat adalah 0,007
mg/l yang telah melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan dalam Permenkes 492
tahun 2010, yaitu hanya sebesar 0,0001 mg/l. Menurut data USEPA, merkuri
merupakan agen risiko dengan sifat non karsinogenik dan karsinogenik, namun dalam
2. Analisis Pemajanan
masyarakat di Desa Krueng Kalee dengan mengukur konsentras merkuri pada air
sumur responden, mengestimasikan laju asupan air minum responden setiap harinya,
frekuensi pajanan, durasi pajanan, penimbangan berat badan, dan periode waktu rata-
3. Analisis Dosis-Respon
Pada penelitian ini dosis referensi dari merkuri yang terdapat pada air minum
menggunakan dosis referensi senyawa metil merkuri. Menurut data yang disajikan
dalam Integrated Risk Information System (IRIS), nilai dosis referensi (RfD) untuk
metil merkuri melalui rute pajanan oral adalah sebesar 0,0001 mg/kg.hari.
4. Karakterisasi Risiko
intake non karsinogenik dengan nilai RfD metil merkuri, sesuai dengan rumus :
I
RQ
RfD
Hasil pengukuran nilai Risk Quotient (RQ) menunjukkan risiko kesehatan responden
akibat pajanan merkuri pada air minum. Nilai RQ≤1 berarti masyarakat Desa Krueng
Kalee yang mengonsumsi air minum dan ikan aman dari pajanan merkuri sepanjang
hidupnya, namun apabila nilai RQ>1 berarti masyarakat yang mengonsumsi air
minum dan ikan berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat pajanan merkuri
sepanjang hidupnya.
kemaknaan p<0,05.
HASIL PENELITIAN
Desa Krueng Kalee merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
administratif Kecamatan Pasie Raja dengan luas wilayah 16,4 km² dan berjarak 21
km dari Ibu Kota Kabupaten Aceh Selatan. Wilayah Desa Krueng Kalee berbatasan
dengan:
Desa Krueng Kalee terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Babah I, Dusun
Babah II, dan Dusun Kuta Raja. Jumlah penduduk di Desa Krueng Kalee Tahun 2018
berdasarkan Profil Desa Krueng Kalee berjumlah 834 jiwa yang terdiri dari 379 laki-
laki (45,44%) dan 455 perempuan (54,56%). Kecamatan Pasie Raja pada Kabupaten
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Gambar 4.1 Kecamatan Pasie Raja dalam Peta Kabupaten Aceh Selatan
Sumber Shape File: tanahair.indonesia.go.id, 2018
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 45 orang (47,4%) laki-laki dan 50
menggunakan cut off point rerata untuk variabel umur diketahui bahwa responden
yang berumur <33 tahun sebanyak 43 orang (45,3%), sedangkan responden yang
Status gizi diukur dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan
responden. Hasil perhitungan didapat bahwa responden dengan status gizi kurang
sebanyak 13 orang (13,7%), responden dengan status gizi normal sebanyak 54 orang
(56,8%), dan responden dengan status gizi gemuk sebanyak 28 orang (29,5%).
sebanyak 21 orang (22,1%), tamat SMP sebanyak 33 orang (34,7%), tamat SMA
Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga
sebanyak 30 orang (31,6%) responden, diikuti oleh responden yang bekerja sebagai
(14,7%).
Responden di Desa Krueng Kalee dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan. Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4.3.1 Umur
sebagai berikut:
adalah 33,07 tahun dengan Simpangan Baku (SB) sebesar 9,866. Umur responden
minimal yang mengikuti penelitian ini adalah 18 tahun dan umur responden maksimal
49 tahun sesuai dengan kriteria inklusi untuk umur yang telah ditentukan.
Semua sampel air sumur yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sumur
bor dan semua responden menggunakan air sumur sebagai sumber air minum. Sampel
air sumur yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Lokasi titik
Berikut adalah kadar merkuri pada sampel air sumur dibandingkan dengan
Air Minum, kadar air raksa (merkuri) maksimum yang diperbolehkan pada air minum
adalah 0,001 mg/l. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar merkuri pada
sampel air sumur Desa Krueng Kalee berada di bawah ambang batas kadar
maksimum merkuri yang diperbolehkan pada persyaratan kualitas air minum (80%).
Kadar merkuri yang terukur pada sampel air sumur di Desa Krueng Kalee pada saat
Laju asupan air minum dihitung dengan melihat seberapa banyak air yang
dikonsumsi oleh responden dalam waktu 24 jam. Hasil analisis laju asupan
Tabel 4.4 menunjukkan laju asupan air minum responden berkisar antara 1,5
liter/hari–3 liter/hari dengan rerata laju asupan responden adalah 2,332 liter/hari.
Hasil ini lebih tinggi dari nilai default laju asupan rata-rata dewasa sebanyak 2
liter/hari.
Durasi pajanan merkuri dari air minum responden ditampilkan pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa durasi pajanan merkuri dari air minum
responden minimal selama 2 tahun dan maksimal 49 tahun. Rerata durasi pajanan
Hasil wawancara pada saat penelitian diketahui bahwa terdapat 2 (dua) jenis
ikan yang paling sering dikonsumsi oleh responden yang berasal dari Sungai Rasian
yaitu ikan gabus (Channa striata) dan ikan betok (Anabas testudineus). Hasil
pengukuran konsentrasi merkuri pada kedua ikan tersebut ditampilkan melalui tabel
berikut:
Sampel ikan gabus menunjukkan kadar metil merkuri berkisar antara 0,2231
mg/kg–0,2938 mg/kg dan kadar metil merkuri pada sampel ikan betok berkisar antara
0,2104 mg/kg–0,2673 mg/kg. Rerata konsentrasi metil merkuri pada ikan gabus
adalah sebesar 0,2535 mg/kg dan rerata konsentrasi metil merkuri pada ikan betok
sebesar 0,2421 mg/kg. Rerata konsentrasi kedua jenis ikan adalah sebesar 0,2478
mg/kg.
