Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan di seluruh dunia
adalah penanganan masalah persampahan. Sebanyak 384 kota di seluruh dunia telah
menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari. Dari jumlah tersebut,
penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
adalah sebesar 4,2 persen, yang dibakar sebesar 37,6 persen, yang dibuang ke sungai
sebesar 4,9 persen dan tidak tertangani sebesar 53,3 persen. Sebagai perbandingan,
rata-rata volume sampah yang ditimbulkan oleh setiap penduduk perkotaaan seperti
kota Jakarta adalah sebanyak 0,9 kg/hari, Bangkok sebanyak 1,1 kg/hari, Singapura
sebanyak 1,3 kg/hari, dan Seoul sebanyak 3,1 kg/hari (Bappenas, 2010).
Di Indonesia, data Bank Dunia menyebutkan, produksi sampah padat secara
nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal ini berarti, setiap penduduk Indonesia
membuang sampah padat rata-rata 0,85 kg per hari. Data yang sama juga
menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang
berhasil dikumpulkan. Sisanya terbuang mencemari lingkungan.Sampah selalu
menjadi masalah bagi pemerintah, bahkan diperkirakan sampah setiap harinya di
Indonesia ini mencapai 200 ribu ton. Sayangnya tingginya volume sampah itu belum
tertangani secara baik oleh pemerintah karena berbagai keterbatasan.
Sampah merupakan konsekuensi kehidupan, yang sering menimbulkan
masalah, dan jumlahnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan beragam aktivitasnya. Peningkatan jumlah penduduk berarti
peningkatan jumlah timbulan sampah, dan semakin beragam aktivitas berarti semakin
beragam jenis sampah yang dihasilkan. Karenanya, sampah harus mulai dipandang
sebagai sumber daya. Ini berarti kebiasaan membuang harus diubah menjadi
mengolah.
Dewasa ini, sampah sudah menjadi masalah secara umum yang terjadi di kota-
kota di Indonesia. Mulai dari pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya,
permasalahan pengangkutan, hingga masalah di tempat pembuangan akhir (TPA).

1
Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga.
Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula yang paling
menghindari sampah. Selama ini sampah dikelola dengan konsep umum seperti, open
dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill atau
gali tutup, ternyata tidak memberikan solusi yang baik apalagi jika pelaksanaannya
tidak disiplin.
Selain itu permasalahan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia itu
sendiri. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik
bagi vector penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat
berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di
Masyarakat sebagai berikut : Penyakit-penyakit saluran pencernaan yang ditularkan
oleh lalat, Penyakit demam berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty
yang berkembang biak akibat banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air,
penyakit kulit dan penyakit-penyakit parasit lain. Penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui binatang, misalnya taeniasis, kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat
tercecernya potongan-potongan besi, kaleng, seng, serta pecahan-pecahan kaca.
Sedangkan dampak lingkungan akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat
banyaknya tebaran/tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
masyarakat, Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas
tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi bau
busuk tersebut cukup tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan masyarakat, adanya
debu-debu yang berterbangan, dapat mengganggu mata dan pernafasan serta resiko
terjadinya kebakaran. Sampah-sampah jenis ini juga perlu mendapat perhatian untuk
di daur ulang. Dalam konteks inilah, perlu dicari solusi penanganan sampah yang
tepat, yang mampu mengeliminir menumpuknya timbunan sampah.
Berdasarkan uraian di atas inilah yang membuat saya tertarik untuk membahas
mengenai sampah dan pengelolaannya. Dalam pembahasan ini saya akan menjelaskan
segala hal mengenai sampah, dampaknya, pembagian, pengelolaan, dan mencoba
memberikan beberapa saran dan solusi dalam pengelolaan sampah yang baik dan
tepat.

2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan cara pengelolaan sampah yang baik dan tepat serta
memberikan solusi bagi penanganan masalah sampah.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan defenisi sampah, prinsip dan klasifikasinya
b. Menjelaskan pengelolaan sampah (pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan)
c. Menjelaskan pengaruh sampah terhadap lingkungan dan masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Sampah

Menurut defenisi (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2012).

