Anda di halaman 1dari 80

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Makalah Sistem
Sampah” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan meskipun banyak
hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya.
Makalah ini penulis susun berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti: dari media elektronik yaitu internet dan mencari refrensi dari
buku-buku yang memuat materi yang digunakan untuk penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tentunya tidak
terlepas dari bantuan pembimbing. Oleh karena itu kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak pembimbing., selaku dosen
pembimbing materi sistem sampah pada Mata Kuliah Sains Bangunan, dan
Utilitas. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa
yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kita semua tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna seperti
pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa
makalah yang telah disusun ini masih jauh dari kesempurnaan banyak terdapat
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca, guna menuju ke arah yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah sistem pambling ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Denpasar, 30 Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ................................................................................................................. 1
BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 4
1.3. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Sampah ..................................................................................... 5
2.1.2 Jenis-Jenis Sampah ...................................................................................... 6
2.1.3 Dampak Sampah ......................................................................................... 8
2.1.4 Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Rumah Tangga ..................... 9
2.2 Pembahasan ...................................................................................................... 16
2.2.1 Perngertian Utilitas ................................................................................... 16
2.2.2 Pengertian Sistem Sampah ....................................................................... 18
2.2.3 Penanganan sampah di sumber sampah .................................................. 18
2.2.4 Sistem pengolahan sampah pada ragam tipologi bangunan .................... 30
2.2.5 Metode-Metode Dalam Pengolahan Sampah .......................................... 64
2.2.6 Menghitung Volume Sampah ................................................................... 69
2.2.7 Komponen Sistem Sampah ....................................................................... 70
2.2.8 Layout Sistem Sampah .............................................................................. 71
2.2.9 Kapasitas ................................................................................................... 72
2.2.10 Inovasi Pengolahan Sampah ..................................................................... 72
BAB III ................................................................................................................................ 77
PENUTUP ........................................................................................................................... 77
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 77
3.2 Saran ................................................................................................................. 77
Daftar Pustaka................................................................................................................... 78

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat
pesat, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa
dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem
pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai
salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan
dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk
mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian
yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar tentang istilah arsitektur.


Arsitektur merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan dalam seni merancang sebuah
bangunan. Sebuah bangunan yang dihasilkan berupa rumah ataupun gedung dimana
didalamnya terdapat unsurunsur yang mutlak harus ada agar terciptanya sebuah bangunan
yang utuh dan sempurna. Seorang arsitek tentunya harus memahami unsur serta
komponen bagian dalam maupun luar bangunan dengan memperhatikan fungsi serta
kelayakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan juga dalam suatu perancangan adalah
sistem utilitas pada bangunan tersebut yang nantinya akan menunjang kenyamanan dan
kemudahan para civitas.

Sistem utilitas merupakan kelengkapan fasilitas pada bangunan demi terciptanya


kenyamanan, keamanan, mempermudah pergerakan, dan mempengaruhi kesehatan para
civitas yang nantinya akan mendiami hunian tersebut. Sistem utilitas pada bangunan
nantinya akan mendukung aktivitas para civitas, sehingga fungsi bangunan nantinya akan
berjalan dengan baik.

Salah satu unsur yang sangat penting pada bangunan ialah sampah. Sampah
adalah hal penting dalam menciptakan suatu hunian dan kawasan yang ekologis yang
memberikan efek buruk jika tidak dapat dikelola dengan benar. Oleh karena itu, penting

3
bagi kita semua untuk mengetahui sistem sampah yang ada pada bangunan, cara
pengelolaannya, serta dampak yang diakibatkan oleh sampah-sampah yang ada pada
bangunan. Sehingga nantinya, tercipta bangunan dengan lingkungan yang bersih, sehat,
dan tercipta kenyamanan tersendiri tidak hanya bagi bangunan tetapi juga untuk
lingkungan disekitarnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sistem sampah pada bangunan?
2. Apa saja komponen dalam sistem sampah pada bangunan?
3. Bagaimana layout sistem sampah pada bangunan?
4. Bagaimana kapasitas sistem sampah pada bangunan?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Memahami bagaimana sistem sampah pada bangunan
2. Memahami komponen dalam sistem sampah pada bangunan
3. Memahami layout sistem sampah pada bangunan
4. Memahami kapasitas sistem pengelolaan sampah pada bangunan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Pengertian Sampah
Sampah secara umum merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
melainkan hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses
berlangsung.

Adapun pengertian sampah menurut rumusan beberapa ahli :

"Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
"Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau
pemakai semula". (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)
"Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai". (Radyastuti, W. Prof. , Ir,
1996).
"Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah
Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).
Di dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau
tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan.
Menurut Dwi Tangoro (Utilitas Bangunan, ((UI Press) 2010) Sampah merupakan
material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah
merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah,
yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap
fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan

5
dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada
suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

2.1.2 Jenis-Jenis Sampah


A. Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur
ulang alami, seperti halnya daun-daun kering dihutan yang terurai menjadi tanah. Di
luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia
dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.
3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah.
4. Sampah nuklir
Sampah nuklir merupakan hasil dari fisi dan fusi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang
tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya
bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
5. Sampah industri
Sampah industri merupakan materil sisa atau material yang sudah tidak terpakai lagi
yang berasal dari kegiatan industri.Sampah industri dapat berupa limbah kegiatan
industri yang dapat mencemari lingkungan.
6. Sampah pertambangan
Sampah yang dihasilkan dari sisa – sisa pertambangan

B. Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

6
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos.
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
wadah pembungkus makanan, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah
yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang
dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dll.

C. Berdasarkan bentuknya
1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan kayu, ranting, rumput, dan sebagainya.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
b. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
D. Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Salah satu perkembangan utama
pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi
dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

7
E. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori
ini masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
F. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.
Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut.
2.1.3 Dampak Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
1. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
2. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan

8
gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat meledak.
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati ke rumah sakit).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.

2.1.4 Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Rumah Tangga


Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan
Sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
2. Sampah yang mengandung limbah B3.
3. Sampah yang timbul akibat bencana.
4. Bongkaran puing bangunan.
5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
6. Sampah yang timbul secara periodik.
Berikut ini adalah karakteristik limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.85 Tahun 1999 Limbah B3 antara lain:

a. Mudah meledak; Adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25
derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b. Mudah terbakar; Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:

9
• Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 760 mmHg.
• Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
• Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
• Merupakan limbah pengoksidasi.

c. Bersifat reaktif; yang dimaksud dengan reaktif adalah yang mempunyai


salah satu sifat sebagai berikut:
• Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan.
• Dapat bereaksi hebat dengan air.
• Apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan
gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
• Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2
dan 12.5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah
yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

d. Beracun; Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi


manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.
e. Infeksius; Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena
mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan
pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi pembuangan
limbah.
f. Bersifat korosif; Limbah yang memiliki dari salah satu sifat sebagai
berikut: Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit; Menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
min/tahun dengan temperature 550 C; Mempunyai pH sama atau kurang dari
2 untuk limbah bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk
yang bersifat basa.
Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

10
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; yaitu B3 yang berasal bukan dari
proses utamanya tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.
 Limbah B3 dari sumber spesifik; yaitu B3 bahan awal, produk atau sisa
proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
 Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan, khususnya di lingkungan
rumah, menghasilkan sisa buangan atau biasa disebut dengan limbah.
Limbah rumah tangga tidak hanya terbatas pada sampah bekas makanan
saja, tetapi juga menghasilkan limbah yang termasuk katagori B3, yang
tentunya memerlukan penanganan khusus. Jenis sampah ini antara lain
adalah batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat,
kosmetik atau pelumas kendaraan yang umumnya mengandung bahan-
bahan yang menyebabkan iritasi atau gangguan kesehatan lainnya
seperti logam merkuri yang terkandung di dalam batu baterai pada
umumnya.

Sampah B3 Rumah Tangga dikelompokkan berdasarkan jenis aktifitas rumah tangga,


yaitu bahan dan/atau bekas kemasan produk dari :

Penanganan limbah berbahaya di rumah tangga sebetulnya mempunyai


pendekatan yang sama dengan industri, yaitu minimasi dan daur ulang limbah.
Tahap penanganan sampah B3 dari rumah tangga dimulai dari pemilahan.
Sampah B3 harus dipilah dan dipisahkan dari sampah organik dan anorganik.

11
Kemudian sampah B3 yang sudah terkumpul dimasukkan dalam wadah yang aman.
Pastikan Anda menggunakan sarung tangan saat melakukannya. Selanjutnya, jika
penganangan sampah B3 dilakukan secara terkoordinasi dengan warga masyarakat di
kompleks perumahan Anda, maka tahap selanjutnya adalah dengan pewadahan dan
pengumpulan besar, pengangkutan dan penyimpanan sementara. Semuanya harus
dilakukan dengan metode pengelolaan sampah B3 yang sesuai dengan aturan
pemerintah dan anjuran ahli.
Dalam menyikapi sampah B3, kita tidak hanya sebagai warga tapi juga konsumen
perlu memiliki peran yang baik. Usahakan mengurangi konsumsi produk yang
mengandung bahan berbahaya beracun, dan lebih memilih produk ramah lingkungan.
Kita juga bisa memperpanjang umur pakai suatu produk dengan pemakaian yang
bijak. Misalnya dengan merawat baterai alat elektronik agar awet atau menghemat
penggunaan bahan pembersih.

Kebijakan dan pasal yang mengatur pengolahan sampah


Pasal 5
(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, disusun dan
ditetapkan kebijakan dan strategi Provinsi dalam pengelolaan sampah.
(2) Kebijakan dan strategi Provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disusun oleh instansi yang membidangi lingkungan hidup,
berkoordinasi dengan instansi lain yang terkait dengan pengelolaan sampah.
(3) Kebijakan dan strategi Provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), memuat: a. arah kebijakan pengurangan dan penanganan
sampah; b. program pengurangan dan penanganan sampah; dan c. target pengurangan
timbulan sampah dan target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu.
(4) Kebijakan dan strategi Provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 6
(1) Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan dan strategi dalam
pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan dan strategi Provinsi.
(2) Kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

12
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik
dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya.
Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu
solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau
meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle)
dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat.

Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh
siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan
hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah,
sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.

Contoh kegiatan reuse sehari-hari:


1. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan
tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
2. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali
menjadi tempat minyak goreng.
3. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
4. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
5. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.

13
6. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

Contoh kegiatan reduce sehari-hari:


1. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
2. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar.
3. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi
ulang kembali).
4. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus
dan ditulis kembali.
5. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
6. Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
7. Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

Contoh kegiatan recycle sehari-hari:


1. Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
2. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
3. Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
4. Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.

Permasalahan Sampah di Indonesia


Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi kehidupan
dan kesehatan lingkungan, terutama kehidupan manusia. Beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan keberadaaan sampah di Indonesia, yaitu:

1. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan gangguan bagi


pandangan mata. Adanya sampah yang berserakan dan kotor, atau adanya tumpukan
sampah yang terbengkalai adalah pemandangan yang tidak disukai oleh sebagaian
besar masyarakat.
2. Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila telah
terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan sarang atau tempat
berkumpulnya berbagai jenis binatang yang dapat menjadi vektor penyakit, seperti
lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya. Juga merupakan sumber dari
berbagai organisme patogen, sehingga akumulasi sampah merupakan sumber
penyakit yang akan membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat
tinggal dekat dengan lokasi pembuangan sampah.

14
3. Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau
yang timbul akibat adanya dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan
akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit lainnya.
4. Timbulan lindi (leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah memiliki
potensi yang besar dalam mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di
bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan masalah terberat yang
mungkin dihadapi dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
5. Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar. Misalnya
tumpukan sampah kertas kering akan mudah terbakar hanya karena puntung rokok
yang masih membara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan bahaya kebakaran.
6. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air buangan
dan drainase. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan bahaya banjir akibat
terhambatnya pengaliran air buangan dan air hujan.
7. Beberapa sifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatkan yang terbatas,
keanekaragaman komposisi, waktu untuk terdekomposisi sempurna yang cukup
lama dan sebagainya, dapat menimbulkan beberapa kesulitan dalam pengelolaannya.
Misalnya, diperlukan lahan yang cukup luas dan terletak agak jauh dari pemukiman
penduduk, sebagai lokasi pembuangan akhir sampah, volume sampah yang besar
merupakan masalah tersendiri dalam pengangkutannya, begitu juga dengan masalah
pemisahan komponen-komponen tertentu sebelum proses pengolahan, dan lain-lain.
8. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kurangnya kemauan Pemerintah
Daerah, kurangnya kesadaran penghasil sampah akan pentingnya penanganan
sampah yang baik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan sampah,
khususnya di kota-kota besar.

Pertambahan penduduk di daerah perkotaan yang berkembang dengan pesat


mengakibatkan meningkatnya jumlah timbulan sampah. Berdasarkan studi dan evaluasi
yang telah dilaksanakan di kota-kota di Indonesia, terdapat beberapa masalah-masalah
pokok dalam pengelolaan persampahan kota, yaitu:

1. Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi logis dari


pertambahan penduduk kota.
2. Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan metode/pola
pengelolaan sampah yang lebih baik.
3. Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah kompleksnya
permasalahan.

15
4. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah daerah
merupakan masalah umum dalam skala nasional.
5. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas yang tidak
dapat terurai seperti plastik.
6. Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai tersedia di daerah untuk menangani
masalah sampah.
7. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak sangat lambat.
8. Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan terorganisir
secara baik.
9. Konsep pengelolaan persampahan yang kadang kala tidak cocok untuk diterapkan,
serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut di lapangan.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Perngertian Utilitas
Berbagai bangunan yang megah yang dirancang oleh seorang arsitek itu tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa memperdulikan adanya kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

Utilitas merupakan suatu ilmu pengetahuan teknik arsitektur di samping ilmu-ilmu


lain mengenai bangunan yang harus dipelajari oleh seorang arsitek dalam kooordinasi
merancang bangunan.

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

Dasar pertimbangan pemakaian sistem utilitas dan perlengkapan bangunan adalah :

1. Kemudahan dalam penggunaan dan pemeliharaan


2. Kesederhanaan jaringan sistem
3. Kecilnya faktor resiko crossing antar jaringan
4. Keamanan terhadap pelaku aktifitas
5. Keamanan terhadap lingkungan

16
Dalam mempelajari utilitas bangunan beserta kelengkapannya ada 3 unsur pokok
yang harus diperhatikan :

a. Air

Kebutuhan air dalam lingkungan bangunan dan bangunan itu sendiri sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

b. Matahari/Cahaya Matahari

Penggunaan energi cahaya matahari dalam system rancang bangunan sangat penting dan
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga penggunaan cahaya buatan yang
membutuhkan energi tambahan dapat dikurangi.

c. Udara/Angin

Dalam system perancangan bangunan factor udara sangat penting untuk kenyamanan
dalam melaksanakan kegiatan kerja sehari-hari.

Dalam perancangan suatu bangunan perlu diperhatikan ketiga faktor diatas dalam hal
penggunaan air yang hemat, persiapan tempat-tempat rembesan air, penggunaan cahaya
alam dan aliran angin segar yang sebaik mungkin, serta pengurangan penggunaan cahaya
dan aliran angin buatan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka tercipta suatu
lingkungan yang seimbang.

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan


untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan, komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.

Dalam perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas


utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan
arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

Adapun perancangan utilitas bangunan terdiri dari :

1. Perancangan Plumbing dan Sanitasi


2. Perancangan Transportasi Dalam Bangunan
3. Perancangan Pembuangan Sampah
4. Perancangan Penghawaan
5. Perancangan Pencahayaan

17
6. Perancangan Tata Suara
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan Pencegahan Kebakaran
9. Perancangan Telepon/PABX
10. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem
11. Perancangan Alat Pembersih Bangunan

Dengan memperhatikan serta mempelajari semua perancangan tersebut diatas maka


diharapkan perancang atau seorang arsitek bangunan dapat memberikan hasil
perancangan yang optimal mengenai sistem Utilitas Bangunan.

Perananganbangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang


dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,
perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

2.2.2 Pengertian Sistem Sampah


Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam Perancangan bangunan harus selalu
memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan
perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur,
perancangan interior dan perancangan lainnya. Perancangan utilitas yang dimaksud
adalah perancangan sistem plumbing, sistem sampah, sistem penghawaan, serta sistem
transportasi. -Dwi Tangoro (Utilitas Bangunan, (UI Press) 2010).
Dari pengertian sampah dan pengertian sistem/utilitas diatas dapat disimpulkan
pengertian dari sistem sampah adalah kelengkapan fasilitas bangunan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi, dan mobilitas yang dalam hal ini digunakan untuk memberikan akses
kepada civitas yang terlibat dalam bangunan agar dapat menyalurkan sisa kegiatan
sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi ke tempat penampungan sampah sementara ataupun ke
tempat pembuangan akhir (TPA) yang nantinya akan dikelompokkan berdasarkan
jenis-jenis sampah tersebut.

2.2.3 Penanganan sampah di sumber sampah

18
Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemisahan/sortasi,
penyimpanan, dan pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan
sampah. Karena tahap ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
karakteristik sampah, kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem
pengelolaan sampah, maka sangatlah penting untuk memahami bagaimana sebaiknya
kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan.

2.2.2.1 Tata Cara pengelolaan sampah pemukiman


Berdasarkan SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah
Permukiman, maka teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi :

• Menerapkan pemilahan sampah organik dan non organik


• Menerapkan teknik 3R di sumber dan TPS

Dalam modul ini diuraikan teknik penanganan sampah di sumbernya, yang terdiri
atas pemisahan, penyimpanan, dan pengolahan. Penekanan diberikan pada penanganan
sampah permukiman sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan, yaitu sebelum,
selama, dan setelah penyimpanan. Gambaran umum penanganan sampah di sumber
sampah terutama dari pemukiman dapat dilihat pada Gambar 1. berikut. Pemilahan
dilaksanakan mulai dari sumber sampah dan konsep 3R dikembangkan dengan adanya
pemilahan ini. Pemanfaatan sampah organik adalah sebagai kompos baik skala
individu maupun skala komunal. Berdasarkan tipe rumah yaitu rumah sederhana tipe
21-36; menengah tipe 45-54 dan rumah mewah tipe > 70, pewadahan sampah dan
penanganan sampah di masing-masing rumah berbeda. Tergantung dari kemampuan
dari masyarakat untuk melakukan penanganan sejak dari sumbernya.

19
Gambar 1. Pola operasional sampah di pemukiman

2.2.2.1 Tata cara pengolahan sampah perkotaan


a) Teknik operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari
kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus
bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

20
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan
yaitu:
- Kepadatan dan penyebaran penduduk
- Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
- Timbunan dan karakteristik sampah
- Budaya sikap dan perilaku masyarakat
- Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah
- Rencana tata ruang dan pengembangan kota
- Sarana pengumpulan pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan
akhir sampah
- Biaya yang tersedia
- Peraturan daerah setempat

c) Perencanaan kegiatan operasi daerah pelayanan


Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan
potensi yang tergambar dalam peta-peta sebagai berikut :
1) Peta kawasan sampah minimal menggambarkan

21
(1) Besaran timbunan sampah
(2) Jumlah penduduk, kepadatan rumah/bangunan
2) Peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan,
kapasitas perencanaan (meliputi alat dan personil), jenis sarana dan
prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan.

d) Teknik operasional
1) Pola pewadahan dengan melakukan pewadahan sampah sesuai dengan
jenis sampah yang telah terpilah contohnya:
- sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap.
- Sampah an organik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan
wadah warna terang
- Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga, dengan warna merah
yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan
individual maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelola
sampah.

