Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Makalah Sistem
Sampah” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan meskipun banyak
hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya.
Makalah ini penulis susun berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti: dari media elektronik yaitu internet dan mencari refrensi dari
buku-buku yang memuat materi yang digunakan untuk penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tentunya tidak
terlepas dari bantuan pembimbing. Oleh karena itu kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak pembimbing., selaku dosen
pembimbing materi sistem sampah pada Mata Kuliah Sains Bangunan, dan
Utilitas. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa
yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kita semua tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna seperti
pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa
makalah yang telah disusun ini masih jauh dari kesempurnaan banyak terdapat
kekurangannya baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca, guna menuju ke arah yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah sistem pambling ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ................................................................................................................. 1
BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 4
1.3. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Sampah ..................................................................................... 5
2.1.2 Jenis-Jenis Sampah ...................................................................................... 6
2.1.3 Dampak Sampah ......................................................................................... 8
2.1.4 Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Rumah Tangga ..................... 9
2.2 Pembahasan ...................................................................................................... 16
2.2.1 Perngertian Utilitas ................................................................................... 16
2.2.2 Pengertian Sistem Sampah ....................................................................... 18
2.2.3 Penanganan sampah di sumber sampah .................................................. 18
2.2.4 Sistem pengolahan sampah pada ragam tipologi bangunan .................... 30
2.2.5 Metode-Metode Dalam Pengolahan Sampah .......................................... 64
2.2.6 Menghitung Volume Sampah ................................................................... 69
2.2.7 Komponen Sistem Sampah ....................................................................... 70
2.2.8 Layout Sistem Sampah .............................................................................. 71
2.2.9 Kapasitas ................................................................................................... 72
2.2.10 Inovasi Pengolahan Sampah ..................................................................... 72
BAB III ................................................................................................................................ 77
PENUTUP ........................................................................................................................... 77
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 77
3.2 Saran ................................................................................................................. 77
Daftar Pustaka................................................................................................................... 78
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat
pesat, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa
dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem
pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai
salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan
dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk
mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian
yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.
Salah satu unsur yang sangat penting pada bangunan ialah sampah. Sampah
adalah hal penting dalam menciptakan suatu hunian dan kawasan yang ekologis yang
memberikan efek buruk jika tidak dapat dikelola dengan benar. Oleh karena itu, penting
3
bagi kita semua untuk mengetahui sistem sampah yang ada pada bangunan, cara
pengelolaannya, serta dampak yang diakibatkan oleh sampah-sampah yang ada pada
bangunan. Sehingga nantinya, tercipta bangunan dengan lingkungan yang bersih, sehat,
dan tercipta kenyamanan tersendiri tidak hanya bagi bangunan tetapi juga untuk
lingkungan disekitarnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
"Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
"Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau
pemakai semula". (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)
"Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai". (Radyastuti, W. Prof. , Ir,
1996).
"Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah
Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).
Di dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau
tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan.
Menurut Dwi Tangoro (Utilitas Bangunan, ((UI Press) 2010) Sampah merupakan
material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah
merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah,
yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap
fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan
5
dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada
suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
B. Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
6
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos.
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
wadah pembungkus makanan, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah
yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang
dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dll.
C. Berdasarkan bentuknya
1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan kayu, ranting, rumput, dan sebagainya.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a. Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
b. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
D. Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan)
penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Salah satu perkembangan utama
pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah
perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi
dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
7
E. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori
ini masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
F. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.
Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut.
2.1.3 Dampak Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
1. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
2. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan
8
gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat meledak.
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati ke rumah sakit).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
a. Mudah meledak; Adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25
derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b. Mudah terbakar; Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:
9
• Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 760 mmHg.
• Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
• Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
• Merupakan limbah pengoksidasi.
10
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; yaitu B3 yang berasal bukan dari
proses utamanya tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.
Limbah B3 dari sumber spesifik; yaitu B3 bahan awal, produk atau sisa
proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan, khususnya di lingkungan
rumah, menghasilkan sisa buangan atau biasa disebut dengan limbah.
Limbah rumah tangga tidak hanya terbatas pada sampah bekas makanan
saja, tetapi juga menghasilkan limbah yang termasuk katagori B3, yang
tentunya memerlukan penanganan khusus. Jenis sampah ini antara lain
adalah batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat,
kosmetik atau pelumas kendaraan yang umumnya mengandung bahan-
bahan yang menyebabkan iritasi atau gangguan kesehatan lainnya
seperti logam merkuri yang terkandung di dalam batu baterai pada
umumnya.
11
Kemudian sampah B3 yang sudah terkumpul dimasukkan dalam wadah yang aman.
Pastikan Anda menggunakan sarung tangan saat melakukannya. Selanjutnya, jika
penganangan sampah B3 dilakukan secara terkoordinasi dengan warga masyarakat di
kompleks perumahan Anda, maka tahap selanjutnya adalah dengan pewadahan dan
pengumpulan besar, pengangkutan dan penyimpanan sementara. Semuanya harus
dilakukan dengan metode pengelolaan sampah B3 yang sesuai dengan aturan
pemerintah dan anjuran ahli.
Dalam menyikapi sampah B3, kita tidak hanya sebagai warga tapi juga konsumen
perlu memiliki peran yang baik. Usahakan mengurangi konsumsi produk yang
mengandung bahan berbahaya beracun, dan lebih memilih produk ramah lingkungan.
Kita juga bisa memperpanjang umur pakai suatu produk dengan pemakaian yang
bijak. Misalnya dengan merawat baterai alat elektronik agar awet atau menghemat
penggunaan bahan pembersih.
Pasal 6
(1) Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan dan strategi dalam
pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan dan strategi Provinsi.
(2) Kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
12
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik
dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya.
Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu
solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau
meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle)
dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat.
Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh
siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan
hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah,
sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
13
6. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
14
3. Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau
yang timbul akibat adanya dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan
akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit lainnya.
4. Timbulan lindi (leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah memiliki
potensi yang besar dalam mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di
bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan masalah terberat yang
mungkin dihadapi dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
5. Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar. Misalnya
tumpukan sampah kertas kering akan mudah terbakar hanya karena puntung rokok
yang masih membara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan bahaya kebakaran.
6. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air buangan
dan drainase. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan bahaya banjir akibat
terhambatnya pengaliran air buangan dan air hujan.
7. Beberapa sifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatkan yang terbatas,
keanekaragaman komposisi, waktu untuk terdekomposisi sempurna yang cukup
lama dan sebagainya, dapat menimbulkan beberapa kesulitan dalam pengelolaannya.
Misalnya, diperlukan lahan yang cukup luas dan terletak agak jauh dari pemukiman
penduduk, sebagai lokasi pembuangan akhir sampah, volume sampah yang besar
merupakan masalah tersendiri dalam pengangkutannya, begitu juga dengan masalah
pemisahan komponen-komponen tertentu sebelum proses pengolahan, dan lain-lain.
8. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kurangnya kemauan Pemerintah
Daerah, kurangnya kesadaran penghasil sampah akan pentingnya penanganan
sampah yang baik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan sampah,
khususnya di kota-kota besar.
15
4. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari pemerintah daerah
merupakan masalah umum dalam skala nasional.
5. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas yang tidak
dapat terurai seperti plastik.
6. Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai tersedia di daerah untuk menangani
masalah sampah.
7. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak sangat lambat.
8. Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan terorganisir
secara baik.
9. Konsep pengelolaan persampahan yang kadang kala tidak cocok untuk diterapkan,
serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep tersebut di lapangan.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Perngertian Utilitas
Berbagai bangunan yang megah yang dirancang oleh seorang arsitek itu tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa memperdulikan adanya kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan,
komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
16
Dalam mempelajari utilitas bangunan beserta kelengkapannya ada 3 unsur pokok
yang harus diperhatikan :
a. Air
Kebutuhan air dalam lingkungan bangunan dan bangunan itu sendiri sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
b. Matahari/Cahaya Matahari
Penggunaan energi cahaya matahari dalam system rancang bangunan sangat penting dan
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga penggunaan cahaya buatan yang
membutuhkan energi tambahan dapat dikurangi.
c. Udara/Angin
Dalam system perancangan bangunan factor udara sangat penting untuk kenyamanan
dalam melaksanakan kegiatan kerja sehari-hari.
Dalam perancangan suatu bangunan perlu diperhatikan ketiga faktor diatas dalam hal
penggunaan air yang hemat, persiapan tempat-tempat rembesan air, penggunaan cahaya
alam dan aliran angin segar yang sebaik mungkin, serta pengurangan penggunaan cahaya
dan aliran angin buatan. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka tercipta suatu
lingkungan yang seimbang.
17
6. Perancangan Tata Suara
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan Pencegahan Kebakaran
9. Perancangan Telepon/PABX
10. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem
11. Perancangan Alat Pembersih Bangunan
18
Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemisahan/sortasi,
penyimpanan, dan pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan
sampah. Karena tahap ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
karakteristik sampah, kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem
pengelolaan sampah, maka sangatlah penting untuk memahami bagaimana sebaiknya
kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan.
Dalam modul ini diuraikan teknik penanganan sampah di sumbernya, yang terdiri
atas pemisahan, penyimpanan, dan pengolahan. Penekanan diberikan pada penanganan
sampah permukiman sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan, yaitu sebelum,
selama, dan setelah penyimpanan. Gambaran umum penanganan sampah di sumber
sampah terutama dari pemukiman dapat dilihat pada Gambar 1. berikut. Pemilahan
dilaksanakan mulai dari sumber sampah dan konsep 3R dikembangkan dengan adanya
pemilahan ini. Pemanfaatan sampah organik adalah sebagai kompos baik skala
individu maupun skala komunal. Berdasarkan tipe rumah yaitu rumah sederhana tipe
21-36; menengah tipe 45-54 dan rumah mewah tipe > 70, pewadahan sampah dan
penanganan sampah di masing-masing rumah berbeda. Tergantung dari kemampuan
dari masyarakat untuk melakukan penanganan sejak dari sumbernya.
19
Gambar 1. Pola operasional sampah di pemukiman
20
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan
yaitu:
- Kepadatan dan penyebaran penduduk
- Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
- Timbunan dan karakteristik sampah
- Budaya sikap dan perilaku masyarakat
- Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah
- Rencana tata ruang dan pengembangan kota
- Sarana pengumpulan pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan
akhir sampah
- Biaya yang tersedia
- Peraturan daerah setempat
21
(1) Besaran timbunan sampah
(2) Jumlah penduduk, kepadatan rumah/bangunan
2) Peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan,
kapasitas perencanaan (meliputi alat dan personil), jenis sarana dan
prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan.
d) Teknik operasional
1) Pola pewadahan dengan melakukan pewadahan sampah sesuai dengan
jenis sampah yang telah terpilah contohnya:
- sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap.
- Sampah an organik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan
wadah warna terang
- Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga, dengan warna merah
yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan
individual maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelola
sampah.
22
e) Persyaratan bahan wadah
a. Tidak mudah rusak dan kedap air
b. Ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat
c. Mudah dikosongkan
23
g) Pola pengumpulan
24
- Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah
c. Pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut:
- Bila alat angkut terbatas
- Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah
- Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumbet sampah individual
(kondidi daerah sempit)
- Peran serta masyarakat tinggi
- Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang
mudah dijangkau
- Untuk pemukiman tidak teratur
d. Pola komunal tidak langsung dengan syarat sebagai berikut:
- Peran serta masyarakat tinggi
- Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang
mudah dijangkau alat pengumpul
- Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia
- Bagai kondisi topografi yang relatif datar(<5%), dapat menggunakan alat
pengumpulan non mesin
- Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul
- Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah
e. Pola penyapuan jalan dengan persyaratan sebagai berikut:
- Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah
pelayanan
- Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah tergantung pada fungsi
dan nilai daerah yang dilayani
- Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi
pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA
- Pengendalian personel dan peralatan ahrus baik
25
h) Pemindahan sampah
Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut:
- Manual
- Mekanis
- Gabungan manual dan mekanis, oengisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan kontainer akan ke atas truk
dilakukan secara mekanis
26
i) Pengangkutan sampah
A. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsugn
(door to door)
27
f. Demikian seterusnya sampai rit terakhir
28
b. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong
menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil
dan langsung membawanya ke TPA
c. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA
menuju ke kontainer isi berikutnya
d. Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir
29
- Truk pemadat
- Truk dengan crane
- Mobil penyapu jalan
- Truk gandengan
k) Pengolahan
Dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengomposan:
- Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala lingkungan)
- Berdasarkan proses (alaami, biologis dengan cacing, biologis dengan
mikro organisme)
2) Insenerasi yang berwawasan lingkungan
3) Daur ulang
- Sampah an organik disesuaikan dengan jenis sampah
- Menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak
4) Pengurangan volume sampah dengan pencacahan dan pemadatan
5) Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah)
Rincian masing-masing teknik pengolahan sampah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
30
akhir. Namun untuk pengolahan sampah cair atau limbah dari masing-masing tipologi
bangunan memiliki sistem pengolahan yang berbeda.
1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2) Tidak mengotori permukaan tanah.
3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
31
6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan
murah.
7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Closet (WC) adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran
tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak penampung kotoran
(septik tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak peresapan serta dihubungkan
dengan saluran pipa pralon. Air limbah closet (WC) dialirkan melalui pralon ke bak
penampung kotoran berdinding kedap air.
Berikut ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga 6 orang dan
dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam tangki direncanakan
minimal 2 hari (24 jam).
Untuk mendapatkan gambaran besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
a. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
b. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
c. Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter. e. Jadi untuk melayani
keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna 1,2 m3 dengan ruang pengumpul
lumpur sebesar 0,9 m3.
Ruang closet (WC) dibuat tertutup , closet (WC) dengan lubang leher angsa dipasang,
kemudian dibuat tangki kotoran dengan dinding kedap air. Untuk mengalirkan udara dari
tangki keluar dipasang pula pralon berukuran kecil yang berbentuk huruf T. Kemudian
dibuat sumur resapan yang didalamnya diisi kerikil, ijuk dan dinding peresapan
berlubang-lubang. Pembuatannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
32
• Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Closet (WC)(Sumber :Yulesta. Halaman 2.
2004)
Closet tersebut digunakan untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni).
Closet perlu dijaga kebersihannya, yaitu dengan menggunakan karbol dengan takaran
yang sesuai dengan aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu,
kertas, kain , plastik,dsb, karena dapat menyumbat saluran air. Peresapan air pada Closet
tergantung dari kapasitas tangki/bak dan jenis tanahnya. Semakin kecil bak peresapan,
maka akan semakin kecil resapannya.
Keuntungan menggunakan cara ini ialah mudah dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah
didapatkan dan murah. Selain itu cara ini lebih baik, karena dapat mengurangi
pencemaran sumber air bersih disekitarnya.
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari
penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air
per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7
liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa
mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang
memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga
70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi,
dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan
benar.
33
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak perhatian telah diberikan pada
pembuatan sistem sanitasi yang tahan lama, hemat air, bisa diterima oleh orang-orang
yang akan memakainya, dan memungkinkan penggunaan kembali limbah yang telah
diolah. Pengembangan sanitasi yang paling penting dalam dekade ini adalah pengesahan
bentuk-bentuk sanitasi yang sebelumnya dianggap primitif. Setelah beberapa tahun
penelitian terapan dan kemajuan teknologi, kakus luar rumah telah ditransformasi
menjadi instalasi sederhana tapi canggih yang memberikan tingkat kenyamanan dan
kesehatan yang tinggi. Dua teknologi penting yang berhubungan dengan kakus ini adalah:
lubang kakus yang diperbaiki dan diberi ventilasi (Ventilated Improved Pit latrine/VIP
latrine) dan toilet siram guyur (Pour Flush Toilet/PF toilet). Dua teknologi ini biayanya
jauh lebih sedikit daripada toilet konvensional yang dihubungkan ke tanki septik atau
sistem saluran pembuangan.
Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan
bekas air cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang
sedapat mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang
tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang
jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan
pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.
34
• Gambar 2. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan (Sumber : Yulesta.
Halaman 4. 2004)
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah
bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen
dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran
berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi
suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu
bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir.
Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan
mencemarinya.
35
• Gambar 3. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci(Sumber : Yulesta. Halaman 5.
2004)
Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan
limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui
saluran ke sebuah lubang resapan.
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen
atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak
resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup
dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari
pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 4. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian.(
Sumber : Yulesta. Halaman 6. 2004)
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu
dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak
dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
36
Salah satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga
bak tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan
demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak membahayakan lagi.
Cara pembuatannya ialah buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran pasir
dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai ada
benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran. Antara
bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang lain letaknya
lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah industri rumah tangga
tergantung pada macam dan jenisnya, industri.
Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan,
pabrik tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan
mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II.
Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu
diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga.
Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi.
Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir
kasar perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah ini.
37
• Gambar 6. Bak limbah industri rumah tangga (Sumber : Yulesta. Halaman 7.
2004)
Dari gambar diatas terlihat kegunaannya yaitu untuk membuang limbah industri rumah
tangg dan untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.Bak hendaknya sering
dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluranPerlu di kontrol saluran-
salurannya untuk menghindari kemacetan.Jangan membuang limbah berupa benda padat
seperti : kain, kertas, daun-daun, plastik, kerikil, dsb.
Kerugiannya ialah apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar
ke atas dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat prioritas
utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi.
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk mencegah pencemaran
lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika.
• Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik, kayu, anyaman bambu, dsb.
• Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen dengan ukuran: panjang dan
lebar minimal 75 cm, sedangkan tingginya lebih kurang 100 cm. Bagian atas
dibuatkan tutup yang mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi lobang panen
kompos.
38
Alat yang telah diuji coba dengan hasil baik adalah drum 200 liter, diberi pasangan pipa
PVC berlubang-lubang untuk penghawaan. Bahan yang dikomposkan berupa sampah
daun dan sisa makanan dapur.
• Drum dipasang tegak, diganjal dan di bawah lubang ditaruh pecahan genteng untuk
mencegah tikus masuk. Sampah daun dari pembersihan halaman dikumpulkan di dekat
drum komposter dan dipotong-potong (2,5 - 5 cm) menggunakan parang atau gunting
rumput.
• Sampah dapur ditampung dulu di dapur dalam dua ember kecil bertutup, yang satu
untuk sisa makanan, yang kedua untuk plastik dan barang-barang bekas lain. Setiap kali
ember sisa makanan penuh, dibawa ke kebun, dan dimasukkan ke dalam drum kemudian
di atasnya ditutup rapat dengan potongan daun atau serbuk gergaji untuk mencegah
pencemaran lalat dan menyeimbangkan C2N ratio. Kemudian di atas lapisan ditaburi
aktivator isolar mikroorganisme 2 - 3 sendok besar(antara lain: orgaded, stardec, dsb.),
atau kompos dan terakhir disiram air agar selalu lembab.
• Demikian dilakukan setiap hari sampai drum penuh dan biarkan pengomposan berlanjut.
Proses pengomposan akan merambat dari bawah ke atas seperti yang terjadi di lantai
hutan.
• Untuk mempercepat pengomposan, sejak drum berisi separuh, perlu sering ditusuk-
tusuk agar terjadi lorong-lorong penghawaan.
• Setelah lebih kurang 6 minggu, kompos dipanen dengan mengeluarkannya dari drum,
dikering anginkan dan dapat langsung dipakai. Sesudah itu drum dapat dipakai kembali.
Apabila tersedia banyak bahan baku sampah, misalnya setelah pemangkasan tanaman,
bahan baku ini dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam wadah dengan menggunakan
sistim berlapis (sandwich system), dengan ketebalan lapisan kurang lebih 30 cm. Di atas
setiap lapisan bahan baku sampah diberi pupuk kandang, tanah subur, kompos atau
ditaburi aktivator biologis (orgadec, stardec, dll.) kemudian diberi air supaya lembab.
39
Demikian dilakukan sampai penuh dan wadah segera ditutup untuk menghindari
gangguan berbagai binatang. Untuk tahap pengomposan selanjutnya lihat poin diatas.
40
Sampah seperti pecahan kaca, logam, dan plastik dibakar dulu hingga menjadi
abu sebelum ditimbun. Sampah yang mudah terdegradasi seperti sisa makanan, digiling
terlebih dulu sebelum ditimbun. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran
untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi). Di dekat TPA harus ada sumur
kontrol untuk mengontrol apakah air tanah di sekitar TPA sudah tercemar.
Namun, kalo tidak sangat berbahaya sekali karena sampah akan mencemari tanah
dan air tanah (berupa bakteri e-coli dan logam berat) secara langsung. Sudah begitu,
sistem open dumping yang digunakan ternyata masih disertai dengan pembakaran
sampah. Padahal, pembakaran sampah itu "haram hukumnya" karena pembakaran
sampah hanya menghasilkan oksidan berbahaya bagi kesehatan, apalagi kalo sampah
yang dibakar adalah sampah non-organik, seperti plastik, kaca, atau logam. Jika itu
dilakukan sama saja dengan memindahkan sampah di permukaan tanah ke udara dalam
Sampah landfill yang diproduksi pasar dan rumah tangga, seperti sisa makanan,
sisa sayur mayur, atau segala yang cepat busuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik dan sumber energi untuk membangkitkan listrik dari tenaga uap. Tempat
pembuangan dengan rayonisasi juga mempersingkat waktu waktu dari pengambilan ke
tempat pembuangan sampah untuk langsung diolah. Durasi ini penting untuk
meminimalkan bau akibat proses pembusukan yang tidak dapat ditunda.
Truk-truk yang menutup sampahnya dengan terpal plastik tebal adalah cermin
pengelolaan sampah yang buruk, dengan ditutup rapat seperti itu bau yang timbul akan
lebih menyengat sebab proses anaerob menghasilkan gas asam sulfida, metan, dan licit.
Sampah cukup ditutup dengan semacam jaring halus yang memungkinkan proses aerob :
menyerap oksigen dan mengeluarkan CO2 yang tidak berbau.
41
Indikator yang bisa dilihat dari komitmen Pemerintah untuk mempercepat
kesadaran masyarakat salah satunya adalah baik buruknya pengelolaan sampah di setiap
kota yang selalu parsial, latah dan berorientasi kepada proyek.
Merujuk pada Protokol Kyoto (1997) yang sampai saat ini belum diratifikasi oleh
Indonesia, khususnya pada Annex A, disebutkan bahwa jenis-jenis buangan yang bisa
diperdagangkan adalah gas-gas rumah kaca, buangan bahan bakar, serta buangan industri
mineral, logam, pelarut dan limbah. Namun, belum banyak pihak yang memahami apa
yang bisa dimanfaatkan menurut protokol tersebut karena Indonesia masih belum
meratifikasi. Menurut pakar Lingkungan Prof (Em) Dr. Otto Soemarwoto, " Semua pihak
yang berhubungan dengan emisi sebaiknya mempelajari Protokol Kyoto dan
pengaturannya melalui Mekanisme Pembangunan Bersih sehingga ketika diratifikasi,
semua bisa memanfaatkannya".
Kesadaran warga untuk mau memilah sampah organik dan anorganik sebetulnya
dapat dipicu dengan memberikan insentif berupa pengurangan pajak bagi restoran,
kantor, dan pusat bisnis yang kooperatif dalam pemilahan sampah ini.
42
Beberapa cara dalam pemilahan sampah medis yaitu:
1) Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan sampah tersebut.
2) Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah dengan
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk di buka sehingga orang yang
tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
3) Jarum syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan lagi.
4) Untuk memudahkan pengelolaan sampah rumah sakit maka terlebih
dahulu limbah atau sampahnya dipilah-pilah untuk dipisahkan.
Pewadahan atau penampungan sampah harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan jenis wadah sesuai kategori sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Wadah dan Label Sampah Rumah Sakit Sesuai Kategorinya
43
Sampah yang telah dipilahkan akan dikumpulkan oleh petugas
kebersihan dan akan diangkut ke titik pengangkutan lokal. Kontainer untuk
pengumpulan sampah harus terbuat dari bahn yang padat (solid), berwarna
relatif terang, stainless dan tahan air. Kontainer untuk pengumpulan sampah
medis padat infeksius dan citotoxic harus dibersihkan dan disenfeksi sebelum
digunakan ulang. Kantong pelastik yang telah dipakai sama sekali tidak boleh
digunakan kembali. Sampah infeksius, sampah patologi dan sampah domestik
harus dikumpulkan secara reguler. Sampah harus dikumpulkan setiap harinya
bila 2/3 bagian telah terisi sampah. Jenis lain dari sampah (misalnya benda
tajam) dapat dikumpulkan dengan frekuensi yang lebih rendah (setelah
container penuh 2/3). Sampah farmasi dan sampah kimia dapat dikumpulkan
atas permintaan dan setelah memberitahukan kelayanan pengumpulan (Wagner,
2009)
b. Penampungan Sampah Rumah Sakit
Setiap unit di Rumah Sakit hendaknya menyediakan tempat penampungan
sementara sampah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah
penampungan sementara sesuai dengan kebutuhan serta kondisi ruangan.
Sarana penampungan untuk sampah medis diletakkan pada tempat pasien
aman dan hygiene. Wadah penampungan yang digunakan harus tidak mudah
berkarat, kedap air, memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah
dikosongkan atau diangkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda
tajam dan runcing.
Penampungan dilakukan bertujuan agar sampah yang diambil dapat
dilakukan pengolahan lebih lanjut atau pembuangan akhir, sampah biasanya
ditampung di tempat produksi di tempat produksi sampah untuk beberapa lama.
Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan
bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah
serta kondisi setempat. Sampah sebaiknya tidak dibiarkan di tempat
penampungan terlalu lama. Kadang-kadang sampah juga diangkut langsung ke
tempat penampungan blok atau pemusnahan. Penyimpanan sampah medis padat
harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam (Candra, 2007).
Dalam penampungan sampah Penggunaan kantong plastik terutama
bermanfaat untuk sampah laboratorium. Ketebalan plastik disesuaikan dengan
jenis sampah yang dibungkus agar petugas pengangkut sampah tidak cedera
44
oleh benda tajam yang menonjol dari bungkus sampah. Kantong plastik
diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah .
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman .Unit laboratorium menghasilkan
berbagai jenis sampah. Untuk itu diperlukan tiga tipe dari tempat penampungan
sampah di laboratorium yaitu tempat penampungan sampah gelas dan pecahan
gelas untuk mencegah cidera, sampah yang basah dengan solvent untuk
mencegah penguapan bahan-bahan solvent dan mencegah timbulnya api dan
tempat penampungan dari logam untuk sampah yang mudah terbakar.
Hendaknya disediakan sarana untuk mencuci tempat penampungan sampah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk rumah sakit kecil mungkin
cukup dengan pencuci manual, tetapi untuk rumah sakit besar mungkin perlu
disediakan alat cuci mekanis. Pencucian ini sebaiknya dilakukan setiap
pengosongan atau sebelum tampak kotor. Dengan menggunakan kantong
pelapis dapat mengurangi frekuensi pencucian. Setelah dicuci sebaiknya
dilakukan disinfeksi dan pemeriksaan bila terdapat kerusakan dan mungkin
perlu diganti.
c. Pengangkutan Sampah Rumah Sakit
Untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
biasanya menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan
untuk tujuan yang lain dan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut (WHO,
2008):
1) Mudah dimuat dan dibongkar muat
2) tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah
selama permuatan ataupun pembongkaran muat
3) Mudah dibersihkan
4) Bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh
kepembuangan.
45
1) Kereta
Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam
merencanakan pengangkutan perlu mempertimbangkan :
a) Penyebaran tempat penampungan sampah dengan cara pada setiap
ruangan yang ada di rumah sakit harus mempunyai tempat sampah.
b) Jalur jalan dalam rumah sakit harus luas sehingga memudahkan
kereta masuk dan keluar untuk mengangkut sampah. Jenis dan
jumlah sampah harus dipisahkan agar memudahkan dalam
melkakukan pengangkutan.
c) Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia harus seimbang agar
pengangkutan sampah tidak menjadi permasalahan
d) Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan
non medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan
pemusnahannya. Kereta pengangkut hendaknya memenuhi syarat :
permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air agar
sampah yang di angkut tidak terjatuh dan berceceran.
mudah dibersihkan supaya tidak menghambat pekerja dalam
berkerja.
mudah diisi dengan dikosongkan agar mempercepat dan
memudah pekerja dalam bekerja.
2) Cerobong Sampah/Lift
Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern
bertingkat untuk efisiensi pengangkutan sampah dalam gedung. Namun
penggunaan cerobong sampah ini banyak mengandung resiko, antara
lain dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman, bahaya
kebakaran, pencemaran udara, dan kesulitan lain, misalnya untuk
pembersihannya dan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.
Karena itu bila menggunakan sarana tersebut perlu ada perhatian khusus
antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat.
3) Perpipaan
Sarana perpipaan digunakan untuk sampah yang berbentuk
bubur yang dialirkan secara gravitasi ataupun bertekanan. Walau
beberapa rumah sakit menggunakan perpipaan (chute) untuk
pengangkutan sampah internal, tetapi pipa tidak disarankan karena
alasan keamanan, teknis dan hygienis terutama untuk pengangkutan
46
sampah benda-benda tajam, jaringan tubuh, infeksius, citotoksik, dan
radioaktif.
d. Tempat Pengumpulan Sementara
Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan
kondisi baik (tidak bocor, tertutup rapat, dan terkunci). Sarana ini bisa
ditempatkan dalam atau di luar gedung. Konstruksi tempat pengumpul sampah
sementara bisa dari dinding semen atau container logam dengan syarat tetap
yaitu kedap air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat. Ukuran hendaknya tidak
terlalu besar sehingga mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah yang
ditampung cukup banyak perlu menambah jumlah container.
Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang tidak
menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran
untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24
jam. Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit yang mempunyai
insinerator di lingkungannya harus membakar sampahnya selambat-lambatnya
24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka sampah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain
atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang. (Depkes .RI,
2004).
Pada umumnya, frekuensi pengambilan sampah dari lokasi penampungan
harus dipertimbangkan berdasarkan volume produksi. Didalam kegiatan
pengangkutan sampah klinis, perlu juga dipertimbangkan distribusi lokasi
wadah penampungan sampah, jalur jalan dalam rumah sakit, jenis dan volume
serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia (Candra, 2008).
Untuk pengangkutan sampah infeksius, tajam dan sampah phatologi,
hanya dirancang secara khusus, tertutup dan troly yang akan digunakan adalah
yang mudah untuk di disinfektan. Troly ini tidak boleh digunakan untuk
penggunaan lain. Jika bahan berbahaya lain setiap bahn kimia atau bahan
farmasi akan diangkut, maka harus dibungkus agar tidak ada resiko yang
dihasilkan selama pengangkutan. (Wagner, 2009).
e. Pembuangan Akhir Sampah Medis Rumah Sakit
Kegiatan pembuangan akhir merupakan tahap akhir yang penting
didalam proses pengolahan sampah medis. Namun dalam kenyataannya kurang
47
diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit. Pada proses pembuangan sampah Rumah
Sakit dapat melalui dua alternatif yaitu:
1) pembuangan/pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan
sampah non medis. Pemisahan dimungkinkan bila Dinas Kesehatan dapat
diandalkan sehingga beban Rumah Sakit tinggal memusnahkan sampah
medis tersebut.
2) Pembuangan/pemusnahan sampah medis dan non medis disatukan,
dengan demikin Rumah Sakit menyediakan sarana yang memadai untuk
melakukan pengelolaan sampah karena semua sampah atau bahan
bangunan yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit itu sendiri.
a. Limbah Cair
Perencanaan sistem pembuangan limbah pada bangunan gedung bertingkat
dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang umumnya
berasal dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah
dapur dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem
Sewage Treatment Plant (STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas
modern yang berfungsi tidak hanya dalam menampung melainkan dapat
mengelola sisa limbah agar sisa buangan tersebut aman bagi lingkungan dan
dapat pula digunakan kembali/recycle untuk keperluan air untuk operasional
penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat terbuat dari konstruksi
beton konvensional maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan
volume dan teknologi pengelolahan limbah yang disesuaikan dengan
perencanaan.
48
b. Limbah Padat
Untuk bangunan gedung bertingkat seperti apartemen maupun hotel sering
dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft - Trash Chute yaitu
instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang
dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang
tidak mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah
makanan, kertas dsb dan ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak
penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.
49
4. Sistem Pengolahan Sampah Pada Pemukiman
a. Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual
umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah
sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah
diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah
disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam
penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang. Di samping itu,
dengan adanya wadah yang baik, maka:
1) Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat
diatasi.
2) Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat
kendalikan
3) Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari
50
kemudahan dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak
bersifat permanen, seperti yang diarahkan dalam SNI tentang
pengelolaan sampah di Indonesia.
51
langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses
pemindahan. Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari
sumber sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan
akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau
secara tidak langsung (dengan menggunakanTransfer Depo/Container) sebagai
Tempat Penampungan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap
sumber akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat
pemrosesan, atau ke tempat pembuangan akhir.
2) Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut
ke tempat pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari
masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul
seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal
ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemerosesan
akhir.
Pada sistem communal ini, sampah dari masing – masing sumber akan
dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan
diangkut ke TPS. Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah
sederhana yang paling sering dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki
kriteria persyaratan sebagai berikut:
1) Mudah dalam loading dan unloading
2) Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang
ditempuh Sebaiknya mempunyai tutup.
52
3) TPS tipe III, terdapat Ruang pemilahan (30 m2), Pengomposan sampah
organik (800 m2), Gudang (100 m2), Tempat pemindah sampah yang
dilengkapi dengan landasan kontainer (60 m2), Luas lahan >200m2
b. TPA
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di
sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat
dicapai dengan baik.
Beberapa permasalahan yang sudah timbul terkait dengan operasional
TPA yaitu (Damanhuri, 1995):
1) Pertumbuhan vektor penyakit
Sampah merupakan sarang yang sesuai bagi berbagai vektor
penyakit. Berbagai jenis rodentisida dan insektisida seperti, tikus,
lalat, kecoa, nyamuk, sering dijumpai di lokasi ini.
2) Pencemaran udara
Gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah
ini, jika konsentrasinya mencapai 5 – 15 % di udara,
maka metana dapat mengakibatkan ledakan
3) Pandangan tak sedap dan bau tak sedap
Meningkatnya jumlah timbulan sampah, selain sangat mengganggu
estetika, tumpukan sampah ini menimbulkan bau tak sedap
4) Asap pembakaran
Apabila dilakukan pembakaran, akan sangat mengganggu terutama
dalam transportasi dan gangguan kesehatan
5) Pencemaran leachate
Leachate merupakan air hasil dekomposisi sampah, yang dapat
meresap dan mencemari air tanah.
6) Kebisingan
Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan
operasi kendaraan berat dalam TPA (baik angkutan pengangkut
sampah maupun kendaraan yang digunakan meratakan dan atau
memadatkan sampah).
53
7) Dampak sosial
Keresahan warga setempat akibat gangguan-gangguan yang
disebutkan di atas.
Pengelolaan sampah pada fasilitas ini memiliki pengelolaan sampah yang sama
dengan pengelolaan sampah pada bangunan pada umumnya yaitu:
54
4. Setelah pengumpulan sampah pada TPS, sammpah akan diangkut ke tempat
pengolahan akhir (TPA).
Selain sisa detergen, rumah tangga juga mengasilkan limbah dari dapur dan
limbah bekas mandi. Ketiga limbah ini dikenal dengan nama greywater atau limbah
nonkakus. Rumah tangga juga menghasilkan limbah kotoran manusia, yang dikenal
dengan blackwater. Beberapa ahli sanitasi menambahkan satu kategori lagi untuk
limbah tetesan AC dan kulkas sebagai clearwater. Dalam kehidupan sehari-hari,
clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit
diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya sedikit lebih banyak
dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluanbersih-
bersih, misalnya cuci piring atau pakaian.
55
di sekitar Sungai Themes. Usut punya usut, ternyata wabah itu disebabkan Sungai
Themes tercemar limbah rumah tangga.
Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah
dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
• Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
• Tidak mengotori permukaan tanah.
• Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
• Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
• Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
• Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
• Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
56
Proses Pengolahan Limbah Hotel
Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering
disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan
yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit
diterapkan di rumah Anda.
Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki
resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang
dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang
untuk menangkap pasir.
Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat
mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang
berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam greywater.
57
Cara kerja
Air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang penangkap sampah
yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan
air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir
akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya
lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.
Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa
yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi
lubang sehingga air akan keluardari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran
pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.
1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa makanan
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai
secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Misalnya adalah plastik dan styrofoam
3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri dari bahan-
bahan berbahaya dan beracun.
58
Sama halnya dengan pengelolaan sampah pada bangunan fasilitas lainnya, pengolahan
sampah pada bangunan berfasilitas pemerinahan dan pendidikan yaitu:
59
Penempatan container pada bangunan berfasilitas perdagangan seperti
pasar, mall, toko, dll diletakan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor
kemudahan pengumpulan sampah yang ada pada kontainer.
Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas
yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Sumber limbah tersebut antara lain dari :
60
Berkaitan dengan pembuangan limbah ini, bukan hanya ketentuan hukum saja
yang mengatur dan menjerat, akan tetapi termasuk juga pengertian tanggung jawab
pribadi terhadap lingkungan. Sehingga sudah semestinyalah harus ditekankan untuk
mengumpulkan dan secara profesional membuang residu bahan kimia.
Definisi Limbah Bahan Kimia Berbahaya adalah Limbah yang mempunyai efek
toksik dan berbahaya terhadap manusia.
KELAS JENIS
A Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan.
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam
larutan.
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organik.
D Garam dalam larutan : lakukan penyesuaian kandungan kemasan
pada pH 6-8.
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan
larutannya.
F Senyawa beracun mudah terbakar.
61
G Residu air raksa dan garam anorganik raksa.
H Residu garam logam ; tiap logam harus dikumpulkan secara
terpisah
I Padatan anorganik
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik.
62
Wadah Cairan Pelarut Organik :
Sedangkan untuk pelarut organik yang secara umum bersifat mudah terbakar, perlakuan
wadah/penampungnya :
• Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan
panas)
• Grounding (“Bumikan”) wadah penampungan
63
Persyaratan Wadah :
1. Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3
yang hendak dikemas.
3. Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon,
baja, karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi dengan
limbah B3 yang disimpannya.
64
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan utama manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan.Pengolahan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.
1. Metode Pembuangan
a. Penimbunan Darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya
untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , lubang bekas
pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.
65
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya
adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang ditinggalkan, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama.
Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang
untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakaran atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
66
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng
baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan
menurut jenis bahannya
b. Pengolahan Biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
67
c. Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
68
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
p = jumlah total penghuni rumah mukim pada seluruh sampel pada ULP-n
jumlah sampel pada ULP-n
p = Jumlah penghuni rata-rata per rumah mukim pada ULP-n
P=Rxp
P = Jumlah penduduk pada ULP-n
R = Jumlah rumah mukim pada ULP-n
p = Jumlah penghuni rata-rata per rumah mukim pada ULP-n
69
Menghitung volume sampah domestik yang dihasilkan pada ULP-n.
V=Pxv
V = Volume sampah domestik yang dihasilkan pada ULP-n
P = Jumlah penduduk pada ULP-n
v = Rerata volume sampah domestik yang dihasilkan per orang pada ULP-n
70
b. Pada Bangunan Tinggi
71
2.2.9 Kapasitas
Berikut adalah kapasitas tampung tong sampah dan kontainer yang di gunakan
untuk menampung sampah sehari-hariya, menurut Ernst Neufert (Data Arsitek Jl.1
Edisi 33) ukuran kapasitas yang harusnya di gunakan untuk ruangan memiliki panjang
30cm, lebar 30cm, dan tinggi 35cm yang memiliki kapasitas 31,5 liter. Sedangkan
untuk tong sampah umum memiliki dimensi, panjang 55cm, lebar 57cm, dengan tinggi
108cm, yang memiliki kapasitas 338,5 liter. Dan untuk kontainer sampah pada skala
perumahan, ukuran kontainer yang digunakan memiliki dimensi: panjang 33 cm, lebar
180 cm, dan tinggi 120 cm dengan kapasitas sampah yang dapat
dikumpulkan/diwadahkan sebesar 6480 liter.
72
Penelitian yang dilakukan oleh Wei-Min Wu dari Stanford University
mengungkap bahwa mealworm atau ulat tepung memiliki kemampuan untuk mengurai
plastik berbahan polistirena. Hasil riset yang diterbitkan menjadi dua makalah di jurnal
Environmental Science and Technology itu berpotensi menyelesaikan masalah sampah
plastik global.
Ulat tepung mampu mengubah styrofoam menjadi karbon dioksida dan butiran-
butiran materi yang bisa diuraikan. Saat melakukan tes kesehatan, Min Wu mengetahui
bahwa ulat tepung yang memakan styrofoam sama sehatnya dengan ulat tepung yang
makan biji-bijian.
Craig Riddle dari Stanford University yang menjadi supervisor dalam penelitian
mengatakan bahwa hasil riset ini sangat menarik. "Kadang sains mengejutkan kita. Ini
adalah kejutan," katanya seperti dikutip situs Popular Science, Jumat (1/10/2015) waktu
setempat.
Dari eksperimen tersebut diharapkan ulat yang dapat mengurai plastik tersebut
dapat berguna kedepannya dalam upaya untuk mengurangi sampah plastik yang selama
ini paling susah terurai. Bagaimana kelanjutannya ? Semoga para ulat ini berhasil
menyelesaikan permasalahan sampah plastik.
73
Sampah Menurut Jenisnya di Jepang(sumber : Junanto. 2015)
Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah
lingkungan hidup tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu
adalah terjadinya kasus pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang
limbah merkuri ke lautan dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan
warga sekitar yang makan ikan dari laut sekitar Minamata menjadi korban. Di tahun
2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal akibat tragedi tersebut.
Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan
dukungan besar dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan
sampah diloloskan Parlemen Jepang
74
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang
atau Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui
oleh parlemen Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur
Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law” telah terlebih dahulu disetujui oleh
Parlemen.
Tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang membuat hampir semua
orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak
membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas
penanganan sampah di Jepang.
Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil
memegang botol bir. Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk
mencari tempat sampah. Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang
sampah, bukan hanya di tempatnya, namun bisa memilih tempat sampah daur ulang
khusus botol dan kaleng.
Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga
karena dibangun rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak
di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya.
Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah
sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
75
Tempat sampah salah satu mall di kota Tokyo (sumber : Junanto. 2015)
76
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa dari suatu proses dan kegiatan. Sampah dapat
menimbulkan beberapa masalah yang serius apabila tidak ditanggulangi dengan baik
yang menyebabkan menumpuknya sampah tersebut. Berdasarkan sumbernya sampah
dibagi menjadi sampah alam, manusia, konsumsi, nuklir, industry, dan pertambangan,
sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi sampah organik dan
anorganik, sampah organik biasanya di peroleh dari tumbuhan yang mati sedangkan
anorganik diperoleh dari benda benda yang tdk dapat di jadikan pupuk. Berdasarkan
bentuknya sampah dibagi menjadi sampah padat dan sampah cair. Terdapat metode
untuk mengolah sampah seperti metode pembuangan, metode daur ulang dan metode
penghindaran dan pengurangan.
3.2 Saran
Permasalahan yang berkaitan dengan sampah sudah tidak lagi menjadi masalah
yang mudah di tanggulangi. Namun, merupakan suatu masalah besar dan kompleks
yang dihadapi makhluk hidup khususnya manusia saat ini sehingga setiap individu
harus ikut berpartisipasi dalam pengelolaannya. Mulai dari hal terkecil seperti
membuang sampah pada tempatnya.
Begitu juga dalam proses pembangunan. Seorang arsitek harus memikirkan
secara matang dan teliti terhadap masalah sampah, baik masalah yang telah ada maupun
masalah yang akan terjadi. Salah satu contoh nyata adalah masalah sampah pasca
pembangunan yang melibatkan banyak material organik dan non-organik yang pada
akhirnya akan mencemari lingkungan jika tidak dipikirkan penanganan selanjutnya.
Seorang arsitek pada era globalisasi ini harus semakin kreatif dan inovatif dalam
merancang sehingga limbah yang dihasilkan semakin meminimalisir kerusakan pada
lingkungan.
77
Daftar Pustaka
Phynkyawati, Theresia. 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta: Griya Kreasi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/210/206
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI-3242-
2008_Tata_Cara_Pengelolaan_Sampah_di_Permukiman.pdf
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI_19-2454-
2002_Tata_Cara_Teknik_Operasional_Pengelolaan_Sampah_Perkotaan.pdf
78
SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1
SISTEM SAMPAH
OLEH :
79
80