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, dan
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau
proses alam yang berbentuk padat (UU RI No.18 Th. 2008) (Hariza, 2011).

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh
manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat di Amerika Serikat membuat
batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
terjadi dengan sendirinya.

Sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena tidak berguna
sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah,
misalnya: benda –benda alam, benda –benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung
meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin ribut, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2011).

Menurut American Public Health Association sampah (waste) diartikan sebagai


sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang,
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Sampah padat adalah benda atau barang yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di
lingkungan (Hasyim, 2010).

4
B. Prinsip Sampah
Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Adanya sesuatu benda atau benda padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

C. Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan peng-klasifikasian
sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu :
1. Berdasarkan Jenis
a. Sampah organik
Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa organik, dan
berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun, kayu, dll.), hewan (bangkai,
kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.). Sampah ini bersifat dapat terurai
(degradable) sehingga dalam waktu tertentu akan berubah bentuk dan dapat
menyatu kembali dengan alam
b. Sampah an-organik
Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa an-organik, dan
berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol / kaca, kaleng, logam, dll.. Sampah
an-organik umumnya bersifat sukar terurai / sukar lapuk dan tidak lapuk (non-
degradable) sehingga akan selalu dalam bentuk aslinya di alam.
2. Berdasarkan Sumber
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil dari kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah
dimasak atau yang belum, cairan bekas mencuci dan membersihkan sesuatu bahan
keperluan sehari-hari, bekas pembungkus berupa kertas, plastik,daun dan
sebagainya. Pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,
daun-daun dari kebun atau taman.
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.

5
c. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umunya terdiri dari kertas-
kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daun, plastik dan sebagainya.
d. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik
karbon, klip, dan sebagainya. Pada umumnya sampai ini bersifat kering dan mudah
terbakar (rubbish)
e. Sampah yang berasal dari indrustri (indrustrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan indrustri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan indrustri, hotel, labratorium, rumah sakit, dan segala sampah yang
berasal dari proses produksi yang berupa limbah yang dibuang yang mengandung
berbagai macam bahan bahan kimia. Misal sampah-sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah yang berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari
jenis usaha pertambangan misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa
pembakaran (arang) dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-
kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari pertanian
Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-sisa insektisida
dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran, potongan daun / batang / akar,
buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.
(Notoatmodjo, 2011)
3. Berdasarkan Bentuk
a. Sampah berbentuk padat
Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan, hewan) yang
merupakan sampah organik, dan benda-benda tak hidup (besi, kaleng, plastik, dll.).
Komposisi sampah padat sebagian besar merupakan sampah organik yang berasal
dari berbagai sumber. Di Jakarta misalnya, sampah padat dapat melebihi 70 %
berupa sampah organik.

6
b. Sampah berbentuk cair
Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri, pertanian / perikanan /
peternakan / manusia, dan limbah rumah tangga.
c. Sampah berbentuk gas
Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik / industri, alat
transportasi, rumah tangga, pembakaran, dan efek lanjutan terurainya sampah padat
dan cair.
4. Berdasarkan Sifat
a. Sampah yang membusuk
Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu sampah yang mudah
membususk karena aktifitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya
mengehendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam
pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain , gas
metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun, H2S juga berbau
busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima. Dinegara yang sedang
berkembang seperti Indonesia, sampah kebanyakan terdiri atas jenis sampah seperti
ini. Tetapi, bagi lingkungan sampah ini relative kurang berbahaya karena dapat
terurai dengan sempurna menjadi zat-zat anorganik yang berguna bagi fotosintesa
tumbuhan.
b. Sampah yang tidak membusuk
Sampah jenis ini dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah yang
merupakan bahan organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah
lapuk; pelapukan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat
dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar), serta
plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar). Sampah ini apabila memungkinkan
sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu
proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan
proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Tetapi hasil proses ini masih
memerlukan penanganan lebih lanjut.
c. Sampah yang berbentuk debu/abu
Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau abu hasil pembakaran bahan bakar
ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk. Tetapi dapat
dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak
mengandung zat yang beracun, maka abu inipun tidak terlalu berbahaya terhadap

7
lingkungan dan Masyarakat. Hanya, karena ukuran debu atau abu itu relative kecil,
maka fraksi ukuran yanf < 10 mikron dapat memasuki saluran pernapasan.
d. Sampah berbahaya
Yang dimaksud dengan sampah berbahaya adalah sampah yang karena
jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika, dan
mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna
atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, potensi menimbulkan bahaya
sekarang maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan
apabila tidak diolah, ditransport,disimpan dan dibuang dengan baik.
1) Sampah atau limbah Bahan, Berbahaya dan Beracun
Faktor-faktor yang menyebabkan limbah B3 dianggap berbahaya dan beracun
yaitu :
a) Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
b) Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
c) Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
d) Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
e) Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
f) Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.

8
2) Macam – Macam Sampah atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
a) Limbah Rumah Sakit
Menurut Nemathaga dkk. (2007), beberapa dampak yang dapat
ditimbulkan atas paparan limbah yang dihasilkan rumah sakit adalah:
mutagenik, dan karsinogenik, efek teratogenik, ganguan pernafasan,
ganguan sistem saraf pusat, kerusakan sistem reproduksi dan lain-lain.
Menurut Sawalem dkk. (2009), hasil dari survey personal, 85%, termasuk
manajer, staf kebersihan, dan pekerja lingkungan, tidak terlatih dalam
pengelolaan limbah rumah sakit dan tidak memiliki diskripsi yang jelas
tentang pengelolaan limbah. Menurut Yong dkk. (2008), pengelolaan
limbah padat medis sangat penting karena sifatnya yang berbahaya dan
infeksius sehingga dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan terhadap
manusia dan lingkungan.

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I.
No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu :

i. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
ii. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan
kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik,
pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety
box/container.

9
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis
ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat
radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
b) Limbah Radioaktif
Jenis Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang
telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian
instalasi nuklir dan fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat
digunakan lagi. Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari
limbah radioaktif padat, cair dan gas. Limbah cair dibedakan menjadi
aqueous dan organik, sedangkan limbah padat dibedakan menjadi
tekompaksi - tidak terkompaksi dan terbakar – tidak terbakar.
i. Limbah Radioaktif Cair
Pada fasilitas produksi radioisotop, limbah radioaktif cair
dihasilkan dari proses pelindihan atau pendinginan material, dalam
jumlah kecil akan mengandung pengotor yang bersifat radioaktif
sehingga bersifat aktif. Di bidang kesehatan, limbah radioaktif cair
antara lain hasil ekskresi pasien yang mendapat terapi atau diagnostik
kedokteran nuklir. Zat radioaktif yang digunakan pada umumnya
berumur paro pendek (100 < hari), misalnya 125I, 131I, 99mTc, 32P, dll
sehingga cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas penelitian di bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi limbah radioaktif cair melalui
hasil ekskresi binatang percobaan. Dengan umur paro sangat pendek,
maka penanganan limbah radioaktif tersebut dilakukan dengan
menampung sementara sebelum dilepas ke badan air. Limbah radioaktif
cair untuk jenis organik kebanyakan diproduksi oleh fasilitas penelitian,
yang dapat terdiri dari: minyak pompa vakum, pelumas, dan larutan
sintilasi. Zat radioaktif yang terkandung pada umumnya 3H dan sebagian
kecil 14C, 125I dan 35S. Dalam pengelolaan limbah cair tersebut harus
diperhitungkan pula aktivitas konsentrasi zat radioaktif yang digunakan,
terutama jika zat radioaktif yang digunakan untuk tujuan penandaan
umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat tinggi sehingga harus
dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai konsentrasi aktivitas
rendah.

10
ii. Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan limbah radioaktif padat yang dihasilkan dari fasilitas
kesehatan dan laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar,
misalnya: tissue, kertas, kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung,
masker, bangkai binatang dan material biologi lain. Sedangkan limbah
radioaktif tidak dapat bakar antara lain: barang pecah belah, serpihan
logam, peralatan dekontaminasi dan limbah dari fasilitas yang
mengalami dekomisioning. Untuk limbah padat radioaktif sebagai akibat
kontaminasi dan limbah sumber radioaktif selanjutnya dikirimkan ke
PTLR-BATAN sebagai badan yang berwenang melakukan pengolahan
limbah radioaktif. Sumber radioaktif yang diimpor dari negara lain dapat
dikirimkan kembali ke negara tersebut sesuai dengan perjanjian.
iii. Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat radioaktif
terutama bidang kesehatan. Aplikasi khusus dibidang kesehatan
menggunakan zat radioaktif berbentuk gas, misalnya 133Xe, 81mKr,
99mTc dan pemancar positron berumur paro pendek seperti 18F dan 11C
untuk investigasi terhadap ventilasi paru-paru. Limbah radioaktif berupa
hasil respirasi pasien dikendalikan dengan menempatkan pada tempat
khusus untuk membatasi dispersi radioaktif ke lingkungan. Jenis zat
radioaktif yang digunakan relatif tidak berbahaya karena berumur paro
pendek sehingga mudah mencapai kondisi stabil.
iv. Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan
pengkondisian dan disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas
dibedakan menjadi:
a. Sumber dengan umur paro ≤100 hari dengan aktivitas sangat tinggi.
b. Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan kalibrasi.
c. Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan
kebocoran.
d. Sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas tinggi
maupun rendah

11
c) Limbah Logam Berat Beracun di Perairan
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar
dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22
sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat
seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat
pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga
enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan
amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan
tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses
transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan
senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).
d) Limbah Udang sebagai Material Penyerap Logam Berat
Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya.
Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan golongan
invertebrata) yaitu sebagai pelindung (Neely dan Wiliam, 1969). Kulit
udang mengandung protein (25 % – 40%), kalsium karbonat (45% – 50%),
dan khitin (15% – 20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut
tergantung pada jenis udangnya. sedangkan kulit kepiting mengandung
protein (15,60% – 23,90%), kalsium karbonat (53,70 – 78,40%), dan khitin
(18,70% – 32,20%), hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat
hidupnya (Focher et al., 1992). Kandungan khitin dalam kulit udang lebih
sedikit dari kulit kepiting, tetapi kulit udang lebih mudah didapat dan
tersedia dalam jumlah yang banyak sebagai limbah.
e) Limbah Deterjen
Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah
tangga sampai industri. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan
penyusun, yaitu :
i. surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS)
yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki
sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable).

12
ii. senyawa fosfat (bahan pengisi), yang mencegah menempelnya kembali
kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh
semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap
terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming
Algae (meledaknya populasi tanaman air)
iii. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu), zat pemutih umumnya terdiri
dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen
Malaysia (CAP) Pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia.
sedangkan untuk penwangi lebih banyak merugikan konsumen karena
bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual
produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan
kemampuan mencuci.
iv. bahan penimbul busa, yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses
pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang
melimpah.
v. Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.
f) Limbah Tinja
Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik
adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat
menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram
tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan
hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu :
virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis
Escherichia coli (E-coli). Menurut catatan badan Kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki
kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih
dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja.
Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas
sehingga sulit dilacak penyebabnya.

13
D. Faktor faktor yang mempengaruhi sampah
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai
kegiatan dan taraf hidup Masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :
1. Jumlah penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin
banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju
pertumbuhan penduduk (Slamet, 2009)
2. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per
kapita sampah yang dibuang.kualitas sampahnyapun semakin banyak bersifat tidak
dapat membusuk, perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang
tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan
persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi
dan pembaharuan bangun-bangunan, transportasipun bertambah , dan produk
pertanian, industry dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensinya
bertambahnya volume dan jenis sampah. (Slamet, 2009)
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula. (Slamet, 2009)
4. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai
Sistem pengumpulan, pengangkutan sampah yang dipakai sangat mempengaruhi
jumlah sampah yang dikumpulkan. Pengumpulan sampah dengan gerobak dan truk
biasa akan berbeda dengan pengumpulan sampah dengan truk pemadat.(FKM UI,
2000 )
5. Pengambilan bahan bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali
Adanya bahan bahan tertentu pada sampah yang masih mempunyai nilai
ekonomi, oleh kelompok tertentu akan diambil kembali untuk dijual dan
dimanfaatkan. Contohnya pecahan kaca/gelas, besi,plastic,kertas,karton dan lainnya
yang masih bernilai ekonomi. Dengan demikian, jenis sampah tersebut yang
dikumpulkan jumlhanya akan berkurang. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada
harga pasaran bahan-bahan tersebut. Bila harga cukup tinggi maka jumlah sampah
jenis ini yang dikumpulkan akan sedikit sekali, karena banyak yang diambil kembali

14
untuk dijual dan dimanfaatkan. Dan sebaliknya, jika harga pasaran menurun, maka
sampah jenis ini akan bertambah jumlahnya untuk dikelola.(FKM UI, 2000 )
6. Geografi
Faktor geografi juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan komposisi
sampah padat, misalnya, didaerah pegunungan sampah dari jenis kayu-kayuan
merupakan yang terbanyak, sedangkan di daerah dataran rendah, sampah dari
pertanian mungkin menonjol, demikian pula di daerah pantai, sampah yang terbanyak
adalah yang berhubungan dengan hasil-hasil laut.( FKM UI,2000 )
7. Kebiasaan Masyarakat
Kebiasaan Masyarakat dalam hal ini misalnya kegemaran dalam suatu
kelompok Masyarakat pada jenis makanan tertentu, sehingga produksi sampah yang
berasal dari makanan tersebut dominan. Contoh lain, suku bali dengan adatnya yang
serba sesajen akan menyebabkan produksi sampah yang lebih banyak dari suku lain. (
FKM UI, 2000 )
8. Musim/iklim
Faktor musim atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah.
Contohnya di Indonesia, pada musim hujan jumlah produksi sampah terlihat
meningkat karena adanya sampah yang terbawa oleh air hujan. Di daerah beriklim
dingin, pada musim gugur produksi sampah meningkat, sedangkan pada musim
dingin produksi sampah berkurang. Juga pada musim panas, terjadi peningkatan
produksi sampah terutama di daerah-daerah pariwisata, karena pada saat itu banyak
masyarakat yang berlibur (FKM UI,2000)

E. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara 30 garis besar,
kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
(Kartikawan, 2007 dalam Faizah, 2008).
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan
kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aboejoewono
(1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam
pengelolaan sampah sebagai berikut: Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah
dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan

15
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah,
peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo).
Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang
mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. Tahapan pengangkutan dilakukan
dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat
pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada
periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik
secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh
proses. Pengelolaan sampah, terutama di kawasan perkotaan, dewasa ini dihadapkan
kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-permasalahan
tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian masyarakat
(human behaviour) yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan
akhir sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Dalam sistem manajemen pengelolaan sampah ada lima sub sistem yang saling saling
mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut meliputi:
aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan,
aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat.
Pemindahan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh pemerintah
daerah. Selain itu juga ada yang menerapkan pengelolaan sampah secara 3R yaitu
(reduce, reuse dan recycle). Pada aspek pembiayaan, dibutuhkan biaya operasional dan
pemeliharaan untuk sistem pengelolaan persampahan agar dapat bergerak dengan lancar
baik dengan bantuan dana dari luar maupun dengan pembiayaan sendiri. Pembiayaan
dalam sistem pengelolaan persampahan diperlukan untuk pembiayaan
pembangunan/perawatan/peningkatan sarana dan prasarana, upah tenaga operasional dan
pemeliharaan. Pada aspek peraturan, perlunya peraturan baik dalam bentuk Undang-
Undang maupun Perda untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih efektif, antara
lain berisi tentang pengelolaan sampah 3R yaitu pemisahan sampah organik dan
anorganik, serta memungkinkan pihak swasta ikut serta dalam mengelola sampah di TPA
(Faizah, 2008).

16
Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol
pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaika dengan
pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan
lingkungan (Tchobanoglous,1997:363 dalam Faizah, 2008).

1. Penampungan Sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah
adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah
sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan. .
Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas
peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-
2454-2002).

2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat
penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan
sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola
komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut
ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.

SUMBER PENGUMPUL PENGANGKUT


SAMPAH AN ANN

TPA

Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung


Sumber: SNI 19-2454-2002

17
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang
menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses
pemindahan.

SUMBER WADAH PENGANGKUT


AN

TPA

Pola Pengumpulan Sampah Komunal


Sumber: SNI 19-2454-2002

3. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang
digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang
dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI
19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan
jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29 dalam Faizah, 2008).

4. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di
tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada
sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah
dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah
dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29 dalam
Faizah, 2008).
Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke
tempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perkotaan dan
permukiman.

18
5. Pembuangan Akhir Sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah
dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuang
akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan
akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut
SNI 19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan,
secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi beberapa metode
yaitu :
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/ menimbun
sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/ pengolahan sehingga sistem
ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b. Metode Composting
Pengomposan adalah dekomposisi biologis secara alami bahan – bahan
organic yang dapat membusuk dalam sampah padat. Dekomposisi akan
dipercepat dan lebih efisien jika dibantu dengan teknologi
Dekomposisi sampah terjadi sebagai hasil kegiatan mikroorganisme dan
inasivertebrate. Dengan dekomposisi sampah, mikroorganisme dan invertebrate
memperoleh makanan dan energy. Dekomposisi sampah padat menghasilkan
CO2, panas,air, dan humus. Proses dekomposisi pada pembuatan kompos dibantu
melalui pengendalian ventilasi, suhu, dan kelembaban oleh organism yang terdap
at didalam sampah. Dengan demikian, proses dekomposisi dapat berjalan lebih
cepat daripada dibiarkan terdekomposisi sendiri.
c. Metode Inceneration (Pembakaran terkendali)
Suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah dengan
cara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
Keuntungan :
 Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya
 Tidak memerlukan ruang yang luas
 Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap
 Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan

19
Kerugian:
 Biaya besar
 Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.
d. Metode Controlled Landfill (Penimbunan Terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
e. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam
operasi. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut.
 Tersedia tempat yang luas
 Tersedia tanah untuk menimbunnya
 Tersedia alat-alat besar
f. Metode Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak. Perlu diingat bahwa
sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu untuk mencegah penularan
penyakit cacing dan tricionosis hewan ternak.
g. Metode Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan akhir air limbah
memang baik.
f. Memakai kembali benda benda dari sampah yang masih dapat dipakai
dengan cara :
1) Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah
tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru). Sampah rumah tangga yang bisa
digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu,
kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk
menyimpan tusuk gigi atau cotton but. Selain itu barang-barang bekas
tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku

20
tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk
corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di
rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. Menggunakan kembali
kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya.
2) Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru) Sampah
organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk. Sampah anorganik bisa di daur
ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali contohnya: mendaur
ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa
di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di jadikan tas
cantik, dompet, dll.

F. Model – Model Pengelolaan Sampah


1. Model Pengelolaan Sampah di Indonesia
Model pengolahan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan
tumpukan. Model pertama merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah
dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model
buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada
pemukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai,
longsor, atau estetika. Model ini umumnya dilakukan untuk suatu kota yang volume
sampahnya tidak begitu besar.
Pengolahan sampah yang kedua lebih maju dari cara urugan, yaitu tumpukan.
Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan teknologi
aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air buangan,
pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran ekses gas metan (flare). Model
yang lengkap ini telah memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan. Model seperti ini
banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model tumpukan ini
umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat
daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Aplikasinya ada yang
terbatas pada tumpukan saja atau tumpukan yang dilengkapi saluran air buangan,
jarang yang membangun unit pengolah air buangan. Meskipun demikian, ada suatu
daerah yang mengelolanya dengan kreatif.

21
2. Model Pengelolaan Sampah Luar Negeri
Di tahun terakhir, telah ada suatu aturan tentang prakarsa manajemen sampah
padat yang dilakukan oleh negara-negara Eropa, Australia, Austria, Selandia Baru,
dan Jepang. Sebagai contoh, pemerintah Jepang sedang bekerja ke arah suatu target
pengurangan timbunan sampah sebanyak 75%. Sebagian besar fokus dari program
ini pada 3R (reduce, recyle, dan reuse).
Umumnya pengelolaan sampah di luar negeri, khususnya Eropa, sudah
dimulai di rumah tangga, yaitu dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.
Kantong sampah terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang. Warna kantong
dibedakan antara sampah organik dan anorganik. Kantong sampah organik biasanya
berwarna hijau, sedangkan kantong sampah anorganik berwarna cokelat. Adapun
kantong sampah barang merah. Selain di lokasi perumahan, pemerintah setempat
juga menyediakan tempat sampah di lokasi strategis untuk tempat buangan sampah
di lokasi umum. Konstruksi tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah
diangkut oleh truk sekaligus bersama tempat sampahnya ke lokasi pengolahan.
Sampah organik diambil oleh truk yang memiliki drum berputar dilengkapi
pisau pencacah dan mikroba perombak bahan organik. Dengan cara ini pencampuran
dapat dilakukan secara efisien dan merata karena volume sampah tidak begitu besar
serta drum tersebut berputar dengan konstan. Kadang truk tersebut fungsinya hanya
mengangkut, sedang pencacahan sampah dilakukan di tempat pengolahan.
Setelah sampah di lokasi pengolahan, sampah dituangkan ke dalam tempat
penampungan, lalu diangkut oleh conveyor untuk dipisahkan dari material anorganik
(besi). Pemisahannya menggunakan magnetic separator. Sementara pemisahan
material ringan seperti kertas, plastik, dan kain dengan menggunakan teknik
sentrifugal/tromol berputar. Material yang berat selain besi seperti gelas atau
potongan kayu dipisahkan dengan menggunakan hembusan udara (air classifier).
Selanjutnya, sampah diangkut ke ruang pengolahan (komposting). Material
anorganik yang masih bisa didaur ulang dipisahkan, sedangkan yang tidak bisa
didaur ulang dibakar menggunakan incinerator.

22
G. Pengaruh pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan
1. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah yang baik
a. Pemanfaatan sampah bagi keperluan masyarakat dan lingkungan
 Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik
 Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki
kondisi tanah.
 Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak
 Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk didaur ulang
dan dimanfaatkan untuk keperluan lain.
b. Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi.
 Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang
pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vector
penyakit berkurang.
 Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengelolaan
sampah, misalnya penyakit jamur, penyakit-penyakit yang ditularkan oleh
serangga seperti penyakit saluran pencernaan, dan lain-lain.
 Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah ) lebih saniter sehingga
menimbulkan rasa nyaman bagi Masyarakat.
 Keadaan lingkungan yang saniter akan mencerminkan keadaan sosial budaya
masyarakat, terutama terhadap turis luar negeri
 Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat
pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi
daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, prosuktifitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat
meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat.

2. Pengaruh negative dari pengelolaan sampah yang kurang baik


a. Pengaruh terhadap kesehatan Masyarakat
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik
bagi vector penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat, sebagai tempat
berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens
penyakit di Masyarakat sebagai berikut :

23
 Penyakit-penyakit saluran pencernaan yang ditularkan oleh lalat
 Penyakit demam berdarah, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegipty yang
berkembang biak akibat banyaknya kaleng-kaleng bekas dan genangan air.
 Penyakit kulit dan penyakit-penyakit parasit lain.
 Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui binatang, misalnya taeniasis.
 Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan-
potongan besi,kaleng,seng, serta pecahan-pecahan kaca
 Gangguan psikosomatis, sesak nafas, insomnia, stress, dan lain-lain
b. Pengaruh terhadap lingkungan
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya
tebaran/tumpukan sampah sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
masyarakat sebagai berikut :
 Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas
tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau busuk. Apabila konsentrasi
bau busuk tersebut cukup tinggi, maka dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
 Adanya debu-debu yang berterbangan , dapat mengganggu mata dan
pernafasan
 Resiko terjadinya kebakaran
 Pembuangan sampah akan ke saluran air akan akan menyebabkan
pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran.
Sehingga bila terjadi hujan, maka dapat menimbulkan banjir
 Pembuangan sampah ke selokan atau badan-badan air tersebut. Selain itu,
hasil dekomposisi biologis dari sampah yang berupa cairan organic dapat
mencemari air permukaan ataupun air tanah dangkal.
 Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya konsentrasi debu,
asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.
c. Pengaruh terhadap sosial masyarakat
 Pengelolaan sampah yang kurang baik pada suatu masyarakat dapat
mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut.
 Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi
orang lain, terutama turis asing, untuk berkunjung ke tempat tersebut.

24
 Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kenyamanan dan
ketentraman hidup bermasyarakat.
d. Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
 Penyakit-penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
akan berdampak pada penurunan produktivitas tenaga kerja, serta
kenyamanan dan ketentraman hidup berkurangnsehingga produksi daerah
juga akan menurun.
 Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menagani penyakit-penyakit akibat
sampah dan perbaikan lingkungan akibat kerusakan yang timbul dari
pengelolaan sampah yang kurang baik akan semakin meningkat, sehingga
alokasi biaya untuk sector-sektor lain akan semakin berkurang.
 Berkuarngnya pengunjung yang datang ke daerah tersebut berarti pula
penurunan pemasukan daerah atau penurunan devisa bagi negara, sehingga
dapat berdampak pada terjadinya kemerosotan ekonomi
 Pengelolaan sampah yang kurang baik akan dapat merusak lingkungan,
menurunkan kualitas lingkungan dan sumber alam, sehingga menurunkan
mutu produksi yang berasal dari sumber alam tersebut.
 Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menyebabkan kemacetan lalu
lintas , sehingga menghambat transportasi barang dan jasa

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sampah adalah suatu masalah yang masih belum bisa teratasi terutama di Indonesia,
sampah memiliki berbagai dampak yang sangat berpengaruh dalam berbagai aspek
khususnya lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya. Namun jika sampah dapat
dimanfaatkan dengan baik maka akan mengurangi efek sampah bagi lingkungan dan
makhluk hidup. Dalam beberapa referensi didapat bahwa sampah dibedakan menjadi
beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan klasifikasi yang berbeda.
Dan tentunya sampah dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik dan tepat agar dapat
meminimalisir masalah sampah. Adapun beberapa tahap dalam pengelolaan sampah
dimulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan.

B. SARAN
Adapun saran/solusi yang dapat diberikan :
1. Untuk mengurangi/ meminimalisir produksi sampah maka dapat dilakukan 3R (reuse,
reduce, dan ricycle)
2. Kelolalah sampah dengan tepat dan baik sehingga dapat mengurangi dampak dari
sampah itu sendiri baik dari proses pemilahan (pengumpulan), pengangkutan,
pemanfaatan, dan pemusnahan
3. Sampah dapat kita di atasi apabila kita sebagai individu dapat memiliki kesadaran dan
motivasi untuk lebih memperhatikan/peduli pada lingkungan, mulailah dari diri
sendiri.
4. Manfaatkanlah sampah sebaik mungkin sehingga produksi sampah dapat berkurang,
misal memberikan nilai ekonomis (membuat kerajinan/barang yang dapat dijual dari
produk sampah), pembuatan kompos, atau mendirikan bank sampah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hariza, Adnani. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika
Purwendro dan Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Organik. Jakarta: PT
Penebar Swadaya
Dewi, Trias. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: PT Penebar Swadaya
Suryati. 2009. Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Chandra, Budiman. 2012. Pengantar kesling. Jakarta: EGC
Mokhamad A, Yus A. “ Strategi pengeolaan limbah radioaktif di Indonesia ditinjau dari
konsep Cradle to grave “ Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, Pusat Pengkajian Sistem
dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif- BAPETEN, Jakarta 2010.
Vol 13.No 2,Hal 1-54
http://fkmapkesling2013.blogspot.com/2013/11/pengolahan-sampah-padat.html diakses 16
januari 2019
https://www.scribd.com/doc/238801941/Makalah-Pengelolaan-Sampah diakses 16 januari
2019
http://febryhusni.blogspot.com/2016/12/pengelolaan-sampah-padat-berbasis.html diakses 16
januari 2019

27

Anda mungkin juga menyukai