2) Kriteria lokasi dan penempatan wadah


a. Wadah individual ditempatkan di halaman muka atau di
halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran
b. Wadah komunal
- Sedekat mungkin dengan sumber sampah
- Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum
lainnya
- Diluar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk
pengoprasiannya
- Di ujung gang kecil
- Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah
pejalan kaki) untuk pejalan kaki minimal 100m
- Jarak antar wadah sampah

22
e) Persyaratan bahan wadah
a. Tidak mudah rusak dan kedap air
b. Ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat
c. Mudah dikosongkan

f) Penentuan ukuran wadah


Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan:
a. Jumlah penghuni tiap rumah
b. Timbulan sampah
c. Frekuensi pengambilan sampah
d. Cara pemindahan sampah
e. Sistem pelayanan (individual atau komunal)

23
g) Pola pengumpulan

a. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut :


- Kondisi topografi bergelombang (>15-40%), hanya alat pengumpul
mesin yang dapat beroprasi
- Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya
- Kondisi dan jumlah alat memadai
- Jumlah timbunan sampah >0,3 m3/hari
- Bagi penghuni yang berlokasi dijalan protokol
b. Pola individu tidak langsung dengan persyaratan sebagai berikut:
- Bagi daerah yang partisipasi masyarakat pasif
- Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia
- Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%) dapat menggunakan
alat pengumpul nonn mesin (gerobak,becak)
- Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung
- Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu
pemakai jalan lainnya

24
- Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah
c. Pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut:
- Bila alat angkut terbatas
- Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah
- Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumbet sampah individual
(kondidi daerah sempit)
- Peran serta masyarakat tinggi
- Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang
mudah dijangkau
- Untuk pemukiman tidak teratur
d. Pola komunal tidak langsung dengan syarat sebagai berikut:
- Peran serta masyarakat tinggi
- Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang
mudah dijangkau alat pengumpul
- Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia
- Bagai kondisi topografi yang relatif datar(<5%), dapat menggunakan alat
pengumpulan non mesin
- Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul
- Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah
e. Pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut:
- Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah
pelayanan
- Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah tergantung pada fungsi
dan nilai daerah yang dilayani
- Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi
pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA
- Pengendalian personel dan peralatan ahrus baik

25
h) Pemindahan sampah
Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut:
- Manual
- Mekanis
- Gabungan manual dan mekanis, oengisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan kontainer akan ke atas truk
dilakukan secara mekanis

Lokasi pemindahan adalan sebagai berikut

- Harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut


sampah
- Tidak jauh dari sumber sampah
- Jarak antara transfer depo adalah (1,0-1,5) km

26
i) Pengangkutan sampah
A. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsugn
(door to door)

- Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah


pertama untuk mengambil sampah
- Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah
berikutnya sampai truk penuh sesuai kapasitasnya
- Selanjutnya diangkut ke TPA sampah
- Setellah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber
sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan
B. Pengangkutan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I
dan II
- Pola pengangkutan dengan sistem peengosongan kontainer cara 1:

Keterangan angka 1,2,3, . . .10 adalah rute alat angkut


b. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk
mengangkut sampah ke TPA
c. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula
d. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
e. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

27
f. Demikian seterusnya sampai rit terakhir

- Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2:

Kerterangan sistem ini


a. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk
mengangkat sampah ke TPA
b. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong
menuju lokasi ke dua untuk menurunkan kontainer kosong
dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA
c. Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir
d. Pada rit trakhir dengan kontainer kosong, dari TPA menuju
lokasi kontainer pertama, kemudian truk kembali ke pool
tanpa kontainer
e. Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu

- Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan kontainer 3:

28
b. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong
menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil
dan langsung membawanya ke TPA
c. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA
menuju ke kontainer isi berikutnya
d. Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir

C. Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk


kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau
trek.

a. Kendaraan pool menuju kontainer pertama, sampah


dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan
kembali kontainer yang kosong
b. Kendaraan menuju kontainer bertikutnya sehingga truk
penuh, untuk kemudian langsung ke TPA
c. Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir
j) Peralatan pengangkut sampah
1) Persyaratan alat pengangkut yaitu
- Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah,
minimal dengan jaring
- Tinggi bak malsimum 1,6 m
- Sebaiknya ada alat ungkit
- Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui
- Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah
2) Jenis peralatan dapat berupa :
- Truk (ukuran besar atau kecil)
- Dump truk/tipper truk
- Armoll truk

29
- Truk pemadat
- Truk dengan crane
- Mobil penyapu jalan
- Truk gandengan

k) Pengolahan
Dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengomposan:
- Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan)
- Berdasarkan proses (alaami, biologis dengan cacing, biologis dengan
mikro organisme)
2) Insenerasi yang berwawasan lingkungan
3) Daur ulang
- Sampah an organik disesuaikan dengan jenis sampah
- Menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak
4) Pengurangan volume sampah dengan pencacahan dan pemadatan
5) Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah)
Rincian masing-masing teknik pengolahan sampah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

2.2.4 Sistem pengolahan sampah pada ragam tipologi bangunan


Ragam tipologi bangunan:
1. Bangunan fasilitas administrasi pemerintah ( kantor pemerintahan, kedinasan, dll)
2. Bangunan fasilitas perdagangan (mall, pasar, took, dll)
3. Bangunan fasilitas pendidikan ( sekolahan, universitas)
4. Bangunan fasilitas peribadatan ( pura, masjid, gereja, vihara, dll)
5. Bangunan fasilitas olahraga ( stadion, lapangan bulutangkis, dll)
6. Bangunan fasilitas penunjang pariwisata ( hotel, motel, villa, dll)
7. Bangunan fasilitas kesehatan ( klinik, puskesmas, rumah sakit, dll)
8. Bangunan bentang lebar, bangunan bentang tinggi.

Pada umumnya, sistem pengolahan sampah padat pada bangunan instansi


pemerintahan, fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan,
fasilitas olahraga, fasilitas penunjang pariwisata, bangunan bentang lebar, bangunan
tinggi mempunyai sistem pengolahan sampah yang sama yaitu mulai dari
pengumpulan sumber sampah, pengelompokan sampah, pengangkutan, pembuangan

30
akhir. Namun untuk pengolahan sampah cair atau limbah dari masing-masing tipologi
bangunan memiliki sistem pengolahan yang berbeda.

Gb. Siklus pengolahan sampah.

1. Sistem Pengolahan Sampah Pada Rumah Tinggal


Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan
pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan :

• Membuat saluran air kotor


• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;

1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2) Tidak mengotori permukaan tanah.
3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

31
6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan
murah.
7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

A. Limbah Rumah Tangga dari Buangan Closet (WC)

Closet (WC) adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran
tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak penampung kotoran
(septik tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak peresapan serta dihubungkan
dengan saluran pipa pralon. Air limbah closet (WC) dialirkan melalui pralon ke bak
penampung kotoran berdinding kedap air.

Berikut ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga 6 orang dan
dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam tangki direncanakan
minimal 2 hari (24 jam).

Untuk mendapatkan gambaran besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan
cara sebagai berikut :

a. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
b. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
c. Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter. e. Jadi untuk melayani
keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna 1,2 m3 dengan ruang pengumpul
lumpur sebesar 0,9 m3.

Cara Pembuatan Closet :

Ruang closet (WC) dibuat tertutup , closet (WC) dengan lubang leher angsa dipasang,
kemudian dibuat tangki kotoran dengan dinding kedap air. Untuk mengalirkan udara dari
tangki keluar dipasang pula pralon berukuran kecil yang berbentuk huruf T. Kemudian
dibuat sumur resapan yang didalamnya diisi kerikil, ijuk dan dinding peresapan
berlubang-lubang. Pembuatannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini

32
• Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Closet (WC)(Sumber :Yulesta. Halaman 2.
2004)

Closet tersebut digunakan untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni).
Closet perlu dijaga kebersihannya, yaitu dengan menggunakan karbol dengan takaran
yang sesuai dengan aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu,
kertas, kain , plastik,dsb, karena dapat menyumbat saluran air. Peresapan air pada Closet
tergantung dari kapasitas tangki/bak dan jenis tanahnya. Semakin kecil bak peresapan,
maka akan semakin kecil resapannya.

Keuntungan menggunakan cara ini ialah mudah dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah
didapatkan dan murah. Selain itu cara ini lebih baik, karena dapat mengurangi
pencemaran sumber air bersih disekitarnya.

Penggunaan Air Untuk Keperluan Closet

Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari
penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air
per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7
liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa
mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang
memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga
70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi,
dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan
benar.

33
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak perhatian telah diberikan pada
pembuatan sistem sanitasi yang tahan lama, hemat air, bisa diterima oleh orang-orang
yang akan memakainya, dan memungkinkan penggunaan kembali limbah yang telah
diolah. Pengembangan sanitasi yang paling penting dalam dekade ini adalah pengesahan
bentuk-bentuk sanitasi yang sebelumnya dianggap primitif. Setelah beberapa tahun
penelitian terapan dan kemajuan teknologi, kakus luar rumah telah ditransformasi
menjadi instalasi sederhana tapi canggih yang memberikan tingkat kenyamanan dan
kesehatan yang tinggi. Dua teknologi penting yang berhubungan dengan kakus ini adalah:
lubang kakus yang diperbaiki dan diberi ventilasi (Ventilated Improved Pit latrine/VIP
latrine) dan toilet siram guyur (Pour Flush Toilet/PF toilet). Dua teknologi ini biayanya
jauh lebih sedikit daripada toilet konvensional yang dihubungkan ke tanki septik atau
sistem saluran pembuangan.

B. Limbah Rumah Tangga dari Saluran Air Pembuangan

Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan
bekas air cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang
sedapat mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang
tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang
jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan
pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.

Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

34
• Gambar 2. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan (Sumber : Yulesta.
Halaman 4. 2004)

Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah
bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen
dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran
berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi
suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu
bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir.
Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan
mencemarinya.

35
• Gambar 3. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci(Sumber : Yulesta. Halaman 5.
2004)

Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan
limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui
saluran ke sebuah lubang resapan.

Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen
atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak
resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup
dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari
pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 4. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian.(
Sumber : Yulesta. Halaman 6. 2004)

C. Limbah Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu
dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak
dan mengganggu lingkungan sekitarnya.

36
Salah satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga
bak tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan
demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak membahayakan lagi.

Cara pembuatannya ialah buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran pasir
dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai ada
benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran. Antara
bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang lain letaknya
lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah industri rumah tangga
tergantung pada macam dan jenisnya, industri.

Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan,
pabrik tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan
mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II.
Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu
diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga.
Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi.
Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir
kasar perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah ini.

• Gambar 5. Denah bak pengendap ideal berbentuk persegi panjang (Sumber :


Yulesta. Halaman 7. 2004)

37
• Gambar 6. Bak limbah industri rumah tangga (Sumber : Yulesta. Halaman 7.
2004)

Dari gambar diatas terlihat kegunaannya yaitu untuk membuang limbah industri rumah
tangg dan untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.Bak hendaknya sering
dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluranPerlu di kontrol saluran-
salurannya untuk menghindari kemacetan.Jangan membuang limbah berupa benda padat
seperti : kain, kertas, daun-daun, plastik, kerikil, dsb.

Kerugiannya ialah apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar
ke atas dan mengganggu lingkungan sekitarnya.

Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga

Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat prioritas
utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi.
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk mencegah pencemaran
lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika.

Bahan wadah tempat sampah:

• Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik, kayu, anyaman bambu, dsb.
• Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen dengan ukuran: panjang dan
lebar minimal 75 cm, sedangkan tingginya lebih kurang 100 cm. Bagian atas
dibuatkan tutup yang mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi lobang panen
kompos.

38
Alat yang telah diuji coba dengan hasil baik adalah drum 200 liter, diberi pasangan pipa
PVC berlubang-lubang untuk penghawaan. Bahan yang dikomposkan berupa sampah
daun dan sisa makanan dapur.

Cara Pengomposan Sampah Rumah Tangga:

• Drum dipasang tegak, diganjal dan di bawah lubang ditaruh pecahan genteng untuk
mencegah tikus masuk. Sampah daun dari pembersihan halaman dikumpulkan di dekat
drum komposter dan dipotong-potong (2,5 - 5 cm) menggunakan parang atau gunting
rumput.

• Sampah dapur ditampung dulu di dapur dalam dua ember kecil bertutup, yang satu
untuk sisa makanan, yang kedua untuk plastik dan barang-barang bekas lain. Setiap kali
ember sisa makanan penuh, dibawa ke kebun, dan dimasukkan ke dalam drum kemudian
di atasnya ditutup rapat dengan potongan daun atau serbuk gergaji untuk mencegah
pencemaran lalat dan menyeimbangkan C2N ratio. Kemudian di atas lapisan ditaburi
aktivator isolar mikroorganisme 2 - 3 sendok besar(antara lain: orgaded, stardec, dsb.),
atau kompos dan terakhir disiram air agar selalu lembab.

• Demikian dilakukan setiap hari sampai drum penuh dan biarkan pengomposan berlanjut.
Proses pengomposan akan merambat dari bawah ke atas seperti yang terjadi di lantai
hutan.

• Untuk mempercepat pengomposan, sejak drum berisi separuh, perlu sering ditusuk-
tusuk agar terjadi lorong-lorong penghawaan.

• Setelah lebih kurang 6 minggu, kompos dipanen dengan mengeluarkannya dari drum,
dikering anginkan dan dapat langsung dipakai. Sesudah itu drum dapat dipakai kembali.

Pengomposan sampah dalam jumlah banyak:

Apabila tersedia banyak bahan baku sampah, misalnya setelah pemangkasan tanaman,
bahan baku ini dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam wadah dengan menggunakan
sistim berlapis (sandwich system), dengan ketebalan lapisan kurang lebih 30 cm. Di atas
setiap lapisan bahan baku sampah diberi pupuk kandang, tanah subur, kompos atau
ditaburi aktivator biologis (orgadec, stardec, dll.) kemudian diberi air supaya lembab.

39
Demikian dilakukan sampai penuh dan wadah segera ditutup untuk menghindari
gangguan berbagai binatang. Untuk tahap pengomposan selanjutnya lihat poin diatas.

Tempat Pembuangan Akhir dan Penerapan Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan


cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan
pada sistem ini dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini menahan
peresapan lindi ke tanah. Diatas lapisan ini, dibuat jaringan pipa yang akan mengalirkan
lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi pengolahan baru dapat
dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah diuruk dengan tanah setebal 15
cm tipa kali timbunan mencapai ketinggian 2 meter.

Gambar 8. Pengeolahan sampah dengan system Sanitary Landfill (Sumber : Yulesta.


Halaman 10. 2004)

Sistem Sanitary Landfill tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu


sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemarkan tanah dan air tanah. Di
sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah
dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan non-organik, sampah yang mudah
terdegradasi dan yang sulit.

40
Sampah seperti pecahan kaca, logam, dan plastik dibakar dulu hingga menjadi
abu sebelum ditimbun. Sampah yang mudah terdegradasi seperti sisa makanan, digiling
terlebih dulu sebelum ditimbun. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran
untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi). Di dekat TPA harus ada sumur
kontrol untuk mengontrol apakah air tanah di sekitar TPA sudah tercemar.

TPA di Indonesia,sesungguhnya tidak menerapkan sanitary landfill seperti yang


sering didengung-dengungkan. Paling banter TPA itu menggunakan sistem open dumping
alias model curah yang lebih primitif dibandingkan dengan sanitary landfill, yakni
sampah ditumpuk bergunung-gunung. Jika sistem ini dilengkapi lapisan dasar kedap air
dan saluran untuk lindi masih dianggap mendingan.

Namun, kalo tidak sangat berbahaya sekali karena sampah akan mencemari tanah
dan air tanah (berupa bakteri e-coli dan logam berat) secara langsung. Sudah begitu,
sistem open dumping yang digunakan ternyata masih disertai dengan pembakaran
sampah. Padahal, pembakaran sampah itu "haram hukumnya" karena pembakaran
sampah hanya menghasilkan oksidan berbahaya bagi kesehatan, apalagi kalo sampah
yang dibakar adalah sampah non-organik, seperti plastik, kaca, atau logam. Jika itu
dilakukan sama saja dengan memindahkan sampah di permukaan tanah ke udara dalam

Sampah landfill yang diproduksi pasar dan rumah tangga, seperti sisa makanan,
sisa sayur mayur, atau segala yang cepat busuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik dan sumber energi untuk membangkitkan listrik dari tenaga uap. Tempat
pembuangan dengan rayonisasi juga mempersingkat waktu waktu dari pengambilan ke
tempat pembuangan sampah untuk langsung diolah. Durasi ini penting untuk
meminimalkan bau akibat proses pembusukan yang tidak dapat ditunda.

Truk-truk yang menutup sampahnya dengan terpal plastik tebal adalah cermin
pengelolaan sampah yang buruk, dengan ditutup rapat seperti itu bau yang timbul akan
lebih menyengat sebab proses anaerob menghasilkan gas asam sulfida, metan, dan licit.
Sampah cukup ditutup dengan semacam jaring halus yang memungkinkan proses aerob :
menyerap oksigen dan mengeluarkan CO2 yang tidak berbau.

Rayonisasi pembuangan sampah tidak akan membuat warga sekitarnya terganggu


apabila tempat pembuangan dan pengolahan sampah dikelola dengan baik dan tidak
menimbulkan polusi. Kompensasi sosialnya, warga sekitar mendapat tambahan subsidi
kesehatan dan pendidikan sebagai insentif.

41
Indikator yang bisa dilihat dari komitmen Pemerintah untuk mempercepat
kesadaran masyarakat salah satunya adalah baik buruknya pengelolaan sampah di setiap
kota yang selalu parsial, latah dan berorientasi kepada proyek.

Merujuk pada Protokol Kyoto (1997) yang sampai saat ini belum diratifikasi oleh
Indonesia, khususnya pada Annex A, disebutkan bahwa jenis-jenis buangan yang bisa
diperdagangkan adalah gas-gas rumah kaca, buangan bahan bakar, serta buangan industri
mineral, logam, pelarut dan limbah. Namun, belum banyak pihak yang memahami apa
yang bisa dimanfaatkan menurut protokol tersebut karena Indonesia masih belum
meratifikasi. Menurut pakar Lingkungan Prof (Em) Dr. Otto Soemarwoto, " Semua pihak
yang berhubungan dengan emisi sebaiknya mempelajari Protokol Kyoto dan
pengaturannya melalui Mekanisme Pembangunan Bersih sehingga ketika diratifikasi,
semua bisa memanfaatkannya".

Kesadaran warga untuk mau memilah sampah organik dan anorganik sebetulnya
dapat dipicu dengan memberikan insentif berupa pengurangan pajak bagi restoran,
kantor, dan pusat bisnis yang kooperatif dalam pemilahan sampah ini.

2. Sistem Pengelolaan Sampah Pada Rumah Sakit


Pengelolaan sampah rumah sakit memiliki sistem yang sedikit berbeda dari
sistem pengolahan sampah pada umumnya. Sistem pengolahan sampah rumah sakit
terdiri dari Pemilahan, Penampungan, Pengangkutan dan Pembuangan Akhir
(DEPKES RI Tahun 2009)
a. Pemilahan Sampah Medis Rumah Sakit
Didalam pengolahan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah
pemilahan dan identifikasi sampah. Penanganan, pengelolaan dan pembuangan
akhir sampah akan menurunkan biaya yang dikeluarkan serta memberikan
manfaat yang lebih banyak dalam melindungi masyarakat.
Proses pemilahan dilakukan kedalam beberapa kategori, antara lain:
benda tajam, sampah non benda tajam infeksius dan sampah tidak berbahaya
(sampah rumah tangga).
Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibedakan pada produsen
sampah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat yang
dihasilkannya sampah dan dapat memberikan penurunan yang berarti dalam
kuantitas sampah layanan kesehtan yang membutuhkan pengolahan khusus.

42
Beberapa cara dalam pemilahan sampah medis yaitu:
1) Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan sampah tersebut.
2) Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah dengan
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk di buka sehingga orang yang
tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
3) Jarum syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan lagi.
4) Untuk memudahkan pengelolaan sampah rumah sakit maka terlebih
dahulu limbah atau sampahnya dipilah-pilah untuk dipisahkan.
Pewadahan atau penampungan sampah harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan jenis wadah sesuai kategori sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis Wadah dan Label Sampah Rumah Sakit Sesuai Kategorinya

No. Kategori Warna Kontainer Keterangan


Kantong boks timbal dengan
1. Radioaktif Merah
simbol radioaktif
Kantong plastik kuat, anti bocor,
atau kontainer yang dapat
2. Sangat infeksius Kuning
disterilisasi dengan
otoklaf
Sampah
infeksius Kantong plastik kuat dan anti bocor,
3. Kuning
Patologi dan atau kontainer
anatomi
Kontainer plastik kuat dan anti
4. Sitotoksis Ungu
bocor
5. Sampah Kimia Coklat Kantong plastik atau kontainer
dan Farmasi

Data : sekunder,tahun 2014

43
Sampah yang telah dipilahkan akan dikumpulkan oleh petugas
kebersihan dan akan diangkut ke titik pengangkutan lokal. Kontainer untuk
pengumpulan sampah harus terbuat dari bahn yang padat (solid), berwarna
relatif terang, stainless dan tahan air. Kontainer untuk pengumpulan sampah
medis padat infeksius dan citotoxic harus dibersihkan dan disenfeksi sebelum
digunakan ulang. Kantong pelastik yang telah dipakai sama sekali tidak boleh
digunakan kembali. Sampah infeksius, sampah patologi dan sampah domestik
harus dikumpulkan secara reguler. Sampah harus dikumpulkan setiap harinya
bila 2/3 bagian telah terisi sampah. Jenis lain dari sampah (misalnya benda
tajam) dapat dikumpulkan dengan frekuensi yang lebih rendah (setelah
container penuh 2/3). Sampah farmasi dan sampah kimia dapat dikumpulkan
atas permintaan dan setelah memberitahukan kelayanan pengumpulan (Wagner,
2009)
b. Penampungan Sampah Rumah Sakit
Setiap unit di Rumah Sakit hendaknya menyediakan tempat penampungan
sementara sampah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah
penampungan sementara sesuai dengan kebutuhan serta kondisi ruangan.
Sarana penampungan untuk sampah medis diletakkan pada tempat pasien
aman dan hygiene. Wadah penampungan yang digunakan harus tidak mudah
berkarat, kedap air, memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah
dikosongkan atau diangkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda
tajam dan runcing.
Penampungan dilakukan bertujuan agar sampah yang diambil dapat
dilakukan pengolahan lebih lanjut atau pembuangan akhir, sampah biasanya
ditampung di tempat produksi di tempat produksi sampah untuk beberapa lama.
Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan
bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah
serta kondisi setempat. Sampah sebaiknya tidak dibiarkan di tempat
penampungan terlalu lama. Kadang-kadang sampah juga diangkut langsung ke
tempat penampungan blok atau pemusnahan. Penyimpanan sampah medis padat
harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam (Candra, 2007).
Dalam penampungan sampah Penggunaan kantong plastik terutama
bermanfaat untuk sampah laboratorium. Ketebalan plastik disesuaikan dengan
jenis sampah yang dibungkus agar petugas pengangkut sampah tidak cedera

44
oleh benda tajam yang menonjol dari bungkus sampah. Kantong plastik
diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah .
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman .Unit laboratorium menghasilkan
berbagai jenis sampah. Untuk itu diperlukan tiga tipe dari tempat penampungan
sampah di laboratorium yaitu tempat penampungan sampah gelas dan pecahan
gelas untuk mencegah cidera, sampah yang basah dengan solvent untuk
mencegah penguapan bahan-bahan solvent dan mencegah timbulnya api dan
tempat penampungan dari logam untuk sampah yang mudah terbakar.
Hendaknya disediakan sarana untuk mencuci tempat penampungan sampah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk rumah sakit kecil mungkin
cukup dengan pencuci manual, tetapi untuk rumah sakit besar mungkin perlu
disediakan alat cuci mekanis. Pencucian ini sebaiknya dilakukan setiap
pengosongan atau sebelum tampak kotor. Dengan menggunakan kantong
pelapis dapat mengurangi frekuensi pencucian. Setelah dicuci sebaiknya
dilakukan disinfeksi dan pemeriksaan bila terdapat kerusakan dan mungkin
perlu diganti.
c. Pengangkutan Sampah Rumah Sakit
Untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
biasanya menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan
untuk tujuan yang lain dan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut (WHO,
2008):
1) Mudah dimuat dan dibongkar muat
2) tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah
selama permuatan ataupun pembongkaran muat
3) Mudah dibersihkan
4) Bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh
kepembuangan.

Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap


unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan.
Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat
dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut
bangunan.

45
1) Kereta
Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam
merencanakan pengangkutan perlu mempertimbangkan :
a) Penyebaran tempat penampungan sampah dengan cara pada setiap
ruangan yang ada di rumah sakit harus mempunyai tempat sampah.
b) Jalur jalan dalam rumah sakit harus luas sehingga memudahkan
kereta masuk dan keluar untuk mengangkut sampah. Jenis dan
jumlah sampah harus dipisahkan agar memudahkan dalam
melkakukan pengangkutan.
c) Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia harus seimbang agar
pengangkutan sampah tidak menjadi permasalahan
d) Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan
non medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan
pemusnahannya. Kereta pengangkut hendaknya memenuhi syarat :
 permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air agar
sampah yang di angkut tidak terjatuh dan berceceran.
 mudah dibersihkan supaya tidak menghambat pekerja dalam
berkerja.
 mudah diisi dengan dikosongkan agar mempercepat dan
memudah pekerja dalam bekerja.
2) Cerobong Sampah/Lift
Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern
bertingkat untuk efisiensi pengangkutan sampah dalam gedung. Namun
penggunaan cerobong sampah ini banyak mengandung resiko, antara
lain dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman, bahaya
kebakaran, pencemaran udara, dan kesulitan lain, misalnya untuk
pembersihannya dan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.
Karena itu bila menggunakan sarana tersebut perlu ada perhatian khusus
antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat.
3) Perpipaan
Sarana perpipaan digunakan untuk sampah yang berbentuk
bubur yang dialirkan secara gravitasi ataupun bertekanan. Walau
beberapa rumah sakit menggunakan perpipaan (chute) untuk
pengangkutan sampah internal, tetapi pipa tidak disarankan karena
alasan keamanan, teknis dan hygienis terutama untuk pengangkutan

46
sampah benda-benda tajam, jaringan tubuh, infeksius, citotoksik, dan
radioaktif.
d. Tempat Pengumpulan Sementara
Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan
kondisi baik (tidak bocor, tertutup rapat, dan terkunci). Sarana ini bisa
ditempatkan dalam atau di luar gedung. Konstruksi tempat pengumpul sampah
sementara bisa dari dinding semen atau container logam dengan syarat tetap
yaitu kedap air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat. Ukuran hendaknya tidak
terlalu besar sehingga mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah yang
ditampung cukup banyak perlu menambah jumlah container.
Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang tidak
menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran
untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24
jam. Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit yang mempunyai
insinerator di lingkungannya harus membakar sampahnya selambat-lambatnya
24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka sampah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain
atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. (Depkes .RI,
2004).
Pada umumnya, frekuensi pengambilan sampah dari lokasi penampungan
harus dipertimbangkan berdasarkan volume produksi. Didalam kegiatan
pengangkutan sampah klinis, perlu juga dipertimbangkan distribusi lokasi
wadah penampungan sampah, jalur jalan dalam rumah sakit, jenis dan volume
serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia (Candra, 2008).
Untuk pengangkutan sampah infeksius, tajam dan sampah phatologi,
hanya dirancang secara khusus, tertutup dan troly yang akan digunakan adalah
yang mudah untuk di disinfektan. Troly ini tidak boleh digunakan untuk
penggunaan lain. Jika bahan berbahaya lain setiap bahn kimia atau bahan
farmasi akan diangkut, maka harus dibungkus agar tidak ada resiko yang
dihasilkan selama pengangkutan. (Wagner, 2009).
e. Pembuangan Akhir Sampah Medis Rumah Sakit
Kegiatan pembuangan akhir merupakan tahap akhir yang penting
didalam proses pengolahan sampah medis. Namun dalam kenyataannya kurang

47
diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit. Pada proses pembuangan sampah Rumah
Sakit dapat melalui dua alternatif yaitu:
1) pembuangan/pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan
sampah non medis. Pemisahan dimungkinkan bila Dinas Kesehatan dapat
diandalkan sehingga beban Rumah Sakit tinggal memusnahkan sampah
medis tersebut.
2) Pembuangan/pemusnahan sampah medis dan non medis disatukan,
dengan demikin Rumah Sakit menyediakan sarana yang memadai untuk
melakukan pengelolaan sampah karena semua sampah atau bahan
bangunan yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit itu sendiri.

Setiap Rumah Sakit sebaiknya memiliki unit pemusnahan sampah


tersendiri, khususnya sampah medis dengan kapasitas minimalnya dapat
menampung sejumlah sampah medis yang dihasilkan Rumah Sakit dalam waktu
tertentu.
Pembuangan dan pemusnahan sampah Rumah Sakit dapat dilakukan
dengan memanfaatkan proses autoclaving, incinerator ataupun dengan sanitary
landfill (Candra, 2008).

3. Sistem Pengolahan Sampah Pada Bangunan Bertingkat

a. Limbah Cair
Perencanaan sistem pembuangan limbah pada bangunan gedung bertingkat
dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang umumnya
berasal dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah
dapur dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem
Sewage Treatment Plant (STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas
modern yang berfungsi tidak hanya dalam menampung melainkan dapat
mengelola sisa limbah agar sisa buangan tersebut aman bagi lingkungan dan
dapat pula digunakan kembali/recycle untuk keperluan air untuk operasional
penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat terbuat dari konstruksi
beton konvensional maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan
volume dan teknologi pengelolahan limbah yang disesuaikan dengan
perencanaan.

48
b. Limbah Padat
Untuk bangunan gedung bertingkat seperti apartemen maupun hotel sering
dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft - Trash Chute yaitu
instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang
dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang
tidak mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah
makanan, kertas dsb dan ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak
penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.

49
4. Sistem Pengolahan Sampah Pada Pemukiman

a. Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual
umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah
sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah
diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah
disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam
penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang. Di samping itu,
dengan adanya wadah yang baik, maka:
1) Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat
diatasi.
2) Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat
kendalikan
3) Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari

Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah,


maka pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu:
1) Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari
sumbernya. Pada umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di
tempat-tempat yang terlihat dan mudah dicapai oleh pemakai, misalnya
diletakkan di dapur, di ruang kerja, dsb. Biasanya wadah samp ah jenis
ini adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah
sampah level-2.

2) Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang


menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari
sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar kantor, sekolah,
rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang disediakan, seperti dalam
apartemen bertingkat . Melihat perannya yang berfungsi sebagai titik
temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna

50
kemudahan dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak
bersifat permanen, seperti yang diarahkan dalam SNI tentang
pengelolaan sampah di Indonesia.

3) Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan


menampung sampah dari wadah level-2, bila sistem memang
membutuhkan. Wadah sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi
khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya.
Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut,
maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut : kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak
mengeluarkan bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta
kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung.

Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya daur-ulang, yaitu


disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju adalah hal yang
umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari beragam jenis sesuai jenis
sampahnya. Namun di Indonesia, yang sampai saat ini masih belum berhasil menerapkan
konsep pemilahan, maka paling tidak hendaknya wadah tersebut menampung secara
terpisah, misalnya:
1) Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan, dengan wadah warna gelap seperti hijau
2) Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan
wadah warna terang seperti kuning
3) Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna
merah, dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus

b. Pengumpulan dan Pembuangan Sampah


Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat
pembuangan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3)

51
langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses
pemindahan. Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari
sumber sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan
akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau
secara tidak langsung (dengan menggunakanTransfer Depo/Container) sebagai
Tempat Penampungan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap
sumber akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat
pemrosesan, atau ke tempat pembuangan akhir.
2) Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut
ke tempat pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari
masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul
seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal
ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemerosesan
akhir.

Pada sistem communal ini, sampah dari masing – masing sumber akan
dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan
diangkut ke TPS. Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah
sederhana yang paling sering dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki
kriteria persyaratan sebagai berikut:
1) Mudah dalam loading dan unloading
2) Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang
ditempuh Sebaiknya mempunyai tutup.

4. Sistem Pengolahan Sampah Pada TPS dan TPA


a. TPS
Menurut Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2010, TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu. Klasifikasi TPS beserta sarana standar yang
ada, yaitu:
1) TPS tipe I, terdapat Ruang pemilahan, Gudang, Tempat pemindah
sampah yang dilengkapi dengan landasan container, Luas lahan ± 10 –
50 m2
2) TPS tipe II, terdapat, ruang pemilahan (10 m2), Pengomposan sampah
organik (200 m2), Gudang (50 m2), Tempat pemindah sampah yang
dilengkapi dengan landasan kontainer (60 m2), Luas lahan ± 60 – 200
m2

52
3) TPS tipe III, terdapat Ruang pemilahan (30 m2), Pengomposan sampah
organik (800 m2), Gudang (100 m2), Tempat pemindah sampah yang
dilengkapi dengan landasan kontainer (60 m2), Luas lahan >200m2
b. TPA
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di
sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat
dicapai dengan baik.
Beberapa permasalahan yang sudah timbul terkait dengan operasional
TPA yaitu (Damanhuri, 1995):
1) Pertumbuhan vektor penyakit
Sampah merupakan sarang yang sesuai bagi berbagai vektor
penyakit. Berbagai jenis rodentisida dan insektisida seperti, tikus,
lalat, kecoa, nyamuk, sering dijumpai di lokasi ini.
2) Pencemaran udara
Gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah
ini, jika konsentrasinya mencapai 5 – 15 % di udara,
maka metana dapat mengakibatkan ledakan
3) Pandangan tak sedap dan bau tak sedap
Meningkatnya jumlah timbulan sampah, selain sangat mengganggu
estetika, tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap
4) Asap pembakaran
Apabila dilakukan pembakaran, akan sangat mengganggu terutama
dalam transportasi dan gangguan kesehatan
5) Pencemaran leachate
Leachate merupakan air hasil dekomposisi sampah, yang dapat
meresap dan mencemari air tanah.
6) Kebisingan
Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan
operasi kendaraan berat dalam TPA (baik angkutan pengangkut
sampah maupun kendaraan yang digunakan meratakan dan atau
memadatkan sampah).

53
7) Dampak sosial
Keresahan warga setempat akibat gangguan-gangguan yang
disebutkan di atas.

5. Sistem Pengolahan Sampah Pada Tempat Olahraga dan Peribadatan

Bangunan berfasilitas olahraga seperti stadion, lapangan bulutangkis dll


ataupun bangunan berfasilitas peribadatan seperti masjid, gereja dll rata rata memiliki
sistem pengolahan sampah yang tidak jauh berbeda karena sumber sampahnya
berasal dari para civitas yang menggunakan fasilitas umum tersebut. Tidak begitu ada
sumber sampah khusus yang dihasilkan oleh bangunan bangunan berfasilitas ini,
berbeda dengan rumah sakit atau restoran yang akan menghasilkan sampah maupun
limbah yang khusus atau mengandung zat berbahaya tersendiri.

Sampah pada umumnya akan ditampung pada kontainer berukuran besar


yang apabila telah terisi penuh akan dipindah kan ke tempat penampungan
sementara (TPS) dan lalu dilanjutkan ke tempat pengolahan akhir (TPA).

Sebelum di tempatkan ke TPS atau TPA para penghasil sampah menempatkan


sampah mereka pada kontainer yang cukup besar dengan memperhatikan beberapa
aspek yaitu pengaruh penyimpanan terhadap sampah, jenis kontainer yang digunakan,
serta lokasi container.

Penempatan container pada fasilitas ini diletakan berdasarkan ruang yang


tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan sampah yang ada pada kontainer.

Pengelolaan sampah pada fasilitas ini memiliki pengelolaan sampah yang sama
dengan pengelolaan sampah pada bangunan pada umumnya yaitu:

1. Pengolahan sampah pada sumbernya yang berguna untuk mengurangi jumlah


sampah yang akan dihasilkan.
2. Mengumpulkan sampah pada kontainer yang jenis sampahnya
dikelompokkan berdsarkan organic dan anorganik.
3. Setelah sampah dikumpulkan pada kontainer, sampah pada kontainer dari
berbagai macam sumber toko pada mall atau pasar akan diangkut ke tempat
penampungan sementara (TPS) yang pada umumnya setiap pasar memiliki
tempat penampungan sementara (TPS) yang telah disediakan.

54
4. Setelah pengumpulan sampah pada TPS, sammpah akan diangkut ke tempat
pengolahan akhir (TPA).

Perbedaannya mungkin hanya terletak pada volume sampah yang


dihasilkan dari setiap bangunan.

6. Sistem Pengolahan Sampah Pada Hotel


Limbah-limbah pada kawasan wisata bahari berasal dari limbah hotel dan
limbah yang berasal dari perumahan. Limbah-limbah tersebut berupa limbah
domestik, dan yang paling dominan adalah limbah jenis organik, seperti kotoran
manusia. Serta air limbah rumah tangga.

Sedangkan limbah anorganik berupa plastik dan bahan-bahan kimia, yang


diakibatkan oleh penggunaan deterjen, sampo dan penggunaan bahan kimia lainnya.
Umumnya limbah domestic tersebut dibuang secara sembarangan dan tidak
terkontrol, sehingga terakumulasi dan mengakibatkan terjadinya masalah
pencemaran lingkungan.

Selain sisa detergen, rumah tangga juga mengasilkan limbah dari dapur dan
limbah bekas mandi. Ketiga limbah ini dikenal dengan nama greywater atau limbah
nonkakus. Rumah tangga juga menghasilkan limbah kotoran manusia, yang dikenal
dengan blackwater. Beberapa ahli sanitasi menambahkan satu kategori lagi untuk
limbah tetesan AC dan kulkas sebagai clearwater. Dalam kehidupan sehari-hari,
clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit
diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya sedikit lebih banyak
dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluanbersih-
bersih, misalnya cuci piring atau pakaian.

Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung ke selokan yang


ada di depan rumah, tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang menjadi
tempat bermuaranya selokan tercemar. Warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan
bau busuk. Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zat-zat polutan yang
terkandung di dalam limbah juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera,
disentri, dan berbagai penyakit lain. Coba tengok pengalaman di kota London tahun
1848 dan 1853. Kala itu terjadi wabah kolera yang menewaskan 10.000 penduduk

55
di sekitar Sungai Themes. Usut punya usut, ternyata wabah itu disebabkan Sungai
Themes tercemar limbah rumah tangga.

Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah
dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;

• Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
• Tidak mengotori permukaan tanah.
• Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
• Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
• Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
• Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
• Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Desain Pengolahan Limbah Hotel

56
Proses Pengolahan Limbah Hotel

Berbeda dengan blackwater, greywater tidak dapat dibuang ke septic tank


karena kandungan detergen dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan
septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi
kandungan detergen dan juga menangkap lemak.

Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran greywater adalah dengan


menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman
yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air,
futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat
mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring
lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.

Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering
disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan
yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit
diterapkan di rumah Anda.

Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki
resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang
dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang
untuk menangkap pasir.

Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat
mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang
berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam greywater.

57
Cara kerja

Air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang penangkap sampah
yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan
air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir
akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya
lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.

Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa
yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi
lubang sehingga air akan keluardari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran
pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.

Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua


apartemen telah memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan
modern. Greywater yang telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman,
mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju,
greywater bahkan diolah lagi menjadi air minum.

7. Sistem Pengolahan Sampah Pada Fasilitas Administrasi Pemerintah dan


Pendidikan
Sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah, universitas, lembaga
pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari
daerah komersial non pasar.

Ada 3 Jenis sampah yang ada di sekolah:

1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa makanan
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai
secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Misalnya adalah plastik dan styrofoam
3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri dari bahan-
bahan berbahaya dan beracun.

58
Sama halnya dengan pengelolaan sampah pada bangunan fasilitas lainnya, pengolahan
sampah pada bangunan berfasilitas pemerinahan dan pendidikan yaitu:

1. Pemilahan sampah berdasarkan kelompok organic dan anorganik dan ditempatkan


pada tempat penampungan sampah yang berbeda beda.
2. Menggunakan metode yang biasa disebut 4R (replace, reduce, reuse, recycle).
3. Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam ruang lingkup bangunan
berfasilitas administrasi dan pendidikan dikumpulkan pada tempat penampungan
sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya dibawa ke tempat
pengolahan akhir (TPA).

Tabel pengolahan sampah secara umum.

8. Sistem pengolahan Sampah Pada Fasilitas Perdagangan


Sama halnya dengan pengelolaan sampah pada bangunan berfasilitas
pemerintahan dan pedidikan, bangunan berfasilitas perdagangan juga memiliki
sistem pengelolaan sampah tersendiri. Sampah pada pusat pusat perdagangan
atau industri umunya akan ditampung pada kontainer berukuran besar yang
apabila telah terisi penuh akan dipindah kan ke tempat penampungan sementara
(TPS) dan lalu dilanjutkan ke tempat pengolahan akhir (TPA).

Sebelum di tempatkan ke TPS atau TPA para penghasil sampah


menempatkan sampah mereka pada kontainer yang cukup besar dengan
memperhatikan beberapa aspek yaitu pengaruh penyimpanan terhadap sampah,
jenis kontainer yang digunakan, serta lokasi container.

59
Penempatan container pada bangunan berfasilitas perdagangan seperti
pasar, mall, toko, dll diletakan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor
kemudahan pengumpulan sampah yang ada pada kontainer.

Pengelolaan sampah pada bangunan berfasilitas perdagangan seperti


pasar, toko, mall, dll memiliki pengelolaan sampah yang sama dengan
pengelolaan sampah pada bangunan pada umumnya yaitu:

1. Pengolahan sampah pada sumbernya yang berguna untuk mengurangi


jumlah sampah yang akan dihasilkan.
2. Mengumpulkan sampah pada kontainer yang jenis sampahnya
dikelompokkan berdsarkan organic dan anorganik.
3. Setelah sampah dikumpulkan pada kontainer, sampah pada kontainer dari
berbagai macam sumber toko pada mall atau pasar akan diangkut ke tempat
penampungan sementara (TPS) yang pada umumnya setiap pasar memiliki
tempat penampungan sementara (TPS) yang telah disediakan.
4. Setelah pengumpulan sampah pada TPS, sammpah akan diangkut ke
tempat pengolahan akhir (TPA).

9. Sistem Pengolahan Sampah Pada Laboratorium

(sumber : Ansida. 2012)

Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas
yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Sumber limbah tersebut antara lain dari :

1. Bahan baku kadaluarsa


2. Bahan habis pakai (misal eluan dan medium biakan yang tidak terpakai)
3. Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)

60
Berkaitan dengan pembuangan limbah ini, bukan hanya ketentuan hukum saja
yang mengatur dan menjerat, akan tetapi termasuk juga pengertian tanggung jawab
pribadi terhadap lingkungan. Sehingga sudah semestinyalah harus ditekankan untuk
mengumpulkan dan secara profesional membuang residu bahan kimia.

Potensi Polutan Air (WGK)

Perusahaan besar seperti Merck mencantumkan potensi polutan air terhadap


berbagai kelas dengan Wassergefaehrdungsklassen (WGK) berdasarkan bahaya polusi
yang ditimbulkan.

Kriteria penilaiannya berdasarkan NWG (nicht wassergefaehrdend) yaitu :

0 = tidak berbahaya untuk air

1 = senyawa penyebab polusi ringan

2 = senyawa penyebab polusi

3 = senyawa penyebab polusi berat

Definisi Limbah Bahan Kimia Berbahaya adalah Limbah yang mempunyai efek
toksik dan berbahaya terhadap manusia.

Adapun klasifikasi pengumpulan limbah labotorium antara lain :

KELAS JENIS
A Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan.
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam
larutan.
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organik.
D Garam dalam larutan : lakukan penyesuaian kandungan kemasan
pada pH 6-8.
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan
larutannya.
F Senyawa beracun mudah terbakar.

61
G Residu air raksa dan garam anorganik raksa.
H Residu garam logam ; tiap logam harus dikumpulkan secara
terpisah
I Padatan anorganik
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik.

Untuk pelarut organik bebas halogen - kelas A antara lain :

• Aliphatic and alicyclic hydrocarbons


• Aromatic hydrocarbons
• Alcohols
• Ketones
• Esters
• Ethers
• Glycol ethers

Pelarut Organik mengandung Halogen – Kelas B :

• CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)


• CHC (chlorinated hydrocarbons)
• HHC (halogenated hydrocarbons)

Cara Pengumpulan Limbah Laboratorium Pembuangan Limbah :

 •Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah menurut


tipe bahan kimia yang berkaitan
 •Wadah diberi label (A-J)
 •Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu kategori
tidak bereaksi satu sama lain
 •Pengecekan untuk kandungan asam dan basa
 •Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.

62
Wadah Cairan Pelarut Organik :

• Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan


• Tidak mudah pecah/rusak
• Anti-bocor dan rapat gas
• Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbah internasional
• Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasi baik
• Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap
berbahaya
• Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)

Kemasan untuk limbah asam dan basa:

Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner

1. Corong untuk kemasan baja nirkarat


2. Corong untuk kemasan Kombinasi
3. Corong untuk kemasan PE

(sumber : Ansida. 2012)

Sedangkan untuk pelarut organik yang secara umum bersifat mudah terbakar, perlakuan
wadah/penampungnya :

• Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan
panas)
• Grounding (“Bumikan”) wadah penampungan

63
Persyaratan Wadah :

1. Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3
yang hendak dikemas.
3. Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon,
baja, karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi dengan
limbah B3 yang disimpannya.

(sumber : Ansida. 2012)

Prinsip Pengemasan Limbah B3 :

1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.


2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya
pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama
penyimpanan.
3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor)
dengan kemasan lain.
5. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
6. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan
sebagai bagian pengelolaan limbah.

2.2.5 Metode-Metode Dalam Pengolahan Sampah


Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur
ulangan, atau pembuangan dari material sampah.Kalimat ini biasanya mengacu pada

64
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan utama manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan.Pengolahan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.

Gambar : Pengelolaan Sampah

1. Metode Pembuangan
a. Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya
untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , lubang bekas
pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.

65
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya
adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang ditinggalkan, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama.
Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang
untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakaran atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2. Metode Daur Ulang


Ada beberapa cara daur ulang, contohnya mengambil bahan sampahnya untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk
membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan,
diantaranya :
a. Pengolahan Kembali Secara Fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.

66
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng
baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan
menurut jenis bahannya

b. Pengolahan Biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Gambar : Pengkomposan Sampah

67
c. Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.

Daur-ulang melalui cara "pemulihan energi" bervariasi mulai dari


menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai
menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik
dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas
yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan
miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan
tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat
padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi
atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif.Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang
canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas
sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian
dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

3. Metode Penghindaran dan Pengurangan


Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang
yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali
(seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue), dan

68
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

2.2.6 Menghitung Volume Sampah

1. Estimasi Volume Sampah Domestik


Sebelum melakukan perhitungan estimasi volume sampah domestik, terlebih
dahulu menghitung estimasi jumlah penduduk. Rumus perhitungan yang digunakan
dalam melakukan estimasi tersebut yaitu :
a. Estimasi jumlah penduduk di tiap-tiap unit lingkungan permukiman (ULP).

Menghitung jumlah penghuni rata-rata setiap rumah mukim pada ULP-n.

p = jumlah total penghuni rumah mukim pada seluruh sampel pada ULP-n
jumlah sampel pada ULP-n
p = Jumlah penghuni rata-rata per rumah mukim pada ULP-n

Menghitung jumlah penduduk pada ULP-n.

P=Rxp
P = Jumlah penduduk pada ULP-n
R = Jumlah rumah mukim pada ULP-n
p = Jumlah penghuni rata-rata per rumah mukim pada ULP-n

b. Estimasi volume sampah domestik yang dihasilkan di tiap-tiap unit


lingkungan permukiman (ULP).
Menghitung rerata volume sampah domestik yang dihasilkan setiap orang pada
ULP-n.

v = jumlah total volume sampah domestik pada seluruh sampel ULP-n


jumlah penghuni rata-rata per rumah mukim pada ULP-n
v = Rerata volume sampah domestik yang dihasilkan per orang pada ULP-n.

69
Menghitung volume sampah domestik yang dihasilkan pada ULP-n.

V=Pxv
V = Volume sampah domestik yang dihasilkan pada ULP-n
P = Jumlah penduduk pada ULP-n
v = Rerata volume sampah domestik yang dihasilkan per orang pada ULP-n

2.2.7 Komponen Sistem Sampah


a. Pada Lingkungan Rumah Tangga

70
b. Pada Bangunan Tinggi

2.2.8 Layout Sistem Sampah

Tempat Sampah Rumah

Layout TPS perumahan Dosen Kopertis

71
2.2.9 Kapasitas
Berikut adalah kapasitas tampung tong sampah dan kontainer yang di gunakan
untuk menampung sampah sehari-hariya, menurut Ernst Neufert (Data Arsitek Jl.1
Edisi 33) ukuran kapasitas yang harusnya di gunakan untuk ruangan memiliki panjang
30cm, lebar 30cm, dan tinggi 35cm yang memiliki kapasitas 31,5 liter. Sedangkan
untuk tong sampah umum memiliki dimensi, panjang 55cm, lebar 57cm, dengan tinggi
108cm, yang memiliki kapasitas 338,5 liter. Dan untuk kontainer sampah pada skala
perumahan, ukuran kontainer yang digunakan memiliki dimensi: panjang 33 cm, lebar
180 cm, dan tinggi 120 cm dengan kapasitas sampah yang dapat
dikumpulkan/diwadahkan sebesar 6480 liter.

2.2.10 Inovasi Pengolahan Sampah


Ulat yang Mampu Mengurai Sampah Plastik

(sumber : kompas.com. 2015)

72
Penelitian yang dilakukan oleh Wei-Min Wu dari Stanford University
mengungkap bahwa mealworm atau ulat tepung memiliki kemampuan untuk mengurai
plastik berbahan polistirena. Hasil riset yang diterbitkan menjadi dua makalah di jurnal
Environmental Science and Technology itu berpotensi menyelesaikan masalah sampah
plastik global.

Min Wu melakukan dua rangkaian eksperimen. Dalam eksperimen pertama, dia


dan timnya memberikan 34-39 miligram styrofoam ke 100 ulat tepung. Styrofoam juga
termasuk plastik, tersusun atas bahan polistirena. Dosis styrofoam untuk ulat tepung dapat
disetarakan dengan dosis satu pil untuk manusia.

Ulat tepung mampu mengubah styrofoam menjadi karbon dioksida dan butiran-
butiran materi yang bisa diuraikan. Saat melakukan tes kesehatan, Min Wu mengetahui
bahwa ulat tepung yang memakan styrofoam sama sehatnya dengan ulat tepung yang
makan biji-bijian.

Dalam eksperimen kedua, Min Wu menggunakan mikroba dalam saluran


pencernaan ulat tepung. Mikroba itulah yang membuat ulat tepung bisa menguraikan
styrofoam. Dalam percobaan, mikroba diminta menguraikan polistirena. Walaupun
kecepatan penguraiannya lebih lambat, mikroba itu tetap bisa melakukannya.

Craig Riddle dari Stanford University yang menjadi supervisor dalam penelitian
mengatakan bahwa hasil riset ini sangat menarik. "Kadang sains mengejutkan kita. Ini
adalah kejutan," katanya seperti dikutip situs Popular Science, Jumat (1/10/2015) waktu
setempat.

Min Wu mengatakan, "Temuan kami membuka pintu untuk menyelesaikan


masalah plastik global." Ke depan, ia akan mencoba mengidentifikasi mikroba yang bisa
mengurai styrofoam, dan mencoba mencari organisme semacam ulat tepung di laut.
Dengan demikian, masalah plastik yang terakumulasi di lautan bisa diatasi.

Dari eksperimen tersebut diharapkan ulat yang dapat mengurai plastik tersebut
dapat berguna kedepannya dalam upaya untuk mengurangi sampah plastik yang selama
ini paling susah terurai. Bagaimana kelanjutannya ? Semoga para ulat ini berhasil
menyelesaikan permasalahan sampah plastik.

Pengelolaan Sampah di Negara Maju(Jepang)


Sekitar 20 tahun lalu, orang Jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di
tahun 1960 dan 1970-an, orang Jepang bahkan masih rendah kepeduliannya pada masalah
pembuangan dan pengelolaan sampah.

73
Sampah Menurut Jenisnya di Jepang(sumber : Junanto. 2015)

Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah
lingkungan hidup tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu
adalah terjadinya kasus pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang
limbah merkuri ke lautan dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan
warga sekitar yang makan ikan dari laut sekitar Minamata menjadi korban. Di tahun
2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal akibat tragedi tersebut.

Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi


bagian dari tumbuhnya industri Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah rumah
tangga saat itu menjadi masalah besar bagi lingkungan dan mengganggu kehidupan warga
Tokyo.

Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat peduli


lingkungan atau “chonaikai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang
kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga
memudahkan dalam pengolahannya. Gerakan mereka menganut tema 3R atau Reduce,
Reuse, and Recycle. Mengurangi pembuangan sampah, Menggunakan Kembali, dan
Daur Ulang.

Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat


di Jepang. Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang pesat, pemerintah
Jepang belum memiliki Undang-undang yang mengatur pengolahan sampah. Bagi
pemerintah saat itu, urusan lingkungan belum menjadi prioritas.

Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan
dukungan besar dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan
sampah diloloskan Parlemen Jepang

74
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang
atau Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui
oleh parlemen Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur
Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law” telah terlebih dahulu disetujui oleh
Parlemen.

Tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang membuat hampir semua
orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.

Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai”


melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat.
Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor
pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.

Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak
membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas
penanganan sampah di Jepang.

Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil
memegang botol bir. Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk
mencari tempat sampah. Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang
sampah, bukan hanya di tempatnya, namun bisa memilih tempat sampah daur ulang
khusus botol dan kaleng.

Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga
karena dibangun rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.

Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak
di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya.
Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah
sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.

75
Tempat sampah salah satu mall di kota Tokyo (sumber : Junanto. 2015)

Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai


perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang
memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan
penjelasan dan informasi yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan
sampah, resistensi itu berkurang dengan sendirinya.

76
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa dari suatu proses dan kegiatan. Sampah dapat
menimbulkan beberapa masalah yang serius apabila tidak ditanggulangi dengan baik
yang menyebabkan menumpuknya sampah tersebut. Berdasarkan sumbernya sampah
dibagi menjadi sampah alam, manusia, konsumsi, nuklir, industry, dan pertambangan,
sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi sampah organik dan
anorganik, sampah organik biasanya di peroleh dari tumbuhan yang mati sedangkan
anorganik diperoleh dari benda benda yang tdk dapat di jadikan pupuk. Berdasarkan
bentuknya sampah dibagi menjadi sampah padat dan sampah cair. Terdapat metode
untuk mengolah sampah seperti metode pembuangan, metode daur ulang dan metode
penghindaran dan pengurangan.

3.2 Saran
Permasalahan yang berkaitan dengan sampah sudah tidak lagi menjadi masalah
yang mudah di tanggulangi. Namun, merupakan suatu masalah besar dan kompleks
yang dihadapi makhluk hidup khususnya manusia saat ini sehingga setiap individu
harus ikut berpartisipasi dalam pengelolaannya. Mulai dari hal terkecil seperti
membuang sampah pada tempatnya.
Begitu juga dalam proses pembangunan. Seorang arsitek harus memikirkan
secara matang dan teliti terhadap masalah sampah, baik masalah yang telah ada maupun
masalah yang akan terjadi. Salah satu contoh nyata adalah masalah sampah pasca
pembangunan yang melibatkan banyak material organik dan non-organik yang pada
akhirnya akan mencemari lingkungan jika tidak dipikirkan penanganan selanjutnya.
Seorang arsitek pada era globalisasi ini harus semakin kreatif dan inovatif dalam
merancang sehingga limbah yang dihasilkan semakin meminimalisir kerusakan pada
lingkungan.

77
Daftar Pustaka

Anonim. “Dasar – Dasar Pengelolaan Sistem Persampahan”. Diakses pada tanggal 5


September 2015. http://www.sanitasi.net/dasar-dasar-sistem-pengelolaan-sampah.html

Phynkyawati, Theresia. 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta: Griya Kreasi.

Tanggoro, Dwi. 2010. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press.

Poerbo, Hartono. 1992. Utilitas Bangunan. Jakarta: Djambatan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html

http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/210/206

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI-3242-
2008_Tata_Cara_Pengelolaan_Sampah_di_Permukiman.pdf

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI_19-2454-
2002_Tata_Cara_Teknik_Operasional_Pengelolaan_Sampah_Perkotaan.pdf

78
SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1

SISTEM SAMPAH

OLEH :

I WAYAN DANANJAYA RYADI (1705522011)

I PUTU SEMARA JAYA (1705522019)

I NYOMAN BAGUS RASTAPARANTAPA (1705522022)

ADI CAHYA BUANA MERTA (1705522030)

ANAK AGUNG NGURAH AGUNG PUSPA WIRAWAN (1705522036)

DEWA AGUNG DWIRAMA DIVO PRIAMBADA (1705522038)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
SEMESTER GENAP

79
80

Anda mungkin juga menyukai