DAFTAR ISI..........................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................... 3
B. Identifikasi Masalah............................................................................................. 5
A. Kajian Teoritis................................................................................................... 13
B. Praktik Empiris.................................................................................................. 21
E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Peraturan Daerah Transportasi Angkutan Pariwisata terhadap aspek kehidupan
masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara........................18
a. Manajemen Lalu Lintas Pada Transportasi..................................................................19
b. Keterkaitan Pariwisata dan Transportasi.....................................................................20
c. Statistik Pariwisata DIY.............................................................................................. 22
d. Potensi Angkutan Parwisata........................................................................................23
A. Landasan Filosofis.............................................................................................. 42
B. Landasan Yuridis................................................................................................ 44
C. Landasan Sosiologis........................................................................................... 45
BAB VI PENUTUP................................................................................61
A. Simpulan........................................................................................................... 61
B. Saran................................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran strategis sektor pariwisata dan manfaatnya bagi perekonomian,
juga disadari oleh Pemerintah Indonesia. Untuk itu pengembangan
pariwisata di Indonesia sangatlah di dukung perkembangannya. Pariwisata
sebagai suatu sektor dapat berkembang secara luas, apabila
dikembangkan sebagai industri yang terintegrasi dengan sektor lain dalam
pembangunan kota antara lain sektor perekonomian dan sektor sosial
serta kebudayaan. Daerah pariwisata apabila dipandang sebagai suatu
sistem antara lain memiliki komponen seperti atraksi dan obyek wisata,
akomodasi, transportasi, infrastruktur, kelembagaan, dan fasilitas
penunjang lainnya. Keseluruhan sistem tersebut nantinya akan saling
menunjang untuk dapat menciptakan sistem kepariwisataan yang kokoh.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki fungsi dan peran sebagai
Propinsi yang memiliki Daerah Keistimewaan, menjadikan Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan pusat dari pertumbuhan ekonomi daerah
sekitarnya. Selain menjadi pusat aktivitas dan kegiatan lainnya seperti
industri, sosial, maupun kegiatan kebudayaan. Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Pendidikan, Pariwisata dan Seni
berkembang dengan berbagai nilai dan aktivitas diwilayah tersebut
(RPJMD DIY Tahun 2017-2022)1.
1
RPJMD DIY Tahun 2017-2022
Nilai–nilai budaya tersebut hingga saat ini telah berkembang menjadi
sektor pariwisata, disamping memiliki berbagai obyek dan atraksi wisata
yang dapat menjadi suatu nilai tambah yang dapat memacu
perkembangan sektor pariwisata dimasa yang akan datang. Berdasarkan
hal tersebut diperlukan adanya peningkatan kualitas pariwisata yang ada
di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga sektor kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat berkembang dengan baik. Salah satu aspek
yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan kepariwisataan tersebut
antara lain adalah aspek transportasi. Aspek transportasi merupakan
salah satu komponen pendukung sistem pariwisata yang cukup penting
yang dapat mengembangkan moda transportasi dalam menunjang
pelaksanaan pola perjalanan wisata sehingga dapat memberikan gambaran
umum trend pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Aspek transportasi sebagai suatu sistem memiliki tiga komponen besar
yaitu sistem aktivitas, sistem jaringan dan sistem pergerakan. Pariwisata
sebagai suatu sistem aktivitas memerlukan sistem jaringan untuk
mendukung aktivitas yang ada. Sistem jaringan itu dapat berupa jaringan
jalan maupun moda angkutan, sedangkan sistem pergerakan merupakan
interaksi yang muncul dari sistem aktivitas dan sistem jaringan yang ada.
Dalam sistem pariwisata yang ada wisatawan berperan sebagai pelaku
dalam pergerakan wisata. Oleh karena itu dalam mengembangkan jenis
moda angkutan yang ada perlu adanya pengenalan terhadap karakteristik
wisatawan sebagai pelaku pergerakan. Karakteristik tersebut dapat dibagi
kedalam tiga aspek yaitu aspek sosial, aspek psikologis dan aspek
ekonomi.
Aspek ini sangat penting karena akan mempengaruhi preferensi
mereka terhadap pemilihan moda yang ada terutama dari faktor demografi
wisatawan, dari aspek pergerakan wisata yang berkembang dewasa ini di
Daerah Istimewa Yogyakarta masih ada kekurangan untuk mendukung
pelayanan trasnportasi terkadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan gangguan dalam berwisata terutama untuk menjangkau obyek dan
daya tarik wisata yang ada. Pergerakan wisata perlu didukung oleh adanya
sistem jaringan yang memadai agar aktivitas yang ada dapat berjalan
dengan lancar. Sistem jaringan di Yogyakarta masih memiliki beberapa
kendala atau hambatan dalam melayani pergerakan wisata yang terjadi.
Wisatawan sebagai pelaku kegiatan wisata secara umum belum banyak
atau jarang menggunakan angkutan umum yang ada secara konstan
dalam berwisata di Yogyakarta. Sehubungan dengan hal tersebut,
memerlukan pengembangkan aspek transportasi khususnya terhadap
pelayanan angkutan yang disediakan.
Pelayanan angkutan pariwisata dan jenis moda angkutan merupakan
salah satu sistem jaringan yang dapat digunakan dalam mendukung
pergerakan wisata yang terjadi khususnya dalam peningkatan
pelayanan dalam berwisata secara keseluruhan. Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki berbagai jenis moda angkutan yang bervariasi. Jenis
moda angkutan umum tersebut selain dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pergerakan wisata dapat digunakan pula untuk
menambah dayatarik sektor pariwisata secara keseluruhan di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan gambaran yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya, serta potensi pengembangan tujuan wisata pada saat ini dan
masa yang akan datang diperlukan adanya suatu Naskah Akademis yang
mengkaji tentang angkutan pariwisata, dan nantinya bisa menjadi
Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Angkutan
Pariwisata.
B. Identifikasi Masalah
Dari tinjuan kondisi saat ini, ke depan Daerah Istimewa Yogyakarta
akan memerlukan sebuah angkutan menuju obyek wisata. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan transportasi khusus di bidang pariwisata. Namun
demikian pengembangan angkutan pariwisata di DIY juga harus
memperhatikan minimal yakni:
1) Strategi pengembangan angkutan orang di kawasan tertentu yang
dapat mengembangkan ekonomi masyarakat lokal dengan
mengikutsertakan pemerintah desa atau Badan Usaha Milik Desa.
2) Mengoptimalkan, menguatkan, dan mengembangkan kapasitas
sumber daya manusia di bidang transportasi agar mempunyai jiwa
kepariwisataan.
3) Peran serta masing-masing pihak meliputi pemerintah daerah,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah Desa, masyarakat, dan
dunia usaha terkait Transportasi Angkutan Pariwisata.
4) Penghargaan dan dukungan oleh Pemerintah Daerah terhadap
kontribusi pihak-pihak tertentu terkait Transportasi Angkutan
Pariwisata.
D. Metode
Metode Pengumpulan Data
Penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan penelitian, sehingga metode yang digunakan dalam penyusunan
naskah akademik ini berupa triangulasi data. Metode triangulasi data ini
mencakup kegiatan studi pustaka melalui berbagai referensi dan sumber-
sumber hukum terkait. Kemudian setelah dilakukan studi pustaka
kemudian dilakukan pengayaan data melalui collecting data sekunder
instansional yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Kemudian pada
tahap selanjutnya dilakukan observasi lapangan baik melalui dokumentasi
maupun wawancara.
Dalam penyusunan akademik ini dilakukan penelitian hukum
dengan metode yuridis normatif dari data primer dan data sekunder
sebagai berikut:
a. Data Sekunder
Melakukan studi pustaka yang menelaah terutama bahan hukum
primer yang berupa Peraturan Perundang-undangan dan dokumen hukum
lain seperti Peraturan Menteri Perhubungan, Peraturan Menteri Pariwisata,
Peraturan Daerah Provinsi tentang RIPPARDA DIY Tahun 2012-2025 dan
beberapa sumber regulasi terkait lainnya dimana didalamnya melingkupi
pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan pemasaran pariwisata,
pembangunan industri pariwisata dan pembangunan kelembagaan
kepariwisataan.
b. Data Primer
Dalam mengkaji laporan ini juga dilakukan wawancara untuk
verifikasi bahan hukum primer yang ditelaah, adapun responden yang di
wawancara kategori tidak terstruktur. Wawancara yang dilakukan bersifat
indept interview atau wawancara mendalam dengan berbekal adanya
guident pertanyaan untuk responden yang dituju yang meliputi:
a) Pengunjung wisata pada 7 kawasan wisata yang ditetapkan melalui
RIPARDA DIY Tahun 2012-2025 dengan spesifikasi wisatawan
perseorangan maupun wisatawan rombongan baik yang termasuk
pada wisatawan domestik maupun macanegara.
b) Pihak agen wisata
Kuisioner Wisatawan
Perseorangan/Rombongan Kuisioner Agen/Travel Wisata
A. Kajian Teoritis
Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan
kebutuhan. Perlu bergerak karena kebutuhan kita tidak bisa dipenuhi di
tempat kita berada. Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan (sistem
mikro yang pertama) mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan
membangkitkan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan
kebutuhan.
Sistem Transportasi adalah gabungan dari beberapa komponen atau
objek yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi, perubahan pada satu
komponen akan memberikan perubahan pada komponen lainya (Tamin,
2008). Sistem Transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan
menjadi sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masng saling berkaitan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar pada gambar berikut ini:
2
Tamin, OZ, 2008. Perencanaan,Pemodelan, & Rekayasa Transportasi:Teori, Contoh Soal,
dan Aplikasi. Bandung : Penerbit ITB.
buatan manusia. Spilane, 1987 : 28 membedakan jenis – jenis pariwisata
sebagai berikut3:
a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang – orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang
baru. Untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan
ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk
menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan
ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.
b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang – orang yang menghendaki
pemanfaatan hari – hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan
kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan
keletihan dan kelelahannya.
c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk
mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah
lain. Selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan
peradaban masa lalu, pusat – pusat kesenian, pusat – pusat
keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival seni musik, teater,
tarian rakyat, dan lain – lain.
d. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
Jenis ini dapat dibagikan dalam dua kategori :
1) Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya
peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games,
World Cup, dan lain – lain.
2) Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti
pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain – lain.
e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Bussines Tourism)
Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan
karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak
memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun
pilihan waktu perjalanan.
f. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang
biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara18.
3
Spillane, James J. (1987). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Kanisius
1.1.1.1.1.2 Sistem Pergerakan Lalu Lintas
Mengatur teknik dan manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas
angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau
pembangunan jalan (jangka panjang). Meningkatkan kecepatan lalu lintas
dan membuat perjalanan lebih aman dengan menyediakan beberapa sarana
seperti marka, rambu, dan pengaturan persimpangan. Perubahan sistem
transportasi ini akan berdampak baik pada tata guna lahan (dengan
mengubah aksesibilitas dan mobilitas) serta arus lalu lintas.
a. Bangkitan dan tarikan pergerakan
Perencanaan dan permodelan transportasi oleh O.Z Tamin, (1996)
menjelaskan bahwa bangkitan pergerakan adalah tahapan
pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang
tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan
lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup:
Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi
Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi
Dalam O.Z Tamin 1997 memperlihatkan diagram bangkitan dan tarikan
pada gambar berikut.
- India
Pelayanan bus HoHo di Negara India dibagi dalam dua rute, yaitu
rute hijau dan rute merah, masing-masing rute melakukan perjalanan
yang berbeda. Rute merah menghubungkan 14 lokasi menarik,
sementara rute hijau melakukan kunjungan ke 11 lokasi menarik,
dengan beberapa lokasi kunjungan yang sama. Headway kedua rute
juga berbeda, untuk rute merah interval waktu kendaraan tiap 45 menit,
sementara rute hijau mengambil waktu intervalnya tiap 60 menit.
Gambar 2.3. Rute Bus HOHO India
Tabel 2.1 Pemberhentian Bus HOHO Rute Merah
1
Naskah Akademik
NO. HOHO Bus Stops First Bus Last Bus
13 SAFDARJUNG 5:35 AM 6:35 PM
14 INDIA GATE 10:55 AM 6:55 PM
15 PRAGATI MAIDAN METRO STN - 7:05 PM
Bus available every 60
mins
- Kuala Lumpur
Pelayanan bus HoHo di Kuala Lumpur menggunakan bus tingkat
sehingga penumpang yang bagian atas akan lebih leluasa untuk
menikmati pemandangan kota. Selain menikmati pemandangan di
sepanjang rute layanan, bus juga akan singgah di 22 lokasi seputaran
kota Kuala Lumpur. Rute layanan dimulai dari Petronas-KLCC dan
berakhir pada tempat itu juga. Tiket yang digunakan berlaku selama 24
jam, sehingga selama kurun waktu tersebut pengguna dapat
menggunakan untuk singgah pada lokasi yang diinginkan sesuai rutenya
dan naik kembali menggunakan bus HoHo yang lainnya. Fasilitas wifi
juga tersedia selama perjalanan menggunakan bus ini. Interval antar
kendaraan sekitar 30 menit sekali dengan pelayanan sampai pukul 19.30
waktu setempat untuk mengambil penumpang. Pada beberapa lokasi
persinggahan, bus HoHo ini akan menawarkan kepada penumpang
untuk berhenti selama 15 menit sebelum akhirnya kembali melanjutkan
perjalanannya.
