Anda di halaman 1dari 107

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Di


TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan
Kota Medan Tahun 2017

Nasution, Nurul Hikmah

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1348
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh:
NURUL HIKMAH NASUTION
NIM. 131000772

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
NURUL HIKMAH NASUTION
NIM. 131000772

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh

isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Nurul Hikmah Nasution


131000772

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Sejalan dengan pembangunan kota di medan, generasi limbah padat


terus meningkatkan volume sampah. peningkatan pembangkitan limbah yang
tidak dapat dipakai tidak hanya pada kuantitas dan volume tetapi juga pada
karakteristik dan jenis ini. Masalah pengelolaan sampah belum dipecahkan oleh
pemerintah kota medan. Acara penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem
pengelolaan sampah di TPA Terjun di Kota Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan
prossessing limbah padat di daerah TPA.
Hasil penelitian menemukan bahwa jarak tampung 500 m dari
pemukiman, 4 km dari sungai dan 6 Km dari pelabuhan Belawan. Luas lahan TPA
adalah 14 hektar dan 10 hektar telah digunakan. Proses akhir limbah padat adalah
sistem open dumping yang dapat memberi dampak negatif terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitar areal TPA.
Kesimpulan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sistem
pengelolaan limbah di TPA terjun menggunakan sistem open dumping tidak
dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
pembentukan sistem sanitary landfill.
Disarankan kepada pemerintah kota Medan untuk mempertimbangkan
perubahan sistem pengelolaan TPA yaitu Terjun. menjadi sistem pembuangan
sampah saniter.

Kata kunci: pengelolaan sampah, TPA

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

In line with city development in medan, solid waste generation continues


to increase its volume. The increasing of sold waste generation is not only on
quantity and volume but also on this characteristic and types. The problem of
solid waste management has not been solved yet by government of medan city.
The events of study is to describe solid waste management system at TPA Terjun
countifely in Medan City.
This type of research is descriptive research which to describes the
prossessing of solid waste in landfill area.
The result of study found that the distance of landfill area was 500 m
from settlement, 4 km from river and 6 Km from Belawan port. The area of
landfill Terjun is 14 hectare and 10 hectare has been used. Final process of solid
waste is open dumping system that could give negative impact on environment
and community around landfill area.
The conclusion of this research it is concluded that waste management
system at TPA terjun is using open dumping system is not done according to the
law number 18 year 2008 regardry establishment of sanitary landfill system.
It is suggested to Medan City government to consider the change of
landfill management system of TPA Terjun. to be sanitary landfill system .

Keywords: waste management, the landfill, TPA Terjun

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah swt karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Analisis Sistem

Pengelolaan Sampah Di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun

2017” ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis juga menyadari

bahwa penulisan skripsi ini mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil dari

berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat

3. Dr. dr. Taufik Ashar MKM selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan,

arahan, dorongan moral dan kemudahan dalam mengikuti proses dan

penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Surya Dharma, MPH sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, dorongan moral dan kemudahan dalam

mengikuti proses dan penyelesaian skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
5. dr.Devi Nuraini Santi,Mkes selaku dosen pembimbing pendamping yang

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Ir. Evi Naria, M.Kes selaku

penguji yang memberikan masukan dan koreksi bermanfaat untuk perbaikan

skripsi ini.

7. Drs. Tukiman MKM. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Dian Afriyanti AM.d, selaku staf departemenKesehatan Lingkungan yang

telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis

dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan.

9. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

10. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk

melakukan penelitian

11. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan izin bagi

penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

12. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua saya yaitu ayahanda H. Himsar

Nasution dan ibunda Hj. Masjaina Lubis yang telah banyak membantu baik

berupa dukungan moril dan juga materil selama perkuliahan hingga selesai

serta saudara-saudara saya, Rizki Masharida Nasution, Khairun Nisa

Nasution dan Wahyu Dani Nasution, Aulia Arif Nasution, dan Hikmal

Maulana Nasution yang telah memberikan dorongan semangat dalam

vi
Universitas Sumatera Utara
pengerjaan skripsi ini serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan

memberi semangat kepada penulis.

13. Sahabat terbaik selama masa perkuliahan, para ukhti Istiqomah, AssaIndriani

Putri, Azita Zahara,Kanaya Yori Damanik, Ayu Rizkyana, Marisa Fitria Ayu,

Yenita Mora Nasution, Ratih Oktri Nanda, dan Salmi Abbas, terima kasih

atas semangat, dukungan, hiburan di saat stres, pertolongan, serta doa yang

selalu diberikan kepada penulis.

14. Kepada Yogi Syahputra S.E yang telah memberikan banyak bantuan dalam

pengerjaan skripsi ini baik berupa dukungan moril, tenaga, waktu, hiburan,

semangat, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

15. Teman seperjuangan saat PBL Desa Deli Muda Hilir Isty Putri Utami, Yulita

Christina Simanjuntak, Irvan Japardi Sinaga, dan Julham syahputra Harahap

Terima Kasih untuk dukungan, hiburan, serta doa yang telah diberikan selama

ini.

16. Teman Seperjuangan LKP RS USU teruntuk Dwi Ayu Aprilla Batubara

Terima Kasih untuk dukungan, hiburan, serta doa yang telah diberikan

selama ini.

17. Keluarga besar Kesehatan Lingkungan angkatan 2013 untuk kesempatan

dalam suka duka selama perkuliahan.

Medan, Oktober 2017

Nurul Hikmah Nasution

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8


2.1 Pengertian Sampah....................................................................... 8
2.2 Penggolongan Sampah menurut Sumbernya ............................... 10
2.3 Jenis Sampah Padat ...................................................................... 11
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Timbunan Sampah 13
2.5 Pengertian Manajemen................................................................. 14
2.6 Syarat TPA ................................................................................... 15
2.7 Pengertian TPA ............................................................................ 15
2.8 Sistem Pengelolaan Sampah ........................................................ 18
2.8.1 Penyimpanan Sampah ................................................. 20
2.8.2 Pengumpulan sampah ................................................. 21
2.8.3 Pengangkutan Sampah ............................................... 26
2.8.4 Tempat pembuangan akhir Sampah............................ 27
2.8.5 Aspek Kelembagaan ................................................... 40
2.8.6 Aspek Peraturan .......................................................... 42
2.8.7 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 .................... 42
2.8.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap
Masyarakat dan lingkungan ........................................ 45
2.9 Kerangka Konsep ....................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 50


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 50
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 50
3.2.1 Lokasi Penelitian......................................................... 50
3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................... 50
3.3 Objek Penelitian ........................................................................ 50

viii
Universitas Sumatera Utara
3.4 Informan Penelitian ................................................................... 50
3.5 Metode Pengumpulan Data……….. ......................................... 51
3.5.1 Data Primer ................................................................ 51
3.5.2 Data Sekunder ............................................................ 51
3.6. Defenisi Operasional ................................................................ 51
3.7 Instrumen penelitian ................................................................. 52
3.8 Analisa Data .............................................................................. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 52


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 52
4.1.1 Data Geografi ............................................................. 52
4.2. TPA Terjun ............................................................................... 53
4.2.1 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 46
4.2.2 Struktur Organisasi di TPA Terjun ............................. 46
4.3 Karakteristik Informan (pengelola di TPA Terjun) ................... 55
4.4 Jenis Sampah di TPA Terjun ..................................................... 55
4.5 Jumlah Armada Pengangkut Sampah di TPA Terjun ................ 57
4.6 Sumber Daya Manusia di TPA Terjun ...................................... 57
4.6.1 Tugas Pegawai di TPA Terjun Beserta Fungsinya ..... 58
4.7 Proses Kegiatan Penerimaan Sampah di TPA Terjun ............... 59
4.7.1 Penerimaan Sampah di TPA Terjun ............................ 60
4.7.2 Pemrosesan Sampah di TPA Terjun ........................... 61
4.8 Peralatan-Peralatan Sampah di TPA Terjun .............................. 62
4.9 Sarana Dan Prasarana TPA Terjun ............................................ 63

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 66


5.1 Tempat Pemrosesan Akhir......................................................... 66
5.2 Struktur Organisasi ................................................................... 66
5.3 Jenis-Jenis Sampah ................................................................... 67
5.4 Jumlah Armada di TPA Terjun ................................................. 68
5.5 Kondisi Di TPA Terjun ............................................................. 69
5.6 Kondisi Sarana dan Prasarana Di TPA Terjun .......................... 70
5.7 Perencanaan sistem di TPA Terjun ........................................... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 75


6.1 Kesimpulan ................................................................................ 75
6.2 Saran .......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78


LAMPIRAN

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 4.5 Armada Truk Pengangkut Sampah yang Masuk


Ke TPA terjun Tahun 2017 .............................................................. 57
Tabel 4.6 Sumber Daya manusia di TPA Terjun ............................................... 58
Tabel 4.8 Alat Berat di TPA terjun .................................................................... 62

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2 Struktur organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan......................54

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Lembar Observasi

Lampiran 3 Dokumentasi

Lampiran 4 Surat IzinPenelitian

xii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurul Hikmah Nasution yang lahir di Medan pada

tanggal 27 Desember 1993 dan beragama Islam. Suku bangsa penulis adalah

Mandailing. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara oleh pasangan

Ayahanda H. Himsar Nasution dan Ibunda Hj. Masjaina Lubis.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Melati Putih Medan pada tahun

2000 dan selesai pada tahun 2001 lalu melanjutkan pendidikan sekolah dasar SD

Negri 060878 dari tahun 2000 sampai 2006 . lalu pendidikan sekolah menengah

pertama diperoleh di SMP Negeri 7 Medan pada tahun 2006 sampai tahun 2009,

lalu melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan

pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017

penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas

Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Lingkungan.

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah adalah barang terbuang dan tidak terpakai lagi serta hanya

memakan tempat untuk di tampung dan menyebabkan kesehatan manusia lama-

kelamaan akan menurun, dan akibat dari dampak sampah yang tidak memiliki

nilai dan hanya akan menambah permasalahan saat pengelolaannya yang tidak

tepat. Di dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) adalah sebagian dari benda

atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau

harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup.

Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut, disebut

benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste).

Menurut Slamet (2009), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi

dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah

Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah

sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa

zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang

dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Menurut WHO yang dikutip oleh Mukono (2006), sampah yaitu sesuatu

yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang

yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

terhadap kesehatan.

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang

semakin beragam. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi

kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan, minuman dan barang

lainnya dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan

buangan yang disebut dengan sampah (Chandra, 2007).

Menurut American Public Health Association yang dikutip oleh Sumantri

(2010), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak

terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Undang-Undang RI No. 18

tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia atau proses alam yang berbentuk padat.

Pengelolahan persampahan di perkotaan adalah suatu sistem yang saling

berkaitan membentuk tujuan tertentu yaitu sistem Pengolahan sampah suatu kota

bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga

yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta

terciptanya juga Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan .

Pada saat ini banyak kota-kota besar yang kewalahan dalam pengelolaan

dan penanganan sampah, hal ini bisa disebabkan semakin bertambahnya volume

sampah yang harus dikelola daerah, sedangkan kondisi tempat atau lokasi

pembuangan akhir sampah sudah over capacity, serta sarana dan prasarana yang

dibutuhkan masih kurang memadai, dan banyak kendala-kendala lain baik dari

Universitas Sumatera Utara


3

masyarakat maupun para pelayan publik yang mengelola kebersihan lingkungan

tidak implementasikan untuk dampak yang nyata dikarenakan belum tersedianya

sarana dan prasarana untuk TPA .