Ikan Segar untuk persyaratan mutu dan keamanan pangan ditetapkan persyarataan
cemaran kimia air raksa (merkuri) maksimal 0,5 mg/kg. Hasil di atas menunjukkan
bahwa kadar merkuri pada sampel ikan yang berasal dari Sungai Rasian masih berada
Laju asupan ikan dihitung dengan melihat banyak jumlah ikan yang
dikonsumsi oleh responden per harinya. Berat rerata sampel ikan gabus yang biasa
dikonsumsi responden setelah dilakukan penimbangan adalah 100 gr dan berat ikan
betok 90 gr. Hasil analisis laju asupan ikan ditampilkan pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa laju asupan merkuri dari ikan masyarakat
sebesar 1,58 gr/hari–13,57 gr/hari dengan rerata 6,94 gr/hari. Hasil ini lebih rendah
dari nilai default laju asupan ikan sebesar 54 gr. Laju asupan ikan ini dihitung dengan
membandingkan penjumlahan berat kedua jenis ikan dengan frekuensi asupan ikan.
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan selengkapnya dapat dilihat melalui tabel
di bawah ini:
Tabel 4.8 menunjukkan rentang frekuensi pajanan merkuri dari konsumsi ikan
adalah 6 hari/tahun-52 hari/tahun dengan rerata frekuensi pajanan merkuri dari ikan
meliputi memory test, matchbox test, finger tapping test, dan frostig test. Hasil
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari hasil analsis didapati bahwa rerata skor
neuropsikologis responden adalah 8,83 poin dengan rentang 5–11 poin. Menurut
Guidance for Identifying Populations at Risk from Mercury Exposure (UNEP, 2008)
adanya efek neuropsikologis apabila tes menunjukkan nilai ≥8 poin. Rerata hasil tes
umur, jenis kelamin, dan status gizi. Hasil analisis bivariat dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.10 Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin dengan Efek Neuropsikologis
Rerata skor efek neuropsikologis pada responden laki-laki adalah 9 dan rerata
skor efek neuropsikologis pada responden perempuan adalah 8,68. Hasil analisis
menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai p sebesar 0,3 (p>0,05) yang berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan rerata skor efek neuropsikologis yang signifikan
status gizi. Status gizi yang dinilai dalam analisis ini berdasarkan nilai Indeks Massa
Tubuh.
Hasil uji variabel umur dan status gizi dengan variabel efek neuropsikologis
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Umur dan Status Gizi dengan Efek
Neuropsikologis
Efek Neuropsikologis
p r
Umur 0,589 0,056
Status Gizi 0,961 -0,005
sebesar 0,589 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memiliki korelasi
bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara status gizi dengan efek
neuropsikologis.
4.4.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan Air Minum,
Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri pada Ikan,
Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari Ikan dengan
Efek Neuropsikologis
Hasil analisis hubungan antara variabel kadar merkuri pada air sumur, jumlah
asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air minum, kadar merkuri pada ikan,
jumlah asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri dari ikan dengan efek
Tabel 4.12 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur, Jumlah Asupan
Air Minum, Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum, Kadar Merkuri
dari Ikan, Jumlah Asupan Ikan, dan Frekuensi Pajanan Merkuri dari
Ikan dengan Efek Neuropsikologis
merkuri pada air sumur memiliki korelasi yang signifikan dengan efek
artinya bahwa kadar merkuri pada air sumur memiliki korelasi yang kuat dengan efek
neuropsikologis. Peningkatan kadar merkuri pada air sumur akan diikuti peningkatan
efek neuropsikologis atau semakin tinggi kadar merkuri pada air sumur maka
Jumlah asupan air minum memiliki korelasi yang signifikan dengan efek
neuropsikologis (P<0,001) dengan nilai r sebesar 0,838 yang berarti bahwa jumlah
asupan air minum memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan efek
neuropsikologis. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi jumlah asupan air minum maka
Durasi pajanan merkuri dari air minum memiliki korelasi yang signifikan
dengan efek neuropsikologis (P=0,028). Nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,226
yang berarti bahwa durasi pajanan merkuri dari air minum memiliki korelasi positif
yang lemah dengan efek neuropsikologis, semakin lama durasi pajanan merkuri dari
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar merkuri pada ikan memiliki korelasi
dihasilkan adalah 0,639 yang artinya bahwa kadar merkuri pada ikan memiliki
korelasi yang kuat dengan efek neuropsikologis. Peningkatan kadar merkuri pada
ikan akan diikuti peningkatan efek neuropsikologis atau semakin tinggi kadar merkuri
neuropsikologis (p<0,001) dengan nilai r sebesar 0,610 yang berarti bahwa jumlah
asupan ikan memiliki korelasi positif yang kuat dengan efek neuropsikologis. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi jumlah asupan ikan maka semakin menimbulkan efek
neuropsikologis.
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan memiliki korelasi yang signifikan dengan
efek neuropsikologis (P<0,001). Nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,610 yang
berarti bahwa frekuenssi pajanan merkuri dari ikan memiliki korelasi positif yang
kuat dengan efek neuropsikologis, semakin lama frekuensi pajanan merkuri dari ikan
dilakukan dengan melakukan pengukuran kadar merkuri pada air sumur responden
dan kadar merkuri pada ikan yang dikonsumsi responden. Analisis pemajanan
asupan (R), jumlah hari pajanan (fE), dan durasi pajanan (Dt) dengan berat badan
Analisis dosis respon dilakukan dengan melihat nilai reference dose merkuri
organik atau metil merkuri yaitu jenis merkuri yang terdapat pada air dan ikan
melalui basis data IRIS-EPA dengan rute pajanan oral sebesar 0,0001 mg/kg-hari.
dengan menghitung nilai RQ dengan membandingkan nilai intake (I) dan reference
dose (RfD).
berikut:
hari. Rerata intake merkuri dari ikan adalah 0,0035 mg/kg-hari dengan rentang intake
dari hasil penelitian adalah 0,65 dengan rentang RQ 0,057–3,051. Rerata nilai RQ
ikan adalah 35,45 dengan rentang 0,76–119,78. Hasil perhitungan nilai RQ dari 95
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa untuk nilai RQ air minum terdapat 85 orang
(89,47%) responden dengan nilai RQ≤1 dan sebanyak 10 orang (10,53%) responden
dengan nilai RQ>1. Nilai RQ ikan terdapat 8 orang (8,4%) responden dengan nilai
Manajemen risiko dilakukan jika pada penilaian risiko ditemukan risiko tidak
aman akibat pajanan suatu agen tertentu. Manajemen risiko untuk pemajanan ingesti
(air minum dan ikan) dapat dilakukan dengan menyusun ulang persamaan
perhitungan intake sehingga diperoleh kadar merkuri yang aman atau laju asupan
yang aman. Contoh manajemen risiko menentukan kadar merkuri pada air sumur
yang aman untuk dikonsumsi ditentukan pada 10 responden dengan nilai RQ>1. Hasil
Tabel 4.15 Kadar Merkuri pada Air Sumur dan Laju Asupan Air Minum yang
Aman
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa kadar merkuri yang aman bagi 10 orang
responden dengan nilai RQ>1 berada pada rentang 0,0016 mg/l–0,003 mg/l. Hasil ini
melebihi dari kadar maksimal yang diperbolehkan pada Permenkes 492 Tahun 2010.
Laju asupan yang aman bagi 10 orang responden dengan nilai RQ>1 berada pada
memilih salah satu opsi, yaitu menurunkan kadar merkuri pada air sumur atau
Variabel Independen p
Kadar merkuri pada air sumur 0,001
Jumlah asupan air minum 0,001
Durasi pajanan merkuri dari air minum 0,028
Kadar merkuri pada ikan 0,001
Jumlah asupan ikan 0,001
Frekuensi pajanan merkuri dari ikan 0,001
dengan menggunakan metode enter. Hasil analisis disajikan melalui Tabel 4.17
berikut:
dalam model multivariat, nilai p>0,05 dikeluarkan dari model sehingga hanya 2 (dua)
Menilai suatu kelayakan model persamaan regresi linier dapat dilihat dari nilai
p pada uji Anova. Hasil uji Anova didapati nilai p adalah sebesar <0,001 sehingga
Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan pada hasil akhir regresi linier
berganda adalah sebesar 0,703. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri pada air sumur
dan jumlah asupan air minum dapat menjelaskan 70,3% efek neuropsikologis
sedangkan 29,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel dalam penelitian ini.
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + ⋯ + 𝑏𝑘 𝑋𝑘
Hasil analisis multivariat regresi linier dengan metode enter didapat model
neuropsikologis dengan menggunakan variabel kadar merkuri pada air sumur dan laju
asupan air minum. Kenaikan kadar merkuri pada air sumur dan laju asupan akan
pada air sumur merupakan variabel yang paling memengaruhi efek neuropsikologis
dilihat dari besaran nilai beta yaitu 210,179. Probabilitas untuk masing-masing
- Setiap kenaikan kadar merkuri pada air sumur 1 mg/l meningkatkan 210
poin skor neuropsikologis setelah dikontrol laju asupan pada air minum
- Setiap kenaikan laju asupan air minum sebesar 1 liter/hari, maka skor
neuropsikologis akan naik 2 poin setelah dikontrol kadar merkuri pada air
sumur
PEMBAHASAN
Karakteristik individu yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdiri dari
umur, jenis kelamin, dan status gizi. Hubungan dari masing-masing sub variabel
1. Umur
mengikuti penelitian ini adalah 18 tahun dan maksimal 49 tahun dengan rerata 33
bahwa kerentanan terhadap metil merkuri meningkat pada umur lanjut usia (NCR,
2000). Penelitian oleh Kim et al (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
antara umur responden dengan hasil tes Finger Tapping Speed (FTS) pada orang
lanjut usia dengan pajanan metil merkuri dosis rendah di Korea. Umur responden
dalam penelitian ini merupakan umur dimana kerusakan saraf belum terjadi sehingga
korelasi yang signifikan antara umur dengan efek neuropsikologis. Hasil analisis
responden di Krueng Kalee ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reitan
& Wolfson (1994) pada penderita kerusakan saraf menemukan hasil bahwa variabel
umur memiliki efek yang minim terhadap hasil skor neuropsikologis. Weiss (2011)
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
mengungkapkan bahwa saraf memiliki sifat pemeliharaan yang tinggi dari bahan
toksik yang berbahaya seperti metil merkuri. Metil merkuri yang terakumulasi dapat
mempengaruhi sistem saraf pada saat proses perkembangan saraf atau hanya menetap
pada saraf. Metil merkuri yang menetap ini dapat menimbulkan efek yang lebih parah
nantinya akibat penuaan sistem saraf dan penurunan kemampuan menetralisir efek
2. Jenis Kelamin
perbedaan rerata skor efek neuropsikologis yang signifikan antara responden laki-laki
dan perempuan. Menurut Scott & Stiver (2009), perbedaan jenis kelamin memiliki
hubungan dengan risiko kesehatan akibat pajanan metil merkuri dimana perempuan
lebih berisiko daripada laki-laki. Tubuh perempuan cenderung memiliki lebih banyak
lemak dibandingkan laki-laki. Merkuri yang mudah berikatan dengan lemak dan
metil merkuri dan menderita dampak lebih besar dari pajanan metil merkuri. Pajanan
metil merkuri tidak hanya berisiko bagi perempuan itu sendiri namun dapat berisiko
pada janin akibat transfer metil merkuri melalui plasenta dan pada bayi melalui ASI.
responden wanita berada pada kategori normal sehingga efek metil merkuri yang
berikatan dengan lemak tidak menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin laki-laki
dan perempuan. Dari hasil pemantauan di lapangan juga terlihat bahwa meskipun
responden wanita dalam penelitian ini paling banyak sebagai ibu rumah tangga
(31,6%) namun mereka memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengolah hasil ladang
seperti jagung dan padi sehingga aktifitas fisik ini dapat mempercepat proses
metabolisme dan ekskresi metil merkuri dari dalam tubuh dan meminimalkan efek
neuropsikologis.
Eksperimen pada hewan mencit yang diberi pajanan metil merkuri oleh Ceccatelli et
al (2013) menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda terkait dengan jenis
menyusui yang diberi pajanan metil merkuri menunjukkan bahwa efek metil merkuri
ini dapat diturunkan melalui genetik pada anak mencit betina meskipun tidak pernah
ini mungkin terkait dengan tingkat metabolisme dan tingkat ekskresi urin untuk metil
merkuri yang lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Sensitivitas jenis
kelamin tidak berlaku pada semua hasil penelitian efek metil merkuri, hal ini terlihat
dari kasus metil merkuri yang terjadi di Irak mempengaruhi perempuan tiga kali lebih
perkembangan saraf anak menunjukkan efek yang lebih besar pada anak laki-laki
3. Status Gizi
Kualifikasi status gizi dari Depkes (2007) membagi status gizi berdasarkan
nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu kurus (≤18,4kg/m²),
perhitungan tinggi badan yang dilakukan pada saat penelitian diperoleh hasil bahwa
responden dengan status gizi normal (56,8%) dalam penelitian ini lebih banyak
dibandingkan reponden dengan status gizi gemuk (29,5%) dan responden dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan efek neuropsikologis.
Sebanyak 13,7% status gizi responden di Desa Krueng Kalee berada pada kategori
kurus. Jumlah merkuri yang diterima oleh tubuh masing-masing responden serta laju
asupan yang berbeda mempengaruhi variabel status gizi dengan efek neuropsikologis.
Responden dengan status gizi baik dan jumlah asupan merkuri yang tinggi tetap akan
dan jumlah asupan merkuri yang rendah. Hal ini mengakibatkan tidak terdapatnya
merkuri yang diterima oleh tubuh responden. Hasil yang signifikan hanya akan dapat
terlihat jika distribusi kadar merkuri pada responden merata. Status gizi memengaruhi
perkembangan saraf, misalnya kekurangan zat besi dan asam folat akan
(NCR, 2000).
Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Cόrdova et al (2017) yang menilai
dengan memilih responden dengan karakteristik yang sama dan hasil menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara responden gemuk atau obesitas dengan efek
neuropsikologis.
5.2 Hubungan Kadar Merkuri pada Air Sumur dengan Efek Neuropsikologis
Air Minum, konsentrasi merkuri maksimum yang diperbolehkan terdapat dalam air
minum adalah 0,001 mg/l. Pengukuran kadar merkuri pada air sumur di Desa Krueng
Kalee menunjukkan sebanyak 20% dari 30 sampel yang diperiksa tidak memenuhi
syarat. Responden dalam penelitian ini menggunakan air sumur sebagai sumber air
minum sehingga kadar merkuri pada air sumur akan menggambarkan kadar merkuri
yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kadar merkuri dalam air sumur memiliki korelasi yang kuat dengan skor efek
neuropsikologis.
prospektif pada pekerja yang terpajan merkuri untuk melihat perilaku, kesehatan
merkuri dan durasi pajanan merkuri berkorelasi signifikan dengan semua tes
memori jangka pendek dan sulit berkonsentrasi pada tugas yang memerlukan
kontrol.
terlihat secara langsung dan hanya mungkin diamati dengan menggunakan tes
muncul pada pajanan rendah metil merkuri pada sistem saraf yang meliputi
keterikatan yang tinggi pada gugus lemak yang besar pengaruhnya terhadap disfungsi
enzim. Salah satu enzim yang dihambat adalah kolinasetil transferase, yang terlibat
sehingga berkontribusi pada tanda dan gejala disfungsi motorik (Broussard, 2002).
Jumlah asupan air minum memiliki korelasi positif yang sangat kuat dengan
efek neuropsikologis. Semakin tinggi jumlah asupan air minum maka semakin
menimbulkan efek neuropsikologis. Jumlah asupan air minum tidak terlepas dari
kadar merkuri yang terdapat pada air sumur. Merkuri yang terdapat pada air sumur
apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jumlah besar akan terakumulasi
dalam tubuh.
Pajanan metil merkuri dosis rendah yang berasal dari air minum dapat
neuropsikologis. Asupan harian dan kumulatif air minum yang mengandung metil
merkuri dosis rendah menimbulkan dampak ini terkait dengan 95% absorpsi metil
merkuri melalui saluran gastrointestinal. Laju asupan air minum yang mengandung
metil merkuri dosis rendah dapat berpengaruh pada penurunan kemampuan memori
dan pembelajaran serta kemampuan sensorik dan motorik (Bisen-hersh et al, 2014).
5.4 Hubungan Durasi Pajanan Merkuri dari Air Minum dengan Efek
Neuropsikologis
dengan penelitian oleh Zachi et al (2008) yang melihat pajanan merkuri anatra
menunjukkan perbedaan skor tes digit span antara kelompok terpajan dengan
kelompok kontrol setelah terpajan merkuri selama 18 bulan. Tes digit span ini
metil merkuri pada manusia. Penelitian menunjukkan bahwa kadar metil merkuri
dalam perairan, sebanyak 80% bentuk metil merkuri ditemukan pada ikan, di dalam
sedimen kadar metil merkuri hanya terdapat sebanyak 1%, dan di dalam air sebanyak
10–30% (Sanborn & Brodberg, 2006). Penelitian oleh Doke (2014) menunjukkan
bahwa kadar merkuri pada ikan lebih tinggi pada daerah sungai di sekitar lokasi
penambangan emas dibandingkan dengan ikan pada daerah yang lebih jauh dari
dengan perubahan perilaku yang diuji melalui tes konsentrasi, kecepatan motorik dan
pembelajaran verbal dan ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Weil et al (2005)
menunjukkan adanya hubungan antara pajanan merkuri dari asupan ikan dengan
fungsi neuropsikologis.
Secara global, ikan dan kerang merupakan sumber makanan yang penting bagi
konsentrasi asam lemak tak jenuh ganda yang terdapat dalam banyak spesies ikan.
Namun ikan yang mengandung metil merkuri dapat menimbulkan efek kesehatan
bagi manusia. Konsumsi ikan yang mengandung metil merkuri pada wanita usia
subur dapat memengaruhi perkembangan otak janin kelak. Oleh karena itu
direkomendasikan untuk memilih spesies ikan pada tingkat kehidupan air yang lebih
rendah untuk menurunkan asupan kadar metil merkuri dan tanpa mengurangi
merkuri dalam tubuh manusia sebanyak 75%–100% dari total merkuri yang terdapat
dalam ikan (FSCJ, 2005). Penelitian oleh Hsi et al (2016) terhadap wanita hamil dan
wanita tidak subur di Taiwan yang mengonsumsi ikan mengandung metil merkuri
menunjukkan korelasi yang signifikan antara jumlah asupan ikan dengan kadar metil
Hasil penelitian oleh Masley et al (2012) menunjukkan hal yang sama terkait
pajanan merkuri dari konsumsi ikan. Terdapat hubungan linear langsung antara
asupan ikan dengan kadar metil merkuri dan gangguan kognitif. Pada awalnya asupan
ikan meningkatkan fungsi kognitif namun pada akhirnya peningkatan metil merkuri
akibat asupan ikan melebihi kemampuan efek asupan asam lemak tak jenuh pada
ikan. Asupan ikan meningkatkan kadar merkuri dan menyebabkan disfungsi kognitif
jumlah hari terjadinya pajanan merkuri dari konsumsi ikan dalam satu tahun. Selain
kadar merkuri pada ikan dan jumlah asupan ikan, frekuensi pajanan ikan juga
merupakan variabel yang substansial dalam penilaian pajanan metil merkuri pada
manusia (NCR, 2000). Hasil perhitungan frekuensi pajanan metil merkuri dari asupan
ikan di Desa Krueng Kalee menunjukkan hubungan positif yang kuat dengan efek
frekuensi pajanan metil merkuri dari asupan ikan dengan hasil tes neuropsikologis.
Penelitian kohort pada ibu yang mengonsumsi ikan ≥3 kali seminggu menunjukkan
hubungan yang signifikan dengan hasil tes Wechsler Intelligence Scale for Children
pajanan metil merkuri dari asupan ikan menunjukkan hubungan yang signifikan
antara frekuensi konsumsi ikan dengan kadar merkuri pada rambut. Responden yang
hanya mengonsumsi ikan kurang dari 1 hari/minggu juga telah menunjukkan kadar
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara frekuensi konsumsi ikan
dengan risiko pajanan merkuri dengan nilai kekuatan yang sedang. Nilai korelasi
yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi konsumsi ikan maka akan
mengonsumsi ikan setidaknya dua kali perbulan lebih baik dibandingkan kelompok
memory test, matchbox test, tapping test, dan frostig test yang mengacu pada
efek neuropsikologis pada masyarakat di Desa Krueng Kalee. Memory test terkait
dengan memori jangka pendek, matchbox test terkait dengan konsentrasi, tapping test
terkait dengan koordinasi, dan frostig test terkait dengan kapasitas visual-motor dan
tremor. Hasil masing-masing skor menunjukkan bahwa skor tertinggi terdapat pada
memory test dan terendah adalah frostig test. Efek neuropsikologis yang telah terjadi
pada masyarakat di Desa Krueng Kalee akibat pajanan metil merkuri meliputi
5.9 Analisis Risiko Pajanan Merkuri melalui Air Minum dan Ikan
Desa Krueng Kalee merupakan salah satu desa di Kabupaten Aceh Selatan
yang menjadi lokasi pengolahan emas. Batuan yang mengandung emas ditambang
dari kecamatan terdekat, kemudian batuan tersebut diolah menggunakan tromol yang
diputar untuk memisahkan emas dari batuan. Proses ini disebut dengan proses
amalgamasi. Pada proses ini para pengolah emas menambahkan merkuri metalik agar
hasil pemisahan padatan ini berupa batuan atau tanah halus yang dikenal sebagai
limbah tailing ini masih mengandung sisa merkuri. Limbah tailing ini ditampung
dalam lubang yang digali sedalam ± 2 meter dan berjarak cukup dekat dengan sumur
masyarakat. Merkuri pada limbah ini pada akhirnya meresap ke dalam tanah dan
mencemari sumber air bersih masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil pemeriksaan
sampel air sumur masyarakat di Desa Krueng Kalee diketahui bahwa semua sampel
Konsentrasi tertinggi merkuri yang terdapat dalam sampel air sumur adalah
sebesar 0,007 mg/l dan terendah 0,0002 mg/l. Sebanyak 10 sampel telah melebihi
kadar maksimum merkuri yang diperbolehkan terdapat pada air minum menurut
pengolahan emas di Kecamatan Pasie Raja sehingga biota air yang hidup didalamnya
ikut tercemar. Masyarakat yang masih menggemari mengonsumsi ikan tawar yang
berasal dari Sungai Rasian berisiko untuk terpajan metil merkuri dan menimbulkan
gangguan kesehatan. Sampel ikan yang diambil dari ketiga titik di sungai ini akan
menggambarkan rata-rata kadar merkuri pada ikan yang hidup di sepanjang Sungai
Rasian.
merkuri pada ikan di lokasi terjadinya perubahan kualitas air setelah adanya aktifitas
lokasi pertemuan dua anak sungai dimana hasil aktifitas dari masing-masing sungai
mempengaruhi kualitas air dan kadar merkuri pada ikan. Titik lokasi pengambilan
sampel ketiga di lokasi muara atau pertemuan sungai dan laut dimana pada lokasi ini
akan menggambarkan kualitas air secara keseluruhan yang berpengaruh pada kadar
kandungan merkuri pada ikan semakin meningkat. Ini terkait dengan bioakumulasi
dimana kadar merkuri pada ikan lebih tinggi daripada kadar merkuri pada air akibat
akumulasi metil merkuri dalam jaringan ikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh
Sari (2016) yang mengukur kadar merkuri pada kerang dan sedimen di Sungai Rasian
menunjukkan hasil bahwa peningkatan kadar merkuri pada sedimen akan diikuti oleh
kenaikan kadar merkuri pada kerang. Konsentrasi tertinggi metil merkuri pada ikan
Intake metil merkuri pada masyarakat Desa Krueng Kalee selain terkait
konsentrasi metil merkuri pada air minum dan ikan juga bergantung pada laju asupan
masyarakat pada dua komponen lingkungan yang diukur tersebut. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa rerata intake merkuri pada ikan lebih tinggi dibandingkan
dengan intake merkuri yang berasal dari air sumur sehingga nilai RQ untuk pajanan
merkuri yang berasal dari asupan ikan telah melampaui angka 1 yang berarti ada
risiko bagi masyarakat yang mengonsumsi ikan yang berasal dari sungai Rasian
meskipun kadar merkuri pada sampel ikan yang diperiksa belum melampaui kadar
maksimal merkuri yang diperbolehkan. Nilai RQ pada pajanan merkuri melalui air
sumur hanya terjadi pada kadar merkuri air sumur yang telah melampaui batas
pemerintah mengenai batas cemaran merkuri pada ikan segar belum mampu
melindungi masyarakat dari risiko pajanan merkuri. Risiko pajanan merkuri yang
diamati pada penelitian ini hanya berupa efek neuropsikologis. Organ target dari
metil merkuri adalah sistem saraf pusat sehingga efek lain seperti neurologis yang
Sampel lingkungan yang tidak diukur dalam penelitian ini juga dapat
seperti cemaran merkuri pada tanaman, sampel tanah, dan udara. Desa Krueng Kalee
dikelilingi oleh area persawahan yang sebagian besar air yang digunakan untuk
mengairi sawah juga berasal dari lokasi pengolahan emas. Analisis risiko yang
Implikasi penelitian ini bagi masyarakat di Desa Krueng Kalee adalah dengan
mengetahui kadar merkuri pada air sumur dan kadar merkuri pada ikan dapat menjadi
asupan air minum yang berasal dari air sumur. Bagi pemilik usaha pengolahan emas
dapat melakukan pembatasan pemakaian merkuri pada proses pengolahan emas dan
membuat tempat pembuangan yang tidak langsung mencemari tanah. Hasil penelitian
ini juga dapat dijadikan dasar bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk
melakukan analisis risiko lanjutan pada sampel lingkungan lain yang tidak termasuk
Health Risk Assessment (EHRA) tahunan agar dapat menggambarkan tingkat risiko
pada masyarakat.
1. Pengambilan sampel lingkungan berupa air sumur dan ikan dilakukan hanya satu
kali dan tidak bergantung musim sehingga kadar merkuri yang diperoleh belum
2. Penilaian laju asupan ikan hanya didasarkan atas asumsi satu kali makan ikan dan
durasi pajanan merkuri dari ikan dinilai dari sejak responden tinggal di wilayah
Desa Krueng Kalee sehingga hasil tidak menggambarkan laju asupan dan durasi
6.1 Kesimpulan
1. Kadar merkuri pada air sumur yang diperiksa ditemukan sebanyak 6 (20%)
sampel yang melebihi kadar maksimal merkuri yang diperbolehkan dalam air
2. Kadar merkuri pada sampel ikan secara keseluruhan masih berada di bawah
3. Sebanyak 10 responden (10,53%) dengan nilai RQ>1 untuk intake air minum
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar merkuri pada air sumur, laju
asupan air minum, durasi pajanan merkuri dari air minum, kadar merkuri pada
ikan, laju asupan ikan, dan frekuensi pajanan merkuri dari ikan dengan efek
6.2 Saran
1. Masyarakat membatasi asupan merkuri yang berasal dari air sumur dan ikan
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
cara tidak langsung membuang limbah sisa pengolahan emas ke tanah seperti
Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR), 1999. Toxicological
Profile for Mercury, Georgia: US Department of Health and Human Services.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2015. Statistik Daerah Kabupaten Aceh Selatan,
Tapaktuan: BPS Kab. Aceh Selatan.
Bisen-Hersh, E.B., Farina, M., Barbosa, F., Rocha, J.B., and Aschner, M.,
2014.‟Behavioral Effects of Developmental Methylmercury Drinking Water
Exposure in Rodents‟, Journal of Trace Elements in Medicine and Biology,
vol. 28(2), p. 117-124, diakses tanggal 24 Juli 2018,
https://www.journals.elsevier.com
BPS, 2017. Pasie Raja dalam Angka Tahun 2017, Tapaktuan: BPS Kab. Aceh
Selatan.
Burtis, C.A., Ashwood, E.R., and Bruns, D.E., 2012. Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics Fifth Edition, Missouri: Elsevier
Saunders.
Butler, L.J., Janulewicz, P.A., Carwile, J.L., White, R.F., Winter, M.R., and
Aschengrau, A., 2017. „Childhood and Adolescent Fish Consumption and
Adult Neuropsychological Performance: An Analysis from the Cape Cod
Health Study‟, Neurotoxicol Teratol, vol. 61, p. 47-57, diakses tanggal 18 Juli
2018; http://www.ncbi.nml.nih.gov
Ceccatelli, S., Bose, R., Edoff, K., Onishchenko, N., and Spulber, S., 2013. „Long-
lasting Neurotoxic Effects of Exposure to Methylmercury During
Development‟, Journal of Internal Medicine, vol. 273, p. 490-497, diakses
tanggal 9 Februari 2018; http://www.onlinelibrary.wiley.com
Cόrdova, M.E., Schiavon, C.C., Busnello, F.M., and Reppold, C.T., 2017.‟Nutritional
and Neuropsychological Profile of The Executive Functions on Binge Eating
Disorder in Obese Adults‟, Nutriciόn Hospitalaria, vol. 34(6), p. 1448-1454,
diakses tanggal 18 Juli 2018, http://www.nutritionhospitalaria.org
Depkes RI, 2007. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta:
Depkes RI.
Drasch, G., Boese-O‟Reily, S., Beinhoff, C., Roider, G., Maydl, S., 2001. „The Mt.
Diwata Study on the Philippines 1999 – Assessing Mercury Intoxication of
the Population by Small-scale Gold Mining‟. The Science of the Total
Environment, vol. 267, p. 151-168, diakses Januari 2018;
http://sciencedirect.com
Food Safety Commission Japan (FSCJ), 2005. Food Safety Risk Assessment Related
to Methylmercury in Seafood. Japan: The Food Safety Commission
Freeman, S. H., Kandel, R., Cruz, L., Rozkalne, A., Newell, K., Frosch, M.P.,
Hedley-Whyte, E. T., Locascio, J. J., Lipsitz, L. A., and Hyman, B. T., 2008.
„Preservation of Neuronal Number Despite Age-Related Cortical Brain
Atrophy in Elderly Subjects Without Alzheimer Disease‟, Journal of
Neuropathology & Experimental Neurologi, vol. 67, no. 12, p. 1205-1212,
https://www.ncbi.nml.nih.gov
Guidotti, T.L. and Moses, M.S., 2007. „Toxicological Basis for Risk Assessment‟, in
Robson, M.G. and Toscano, W.A. (ed.), Risk Assessment for Environmental
Health, San Francisco: Jossey-Bass, p. 55-84.
Hsi, H., Hsu, Y., Chang, T., Chien, L., 2016. „Methylmercury Concentration in Fish
and Risk-Benefit Assessment of Fish Intake among Pregnant versus Infertile
Women in Taiwan‟, Public Library of Science Journal, vol. 11(5), diakses
tanggal 25 Juli 2018, http://journals.plos.org
Ismawati, Y., Petrlik, J., and Digangi, J., 2013. Titik Rawan Merkuri di Indonesia
Situs PESK : Poboya dan Sekotong di Indonesia, Laporan Kampanye Bebas
Merkuri IPEN, Bali: Yayasan Bali Fokus, diakses Juli 2017,
http://www.ipen.org
KEMENKES, 2016. Permenkes No. 57 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional
Pengendalian Dampak Kesehatan akibat Pajanan Merkuri Tahun 2016-2020,
Jakarta: KEMENKES RI.
Kim, R. B., Kim, B. G., Kim, Y. M., Hong, Y. S., You, C. H., and Kim, D. S., 2013.
‟Association between Low-Level Mercury Exposure and Neurobehavioral
Functions in Korean Adults Living in a Coastal City‟, Environmental Health
and Toxicology, vol. 28, diakses tanggal 19 Februari 2018; https://www.e-
eht.org
Kolluru, R.V., 1996. „Health Risk Assessment ; Principles and Practices‟, in Kolluru,
R.V., Bartell, S.M., Pitblado, R.M., and Stricoff, R.S. (ed.), Risk Assessment
and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety
Professionals, New York: McGraw-Hill, p. 4.3-4.65.
Mahaffey, K.R., Sunderland, E.M., Chan, H.M., Choi, A.L., Grandjean, P., Mariёn,
K., Oken, E., Sakamoto, M., Schoeny, R., Weihe, P., Yan, C., Yasutake, A.,
2011. „Balancing The Benefits of n-3 Polyunsaturated Fatty Acids and The
Risks of Methylmercury Exposure from Fish Consumption‟, Nutrition
Reviews, vol. 69(9), p. 493-508, diakses tanggal 18 Juli 2018,
http://www.ncbi.nml.nih.gov
Mangampe, Angriyani, 2014. „Analisis Risiko Merkuri (Hg) dalam Ikan Kembung
dan Kerang darah pada Masyarakat di Wilayah Pesisir Kota Makassar‟,
Thesis, Makassar: Universitas Hasanuddin.
Masley, S. C., Masley, L. V., and Gualtieri, C. T., 2012. „Effect of Mercury Levels
and Seafood Intake on Cognitive Function in Middle-aged Adults‟, Integrative
Medicine: A Clinician‟s Journal, vol. 11, no. 3, diakses tanggal 28 Februari
2018, http://www.imjournal.com
Murata, K., Grandjean, P., and Dakeishi, M., 2007. „Neurophysiological Evidence of
Methylmercury Neurotoxicity‟, American Journal of Industrial Medicine, vol.
50, p. 703-778, diakses tanggal Januari 2018; http://onlinelibrary.wiley.com
Nukman, A., Rahman, A., Warouw, S., Setiadi, M. I., dan Akib, C. R., 2005.
Obiri, S., Yeboah, P.O., Osae, S., Adu-kumi, S., Cobbina, S.J., Armah, F.A., Ason,
B., Antwi, E., and Quansah, R., 2015. „Human Health Risk Assessment of
Artisanal Miners Exposed to Toxic Chemicals in Water and Sediments in the
Prestea Huni Valley District of Ghana‟, International Journal of
Environmental Research and Public Health. Vol. 13, diakses tanggal 30
Oktober 2017; http://www.doaj.org
Rahman, Abdur, 2007. „Public Health Assessment: Model Kajian Prediktif Dampak
Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan‟, diakses
tanggal 13 Oktober 2017, http://www.anzdoc.com
Reitan, R.M., and Wolfson, D., 1994. „A Selective and Critical Review of
Neuropsychological Deficits and The Frontal Lobes‟, Neuropsychol Rev, vol.
161, diakses tanggal 18 Juli 2018, http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Reza, Karimuna, S.R., dan Fachlevy, A.F., 2016. „Analisis Perbedaan Potensi Risiko
Keterpaparan Merkuri pada Masyarakat di Desa Tahi Ite Kecamatan Rarowatu
Kabupaten Bombana Tahun 2016‟, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Sanborn, J.R., and Brodberg, R.K., 2006. „Evaluation of Bioaccumulation Factors and
Translators for Methylmercury‟, California: Office of Environmental Health
Hazard Assessment.
Sari, Fini Kumitha, 2016. „Analisis Kandungan Logam Merkuri pada Kerang Batissa
violacea lamarck dan Sedimen di Sungai Rasian Aceh Selatan‟, Skripsi,
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Scott, D.N., and Stiver, A., 2009. „Methylmercury Exposure and Women‟s Bodies‟ in
Clow, B., Pederson, A., Hawort-Brockman, M., and Bernier, J. (ed), Rising to
The Challenge: Sex-and Gender-Based Analysis for Health Planning, Policy
and Research in Canada, Halifax: Atlantic Center of Excellence for Women‟s
Health. p. 60-4
Sofia dan Husodo, A.H.,‟ Mercury Contamination in the Environmental Samples and
Risk Factors in Inhabitants of the Small Scale Gold Mining Activities Krueng
Sabee Aceh Province‟, Human and Environment Journal, vol. 23, no. 3, 310 –
318, diakses tanggal 12 Oktober 2017; http://jurnal.ugm.ac.id
Weil, M., Bressler, J., Parsons, P., Bolla, K., Glass, T., and Schwartz, 2005. „Blood
Mercury Levels and Neurobehavioral Function‟, The Journal of the American
Medical Association, vol. 293, diakses tanggal 19 Februari 2018,
http://www.jamanetwork.com
Weiss, Bernard, 2011. „Lead, Manganese, and Methylmercury as Risk Factors for
Neurobehavioral Impairment in Advanced Age‟, International Journal of
Alzheimer‟s Disease, diakses tanggal 18 Juli 2018,
http://www.hindawi.com/journals/ijad
Widowati, W., dan Sastiono, A., 2008. Efek Toksik Logam : Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
WHO, 2016. Artisanal and Small-Scale Gold Mining and Health Technical Paper #1
Environmental and Occupational Health Hazards Associated with Artisanal
and Small-Scale Gold Mining, Geneva: WHO Document Production Services.