2
Naskah Akademik
Gambar 2.4. Rute Bus HOHO Kuala Lumpur
3
Naskah Akademik
1.1.1.1.1.3 Entrance DIY
Sebagai tujuan wisata, penataan infrastruktur di Yogyakarta harus
dibuat sedemikian rupa untuk mendukung sektor pariwisata dan menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Faktor utama yang menjadi peran vital
masuknya wisatawan yang berkunjung di DIY adalah adanya bandara,
stasiun dan terminal yang menjadi entrance utama wisatawan yang
berkunjung di DIY. Sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh
ketiganya tersebut harus mampu melayani wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang masuk ke DIY.
Selain penyediaan kemudahan mobilitas dari bandara, stasiun,
maupun terminal menuju ke kawasan wisata menggunakan moda
transportasi online, pihak pengelola bandara, stasiun, dan terminal juga
sudah menyediakan sarana transportasi non-online. Sarana transportasi ini
biasanya berupa taxi yang mana sudah melakukan kerjasama dengan pihak
bandara, stasiun, maupun terminal. Pihak-pihak tersebut biasanya sudah
melakukan kerjasama dan melakukan kesepakatan khusus terkait
kebijakan pengambilan tarif bagi pengguna jasa transportasi tersebut. Dari
pihak bandara, stasiun, dan terminal kemudian akan menyediakan tempat
khusus bagi pengunjung yang akan menyewa jasa antar menuju ke lokasi
yang akan dituju, dalam hal ini adalah lokasi wisata. Berikut ini adalah
salah satu ilustrasi yang menggambarkan keberadaan penyedia jasa
transportasi taksi di bandara, stasiun, maupun terminal.
4
Naskah Akademik
Gambar Taksi Stasiun
Konter taksi plat hitam ini juga dapat ditemui di stasiun contohnya
pada Stasiun Tugu . Konter ini dibawah naungan Koperasi Serba usaha
(KSU) Stasiun Tugu Yogyakarta. Tarif yang dikenakan untuk sekali antar
mulai dari Rp 50.000,00 kemudian untuk harian sebesar Rp 500.000,00
(maksimal 10 jam) dan carter untuk dalam kota minimal 3 jam dengan tarif
Rp 75.000,00 serta carter untuk luar kota minimal 3 jam dengan tariff Rp
100.000,00. Taksi plat hitam ini juga beroperasi 24 jam
(http://Yogyes.com/id/).
Untuk menambah daya tarik wisatawan yang datang ke DIY agar lebih
memilih menggunakan moda transportasi wisata yang telah tersedia baik di
7
Naskah Akademik
bandara, stasiun maupun terminal adalah dengan meningkatkan kualitas
sarana prasana maupun pelayanan. Faktor utama yang selalu menjadi
pertimbangan wisatawan adalah dari segi tarif yang murah serta pelayanan
dan keamanan yang dapat menjamin perjalanan wisatawan. Hal ini tentu
perlu adanya sinergitas baik antara pemerintah daerah sebagai pembuat
kebijakan dengan pihak swasta sebagai pengelola moda angkutan
transportasi untuk meyakinkan maupun memberikan pelayanan dengan
baik bagi wisatawan yang masuk ke DIY untuk dapat
terintegrasi/terhubung dengan langsung dengan mudah menuju destinasi
wisata.
Berikut gambaran dari pola perjalanan wisata dari entrance DIY menuju ke
sarana transportasi seperti terminal, bandara, dan stasiun ke 7 kawasan
destinasi wisata.
8
Naskah Akademik
Wisatawan yang berkunjung menuju ke Provinsi DIY baik melalui
bandara, stasiun maupun terminal yang kemudian akan melanjutkan
perjalanan berikutnya dengan transportasi darat tidak perlu memikirkan
bagaimana nantinya transportasi sambungan menuju ke destinasi-destinasi
wisata yang di inginkan. Tersedianya bentuk moda transportasi yang berada
disekitar bandara, terminal maupun stasiun semakin mempermudah
wisatawan dalam melakukan aktivitas wisatanya. Moda transportasi yang
berada disekitar bandara, stasiun maupun terminal memang beragam
jenisnya namun terdapat salah satu moda transportasi yang kemudian
sudah diatur sedemikian rupa manajemennya dalam upaya pengaturan
ketersediaan moda transportasi yang siap jalan di bandara maupun stasiun.
Adanya bentuk otoritas baik dari pihak bandara maupun pihak stasiun
(BUMN) dalam hal penyediaan dan pengaturan moda transportasi berupa
taxi memberikan pelayanan yang semakin lengkap untuk wisatawan.
Namun hal ini pula yang kemudian menjadi sorotan dalam hal pengaturan
transportasi pada kawasan wisata di DIY dimana dalam hal manajemen
penyediaan moda transportasi sambungan berupa taxi sudah menjadi
otoritas pihak bandara maupun stasiun sehingga tidak perlu lagi adanya
bentuk pengaturan transportasi yang akan dituangkan kedalam raperda ini.
9
Naskah Akademik
Perkembangan hingga saat ini, moda transportasi di DIY yang berada
baik di bandara, stasiun maupun terminal sudah cukup variatif, ditambah
dengan hadirnya moda transportasi berbasis online yang memudahkan
wisatawan menuju tujuan pemberhentian awal seperti penginapan berupa
hotel, guest house, losmen maupun tempat penginapan lainnya, terlebih ke
tempat destinasi wisata secara langsung. Berikut ini adalah tabel tarif moda
transportasi dengan jenis taksi online menuju 7 destinasi wisata diatas baik
dari bandara, stasiun maupun terminal :
10
Naskah Akademik
No Jenis Asal Tujuan Tarif
Transportasi
1 Kawasan Keraton Malioboro + Rp. 91.000,00
12
Naskah Akademik
Untuk menambah daya tarik wisatawan yang datang ke DIY agar lebih
memilih menggunakan moda transportasi wisata yang telah tersedia baik di
bandara, stasiun maupun terminal adalah dengan meningkatkan kualitas
sarana prasana maupun pelayanan. Faktor utama yang selalu menjadi
pertimbangan wisatawan adalah dari segi tarif yang murah serta pelayanan
dan keamanan yang dapat menjamin perjalanan wisatawan. Hal ini tentu
perlu adanya sinergitas baik antara pemerintah daerah sebagai pembuat
kebijakan dengan pihak swasta sebagai pengelola moda angkutan
transportasi untuk meyakinkan maupun memberikan pelayanan dengan
baik bagi wisatawan yang masuk ke DIY untuk dapat
terintegrasi/terhubung dengan langsung dengan mudah menuju destinasi
wisata.
Pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo dan
pembangunan sarana prasarana pendukung lainnya diharapkan mampu
meningkatkan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang
berkunjung dan menikmati destinasi wisata yang ada di DIY.
13
Naskah Akademik
Berikut gambaran dari pola perjalanan wisata antar 7 kawasan destinasi
wisata.
14
Naskah Akademik
Untuk meningkatkan kekuatan dan meraih peluang serta menjadikan
kelemahan dan tantangan sebagai kekuatan butuh pengelolaan secara
berkesinambungan.
Jaringan Trayek Perkotaan Trans Jogja dalam Peraturan Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2017 juga memaparkan rute
dan trayek Jaringan Trayek Perkotaan Trans Jogja yang melewati destinasi
wisata yaitu terdapat 3 (tiga) trayek 1A, 2A, dan 3A, untuk rute-rutenya
akan dijelaskan di bawah ini :
1. 1A: Terminal Prambanan -KR Kalasan -Bandara Adisucipto
-Transmart Maguwo -Janti Selatan (bawah fly over Janti) -Ambarukmo
Plaza (hotel Royal Ambarukmo) -Gedung Wanitama (UIN Sunan
Kalijaga/Lippo Plaza) -XXI(LPP) -RS Bethesda(Mall Galeria) -Gondolayu
(Hotel Shantika) -Mangkubumi 1 -Mangkubumi 2 -Malioboro 1 (Hotel
Inna Garuda/Sosrowijayan) -Malioboro 2 (Malioboro Mall)
-Malioboro 3 (Benteng Vredeburg, 0 km, Alun-Alun Utara, Keraton)
-Taman Pintar -Pakualaman -Kusumanegara -Gembiraloka (Gedung
Juang) -JEC -Blok O (RS Hardjolukito) -Janti Utara -Pasar Sambilegi
-Transmart Maguwo -Bandara Adisucipto -Portabel SD Sorogenen
Kalasan -KR Kalasan -Pasar Kalasan -RS Bhayangkara -Terminal
Prambanan
2. 2A: Terminal Condongcatur -Balai Manggung (Kentungan) -Monjali
-Terminal Jombor -Monjali -Karang Jati -SMA 11 -Jl. AM Sangaji
-Pasar Kranggan -Mangkubumi 1 (Tugu Pal Putih) -Mangkubumi 2
-Malioboro 1 (Hotel Inna Garuda/Sosrowijayan) -Malioboro 2
(Malioboro Mall) -Malioboro 3 (Benteng Vredeburg, 0 km, Alun-Alun
Utara, Keraton) -Taman Pintar -Hotel Purawisata (Gondomanan)
-Jogja Tronik -Pojok Benteng (Jokteng) Wetan -XT Square -RSI
Hidayatullah -Kehutanan -Diklat PU -Banguntapan (Jl. Gedongkuning)
-Gembiraloka- SGM-GOR Amongrogo -Mandala Krida -Portable Gayam
-Portable fly over Lempuyangan (Stasiun KA) -Kridosono (SMP 5) -RS
15
Naskah Akademik
Bethesda (Mall Galeria) -RS dr Yap -SMP 1 Yogyakarta -RS Panti Rapih
(Bundaran UGM) -UNY- Sanata Dharma -Santren (Susteran Gejayan)
-Terminal Condong Catur
3. 3A: Terminal Giwangan -Tegalgendu -Lapangan Karang -SMP 9
(Kotagede) -Kehutanan -Banguntapan (Jl.Gedongkuning) -JEC -RS
Hardjolukito (Blok O) -Janti Utara -Transmart Maguwo -Pasar
Sambilegi -Bandara Adisucipto -Lotte Mart (SMK 1 Depok) -Instiper
-Portable Polsek Depok Timur -UPN (AMIKOM) -Hartono Mall
-Terminal Condongcatur -Balai Manggung (Kentungan) -Portable Jl.
Kaliurang -Portable Fak. Biologi UGM -RS Sardjito -KOPMA UGM
-Portable Jl. Cik Di Tiro -Gramedia (Korem) -Kridosono (SMP 5)
-Raminten -Hotel Shantika (Tugu Pal Putih) -Pasar Kranggan- SMP 14
(Samsat) -Jlagran (Barat Stasiun Tugu) -Malioboro 1 (Hotel Inna
Garuda/Sosrowijayan) -Malioboro 2 (Malioboro Mall) -Malioboro 3
(Benteng Vredeburg, 0 km, Alun-Alun Utara, Keraton) -RS PKU (Jl.
Ahmad Dahlan) -Terminal Ngabean -Jokteng Kulon -Plengkung Gading
(Alun-Alun Kidul) -Pojok Benteng (Jokteng) Wetan -Lowanu -Portabel
Universitas NU (UNU) -RS Wirosaban (Nitikan) -Tegalturi -Terminal
Giwangan.
16
Naskah Akademik
memutuskan perjalanan dan kunjungan ke suatu daerah atau negara,
konsep destinasi wisata dalam pandangan pelaku kegiatan Ensyclopedia of
Tourism menjelaskan destinasi dapat dikaitkan dengan origin yang
diartikan sebagai tempat yang diperlukan bagi wisatawan untuk
melewatkan waktu di luar kehidupan sehari-harinya. Keberhasilan suatu
destinasi ditentukan oleh: (i) atraksi, (ii) fasilitas, (iii) aksesibilitas, (iv)brand
image serta (v) harga (Gunawan, 2010) 4. Ditegaskan lagi oleh Inskeep (1991)
bahwa hal-hal yang penting untuk dikenali dari komponen destinasi di
antaranya;
a) akses wilayah dan jaringan transportasi internal yang
menghubungkan antar objek, fasilitas dan jasa pelayanan lainnya;
b) tipe dan lokasi atraksi yang terdapat di dalamnya, melingkupi
deskripsi kawasan, lingkungan serta aktifitas terkait lainnya;
c) jumlah, tipe dan lokasi akomodasi berikut dengan fasilitas jasa dan
pelayanan lainnya5.
Menurut Davidson dan Maitland (1997) pengembangan pariwisata di
daerah pada dasarnya berkaitan dengan 3 (tiga) hal pokok yaitu ekonomi,
sosial budaya, dan lingkungan6.. Di sisi lain, Gartner (1996) beranggapan
bahwa pariwisata adalah agen stimulus pembangunan di suatu daerah
karena pariwisata mampu mendukung penciptaan lapangan kerja,
mendatangkan pendapatan, dan meningkatkan pengembangan sarana-
prasarana wilayah, jaringan transportasi, peningkatan jumlah penduduk,
serta memicu masuknya sumber-sumber investasi dari luar daerah 7.
4
Gunawan, Mira. P. 2007. Leisure, Rekreasi, Pariwisata dalam Berbagai Dimensi
Metropolitan. Jurnal : Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol 18 No.1, April, hlm. 49-
5
Inskeep, Edward.1991. Tourism Planning And Suistainable Development Approach.
Van Nostrand Reinblod, New York
6
Davidson, R. dan Maitland, R. 1997. Tourism Destinations. Hodder & Stoughton
London
7
Gatner, Wiliam C. (1996). Tourism Development Principles, Processes adan Policies.
USA: Van Nostrand Reinhold
17
Naskah Akademik
Pengembangan dan Peningkatan aksesibilitas melalui stasiun, bandara
dan terminal membuka rute destinasi wisata di masing-masing objek wisata
di DIY, termasuk 7 (tujuh) kawasan yaitu:
h. Kawasan Kraton-Malioboro dan sekitarnya;
i. Kawasan prambanan-Ratu Boko dan sekitarnya;
j. Kawasan Lereng Merapi dan sekitarnya;
k. Kawasan Karst Gunung Sewu dan sekitarnya;
l. Kawasan Parangtritis-Depok-Kwaru dan sekitarnya;
m. Kawasan Pegunungan Menoreh dan sekitarnya;
n. Kawasan Kasongan-Tembi-Wukirsari dan sekitarnya
Berikut gambaran dari pola perjalanan wisata di dalam internal di 7
kawasan destinasi wisata.
19
Naskah Akademik
pergerakan penduduk yaitu dari Wates-Sentolo-Nanggulan-Dekso-
Samigaluh.
2 RTRW Kabupaten Bantul
Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dalam RTRW
Kabupaten Bantul sistem jaringan jalan di Kabupaten Bantul terdiri
dari jaringan jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Kawasan pantai
Parangtritis termasuk ke dalam jaringan jalan kolektor primer dan
jalan lokal sekunder.
3 RTRW Kabupaten Sleman
Kawasan Lereng Merapi dan sekitarnya berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada
dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Di kabupaten Sleman terdapat
jaringan jalan yaitu jalan bebas hambatan, jalan arteri primer, jalan
kolektor primer, dan jalan lokal. Selain itu juga terdapat terminal di
dekat kawasan lereng merapi dan sekitarnya yang dimana terdapat
terminal tipe B dan terminal tipe C.
4 RTRW Kabupaten Gunung Kidul
Kawasan wisata Karst Gunung Sewu adalah deretan pengunungan
yang terbentang memanjang di sepanjang pantai selatan Kabupaten
Gunung Kidul, Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, hingga Kabupaten
Tulunggangung Jawa Timur. Khususnya di Kabupaten Gunung Kidul
di dalam RTRW mengatur mengenai jaringan jalan yang dimana
diantaranya jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal
primer, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan. Untuk terimanl di
Kabupaten Gunung Kidul terdapat terminal tipe A dan terminal tipe C.
5 RDTR Kota Yogyakarta
20
Naskah Akademik
Kawasan Keraton dan Malioboro terletak di pusat kota Yogyakarta
sehingga akses menuju lokasi kawasan wisata ini sangat mudah
dijangkau dengan berbagai moda transportasi.
Dalam RTRW Kota Yogyakarta sistem jaringan jalan di Kota
Yogyakarta sebagaimana di maksud adalah jalan arteri primer, jalan
arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
2017 2018
Banyak Wisman Wisnus Banyak Wisman Wisnus
Kabupaten/Kota Obyek Obyek
Wisata Wisata
22
Naskah Akademik
Uraian Deskripsi 2017 2018
2. Tipe B 58 -
3. Tipe C 53 -
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2019
23
Naskah Akademik
Usaha/Sarana Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta D.I.
Yogyakarta
3. Industri
Kerajian
- 56 54 41 - 151
4. Atraksi
Budaya
54 85 - 320 - 459
5. Desa/Kampu
ng Wisata
10 39 19 41 - 126
Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2019
25
Naskah Akademik
ini. Hal ini dikarenakan untuk moda transportasi seperti bus pariwisata
tidak boleh melintasi area jalan tersebut dan sudah disediakan kantong
parkir untuk moda transportasi bus tersebut pada Kantong Parkir Abu
Bakar Ali, Ngabean dan spot lahan parkir yang berada diseberang Taman
Pintar. Tingkat kepadatan lalu lintas semakin meningkat pada hari libur
sehingga diperlukan adanya bentuk pengaturan dan managemen lalu
lintas yang tepat dalam mengatasi permasalahan ini, salah satunya
melalui penyediaan lahan parkir yang cukup bagi kendaraan pribadi
seperti motor dan mobil.
26
Naskah Akademik
tarif yang dibayarkan dapat mencapai angka Rp + 100.000,00 bahkan lebih
tergantung pada tujuan wisatawan.
Lahan parkir di Kawasan Wisata Keraton dan Malioboro terbilang
memadai untuk moda transportasi bus, namun untuk moda transportasi
motor dan mobil masih terbilang minim khususnya pada saat hari libur
yang mengalami jumlah lonjakan kendaraan cukup tinggi. Selain itu
kawasan ini juga dilalui oleh rute trayek Trans Jogja sehingga memudahkan
wisatawan dalam memilih moda transportasi untuk berwisata. Jarak dari
tempat parkir baik tempat parkir bus maupun kendaraan pribadi terbilang
cukup dekat dengan destinasi wisata.
27
Naskah Akademik
Sumber: Dokumentasi, 2019
28
Naskah Akademik
Sumber: Dokumentasi, 2019
29
Naskah Akademik
menggunakan paket wisata ini pengelola kawasan wisata tersebut mampu
mengintegrasikan kegiatan ekonomi dan wisata yang berada di kawasan
tersebut. Gambaran lokasi kawasan wisata yang dimaksud dapat diamati
pada gambar berikut.
30
Naskah Akademik
mobil jeep dengan alur rute wisata yang cukup ekstrim melewati medan-
medan yang terjal dan berair sehingga daya tarik wisata ini cukup menarik
berbagai wisatawan. Rute perjalanan untuk menuju kawasan wisata ini
cukup terjal hingga membutuhkan moda transportasi yang cukup kuat
untuk menaiki tanjakan menuju ke tempat wisata ini.
Kondisi lahan parkir untuk kawasan wisata ini cukup memadai untuk
moda transportais motor dan mobil namun untuk moda transportasi bus
masih minim. Jarak dari tempat parkir menuju ke destinasi wisata cukup
dekat dan terjangkau. Berikut gambaran dari kondisi tempat parkir pada
Kawasan Wisata Lereng Merapi.
Pada kondisi lahan parkir kawasan wisata ini terlihat lebih banyak
dipenuhi oleh jenis kendaraan pribadi seperti halnya mobil dan motor.
32
Naskah Akademik
dalam membentuk watak dan prilaku sosial bahkan juga konstruksi budaya
yang ada dalam masyarakat (Geerzt, 1976:7).
33
Naskah Akademik
Untuk mengunjungi wisata ini tidak ada transportasi umum. Biasanya
para pengunjung menggunakan transportasi pribadi. Lalu lintas di sekitar
wisata Karst Gunung Sewu pada hari-hari libur selalu padat karena
biasanya wisatawan menggunakan transportasi bus rombongan. Selain itu
juga jalan yang terjal dan berkelok-kelok membuat lalu lintas menjadi sering
terjadi kemacetan pada hari-hari libur.
34
Naskah Akademik
Wilayah pesisir selatan Jogja terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai
yang semuanya memiliki pesona wisata. Namun entah mengapa
Parangtritis yang menempati urutan pertama dalam angka kunjungan
wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Mungkin dikarenakan
Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada
objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung –
gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai, dimana gunung pasir tersebut
biasa disebut gumuk. Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda
Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya melahirkan pesona tersendiri
sehingga mampu menyedot jumlah wisatawan lebih besar dibanding
pantai-pantai lainnya. Gambaran dari kondisi kawasan wisata tersebut
dapat diamati pada dokumentasi berikut.
35
Naskah Akademik
warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang
menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan
jajanan ringan khas, Juga dapat merasakan angin pantai yang kencang
berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai
Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika
menginginkan medan yang lebih menantang dan bisa juga mengungjungi
Bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis,
pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul.
Di Bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan
untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan
tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya di
atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas
tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk
menanti matahari tenggelam. Selain itu, Disana juga akan disambut oleh
warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ
juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki
naik ke atas diantara bebatuan kapur, Anda akan mencapai tempat yang
digunakan untuk take off gantole. Untuk mencapai kawasan wisata
Parangtritis tidak ada transportasi umum akan tetapi biasanya wisatawan
menggunakan transportasi pribadi.
36
Naskah Akademik
Pegunungan Menoreh terbagi dalam 5 desa yaitu Ngargosari, Pagerharjo,
Gerbosari, Sidoharjo, Banjarsari, Kebonharjo dan Purwoharjo. Potensi
perekonomian yang dimiliki oleh Kecamatan Samigaluh sangat banyak
mulai dari pertanian, peternakan, hutan, flora, fauna, industri,
perdagangan, dan potensi pariwisata. Para penduduk kebanyakan berprofesi
sebagai petani di kebun yang dimilikinya sendiri. Berikut gambaran dari
kondisi wisata pada kawasan Wisata Menoreh.
38
Naskah Akademik
Kawasan Kasongan-Tembi-Wukirsari dan sekitarnya
Kabupaten Bantul bisa dikenal salah satunya karena obyek wisata yang
dapat memikat para wisatawan. Obyek-obyek di Kabupaten Bantul
mempunyai potensi obyek wisata yang cukup besar yang meliputi: obyek
wisata alam, wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan, dan sentra
industri kerajinan (handmade). Obyek wisata sentra industri kerajinan di
Kabupaten Bantul merupakan wujud fisik hasil budaya masyarakatnya
dalam memanfaatkan potensi lokal yang ada, baik menurut sumber daya
alam maupun sumber daya manusianya.
39
Naskah Akademik
Salah satu daya tarik wisata yang menjadi branding ke daerah atau
wisata luar yaitu Keramik Kasongan yang dikomersialkan dalam skala besar
oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an. Rute perjalanan untuk mencapai
kawasan wisata ini relatif mudah melalui jalan yang datar dan mudah untuk
diakses berbagai moda transportasi darat seperti bis maupun kendaraan
pribadi lainnya.
41
Naskah Akademik
yang mendukung dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat akan ketersediaan transportasi yang baik, aman, dan nyaman
semakin bertambah, sehingga perlu ada penataan dan regulasi yang dapat
menjamin kepastian hukum di bidang lalu lintas dan angkutan jalan
sebagai bagian dari sistem transportasi.
42
Naskah Akademik
Gambar Peta Ilustrasi Internal Destinasi Wisata
Didalam internal kawasan destinasi wisata di DIY tersedia beberapa
atraksi yang menjadi andalan suatu destinasi wisata itu sendiri, seperti
halnya keberadaan atraksi jeep advanture dan kereta kelinci di kawasan
lereng merapi, atraksi berupa ATV, bendi, dan kuda yang bisa dinikmati di
kawasan Pantai Parangtritis hingga kereta mini yang beroperasi di internal
destinasi wisata Candi Prambanan.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 108
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek telah memberikan kepastian hukum
terhadap aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan, kesetaraan,
keterjangkauan, dan keteraturan serta menampung perkembangan
43
Naskah Akademik
kebutuhan masyarakat dalam penyelenggaraan angkutan umum. Di dalam
regulasi ini juga telah diatur diantaranya:
a. Jenis pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak dalam Trayek;
b. Pengusahaan Angkutan;
c. Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak dalam Trayek dengan aplikasi berbasis teknologi
informasi;
d. Pengawasan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
Tidak dalam Trayek;
e. Peran serta masyarakat; dan
f. Sanksi administratif
44
Naskah Akademik
oleh wilayah provinsi Jawa Tengah. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terletak antara 70.33’- 80.12’ Lintang Selatan dan 1100.00’ - 1100.50’
Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km 2 atau 0,17% dari luas
Indonesia merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta yang
terdiri dari; Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km 2 (18,40%),
Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2 (15,91%), Kabupaten
Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 (46,63%), Kabupaten Sleman
dengan luas 574,82 km2 (18,0 %) dan Kota Yogyakarta dengan luas 32,50
km2 (1,02%) (BPS DIY,2019)8.
Peranan Transportasi
Peranan transportasi dalam mengembangkan dunia pariwisata
sangatlah penting. Bahkan untuk obyek wisata yang sangat bagus dan
menarik, namun tanpa d itunjang dengan aksesibilitas yang memadai tidak
akan mampu pengunjung/wisatawan secara maksimal. Beranjak dari
kondisi yang ada bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang
tentunya sangat tergantung pada aksesibilitas dan ketersediaan sarana
transportasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang
memadai akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan perekonomian wilayah.
Selain itu angkutan pariwisata di DIY diperlukan selain untuk
mempermudah aksesibilitas wisatawan, juga dikarenakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Pelayanan angkutan umum regular yang nyaman seperti Bus
Trans Jogja saat ini hanya mencangkup wilayah perkotaan
Yogyakarta saja, diperlukan angkutan serupa yang melayani
daerah luar perkotaan Yogyakarta. Misalnya untuk melayani
kunjungan ke objek wisata, karena pelayanan angkutan umum
regular diobyek wisata kurang diminati oleh wisatawan, hal ini
terbukti dengan kondisi pada saat liburan, lokasi akses di sekitar
8
Badan Pusat Statistik Provinsi DIY Tahun 2019
45
Naskah Akademik
obyek wisata macet akibat penggunaan kendaraan pribadi yang
melebihi kapasitas jalan.
b) Bus Trans Jogja masih belum bisa mengatasi permasalahan
kemacetan di Yogyakarta.
c) Pengoperasian Bus Wisata di dalam perkotaan Yogyakarta
salah satunya bertujuan untuk menanggulangi kemacetan didalam
perkotaan Yogyakarta akibat meningkatnya jumlah wisatawan yang
menggunakan kendaraan pribadi.
d) Sementara itu, jaringan jalan yang digunakan untuk perjalanan
wisata sebagian besar merupakan jalan nasional atau jalan provinsi
dengan lebar rata-rata 7 meter. Selain itu, merupakan jalan
kabupaten atau kota yang berdasarkan hasil survai sudah cukup
bagus dan memenuhi syarat untuk dilalui oleh kendaraan bus
sedang. Perlengkapan lainnya adalah lampu penerangan jalan,
marka dan guardrail untuk wilayah yang melalui
lereng/perbukitan.
Permasalahan kondisi jalan pada perjalanan wisata perkotaan, maka
permasalahan yang mendasar adalah kapasitas jalan yang berkurang
dengan adanya parkir dan PKL diruas jalan/trotoar yang kemudian
berdampak pada penurunan kecepatan kendaraan yang melintas akibat
gangguan dari kegiatan parkir dan PKL.
Dilakukan agar rencana angkutan umum wisata bisa dinyatakan
layak secara teknis, ekonomis, finansial, lingkungan, sosial, serta
komersial. Untuk melihat kelayakan teknis operasional, maka pelayanan
angkutan wisata ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melihat pada
Keputusan Menteri Perhubungaan Nomor PM 117 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek . Dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan
menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda
khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan
46
Naskah Akademik
angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial
lainnya.
a. Angkutan Pariwisata
Pada Pasal 31 disebutkan bahwa pelayanan angkutan pariwisata
merupakan pelayanan angkutan dari daerah-daerah wisata yang tidak
dibatasi oleh wilayah administratif, atau untuk keperluan lain diluar
pelayanan angkutan dalam trayek, antara lain untuk keperluan keluarga
dan sosial, denganciri-ciri:
a. mengangkut wisatawan atau rombongan;
b. pelayanan angkutan dari dan ke daerah tujuan wisata atau tempat
lainnya;
c. dilayani dengan mobil bus;
d. tidak masuk terminal.
Mobil bus yang dioperasikan untuk keperluan pariwisata atau
keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dilengkapi label dan sticker yang bertuliskan"PARIWISATA" yang
dilekatkan secara permanen pada kaca depan kiri dan kaca
belakang kanan mobil bus;
b. dilengkapi logo perusahaan, nama perusahaan dan nomor urut
kendaraan yang dilekatkan secara permanen pada dinding kiri dan
kanan mobil bus;
c. dilengkapi tulisan"Angkutan Pariwisata" yang dilekatkan secara
permanen pada dinding kiri dan kanan mobil bus.
e. bentuk tulisan, ukuran dan identitas tanda khusus angkutan
pariwisata
Sehingga dari peraturan tersebut dapat disampaikan bahwa angkutan
pariwisata yang akan direncanakan ini merupakan angkutan umum tidak
dalam trayek untuk mengangkut wisatawan dari dan kedaerah tujuan
wisata yang dilayani dengan mobil bus.
47
Naskah Akademik
Penyelenggaraan angkutan umum pariwisata ini untuk perijinannya
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Dalam hal
operasionalnya diawasi bersama antara Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika DIY dengan Dinas Pariwisata DIY. Dalam hal
operasionalnya, pihak Dinas Pariwisata DIY dapat menunjuk GIPI
(Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) sebagai pengelola dengan
ketentuan untuk mengikutsertakan pelaku/operatoryang selamain itelah
memberikan pelayanan angkutan umum dengan pola perjalanan dan
kualitas yang hampir-mirip.
Dari sisi ekonomis, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa
kehadiran angkutan umum pariwisata akan memberikan dampak berupa
meningkatnya kunjungan wisatawan keobyek wisata, dari sisi komersial
keberadaaan angkutan ini akan memberikan daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjung ke DIY. Sehingga dengan peningkatan jumlah
wisatawan, pada lokal obyek wisata akan terjadi peningkatan ekonomi
wilayah, selain itu diharapkan bahwa dengan adanya angkutan pariwisata
ini akan memperpanjang waktu tinggal wisatawan diDIY dan semakin
mengukuhkan peran penting DIY dalam dunia pariwisata nasional dan
internasional, sehingga pemasukan dari sektor ini akan semakin
meningkat dengan demikian efek berantai yang ditimbulkan adalah
tumbuhnya perekonomian warga lokal secara langsung atau peningkatan
PDRB dengan Konsep CBT ( Comunity Base Tourism ) dalam hal penyediaan
prasarana pariwisata yang terdistribusi merata seperti rumah makan,
Home Stay, hotel, pusat oleh-oleh dan kerajinan tangan yang tentu saja
akan ikut meningkatkan lapangan usaha dalam memenuhi kebutuhan
wisatawan.
Dari aspek lingkungan,peningkatan kapasitas jalan tetapi tidak
memepengaruhi lingkungan pelayananangkutan pariwisata menggunakan
prasarana jalan yang sudah ada sehingga tidak akan memberikan
perubahan yang berarti terhadap jumlah panjang jalan yang ada terkait
48
Naskah Akademik
dengan pelayanan ini. Diharpkan dengan adanya angkutan wisata ini,
akan mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi atau sewa tetapi
tidak sesuai dengan aspek dan perundang undangan yang berlaku (dasar
hukum berdasar kapasitas jalan dan peraturan dari dephub perhubungan
dan ripparda DIY yang terbarukan yang selama ini sering digunakan dalam
kunjungan wisatawan ke obyek wisata. Dengan demikian, angkutan
pariwisata ini diharapkan akan ikut mengurangi kemacetan yang terjadi
akibat tidak berimbangnya antara kapasitas jalan dan jumlah kendaraan
pribadi yang melintas. Dampak yang ditimbulkan selanjutnya adalah
pengurangan jumlah emisi gas buang kendaraan bermotor (pribadi),
sehingga akan ikut meningkatkan kualitas lingkungan. Agar lebih
mempermudah minat wisatawan dalam menggunakan angkutan wisataini,
maka diperlukan penyebaran informasi terkait operasional Perjalanan
wisata melalui website yang dapat diakses oleh pengguna atau calon
pengguna.
Pariwisata di Indonesia memiliki keunikan dan keanekaragaman yang
cukup tinggi. Kondisi ini jelas teramati pada persebaran variasi pariwisata
di seluruh provinsi di Indonesia. Hal inilah yang kemudian menjadikan
banyak wisatawan berkunjung untuk menikmati indahnya berbagai wisata
baik wisata alam maupun wisata buatan.
Pariwisata dalam kedudukannya sebagai salah satu pilar
pembangunan nasional semakin menunjukan peran yang sangat penting
sebagai penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah,
ataupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja di berbagai wilayah
di Indonesia (DIY, 2016) 9. Perkembangan pariwisata DIY menimbulkan
dampak berganda pada kegiatan sub-sektor di luar pariwisata seperti
niaga, transportasi, informasi, komunikasi dan sebagainya. Meskipun
pertumbuhan pariwisata sangat pesat, banyak sektor yang perlu
ditingkatkan kualitasnya, terutama berkaitan dengan kebutuhan
9
DIY, 2016, September 1, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan DIY, Retrieved
Oktober 25, 2019, from Pemda DIY: www.pemprovjogja.go.id
49
Naskah Akademik
wisatawan salah satunya transportasi. Dengan adanya angkutan khusus
pariwisata, banyak keuntungan yang diperoleh, bukan hanya untuk
wisatawan namun bagi seluruh sektor yang berkaitan. Berikut beberapa
keuntungan yang didapatkan dari adanya angkutan pariwisata:
1. Menambah jumlah wisatawan dengan tersedianya angkutan
pariwisata tentunya wisatawan akan dapat merancang kunjungan
ke berbagai obyek wisata dengan lebih mudah tanpa direpotkan
dengan perencanaan sarana transportasi yang akan digunakan.
Mengurangi kemacetan di daerah tujuan wisata; dengan adanya
angkutan pariwisata regular tentu. Penggunaan kendaraan pribadi
akan berkurang sehingga kemacetan yang terjadi di daerah tujuan
wisata akan semakin berkurang.
2. Mengurangi potensi kecelakaan; adanya angkutan pariwisata
reguler akan mengurangi jumlah kendaraan yang menuju obyek
wisata dan secara tidak langsung akan mengurangi potensi
kecelakaan yang mungkin terjadi.
3. Menghemat biaya wisata; adanya angkutan pariwisata regular
membuat calon wisatawan tidak perlu secara khusus menyewa
kendaraan yang membutuhkan biaya yang lebih mahal.
4. Menghemat energi; secara makro dengan semakin berkurangnya
kendaraan, energi yang digunakan untuk transportasi juga dapat
dihemat.
5. Mengurangi polusi; berkurangnya kendaraan dan pemakaian energi
transportasi juga akan mengurangi polusi yang terjadi akibat
pemakaian kendaraan (Basuki & Setiadi, 2015).
50
Naskah Akademik
terkemuka di Asia Tenggara dengan mensinergikan angkutan umum yang
sudah ada. Beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai model angkutan
pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:
a. Menggabungkan fungsi wisata dan layanan Trans Jogja yang sudah
ada; dapat diwujudkan dengan memasukkan perjalanan wisata
tersebut menjadi trayek Trans Jogja Khusus Wisata pada area
layanan perkotaan dengan jenis kendaraan dan biaya perjalanan
yang berbeda. Dengan sistem ini tiket yang diberlakukan dapat
menggunakan sistem tiket yang berlaku untuk kurun waktu sehari.
51
Naskah Akademik
Dalam Perencanaan Penyediaan Akses Transportasi Obyek Wisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta (2013), pariwisata merupakan kegiatan
perjalanan yang tentunya sangat bergantung pada aksesibilitas dan
ketersediaan sarana transportasi. Tersedianya sarana dan prasarana
transportasi yang memadai akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan perekonomian
wilayah. Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009 disebutkan beberapa
usaha pariwisata yaitu meliputi: daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa
transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman,
penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi dan pameran,
jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata,
wisata tirta, dan spa. Transportasi menjadi salah satu aspek penting dalam
mendukung kebutuhan wisatawan dalam berwisata.
Perkembangan dari destinasi pariwisata di Indonesia khususnya di
Daerah Istimewa Yogyakarta tidak selamanya mengalami peningkatan baik
pada perkembangan jumlah wisatawan maupun pada aspek lain yang
berhubungan dengan perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Fluktuasi yang terjadi pada perkembangan pariwisata ini dirasa
wajar terjadi dikarenakan oleh banyak faktor. Salah satunya melalui adanya
faktor penentu keberhasilan dalam pengembangan destinasi wisata tersebut
baik melalui inovasi strategi maupun manajemen perusahaan yang terkelola
dengan baik. Berikut ini skema faktor penentu dalam keberhasilan
pengembangan DIY sebagai destinasi wisata.
52
Naskah Akademik
Faktor Penentu dalam Keberhasilan Pengembangan DIY sebagai
Destinasi Wisata
Sumber: Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata DIY, 2018
Berdasarkan skema diatas secara umum menjelaskan mengenai faktor
penentu dalam keberhasilan pengembangan DIY sebagai destinasi wisata
melalui beberapa aspek yang meliputi: daya tarik wisata, aksesibilitas,
amenitas, pemberdayaan masyarakat, citra, promosi, keterpaduan dan
sinkronisasi serta sumber daya manusia yang memadai. Kesuksesan
perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlepas dari
adanya peran dukungan fasilitas infrastruktur yang ada di Daerah istimewa
Yogyakarta yang mampu melengkapi pemenuhan kebutuhan pariwisata
secara lebih memadai.
Pada pasal 21 (b) Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2014 tentang
angkutan jalan, angkutan orang untuk keperluan pariwisata termasuk
dalam kategori angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam
trayek. Pengertian Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan
menggunakan mobil bis umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus
untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan
dalam trayek. Sejalan dengan Visi Pembangunan DIY Tahun 2025, yaitu
mewujudkan DIY sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan
Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang
53
Naskah Akademik
maju, mandiri, dan sejahtera yang ditempuh dengan Program
Pengembangan Destinasi Pariwisata, mutlak diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai untuk memfasilitasi para wisatawan. Salah
satunya berupa sarana angkutan pariwisata. Angkutan pariwisata yang ada
selama ini belum secara khusus direncanakan dengan baik. Selama ini para
wisatawan hanya mengandalkan angkutan pariwisata yang dibuat dengan
paket-paket wisata oleh biro perjalanan dan travel serta menggunakan
kendaraan carter atau kendaraan pribadi untuk menuju daerah tujuan
wisata yang dikehendaki.
Selain itu pada Peratuan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 tentang
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan disebutkan bahwa pelayanan
angkutan pariwisata merupakan pelayanan angkutan dari dan ke daerah-
daerah wisata yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif, atau untuk
keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, antara lain untuk
keperluan keluarga dan sosial.
Dalam pelaksanaannya juga diterbitkan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 46 Tahun 2014, tentang
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak Dalam Trayek, yang juga mengatur persyaratan angkutan
pariwisata. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
2010-2025, menyebutkan bahwa arah kebijakan penyediaan dan
pengembangan sarana transportasi meliputi pengembangan dan
peningkatan kemudahan akses dan pergerakan wisatawan menuju destinasi
dan pengembangan dan peningkatan kenyamanan dan keamanan
pergerakan wisatawan menuju destinasi.
Data kunjungan wisatawan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
didominasi oleh wisatawan domestik atau Nusantara menunjukkan adanya
potensi yang sangat menjanjikan bila diadakan angkutan pariwisata reguler
dan terjadwal karena hal ini dapat menarik lebih banyak wisatawan
54
Naskah Akademik
domestik. Berikut gambarannya dapat diamati pada grafik perkembangan
wisatawan ke DIY tahun 2014-2018.
55
Naskah Akademik
mancanegara masih tergolong rendah, perlu adanya inovasi dan kreasi agar
wisatawan tertarik untuk eksplorasi jogja dalam jangka waktu yang lama.
Dalam kerangka pengembangan destinasi pariwisata, terdapat beberapa
masalah utama yang harus dhadapi yaitu 1) perubahan iklim dan bencana
alam; 2) ketersediaan konektivitas dan infrastruktur yang belum optimal; 3)
kesiapan masyarakat disekitar destinasi pariwisata yang belum optimal dan
4) kemudahan investasi yang masih belum optimal. Selain itu permasalahan
juga dihadapi dalam hal promosi pariwisata yang cenderung belum optimal
hal ini dikarenakan pada beberapa alasan yaitu 1) belum adanya acuan riset
pasar yang komprehensif; 2) strategi komunikasi pemasaran yang belum
terpadu; 3) sinergi kemitraan pemasaran yang masih belum optimal; 4)
kegiatan promosi masih berjalan parsial dan 5) citra positif yang masih
belum kuat (Renstra Kemenpar Tahun 2018-2019)10.
E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur
dalam Peraturan Daerah Transportasi Angkutan Pariwisata terhadap
aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban
keuangan negara
Dewasa ini perkembangan akan teknologi transportasi juga berdampak
bagi kemajuan alat transportasi yang digunakan olehmasyarakat. Berbagai
alat transportasi banyak menjamur di berbagai kota, termasuk juga kota
yogyakarta. berbagai sarana alat trasnportasi seperti bus kota, taxi, delman
atau andong, becak sampai sepeda banyak digunakan oleh masyarakat
untuk melakukan pergerakan atau perpindahan.
Dalam penglolaan transportasi umum tentu saja memiliki kaitan
dengan ilmu administrasi publik, dalam hal kepentingan publik sebagai
tujuan dari kegiatan administrasi Negara/publik. Penglolaan transportasi
umum adalah kepentingan sebagian masyarakat pengguna transportasi
umum terutama di kawasan pariwisata. Kepentingan yang seharusnya
diperjuangkan oleh para administrator publik adalah kepentingan publik.
10
Renstra Kementerian Pariwisata Tahun 2018-2019
56
Naskah Akademik
Kepentingan publik sering di kompetisikan dengan kepentingan –
kepentingan lain dan dalam banyak kesempatan dikorbankan. Hal ini
dapat dilihat dalam pengambilan keputusan tentang apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, dimana dikerjakan, yang
sering kali tidak sejalan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
a. Manajemen Lalu Lintas Pada Transportasi
Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengatuan,
pengawasan dan pengendalian lalu lintas suatu moda transportasi.
Manajemen lalu lintas betujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dan dilakukan antaran lain dengan :
a. Peningkatan kapasitas jalan, persimpangan, dan/atau jaringan jalan.
b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan
tertentu.
c. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan
tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar
moda.
d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan atau perintah bagi pemakai
jalan. (Zulfiar Sani 2010:38)23 .
Dalam manajemen lalu lintas pada transportasi di bagi menjadi
beberapa kegiatan yaitu perencanaan, pengaturan, pengawasan dan
pengendalian lalu lintas. Jika transportasi merupakan sebuah pergerakan
atau mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat yang lain dengan
menggunkan angkutan. Fungsi dari transportasi itu sendiri dapat
menggerakan roda ekonomi dari satu daerah yang telah ada transportasi,
karena kegiatan masyarakat di daerah tersebut sudah lebih berkembang
dari daerah yang tidak atau belum ada sistem lalu lintas.
57
Naskah Akademik
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha. Berdasarkan data statistik dalam
RPJMD DIY perkembangan jumlah wisatawan mancanegara masih tergolong
lambat sehingga implikasinya adalah perlunya daya tarik wisata berkelas
internasional dengan pemasaran efektif,
11
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat (4)
12
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat (9)
13
Goeltom, 2007. Transportasi dan Pariwisata. Direktori UPI
58
Naskah Akademik
industri pariwisata dan mengetahui derajat ketergantungan
infrastrukturtransportasi terhadap industri-industri tersebut 14.
14
Budiartha, Nyoman R.M., 2011. Peranan Transportasi Dalam Pariwisata, Studi Kasus :
Pemilihan Daerah Tujuan Wisata (Dtw/Destinasi) Oleh Wisatawan Di Bali, Jurnal Ilmiah
Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011.
59
Naskah Akademik
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, swasta dan masyarakat.
60
Naskah Akademik
d. Potensi Angkutan Parwisata
Pelayanan angkutan pariwisata yang ada di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta saat ini didominasi oleh moda kendaraan pribadi, sedangkan
angkutan pariwisata dengan menggunakan bus merupakan kendaraan
carter yang digunakan oleh rombongan wisatawan. Penggunaan angkutan
umum reguler oleh wisatawan sangat kurang yang salah satu
kemungkinannya adalah tidak adanya pelayanan angkutan umum dalam
melayani trayek menuju obyek wisata yang diaanggap nyaman dan murah
tetapi juga aksebilitas menuju destinasi wisata yang heterogen ( spesifikasi
jalan berdasar carrying capacity dan space capacity / daya dukung jalan
/aksebilitas ).
Perlu diperhatikan aksesibilitas untuk mendukung kegiatan dan
aktivitas wisatawan karena tidak semua lokasi wilayah dapat diperlakukan
sama untuk pengelolaan pariwisata dan mempertimbangkan daya dukung.
Pada tahun 1964, J.A. Wagar memperkenalkan sebuah konsep The
Carrying Capacity of Wild Lands for Recreation sebuah konsep yang dikenal
sebagai Daya Dukung Rekreasi( Recreational Carrying Capacity) yang
merupakan penerapan dari prinsip teori diatas kedalam sebuah kawasan
rekreasi.
Diantara prinsip tersebut adalah : (1) pengkarakteristikan daya dukung
berfungsi sebagai kepemilikan yang melekat pada sebuah lokasi yang dapat
ditentukan, daya dukung bukan merupakan suatu nilai yang tetap, (2) Daya
dukung tergantung pada kebutuhan dan nilai dari manusia dan hanya
dapat ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan pengelolaan, (3)
Kebutuhan yang melebihi batas dapat dikurangi dengan melakukan
tindakan pengelolaan seperti zonasi, tindakan persuasif dan pengelolaan
komunitas15.
15
Alan Wagar. (1964). The Carryng Capacity Of Wild Lands For Recreation. Society Forest
Science, Washington D.C
61
Naskah Akademik
Dengan kondisi yang ada saat ini yang terjadi adalah masalah
kemacetan saat musim liburan dimana hal ini justru menimbulkan
ketidaknyamanan bagi wisatawan. Disamping itu ada keengganan
wisatawan domestik lokal untuk menikmati wisata di daerah sendiri saat
liburan dikarenakan masalahkenyamanan dan keamanan dalam perjalanan
menuju obyek wisata. Melihat data kunjungan wisatawan di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang didominasi oleh wisatawan domestik/nusantara,
sangatlah potensial apabila diadakan angkutan pariwisata yang dibuat
reguler dan mempunyai jadwal sehingga dapat menarik lebih banyak
wisatawan domestik. Beberapa keuntungan apabila diadakan angkutan
khusus pariwisata secara reguler adalah :
1. Wisatawan bertambah.
Dengan tersedianya angkutan pariwisata tentunya wisatawan akan
dapat merancang kunjungan ke berbagai obyek wisata dengan lebih
mudah tanpa direpotkan dengan perencanaan sarana transportasi
yang akan digunakan. Wisatawan lokal khususnya dan tentunya
juga wisatawan manca negara akan semakin tertarik dengan
memanfaatkan angkutan ini yang mestinya juga menjadi lebih
murah biayanya.
2. Mengurangi kemacetan didaerah tujuan wisata.
Dengan adanya angkutan pariwisata reguler tentunya penggunaan
kendaraan pribadi sedikit banyak akan berkurang, sehingga
kemacetan yang terjadi di daerah tujuan wisata akan semakin
berkurang.
3. Mengurangi potensi kecelakaan.
Dengan adanya angkutan pariwisata reguler akan mengurangi
jumlah kendaraanyang menuju obyek wisata, secara tidak langsung
tentunya mengurangi potensikecelakaan yang mungkin terjadi.
4. Menghemat biaya wisata.
62
Naskah Akademik
Dengan adanya angkutan pariwisata reguler tentunya calon
wisatawan tidak perlusecara khusus untuk mengadakan/menyewa
kendaraan yang membutuhkan biaya yang lebih mahal.
5. Penghematan energi.
Secara makro dengan semakin berkurangnya kendaraan, pemakaian
energi untuk transportasi juga dapat dihemat.
6. Mengurangi polusi.
Dengan berkurangnya kendaraan dan pemakaian energi transportasi
juga akan mengurangi polusi yang terjadi akibat pemakaian
kendaraan.
Perencanaan angkutan umum wisata bisa dinyatakan layak secara
teknis, ekonomis,finansial, lingkungan, sosial, serta komersial. Untuk
melihat kelayakan teknis operasional, maka pelayanan angkutan wisata ini
dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melihat pada Peraturan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
angkutan orang tidak dalam trayek. Dalam peraturan tersebut disebutkan
bahwa Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil
bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan
pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek,
seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.
Selain itu pada Pasal 31 disebutkan bahwa pelayanan angkutan
pariwisata merupakan pelayanan angkutan dari dan ke daerah-daerah
wisata yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif, atau untuk keperluan
lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, antara lain untuk keperluan
keluarga dan sosial. Hal ini juga didukung dengan adanya Peraturan
Pemerintah Nomer 74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Dalam
pelaksanaannya juga diterbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 46 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek,
63
Naskah Akademik
dimana didalamnya juga mengatur tentang persyaratan angkutan
pariwisata.