Saat ini metode yang di gunakan untuk pengelolaan sampah di TPA hanya

mengerucut pada mengumpulkan sampah lalu di angkut ke TPA lalu setelah itu

di biarkan begitu saja. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan

bahwa seluruh Kota atau Kabupaten yang memiliki tempat pembuangan akhir

sistem open dumping harus segera dilakukan penutupan sebelum 5 tahun sejak

peraturan ini. Tempat pembuangan akhir sampah kota dengan sistem ini banyak

menimbulkan masalah lingkungan dan sosial akibat adanya lindi yang keluar.

TPA Terjun memiliki lokasi cadangan yang belum di pergunakan seluas 4 hektar.

Hal ini memungkinkan untuk melaksanakan UU No 18 Tahun 2008 untuk

mengganti TPA dengan sistem sanitary landfill.

Medan merupakan kota terbesar di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Kota

Medan tergolong salah satu kota besar di Indonesia dengan luas wilayah lebih-

kurang 26.510 Km2 yang dibagi atas 21 Kecamatan serta mencakup 151

Kelurahan, dengan jumlah penduduknya mencapai sekitar 2.135.516 Jiwa tahun

2013, serta menghasilkan jumlah timbulan sampah sekitar 2.100 ton perharinya

(Dinas kebersihan kota medan 2016). sehingga memerlukan pengelolaan sampah

yang baik. Kota Medan sebelumnya ada 2 (dua) lokasi yang dijadikan TPA yaitu

TPA Terjun di Medan Utara dan TPA Namo Bintang di Medan Selatan. Namun

saat ini lokasi TPA yang masih berfungsi hanya di TPA Terjun yang lokasinya

berada di Kecamatan Medan Marelan. Terbatasnya luas lahan tempat pembuangan

akhir mempengaruhi teknis opersional pengelolaan sampah terutama pelayanan

Universitas Sumatera Utara


4

dan juga timbulan sampah di TPA Terjun ini berasal dari sampah rumah tangga,

sekolah atau lembaga pendidikan, perkantoran, industri, maupun pusat

perdagangan. Dampak dari peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut

mengakibatkan bertambahnya timbunan sampah.

Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Terjun kecamatan Medan

Marelan Kota Medan adalah salah satu contoh dari permasalah di atas TPA terjun

berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan seluas 137.563 m 3

yang mulai dioperasikan sejak 1993 dengan sistem open dumping. Pengaruh open

dumping yang paling utama adalah pencemaran air permukaan dan air tanah.

Pencemaran terjadi jika air hujan jatuh di atas permukaan sampah sehingga

menambah volume air lindi, meresap dan turun melalui lapisan kedap air ke badan

air .

Hutagalung (2015) Hasil penelitian menggambarkan bahwa volume

sampah yang masuk ke dalam TPA Terjun setiap hari adalah 3.868,57 m3

sedangkan jumlah sampah yang dapat dikelola oleh pemulung setiap hari adalah

89,02 m3. Jadi, volume timbunan sampah yang tersisa di TPA Terjun setiap hari

adalah 3.779,55 m3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa peran pemulung

dalam pengelolaan sampah dan timbulan sampah tidak menunjukkan pengurangan

volume timbunan sampah di TPA Terjun.

Timbunan sampah merupakan salah satu masalah besar yang selalu

dihadapi di daerah perkotaan, terutama pada daerah yang padat jumlah

penduduknya dan setiap pemerintah kota tentunya telah melakukan berbagai

upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Akan tetapi masalah sampah ini tidak

Universitas Sumatera Utara


5

pernah selesai karena aktifitas kehidupan maysarakat di perkotaan yang sangat

besar .

Meskipun Pemerintah atau pihak yang berwewenang telah membuat

sistem pengelolaan sampah menurut Undang- Undang 18 Tahun 2008 kenyataan

nya di lapangan sangat lah jauh berbeda sebab sering tidak sejalan dengan apa

yang sudah di rencana kan dan disusun serta di harapkan tidak di implementasikan

dengan sungguh- sungguh dan itu membuat pengelolaan sampah di TPA terjun

semakin menambah timbulan sampah dan akan semakin terus bertambah setiap

harinya tanpa kita sadari .

1.2 Rumusan Masalah

sumber dinas kebersihan Kota Medan tahun 2016, menunjukkan jumlah

timbulan sampah sekitar 2.100 ton perharinya dan semakin meningkat

kapasitasnya setiap harinya di TPA Terjun dan Berdasarkan Undang-undang

Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah kegiatan yang sistematis,

menyeluruh, dan berksinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah harus dilakukan di TPA.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum Peneliti adalah Untuk menganalisa sistem manajemen

pengelolaan sampah di TPA Terjun dikecamatan Medan Marelan Kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan Khusus Peneliti untuk mengetahui proses-proses ketika

dilakukannya sistem open dumping di TPA Terjun:

1. Tujuannya Untuk mengetahui Jumlah angkutan sampah di TPA Terjun

Universitas Sumatera Utara


6

2. Tujuannya untuk Mengetahui Peralatan sampah di TPA Terjun.

3. Tujuannya Untuk mengetahui Sumber Daya Manusia di TPA Terjun.

4. Untuk Mengetahui Struktur Organisasi di TPA Terjun.

5. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan Open dumping di TPA Terjun.

6. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan sampah di TPA terjun.

7. Untuk mengetahui pengendalian Lindi di TPA Terjun.

8. Untuk Mengetahui Pengendalian gas yang ada di TPA Terjun.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi TPA Terjun

a) Sebagai masukan bagi pihak pengelolaan sampah di TPA terjun

khususnya bagian dalam pengelolaan sampah agar sampah tidak

menumpuk secara terus-menurus dan bisa di atasi dengan baik.

b) Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pihak

pemerintah dalam memilih dan merancang sistem Pengelolaan di TPA

Terjun.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat tentang seberapa besar jumlah

timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat agar lebih memelihara

lingkungan.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan penulis mengenai sistem pengelolaan sampah di

TPA dan memberikan pengalaman penulis dalam melakuan penelitian

Universitas Sumatera Utara


7

serta pengetahuan dalam rangka penanggulangan sampah, khususnya

penanggulangan di TPA Terjun.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai informasi penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa

yang ingin melakukan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya

sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai,

tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

kelangsungan hidup. dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal

yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus

dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste).

Kecuali sampah kotoran manusia (human waste), air limbah dan atau air bekas

(sewage) serta sisa-sisa industri (industrial waste) termasuk pula ke dalamnya.

Dari sudut ini jelaskan bahwa bahwa jika membicarakan tentang sampah

(refuse), maka pembicaraan tersebut bersifat terbatas. Karena kotoran dari

manusia (human waste) serta air limbah (sewage) tidak termasuk ke dalamnya.

Tetapi industrial waste termasuk ke dalamnya karena sisa-sisa atau sampah dari

hasil industri ini umumnya bersifat sama dengan berbagai jenis sampah lainnya.

Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan sampah

(refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan

oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena

human waste tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena

air bekas tidak termasuk di dalamnya) (Aswar, 1990).

8
Universitas Sumatera Utara
9

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan,

rantingpohon, kertas atau karton, plastik, kain bekas, kaleng kaleng, debu sisa

penyapuan, (SNI 19-2454-1993).

Sampah adalah sesuastu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenang, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak

terjadi dengan sendirinya. Adapun kotoran manusia (human waste) dan air limbah

atau air bekas (sewage ) tidak tergolong sampah (Suhartono, 2000) .

Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat amerika membuat batasan,

sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan

tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang

dibuang karena sudah tidak berguna (Triwibowo dan Pusphandani, 2015)

Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan sehari - hari manusia dan

atau proses alam yang berbentuk padat ( Undang – undang Republik Indonesia

nomor 18 Tahun 2008 ).

Menurut American Public Health Association yang dikutip oleh Sumantri

(2010), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak

terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Universitas Sumatera Utara


10

Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2.2. Penggolongan sampah menurut sumbernya

Sampah berasal dari beberapa sumber sebagai berikut

1. Permukiman penduduk.

Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di

desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan

dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage)

2. Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.

Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-

sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan,

sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat

hiburan dan umum , jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan

( misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan,

pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini

biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Universitas Sumatera Utara


11

Dalam pengertian ini termasuk makanan dan minuman , industri kayu,

industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum,

dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau

memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini

biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah

khusus, dan sampah berbahaya.

5. Pertanian.

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti

kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan

makanan yang telah membususk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan

pembasmi serangga tanaman (sumantri, 2015).

2.3. Jenis sampah padat

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

a. Organik, misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

b. Anorganik, misal: logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

a. Mudah terbakar, misal: kertas plastik, daun kering, kayu.

b. Tidak mudah terbakar, misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

a. Mudah membusuk, misal: sisa makanan, potongan daging, dan lain-lain.

b. Sulit membusuk, misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.

Universitas Sumatera Utara


12

1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai

dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. proses pembusukan sering kali

menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat

permukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

2) Rubbish, terbagi menjadi dua:

a. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misal, kertas, kayu,

karet, daun kering, dan sebagainya.

b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal, kaca,

kaleng, dan sebagainya.

3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

4) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin

atau manusia.

5) Dead animal, bangkai binatang besar ( anjing, kucing, dan sebagaianya)

yang mati akibat kecelakaan atau secara alami .

6) Housenhold refuse, atau sampah campuran misalnya : garbage, ashes,

rubbish yang berasal dari perumahan.

7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

8) Demolision waste, berasal dari hasil sisa – sisa pembangunan gedung

seperti tanah, batu, dan kayu .

9) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

10) Santage solid, terdiri atas benda – benda solid atau kasar yang biasanya

berupa zat otganik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair

11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng dan zat radioaktif ( Chandra , 2006 ).

Universitas Sumatera Utara


13

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau

ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas

penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada

aktivitas pembangunan,perdagangan, industri, dan sebagainya.

B. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika

dibandingkan dengan truk.

C. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi

bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan,

jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

D. Faktor geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau

dataran rendah.

E. Faktor waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah

sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada

siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di

daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

F. Faktor sosial ekonomi dan budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


14

G. Faktor musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu

air, atau penyaringan air limbah.

H. Kebiasaan masyarakat

Contoh, jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau

tanaman sampah makanan itu akan meningkat.

I. Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh

plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

J. Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masya rakat, semakin kompleks

pula macam dan jenis sampahnya. (Sumantri, 2015)

2.5. Pengertian Manajemen

Terdapat beragam pengertian manajemen menurut para ahli, berikut ini

adalah beberapa pengertian manajemen pendapat para ahli

1. H.Koontz dan O’Donnel (1995) dalam bukunya principles of management

mengemukakan bahwa manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu

tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain.

2. George R. Terry (1955) dalam bukunya Principles of Management

mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses dengan langkah :

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dengan

memanfaatkan ilmu maupun seni, untuk menyelesaikan tujuan yang telah

ditetapakan

Universitas Sumatera Utara


15

3. James A.F. Stoner (1982) dalam bukunya management mengemukakan

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sianturi,

2015).

Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas dapat dikatakan bahwa

manajemen memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut:

a. Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan.

b. Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengerahan, dan pengawasan.

c. Dalam manajemen tersedia sumber daya manusia, material, dan sumber

lain.

d. Mendayagunakan atau menggerakkan sumber daya secara efisien dan

efektif.

e. Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut manajer.

f. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu, atau keahlian yang harus dimiliki

oleh manajer (Sianturi, 2015).

2.6. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir

Tempat pembuangan akhir merupakan tempat dimana sampah mencapai

tahap terakhir dalam pengelolaanya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,

pemindahandan pengangkutan, pengolahan dan pembangunan.

2.7. Syarat Tempat Pembuangan Akhir

Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan

pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.

Universitas Sumatera Utara


16

A. Lokasi untuk penempatan TPAS harus memenuhi persyaratan teknis sebagai

berikut:

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km.

2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau

dan lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil

dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan

menimbulkan pencemaran terhadap sunber air tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan

terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran

terhadap lingkungan.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini

mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan

berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila

sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas

dan terjadi dalam waktu yang lama.

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter,

hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa

dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan

sebagainya

6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek

estetika

7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.

Universitas Sumatera Utara


17

B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan

tidak menimbulkan bau.

2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

pencemaran.

4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau

tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan

pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

C. TPA yang sudah tidak digunakan :

1. Tidak boleh untuk pemukiman

2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hariUntuk

mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan

akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai

kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang

sesuai dengan persyaratan.Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang

Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi

persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :

a. Jarak dari perumahan terdekat 500 m

b. Jarak dari badan air 100 m

c. Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat

jet)

Universitas Sumatera Utara


18

d. Muka air tanah > 3 m

e. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10-6 Merupakan

tanah tidak produktif cm / det

f. Bebas banjir minimal periode 25 tahun

2.8. Sistem Pengelolaan Sampah

Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai

lagi, yang tidak disenangi lagi dan yang harus dibuang, maka sampah tentu saja

harus dikelola dengan sebaik – baiknya .

Dalam ilmu kesehatan lingkungan , pembicaraan tentang pengelolaan

sampah meliputi 3 hal pokok yakni:

a. Penyimpanan sampah (Refuse storage).

b. Pengumpulan sampah (Refuse collection).

c. Pembuangan sampah (Refuse disposal) kedalamnya termasuk

pengangkutan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah. (Aswar,

1990).

Menurut Slamet (2009) pengelolaan sampah perlu didasarkan atas

berbagai pertimbangan yakni:

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit

b. Konservasi sumber daya alam

c. Mencegah gangguan estetika

d. Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan

e. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat

Pengelolaan sampah sulit untuk dikelola oleh karena berbagai hal yaitu:

Universitas Sumatera Utara


19

1) Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan

masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan

2) Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan

3) Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang

termasuk bidang persampahan

4) Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,

menimbulkan permasalahn pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan

turunnya harga tanah karena derah yang turun estetikanya, bau, dan

memperbanyak populasi lalat dan tikus

5) Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas.

Juga ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat

rusak. Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga

cepat menjadi sampah

6) Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir

sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi

pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan

penggunaan tanah

7) Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya

dipakai tempat pembuangan sampah

8) Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

9) Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca

yang panas

Universitas Sumatera Utara


20

10) Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan

11) Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah

12) Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan

faktor non-teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang

hidup sehat dan bersih.

2.8.1. Penyimpanan Sampah

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan

sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini

tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam

tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya (Sumantri, 2010).

Penyimpanan sampah maksudnya adalah tempat sampah sementara,

sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang

(dimusnahkan). Jelaslah untuk ini perlu disediakan suatu tempat sampah, yang

lazimnya ditemui di rumah tangga kantor, restoran, hotel dan lain sebagainya.

Tentu saja dalam penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini,

sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam atau jenis

sampah tertentu. Idealnya sampah basah hendaknya dikumpulkan bersama

sampah basah. Demikian pula sampah kering, sampah yang mudah terbakar,

sampah yang tidak mudah terbakar dan lain sebagainya, hendaknya ditempatkan

sendiri secara terpisah. Maksud dari pemisahan penyimpanan ini adalah untuk

memudahkan pemusnahannya kelak.

Universitas Sumatera Utara


21

Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah:

a. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah

berserakannya sampah.

b. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa

sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan. Amat

dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa

mengotorkan tangan.

c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh

satu orang.

Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini

banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik, atau

kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah, keranjang plastik,

rotan dan lain sebagainya (Aswar, 1990).

Menurut SNI 19-2454-2002 pola pewadahan sampah dapat dibagi menjadi:

a. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan

dengan wadah warna gelap.

b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya, dengan wadah

warna terang.

c. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3),

dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan

yang berlaku.

2.8.2. Pengumpulan Sampah

Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu

saja selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dibuang atau

Universitas Sumatera Utara


22

dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpul cukup besar, maka perlu

dibangun rumah sampah (dipo). Lazimnya penanganan masalahnya ini

dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh masyarakat secara bergotong-royong.

Tempat pengumpulan sampah ini tentunya harus pula memenuhi syarat

kesehatan. Syarat yang dianjurkan adalah:

a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah.

b. Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang

lain untuk mengeluarkannya.

c. Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya

lalat.

d. Di dalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai.

e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus.

f. Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan

mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.

Jika sampah yang dihasilkan tidak begitu banyak, misalnya pada suatu

komplek perumahan ataupun suatu asrama, dapat dibangun suatu container yang

ditempatkan di daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah pula dicapai

kendaraan pengangkut sampah. Umumnya suatu container dibangun dalam ukuran

yang cukup besar untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan selama tiga

hari.

Sama halnya dengan penyimpanan sampah maka dalam pengumpulan sampah

ini, sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Untuk ini dikenal dua macam yakni:

a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk

sampah organik dan lain untuk sampah anorganik.

Universitas Sumatera Utara


23

b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah yang pertama untuk sampah

organik, kedua untuk sampah anorganik yang mudah dibakar serta yang

ketiga untuk sampah anorganik yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca,

dan sebagainya). (Aswar, 1990).

Menurut SNI 19-2454-2002, Pola pengumpulan sampah terdiri dari :

1. Pola Individual Langsung

Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-rumah/

sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui

proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat

pengumpul non mesin sulit beroperasi.

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai.

d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.

2. Pola Individual Tak Langsung

Pola individual tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-

masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak)

untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan

sebagai berikut:

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah.

b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.

d. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).

Universitas Sumatera Utara


24

e. Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.

f. Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.

3. Pola Komunal Langsung

Pola komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-

masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir.

Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.

c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.

d. Peran serta masyarakat tinggi.

e. Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut.

f. Untuk permukiman tidak teratur.

4. Pola Komunal Tak Langsung

Pola komunal tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-

masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan

gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan

persyaratan sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul.

c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

d. Kondisi topografi relatif datar (< 5%).

e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul.

f. Organisasi pengelola harus ada.

Universitas Sumatera Utara


25

Menurut SNI 19-2454-2002, perencanaan operasional pengumpulan sebagai

berikut:

1. Rotasi antara 1- 4 /hari.

2. Periodisasi: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari

kondisi komposisi sampah, yaitu:

a. Semakin besar prosentasi sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal

sehari 1 hari.

b. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan

jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali.

c. Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

d. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap.

e. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara

periodik.

f. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.

1. Pelaksana pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh:

a. Institusi kebersihan kota.

b. Lembaga swadaya masyarakat.

c. Swasta.

d. Masyarakat.

2. Pelaksanaan pengumpulan

Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh

pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama petugas

pengumpul dan masyarakat penghasil sampah. (SNI 19-2454-2002).

Universitas Sumatera Utara


26

2.8.3 Pengangkutan Sampah

Dari dipo, sampah diangkut ketempat pembuangan akhir atau

pemusnaahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang

disediakan oleh dinas kebersihan kota (sumantri, 2010)

Untuk mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah hingga ke

tempat pembuangan akhir, diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan,

antara lain sebagai berikut :

a. Kendaraan atau truk sampah harus di tutup supaya sampah tidak berterbangan

dan mengotori jalan.

b. Jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah,

sebaiknya tidak melebihi 3 x 24 jam sudah harus diangkat.

c. Pengangkatan sampah sebaiknya dilakukan setiap hari.

d. Cara pengangkutan mengambil jarak paling dekat ke tempat pembuangan

sampah.

Menurut Soemirat (2009) ada beberapa metode pengangkutan sampah yaitu:

a. Dalam skala kecil diangkut secara manual dengan tenaga manusia.

b. Untuk jarak pendek tetapi bervolume besar, pengangkutan dengan mesin-

mesin mekanis.

c. Untuk wilayah yang mempunyai saluran air khusus sampah maka untuk

sampah yang mengapung diangkut menggunakan tenaga aliran air.

d. Untuk sampah ringan dan kecil diangkut menggunakan tenaga aliran

udara(pneumatic).

e. Untuk sampah dengan volume lebih besar, diangkut dengan otomotif/

kendaraan bermotor atau truk.

Universitas Sumatera Utara


27

f. Pengangkutan menggunakan kereta api.

g. Untuk jarak yang jauh, sampah dimasukan ke dalam petikemas selanjutnya

diangkut dengan pesawat udara, dan.

h. Pengangkutan dengan kapal laut, untuk negara-negara lain yang

membutuhkan sampah.

2.8.4. Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk

dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau

pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah.

Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat

yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah:

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau

sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan

sebagainya), Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah

sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta

sekitar 200 m dari sumber air.

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Sebelum sampai ke tempat pembuangan dan atau pemusnahan ini, sampah

perlu diangkut dahulu dari tempat-tempat pengumpulan sampah. Armada

pengangkut sampah yang cukup jumlahnya amat diharapkan. Alat pengangkut

tersebut sebaiknya kendaraan yang mempunyai tutup untuk mencegah

berseraknya sampah serta melindungi dari bau. Karena pekerjaan yang seperti ini

Universitas Sumatera Utara


28

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lazimnya ditangani oleh Pemerintah, yang

dalam pelaksanaannya perlu mengikutsertakan masyarakat (Aswar, 1990).

Tahap akhir pengelolaan sampah adalah pembuangan akhir sampah . pada

tahap ini apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan.

Pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik,

tanpa menyelesaikan persoalan atau mengatasi permasalahan sehingga sampai

tahap disposalnya dengan baik. Pengelolaan sampah perlu dilakukan , hal ini

didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu :

1). Untuk mencegah terjadinya penyakit

2). Konservasi sumber daya alam

3). Mencegah gangguan estetika

4). Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali

5). Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat .

Di dalam tahapan pemusnahan atau pembuangan sampah ini , terdapat

beberapa metode yang digunakan antara lain:

A. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sebuah rekayasa metode membuang limbah padat di

tanah dengan cara yang melindungi lingkungan dengan limbah tipis lapisan

memadatkannya dengan terkecil praktek volume, dan menutupinya dengan padat

tanah tapi tiap akhir kerja atau pada interval lebih sering sebagi mungkin

diperlukan (Salvato, 1982).