Wu, F., Farland, W.H., 2007. „Risk Assessment and Regulatory Decision Making in
Environmental Health‟, in Robson, M.G. and Toscano, W.A. (ed.), Risk
Assessment for Environmental Health, San Francisco: Jossey-Bass, pp. 31-53.
Yokoo, E.M., Valente, J.G., Grattan, L., Schmidt, S.L., Platt, I., and Silbergeld, E.K.,
2003. „Low Level Methylmercury Exposure Affects Neuropsychological
Function in Adults‟, Environmental Health, vol.2, no.8, diakses tanggal 9
Februari 2018; http://www.doaj.org
Zachi, E. C., Taub, A, Faria, M.A. M., and Ventura, D. F., 2008. „Neuropsychological
Alterations in Mercury Intoxication Persist Several Years After Exposure‟,
Dementia & Neuropsychologia, vol. 2, p. 91-95, diaksest tanggal 11 Januari
2018; http://www.ncbi.nml.nih.gov
Responden
(............................................)
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS RISIKO PAJANAN MERKURI TERHADAP EFEK
NEUROPSIKOLOGIS PADA MASYARAKAT DI LOKASI PENGOLAHAN
EMAS DESA KRUENG KALEE KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2018
I. DATA PERSONAL
Nama Responden :_________________________________________
Tanggal Lahir : ___________________
Umur : ______ (Tahun)
Pendidikan : _______
Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)
Alamat : ___________________________________________
Tanggal Wawancara : ___________________
4. Apakah pekerjaan anda saat ini? (Centang pada pekerjaan yang sesuai)
____ Penambang
____ Pengolah emas (Bekerja pada proses amalgamasi)
____ Petani
____ Pedagang
____ PNS
____ Pelajar
____ Lainnya, Sebutkan _______________________
7. Seberapa sering anda memakan ikan yang berasal dari Sungai Rasian?
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam dua bulan
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
___ Sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu
Banyaknya_________gram
4. Tes Frostig
Gambarlah sebuah garis tanpa putus dari satu simbol ke simbol lainnya. Jangan
menyentuh garis
Umur Kategori
Jenis Kelamin
IMT Kategori
Pendidikan
Pekerjaan
Explore
Descriptives
Median 34,00
Variance 97,346
Minimum 18
Maximum 49
Range 31
Interquartile Range 15
Descriptives
Median ,000800
Variance ,000
Maximum ,0070
Range ,0068
Descriptives
Median 2,000
Variance ,205
Minimum 1,5
Maximum 3,0
Range 1,5
Descriptives
Median 25,00
Variance 183,316
Maximum 49
Range 47
Interquartile Range 19
Descriptives
Median 6,3300
Variance 119,763
Minimum 3,17
Maximum 27,14
Range 23,97
Median 12,00
Variance 441,740
Maximum 52
Range 46
Interquartile Range 40
Descriptives
Median 9,00
Variance 2,673
Minimum 5
Maximum 11
Range 6
Interquartile Range 2
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Nonparametric Correlations
Correlations
umur Neuropsikologis
N 95 95
Spearman's rho
Correlation Coefficient ,056 1,000
Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,589 .
N 95 95
Descriptives
Median 10,00
Variance 2,864
Minimum 5
Maximum 11
Range 6
Interquartile Range 2
Median 9,00
Variance 2,508
Minimum 6
Maximum 11
Range 5
Interquartile Range 2
Tests of Normality
a
jeniskelamin Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Mann-Whitney Test
a
Test Statistics
Neuropsikologis
Mann-Whitney U 989,000
Wilcoxon W 2264,000
Z -1,036
Asymp. Sig. (2-tailed) ,300
Correlations
N 95 95
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,005 1,000
N 95 95
Correlations
Konsentrasi Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,613
N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,613 1,000
Neuropsikologis Sig. (2-tailed) ,000 .
N 95 95
LajuAsupan Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,838
Spearman's rho N 95 95
**
Correlation Coefficient ,838 1,000
Neuropsikologis
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 95 95
Correlations
Konsentrasi Neuropsikologis
Ikan
**
Correlation Coefficient 1,000 ,639
N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,639 1,000
N 95 95
Correlations
RIkan Neuropsikologis
**
Correlation Coefficient 1,000 ,673
N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,673 1,000
N 95 95
N 95 95
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,610 1,000
N 95 95
Descriptives
Median ,00002900
Variance ,000
Intake Std. Deviation ,000067424
Minimum ,000006
Maximum ,000305
Range ,000299
Descriptives
Median ,00052650
Variance ,000
Minimum ,000076
Maximum ,011978
Range ,011902
Descriptives
Median 5,2600
Variance 1651,702
RQ Ikan Std. Deviation 40,64114
Minimum ,76
Maximum 119,78
Range 119,02
Regression
Model Summary
Total 251,305 94
a
Coefficients
LajuAsupan,
1 b
. Enter
Konsentrasi
Model Summary
a
ANOVA
Total 251,305 94
Descriptives
Median 3,00
Variance ,198
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Descriptives
Median 3,00
Variance ,621
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Descriptives
Variance ,498
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Descriptives
Median 1,00
Variance ,207
Frostig Test Std. Deviation ,455
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Regression (Step 1)
a
Variables Entered/Removed
Frekuensi Ikan,
DurasiPajanan,
Konsentrasi,
1 LajuAsupan, . Enter
Konsentrasi
Ikan, Laju
b
Asupan Ikan
Model Summary
a
ANOVA
Total 251,305 94
a
Coefficients
Regression (Step 2)
a
Variables Entered/Removed
LajuAsupan,
1 b
. Enter
Konsentrasi
Model Summary
a
ANOVA
Total 251,305 94
a
Coefficients
Uji Asumsi
1. Eksistensi
a
Residuals Statistics
2. Independensi
b
Model Summary
3. Linieritas
a
ANOVA
Total 251,305 94
4. Homoscedasticity
5. Normalitas
6. Multikolinearitas
a
Coefficients
(Co
nsta 1,878 ,489 3,844 ,000
nt)
Kon
1 sent 210,179 53,850 ,222 3,903 ,000 ,996 1,004
rasi
Laju
Asu 2,865 ,206 ,794 13,938 ,000 ,996 1,004
pan