Dalam Perencanaan Penyediaan Akses Transportasi Obyek Wisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta (2013), dari sisi ekonomis bahwa kehadiran
angkutan umum pariwisata akan memberikan dampak berupa
meningkatnya kunjungan wisatawan ke obyek wisata, dari sisi komersial
keberadaaan angkutan ini akan memberikan daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjung ke DIY. Sehingga dengan peningkatan jumlah wisatawan,
pada lokal obyek wisata akan terjadi peningkatan ekonomi wilayah, selain
itu diharapkan bahwa dengan adanya angkutan pariwisata ini akan
memperpanjang waktu tinggal wisatawan di DIY dan semakin mengukuhkan
peran penting DIY dalam dunia pariwisata nasional dan internasional,
sehingga pemasukan dari sektor ini akan semakin meningkat dengan
demikian efek berantai yang ditimbulkan adalah tumbuhnya perekonomian
warga dalam hal penyediaan prasarana pariwisata yang terdistribusi merata
seperti rumah makan, hotel,pusat oleh-oleh dan kerajinan tangan yang
tentu saja akan ikut meningkatkan lapangan usaha dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan.
Model Angkutan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta perlu
direncanakan secara cermat untuk mendukung mewujudkan DIY sebagai
daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara dengan mensinergikan
angkutan umum yang sudah ada. Beberapa hal yang bisa diusulkan sebagai
model angkutan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:
1. Menggabungkan fungsi wisata dan layanan Trans Jogja yang sudah
ada. Dapat diwujudkan dengan memasukkan perjalanan wisata
tersebut menjadi trayek Trans Jogja Khusus Wisata pada area layanan
perkotaan dengan jenis kendaraan dan biaya perjalanan yang berbeda.
Dengan sistem ini, maka tiket yang diberlakukan dapat menggunakan
sistem tiket yang berlaku untuk kurun waktu sehari.
64
Naskah Akademik
2. Adanya layanan dengan bus atap terbuka khusus untuk wisata
perkotaan, sehingga dapat lebih menarik minat wisatawan, sehingga
akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk tujuan wisata.
3. Bus Angkutan Khusus Pariwisata.
Dilakukan dengan pengadaan bus khusus pariwisata untuk jalur-jalur
obyek wisata yang potensial yang teratur. Jalur ini dengan
memanfaatkan jejaring pihak perhotelan dan pihak tour travel. Rute
diawali melalui hotel-hotel dan juga memanfaatkan halte dari Trans
Jogja menuju lokasi obyek wisata. Untuk rute busangkutan khusus
pariwisata bisa dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu :
1) Rute tunggal, dimaksudkan adalah perjalanan dari Kota
Yogyakarta menuju arah obyek-obyek wisata potensial dengan
tempat perhentian hotel-hotel, halte Trans Jogja baru menuju arah
lokasi wisata dengan berhenti di halte khusus pada obyek wisata
tujuan.
2) Rute terintegrasi, dimaksudkan adalah perjalanan dari Kota
Yogyakarta menuju ke wilayah daerah tingkat II dan berhenti pada
halte khusus pariwisata diwilayah daerah daerah tingkat II
kemudian penumpang berpindah pada halte tersebut dan
digantikan dengan angkutan khusus pariwisata dari wilayah
daerah tingkat II menuju obyek wisata.
65
Naskah Akademik
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
66
Naskah Akademik
3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan;
2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia; dan;
3) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan
penataan ruang sebagai mana diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang ini,
meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis
kabupaten/kota.
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
d. Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/ kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang
wilayah provinsi.
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten, ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
67
Naskah Akademik
berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial
negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Rencana tata ruang
wilayah kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.
Berkaitan dengan pengertian kebijaksanaan, pemerintah dalam
membuat keputusan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pembangunan
daerah (otonom) tentu akan mengandung beberapa konsekuensi, baik positif
maupun negatif. Prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh pembuat
kebijaksanaan dalam mengeluarkan produk negara adalah bahwa
kebijaksanaan tersebut harus menyentuh kepentingan dan kebutuhan
rakyat secara adil, berdampak positif dan diterima oleh masyarakat dengan
baik. Ada tiga hal penting yang harus dipatuhi dalam merumuskan
kebijaksanaan otonomi, yaitu:
a. Kebijaksanaan otonomi harus berpedoman pada ketentuan yang ada.
b. Kebijaksanaan otonomi harus berorientasi pada kepentingan umum
pada masa depan. Orientasi ini harus mempunyai sasaran program
yang jelas dan terarah sehingga deviasi atas tujuan dapat
diminimalkan.
c. Kebijaksanaan otonomi harus berorientasi pada strategi pemecahan
masalah yang terbaik. Untuk itu, perlu dipertimbangkan hubungan-
hubungan baik yang melatarbelakangi kebijaksanaan itu maupun
dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebijaksanaan tersebut 30
Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka dalam menentukan
kebijaksanaan otonomi kepada daerah minimum ada ukuran pendekatan-
pendekatan yang dapat digunakan. Pendekatan tersebut antara lain :
a. tujuan otonomi daerah;
b. sasaran otonomi daerah; dan
c. makna otonomi daerah dalam pemerintahan3116
16 30
Widjaya HW. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakart. PT. Raja Grafindo Persada. 2002. Hal. 3
68
Naskah Akademik
Peraturan Daerah sebagai salah satu peraturan perundang-
undangan tingkat daerah, dibuat untuk menyelenggarakan pemerintahan
daerah. Pemerintahan Daerah adalah satuan pemerintahan teritorial
tingkat lebih rendah yang berhak mengatur dan mengurus urusan rumah
tangga sendiri. Urusan rumah tangga daerah bisa bersumber dari otonomi
daerah dan bisa pula berasal dari tugas pembantuan (medebewind).
Sistem otonomi yang diberlakukan sekarang berdasarkan UU No 23
Tahun 2014 dan perubahannya adalah otonomi seluas-luasnya. Atas dasar
itu, UU No. 23 Tahun 2014 memberikan kewenangan otonomi kepada
Daerah Kabupaten/Kota yang (hanya) didasarkan pada asas desentralisasi
dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan
otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang mencakup kewenangan di bidang politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, serta kewenagan bidang
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa Kepariwisataan adalah keseluruhan
kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Pembangunan
adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik yang di dalamnya
meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan pengendalian,dalam
rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki. Pembangunan
kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keaneka ragaman, keunikan, dan
kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi:
31
Op.Cit. Manan Bagir. Hal. 136
69
Naskah Akademik
a. Destinasi Pariwisata
b. Pemasaran Pariwisata
c. Industri Pariwisata
d. Kelembagaan Kepariwisataan
Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat Daya
Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas,serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
Kepariwisataan. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keaneka ragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana
dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari
wilayah asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di
dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi
kunjungan wisata.
Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan
yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan
berfungsi sebagaimana semestinya. Fasilitas Umum adalah sarana
pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi
masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus 16
ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,
keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke Destinasi
Pariwisata. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan
mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan
dan seluruh pemangku kepentingannya. Industri Pariwisata adalah
kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
70
Naskah Akademik
penyelenggaraan pariwisata. Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan
unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi,
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber
daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara
berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian
tujuan di bidang Kepariwisataan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 8
menyebutkan bahwa Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan
rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota. Rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Daerah kabupaten/kota.
Penyusunan rencana induk pembangunan kepariwisataan dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan. Rencana induk pembangunan
kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi perencanaan
pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran, dan
kelembagaan kepariwisataan.
5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Pada pasal 148 Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor
Umum ditetapkan oleh :
- Menteri bertanggung jawab di bidang sarana prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan untuk jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan
bermotor umum antarkota antarpropvinsi dan perkotaan yang melampaui
batas 1 (satu) provinsi.
- Gubernur untuk Jaringan trayek dan Kebutuhan Kendaraan Bermotor
Umum dan antarkota dalam provinsi dan perkotaan yang melampaui
batas 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapat
71
Naskah Akademik
persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
- Bupati/walikota untuk jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan
bermotor umum perkotaan dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
setelah mendapat persetujuan dari menteri yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.Sebagai
bagian dari system transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan
harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan
dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas
penyelenggaraan negara.
Dalam rangka penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, telah
dibentuk UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (selanjutnya disingkat UU tentang LLAJ) yang di
dalamnya mengatur beberapa ketentuan yang di antaranya adalah terkait
dengan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan,
pembagian kewenangan antara instansi pemerintah dan pemerintah
daerah, pengaturan terhadap hal-hal yang bersifat teknis operasional lalu
lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta
upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan, dan penegakkan hukum.
Dalam UU tentang LLAJ disebutkan bahwa ada tiga tujuan
diselenggarakannya Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu: a.
terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu
menjunjung tinggi martabat bangsa; b. terwujudnya etika berlalu lintas
dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian
hukum bagi masyarakat. UU LLAJ, dijelaskan bahwa angkutan
72
Naskah Akademik
merupakan perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Berdasarkan definisi tersebut, Sholawati mendefinisikan angkutan jalan
sebagai perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ketempat
lain dengan menggunakan ruang lalu lintas jalan.
Dalam Pasal 1 UU LLAJ, juga didefinisikan mengenai kendaraan, yaitu
sebagai suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor
didefinisikan sebagai kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Sedangkan
kendaraan tidak bermotor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga orang atau hewan. Dalam Pasal 47 ayat (2) UU LLAJ, dijelaskan
bahwa yang termasuk jenis kendaraan bermotor antara lain sepeda
motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan
khusus.
Peraturan Pemerintah (Peraturan Pemerintah)
5.1.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Tahun 2010-2025
Menyebutkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
yang selanjutnya disebut dengan RIPPARNAS adalah dokumen perencanaan
pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode15 (lima belas) tahun
terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025. RIPPARNAS
menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi. RIPPARNAS dan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota. Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut
dengan RIPPARDA Kabupaten adalah dokumen perencanaan pembangunan
73
Naskah Akademik
kepariwisataan daerah untuk periode 10 (lima belas) tahun terhitung sejak
tahun 2015 sampai dengan tahun 2025.
5.1.2 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
Peraturan pemerintah no. 55 tahun 2012 tentang kendaraan dalam
pasal 1 angka 5 dan juga dijelaskan pasal 1 angka 7 peraturan pemerintah
no. 55 tahun 2012 tentang kendaraan. Pengangkutan berasal dari kata
dasar “angkut” yang berarti angkat dan bawa, muat dan bawa atau
kirimkan. Mengangkut artinya mengangkat dan membawa, memuat dan
membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya pengangkatan dan
pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau
orang, barang atau orang yang diangkut. Jadi, dalam pengertian
pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu
tempat ke tempat lain.35 mobil barang adalah Kendaraan Bermotor yang
digunakan untuk angkutan barang. Mobil barang lebih populer dikenal
sebagai truk yang berasal dari bahasa Inggris Truck atau prahoto ayang
berasal dari bahasa Belanda vrachtauto. Dalam bentuk kecil disebut pick-up.
Adapun jenis-jenis mobil barang: 1. Truk barang umum, merupakan truk
yang digunakan untuk mengangkut segala jenis barang, baik yang dikemas
ataupun tanpa kemasan dalam bentuk curah, namun penggunaan yang
truk yang diperuntukkan untuk satu jenis barang saja. 2. Truk tangki
adalah truk yang dirancang untuk mengangkut muatan berbentuk cair atau
gas.
Untuk meningkatkan kestabilan dalam transportasi cairan dalam
tangki, tangki dibagi dalam beberapa kompartemen yang dipisahkan dengan
sekat-sekat. 3. Mobil box adalah kendaraan angkutan barang antaran yang
biasanya digunakan untuk mengangkut barang antaran (delivery van) yang
dimasukkan dalam suatu box yang terbuat dari baja ataupun dari
aluminium. Dengan box ini barang akan terlindungi dari hujan dan angin
dan disamping itu juga melindungi barang dari tangan-tangan jahil. Ada
pula truk box yang dilengkapi dengan pendingin yang digunakan untuk
74
Naskah Akademik
mengangkut barang yang mudah busuk atau rusak karena suhu seperti
untuk angkutan es, daging, ikan, sayuran dan buah-buahan. Mobil peti
kemas disebut juga truk kontainer adalah kendaraan pengangkut peti
kemas terdiri dari kendaraan penarik (tractor head) dan kereta tempelan
dimana peti kemas ditempatkan. Trend angkutan barang dengan peti kemas
meningkat dengan cepat karena intermodalitynya yang tinggi sehingga
mempermudah bongkar-muat/handling dari barang yang mengakibatkan
biaya angkutan secara keseluruhan menurun dengan drastis. Disamping itu
keamanan dari barang juga lebih tinggi.
5.1.3 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan
Jalan
PP N0. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, KM 35 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan
Umum dan KM. 69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Barang,” Penerbitan Surat Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
UM.302/1/21/PHB/2015 tertanggal 9 November 2015 diklasifikasikan
“Penting” ini ditembuskan kepada tujuh pihak yakni Menteri Koordinator
bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Menteri Koordinator bidang
Perekonomian; Gubernur seluruh Indonesia; Kapolda seluruh Indonesia;
Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri; Direktur Jenderal Hubungan Darat;
Ketua Umum DPP Organda. Sikap Kementrian Perhubungan tersebut
didasarkan pernyataan Menteri Perhubungan Tahun 2014-2019 mengingat
mengenai penjelasan belum memadainya transportasi yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, lanjut Jonan menyatakan bahwa
mengingat belum memadainya transportasi yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Surat Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor UM.302/1/21/PHB/2015 sebenarnya bukan merupakan peraturan
perundang-undangan, melainkan hanya perintah yang bersifat melarang
(imperative) suatu perbuatan atau keadaan tertentu, yang dalam hal ini
adalah pemanfaatan kendaraan bermotor bukan angkutan umum (sepeda
75
Naskah Akademik
motor, mobil penumpang dan mobil barang) dengan sistem layanan
transportasi online untuk mengangkut orang dan/atau barang dengan
memungut bayaran, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 secara jelas telah memberikan definisi
atau pengertian jelas memberikan kriteria kendaraan bermotor yang dapat
dijadikan sebagai angkutan umum.
5.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pola
Pengembangan Transportasi Wilayah
Pasal 16 yang menyebutkan transportasi tradisional meliputi
becak,gerobak dan andong. Berikut definisi becak dan andong:
a. Becak adalah kendaran seperti sepeda roda tiga becak adaah salah
satu jenis kendaraan tidak bermotor yang digerakkan oleh tenaga
manusia kemunculan becak di Yogyakarta dimulai sebelum adanya
Perang Dunia II. Beberapa tahun setelah dikemukkan,becak ini dapat
diterima dengan baik sebagai alat transportasi,yaitu sebagai alat
transportasi antar karesidenan(Kabupaten) dan tempat kerja di Kota.
Pelayanan transportasi yang diberikan oleh becak dapat berupa
mengantar penumpang (orang) maupun barang. Tarif yang diminta
untuk sekali pelayanan belum ditentukan standarnya. Tariff
ditentukan berdasarkan jarak dan banyaknya muatan yang
ditentukan melalui proses tawar-menawar. Transportasi ini masih
sangat banyak dijumpai di Kota Yogyakarta dan digunakan sebagai
sarana angkutan orang maupun angkutan barang,pelestarian dan
pemberdayaan telah dilakukan oleh pemerintah. Sehingga becak
semakin baik dan akan terjaga keberadaanya yang diharapkan juga
dapat menjadi ikon kota Yogyakarta dan menjadi pendukung
pariwisata.
b. Andong merupakan kendaran tradisional di Yogyakarta berbentuk
kereta,beroda empat,ditarik kuda dan dikendalikan oleh pengemudi
yang disebut dikusir. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang
76
Naskah Akademik
moda transportasi tradisional becak dan andong. Sehingga
perlindungan dan pelestarian terhadap angkutan tradisional ini dapat
dilaksanakan dengan baik,trasnportasi ini juga dapat membantu
pariwisata Kota Yogyakarta sebagai sarana angkutan untuk berwisata
yaiu dapat digunakan untuk berkunjung ke tempat wisata di
lingkungan Kota Yogyakarta seperti berkunjung ke pusat oleh-oleh
,pusat pembuatan bakpia ,Keraton Yogyakarta ,tamansari dank e
temapt wisata lainnya.
Peraturan Menteri (Permen)
1.5 Peraturan Menteri Perhubungam Nomor 32 Tahun 2016
Menteri Perhubungan telah mengakomodir tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek,
yang kemudian disempurnakan kembali melalui Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017, serta terakhir melalui Peraturan
Menteri Nomor 108 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek (Pemenhub No 108
Tahun 2017).
5.1.6 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek
Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa Angkutan orang untuk keperluan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c merupakan
pelayanan Angkutan yang disediakan untuk keperluan kegiatan wisata. Dan
dalam ayat (2) mengamanatkan tentang standarisasi atau ketentuan
pelayanan Angkutan Orang untuk Keperluan Pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi pelayanan sebagai berikut:
a) mengangkut wisatawan;
b) pelayanan Angkutan dari dan ke daerah tujuan wisata;
c) tidak masuk terminal;
d) pembayaran tarif berdasarkan waktu penggunaan kendaraan sesuai
dengan perjanjian antara Pengguna Jasa dan perusahaan Angkutan;
77
Naskah Akademik
e) tidak boleh digunakan selain keperluan wisata;
f) tidak terjadwal; dan
g) wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.
Selain standar pelayanan transportasi, Pasal 32 juga mengamanatkan
bahwa kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan orang
untuk keperluan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan yakni kelengkapan fasilitas keperluan wisata,
kelengkapan tanda khusus tulisan pariwisata dan kelengkapan mobil bus
umum berdasarkan ukuran.
5.1.7 Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Dan Kabupaten/Kota
Dalam pedoman ini, strategi pengembangan fasilitas pariwisata provinsi
memuat (a) strategi pengembangan fasilitas transportasi wisata yang
menghubungkan destinasi pariwisata provinsi, (b) strategi pengembangan
fasilitas transportasi wisata yang menghubungkan KKP dan KSP Provinsi.
Demikian juga fasilitas pendukung pariwisata memuat (a) strategi
peningkatan kualitas pelayanan bandara, terminal antarkota, stasiun kereta
api, dan pelabuhan, (b) strategi peningkatan kualitas pelayanan angkutan
umum darat, laut, sungai, udara, antarkota.
5.1.8 Peraturan Menteri Nomor 118 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus
Pasal 3 ayat (1) menyatakan kriteri angkutan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Wilayah operasi berada didalam kawasan perkotaan, dan dari dan ke
bandar udara, pelabuhan, atau simpul transportasi lainnya.
b. Tidak terjadwal
c. Pelayanan dari pintu ke pintu
d. Tujuan perjalanan ditentukan oleh pengguna jasa
78
Naskah Akademik
e. Besaran tariff angkutan tercantum pada aplikasi berbasis teknologi
informasi
f. Memenuhi standar pelayanan minimal
g. Pemesanan dilakukan melalui aplikasi berbasis teknologi informasi
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS, DAN SOSIOLOGIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan daerah yang dibentuk memperhatikan
pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Implementasi Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara menjadikan segala aktifitas kehidupan
berbangsa dan bernegara harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Tidak terkecuali, dalam menunjang aksesibilitas
wisatawan untuk menggunakan fasilitas lalu lintas dan menggunakan
transportasi angkutan pariwisata. Hal ini dikarenakan transportasi
angkutan pariwisata mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi destinasi wisata sebagai bagian dari upaya
79
Naskah Akademik
memajukan kesejahteraan umum serta melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia sebagaimana diamanatkan
oleh Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Adapun yang menjadi landasan
filosofis dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Transportasi Angkutan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta ini adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kehadiran peraturan daerah yang mengatur transportasi angkutan
pariwisata ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan
kepariwisataan di Provinsi DIY sebagai destinasi wisata terkemuka.
Apabila adanya peningkatan layanan angkutan pariwisata yang baik
dan memadai maka secara tidak langsung akan memicu wisatawan
untuk melakukan kunjunga di DIY. Kunjungan wisatawan baik
Mancanegara dan Nusantara akan menciptakan multiplier effect atau
dampak ganda bagi perekonomian Provinsi DIY yang akan berujung
pada kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan ekonomi wilayah
Peranan sektor pariwisata semakin penting sejalan dengan
perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata
melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan
wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja serta
pengembangan usaha. Melalui mekanisme tarikan dan dorongan
terhadap sektor ekonomi lain yang terkait dengan sektor pariwisata,
seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan dan lain-
lain. Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat dan mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
c. Meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antar destinasi wisata
Aksesibilitas merupakan fungsi utama dasar angkutan pariwisata,
untuk mengakses lokasi yang merupakan tujuan utama, maka
wisatawan akan menggunakan moda transportasi. Hubungan
keduanya sangat dipengaruhi oleh dua elemen yakni kemudahan
80
Naskah Akademik
mengakses tujuan dan kualitas layanan transportasi harus
memenuhi harapan pengguna seperti tingkat kenyamanan,
keamanan, frekuensi, efisiensi dan keadilan.
d. Mengangkat citra pariwisata dan budaya
Kelengkapan angkutan pariwisata di suatu wilayah yang
memudahkan wisatawan untuk mencapai destinasi wisatanya akan
sangat mempengaruhi persepsi wisatawan terhadap wilayah tersebut.
Dan melihat visi dan misi Dinas Perhubungan DIY yaitu
“Terwujudnya transportasi berkelanjutan dan terintegrasi yang
mendukung pariwisata, pendidikan dan budaya” serta
“Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi yang
berkelanjutan dan terintegrasi dalam upaya meningkatkan pelayanan
publik di DIY”. Oleh karena itu, pengaturan transportasi angkutan
pariwisata yang dituangkan dalam peraturan daerah ini akan
membantu pemerintah atau lembaga menguatkan promosi pariwisata
DIY dalam mencapai destinasi pariwisata terkemuka.
B. Landasan Yuridis
Peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan hukum
atau dasar hukum yang terdapat dalam ketentuan yang lebih tinggi.
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang pertama adalah
kewenangan membuat aturan, yang kedua adalah materi peraturan
perundang-undangan yang harus dibuat. Landasan yuridis dari segi
kewenangandapat dilihat dari segi kewenangan yang dilihat dari apakah ada
kewenangan seorang pejabat atau badan yang mempunyai dasar hukum
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan sangat diperlukan.
Berikut landasan yuridis dalam penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah tentang RPI DIY Tahun 2018-2035 adalah:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
81
Naskah Akademik
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Jo.
Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor
43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1950 tentang Pemberlakukan
Undang – Undang nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58);
5. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 125);
C. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa Perda diperlukan dalam upaya memenuhi
kebutuhan dan perlindungan masyarakat. Landasan sosiologis memuat
suatu tinjauan terhadap gejala-gejala sosialekonomi-politik yang
berkembang di masyarakat, yang mendorong perlu dibuatnya Naskah
82
Naskah Akademik
Akademik. Landasan sosiologis juga memuat analisis kecenderungan
sosiologis-futuristik tentang sejauhmana tingkah laku sosial itu sejalan
dengan arah dan tujuan pembangunan hukum yang ingin dicapai.
Landasan sosiologis mensyaratkan setiap norma hukum yang
dituangkan dalam Perda harus mencerminkan tuntutan kebutuhan
masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas
kesadaran hukum masyarakat. Karena itu, dalam konsideran, harus
dirumuskan dengan baik pertimbanganpertimbangan yang bersifat empiris,
sehingga suatu gagasan normatif yang dituangkan dalam Perda benar-benar
didasarkan atas kenyataan yang hidup dalam kesadaran hukum
masyarakat. Dengan demikian, norma hukum yang tertuang dalam Perda
kelak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di tengah-tengah
masyarakat hukum yang diaturnya.
Secara sosiologi, hukum berfungsi untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup, selain juga berfungsi sebagai
sarana untuk memperlancar proses interaksi (law as a facilitation of human
interaction). Di tinjau dari aspek sosial maka penyelenggaraan perhubungan
mempunyai peran penting untuk mewujudkan sasaran pembangunan
seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari aspek sosial budaya, keberadaan sarana transportasi membuka
cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, hal ini
karena sarana transportasi mempunyai nilai yang potensial sebagai ruang
publik.
Kebebasan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
daerah diwujudkan dengan adanya kewenangan daerah untuk membuat
regulasi (Peraturan Daerah). Kebebasan pembentukan regulasi tersebut
harus dapat mencerminkan keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Oleh
karena itu para pembuat peraturan perundang-undangan hendaknya dapat
melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua
83
Naskah Akademik
individu, perundang-undangan hendaknya dapat memberikan kebahagiaan
yang terbesar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for the
greatest number.
Mencermati bagaimana pesatnya perkembangan sektor pariwisata
khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak lepas dari adanya peran-
peran pendukung dari berbagai leading sector salah satunya yaitu moda
transportasi pariwisata yang kini kemudian banyak orang lebih mengenal
pada angkutan pariwisata. Moda transportasi pariwisata ini lambat laun
juga perlu adanya bentuk-bentuk penyesuaian terhadap perkembangan
zaman sehingga berbagai tampilan dan model yang ditawarkn tetap menarik
bagi wisatawan. Selain itu rekayasa skenario jaringan lalu lintas khusus
angkutan pariwisata juga perlu dilakukan dalam upaya pengembangan
pelayanan fasilitas wisata. Untuk itulah dalam penyelenggaraan manajemen
transportasi wisata kiranya tidak dapat mengenyampingkan faktor
sosiologis kemasyarakatan terutama menyangkut pada himpunan kaidah
dari segala tingkatan berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan masyarakat. Ini dikarenakan hukum bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok seluruh masyarakat.
84
Naskah Akademik
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH TRANSPORTASI ANGKUTAN
PARIWISATA
85
Naskah Akademik
dan sumber bagi semua peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tingkatannya.