Pengelolaan sampah dengan cara sanitary landfill adalah pembuangan

sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah

ditimbun secara berlapis agar tidak tampak di permukaan tanah. Di TPA sampah

Universitas Sumatera Utara


29

diratakan di permukaan tanah dengan ketebalan 20-30 cm, kemudian dipadatkan,

sampah yang telah rata dan padat ditimbun dengan tanah, dengan ketebalan 10-15

cm, demikian seterusnya sampai TPA tersebut sudah penuh. Untuk meratakan ,

memadatkan, dan menimbun sampah dengan tanah, digunakan alat berat

(buldozer dan Traktor). Lokasi TPA dengan sistem ini biasanya digunakan tanah

cekung atau tergenang air. Untuk menentukan lokasi TPA juga perlu

dipertimbangkan sumber tanah untuk menimbun. Sistem sanitary landfill

memberikan dampak positif, antara lain:

1). sampah tidak berserakan.

2). tidak menimbulkan Bau

3). Tidak menjadi sumber Penyakit (Manik, 2016)

Adapun pengertian Sanitary landfill menurut (Sumantri, 2016) adalah

sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah

dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan

tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Ada tiga metode yang dapat digunakan

dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini yaitu:

1) Metode galian Parit (Trench Method)

Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian

digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah

penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat

parit baru disebelah parit terdahulu.

Universitas Sumatera Utara


30

2).Metode Area

Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa atau pada

lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat

tersebut.

3). Metode Ramp

Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya

adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan

sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat

rekreasi, tempat parkit, dan sebagainya. Pengelolaan sampah disutau daerah akan

membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri.

Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif (Sumantri,

2016).

a) Pengaruh yang positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut:

1) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah.

2) Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

3) Sampah dapatdiberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak.

Universitas Sumatera Utara


31

4) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

5) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

6) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya

masyarakatnya (sumantri, 2016).

b). Pengendalian dengan gas

Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan

dengan komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit

jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan

global terutama gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas

tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa-

pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu.

Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah

penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih

mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran

sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global.

Gas merupakan bahan bakar yg dihasilkan dari proses fermentasi dan

proses pembusukan oleh bakteri anaerob terhadap bahan-bahan organik termasuk

kotoran manusia, kotoran hewan,sisa pertanian, ataupun campuran pada alat yang

dinamakan penghasilan gas bio. Agar efektif, proses tersebut harus berlangsung

dalam kondisi yang baik, misalnya, pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu

yang tetap, dan pada pH yang netral. Karena termasuk bahan bakar, gas bio

Universitas Sumatera Utara


32

memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai sumber energi alternatif, disamping dapat

mengurangi dampak akibat pembuangan kotoran yg tidak di olah.

Komposisi gas bio terdiri dari gas metan, karbon dioksida, nitrrogen,

monoksida, oksigen, dan hidrogen sulfida. Konsentrasi gas metan cukup tinggi

dan bila bercampur dengan udara akan menghasilkan gas bakar. Karakteristik gas

metan murni, antara lain, tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak berasa. Nilai

kalor panasnya cukup tinngi, antara 4.000-6.700 kcal/m hampir sama dengan

energi yang diperlukan untuk mendidihkan 130 kg air pada suhu 20°C atau energi

yang diperlukan untuk menyalakan lampu ukuran sekitar 60-100 watt selama 5-6

jam.

c). Pengendalian Lindi

Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam

timbunan sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada dalam

timbunan tersebut, sehingga memiliki variasi kandungan polutan organik dan

anorganik. Saat air hujan kontak dengan lahan sampah, sebagian air hilang

menjadi limpasan dan mengalami evapotranspirasi. Sisa dari air tersebut masuk

(infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. Lindi akan timbul ketika kemampuan

maksimum sampah menyerap air (field capacity) terlampaui. Lindi sangat

potensial menjadi masalah, karena aliran lindi bergerak secara lateral maupun

vertikal bergantung pada karakteristik dari material yang berada di sekitarnya.

Tahap pertama pengendaliann adalah dengan membuat fasilitas

pengumpul lindi yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran

pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA, sehingga lindi secara

otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada

Universitas Sumatera Utara


33

mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan lindi

umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit

lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran lindi ke dan dari kolam

pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan; namun bila topografi TPA

tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan.

Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa air permukaan yang telah

tercemar oleh lindi dapat menyebabkan matinya ikan, hilangnya nilai estetik dan

perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada kasus

pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus menerus dalam periode

yang lama. Untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran ini tentunya akan

meghabiskan dana yang sangat besar dan khusus untuk kasus pencemaran air

tanah, untuk mengembalikan kondisi air ke keadaan semula (tidak tercemar)

dibutuhkan waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun(Robert J Kodoatie, 1996).

Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada

aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Sangat sulit

untuk menyimpulkan atau mendefinisikan karakteristik lindi di TPA. Variasi

penggambaran kontaminan dari lindi telah ada dalam berbagai macam literatur

untuk beberapa kondisi di lokasi yang berbeda. Rentang jumlah kontaminan yang

cukup jauh manunjukkan sulitnya mendefinisikan atau memprediksikan

komposisi tipikal dari berbagai macam kontaminan yang ada dalam lindi. Variasi

komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi

antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan,

iklim, musim dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi setiap

sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah juga

Universitas Sumatera Utara


34

turut berpengaruh. Setelah lindi keluar dari timbunan sampah, komposisi lindi

dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah (Robert J Kodoatie,

1996).

Proses Terjadinya pencemaran lindi ke tanah dengan proses infiltrasi, air lindi

dapat mencimari air tanah dan proses ini akan berjalan cepat apabila jarak

permukaan air tanah dengan air lindi cukup dekat. Setelah mencapai air tanah, air

lindi akan terbawa oleh aliran air tanah. Melalui aliran air tanah, air lindi dapat

mencemari air sumur dengan bahan pencemar yang terkandung di dalamnya

(Robert J Kodoatie, 1996).Mekanisme masuknya polutan sehingga mencapai

sumber air yang dikonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

(Robert J Kodoatie, 1996):

1) Jarak penyebaran pencemar di dalam tanah

Metode pencemaran bakteri dari sumber akan menyebar kurang lebih 2

meter pada jarak 5 meter dan akhirnya akan menyempit pada saat akan

mencapai jarak ± 11 meter. Pencemaran kimia pada jarak 25 meter

melebar ± 9 meter dan menyempit pada jarak 95

2) Frekuensi pemakaian air

Dengan frekuensi pemakaian air yang tinggi akan mendorong

mempercepat aliran air tanah dari arah horizontal masuk ke dalam air

sumur. Jadi pengambilan air tanah yang berlebihan infiltrasi tanah semakin

cepat sehingga air tanah tercemar akan lebih cepat masuk ke dalam air

sumur tersebut.

Universitas Sumatera Utara


35

3) Porositas tanah

Porositas tanah merupakan persentase jumlah bagian yang lowong

(porous) dari volume material keseluruhan yang dapat dilalui air di bawah

gaya beratnya. Porositas merupakan suatu indeks dari jumlah air yang

dapat disimpan pada lapisan air jenuh. Porositas dapat dikatakan angka tak

berdimensi biasanya diwujudkan dalam bentuk %. Semakin tinggi tingkat

porositas tanah maka untuk mengalirkan tanah semakin cepat sehingga

pencemaran akan lebih cepat menyebar. Pasir mempunyai porositas 46 %,

sedangkan tanah endapan lempung sekita 37 %. Air tidak akan mengalir

bila pori-pori tidak berhubungan.

4) Tekstur tanah.

Tekstur tanah berkaitan dengan aliran air tanah adalah klasifikasi tanah

dan ukuran butiran tanah. Berdasarkan ukuran diameter butirannya tanah

diklasifikasikan sebagai berikut: lempung , lanau, pasir, kerikil, batuan,

dan bongkahan. Tekstur tanah akan mempengaruhi transmisi pencemar

masuk ke dalam sumur. Apabila tekstur tanah merupakan lapisan pasir

yang mempunyai porositas tinggi, maka penyebaran pencemar akan lebih

cepat.

5) Aliran air tanah

Aliran air tanah dengan proses geologi yang memberikan pengaruh secara

terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah.

Pergerakan aliran air tanah melalui pori-pori tanah yang tidak kedap air

baik dipermukaan tanah dan dalam spectrum geologi yang luas baik dalam

skala ruang maupun skala waktu.

Universitas Sumatera Utara


36

6) Temperatur

Semakin dalam dari permukaan tanah maka semakin membuat suhu

semakin tinggi dan ini akan mempengaruhi komposisi kimia air tanah

dengan efeknya terhadap kelarutan garam. Umumnya larutan garam akan

makin besar dengan makin tingginya temperatur.

B. Dumping

Sistem dumping terlalu umum dan kebutuhan tidak diperjelas dan ini

merupakan perlakuaan yang tidak baik, sebagai biasanya dipelihara , menolak

umumnya tersebar di area yang luas (salvato, 1982).

Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan diatas tanah

terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah

ditumpukan begitu saja, tanpa ada perlakuan. Sistem dumping memang dapat

menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena msyarakat sekitar terganggu.

Cara ini berpengaruh buruh terhadap lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat

binatang bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk

keperairan umum, dan menimbulkan bau yang menusuk, cara ini tidak

direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan

yang di timbulkannya seperti:

1) Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan sebagainya.

2) Pencemaran polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkannya,

3) Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul,

4) Berpotensi terjadinya bahaya kebakaran yang sulit di padamkan.

5) Estetika lingkungan yg buruk karena pemandangan yang kotor

Universitas Sumatera Utara


37

( Manik,2016).

6) Pengaruh negatif Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat

memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan , lingkungan, maupun bagi

kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

7) Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai

tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti lala atau tikus.

b) Adanya terjadi gangguan psikomatis, misalnya sesak napas, insomnia,

stress, dan dll

8) Pengaruh terhadap lingkungan

a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

b) Proses pembusukan sampah oleh mikro organisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas.

d) Pembuangan sampah kedalam saluran pembuangan air akan menyebabkan

air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.

e) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air

permukaan atau sumur dangkal (Sumantri,2016).

C. Incineration

Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan

fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain :

Universitas Sumatera Utara


38

a) Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.

b) Tidak memerlukan ruang yang luas.

c) Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.

d) Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar,

lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain :

1. Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari

kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul

ditumpuk dan diaduk.

2. Furnace tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi

yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan

abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak

terlalu penuh.

3. Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih

panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada

tungku pertama.

4. Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan

mengalirkan udara ke dalam

5. Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang

terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).

D Composting

Universitas Sumatera Utara


39

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat

organikoleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini

menghasilkanbahan berupa kompos dan pupuk.

E Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis, babi). Perlu diingat

bahwasampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)

untukmencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

F Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan

airlimbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah

memangbaik.

G Individual inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh

pendudukterutama di daerah perdesaan.

H Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai

ataudaur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain,

plastik,gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

Istilah daur ulang sering disalah artikan untuk mencakup kegiatan seperti

mengisi botol untuk digunakan kembali dan di remanufaktur produk untuk di

jual kembali kepada konsumen, tetapihanya untuk menggunakan istilah hanya

ketika bahan dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan baku untuk produk

baru. Proses daur ulang meliputi:

1). Pengumpulan dan daur ulang.

Universitas Sumatera Utara


40

2). Memisahkan mereka berdasarkan jenis.

3). Pengolahan menjadi bentuk baru yang dijual ke produsen dan,

4). Akhirnya membeli dan menggunakan barang dibuat dengan bahan diolah

kembali (Master, 2008).

A. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari

jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk

menghasilkan lemak.

B. Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas.

Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Aswar,

1990).

2.8.5. Aspek Kelembagaan

Menurut Syafrudin dan Priyambada dalam Artiningsih (2008), bentuk

kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk

kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kota raya dan kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga

pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

2. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) atau ibu kota

propinsi bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas

sendiri.

3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) atau kota/kotif

bentuk lembaga yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /UPTD dinas

pekerjaaan umum atau seksi pada dinas pekerjaan umum.

Universitas Sumatera Utara


41

4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk

lembaga pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /

UPTD, dinas pekerjaan umum atau seksi pada dinas pekerjaan umum.

Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di pemukiman, aspek

kelembagaan terdiri dari:

A. Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh :

1. Swasta/developer dan atau.

2. Organisasi kemasyarakatan.

3. Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu.

B.Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah :

1. Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber

sampah sampai dengan TPS dilaksanakan oleh lembaga yang

dibentuk/ditunjuk oleh organisasi masyarakat permukiman setempat.

2. Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembaga

pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh Pemerintah Kota.

3. Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis

evaluasi kinerja pengelolaan sampah.

4. Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi.

5. Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah

daerah atau dengan swasta.

6. Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan.

7. Meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan

manajemen persampahan ke tingkat daerah.

Universitas Sumatera Utara


42

8. Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

2.8.6. Aspek Peraturan

Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia

adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang

berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan

dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi,

keterlibatan masyarakat. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah

diterbitkan oleh Pemerintah Kota Medan baik dalam bentuk peraturan daerah

adalah sebagai berikut: Peraturan Daerah Kota Medan No.6 Tahun 2015 tentang

Pengelolaan Sampah.

2.8.7 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok

utama pengelolaan sampah,

yaitu:

1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan

terjadinya sampah, gunaulangdan daur-ulang

2. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:

a. Pemilahan: pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,

jumlah, dan/atau sifatsampah

b. Pengumpulan: pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah

ke tempatpenampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

terpadu

Universitas Sumatera Utara


43

c. Pengangkutan: membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

penampungan sampahsementara atau dari tempat pengolahan sampah

terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. Pengolahan: mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

e. Pemrosesan akhir sampah: pengembalian sampah dan/atau residu hasil

pengolahan sebelumnyake media lingkungan secara aman.

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,

jenis sampah yang diatur adalah:

1. Sampah Rumah Tangga

Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-

hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari

proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini

bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan

lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,

pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel,

terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

3. Sampah Spesifik

Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang

karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan

khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan

beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang

mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing

Universitas Sumatera Utara


44

bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah

yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis,

menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan

penanganan sampah.

Kegiatan pengurangan sampah meliputi:

a. Pembatasan timbulan sampah.

b. Pendauran ulang sampah.

c. Pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu.

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan

sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah; dan/atau

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Universitas Sumatera Utara


45

2.8.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan

Lingkungan

Menurut Chandra (2006), pengelolaan sampah disuatu daerah akan

membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri.

Pengaruhnya tentu saja ada yang positif maupun negatif.

A. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat dalam lingkungannya, seperti berikut:

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerat

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya

dengan sampah

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya

masyarakat

Universitas Sumatera Utara


46

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana

kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat dipergunakan untuk

keperluan lain.

B. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh

negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi

dan budaya masyarakat, seperti berikut:

1. Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai

tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus

b) Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor

penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban

bekas yang berisi air hujan

c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan,

misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya

d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-

lain.

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-

gas tertentu yang menimbulkan bau busuk

c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara yang bahaya

kebakaran yang lebih luas

Universitas Sumatera Utara


47

d) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal

e) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air

permukaan atau sumur dangkal

f) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat,

seperti jalan, jembatan, dan saluran air.

3. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-

ekonomi budaya masyarakat setempat

b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat

dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut

c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan anatara penduduk setempat

dan pihak pengelola (mis, kasus TPA Bantargebang, Bekasi)

d) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga

produktivitas masyarakat menurun

e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar

sehingga dana untuk sektor lain berkurang

f) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan

yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat

g) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun

dan tidak memiliki nilai ekonomis

h) Penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas

yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

Universitas Sumatera Utara


48

2.9. Kerangaka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian sistem pengelolaan sampah di TPA

terjun ini adalah sebagai berikut:

Input
1.Angkutan sampah di TPA Terjun
2. Peralatan sampah di TPA Terjun.
3. Sumber Daya Manusia.
4. Struktur Organisasi di TPA Terjun

Proses
1. kegiatan open dumping di TPA Terjun
2. Membutuhkan Sistem pengelolaan sampah yang sesuai :
a. Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 dan
b. Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2015 tentang
pengelolaan sampah

Output

1.adanya pengendalian gas


2. adanya pengendalian lindi
3. adanya pengendalian sumur pantau

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan melakukan

studi observasi, wawancara dengan mempergunakan kuesioner dan lembar

observasi tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai sistem

manajemen pengelolaan sampah di TPA Terjun kecamatan Medan Marelan Kota

Medan Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TPA Terjun kecamatan Medan Marelan, yang

terletak diKota Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016- Agustus 2017

mulai dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem

pengelolaan sampah di TPA Terjun.

3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sampah yang dihasilkan TPA Terjun di

Kecamatan Medan Marelan.

3.4 Informan penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar

49
Universitas Sumatera Utara
50

menguasai masalah, yang sudah bekerja selama 5 tahun di TPA terjun serta

terlibat langsung dengan masalah penelitian yaitu pegawai di TPA Terjun, kasi

TPA, mandor, spj, bestari dan melati, pegawai administrasi, pegawai alat berat di

TPA Terjun dan yang bertanggung di tempat pembuangan akhir sampah TPA

Terjun.

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan yang

diperoleh dari informan melalui kuesioner dan melakukan wawancara Terarah

(guided interview) dimana peneliti menanyakan kepada Informan pertanyaan-

pertanyaan yang menggunakan pedoman yang telah disiapkan sebelumnya.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang didapat dari jurnal, buku-buku

serta instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.6 Defenisi Operasional

1. Input untuk mengetahu komponen input termasuk alat-alat di TPA Terjun.

2. Proses Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung

jawab terhadap pengelola sampah di TPA Terjun,

3. Proses Aspek peraturan adalah dasar hukum pengelolaan kebersihan yang

telah diterbitkan oleh Pemerintah Kota medan.

4. Output adanya pemantauan udara, dan sumur pantau untuk pencemaran air

tanah serta adanya pengendalian gas dan leachate (lindi) .

Universitas Sumatera Utara


51

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan wawancara Terarah (guided

interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan

dibicarakan dan observasi langsung di lapangan. Untuk memperjelas informasi

yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan

alat perekam suara.

3.8 Analisis Data

Data-data yang didapatkan melalui observasi lapangan selanjutnya dianalisa

secara deskriptif sehingga diperoleh hasil, kesimpulan dan saran.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum lokasi Penelitian

4.1.1. Data Geografi

Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Kelurahan Terjun terletak di

Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di

bagian kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan

memiliki luas wilayah 44,47 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1.Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan

2.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

3.Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

4.Sebelah Timur berbatasasn dengan Kecamatan Medan Labuhan

Penelitian dilakukan di kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan,

kelurahan Terjun memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 16,05 KM2

yang terdiri dari 22 lingkungan. Sebagian besar lahan pada kelurahan Terjun di

gunakan untuk TPA sampah yaitu seluas 14 Ha tepatnya di lingkungan enam dan

TPATerjun mulai beroperasi sejak 7 Januari 1993 dengan menggunakan sistem

Open dumping. Jumlah sampah yang dibuang di TPA Terjun yang berasal dari

kota Medan berjumlah 70% sampah bersifat organik.

52
Universitas Sumatera Utara
53

4.2 TPA Terjun

Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun dengan kondisi lapisan

asal tanah lempung, tofografi relatif datar dengan ketinggian elevansi 2,5 m dari

permukaan laut, areal berada diantara aliran Paluh Nibung dengan Paluh Terjun

dengan jarak sekitar 6 km dari garis pantai, aliran air kedua paluh (anak sungai)

tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut, mulai dioperasikan pada tanggal 7

Januari 1993, yang berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Kota Medan dengan luas lokasi 14 Ha dan Pemilikan Lahan Pemerintah Kota

Medan.

Jarak Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun dari pemukiman 500

M, sedangkan dari Sungai Deli berjarak 4 km, dengan pantai Belawan berjarak 6

Km, jarak bandara udara kualanamu dengan tempat pemrosesan akhir sampah

(TPA) Terjun berjarak sekitar 48 Km, dan tempat pemrosesan akhir sampah

(TPA) Terjun dengan kota Medan berjarak sekitar 14 Km.

TPA terjun mempunyai 2 Zona terbagi atas zona tidak aktif dan zona aktif.

Zona tidak aktif di TPA terjun sudah tidak dipergunakan dalam hal kegiatan

ataupun pengoperasian pemaparan sampah , bahwa Zona tidak aktif tersebut telah

ditimbun dengan tanah, pengadaan tanah dengan menggunakan anggaran tahun

berjalan, TPA Terjun setahun dua kali melakukan penimbunan yang diakukan

secara manual dengan menggunakan alat berat Excavator yang berada di TPA.

Universitas Sumatera Utara


54

4.2.1 Struktur Oraganisasi Dinas kebersih Kota Medan

TPA Terjun dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota Medan

4.2.2 Struktur Oraganisasi di TPA Terjun

KEPALA SEKSI

MANDOR

Universitas Sumatera Utara


55

Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data diolah)

4.3 Karakteristik Informan (Pengelola di TPA Terjun)

Karakteristik informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 5 informan,

yang terdiri dariinforman 1 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan

yang berusia 43 tahun dengan pendidikan S1 dan jabatan di TPA terjun adalah

Staf administrasi TPA Terjun, informan 2 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan

medan marelan yang berusia 38 tahun dengan pendidikan S1 dan jabatan di TPA

terjun adalah Staf TPA Terjun, informan 3 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan

medan marelan yang berusia 20 tahun dengan pendidikan SMA dan jabatan di

TPA terjun adalah Pencatat SPJ, informan 4 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan

medan marelan yang berusia 39 tahun dengan pendidikan SMP dan jabatan di

TPA terjun adalah Operator alat berat TPA Terjun dan , informan 5 Pengelolaa

TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 42 tahun dengan pendidikan

SMA dan jabatan di TPA terjun adalah Bestari di TPA Terjun.

Universitas Sumatera Utara


56

4.4 Jenis Sampah di TPA terjun

Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing

informan serta hasil observasi yang dilakukan:

1. Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 1 )

Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA Terjun

yang paling banyak jenis sampah organik sekitar 70 %.

2. Pengelola Sampah TPA Terjun (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA terbagi

menjadi anorganik dan organik. Yang paling banyak jenis sampah TPA ini

adalah sampah organik 77%.

3. Pengelola Sampah TPA Terjun (informan 3 )

Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis Sampah di TPA Terjun

yaitu sampah organik paling banyak di jumpai di TPA terjun.

4. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA Terjun

yang selalu di jumpai yang paling banyak sampah organic seperti sisa

makanan.

5. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 5)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai jenis sampah di TPA Terjun

sekitar ± 70 % sampah bersifat organic seperti sisa makanan dan daun-

daunan.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di TPA Terjun, ada beberapa jenis-

jernis sampah yang terdapat di TPA Terjun, yaitu sampah-sampah organik seperti

Universitas Sumatera Utara


57

sisa makanan, sauran, buah-buahan, dan daun-daunan mencapai hasil 77,3%

berdasarkan data dari TPA Terjun, dan sampah organik tersebut tidak bisa

dimanfaatkan untuk di olah menjadi kompos, dikarenakan alat di TPA Terjun

mengalami kerusakan.

Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya, jumlah

sampah organik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sampah anorganik.

Jumlah sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas, kayu, kain, karet, pempers

mencapai 22,7%.

4.5 Jumlah Armada Pengangkut Sampah di TPA Terjun

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di TPA Terjun, ada beberapa

macam-macam armada pengangkut sampah yang masuk ke TPA Terjun yaitu,

Jumlah armada pengangkut yang masuk untuk membuang sampah di lokasi TPA

terjun terdapat 4 macam truk yaitu truk typper, truk continer, truk competor, dan

truk amroll

Tabel 4.5 Armada Truk Pengangkut Sampah yang masuk Ke TPA Terjun

2017

Jenis Alat Angkut Jumlah

Truck typper 160 Unit

Truck continer 14 Unit

Truck compector 8 Unit

Universitas Sumatera Utara


58

Truck Amroll 12 Unit


JUMLAH 194 UNIT
TPA terjun hanya menerima armada pengangkut sampah yang datang ke

lokasi TPA Terjun, lalu setelah armada pengangkut sampah sampai di Lokasi

TPA terjun petugas yang bertugas sebagai supir armada pengangkut sampahpun

turun dan memberikan surat untuk perintah jalan kepada pegawai di TPA terjun,

agar dapat melintasi memasukkan sampah ke titik pembongkaran sampah yang

telah di Tentukan oleh petugas di TPA.

4.6 Sumber Daya Manusia di TPA Terjun


4.6.1 Pernyataan Informan Mengenai Sumber Daya Manusia di TPA

Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing

informan serta hasil observasi yang dilakukan:

1. Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 1 )

Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA

Terjun 45 orang jumlah seluruh pengelola di TPA Terjun terbagi atas 37

orang honorer dan 8 orang PNS, dan di TPA Terjun Tidak Mempunya

Struktur organisasi hanya saja ada urutan nya sesuai tanggung jawab

masing-masing pekerja yang bekerja di TPA Terjun.

2. Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA

Terjun terbagi PNS ada 8 orang dan Honor ada 37 orang itu saja yang tim

pengelola di TPA Terjun tidak termasuk pemulung.

3. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 3 )

Universitas Sumatera Utara


59

Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA

Terjun berjumlah 45 orang.

4. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA

Terjun berjumlah honorer berjumlah 37 orang dan PNS Berjumlah 8 orang.

5. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 5)

Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA

Terjun berjumlah ±30 orang honorer dan 8 orang PNS.

TPA Terjun mempunyai 45 pegawaiyang bekerja di TPA terjun dengan

status PNS 8 pegawai dan tenaga harian Lepas 37 orang dan ini hasil yang di

peroleh melalui observasi penelitian di TPA Terjun.

Hasil observasi dan wawancara yang di lakukan di TPA Terjun, Sumber

daya manusia (Petugas) yang bekerja di TPA terjun berjumlah 45 orang dengan

status Pegawai negeri sipil berjumlah 8 orang dan pegawai harian lepas berjumlah

37 orang dan jumlah seluruh petugas di TPA Terjun berjumlah 45 orang.

Tabel 4.6 sumber daya manusia di TPA

No Jabatan/ Tugas Status Jumlah


PNS THL
1 Kasi TPA 1 1
2 Mandor 1 1 2
3 Petugas administrasi 11 11
4 Pencatat SPJ (pemberian Stempel 3 3
Surat Perintah Jalan)

Universitas Sumatera Utara


60

5 Operator Alat Berat 6 9 15


6 Bestari 9 9
7 Melati 2 2
8 Pengantar BBM 2 2
Jumlah 8 37 45
Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data di olah)

4.6.2 Tugas Pegawai di TPA Terjun Beserta fungsinya

TPA Terjun memiliki fungsi serta tugas pegawai di TPA terjun yaitu

melalui observasi dan wawancara yang di lakukan di TPA terjun:

1. Kepala seksi TPA Terjun

Berfungsi sebagai pelaksanaan pengelolaan sampah yang meliputi

penyuluhhan dan pemberdayaan kepada pegawai dalam pengelolaan

sampah di TPA Terjun.

2. Mandor di TPA terjun

Berfungsi sebagai pelapor pelaksanaan kegiatan dilingkungan

pengelolaan sampah khususnya di TPA terjun.

3. Petugas Administrasi di TPA terjun

Berfungsi sebagai mengelola urusan umum dalam proses perlengkapan

di TPA seperti urusan surat menyurat, dan arsip dokumen serta

keperluan administrasi alat yang di perlukan di TPA Terjun.

4. Petugas SPJ di TPA terjun

Universitas Sumatera Utara


61

Berfungsi sebagai pencatat armada angkutan sampah yang masuk ke

TPA Terjun dengan memberikan stempel perintah jalan kepada

petugas pengangkut sampah ke TPA Terjun yang telah membawa surat

dari dinas kebersihan Kota medan dan diberikan stempel oleh petugas

SPJ untuk melakukan pembuangan sampah di TPA Terjun.

5. Petugas Operator Alat Berat di TPA Terjun

Berfungsi untuk menggunakan alat berat seperti loader dan bulldozer

untuk mendorong, menyebarkan, menggilas dan memadatkan lapisan

sampah, excavator berguna untuk penggalian dan peletakan tanah

penutup ataupun memindahkan sampah dengan spesifikasi.

6. Petugas melati petugas berjenis kelamin perampuan

Berfungsi sebagai sebagai Pembersih sampah yang berserakan dijalan

masuk TPA terjun serta di Kantor di TPA Terjun

7. Petugas bestari Petugas berjenis kelamin laki-laki.

Berfungsi sebagai pembersih sampah yang berserakan dijalan masuk

TPA terjun serta di lingkungan Kantor di TPA Terjun.

4.7 Proses Kegiatan Penerimaa Sampah di TPA Terjun


TPA Terjun mempunyai tahapan-tahapan penerimaan sampah yang

dilakukan di TPA terjun dimulai dari Kegiatan operasi pembuangan sampah

secara berurutan melalui observasi dan wawancara yang di lakukan di sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


62

4.7.1 Penerimaan sampah di TPA Terjun

a. Frekuensi pengangkutan dari jam 08:00-22:00 seperti yang telah di

nyatakan oleh para informan dan jika jam 22:00 tidak dapat lagi masuk

untuk membuang sampah dan harus menunggu diwaktu pagi di hari

berikutnya.

b. Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA Terjun membawa

sampah harus melalui petugas registrasi berjumlah 8 petugas SPJ Bertugas

untuk mencatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal dan waktu

pemasukan sampah ke TPA Terjun serta pencatatan disusun dalam bentuk

tabulasi,meliputi: hari, bulan/tanggal/tahun, jam kedatangan, jam pergi,

nomor polisi truk, dan volume sampah.

c. Kegiatan penerimaan dan pendataan sampah diperlukan untuk meng-

evaluasi dan merencanakan pengembangan TPA. Pengukuran dapat di-

lakukan secara manual dengan cara mengukur ketinggian muatan sampah

dalam kendaraan pengangkut. Data pengukuran selanjutnya dicatat

oleh petugas dan dibukukan.

d. Mencatat jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (mᶟ) dalam

satuan berat (ton) per-hari

e. Truk memasuki pos penerimaan sampah dan ditimbang tetapi timbangan

sampah di TPA terjun dalam keadaan rusak sudah dari tahun 2015 sampai

2017

f. Lalu sampah dicatat dengan berat memakai kasat mata berdasarkan

armada angkutanya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara


63

g. Pengangkutan sampah di angkut ke lokasi sesuai rute yang di tentukan.

4.7.2 Pemrosesan sampah di TPA Terjun

Dalam penggoperasian TPA tahapan-tahapan pemrosesan sampah di TPA

Terjun adalah:

a. Jadwal Pembongkaran sampah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembongkaran sampah

yaitu waktu pembongkaran sampah , transportasi pembongkaran, dan

pola pembongkaran sampah.

b. Transportasi pembongkaran

Transportasi pembongkaran merupakan kegiatan memindahkan sampah

dari dalam truk pengangkutan ke titik bongkar. Proses

pengaturan pembongkaran sampah sangat berkaitan dengan kebutuhan

personil di lapangan dan untuk mengantisipasi gundukan sampah yang

lebih besar serta antrian kendaraan yang panjang di lokasi TPA Terjun.

Mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan pengaturan antrian kendaraan

dan jam kerja pembuangan sampah.

c. Jadwal operasional penimbunan sampah

Jam kerja operasi penimbunan sampah sudah harus ditentukan waktunya

yaitu mulai pukul 8.00 sampai 22.00

d. Armada pengngangkut sampah menuju area pengurugan untuk membuang

sampah di TPA Terjun . Lalu setelah di buang di tempat yang ditetapkan

pemulung melakukan kegiatan mencari sampah yang dapat di daur ulang

kembali.

Universitas Sumatera Utara


64

4.8 Alat Berat di TPA Terjun

Alat berat yang digunakan untuk memadatkan sampah seperti bulldozer tersedia

10 layak pakai 7, dan yang tidak dapat terpakai lagi berjumlah 3 unit, di TPA terjun

loader berjumlah 1 unit dengan kondisi rusak berat dan tidak dapat terpakai lagi dan

excavator yang tersedia di TPA terjun berjumlah 5 unit dengan kondisi 3 layak pakai dan

2 tidak layak pakai. Kondisi ini menyebabkan kurangnya ketersediaan alat berat di TPA

terjun sehingga mengakibatkan kurang efisienya pekerjaan dalam melakukan pekerjaan

utuk memadatkan sampah serta pemindahan sampah di TPA Terjun.

Tabel 4.8 Alat Berat di TPA Terjun


No Alat Berat tersedia di TPA Jumlah Layak Pakai Rusak
Terjun
1 Bulldozer 10 7 3
2 Excavator 5 3 2
3 loader 1 1
Jumlah 16
Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data di olah)

TPA Terjun mempunyai Jumlah peralatan sampah dengan persediaan sapu

lidi berjumlah 10, Cangkol berjumlah 5, Sekop berjumlah 5, Garukan berjumlah 5

dan Tong sampah berjumlah 10 hanya itu peralatan sampah yang terlihat di lokasi

TPA terjun dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk membersihkan

lingkungan kantor di TPA Terjun.

4.9 Sarana dan Prasaran TPA Terjun

Prasarana dan sarana yang tersedia di TPA Terjun dapat diuraikan sebgai

berikut :

1. Fasilitas Dasar TPA

fasilitas dasar yang diperlukan agar suatu TPA dapat dijangkau dan

dimanfaatkan meliputi :

Universitas Sumatera Utara


65

a) Jalan operasional : adalah jalan yang diperlukan oleh kendaraan armada

pengangkut sampah menuju titik Pembongkaran Sampah.

b) Listrik atau genset

c) Drinase : drainase di TPA Terjun berfungsi untuk mengendalikan aliran

limpasan air hujan

d) Kantor : Bangunan yang berfungsi sebagai ruang kerja dalam mengatur

pengendalian operasi dan perencanaan kegiatan di TPA terjun.

2. Fasilitas Operasional TPA TPA Terjun

a. Alat Berat di TPA Terjun mempunyai 10 bulldozer, 5 excavator, dan 1

loader.

3. Fasilitas Perlindungan Lingkungan

TPA Terjun mempunyai fasilitas pelindung terhadap lingkungan agar tidak

meniumbulkan masalah baru bagi lingkungan disekitarnya TPA Terjun, maka

tersedia fasilitas seperti:

a) Saluran pengumpulan lindi : berupa kolam penampung yang ukurannya

dihitunggg berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya.

b) Pengelolaan lindi : sirkulasi lindi kedalam timbunan sampah di TPA terjun

untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pencemaraanya, atau

pengolahan seperti pengolahan air limbah.

c) Sumur uji atau sumur pantau diperlukan untuk mengontrol ada dan

tidaknya pencemaran terhadap air tanah yang di akibatkan oleh air lindi

yang ada diTPA Terjun.

Universitas Sumatera Utara


66

d) Pengamanan gas: gas yang terbentuk di TPA umumnya bersifat gas

metana dan gas karbon dioksida dilakukan pengendalian di TPA agar gas

tersebut tidak lepas ke atmosfer dengan pengamanan gas di bentukventilasi

agar gas dapat keluar dari timbunan sampah dan menuju titik-titik yang

telah di tentukan.

e) Penghijauan: penghijauan lahan TPA diperlukan untuk meningkatkan

estetika lingkungan, sebagai zona untuk pencegahan bau dan vektor lalat

yang berlebihan di TPA.

4. Fasilitas Penunjang TPA

a) Garasi berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan oprasional

pengangkutan sampah, juga berfungsi sebagai tempat persiapan dan

perawatan ringan kendaraan sebelum dioperasikan.

b) Tempat pencucian alat angkut dan alat berat ; berfungsi untuk melakukan

pencucian alat angkut guna untuk pemeliharaan alat angkut dan alat berat

adi TPA terjun agar lebih lama untuk masa pemakaiannya.

c) Jembatan timbang : berfungsi untuk pengukur volume sampah perhari

yang masuk Ke TPA Terjun

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

Sampah yang dihasilkan di Kota Medan akan diangkut ke tempat

Pemrosesan akhir sampah (TPA) Terjun tanpa melalui proses pemilahan atau

Pengolahan terlebih dahulu, tempat pemrosesan sampah (TPA) Terjun

merupakan tempat atau pemrosesan akhir sampah yang ada di Kota Medan.

Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman

adalah Jarak Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) Terjun dari pemukiman

500 M, sedangkan dari Sungai Deli berjarak 4 km, dengan pantai Belawan

berjarak 6 Km, jarak Bandara Udara Polonia dengan Tempat Pemrosesan Akhir

Sampah (TPA) Terjun berjarak sekitar 23 Km, Tempat Pemrosesan Akhir

Sampah (TPA) Terjun dengan kota berjarak sekitar 14 Km.

TPA Terjun Kota Medan telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat

Pemrosesan akhir sampah

5.2 Struktur Organisasi

Organisasi sering diartikan sebagai kelompok orang yang bekerjasama dan

ingin mencapai tujuan bersama. Organisasi didirikan karena beberapa tujuan

tertentu yang hanya dapat dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan

bersama-sama.

67
Universitas Sumatera Utara
68

Atmosudirdjo dalam buku Wursanto (2005:53) mendefinisikan organisasi itu

sebagai struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara

sekelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk

bersama-sama mencapai tujuan yang tertentu.

Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,

dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi

menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara

fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi

(organizational design) dan bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi

dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure).

Belum adanya secara khusus struktur organisasi di TPA terjun . Dinas

kebersihan kota medan sebaiknya memberikan atau merencana untuk pembuatan

struktur organisasi di TPA Terjun, agar terstrukturnya kebijakan yang dilakukan

di TPA terjun

5.3 Jenis- Jenis Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya,

sampah padat dapat digolongkan sebagai, Sampah Organik, terdiri dari bahan-

bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan

dari kegiatan pertanian,perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah

diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan

Universitas Sumatera Utara


69

bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa

tepung, sayuran, kulit buah, dan daun

Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti

mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak

terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara

keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat

diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah

tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

TPA Terjun berupa sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, plastik,

logam, kaca, kain, karet, kayu, sampah b3 dan pempers dan lain-lain. berdasarkan

berat sampah yang dihasilkan, komponen sampah yang paling dominan pada

umumnya adalah sisa makanan yakni 77.3%.n amun berdasarkan volumenya

potensi sampah terbesar adalah jenis kertas dan plastik masing-masing 2.995 %

dan 8.58 %, sementara yang terendah adalah logam 0.09 %.

5.4 Jumlah Armada di TPA

Pengelolaan sampah di lokasi tersebut belum optimal didukung oleh alat-

alat berat yang memadai sehingga untuk pengolahan maupun untuk penghancuran

sampah sementara produksi sampah dari waktu ke waktu mengalami peningkatan

yang diperkirakan beberapa tahun ke depan TPA Terjun tidak akan dapat

menampung volume sampah yang kian hari bertambah mengingat teknologi dan

peralatan yang digunakan saat ini belum maksimal.

Universitas Sumatera Utara


70

Armada pengangkutan seperti tripper truck dengan kapasitas isi 8 m3,

armroll truck dengan kapasitas isi 10 m3, compactor truk dengan kapasitas isi 12

m3, Untuk alat berat pemaparan sampah terdiri dari bulldozer, whell loader, dan

excavator yang keseluruhan alat berat dioperasikan di TPA Terjun.dengan

mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Dalam menjalankan aktivitas pengelolaan

sampah di TPA Terju, Dinas Kebersihan Kota Medan harus melengkapi dengan

sarana yang ternyata memadai untuk melayani kebutuhan di TPA secara

keseluruhannya.

5.5 Kondisi Di TPA Terjun

Kondisidi TPA Terjun menggunakan teknik Open Dumping, dan sudah

tidak layak dipakai oleh TPA Terjun, dalam dalam Pasal 22 Undang- Undang No

18 Tahun 2008 telah disebutkan bahwa TPA di seluruh Indonesia sebaiknya

melakukan :Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampa . TPA merupakan tempat dimana

sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan sekitarnya, karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan

yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Di TPA terjun memakai sistem open dumping dimana sampah setelah

menjalankan prosedur mulai dari masuk nya sampah ke TPA dan supir melapor ke

SPJ dan dibenarkan untuk membuang sampah di pengurugan sampah di TPA

Terjun dan di buang begitu saja lalu pemulung datang untuk melihat sampah yang

masih bisa di daur ulang dan sampah yang tidak dapat di daur ulang seperti

sampah organik di biarkan begitu saja. tahun 2015 sistem pengelolaan sampah di

Universitas Sumatera Utara


71

bantu dengan membuat kompos tetapi setelah alat pembuat kompos rusak berat di

TPA tidak ada lagi engelolaan sampah hanya menggunakan sistem open dumping

saja

Perbandingan kondisi yang ada pada TPA Terjun dengan menggunakan

sistem open dumping yaitu menimbulkan bau yang sangat tajam di TPA Terjun

serta dapat menimbulkan rasa pusing, mual hingga muntah. Kondisi ini dapat

mengganggu kesehatan para pekerja, pengunjung (dalam jangka pendek), dan

masyarakat yang bertempat tinggal di dekat TPA Terjun.

5.6 Kondisi Sarana dan Prasana TPA Terjun

Prasarana jalan Prasarana jalan dasar di TPA merupakan fasilitas dasar

yang diperlukan agar suatu TPA dapat dijangkau dan dimanfaatkan. fasilitas

dimaksud meliputi Jalan masuk dari TPA, hanya mempunya 1 jalanan memasuki

TPA tersebut dan selalu mengalami kemacetan.

Fasilitas pengaman, gas yang terbentuk di TPA Terjun umumnya berupa

gas karbondioksida dan methan dengan jumlahnya yang tidak sedikit. Kedua gas

tersebut memiliki potensi yang besar dalam proses pemanasan global terutama gas

methan. Perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan bebas

lepas ke atmosfir. di TPA terjun sudah banyak yang rusak untuk pengendalian gas

methan dinamakan gas venting dan tidak layak pakai dikarenakan umur TPA

Terjun sudah mencapai 23 tahun harus adanya perbaikan pipa yang baru agar

tidak keluar gas methan melalui atmosfer.

Universitas Sumatera Utara


72

Fasilitas pengaman lindi, Lindi merupakan air yang terbentuk dalam

timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga

memiliki kandungan pencemar, khusunya zat organik. Di TPA terjun lindi di

genangin oleh tumpukan sampah terlihat banyak sampah dan sangat organik

Alat berat yang biasanya digunakan di TPA Terjun umumnya berupa

bulldozer dengan jumlah 7 layak pakai dan 3 rusak berat, excavatordengan jumlah

5 dengan kondisi rusak beratdan loader dengan jumlah 1 dan kondisinya rusak

berat. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Alat

berat yang digunakan di tempat pemrosesan akhir Terjun sangat berhubungan

dengan pola pengelolaan sampah yang di terapkan di TPA terjun.alat berat di TPA

yang memakai sistem open dumping hendaknya selalu siap untuk dioperasikan

setiap hari. tata cara pemeliharaan alat harus tersedia di lapangan dan diketahui

secara baik oleh petugas yang diberikan tugas di TPA terjun. Alat- alat yang

tersedia di TPA Terjun

Bulldozer adalah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor

dengan kemampuan untuk mendorong tanah, memindahkan tanah, serta

menimbun kembali bekas galian di TPA Terjun.excavator adalah jenis alat berat

yang terdiri dari mesin dan roda khusus yang dilengkapi dengan lengan dan alat

pengeruk yang digunakan untuk menggali parit, dan lubang di TPA Terjun.loader

adalah jenis alat untuk memadatkan sampah di TPA Terjun tetapi tidak dapat

dipakai dikarenakan rusak berat dan hanya berjumlah 1 unit di TPA terjun..

Fasilitas penunjang :TPA Terjun yaitu berupa adanya grasi untuk tempat

penyimpanan alat berat yang masih bisa di pakai maupun yang tidak terdapat 1

Universitas Sumatera Utara


73

grasi di TPA terjun untuk Menyimpan alat berat.lalu fasilitas penunjang lainnya

seperti timbangan sampah yang terletak di depan pos SPJ tetapi dengan kondisi

sudah rusak dan tidak dapat dipakai. Lalu fasilitas penunjang lainya yaitu tempat

pencucian alat angkutan dan alat berat terdapat 1 tempat pencucian dan letaknya

berada di belakang kantor Adminstrasi TPA terjun digunakan untuk mencuci alat

berat dan alat angkut. Dan Di TPA terjun juga memiliki fasilitas penunjang

lainnya yaitu tempat parkiran transportasi di belakang kantor SPJ selain itu TPA

Terjun . TPA Terjun memiliki1 unit genset di TPA tetapi dipakai jika diperlukan

saja .TPA terjun memiliki sumur pantau serta fasilitas penghijauan di lahan TPA

terjun di bantu memalui LSM dengan Penanaman ± 250 pohon di TPA Terjun

tetapi masih dalam proses

5.7 Perencanaan sistem di TPA terjun

Memenuhi maksud undang-undang nomor 18 tahun 2008, maka Dinas

Kebersihan Kota Medan merencanakan akan melaksanakan pembangunan Tempat

Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) baru dengan sistem sanitary landfil sehingga

operasional TPA aman bagi lingkungan dan terpelihara kesehatan masyarakat

Kota Medan.