1. Subyek hukum
Subyek hukum peraturan daerah tentang rencana pembangunan
industri adalah:
a. Pemerintah daerah;
Pemerintah daerah adalah seluruh Perangkat Daerah Pemerintah
Daerah DIY yang secara khusus bertanggungjawab kepada
Gubernur.
b. Swasta
Pihak swasta adalah selaku pengguna maupun penyelenggara
transportasi pariwisata.
c. Masyarakat.
Masyarakat adalah seluruh pengguna angkutan transportasi yang
tidak berada di jalur trayek di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
meliputi 7 (tujuh) kawasan.
2. Obyek hukum
Obyek hukum peraturan daerah tentang rencana pembangunan
industri ini adalah:
a. Moda transportasi.
b. Destinasi wisata
3. Arah Pengaturan
a. Mengembangkan rute trayek transjogja yang menghubungkan
antar kawasan di 7 (tujuh) destinasi wisata;
b. Mewujudkan jaringan transportasi wisata yang lebih tertata dan
nyaman bagi wisatawan;
c. Menumbuhkan potensi pariwisata di daerah mengacu pada tujuan
pembangunan Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA),
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
86
Naskah Akademik
Yogyakarta, yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2019;
C. Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Transportasi
Angkutan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
6 Ketentuan Umum
Bagian ini membahas tentang ketentuan-ketentuan dan pengertian-
pengertian yang bersifat umum dari substansi peraturan tentang
Transportasi Angkutan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketentuan Umum berdasarkan UU 12/2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangundangan berisikan:
a. Batasan pengertian atau definisi.
b. Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian
atau definisi.
c. Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan
asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal
atau bab.
Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata
atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal atau
beberapa pasal selanjutnya. Namun, jika suatu kata atau istilah hanya
digunakan satu kali, namun kata atau istilah itu diperlukan
pengertiannya untuk suatu bab, bagian atau paragraph tertentu, kata
atau istilah itu diberi definisi. Rumusan batasan pengertian harus sama
dengan rumusan batasan yang terdapat dalam peraturan yang lebih
tinggi dari yang dilaksanakan tersebut karena batasan pengertian,
singkatan atau akronim berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata
atau istilah maka batasan pengertian, singkatan atau akronim tidak
perlu diberi penjelasan dan karena itu harus dirumuskan dengan
lengkap dan jelas sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda.
Urutan penempatan kata dalam ketentuan umum:
87
Naskah Akademik
a. Yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih dulu dari
yang berlingkup khusus.
b. Yang terdapat lebih dulu didalam materi pokok yang diatur
ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu.
c. Yang mempunyai kaitan dengan pengertian diatasnya diletakkan
berdekatan secara berurutan.
88
Naskah Akademik
BAB I Ketentuan Umum, Asas, Tujuan, Dan Ruang Lingkup.
Dalam ketentuan umum dibahas tentang ketentuan-ketentuan dan
pengertian-pengertian yang bersifat umum dari substansi Peraturan
Daerah. Pengertian-pengertian tersebut meliputi:
1) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
2) Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau
lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik
Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
Kepariwisataan.
3) Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah
asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di
dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan
motivasi kunjungan wisata.
4) Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus
ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke Destinasi Pariwisata
5) Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya disingkat DIY
adalah daerah provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
89
Naskah Akademik
6) Pemerintah Daerah DIY yang selanjutnya disebut Pemerintah
Daerah adalah Gubernur DIY dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
ASAS KEADILAN
Peraturan Daerah tentang pengembangan Angkutan Pariwisata di
DIY harus mencerminkan keadilan secara proposional bagi setiap warga
masyarakat tanpa kecuali. Tuntutan keadilan mempunyai dua arti,
dalam arti formal keadilan menuntut bahwa hukum berlaku umum.
Dalam arti materiil dituntut agar hukum sesuai dengan cita-cita
keadilan dalam masyarakat. Demikian pula dalam penyusunan norma
hukum pengembangan Angkutan Pariwisata di DIY dimaksudkan
untuk berlaku umum. Agar mendapatkan rumusan norma hukum
tentang pengembangan Angkutan Pariwisata sesuai dengan aspirasi
keadilan yang berkembang dalam masyarakat, maka harus diadakan
konsultasi publik.Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan kepastian
hukum adalah kepastian hukum dalam arti kepastian orientasi. Ini
90
Naskah Akademik
berarti norma hukum pengembangan Angkutan Pariwisata di DIY harus
sedemikian jelas sehingga masyarakat dan pemerintah daerah serta
hakim dapat berpedoman padanya, terutama masyarakat dapat dengan
jelas mengetahui hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan
pengembangan Angkutan Pariwisata di DIY, termasuk norma hukum
tentang sanksi atas pelanggarannya tidak boleh berlaku surut.
ASAS PROPOSIONALITAS
Asas Proposionalitas juga merupakan bagian dari AAUPB Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 mendefinisikannya sebagai asas yang
mengutamaan kesimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
negara. Dengan demikian,penyusunan program pembentukan Perda
harus dilakukan secara proposional. Asas ini mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
Penerapan asas ini dalam penyusunan Propemda mencakup a. taat
atau konsisten dalam penyusunan kebijakan; b. memenuhi kesamaan
dalam perlakuan terhadap segenap warga negara atau untuk
menghindari tindakan yang sewenang-wenangnya; c. menjalankan
prinsip ketindakberpihakan yang mewajibkan badan atau pejabat
pemerintah dalam menetapkan atau melakukan keputusan atau
tindakan dengan mempertimbangka kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak deskriminatif. Asas ini juga mengandung makna
mengutamakan kesimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
negara.
91
Naskah Akademik
ASAS PROFESIONALITAS
AAUPB yang lain sebagaimana disebutkan dalam Undnag-Undnag
Nomor 28 Tahun 1999 adalah asas profesionalitas. Berdasarkan UU
yang dimaksud,asas profesionalitas asas yang mengutamakan keahlian
berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Berdasarkan asas tersebut,penyusunan program
pembentukan perda harus dilakukan oleh pihak dengan cara yang
profesional. Asas ini juga mengandung makna keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku,pengguanan berwewenang bagi pejabat pemerintah dalam
mengekuarkan keputusan atau tindakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintah
yang baik.
Berdasarkan penjelasan pasal 58 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,asas ini mengandung makna
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ASAS PARTISIPASI
Asas ini mengandung makna mengutamakan kesempatan
masyarakat yang berperan serta dalam proses penyusunan
Propemperda dan peraturan perundang-undangan sesuai ketentuan
hukum positif, dengan memenuhi hak warga dalam memberikan
masukkansecara lisan atau tertulis yang dapat dilakukan melalui : a)
rapat dengar pendapat umum; b) kunjungan kerja; c) sosialisasi; d)
seminar dan diskusi.
ASAS KETERBUKAAN
Sebagai bagian dari AAUPB asas keterbukaan menurut undang-
undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
92
Naskah Akademik
benar,jujur dan tidak deskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi,golongan,dan rahasia negara. Dalam negara hukum modern
prinsip keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan
hal yang sangat penting dan harus diwujudkan. Selain karena prinsip
negara hukum, semangat keterbukaan merupakan salah satu ciri khas
dari negara demokrasi. Asas ini juga mengandung makna melayani
masyarakat untuk mendapatkan akses dan diperoleh informasi yang
benar,jujur dan tidak deskriminatif dalam penyelengaraan
pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi,golongan maupun rahasia negara.
Di dalam penyusunan Propemperda diterapkan keterbukaan pada
proses perencanaan ,penyusunan ,pembahasan ,pengesahan atau
penetapan dan pengundangannya. Semua pihak berkepentingan dan
seluruh warga dari semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan
yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dan dapat ikut
mengawal dan mengikuti kepentingan mereka dalam proses
penyusunan rencana program pembentukan peraturan perundang-
undangan, sampai pada tahap penetapan Propemperda. Sedangkan
Proses pembentukan Peraturan Daerah ini harus menjamin partisipasi
masyarakat, dalam artian masyarakat dijamin haknya untuk
memberikan masukan, baik tertulis maupun lisan, serta kewajiban
Pemerintah Daerah untuk menjamin masukan tersebut telah
dipertimbangkan relevansinya. Untuk terselenggaranya partisipasi
masyarakat itu, maka terlebih dahulu Pemerintah Daerah memberikan
informasi tentang proses pembentukan Peraturan daerah tentang
Angkutan Pariwisata di DIY.
ASAS AKUNTABILITAS
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999, asas akuntabilitas yang juga merupakan AAUPB adalah asas
93
Naskah Akademik
yang menentukkan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sesuai dengan asas tersebut, penyusunan program
pembentukan perda harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dengan baik pula.
Asas ini juga mengandung makna bahwa menentukkan setiap
tindakan atau keputusan yang dilakukan dalam kegiatan penyusuanan
Propemperda,termasuk pengelolaan keuangan kegiatan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada Negara atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan sesuai peraturan perundangan. Berdasarkan penjelasan
pasal 58 Undang-Undang Nomor Tahun 23 Tahun 2014 Pemerintah
Daerah,asas akuntabilitas mengandung makna bahwa setiap kegiatan
atau hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan.
ASAS LEGALITAS
Sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 5 huruf a Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah, yang
dimaksud dengan “asas legalitas” adalah bahwa penyelenggaraan
administrasi pemerintah mengedepankan dasar hukum dari sebuah
keputusan atau tindakan yang dibuat oleh Badan atau Pejabat
Pemerintah. Asas ini juga mengandung makna untuk taat terhadap
semua yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan dan
hukum yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat dan dibuat
oleh lembaga yang berwenang. Dengan demikian,jelas bahwa
penyusunan program pembentukan Perda harus dilakukan dengan
dasar hukum yang jelas.
94
Naskah Akademik
ASAS PELAYANAN PUBLIK
Bahwa pelayanan publik dilakukan tiada lain untuk memberikan
kepuasan bagi pengguna jasa, Karena itu penyelenggaraannya
secaraniscaya membutuhkan asas-asas pelayananya. Dengan kata lain,
dalammemberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan
publik harus memperhatikan asas pelayanan publik.
Asas-asas pelayanan publik menurut Winarsih (2005:19-20) dalam
Iwan Satibi (2012:47) sebagai berikut:
1. Transparansi, Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai
serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan memberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi
dan efektivitas.
4. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan
publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
95
Naskah Akademik
Selanjutnya dalam tujuan Transportasi Angkutan Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan berdasarkan pada tujuan
pembentukan Peraturan Daerah ini untuk:
a. Mempermudah akses bagi wisatawan baik domestik maupun asing
untuk menuju suatu lokasi wisata tersebut.
b. Menentukan jenis moda angkutan umum wisata yang paling
sesuai dan terpadu baik dalam kontek pergerakan transportasi
intra maupun antar wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sementara ruang lingkup pengaturan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pelestarian Batik Daerah Istimewa Yogyakarta ini
meliputi:
a. Entrance DIY
b. Antar Destinasi
BAB II Transportasi Pariwisata
Dalam bab ini diatur tentang klasifikasi dan pelayanan transportasi
khususnya untuk pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB III Destinasi Wisata
Dalam bab ini diatur tentang cakupan 7 (tujuh) kawasan wisata yang
tersebar di seluruh wilayah DIY, Penentuan 7 (tujuh) kawasan tersebut
berdasarkan RIPPARDA DIY yang mana bertujuan untuk dapat
mengembangkan ekonomi masyarakat lokal.
BAB IV Kebijakan Angkutan Pariwisata
Dalam bab ini diatur tentang kebijakan yang akan diatur di dalam
rancangan peraturan daerah tentang angkutan transportasi pariwisata
meliputi: penyediaan dan pengembangan sarana transportasi pariwisata.
BAB VIII Tugas dan Wewenang
Dalam bab ini diatur tentang tugas dan wewenang pihak-pihak yang
terkait dengan proses pelestarian Batik Daerah Istimewa Yogyakarta. Pihak-
pihak tersebut meliputi Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, Balai Batik dan pihak
lain yang terkait.
96
Naskah Akademik
BAB X Ketentuan Peralihan.
Ketentuan peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan
hukum atau hubungan hukum yang sudah ada, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang lama terhadap peraturan
perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk:
a) Menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b) Menjamin kepastian hukum;
c) Memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d) Mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara
BAB X Ketentuan Penutup.
Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Pada
umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai:
a. penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan
Peraturan Perundang-undangan;
b. nama singkat Peraturan Perundang-undangan;
c. status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada; dan saat
mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan
97
Naskah Akademik
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
98
Naskah Akademik
DAFTAR PUSTAKA
Alan Wagar. (1964). The Carryng Capacity Of Wild Lands For Recreation.
Society Forest Science, Washington D.C
99
Naskah Akademik
Renstra Kementerian Pariwisata Tahun 2018-2019
Widjaya HW. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakart. PT. Raja Grafindo Persada.
2002. Hal. 3
100
Naskah Akademik