Kemudian pada akhir ini telah timbul wacana pemerintah Propinsi

Sumatera Utara akan mengkoordinir beberapa Pemerintah Kota dan Kabupaten

untuk membangun TPA Regional seperti TPA Regional mebidang (Medan-Binjai-

Deliserdang) ataupun TPA Regional Mebidangro (Medan-Binjai-Deli serdang-

Karo), namun sampai saat ini pembangunan TPA tersebut belum terencana

Universitas Sumatera Utara


74

sebagaimana mestinya, sementara Pemko Medan saat ini sudah sangat

membutuhkan TPA baru dengan penerapan sistem sanitary landfill sejalan dengan

maksud undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan,

dan untuk rencana pembangunan TPA baru tersebut sangat diharapkan dukungan

dana APBN dan APBD, sehingga akhirnya pengelolaan sampah kota medan

sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera

Utara.

Dengan ditimbunnya sampah dengan tanah akan mengurangi bau busuk,

lalat dan tidak terjadinya kebakaran yang dapat mengganggu lingkungan, gas

yang terbentuk di TPA Terjun umumnya berupa gas karbon dioksida dan methan

dengan komposisi hampir sama, disamping gas yang di hasilkan adalah gas

methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) jika tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan pencemaran dan gas methan dan CO2 memiliki potensi besar dalam

proses pemanasan global terutama gas methan melalui terbentuknya efek rumah

kaca dilapisan atas atmosfir.

Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan, maka

secara priodik sampah harus ditimbun dengan tanah, lapisan tanah mempunyai

fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah,

mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor penyakit dan

mencegah kebakaran, ketebalan lapisan tanah timbun minimal 20-30 cm dalam

keadaan padat.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Metode pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun umumnya

dilakukan dengan cara menggunakan sistem open dumping (sistem

pembuangan terbuka).

2. Banyaknya Kelemahan dari sistem Open dumping yang terjadi di sekitar

TPA Terjun yaitu; Sampah masih di biarkan berserakan dimana-mana,

serta tidak dilakukan sesuai undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang

pembentukan sistem sanitary landfill dimulai berdirinya TPA selama 5

tahun, dan di TPA terjun sudah berdiri selama 23 tahun dan masih

menggunakan sistem open dumping dan akibat sistem open dumping di

TPA memberikan debu yang banyak ketika mengalami musim kemarau

dan ketika hujan turun jalanan masuk menuju TPA hancur tidak dapat

dipakai untuk masuknya truk sampah ke TPA Terjun.

3. Keadaan di TPA terjun masih kekurangan alat berat dan sudah banyak

yang tidak bisa digunakan sesuai fungsinya seperti, Bulldozer sebanyak

10: layak pakai 7 dan 3 rusak berat serta, Excavator sebanyak 5: layak

pakai 3 dan 2 rusak berat dan Whell loader sebanyak 1 dengan kondisi

rusak berat

75
Universitas Sumatera Utara
76

4. Tidak adanya pengelolaan di TPA Terjun seperti membuat kompos

dikarenakan alat komposnya rusak berat dan menyebabkan tidak bisa

mengupayakan untuk meminimalisir sampah di TPA Terjun.

5. TPA Terjun mempunyai kekurangan di sistem manajemen pengelolaan

sampah dimana sistemnya mulai dari menimbang sampah alat yang di

gunakan untuk menimbang sampah rusak berat menyebabkan hanya

melihat melalui truk apa yang masuk ke TPA dengan kasat mata

menghitung berat nya ini menyebabkan dilapangan tidak tau berapa

kapasitas pasti untuk sampah yang masuk perharinya.

6.2. Saran

1. Disarankan kepada Pemerintah Kota (Pemko) Medan agar

mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan di TPA Terjun. Ada

dua alternatifnya adalah dengan menggunakan sistem sanitary landfill atau

Lokasi TPA dipindahkan.

2. Pemerintah Kota Medan khususnya Dinas Kebersihan Kota Medan,

hendaknya mampu meningkatkan pengelolaan sampah yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan

(pelayanan kebersihan) mengingat dalam hal ini pelaksanaan dalam

pelayanan kurang maksimal. Jika hal ini tidak dapat ditingkatkan

pemerintah Kota Medan dapat membentuk suatu Badan Pengelolaan

Persampahan di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


77

3. Sebagai masukan bagi pemerintah kota untuk memperbaiki sistim

pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan

sampah yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan

dampak negatip terhadap masyarakat dan lingkungan. Melakukan

penghijauan dengan menanami jenis pepohonan seperti mahoni, angsana,

beringin, dan lain-lain di areal TPA akan mengurangi polutan gas yang

dihasilkan dari proses pembusukan sampah.

4. Diharapkan dalam pembuangan sampah sebaiknya dilakukan dengan cara

sistim sanitary landfiill yaitu sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup

dengan material yang kedap air.

5. Dalam melaksanakan manajemen pengelolaan sampah, hendaknya unsur-

unsur yang terkait dalam manajemen tersebut dilaksanakan sesuai

prosedur yang telah ditetapkan oleh Dinas Kebersihan Pemko Medan.

6. Diharapkan Kepada pemerintah kota untuk perbaikan kepada alat- alat

berat yang mengalami kerusakan agar dapat bekerja secara fungsional

7. Kepada peneliti yang berminat melanjutkan penelitian ini untuk membuat

kajian mengenai evaluasi terhadap pengelolaan sampah dan memberikan

rekomendasi bagaimana pengelolaan sampah di TPA Terjun dalam konsep

pembangunan wilayah yang berwawasan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Asrul, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kelima.


PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Arya,W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan . Yogyakarta: C.V andi


Offset.

Amos Noelaka (2008:67), Jenis, Sumber dan Karakteristik Sampah Rumah


Tangga,Engenering,London.

Badan Standardisasi Nasional, 2002. SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara


Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2013. Kota Medan Dalam Angka. Kota Medan..

Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan


Pertama.EGC, Jakarta.

Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta.

Hotmawati Lidya Pakpahan (2010),ManajemenPengelolaan Sampah Dalam


Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan.
Skripsi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Hutagalung, Elisabet Christina (2015), Peran pemulung dalam pengelolaan


sampah dan timbunan sampah di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan
Kota Medan Tahun 2015. Skripsi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kodatie, R.J & Sjarief, R. (1996). Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta: Andi.

78
Universitas Sumatera Utara
79

Miles, M.B. Dan Hubermas. A. Miceal.1992. Analisa Data Kualitatif. UI Press.


Jakarta.

Moleong, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mukono, H.J. 2004. Higiene Sanitasi Hotel dan Restoran. Surabaya: Airlangga
University Press.

Mulia, Ricki M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Mukono, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya. Airlangga


university Press.

Master, M Gilbert, and Ela, P, Wendell. 2008. Environtmental engineering and


science United states. Cetakan ketiga . Pearson Education,Inc.

Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Manik, K. E. S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta :kencana


Prenada Media .

Syafrudin, 2005. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Prosiding


Diskusi Interaktif Pengelolaan Sampah Terpadu, Program Magister
Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan.


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Cetakan


Pertama. Kharisma Putra Utama, Jakarta.

Suyono, dan Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.

Universitas Sumatera Utara


80

Sianturi, Efendi, 2015. Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan.


Yogyakarta: EGC

Siahaan, Thomson, 2013. Analisa Sistem Pengelolaan Sampah Dan Perilaku


Pedagang Di Pasar Horas Kota Pematang Siantar Tahun 2013. Skripsi
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Sumantri, Arif. 2016. Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Prenada Media Group.

Salvato, Joseph A, 1982. Environtmental Engineering And Sanitation


(Environtmental science and technology, ISSN 0194-0287). Third
Edition. Canada
Triwibowo, Cecep, dan Pusphansani, E, Mitha, 2015. Pengantar dasar Ilmu
Kesehatan Masyarkat, Jakarta: Nuha Medika

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

I. Data Umum :

1. Nama Informan :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Tanggal Wawancara :
5. Pendidikan Terakhir : a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Perguruan Tinggi

II. Data Khusus

A. Pengelolaan sampah di TPA Terjun

1. Apakah kelemahan sistem open dumping menurut anda ?

2. Apakah semua prasarana dan sarana di TPA terjun digunakan dengan sebaik

mungkin dan apakah itu membantu anda saat anda bekerja di TPA Terjun?

3. Bagimana menurut anda tentang sistem yang dilakukan di TPA terjun pada

saat mulai dari proses pemasukan truk hingga sampai ke gunung dimana

dibuangnya sampah di TPA terjun. Apakah sudah sesuai menurut anda?

Universitas Sumatera Utara


4. Apakah ada kelemahan dari TPA Terjun Yang anda Rasakan setelah bekerja

disini selama 10 Tahun?

5. Apakah ada mesin yang dipakai untuk pengelolaan sampah di TPA Terjun?

6. Apakah ada prosedur dalam mengelolaa sampah di TPA Terjun?

7. Bagaimana proses pengelolaan sampah di TPA Terjun?

8. Bagaimana cara anda melakukan Pengelolaan sampah di TPA Terjun?

9. Bagaimana cara anda melakukan proses pembuangan sampah sampai di

TPA terjun?

10. Apakah ada pemilahan pada saat pembuangan sampah di TPA Terjun?

11. Apa yang akan anda lakukan untuk caranya meminimalisir sampah di TPA

Terjun?

12. Apa kendala yang anda yang hadapi saat bekerja di TPA Terjun?

13. Apakah Solusi yang anda berikan untuk TPA terjun agar lebih baik lagi

kedepannya?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2.

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN

SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017

NO PARAMETER TPA TERJUN

1 Jarak Terhadap Permukiman

2 Jarak Terhadap Sumber Air

Baku Untuk minum

3 Jarak tepi paling dekat

dengan jalan besar atau

umum

4 Jarak dari bandara

NO PARAMETER YA TIDAK

1 Terletak di daerah banjir

2 Terletak pada lokasi yg permukaan air tanahnya

tinggi

3 Sumber bau, Kecelakaan serta memperhatikan

aspek estetika

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Keadaan di TPA terjun yang menggunakan sistem open


dumping di lingkungan TPA Terjun.

Universitas Sumatera Utara


Gambar lampiran 2. truk sampah mengalami kemacetan yg dikarenakan
timbangan sampah mengalami kerusakan

Gambar lampiran 3. Keadan rumah sumur pantau yg di gunakan untuk mencuci


dan memasak di kantin TPA diTerjun

Universitas Sumatera Utara


Gambar lampiran 4. Water tank berguna untuk membrsihkan peralatan yg di
gunakan di TPA

Gambar lampiran 5. Keadan sarana di TPA Terjun

Universitas Sumatera Utara


Gambar lampiran 6. Keadan aliran air lindi di TPA Terjun yang tergenang oleh
sampah .

Gambar Lampiran 7. Keadaan pengendalian gas metana yang terletak di atas


perbukitan persampahan di TPA Terjun

Universitas Sumatera Utara


Gambar Lampiran 8. Kegiatan wawancara oleh peneliti kepada informan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai