Anda di halaman 1dari 144

Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola

Pasar Kranggan

SKRIPSI

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yeremias T. Keban


Disusun oleh :
Cahya Nugroho

09/282981/SP/23634

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola


Pasar Kranggan

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :
Cahya Nugroho
09/282981/SP/23634

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

ii

LEMBAR PENGESAHAN

iii

SURAT PERNYATAAN

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil karya kecilku ini aku persembahkan untuk kalian,


Kedua Orangtuaku & Kakakku, youre the best and
Thanks God,I proud to be part of this family,
love you all!!

Bapak dan Ibuku yang tersayang,

Terima kasih atas semua kasih sayang yang kalian berikan


untukku, sampai kapanpun aku takkan sanggup membalas
semua yang telah kalian berikan, hanya doa dan usahaku
untuk membahagiakan kalianlah yang bisa ku lakukan, semoga
Allah SWT senantiasa memberikan lindungan dan kesehatan

untuk Bapak dan tempat yang ternyaman disurga untuk


Ibuku.
Untuk Kakakku, yes finally I did it bro!! :toss: :D
Untuk teman-temanku, terimakasih buat semuanya! :cheers:

Cahya Nugroho.

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat-Mu ya Allah, karena


atas berkat dan rahmatmu akhirnya hambamu ini saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Ucapan Terimakasihku untuk:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya yang tiada
terkira.
2. Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan bagi kita semua
hingga akhir jaman nanti.
3. Kedua Orangtuaku, Untuk Ibuku Paskahningsih yang telah melahirkan &
menyayangiku dari pertama kali Ibu melahirkanku hingga kini Ibu telah
tenang disisi Allah, selamanya Ibu selalu mendapat tempat yang spesial
dihatiku. Untuk Bapakku Supardi yang telah menyayangiku & mendidikku
dengan baik, Bapak Ibu anakmu ini udah jadi lulus jadi Sarjana, Cahya pasti
bisa membahagiakan Bapak!
4. Kakakku, Arya Anandika nuwun mas buat semuanya, salama ini udah bisa
jadi Kakak sekaligus penerus Ibu buatku, Cahya wes lulus. Sukses terus
buat mas Arya & pokoke maturnuwun mas!

vi

5. Teman-temanku, Agung, Ridwan, Reni, Arinal, Rizal, Tria, Ghea, Lely, Lia,
Andaru, Irma, Rinda, Ririn, Dina, Dida, Rina, Yoyok, Sihum, Yosep, Agus,
Isna, Apri, Santi, Tia, Samson, Arif, Om Piggy, Rama, Wibi, Mamat, Wagu
dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
bantuan dan dorongan semangat kalian selama ini.
6. Teman-teman Administrasi Negara 2009, Pak Eko, Lek Guntur, Sofyan
minoritas, Yerry, Antok, Mbah Jaya, Bagong, Bimo, Vikar, Cino, Dodok,
Ucup, Jarwo, Pepi, Budi, Amar, Wendi, Libra, Arif, Fafa, Lutfi, Ian, Bravo,
Aji, Adi, Agung, Adhiatma, Imam, Andika, Sekar, Ainun, Yeyen, Ajeng,
Teesa, Jeje dan teman-teman lainnya terimakasih buat semuanya dari awal
kita kuliah sampai saat ini kalian luar biasa!!
7. Teman-teman KKN PENDIKAR Unit 234C, Eka, Indira, Ineke, Aziz,
Deni, Hadiyan, moment KKN kita berkesan men!! terimakasih atas kerjasama
& supportnya selama ini!
8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah
membimbing dan memberikan ilmu-ilmunya dalam perkuliahan.
9. Dan untuk seluruh orang yang berperan selama ini yang tidak dapat
disebutkan semuanya, terimakasih atas semua motivasi semangat, bantuan,
masukan dan sarannya selama ini, TERIMAKASIH semuanya!!

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar
Kranggan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulisan ini bukan
merupakan tujuan akhir dari proses belajar, melainkan sebagai tahap pembelajaran
dalam mempertanggungjawabkan hasil pembelajaran yang selama ini telah di tempuh
dalam pendidikan Strata-1 selama dalam bangku perkuliahan.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis menuntut ilmu dan menulis skripsi di Universitas Gadjah Mada.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, terima
kasih atas pemberian ijin kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan
penelitian dari tahap awal hingga selesai dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Yeremias T. Keban selaku dosen pembimbing, yang telah
dengan sabar dan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

viii

memberikan arahan, masukan, serta teguran yang mampu menjadi


penyemangat bagi penulis sejak awal penyusunan proposal hingga akhir
proses penulisan skripsi ini.
4. Ario Wicaksono, S.IP., M.Si Selaku dosen penguji I yang telah memberikan
masukan, saran, serta koreksi yang bermanfaat kepada penulis selama proses
ujian pendadaran skripsi.
5. Puguh Prasetyo Utomo, S.IP., MPA Selaku dosen penguji II.
6. Para Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah
khususnya jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan banyak
bekal ilmu bagi penulis.
7. Bapak Ir.Supartama dari Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, Bapak
Udiyitno selaku Lurah Pasar Kranggan, Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko
dari Dinas Disperindakoptan Kota Yogyakarta, Bapak Drs. Risdianto dari
Dinas Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta, Bapak Waltijo selaku
wakil ketua paguyuban pedagang Pasar Kranggan dan para Pedagang Pasar
Kranggan. Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak
mungkin dapat disebutkan satu-persatu.

ix

Akhirnya penulis berharap semoga segala amal baik dan bantuan yang
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan skipsi ini, oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Yogyakarta, 16 Januari 2014


Hormat Saya

Cahya Nugroho

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
INTISARI ................................................................................................................. xvi
ABSTRACT .............................................................................................................. xvii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
I.1.

Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................. 13

1.3

Tujuan .................................................................................. 13

1.4

Manfaat ................................................................................ 14

BAB II
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 15
2.1

Pasar .................................................................................... 15

2.2

Peran Pemerintah .................................................................. 16

xi

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota


Yogyakarta .................................................................................... 23
2.3.1

Ketersedian Anggaran .......................................................................... 23

2.3.2

Partisipasi Pedagang ............................................................................. 26

2.3.3

Kerjasama Stakeholder ......................................................................... 28

2.4

Kerangka Pikir ...................................................................... 30

2.5

Definisi Konsep .................................................................... 32

2.6

Definisi operasional............................................................... 33

BAB III
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 35
3.1

Metode Penelitian .................................................................. 35

3.2

Desain Penelitian .................................................................. 39

3.3

Lokasi dan Sasaran Penelitian ................................................ 40

3.4

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 41

3.5

Teknik Analisis Data ............................................................. 44

3.5.1

Analisis Data Kualitatif......................................................................... 44

3.5.2

Analisis Data Kuantitatif....................................................................... 46

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN ............................................ 47
4.1

Sejarah Pasar Kranggan ......................................................... 47

4.2

Deskripsi Lokasi Penelitian. ................................................... 47

4.3

Profil Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta ......................... 52

4.4

Pengelolaan Pasar Kranggan ................................................... 55

xii

BAB V
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 59
5.1 PERAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM
MENGELOLA PASAR KRANGGAN .............................................. 59
5.1.1 Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengaturan (Regulator) .......................... 59
5.1.2

Peran Pemerintah dalam Fungsi Pembangunan .................................... 72

5.1.3

Peran Pemerintah dalam Fungsi Pemberdayaan ................................... 82

5.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERANPEMERINTAH


KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGELOLA PASAR KRANGGAN .
............................................................................................ 90
5.2.1

Ketersediaan Anggaran ......................................................................... 90

5.2.2

Partisipasi Pedagang Pasar .................................................................... 95

5.2.2

Kerjasama Stakeholder ....................................................................... 100

5.3 PENGELOLAAN PASAR KRANGGAN OLEH PEMERINTAH


KOTA YOGYAKARTA ................................................................ 102
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 108
6.1

Kesimpulan ......................................................................... 108

6.2

Saran .................................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 112


LAMPIRAN............................................................................................................. 117

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009 ......... 4
Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional. ..................... 5
Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012. ..................... 8
Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta................................................ 9
Tabel 5. Pendapat pedagang Pasar Kranggan terhadap semakin banyaknya jumlah
pasar modern di Wilayah Kota Yogyakarta. ............................................................... 69
Tabel 6. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010 ................................................................................................................. 70
Tabel 7. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program rehabilitasi.
..................................................................................................................................... 80
Tabel 8. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai pinjaman modal.................. 83
Tabel 9.Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur pinjaman modal.... 84
Tabel 10. Dana penyertaan modal Bank Jogja ............................................................ 91
Tabel 11. Rincian Anggaran Rehabilitasi Pasar Kranggan. ........................................ 93
Tabel 12. Perubahan Rincian Anggaran Rehabilitasi ................................................. 94
Tabel 13. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai partisipasi pedagang. ........ 99

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta. ........................................ 31
Gambar 2. Pintu Masuk Pasar Kranggan. ................................................................... 47
Gambar 3. Denah Pasar Kranggan. ............................................................................. 49
Gambar 4. Lapak Pedagang ........................................................................................ 50
Gambar 5. Pasar Kranggan Lantai 2 ........................................................................... 51
Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta. ................. 54
Gambar 7. Grand Design Pasar Kranggan. ................................................................. 57
Gambar 8. Toko Circle K............................................................................................ 62
Gambar 9. Pasar Patuk. ............................................................................................... 63
Gambar 10. Pasar Prawirotaman................................................................................. 64
Gambar 11. Pasar Tela. ............................................................................................... 65
Gambar 12. Pasar Giwangan. ...................................................................................... 66
Gambar 13 - 14. Kondisi Lantai & Lorong Pasar Kranggan. ..................................... 73
Gambar 15 - 16. Kondisi Lapak Pedagang. ............................................................... 74
Gambar 17. Grand Design Pasar Kranggan. ............................................................... 78
Gambar 18 - 19. Kondisi Lapak Baru Pasar Kranggan. ............................................. 79

xv

INTISARI
Pasar tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini terus mengalami trend
penurunan, kondisi pasar tradisional yang seadanya membuat pasar tradisional erat
dengan kesan kotor, jorok dan kumuh ditengah-tengah masyarakat. Kemudian
diperburuk dengan semakin berkembang pesatnya pasar modern di Kota Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar tradisional, dengan melakukan studi kasus di Pasar Kranggan.
Pembahasan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam
mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran dengan
pendekatan deskriptif karena sifat penelitian ini untuk memberikan gambaran dan
menjelaskan permasalahan yang terjadi pada objek penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan survei. Unit analisis adalah
pedagang Pasar Kranggan dan pihak-pihak lain yang terkait. Teknik analisis data
yang dilakukan adalah dengan mereduksi data yang telah dikumpulkan, kemudian
proses analisis data dan kemudian penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta telah
mulai berupaya untuk menguatkan kembali Pasar Tradisional, contohnya adalah yang
dilakukan di Pasar Kranggan yang dijadikan sebagai percontohan dalam pengelolaan
pasar tradisional. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar
Kranggan secara umum telah berjalan dengan cukup baik, peran pemerintah yang
dijalankan adalah peran dalam fungsi regulator, pembangunan dan pemberdayaan.
Sedikit catatan yang harus diperbaiki oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
menjalankan perannya dalam fungsi regulasi yang belum dapat berjalan dengan
semstinya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor ketersediaan
anggaran, partisipasi pedagang dan kerjasama stakeholder.

xvi

Kata kunci: Pasar Tradisional, Pasar Kranggan, Peran Pemerintah.


ABSTRACT
Traditional markets in the past few years the trend continues to decline, the
crude traditional market conditions make traditional markets closely with the
impression of dirty, slovenly and dirty in the midst of society. Then the condition is
exacerbated by the increasingly rapid growth of the modern market in the city of
Yogyakarta. This study was conducted to determine the role of the City of Yogyakarta
in managing traditional markets, by conducting case studies in Kranggan Market.
Discussion This study is directed to find out how the role of government in managing
Kranggan Market and then went to find out the factors that influence the role of
government.
The research method used is a mixture of research with a descriptive
approach because of the nature of this research to provide an overview and explains
the problems that occurred on the object of research. Data collection techniques used
were interviews, documentation and surveys. The unit of analysis is Kranggan market
traders and other parties involved in the management Kranggan Market. The
technique of data analysis is to reduce the data that has been collected, then the
process of data analysis and then drawing conclusions.
The research results revealed that the City of Yogyakarta has initiated efforts
to reinforce traditional market, one of which was conducted in the Kranggan Market
that serve as a model for the management of traditional markets. Role of Yogyakarta
City Government in managing Kranggan Markets have generally been running pretty
well, the role of government is run is the role of government in the regulatory
function, development and empowerment. With a few correction that must be fixed by
the Government of Yogyakarta in carrying out its role in the regulation of functions

xvii

that can not be properly. While the factors that affect is availability budget, merchant
participation and cooperation of stakeholders.
Keywords: Traditional Market, Kranggan Market, Role of Government.

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang
Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan

sangat penting dalam bidang perekonomian, yaitu sebagai salah satu motor penggerak
bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Saat ini posisi yang
paling strategis dalam sektor perdagangan adalah pasar tradisional, karena pasar
tradisonal sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Pasar tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai tempat utama untuk
kegiatan perdagangan dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dikelola oleh pedagang kecil menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan
modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar yang didalamnya
terdapat kebutuhan pokok masyarakat yang dipasok oleh para petani, peternak,
nelayan dan insustri kecil rumah tangga sehingga pasar tradisional telah menjadi
pegangan hidup bagi banyak orang 1.
Pasar tradisional tidak sekedar sebagai tempat untuk kegiatan jual-beli, selain
sebagai fungsi ekonomi pasar tradisional juga memegang fungsi sosial dan budaya.
Pasar tradisional sebagai fungsi sosial bisa dilihat dengan adanya interaksi antar
masyarakat seperti dalam kegiatan tawar-menawar harga dimana terjadi komunikasi
1

Pramono, Ananta Heri, dkk. 2011. Menahan Serbuan Pasar Modern. Yogyakarta : Penerbit Lembaga
Ombudsman Swasta DIY.
1

antara penjual dan pembeli secara aktif sehingga antara penjual dan pembeli dapat
saling mengenal yang dapat memunculkan rasa percaya dan kepuasan tersendiri
ketika masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai fungsi
budaya bisa dilihat dari segi bangunan pasar tradisional yang mempunyai keunikan
tersendiri sebagai ciri khas pasar tradisional dan sebagai pusat keramaian yang sering
dijadikan sebagai tempat pertunjukan budaya daerah.
Dengan berjalannya waktu, pasar tradisional yang selama ini menjadi pusat
kegiatan perdagangan bagi masyarakat saat ini lambat laun mulai mengalami
kemunduran yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah pasar
tradisional yang ada, kondisi bangunan pasar tradisional yang sudah tua, kurangnya
fasilitas pendukung dan ditambah dengan kondisi lingkungan pasar tradisional yang
tidak tertata membuat pasar tradisional memiliki kesan kotor, kumuh dan jorok di
mata masyarakat. Idealnya pemerintah harus mampu mengelola pasar tradisional agar
dapat kembali bangkit, salah satunya bisa dengan melakukan rehabilitasi fisik
bangunan pasar tradisional, pemberian bantuan pinjaman modal bagi pedagang kecil,
penataan atau klasifikasi kios-kios pedagang, pengadaan fasilitas pendukung,
penyediaan lahan parkir, dan pengelolaan kebersihan yang baik agar masyarakat tetap
tertarik untuk berkunjung dan berbelanja di pasar tradisional, tetapi saat ini pasarpasar tradisional yang masih bertahan hanya beberapa saja yang mampu berkembang
mengikuti perkembangan jaman dan keinginan masyarakat yang semakin kompleks,

sedangkan sebagian lainnya hanya stagnan bahkan dikhawatirkan jumlahnya akan


terus berkurang.
Kondisi tersebut nampaknya direspon dengan baik oleh para pengusaha
sebagai sebuah peluang dengan mendirikan pasar modern. Pasar jenis ini pada
dasarnya hanya menekankan pada segi keuntungan saja, dengan menekankan pada
efektifitas, efisiensi, perputaran uang yang cepat, kemudahan dan kenyamanan,
sangat berbeda dengan pasar tradisional. Dalam pasar jenis ini penjual dan pembeli
tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli memilih dan mengambil
sendiri barang yang diinginkan dengan melihat label harga yang tercantum pada
barang, pelayanannya dilakukan oleh pramuniaga dan berada dalam satu bangunan
dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang lengkap seperti keranjang belanjaan,
pendingin ruangan, lemari pendingin, ATM, eskalator, toilet umum dan tempat
parkir. Pasar modern ini terdapat 5 (lima) pengelompokan, yaitu minimarket,
supermarket, hypermarket, departement store dan pusat perbelanjaan.
Kehadiran pasar modern ini kemudian seperti menjadi sebuah solusi jitu bagi
masyarakat untuk melakukan belanja karena pasar modern dinilai lebih menawarkan
kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja sehingga pasar modern semakin lama
semakin tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modern ini bisa
menjadi sangat cepat karena jenis pasar modern ini sangat terbuka bagi siapa saja
yang memiliki modal, karena hanya dengan menyediakan uang atau modal dengan
jumlah tertentu siapa saja dapat memiliki sebuah minimarket hingga supermarket,

dengan kemudahan untuk memiliki sebuah toko modern tersebut membuat


keberadaan pasar modern semakin menjamur seperti yang terjadi saat ini, akan dapat
dengan mudah menemukan berbagai macam toko modern seperti Alfamart,
Indomaret, Circle k, Superindo, Carrefour, Giant, Hypermart, mall dll di beberapa
daerah.
Dari data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) diketahui bahwa ritel
Alfamart dan Indomart mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Alfamart dari
tahun 2008 2009 mengalami peningkatan 13,26%, sedangkan Indomaret mengalami
peningkatan 15,16% dari tahun 2008 - 2009.
Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009
Tahun

Alfamart

Indomart

2008

2.736

3.093

2009

3.098

3.531

Sumber: Data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).


Sedangkan menurut lembaga penelitian AC Nielsen menemukan fakta penurunan
jumlah pasar tradisional yang cukup tinggi dari tahun ke tahun setelah maraknya
perkembangan pasar modern di Indonesia, 2.

KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan Pembinaan Usaha
Pasar Modern dan Toko Modern
4

Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional.


Pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari
Tahun

Pasar Modern

Pasar Tradisional

2001

24,8%

75,2%

2002

25,1%

74,8%

2003

26,3%

73,7%

2004

30,4%

69,6%

2005

32,4%

67,6%

Sumber: Survei AC Nielsen


Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan jumlah pasar tradisional
menurun sebesar 8,1% sepanjang tahun 2011. Berbanding terbalik dengan pasar
modern yang justru bertambah 31,4%3. Dikhawatirkan jika kedepannya tidak ada
suatu kebijakan yang berpihak pada pasar tradisional jumlah pasar tradisional akan
terus

mengalami

penurunan

dan

para

pedagang kecil

yang

selama

ini

menggantungkan hidupnya dengan berdagang di pasar tradisional akan terancam


kehilangan mata pencahariannya.
Berkaitan dengan pentingnya eksistensi pasar tradisional, Faisal Basri
menyatakan tugas pemerintah sebenaranya untuk mendorong pasar tradisional agar
bisa bersinergi dengan pasar moderen. Jika tidak akan terjadi hukum rimba, yakni
siapa yang kuat dia yang akan menang. Pada kenyataannya sekarang, inilah yang
sering terjadi di lapangan. Antara pasar modern dengan pasar tradisional terjadi
3

http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasi-pasartradisional
5

perang yang begitu sengit. Di tengah persaingan itu, pasar tradisional bagaikan
pelanduk yang mati di tengah pertarungan dua gajah. Disinilah peran pemerintah
mulai dibutuhkan agar terjadi persaingan yang sehat antara pasar tradisional dengan
pasar modern4.
Selanjutnya, Didik. J. Rachbini juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa
perlindungan pasar tradisional menjadi sangat penting, alasan-alasan tersebut antara
lain : pasar tradisional adalah wujud dari demokrasi ekonomi rakyat yang tumbuh
sejalan dengan perkembangan kota. Pasar tradisional mampu menampung sejumlah
besar pedagang kecil sehingga mampu secara langsung menyerap banyak tenaga
kerja. Apalagi keberadaannya meluas diseluruh wilayah Indonesia sehingga tenaga
kerja yang mampu terserap sangat banyak. Pasar tradisional mutlak dilindungi karena
memang banyak sekali alasan untuk melindunginya. Eksistensi pasar tradisional di
Jerman dan Jepang misalnya, disana sangat dilindungi oleh pemerintahnya, padahal
negara-negara tersebut merupakan negara kapitalis besar. Sudah seharusnya
pemerintah pusat melindungi pasar tradisional dengan suatu kebijakan/aturan yang
jelas dan tegas. Sementara pemerintah daerah mengatur secara lebih detail soal tata
ruang, batasan jarak pasar moderen dengan pasar tradisional, jam buka (jam
beroperasi) dan lain sebagainya 5.

4
5

http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasar-tradisional
http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional
6

Oleh karena itu upaya mengelola pasar tradisional memerlukan keseriusan


dari pihak pemerintah, selain dukungan regulasi di berbagai tingkatan pemerintah
juga diperlukan komitmen dan visi pengembangan ekonomi yang berpihak kepada
masyarakat banyak. Untuk merespon permasalahan pasar tradisional ini Pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Isi dari
peraturan presiden tersebut diantaranya adalah mengatur agar Pemda dalam
pembangunan toko-toko modern wajib memperhatikan kondisi sosial masyarakat,
keberadaan pasar tradisional dan UKM di sekitar wilayah pembangunan, jarak
dengan pasar tradisional dan pengaturan jam kerja serta memiliki kemampuan untuk
menyediakan areal parkir setiap 60 m.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tersebut
kemudian diikuti dengan munculnya Peraturan Daerah (Perda) atau peraturanperaturan lainnya tentang perlindungan pasar tradisional di beberapa daerah,
termasuk di Kota Yogyakarta yang merespon dengan mengeluarkan sebuah Peraturan
Walikota (Perwal) No. 79 Tahun 2010 tentang pembatasan pendirian minimarket
waralaba, retail dan pusat perbelanjaan modern di Kota Yogyakarta yang berisi
mengenai pembatasan jumlah minimarket waralaba sebanyak 52 unit dengan jarak
bangunan minimarket waralaaba minimal 400 m dari pasar tradisional.

Namun

tampaknya

implementasi

dari

Peraturan

Walikota

(Perwal)

Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi pasar tradisional
tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, terbukti dengan masih banyak
ditemukan adanya pelanggaran mengenai jarak, lokasi pendirian minimarket dan
jumlah minimarket yang telah melebihi kuota yang ditentukan di wilayah kota
Yogyakarta.
Data yang didapatkan dari Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menunjukkan
jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota Yogyakarta mengalami tren
peningkatan dari tahun ke tahun, berikut adalah tabel data jumlah pasar modern yang
berada di wilayah Kota Yogyakarta dari tahun 2007 - 2012:
Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012.
Tahun

Jumlah Pasar Modern

2007

13 Unit

2008

28 Unit

2009

59 Unit

2010

68 Unit

2011

73 Unit

2012

72 Unit

Sumber: Disperindagkoptan Kota Yogyakarta


Sedangkan jumlah pasar tradisional yang masih eksis di wilayah Kota
Yogyakarta berjumlah 32 unit pada tahun 2013. Berikut ini merupakan Pasar-Pasar
Tradisional yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta:

Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta.


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Nama Pasar

Kelas Pasar

Pasar Beringharjo
Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan
Pasar Kranggan
Pasar Demangan
Pasar Sentul
Pasar Legi Kotagede
Pasar Serangan
Pasar Klithikan Pakuncen
Pasar Patuk
Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY)
Pasar Ngasem
Pasar Terban
Pasar Legi Patangpuluhan
Pasar Lempuyangan
Pasar Ciptomulyo
Pasar Prawirotaman
Pasar Kembang
Pasar Pingit
Pasar Gading
Pasar Talok Gendeng
Pasar Sepeda Tunjungsari
Pasar Gedongkuning
Pasar Karangwaru
Pasar Sanggrahan Baciro
Pasar Pujokusuman
Pasar Kluwih Ngadikusuman
Pasar Sawo Prawirodirjan
Pasar Ledok Gondomanan
Pasar Pace Semaki
Pasar Suryobrantan
Pasar Telo Karangkajen

I
II
III
III
III
III
III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

Pasar Senen
32
Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.

Keterangan:
1. Pasar Kelas I: Luas lahan dasaran 2000m, fasilitas tempat parkir, tempat
bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah,
kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan
kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.
2. Pasar Kelas II: Luas lahan dasaran 1500m, fasilitas tempat parkir, tempat
promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar,
KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih,
instalasi listrik.
3. Pasar Kelas III: Luas lahan dasaran 1000m, fasilitas tempat promosi, tempat
pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana
pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.
4. Pasar Kelas IV: Luas lahan dasaran 500m, fasilitas tempat promosi, kantor
pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan,
sarana air bersih, instalasi listrik.
5. Pasar Kelas V: Luas lahan dasaran 50m, fasilitas tempat promosi, sarana
pengaman, sarana pengelolaan kebersihan.
Dengan meminta pemerintah untuk membatasi jumlah pasar modern dan
membiarkan pasar tradisional dengan kondisi apa adanya tidak akan membantu pasar
tradisional untuk dapat terus bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin
menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional,
maka secara otomatis masyarakat akan beralih ke pasar modern yang lebih
menawarkan kenyamanan dan kemudahan. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat
diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional
hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman yang

10

disediakan dan dikelola oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak
dapat dipersalahkan.
Dalam mengelola pasar tradisional selain mengandalkan adanya kebijakan
hukum/peraturan yang ada untuk melindungi pasar tradisional, Pemerintah Kota
Yogyakarta melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta juga melakukan kegiatan
pemberdayaan kepada pedagang pasar tradisional dengan memberikan bantuan
pinjaman modal dengan bunga rendah dan pelatihan dan pembinaan bagi para
pedagang pasar tradisional dengan harapan agar kegiatan ekonomi dalam pasar
tradisional tetap dapat terus berjalan sehingga kegiatan perdagangan di pasar-pasar
tradisional tidak akan mati, dan mampu menciptakan kondisi pasar tradisional yang
mandiri, mengingat para pedagang pasar tradisional adalah pihak yang paling
merasakan langsung dampak dari semakin banyaknya pasar modern yang terus
bermunculan.
Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
usahanya untuk mengelola pasar tradisional mulai melakukan rehabilitasi pasar
tradisional. Pengelolaan pasar tradisional dilakukan untuk memperbaiki kondisi
bangunan dan manajemen pasar tradisional, dalam bentuk fisik diwujudkan dengan
melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios pedagang,
pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas pendukung
pasar. Dalam pembenahan manajemen pasar tradisional diwujudkan dengan
melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang dalam hal pelayanan agar

11

pelayanan yang diberikan oleh pedagang menjadi semakin lebih baik, dan dengan
melibatkan para pedagang secara aktif dalam seluruh kegiatan pengembangan pasar,
seperti melibatkan pedagang dalam rapat pengelola pasar, pendirian paguyuban
pedagang pasar, pengelolaan sampah, dan keamanan dengan harapan pasar tradisional
mampu berkembang dengan mandiri.
Pengelolaan

pasar

tradisional

dengan

menjalankan

program

rehabilitasi/perbaikan fisik pasar tradisional telah dilakkukan di beberapa pasar


tradisional seperti di Pasar Beringharjo, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Ngasem,
Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan dengan hasil yang cukup baik yang kemudian
mampu memberdayakan kembali pasar-pasar tersebut dan menjadikan Kota
Yogyakarta terpilih sebagai Kota terbaik dalam pengelolaan pasar tradisional dalam
ajang Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award 2012 dari Kementrian Dalam
Negri (Kemendagri) dengan kondisi pasar tradisional yang sehat, nyaman, tertata dan
menarik6.
Dalam kasus ini penulis ingin mencoba mengetahui bagaimanakah Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar tradisional dengan melakukan
studi kasus di salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu Pasar
Kranggan. Pasar Kranggan dipilih oleh penulis sebagai lokus dari penelitian ini
karena Pasar Kranggan adalah termasuk salah satu dari 32 pasar tradisional yang
berada di wilayah Kota Yogyakarta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
6

www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/3797/kota-yogyakarta-raih-imp-award-2012.html
12

untuk dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan untuk pasar-pasar tradisional
lainnya dalam hal pengelolaan pasar tradisional oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
sehingga cocok untuk dipilih menjadii lokus penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah
tersebut dan melaporkan hasil penelitian tersebut dengan judul : Peran

Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan.


1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok

permasalahan yang akan dicoba dijawab, yaitu :


1. Bagaimana Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Mengelola
Pasar Kranggan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota
Yogyakarta tersebut?
1.3

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan hasil penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan Peran Pemerintah Kota Yogyakarta


dalam mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut.

13

1.4

Manfaat
1) Bagi Ilmu Pengetahuan : Memberikan partisipasi terhadap pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan, artinya dapat memberikan informasi-informasi
mengenai peran pemerintah dalam mengelola pasar tradisional.
2) Bagi Civitas Akademika Bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik :
Memberikan tambahan referensi bagi civitas akademika bidang Ilmu
Manajemen dan Kebijakan Publik mengenai peran pemerintah dalam
mengelola pasar tradisional.
3) Bagi pemerintah Kota Yogyakarta : Memberikan informasi yang diharapkan
dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar kranggan.
4) Bagi Pembaca : Menambah informasi dan dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat mengenai pentingnya pasar tradisional dan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya.
5) Bagi Penulis : Memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti mengenai
peran pemerintah melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar tradisional sehingga dapat dijadikan bekal dan tambahan
pengetahuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan penelitian
selanjutnya.

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Pasar
D.H. Penny (1990;138) menyatakan bahwa pasar (market) adalah sebuah

tempat para pembeli dan penjual bertemu dengan untuk berdagang. Transaksi yang
terjadi khususnya antara orang-orang yang belum dikenal dan dilakukan secara tunai.
Menurut sejarah, pasar timbul setelah terjadi proses ekonomi yang didasari oleh
perencanaan yang bersifat kekeluargaan.
Sejalan dengan pendapat Penny, Samuelson (dalam Kusumawardana,
2004;16) menyatakan bahwa pasar merupakan tempat bertemunya konsumen dan
produsen. Sebagai tempat konsumen dan produsen berinteraksi (baik langsung
maupun tidak langsung). Proses interaksi yang terjadi di pasar antara konsumen dan
produsen bertujuan untuk menentukan harga dan kuantitas produk yang dibeli.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian, pasar
adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi
dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat
digolongkan menjadi:

15

a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah
dengan tempat usaha berupa took, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola
oleh pedagang kecil menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan
modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar.
b. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern
dengan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajamen
berada di satu tangan, bermodal relatif kuat. Penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barangbarang yang dijual adalah bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging;
sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama.
2.2

Peran Pemerintah
Peran adalah suatu deskripsi pekerjaan untuk seseorang atau individu yang
mengandung harapan-harapan tertentu, tidak peduli siapa yang menduduki posisi
itu. (Bryant, 1987). Peranan juga dapat didefinisikan sebagai suatu pola perilaku
yang diharapkan dari seseorang dalam aktivitasnya yang menyertakan orang lain.

16

Menurut pendapat Udai Pareek (1985:2), mengatakan bahwa peran dapat


didefinisikan sebagai sekumpulan fungsi yang dilakukan oleh seseorang sebagai
tanggapan terhadap harapan-harapan dari para anggota penting sistem sosial yang
bersangkutan dan harapan-harapannya sendiri dari jabatan yang ia duduki dalam
sistem sosial itu. Peranan dapat diartikan sebagai konsep perihal penting apa yang
dapat dilakukan individu bagi struktur sosial masyarakat, dimana peranan tersebut
meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat. Dengan kata lain seseorang menduduki suatu jabatan dalam
hirarki suatu sistem sosial dengan kekuasaan dan hak-hak, dan melakukan
beberapa fungsi yang sesuai dengan norma-norma yang melekat pada jabatan
tersebut sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan para anggota dan dirinya
sendiri.
Peran merupakan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang.
Pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan
terjadinya peran. Konsep peran sangatlah penting dalam organisasi karena dari
peran tersebut dapat diketahui jalur utama yang menghubungkan antara individu
dan organisasi. Jika individu semakin memahami peranan, maka semakin dapat
dipahami tepatnya keselarasan atau integrasi antara keputusan-keputusan individu
dengan tujuan dan misi organisasi (Thoha, 2003). Thoha juga menambahkan,
dalam bahasa organisasi peran diperoleh dari uraian jabatan atas sesuatu
pekerjaan yang memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan
terjadinya peran. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
17

bahwa peran adalah sekumpulan harapan dan apa yang dikerjakan oleh seseorang
untuk menanggapinya.
Soekanto mengatakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari
status (kedudukan), apabila seseorang atau beberapa orang atau organisasi
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia atau
mereka tersebut menjalankan peranannya. Levinson dalam Soekanto (1981),
menyatakan bahwa peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu:
1. Peranan adalah meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti menempatkan rangkaian
peraturan yang mendukung seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting dalam
struktur sosial.
Dalam pelaksanaan proses pemerintahan dan pembangunan di negara
berkembang,

pemerintah

mempunyai

kedudukan

yang

sangat

strategis.

Kedudukan yang strategis ini berkaitan dengan fungsinya selaku pelayan publik
guna meningkatkan kesejahteraan, keadilan, keamanan, dan ketenteraman
masyarakat. Pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu
harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi pelayanan
publik dan pengaturan warga negara. Untuk melakukan fungsi pemerintahan
tersebut, pemerintah melakukan aktivitas pelayanan, pengaturan, pembinaan,
18

koordinasi, pengelolaan, dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan


masyarakat.
Berkenaan

dengan

peranan

pemerintah,

Ndraha

(1987

110)

mengemukakan bahwa peranan pemerintah dalam pembangunan masyarakat amat


luas, mulai dari hal yang bersifat pelayanan operasional sampai pada hal yang
berisfat ideologi dan spiritual.
Peranan pemerintah itu adalah, sejalan dengan definisi yang dinyatakan
PBB (dalam Ndraha, 1987 : 117) bahwa
pemerintah berperan memberi bimbingan dan bantuan teknis kepada
masyarakat desa dengan maksud agar pada suatu saat masyarakat
mampu melaksanakannya sendiri.

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, pemerintah tidak dapat lepas


dari kebijakan publik, aktivitas administratif, organisasi dan manajemen,
pelayanan publik, serta kepentingan dan urusan publik. Fungsi ini berkaitan erat
dengan fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu menyediakan
layanan sipil dan jasa publik yang tidak diprivatisasikan bagi setiap orang pada
saat yang dibutuhkan (dituntut) oleh orang yang bersangkutan (Ndraha, 2000 :
543). Lebih lanjut dalam hubungan pemberdayaan masyarakat atau partisipasi,
Ndraha (1997 : 80) mengemukakan pendapat bahwa pemerintah yang merupakan
kumpulan orang-orang pandai dan pilihan, memiliki teknologi, kekuasaan dan
kemampuan administratif yang memadai, memelopori pembangunan bangsa.
Fungsi pemerintahan di samping memberi ruangan yang cukup luas bagi

19

kepentingan rakyat, juga bertugas memenuhinya melalui kegiatan pembangunan,


pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Davey (1988), fungsi-fungsi pemerintahan secara umum bisa
disebutkan sebagai berikut:
1. Fungsi penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintah yang berkaitan
dengan penyediaan pelayanan yang berorientasi kepada lingkungan dan
masyarakatnya.
2. Fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan
penegakan peraturan-peraturan.
3. Fungsi pembangunan, yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah
daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.
4. Fungsi perwakilan, yaitu mewakili masyarakat daerah tersebut dalam kegiatan
di luar wilayah.
5. Fungsi koordinasi, yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam
pengkoordinasian perencanaan investasi dan tata guna lahan.

Secara sempit fungsi pemerintahan mencakup tiga fungsi pokok yang


seharusnya dijalankan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah (Haryanto dkk : 1997):
1. Fungsi pengaturan
Fungsi

ini

dilaksanakan

pemerintah

dengan

membuat

peraturan

perundang-undangan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.


20

Pemerintah adalah pihak yang mampu menerapkan peraturan agar kehidupan


dapat berjalan dengan baik dan dinamis. Pemerintah daerah mempunyai fungsi
pengaturan terhadap masyarakat yang ada di daerahnya.
2. Fungsi Pelayanan
Perbedaan pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah terletak pada kewenangan masing-masing. Kewenangan
pemerintah pusat mencakup urusan pertahanan keamanan, agama, hubungan luar
negeri, moneter dan peradilan. Secara umum, pelayanan pemerintah mencakup
pelayanan publik (publik service) dan pelayanan sipil (civil service) yang
menghargai kesetaraan.
3. Fungsi Pemberdayaan
Fungsi pemberdayaan yaitu pemerintah dibebani kewajiban untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan
pemerintahan.
Simbolon (dalam Haryanto, 1997:63) mengatakan bahwa dari sekian banyak
perspektif yang dapat digunakan untuk merumuskan fungsi-fungsi pemerintahan,
maka fungsi utama pemerintah adalah fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan,
dan pembangunan. Dengan demikian, fungsi pembangunan merupakan fungsi
tambahan dari apa yang dikemukakan di atas. Dalam hal ini, fungsi pembangunan
diartikan sebagai fungsi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan program pengelolaan Pasar Kranggan ini melibatkan beberapa
stakeholder, maka Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta sebagai pihak
21

pemerintah yang melaksanakan program pengelolaan pasar, dituntut untuk memiliki


konsep good governance dalam melakukan perannya. Pendekatan konsep good
governance seperti yang diuraikan Miftah Thoha (1999:5):
Manajemen pemerintah tidak lagi berorientasi pada aspek pemerintah
(government) akan tetapi beralih pada aspek tata pemerintahan
(governance). Perubahan aspek ini menandakan bahwa orientasi kekuasaan
seperti yang disinggung di atas tidak lagi berpusat pada penguasa yang
mengemudikan pemerintahan itu, namun pada proses dimana rakyat
memegang peranan utama dalam menata kepemerintahan.

Kunci utama dalam memahami good governance adalah pemahaman atas


prinsip prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip good governance tersebut terdiri
dari partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, peduli pada
stakeholder,

berorientasi

pada

konsensus,

kesetaraan,

efektifitas,

efisien,

akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami sebagai


tinjauan dalam pelaksanaan peran yang harus dilakukan oleh Dinas Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan.
Penelitian ini mengangkat peran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta
dalam upaya yang dilakukan untuk mengelola Pasar Kranggan. Berdasarkan fungsifungsi yang telah disampaikan di atas, maka peran Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta dalam hal ini sebagai pemerintah dapat sebagai regulator, pembangunan
dan pemberdayaan.

22

2.3

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta


Dari prinsip-prinsip good governance, pelaksanaan peran yang dilakukan oleh

Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan dapat
terkait dengan ketersediaan anggaran dan partisipasi masyarakat.
Anggaran digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pengelolaan
pasar. Komponen lainnya adalah masyarakat yang menjadi fokus manfaat dari adanya
program pengelolaan pasar kranggan ini, dalam hal ini diperhatian pula partisipasi
masyarakat guna mendukung dan mempermudah kesuksesan program. Sehingga
penerapan prinsip-prinsip yang menunjang pelaksaan peran Dinas Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta dapat dilihat dari ketersediaan anggaran dan peran serta masyarakat.
2.3.1

Ketersedian Anggaran
Arif Djamaludin (1997 : 11) menyatakan bahwa anggaran adalah jenis

rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan


dalam bentuk angka-angka dari segi uang untuk suatu jangka waktu tertentu. Dalam
setiap anggaran dapat dilihat perkiraan angka-angka penerimaan dan pengeluaran
masing-masing disusun menurut jenis-jenisnya secara sistematis. Jumlah penerimaan
dan pengeluaran yang diharapkan akan tercapai dalam anggaran tersebut pada
hakekatnya menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh aparat
organisasi yang menyusun anggaran tersebut.
Bryant dan White menyatakan bahwa pemerintah kota memerlukan dukungan
finansial dalam menyelenggarakan perannya sebagai pelayan dan pelindung

23

masyarakat. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis; yang
meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Kebijakan
mengenai otonomi daerah sejak tahun 1999, anggaran daerah (APBD) menduduki
posisi sentral dalam upaya peningkatan efektivitas pemerintah dan pembangunan
daerah.
Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 1) menyatakan bahwa salah satu
aspek yang harus diperhatikan dengan seksama dalam era otonomi daerah adalah
masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah
(APBD) merupakan instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah yang
mempunyai posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektivitas
pelaksanaan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk mencapai itu, anggaran
daerah harus diorientasikan pada kepentingan masyarakat, yang menuntut
transparansi informasi anggaran kepada publik (masyarakat) dan termuat dalam
laporan keuangan daerah.
Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 4) menyatakan beberapa alasan
pentingnya anggaran, yaitu:
1. Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang
senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas.
24

Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya,


pilihan, dan trade off.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap masyarakat. Dalam hal ini anggaran publik merupkana
pelaksanaan akuntabilitas.
Tidak mungkin apabila kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat
berlangsung tanpa disertai ketersediaan dana dalam jumlah yang memadai. Dana
yang memadai merupakan salah stau prasyarat bagi berlangsungnya aktivitas
pemerintah. Aktivitas pemerintah daerah dalam rangka menjalankan fungsi yang
diembannya dan cara pembiayaannya untuk menjalankan fungsi tersebut dalam
anggaran daerah (APBD). Dalam APBD tersebut tercakup semua aktivitas yang
dilakukan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan sumber keuangan yang
mebiayai kegiatan tersebut. Oleh karena itu, anggaran daerah bisa dikatakan titik awal
berlangsung atau tidaknya aktivitas pemerintah dalam menjalankan fungsinya.
Anggaran diperuntukkan untuk tersedianya sarana, prasarana dan operasional
implementator untuk mewujudkan realisasi dari kebijakan. Pelaksanaan anggaran
keuangan akan ditentukan oleh kualitas implementator dalam pengelolaannya.
Sehingga sifat dan karakter implementator akan menetukan keseuaian dan
keseimbangan dari anggaran guna mencegah pengeluaran yang berlebihan di luar
kemampuan. Sehingga dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan ketersediaan
anggaran adalah tersedianya alokasi anggaran yang sesusai dengan kebutuhan dan
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
25

2.3.2

Partisipasi Pedagang
Suatu program yang sudah direncanakan untuk diimplementasikan dalam

masyarakat tentu saja tidak akan ada artinya kalau tidak ada dukungan masyarakat.
Dukungan masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
implementasi program karena masyarakat adalah sasaran (target group) dari suatu
program, yaitu kepada siapa program ditujukan (Azwar, 1996 ; 10). Menurut Ndraha
(1983 : 31) dukungan masyarakat adalah respon positif dari masyarakat yang berupa
kesadaran akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam program.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya program adalah keadaan dimana
masyarakat menyetujui bahwa program tersebut penting dan menunjukkan respon
positif dari masyarakat terhadap program. Sedangkan partisipasi menurut Nitisemito
(1996 : 56) adalah salah satu cara memotivasi yang mempunyai ciri khas. Hal ini
disebabkan karena peningkatan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis
daripada segi materi, di mana dengan melibatkan seseorang maka orang tersebut akan
merasa ikut bertanggung jawab.
Menurut Ndraha (1983 : 30) pada dasarnya ada tiga hal yang terkandung
dalam partisipasi antara lain: pertama, titik berat partisipasi adalah pada keterlibatan
mental dan emosional dan adanya kehadiran secara pribadi atau fisik. Kedua,
kesediaan untuk memberikan kontribusi. Dan ketiga, ketersediaan untuk ikut
bertanggung jawab.

26

Menurut Ndraha (1983 : 31) partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa hal,
antara lain sebagai berikut :
a. Pasrtisipasi dalam menerima dan memberi informasi,
b. Partisipasi dalam memberikan tanggapan terhadap informasi yang diterima
(didengar dan sebagainya), baik yang bermaksud menerima (menaati,
mengikuti), menyetujui, menerima dengan syarat, ataupun menolaknya,
c. Partispasi dalam perencanaan program,
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional program yaitu partisipasi aktif
segenap lapisan masyarakat dalam program,
e. Partisipasi dalam menerima kembali hasil-hasil program,
f. Partisipasi dalam menilai program. Partisipasi ini dilakukan untuk menilai
sampai sejauh mana output program dapat memenuhi kebutuhan.
Adanya dukungan masyarakat yang terwujud dalam kesadaran masyarakat
akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam suatu program, akan
menunjang pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan
program dapat tercapai. Oleh karena itu, dukungan masyarakat merupakan faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan
masyarakat adalah respon positif dari masyarakat penerima program terhadap suatu
program. Dukungan masyarakat dapat dilihat dari aspek kesadaran dan partisipasi
masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap program dapat menimbulkan partisipasi
masyarakat dalam program. Partisipasi masyarakat yang dilihat dari keterlibatan
27

masyarakat dalam memberikan saran dan kritik penting bagi penyempurnaan


implementasi program sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi adalah berbagai
kegiatan pedagang, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri untuk ikut serta
dan aktif dalam mengelola pasar dan menyalurkan aspirasinya kepada Pemerintah
Kota Yogyakarta.
2.3.3

Kerjasama Stakeholder

Istilah stakeholder ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya
dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi,
pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik
telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering
dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan
suatu issu atau suatu rencana.
Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat
mengenai stakeholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti
Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu
yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan
tertentu. Sedangkan

Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder

merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.


Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana

28

dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif
stakeholder terhadap isu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan
pengaruh yang dimiliki mereka.
Sedangkan Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja
secara individual. Menurut West (2002), Telah banyak riset membuktikan bahwa
kerjasama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih
baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan. Setiap
tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama yang dibangun
dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja sama akan muncul
berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang
dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim adalah munculnya berbagai
penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.
Kerjasama menurut Tangkilisan (2005:86) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Publik, lingkungan ekstern maupun intern, yaitu semua kekuatan yang
timbul diluar batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di
dalam organisasi. Oleh karena itu, perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan yang
diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak,
kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

29

Kerjasama dengan suatu stakeholder dalam melaksanakan sebuah program


yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dapat berarti positif bagi jalannya
program tersebut, artinya Pemerintah Kota Yogyakarta dapat bekerjasama dengan
stakeholder yang terkait yang mempunyai tujuan yang sama. Stakeholder yang
bekerjasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini adalah Pusat Studi
Ekonomi Kerakyatan UGM yang diajak bekerjasama oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta untuk melakukan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada para
pedagang Pasar Kranggan secara berkelanjutan.
2.4

Kerangka Pikir
Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2006:66) menyatakan bahwa kerangka

pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yangt menjadi


obyek permasalahan. Kerangka pikir digunakan untuk menganalisis data dan
fenomena yang ditemukan dalam penelitian. Disamping itu, kerangka piker juga
dapat dilihat sebagai batasan penelitian agar peneliti tersebut fokus dan tidak
melebarkan pembahasan pada aspek lain yang tidak berkaitan dengan permasalahan
yang ingin diteliti. Kerangka berpikir diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang
kemudian dikembangkan sesuai dengan kerangka teori yang sudah dibangun.
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini berperan sebagai leader dalam
melaksanakan program pengelolaan Pasar Kranggan melalui Dinas Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta mempunyai peran yang sangat penting pada suksesnya pelaksanaan
program pengelolaan pasar kranggan. Peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
30

Yogyakarta dilihat dari peran regulasi dengan mengeluarkan kebijakan hukum atau
peraturan tentang pasar tradisional, peran pembangungan dengan melakukan
rehabilitasi fisik bangunan pasar tradisional dan peran pemberdayaan dengan
memberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pemberdayaan pedagang pasar
tradisional. Selain itu peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar
Kranggan ini juga terkait dengan beberapa faktor yaitu faktor ketersediaan anggaran,
partisipasi pedagang dan Kerjasama stakeholder.
Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta.

Pemerintah Kota
Yogyakarta
Ketersediaan
Anggaran
1. Fungsi Regulator
2. Fungsi Pembangunan

Partisipasi
Pedagang

3. Fungsi Pemberdayaan
Kerjasama
Stakeholder
Pasar Kranggan

31

2.5

Definisi Konsep
1. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan.
Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, pemerintah tidak dapat
lepas dari kebijakan publik, aktivitas administratif, organisasi dan manajemen,
pelayanan publik, serta kepentingan dan urusan publik.
Peran sebagai regulator dilaksanakan dengan membuat peraturan
perundang-undangan tentang pasar tradisional. Peran pemerintah sebagai
fungsi pembangunan yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah
daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Sedangkan peran pemerintah
sebagai pemberdayaan adalah peran pemerintah untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan Pasar Kranggan.
2. Ketersediaan Anggaran.
Ketersediaan anggaran adalah tersedianya alokasi anggaran dari
APBD Pemerintah Kota Yogyakarta yang diberikan kepada Dinas Pengelola
Pasar Kota Yogyakarta yang kemudian dapat digunakan secara efektif dan
efisien untuk menjalankan program pengelolaan pasar kranggan.
3. Partisipasi Pedagang.
Partisipasi pedagang adalah berbagai kegiatan pedagang pasar
kranggan yang timbul dan dilakukan atas kehendak dan keinginan sendiri dari
para pedagang pasar kranggan untuk ikut serta dan aktif dalam mengelola
pasar kranggan seperti mengelola kebersihan dan keamanan pasar, pendirian

32

paguyuban pedagang pasar kranggan, koperasi dan menyampaikan aspirasi


mereka

secara

langsung

kepada

pemerintah

dalam

setiap

agenda

pertemuan/rapat rutin.
4. Partisipasi Stakeholder.
Keterlibatan stakeholder adalah adanya kerjasama dari Pemerintah
Kota Yogyakarta dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dalam
kegiatan pelatihan dan pembinaan secara berkelanjutan kepada pedagang
pasar kranggan.
2.6

Definisi operasional
Dalam penelitian tentang Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar kranggan peneliti akan mencoba mencari beberapa data yang
relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan berpedoman kepada
teori-teori yang telah diungkapkan dalam Bab II, diantaranya :
1. Peran sebagai fungsi regulator :
Indikator : Adanya peraturan tentang Pasar tradisional.
2. Peran sebagai fungsi pembangunan :
Indikator : Adanya program rehabilitasi Pasar Kranggan.
3. Peran sebagai fungsi pemberdayaan :
Indikator :
- Adanya bantuan pinjaman modal bagi para pedagang Pasar Kranggan.
- Adanya kegiatan pemberdayaan pedagang Pasar Kranggan.

33

Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta


dalam mengelola Pasar Kranggan dapat dilihat dari indikator-indikator berikut
ini :
1. Ketersediaan Anggaran:
Indikator: Adanya alokasi anggaran dari Pemerintah Kota Yogyakarta
untuk mengelola Pasar Kranggan.
2. Partisipasi Pedagang:
Indikator: Keterlibatan pedagang dalam kegiatan pelatihan, pembinaan
dan dalam mengelola Pasar Kranggan.
3. Kerjasama Stakeholder:
Indikator: Keterlibatan PUSTEK UGM dalam kerjasama dengan
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan
pembinaan pedagang Pasar Kranggan.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari Pemerintah Kota

Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Jenis penelitian yang akan digunakan
adalah mix method. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran
merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif
dengan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011: 404) menyatakan
bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian
yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan
metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan
obyektif.
Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha
penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22).
Diperjelas lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed
Methodology, bahwa mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini
muncul setelah adanya debat yang berkepanjangan antara dua paradigma yang

35

menjadi pedoman dari peneliti, kedua paradigma tersebut adalah positivis/empiris


yang

menjadi

dasar

konseptual

dari

metode

kuantitatif

dan

paradigma

konstruktivis/fenomenologi yang menjadi dasar dari metode kualitatif (2010: 3-4).


Menurut Creswell (2010: 22-23), strategi-strategi dalam mixed methods, yaitu:
1.

Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods)

merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari
satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview
terlabih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif
dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
(Creswell, 2010 : 316-318):
a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah
mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh
pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan
hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.
b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi
ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan
menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data
kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama.
Bobot utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.

36

c. Strategi transformatif sekuensial. Pada Strategi ini peneliti menggunakan


perspektif teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam
penelitian. Dalam model ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah
satu dari dua metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada
salah satu dari keduanya atau dibagikan secara merata pada masing-masing
tahap penelitian.
2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed methods)
merupakan penelitian yang menggabungkan antar data kuantitatif dan data kualitatif
dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini,
yaitu (Creswell, 2010: 320-324):
a. Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan
data kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap
penelitian, kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data
kuantitatif untuk mengetahui perbedaan atau kombinasi.
b. Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model
triangulasi konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif dalam waktu yang bersamaan. Membedakannya adalah model ini
memiliki metode primer yang memandu proyek dan data sekunder yang
memiliki peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder
yang kurang begitu dominan/berperan (baik itu kualitatif atau kuantitatif)

37

ditancapkan (embedded) kedalam metode yang lebih dominan (kualitatif atau


kuantitatif).
c. Strategi transformatif konkuren. Seperti model transformatif sequential
yaitu dapat diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data
kuantitatif secara bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.
3. Prosedur metode campuran transformatif ( transformative mixed methods)
merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis
sebagai perspektif overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan
data kuantitatif. Perspektif inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja
untuk topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari
penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/
bertahap (sequential mixed

methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial.

Dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini pada tahap pertama penulis
melakukan pengumpulan dan menganalisis data kualitatif, kemudian dilanjutkan
tahap kedua dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dengan bobot
utama pada strategi penelitian ini adalah pada data kualitatif sedangkan data
kuantitatif digunakan untuk mendukung/memperkuat data kualitatif.

38

3.2

Desain Penelitian
Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods dibagi menjadi tiga

yaitu sequential explanatory designs, sequential exploratory designs, dan concurrent


triangulation designs. Pertama, sequential explanatory designs, pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan dalam dua tahap, dengan penekanan utama
pada metode kuantitatif. Kedua, sequential exploratory designs yaitu pengumpulan
data kualitatif dilakukan pertama kali dan dianalisis, kemudian data kuantitatif
dikumpulkan dan dianalisis. Jenis sequential exploratory lebih menekankan pada
kualitatif. Ketiga adalah concurrent triangulation designs(juga disebut desain
integrantive atau konvergen) di mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif, menggabungkan dalam analisis metode analisis data
kuantitatif dan kualitatif, dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-sama untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang menarik.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sequential
exploratory, yaitu mengumpulkan dan menganalisi data kualitatif kemudian
mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif. Dalam penelitian ini lebih
menekankan pada metode kualitatif (McMillan, 2010 : 402). Sependapat dengan yang
dikatakan oleh McMillan, Creswell (2010: 317-318) yaitu pada tahap pertama akan
diisi dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif, kemudian pengumpulan dan
menganalisis data kuantitatif. Penggabungan dat kuantitatif dengan data kualitatif ini
biasanya didasarkan pada hasil-hasil yang telah diperoleh sebelumnya dari tahap

39

pertama. Prioritas utama pada tahap ini lebih ditekankan pada tahap pertama, dan
proses penggabungan diantara keduanya terjadi ketika peneliti

menghubungkan

antara analisis data kualitatif dengan pengumpulan data kuantitatif.


Pada penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data
kualitatif. Data kualitatif ini didapatkan melalui wawancara secara mendalam dengan
narasumber. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai
gambaran pengelolaan Pasar Kranggan dari stakeholder yang terkait dalam
pengelolaan Pasar Kranggan. Sedangkan untuk metode kuantitatif digunakan untuk
mendukung/mengkroscek data kualitatif agar didapat data yang lebih valid.
Indstrumen yang digunakan adalah angket/kuisioner.
3.3

Lokasi dan Sasaran Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Pasar Kranggan di Dusun Cokrodiningratan,

Kecamatan Jetis, Kabupaten Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sasaran


penelitian ini adalah para pedagang Pasar Kranggan. Selain itu, peneliti juga akan
berusaha untuk mendapatkan informasi dari instansi-instansi yang berkapasitas dalam
hal pengelolaan pasar tradisional yaitu Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta,
Dinas

Pembangunan

dan

Aset

Daerah

Kota

Yogyakarta

dan

Dinas

Disperindagkoptan.

40

3.4

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder, dimana keduanya

digunakan secara terpadu dan saling mengkonfirmasi. Secara umum, penelitian


mengenai Peran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar
Kranggan ini menggunakan data primer sebagai sumber utama yang kemudian
dipadukan dengan data sekunder sebagai data pelengkap. Data sekunder untuk
penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: laporan-laporan,
dokumen-dokumen, hasil penelitian dan survai, berita koran, artikel majalah, serta
tulisan-tulisan yang terdapat dalam media elektronik dan internet.
Dalam penelitian ini, narasumber yang menjadi sumber data adalah orangorang maupun aktor kunci yang memiliki keterlibatan secara langsung dan intensif
dalam proses pengelolaan Pasar Kranggan.
Teknik yang digunakan dalam desain penelitian sequential exploratory ini
untuk pengumpulan data dilakukan secara berurutan dalam pengumpulan datanya.
Data yang diambil baik data kualitatif maupun data kuantitatif akan saling
menunnjang satu sama lain. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya
menggunakan:
a. Wawancara
Salah satu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dari
sumber primer adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam.

41

Dengan melakukan metode wawancara, maka penelitian dan sumber yang


terkait

akan

berkomunikasi

secara

langsung,

sehingga

narasumber

memberikan penjelasan terkait masalah penelitian. Dalam penelitian ini,


penulis melakukan wawancara untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka dengan narasumber, dengan melakukan dialog, mengemukakan
pendapat dan ide dengan tetap berfokus pada point-point wawancara. Dalam
mengumpulkan data peneliti telah melakukan wawancara kepada pihak Dinas
Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, pihak Pengelola Pasar Kranggan,
Paguyuban Pedagang Pasar Kranggan, Dinas Disperindagkoptan, dan Dinas
Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta.
Informan atau narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Bapak Ir. Supartama, MM. (Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta
Bidang Pengembangan bagian Seksi Pengkajian Pengembangan dan
pemasaran).
2. Bapak Udiyitno (Koordinator/ Lurah Pasar Kranggan).
3. Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko (Kepala bagian pengembangan
UMKM Dinas Disperindagkoptan).
4. Bapak Waltijo (Wakil Ketua Paguyuban pedagang pasar kranggan).
5. Drs. Risdianto (bagian sekertariat alih data dan laporan Dinas
Pembangunan dan Aset Daerah).
Instrumen pengumpulan data menggunakan panduan wawancara
terlampir di halaman lampiran.
42

b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan karena kebutuhan terhadap data sekunder
yang dapat

digunakan

untuk

mendukung penelitian

secara

umum.

Dokumentasi sebenarnya merupakan suatu bagian yang penting dari data


dasar untuk studi kasus (Yin, 2006:93). Dokumentasi dalam penelitian ini
antara lain adalah dokumentasi mengenai profil Pasar Kranggan seperti
pengambilan gambar/foto kondisi bangunan pasar kranggan sebelum dan
sesudah adanya program rehabilitasi, gambar/foto grand design Pasar
Kranggan, gambar/foto pedagang, pengunjung pasar dan barang-barang
dagangan menggunakan kamera telepon genggam.
c. Survei
Untuk mendukung hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
aktor-aktor yang terlibat, peneliti juga telah melakukan survei kepada para
pedagang Pasar Kranggan. Survei merupakan penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan data yang pokok 7. Survei tersebut ditujukan untuk mengetahui
pendapat para pedagang terkait tentang kondisi dan proses pengelolaan Pasar
Kranggan. Pertanyaan diajukan kepada pedagang pasar kranggan sebagai
respondennya dengan menyebarkan 50 kuesioner. Kuesioner yang disebarkan
kepada responden terlampir di halaman lampiran. Teknik untuk menentukan
responden yang akan diberikan kuisioner adalah dengan menggunakan teknik
7

Ibid hal. 3
43

random sampling. Random sampling sendiri menurut Sugiyono (2003:74-78)


adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi
baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai anggota sampel. Kemudian cara yang digunakan adalah
dengancara ordinal dimana pengambilan sampel dengan cara kelipatan dari
sampel sebelumnya, peneliti menggunakan kelipatan 5 dalam menentukan
sampel hingga mendapatkan 50 responden.

3.5

Teknik Analisis Data


3.5.1

Analisis Data Kualitatif

Analisis data merupakan suatu proses dimana data itu disederhanakan ke


dalam sebuah bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini sebagian besar bersifat kualitatif sehingga data
yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif yaitu menggambarkan keadaan obyek penelitian apa adanya. Dengan
analisa deskriptif kualitatif, temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di
lapangan dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan
secara lebih terperinci.

44

Analisis data tersebut dilaksanakan melalui :


1. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data merupakan tahapan awal dalam analisis data. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.
Data primer tersebut terdiri atas data hasil wawancara, dan data hasil
dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta, Dinas Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Dinas Pembangunan dan
Aset Daerah Kota Yogyakarta.
2. Reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan pemilahan data yang terkumpul ke dalam
penggolongan data, penentuan bagian-bagian yang hendak diabaikan, dipertajam
dan dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan
sesuai dengan inti permasalahan yang diperoleh, hal tersebut dilakukan dengan
mereduksi data dari lapangan yaitu dengan menuliskan secara rapi, terperinci, dan
sistematis untuk memperoleh keterangan serta data-data yang dibutuhkan dalam
menyusun hasil dan analisis penelitian
Hasil dokumentasi memberikan gambaran mengenai data dan mendukung
data yang diperoleh dari hasil wawancara serta melihat hal yang tersirat yang
tidak dapat diperoleh dari hasil wawancara. Data-data yang telah direduksi
kemudian disusun dan dianalisis sehingga dapat menggambarkan dan
menjelaskan peran dari Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola
Pasar Kranggan.
45

3. Menarik kesimpulan
Tahapan yang terakhir yaitu menarik kesimpulan dan saran-saran yang
dipandang perlu berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu dengan mencoba menarik kesimpulan
yang berlaku umum dari fakta-fakta yang ada dan dari data-data yang telah
diperoleh.
3.5.2

Analisis Data Kuantitatif

Pada penelitian ini proses pengumpulan data juga dilakukan dengan


menggunakan teknik survei dengan cara menyebar kuesioner kepada responden,
dalam hal ini responden yang dipilih adalah pedagang pasar kranggan. Item-item
pertanyaan yang telah disusun dalam kuisioner tersebut memberikan informasi
mengenai profil dan pendapat/persepsi pedagang Pasar Kranggan mengenai Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Kemudian proses
analisis data hasil survei akan diolah dengan statistik deskriptif, statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan/menggambarkan
data yang telah terkumpul dengan memaparkan hasil survei kedalam bentuk tabletabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

46

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

4.1

Sejarah Pasar Kranggan


Pasar Kranggan adalah termasuk pasar legendaris yang berada di Kota

Yogyakarta selain Pasar Beringharjo. Daerah Kranggan sendiri pada awalnya


dibangun atas permintaan dari Tumenggung Rangga Prawirasantika yang hidup di
masa penjajahan Belanda. Pasar dan wilayah yang ada di sekitar pasar ini diberi nama
Kranggan yang berasal dari kata Ka-Rangga-an yang disingkat menjadi Kranggan.
Pasar Kranggan resmi didirikan pada tanggal 15 Agustus 1978 8.
4.2

Deskripsi Lokasi Penelitian.


Gambar 2. Pintu Masuk Pasar Kranggan.

Profil Pasar tradisional Kelas 1 Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta Tahun 2013.Yogyakarta:
Penerbit Dinas pengelola Pasar kota Yogyakarta.
47

Keadaan di halaman depan Pasar Kranggan yang sedang ramai dikunjungi


oleh masyarakat baik yang sedang berbelanja ataupun yang telah selesai berbelanja
dan terlihat beberapa pedagang pasar kranggan berjualan hingga diluar pasar dengan
menggelar lapak di depan pintu masuk Pasar Kranggan.
Secara geografis Pasar Kranggan ini teretak di Dusun Cokrodiningratan,
Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Adapun batas-batas geografis Pasar Kranggan
adalah :
Sebelah Utara

: Kampung Cokrodiningratan.

Sebelah Timur

: Jalan AM. Sangaji.

Sebelah Selatan

: Jalan Diponegoro.

Sebelah barat

: Kampung Asem Gede.

48

Gambar 3. Denah Pasar Kranggan.

Luas Bangunan

: 7.400 m

Luas Tanah

: 6.180 m

Fasilitas

: Mushola, Toilet, Tempat Parkir.

Jumlah Pedagang Kios

: 86

Jumlah Pedagang Los

: 592

Jumlah Pedagang Lapak

: 177

Jumlah total pedagang

: 855

49

Pasar Kranggan adalah salah satu dari 32 pasar tradisional yang berada di
wilayah Kota Yogyakarta. Ciri khas dari pasar Kranggan adalah sebagai pusat jajanan
pasar tradisional, di pasar Kranggan ini bisa ditemui aneka jajanan tradisional mulai
lemper, serabi, talam, pisang goring, clorot dan lain sebagainya yang bisa dengan
mudah ditemui di area depan Pasar Kranggan. Sementara di area dalam pasar,
barang-barang yang diperjualbelikan tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional
lainnya, mulai dari buah, sayur, sembako, konveksi, pertokoan emas dan perhiasan,
dll. Jam operasional pasar Kranggan mulai dari pukul 05.00 pagi sampai dengan
pukul 16.00, namun biasanya pasar akan mulai ramai pada pukul 06.00 sampai
dengan pukul 14.00, setelah itu biasanya pedagang pasar sudah mulai untuk menutup
lapak dagangannya.
Gambar 4. Lapak Pedagang

50

Dari gambar 4 dapat dilihat kondisi beberapa lapak pedagang di Pasar


Kranggan yang menjual bermacam-macam jenis barang dagangan, mulai dari
sembako, sayur-sayuran, makanan ringan, barang-barang kebutuhan sehari-hari dan
pakaian. Lapak-lapak pedagang terlihat penuh sesak oleh barang-barang dagangan
para pedagang bahkan hingga meluber dan mempersempit jalan/lorong diantara lapak
pedagang yang satu dengan yang lain yang membuat pengunjung kurang nyaman
dalam berjalan menyusuri Pasar Kranggan.
Gambar 5. Pasar Kranggan Lantai 2

Sebagai bagian dari program rehabilitasi yang telah dijalankan di Pasar


Kranggan, beberapa perubahan sudah dapat dilihat di beberapa bagian Pasar
Kranggan. Saat ini Pasar Kranggan telah dibangun menjadi 2 lantai oleh Pemerintah

51

Kota Yogyakarta, dimana lantai 1 digunakan untuk kegiatan jual-beli pedagang pasar
dan lantai 2 yang digunakan sebagai tempat pusat jual-beli alat-alat elektronik Tugu
IT dan tempat pusat jajanan kuliner dengan ditambah pengadaan fasilitas pendukung
seperti tempat ibadah yang berupa musholla dan pengadaan toilet.
4.3

Profil Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta


Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta adalah pihak yang diberikan

tanggungjawab dalam mengelola sebanyak 32 Pasar Tradisional yang tersebar


diseluruh wilayah Kota Yogyakarta yang mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dalam bidang pengelolaan pasar.
Berikut adalah Fungsi dan Tujuan dari Dinas Pengelola Pasar:
Fungsi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta antara lain:
a.

Merumuskan, merencanakan dan melaksanakan kebijakan di bidang


pengelolaan pasar.

b.

Melaksanaan pembinaan pedagang pasar.

c.

Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan kewenangan yang


diberikan.

d.

Melaksanakan pengendalian dan pengawasan operasional pengembangan


fasilitas pasar dan pemungutan pendapatan.

e.

Melaksanakan ketatausahaan Dinas.

52

Tujuan Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta antara lain:


a. Mewujudkan

peningkatan

kemampuan

pembiayaan

daerah

dengan

pelaksanaan koordinasi atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam


bidang pengelolaan pasar melalui upaya optimalisasi penghimpunan dana dari
pungutan retribusi pasar guna mendukung peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
b. Meningkatkan pelayanan serta mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan
pedagang pasar dengan kebijakan pemberian bantuan dana bergulir di pasar,
sehingga terwujud konsep pasar yang bebas dari jerat rentenir sekaligus
kesejahteraan masyarakat pedagang pasar meningkat.
c. Mengupayakan terwujudnya basis data pasar yang simpel, akurat, realis dan
terpercaya dengan mengoptimalkan pelayanan secara prima kepada semua
pengguna pasar serta penyediaan sarana dan prasarana pasar menuju pasar
yang bersih, sehat sejahtera dan nyaman.

53

Berikut ini merupakan struktur organisasi dari Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta:
Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.

54

4.4

Pengelolaan Pasar Kranggan


Ditengah semakin berkembangnya pasar modern dalam beberapa tahun

terakhir ini membuat keberadaan pasar-pasar tradisional semakin terancam, tak


terkecuali pasar-pasar tradisional yang berada di wilayah Kota Yogyakarta. Pasar
tradisional yang selama ini menjadi pusat kegiatan perdagangan bagi masyarakat saat
ini lambat laun mulai mengalami kemunduran yang ditunjukkan dengan semakin
berkurangnya jumlah pasar tradisional yang ada, kondisi bangunan pasar tradisional
yang sudah tua, kurangnya fasilitas pendukung dan ditambah dengan kondisi
lingkungan pasar tradisional yang tidak tertata dengan baik membuat pasar tradisional
memiliki kesan kotor, kumuh dan jorok di mata masyarakat. Dilain pihak pasar
modern seperti minimarket, supermarket, hypermarket dan departement store yang
menawarkan kemudahan dan kenyamanan seperti menjadi sebuah solusi bagi
masyarakat dalam berbelanja sehingga pasar modern terus berkembang dengan cepat.
Pasar Kranggan adalah termasuk salah satu dari 32 pasar tradisional yang
berada di wilayah Kota Yogyakarta yang ditunjuk oleh Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta untuk dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan dalam hal
pengelolaan pasar tradisional. Dalam mengelola Pasar Kranggan selain telah adanya
kebijakan hukum/peraturan yang ada untuk melindungi pasar tradisional, Pemerintah
Kota Yogyakarta juga berperan dalam Pemberdayaan pedagang Pasar Kranggan
dengan meberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pelatihan dan pembinaan
pedagang pasar dengan harapan agar pedagang dapat lebih mengemangkan usahanya

55

dan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pedagang pasar
kranggan.
Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta melalui
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam usahanya untuk mengelola pasar
tradisional mulai melaksanakan program rehabilitasi pasar tradisional yang telah
dilakukan di beberapa pasar tradisional seperti di Pasar Beringharjo, Pasar Legi
Patangpuluhan, Pasar Ngasem, Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan.
Program rehabilitasi Pasar Kranggan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi
fisik bangunan dan manajemen pengelolaan pasar tradisional, dalam bentuk fisik
diwujudkan dengan melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios
pedagang, pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas
pendukung pasar. Setelah menunggu persetujuan dari Pemerintah Kota Yogyakarta,
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dapat melakukan proses rehabilitasi
bangunan Pasar Kranggan dengan jumlah anggran Rp. 2.000.000.000. Bagian tengah
dari pasar Kranggan menjadi bagian yang terlebih dahulu mengalami rehabilitasi
karena bangunan bagian tengah pasar Kranggan dinilai kurang sehat. Rehabilitasi
Pasar Kranggan ini dilakukan secara bertahap yang terbagi dalam 3 tahap, tahun ini
akan menyelesaikan pembangunan bagian tengah Pasar Kranggan dan tahap
selanjutnya akan menyelesaikan bagian samping kanan dan kiri Pasar Kranggan yang
akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2014 sesuai dengan yang telah

56

direncanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Berikut ini adalah grand design
pembangunan Pasar Kranggan:
Gambar 7. Grand Design Pasar Kranggan.

Rehabilitasi Pasar Kranggan ini dilakukan mengingat kondisi dari pasar


Kranggan dari tahun ke tahun sudah semakin menua dan banyak ditemui kerusakankerusakan di beberapa sudut pasar. Selain itu tujuan dari rehabilitasi pasar kranggan
ini adalah menghilangkan kesan kotor, kumuh dan jorok di mata masyarakat, dengan
semakin baik dan nyamannya kondisi pasar tradisional ini diharapkan dapat kembali
menarik minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional sehingga pasar
tradisional kedepannya mampu bersaing dengan pasar modern

57

Kemudian dalam pembenahan manajemen pasar tradisional diwujudkan


dengan melakukan pembinaan kepada para pedagang dalam hal pelayanan agar
pelayanan yang diberikan oleh pedagang menjadi semakin lebih baik, dan dengan
melibatkan para pedagang secara aktif dalam seluruh kegiatan pengembangan pasar,
seperti melibatkan para pedagang dalam rapat pengelola pasar, pendirian paguyuban
pedagang pasar, pengelolaan sampah, dan keamanan dengan harapan pasar tradisional
mampu berkembang dengan mandiri.

58

BAB V

PEMBAHASAN

5.1

PERAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM

MENGELOLA PASAR KRANGGAN


Bab ini membahas tentang Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola Pasar Kranggan. Tiga peran utama Pemerintah Kota Yogyakarta yang
dijalankan dalam mengelola Pasar Kranggan adalah peran dalam fungsi
pengaturan/regulator, peran pemerintah dalam fungsi pembangunan dan peran
pemerintah dalam fungsi pemberdayaan.
5.1.1 Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengaturan (Regulator)
Peran pemerintah dalam fungsi pengaturan ini secara umum dapat dijalankan
pemerintah dengan membuat peraturan perundang-undangan untuk mengatur
hubungan manusia dalam masyarakat, dalam hal ini peraturan tentang pasar
tradisional. Pemerintah daerah adalah pihak yang mampu menerapkan peraturan agar
kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan dinamis karena pemerintah
daerah mempunyai fungsi pengaturan terhadap masyarakat yang ada di daerahnya.
Masalah pasar modern dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu
masalah yang serius bagi pasar tradisional dan harus segera diatasi mengingat
semakin banyaknya jumlah pasar modern seperti indomart alfamart, circle k
superindo dan toko retail lainnya di wilayah Kota Yogyakarta ini sehingga

59

dikhawatirkan dengan semakin banyaknya jumlah pasar modern tersebut dapat


mengancam keberadaan pasar tradisional di Kota Yogyakarta yang dalam beberapa
tahun ini cenderung stag dengan kondisi pasar tradisional yang apa adanya. Untuk
menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dan
pasar modern ini Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai pihak yang mempunyai
kewenangan diharuskan untuk turun tangan dalam mengatasi permasalahan pasar
tradisional ini dengan membuat sebuah peraturan yang berpihak kepada pasar
tradisional.
Secara umum Pemerintah pusat telah mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern sebagai peraturan hukum yang bertujuan untuk
melindungi pasar tradisional. Isi dari peraturan presiden tersebut diantaranya adalah
mengatur agar Pemda dalam pembangunan toko-toko modern wajib memperhatikan
kondisi sosial masyarakat, keberadaan pasar tradisional dan UKM di sekitar wilayah
pembangunan, jarak dengan pasar tradisional dan pengaturan jam kerja serta memiliki
kemampuan untuk menyediakan areal parkir setiap 60 m. Namun dengan adanya
Perpres Nomor 112 Tahun 2007 masih belum dapat dirasakan manfaatnya karena
hanya mengatur hal-hal yang bersifat makro (umum) saja. Pemerintah pusat berkilah
bahwa aturan-aturan yang lebih spesifik dan rinci lagi dapat dibuat oleh Pemerintah
Daerah dalam bentuk Perda sehingga peraturan yang ada dapat disesuaikan dengan
permasalahan yang terjadi pada masing-masing daerah.

60

Kemudian dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007


tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian meresponnya dengan mengeluarkan
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2010 dimana peraturan tersebut
ditujukan untuk melindungi keberadaan pasar tradisional yang ada di wilayah Kota
Yogyakarta secara umum, termasuk Pasar Kranggan. Kebijakan dari masing-masing
Pemda di tingkat Daerah/Kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya dalam pengelolaan pasar
tradisional. Seperti yang diungkapkan oleh Ir. Supartama, MM sebagai kepala seksi
pengkajian pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.
Beliau mengatakan:
Pemda Bantul saat ini merupakan daerah yang sangat jelas lebih
menekankan kegiatan perekonomian masyarakatnya di pasar tradisional
mereka itu tidak mengijinkan masuknya pasar modern di wilayah Bantul agar
pasar-pasar tradisional yang berada di wilayah Bantul tidak mendapatkan
terganggu dengan adanya pasar modern. Berbeda dengan Pemda Sleman
yang lebih mudah dalam memberikan ijin pendirian bagi pasar modern untuk
ada di wilayah Sleman dimana dari tahun ke tahun keberadaan pasar modern
sangat mudah ditemui di wilayah Kota Sleman. Sementara itu Pemkot
Yogyakarta saat ini sedang mencoba memulai untuk mengikuti apa yang
dilakukan oleh Pemda Bantul dalam hal pengelolaan pasar tradisional
dengan mulai melakukan pembatasan pasar modern dan lebih memperhatikan
keberadaan pasar-pasar tradisional yang ada di wilayah Kota Yogyakarta.

Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut mengatur tentang


pembatasan pendirian minimarket waralaba, retail dan pusat perbelanjaan modern di
Kota Yogyakarta yang berisi mengenai pembatasan jumlah minimarket waralaba
sebanyak 52 buah dengan jarak bangunan minimarket waralaba minimal 400 m dari

61

pasar tradisional. Namun tampaknya implementasi dari Peraturan Walikota (Perwal)


Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi pasar tradisional
tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, hal ini terbukti dengan masih
ditemukan adanya pelanggaran yang terjadi dalam implementasi peraturan tersebut,
beberapa pelanggaran terjadi mengenai jarak minimal pendirian pasar modern dari
pasar tradisional dan pelanggaran mengenai jumlah kuota pendirian pasar modern.
Berikut merupakan contoh beberapa pelanggaran yang terjadi mengenai jarak
minimal pasar modern dari pasar tradisional:
1. Pendirian toko retail Circle-K yang berada didekat Pasar Kranggan:
Gambar 8. Toko Circle K

Pendirian toko retail Circle-K yang kurang lebih hanya berjarak 100m di sebelah
timur Pasar Kranggan, sebuah pelanggaran yang terjadi terhadap adanya
Peraturan Walikota nomor 79 Tahun 2010.

62

2. Pendirian toko retail Indomaret yang tepat berada didepan Pasar Patuk:
Gambar 9. Pasar Patuk.

Pasar Patuk saat ini dimana tepat di didepan pintu masuknya telah berdiri toko retail
Indomart, suatu kondisi yang sangat mengherankan kenapa bisa sebuah pasar modern
mendapatkan ijin dan berdiri tepat didepan Pasar Tradisional.

63

3. Pendirian toko retail indomaret disamping Pasar Prawirotaman:


Gambar 10. Pasar Prawirotaman.

Pasar Prawirotaman dengan kondisinya yang seadanya saat ini menjadi sebuah
bangunan yang paling tua diantara bangunan-bangunan lain yang ada disekitar
wilayah Prawirotaman, termasuk adanya pasar modern yaitu retail Indomart yang
kurang lebih hanya berjarak 10 meter di sebelah selatan dari Pasar Prawirotaman.

64

4. Pendirian toko retail indomaret disebelah Pasar Tela:


Gambar 11. Pasar Tela.

Kondisi Pasar Tela yang merupakan salah satu pasar tradisional yang didominasi
dengan jenis barang dagangan tela dan jajanan pasar ternyata tidak luput dari adanya
pasar modern dimana saat ini telah berdirinya toko retail Indomaret yang kurang lebih
hanya berjarak 15 meter di sebelah selatan Pasar Tela.

65

5. Pendirian toko retail Alfamart disebelah Pasar Giwangan:


Gambar 12. Pasar Giwangan.

Pasar Giwangan yang termasuk sebagai salah satu pasar tradisional yang besar di
wilayah Kota Yogyakarta ternyata juga mendapatkan tamu yakni dengan adanya
toko retail Alfamart yang kurang lebih hanya berjarak 20 meter di sebelah utara Pasar
Giwangan tersebut.
Pendirian beberapa toko retail modern yang berlokasi sangat berdekatan
dengan lokasi pasar tradisional seperti beberapa contoh diatas menjadi salah satu ironi
bagi Pemerintah kota Yogyakarta, karena dengan lokasi pasar modern yang sangat
berdekatan dengan pasar tradisional ini seperti sama sekali tidak menghiraukan
adanya Perwal nomor 79 tahun 2010 yang didalamnya telah mengatur tentang batasan
jarak minimal pendirian toko modern yaitu 400 meter dari dari lokasi pasar
tradisional dan parahnya ditambah dengan belum/tidak adanya tindakan tegas yang

66

dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sampai saat ini untuk menutup atau
mencabut ijin usaha toko-toko modern tersebut sehingga toko-toko modern yang
melanggar Perwal nomor 79 tahun 2010.
Selain itu pelanggaran juga terjadi pada ketentuan batas minimal jumlah kuota
pasar modern, jumlah pasar modern ini dari tahun ke tahun yang terus bertambah
hingga telah melebihi kuota yang ditentukan hingga mencapai 72 unit dari kuota yang
seharusnya yaitu 52 unit. Seperti yang diungkapkan oleh Ir. Supartama, MM Beliau
mengatakan:
Perwal ini pada awalnya berjalan baik, namun semakin kesini ini kok pasar
modern kayak indomart alfamart kok semakin tambah banyak, nah ini
kemudian yang menjadi masalah bagi pasar tardisional. Sekarang anda liat
mas pasar Patuk itu, iya yang di sebelah barat situ, tau gak yang saya
maksud? Kenapa bisa ada Indomaret didepan pasar Patuk? terus coba anda
ke pasar Pawirotaman sana, itu juga sama persis, persis didepan pasarnya
itu ada Indomaret. Kok bisa kayak gitu ya? Nah itu yang jadi tanda tanya
besar, padahal sudah ada Peraturannya tidak boleh mendirikan pasar
modern dengan jarak tertentu dari pasar tradisional. Nah dari sini kan sudah
keliatan kan mas? Perwal ini perlu dikaji lagi dan kemudian dijalankan
dengan tegas.9
Pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Lurah pasar
kranggan, Udiyitno:
Masalah perwal ini sebenarnya simpel, istilahnya tinggal dilihat aja apa isi
perwal itu lalu di implementasikan dilapangan, selesai mas masalah pasar
modern ini. tapi kan kenyataannya ini tidak seperti itu ya? pasar modern ini
malah jadi semakin banyak. Berarti kan disini ada yang salah, istilahnya kan
gini ada peraturan maka ada yang diatur, tapi ini malah ada peraturan tapi
peraturannya itu tidak dijalnkan dengan seharusnya. 10

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
10
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
67

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa implementasi dari Perwal


no. 79 Tahun 2010 kurang berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu untuk
mengatur keberadaan pasar modern di wilayah Kota Yogyakarta. Masih ditemukan
adanya pelanggaran dari perwal ini seperti adanya pelanggaran mengenai jarak
minimal pendirian toko modern dari pasar tradisional dan pelanggaran mengenai
jumlah pasar modern yang sudah melebihi kuota yang telah ditentukan. Perlu adanya
tindakan yang harus segera dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta untuk segera
menangani pelanggaran terhadap perwal ini dan kemudian pemerintah harus
mengimplementasikan perwal ini sesuai dengan isi dari perwal tersebut.
Peneliti juga menemukan bahwa terjadinya pelanggaran terhadap Perwal no.
79 Tahun 2010 ini terjadi karena belum adanya tindakan yang tegas dari pemerintah
Kota Yogyakarta untuk menertibkan pasar modern yang melanggar Perwal no. 79
Tahun 2010 tersebut. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Ir. Supartama:
Selama ini itu belum ada tindakan dan sanksi yang tegas dari pemerintah
untuk menertibkan retail modern yang melanggar perwal ini, seharusnya
kalau mau memberikan efek jera ya cabut saja ijin pendirian usahanya biar
mereka kapok, kan gitu.11

Dari

pernyataan

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

belum adanya

tindakan/sanksi yang tegas dari pemerintah Kota Yogyakarta bagi pasar modern yang
melanggar Perwal no. 79 Tahun 2010 ini membuat Perwal no. 79 Tahun 2010 ini

11

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
68

tidak dihiraukan oleh para pendiri toko modern, sehingga masih sering terjadi
pelanggaran.
Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui pendapat dari para pedagang Pasar Kranggan mengenai semakin
banyaknya jumlah pasar modern yang muncul di wilayah Kota Yogyakarta dan untuk
mengetahui apakah para pedagang Pasar Kranggan mengetahui adanya Peraturan
Walikota No 79 Tahun 2010 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapat pedagang Pasar Kranggan terhadap semakin banyaknya
jumlah pasar modern di Wilayah Kota Yogyakarta.
No

Pendapat

Resah

Tidak Resah
Jumlah

Frekuensi Presentase
42

84%

16%

50

100%

Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai semakin banyaknya
jumlah pasar modern di wilayah Kota Yogyakarta didapatkan hasil sebanyak 42
(84%) responden menyatakan resah dan 8 (16%) responden menyatakan tidak resah
dengan semakin banyaknya jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota
Yogyakarta.

69

Tabel 6. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota No


79 Tahun 2010
No

Pendapat

Mengetahui

16

32%

Tidak Tahu

34

68%

50

100%

Jumlah

Frekuensi Presentase

Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota
No 79 Tahun 2010 didapatkan hasil sebanyak 16 (32%) responden menyatakan
mengetahui dan 34 (68%) responden menyatakan tidak mengetahui adanya Peraturan
Walikota No 79 Tahun 2010.
Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh dari responden,
dalam hal ini pedagang Pasar Kranggan merasa resah dengan keberadaan pasar
modern yang dari tahun ke tahun jumlahnya terus mengalami tren peningkatan,
Pemerintah harus dapat mendengar aspirasi yang mewakili pendapat pedagang pasar
tersebut dan Pemerintah harus memiliki keberpihakan kepada para pedagang pasar
mengingat sebagian besar pedagang pasar adalah masyarakat menengah kebawah
yang menjalankan kegiatan perekonomian di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu
hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden
pedagang Pasar Kranggan menyatakan tidak mengetahui terhadap adanya Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2010, dimana seharusnya sebuah peraturan yang akan
dijalankan di tengah-tengah masyarakat akan lebih baik jika diketahui terlebih dahulu

70

oleh masyarakat, kemudian diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat dan


selanjutnya akan dinilai melalui persepsi masyarakat mengenai peraturan tersebut,
tetapi dalam hal ini Pemerintah Kota Yogyakarta kurang dalam melakukan sosialisasi
kepada pedagang pasar mengenai peraturan tersebut sehingga ada missing link yang
terjadi antara pemerintah dengan pedagang pasar.
Peran pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pengaturan/regulasi ini
adalah dengan membuat peraturan untuk melindungi pasar tradisional yang berada di
wilayah Kota Yogyakarta yang ditujukan untuk pasar tradisional secara umum yang
didalamnya adalah termasuk Pasar Kranggan, dalam hal ini Pemerintah Kota
Yogyakarta telah membuat peraturan dalam bentuk Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010. Peraturan yang dibuat tersebut bertujuan untuk melindungi pasar
tradisional dari semakin banyak dan berkembang pesatnya pasar modern dalam
beberapa tahun terakhir ini dengan mengatur jarak minimal pendirian pasar modern
dari pasar tradisional dan dengan membatasi jumlah pasar modern dengan
menentukan kuota pasar modern di wilayah Kota Yogyakarta. Namun implementasi
dari Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut tampaknya kurang berjalan
sesuai dengan yang diharapkan karena masih terjadinya pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi terhadap peraturan tersebut, dalam hal ini Pemerintah Kota Yogyakarta
dituntut harus bisa menjalankan peraturan tersebut dengan lebih tegas sehingga tujuan
dari peraturan Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut benar-benar dapat
tercapai.

71

5.1.2

Peran Pemerintah dalam Fungsi Pembangunan


Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan dapat diartikan sebagai peran

yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah Kota Yogyakarta dalam kegiatankegiatan ekonomi masyarakat. Pemerintah Kota Yogyakarta menjalankan perannya
dalam fungsi pembangunan ini dengan melaksanakan program rehabilitasi/perbaikan
fisik bangunan pasar tradisional. Sejauh ini selain di Pasar Kranggan, rehabilitasi
pasar tradisional telah dilakukan di beberapa pasar tradisional seperti di Pasar
Beringharjo, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Ngasem dan Pasar Giwangan.
Dalam menjalankan program rehabilitasi pasar kranggan tahap/prosedur yang
harus dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi data, tahap ini merupakan tahap pengenalan masalah dan
pengumpulan data sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman pada waktu
sosialisasi awal. Pada tahap ini juga dilihat dari sisi ketersedian anggaran, jika
anggaran sudah disetujui oleh pemerintah kota maka akan segera dilakukan
sosialisasi.
2. Tahap sosialisasi, dalam tahap ini akan dilakukan sosialisasi kepada para
pedagang

pasar

kranggan,

mengakomodasikan,

menginventarisasi,

menyampaikan informasi dan penerimaan masukan dari pedagang.


3. Tahap pelelangan, dalam tahap ini akan dilihat kondisi pasar kranggan, jika
skala pembangunan kecil maka akan dilakukan perbaikan kecil, jika skala
besar maka akan direhabilitasi.

72

4. Penyerahan pekerjaan dari pemerintah kepada kontraktor.

Program rehabilitasi pasar kranggan ini dilaksanakan untuk memperbaiki


kondisi fisik bangunan Pasar Kranggan mengingat usia bangunan pasar kranggan
yang sudah tua ditambah dengan kondisi di beberapa titik pasar kranggan ini telah
mengalami kerusakan seperti atap yang bocor, talang-talang penyangga yang sudah
lapuk, lantai pasar yang ambles dan tembok-tembok yang sudah retak. Berikut adalah
gambaran mengenai kondisi pasar kranggan sebelum dilakukannya program
rehabilitasi:
Gambar 13. Kondisi Lantai Pasar Kranggan.

Gambar 14. Kondisi Lorong Pasar Kranggan.

73

Gambar 15. Kondisi Lapak Pedagang

Gambar 16. Kondisi Lapak Pedagang.

Dapat dilihat kondisi lapak-lapak pedagang yang terkesan seadanya yang


terbuat dari kayu-kayu yang sudah tua dan tidak tertatanya lapak-lapak pedagang
yang satu dengan yang lainnya membuat kesan sesak, kotor dan sempit muncul ketika
memasuki Pasar Kranggan, ditambah dengan kondisi lantai lorong-lorong di dalam
Pasar Kranggan yang mengalami kerusakan/berlubang dan terdapat genangangengangan air kotor membuat kesan kotor, becek dan jorok muncul ketika berjalan di
lorong-lorong Pasar Kranggan.
Dengan kondisi kondisi fisik bangunan pasar kranggan yang sudah tua
ditambah dengan kondisi di beberapa titik pasar kranggan seperti yang digambarkan
diatas program rehabilitasi pasar kranggan menjadi perlu untuk segera dilaksanakan.
Seperti yang diungkapkan oleh Udiyitno berikut:

74

Oke, kalau secara fisik memang kemudian yang menjadi kendala bagi kami
adalah bahwa selama ini kami mengalami sebuah proses yang sangat tidak
mengenakkan, diantaranya adalah: 1. Drainase atau saluran pembuangan air
maupun pembuangan limbah itu kemudian sudah terjadi kemacetan, artinya
mungkin juga desain pasar kranggan ini dulunya volumenya mungkin tidak
sebanyak itu tetapi dalam perkembangannya kan semakin banyak lalu
kemudian terjadi kemacetan. 2. Apabila turun hujan juga diatas sudah banyak
sekali atap-atap dan talangnya yang bocor dan sudah tidak bisa diatasi 3.
Kondisi bangunan yang sudah tua, banyak kayu-kayu yang sudah lapuk,
dibeberapa titik ada tembok-tembok yang sudah retak, selama ini keluhan
para pedagang adalah bahwa diatas bocor kemudian dibawahnya air tidak
dapat mengalir dengan baik dan kondisi fisik bangunan pasar kranggan yang
cukup mengkhawatirkan.12
Kemudian pernyataan yang hampir sama diungapkan oleh Ir. Supartama, MM
berikut ini:
Selain untuk mempercantik pasar tradisional, rehabilitasi pasar tradisional
ini dilakukan karena kami mencoba untuk mengikuti tren-nya program
pemerintah kota, jadi itu pemerintah kota memprogramkan pasar bersih dan
sehat, pasar sehat disini adalah bahwa pasar-pasar metode lama adalah
pasar yang artinya kemudian menggunakan atap yang terlalu rendah, jadi
artinya sirkulasi udaranya kurang, pencahayaan sinar mataharinya yang bisa
masuk ke dalam pasar sangat sedikit, saluran airnya mampet yang bisa
membuat jadi becek dan bau, dengan adanya rehabilitasi pasar tradisional
ini harapannya pasar tradisional ini akan menjadi semakin baik, kesan pasar
tradisional selama ini yang kotor, becek, jorok atau apa itu bisa segera hilang
berganti dengan kesan bersih dan sehat sehingga nyaman untuk dikunjungi,
gitu lho.13

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan Pemerintah Kota


Yogyakarta utuk merehabilitasi pasar kranggan telah tepat, karena dengan kondisi
seperti yang digambarkan tersebut pasar kranggan sangat perlu untuk direhabilitasi
12

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
13
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
75

agar kondisi fisik pasar kranggan menjadi semakin baik dan tidak ada lagi hal-hal
yang dapat mengganggu kegiatan jual beli di pasar kranggan seperti atap bocor, lantai
yang ambles, pasar yang becek dan saluran air yang mampet sehingga kegiatan jual
beli di pasar kranggan semakin nyaman.
Tujuan dari program rehabilitasi Pasar Kranggan ini selain untuk
memperbaiki kondisi fisik Pasar Kranggan adalah untuk menambah kapasitas
pedagang yang dapat ditampung di dalam Pasar Kranggan, mengingat beberapa
waktu yang lalu sempat terjadi sebuah konflik antara pedagang pasar, dimana
pedagang pasar yang berada di luar pasar ini dinilai mengganggu kegiatan jual-beli
pedagang yang berada di dalam pasar, sedangkan di sisi lain pedagang yang berada
diluar pasar ini ingin mendapatkan lapak didalam pasar. Dengan dilaksanakannya
program rehabilitasi ini diharapkan lapak-lapak baru yang dibangun lebih tertata dan
efisien dalam menampung pedagang sehingga jumlah kapasitas pedagang akan
bertambah kemudian pedagang yang selama ini berada diluar pasar dapat berjualan
didalam pasar sehingga tidak terjadi lagi konflik antara sesama pedagang.
Untuk merealisasikan program rehabilitasi pasar kranggan ini Pihak Pengelola
Pasar Kranggan mengajukan usulan kepada Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta,
kemudian Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta meneruskannya dengan
mengajukan proposal pengajuan anggaran kepada Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mendapatkan anggaran yang dibutuhkan untuk program rehabilitasi Pasar Kranggan.
Jumlah anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk program
rehabilitasi pasar kranggan ini adalah Rp. 2.000.000.000 yang berasal dari dana
76

APBD tahun anggaran 2013. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membiayai
seluruh proses rehabilitasi Pasar Kranggan dari tahap perencanaan sampai tahap
penyelesaian mulai dari belanja jasa konsultasi perencanaan, belanja konsultasi
pengawasan, biaya pendukung, tim kerja dan belanja untuk pengadaan konstruksi
bangunan.
Program rehabilitasi Pasar Kranggan ini dilakukan secara bertahap, tahap
pertama yang telah dikerjakan adalah pembangunan bagian tengah pasar yang saat ini
sudah selesai dilakukan, kemudian setelah bangunan tengah selesai akan dilanjutkan
dengan pembangunan bagian samping kanan dan kiri Pasar Kranggan yang
direncanakan akan selesai secara keseluruhan pasa tahun 2014 mendatang. Selama
dilakukannya proses rehabilitasi Pasar Kranggan, pedagang yang telah didata
kemudian untuk sementara akan direlokasi di bagian depan pasar kranggan dengan
los-los sementara yang telah disediakan oleh pihak pengelola Pasar Kranggan
sehingga kegiatan jual beli di Pasar Kranggan tidak terganggu dan tetap dapat
berjalan seperti biasanya.

77

Gambar 17. Grand Design Pasar Kranggan.

Gambar tersebut adalah desain pembangunan Pasar Kranggan. Pasar Kranggan


diproyeksi kurang lebih akan menjadi seperti desain tersebut, proses rehabilitasi Pasar
Kranggan saat ini telah dimulai dan direncanakan akan selesai pada tahun 2014
mendatang, proses rehabilitasi Pasar Kranggan ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
tahap pertama adalah rehabilitasi bagian tengah, kedua bagian samping kanan dan
ketiga bagian samping kiri. Saat ini proses rehabilitasi tahap pertama telah selesai
dilakukan, yang kemudian akan disusul dengan tahap yang kedua dan ketiga pada
awal tahun 2014 dan selesai pada akhir tahun 2014 nanti.
Kemudian berikut ini adalah kondisi pasar kranggan setelah pembangunan
tahap pertama yang telah selesai dikerjakan:

78

Gambar 18. Kondisi Lapak Baru Pasar Kranggan.

Gambar 19. Kondisi Lapak Baru Pasar Kranggan.

Kondisi Pasar Kranggan setelah dilakukannya program rehabilitasi terlihat menjadi


lebih baik dari yang sebelumnya, lapak-lapak pedagang sudah dibangun secara
permanen, lebih tertata rapi dan dapat menampung lebih banyak pedagang, lantai
pasar yang dipasang keramik warna putih yang menimbulkan efek bersih, atap
bangunan yang sudah tidak bocor dan lebih tinggi yang membuat sirkulasi udara dan

79

pencahayaan menjadi lebih baik sesuai dengan syarat pasar sehat. Fasilitas
pendukung yang ada di pasar kranggan juga akan ikut dibenahi seperti toilet,
musholla, penyediaan tempat sampah dan lahan parkir kendaraan.
Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui pendapat dari para pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak
program rehabilitasi yang sedang dilakukan di Pasar Kranggan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta ini bagi para pedagang didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program
rehabilitasi.
No

Pendapat

Frekuensi Presentase

Baik

41

82%

Tidak

18%

Jumlah

50

100%

Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program
rehabilitasi yang sedang dilakukan di Pasar Kranggan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta ini bagi para pedagang Pasar Kranggan didapatkan hasil sebanyak 41
(82%) responden menyatakan berdampak baik dan 9 (18%) responden menyatakan
tidak memiliki dampak yang baik, hampir dari seluruh responden menyatakan
program rehabilitasi yang dilakukan di Pasar Kranggan ini memiliki dampak yang

80

baik bagi mereka, artinya program rehabilitasi yang dilakukan di Pasar Kranggan ini
dampaknya telah dapat dirasakan oleh para pedagang Pasar Kranggan.
Dengan kondisi Pasar Kranggan yang sudah lebih baik dari yang sebelumnya
diharapkan pedagang yang menempati lapak-lapak yang baru ini dapat memanfaatkan
lapak dengan baik dengan tidak merusak lapak yang ditempati dan dengan selalu
menjaga kebersihan lapaknya karena setelah selesainya rehabilitasi Pasar Kranggan
tahap pertama ini pihak pengelola pasar kranggan mulai mencoba melakukan uji coba
sistem rotasi. Rotasi ini akan diberikan bagi pedagang yang masih menggelar barang
dagangannya di luar lapak, pedagang yang merusak/memodifikasi lapak yang
ditempati dan pedagang yang tidak dapat menjaga kebersihan lapaknya. Kemudian
pedagang yang dirotasi ini akan dipindahkan dan lapaknya akan ditempati oleh
pedagang lain, tujuannya adalah untuk melatih pedagang agar lebih disiplin dan
menumbuhkan kesadaran bagi pedagang untuk dapat menciptakan kondisi pasar yang
nyaman bagi pedagang dan pengunjung Pasar Kranggan.
Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan adalah keterlibatan pemerintah
dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, dalam hal ini Pemerintah Kota Yogyakarta
menjalankan perannya dengan melakukan program rehabilitasi Pasar Kranggan.
Dengan adanya program rehabilitasi Pasar Kranggan diharapkan dapat menjadikan
kondisi Pasar Kranggan lebih baik, sehat dan nyaman sehingga dapat lebih menarik
minat masyarakat untuk berkunjung dan berbelanja di Pasar Kranggan ditengah
semakin banyaknya pasar modern yang bermunculan saat ini sehingga diharapkan
kedepannya pasar tradisional mampu bersaing dengan pasar modern.
81

5.1.3

Peran Pemerintah dalam Fungsi Pemberdayaan


Peran dari Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan dapat

diartikan sebagai peran pemerintah untuk memberdayakan pedagang pasar tradisional


dan meningkatkan peran serta pedagang dalam kegiatan pelaksanaan pengelolaan
pasar kranggan. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta adalah pemberian
bantuan kepada para pedagang pasar kranggan agar para pedagang dapat lebih
mengembangkan usahanya. Bantuan tersebut terdiri dari pemberian bantuan pinjaman
modal serta pelatihan dan pembinaan bagi para pedagang pasar kranggan.
Bantuan pinjaman modal yang diberikan secara langsung kepada para
pedagang berupa uang tunai. Bantuan tersebut berasal dari dana APBD yang
diturunkan melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Prosedur untuk
mendapatkan bantuan pinjaman modal menurut Ir. Bambang Widiyatmoko kepala
bagian UKM Dinas Disperindagkoptan cukup mudah, seperti yang diungkapkan
dalam hasil wawancara secara pribadi pada tanggal 30 September 2013 pukul 10.00
berikut :
Untuk prosedur mendapatkan modal itu sebenarnya cukup mudah, ya
hampir sama ya, pertama para pedagang itu membuat proposal ya, proposal
itu kan digunakan sebagai acuan ya bagi pihak Bank atau penyelenggara
program untuk mengetahui ya, untuk mengetahui istilahnya company profile
dari pelaku usaha itu, jadi alamatnya dimana, sudah usaha sejak kapan,
kemudian punya tenaga kerja berapa, kebutuhan modal itu berapa mau
digunakan untuk apa, biasanya begitu. Biasanya setelah proposal diajukan
itu akan disurvei oleh pihak Bank kemudian kalo layak diberikan nanti

82

langsung diberikan pelatihan terus kemudian ee diberikan modal itu langsung


ditransfer ke rekening si pemohon itu. 14

Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui apakah para pedagang Pasar Kranggan pernah mendapat bantuan
pinjaman modal dan bagaimana pendapat para peagang Pasar Kranggan mengenai
prosedur untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 8. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai pinjaman modal.
No

Pendapat

Frekuensi Presentase

Pernah

28

56%

Tidak Pernah

22

44%

Jumlah

50

100%

Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan untuk mengetahui


apakah para pedagang Pasar Kranggan pernah mendapat bantuan pinjaman modal
didapatkan hasil sebagai berikut, sebanyak 28 (56%) responden menyatakan pernah
dan 22 (44%) responden menyatakan tidak pernah mendapat bantuan pinjaman
modal.

14

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko, kepala bagian UKM Dinas
Disperindagkoptan pada 30 September 2013.
83

Kemudian pertanyaan selanjutnya yang ditujukan kepada para pedagang Pasar


Kranggan adalah mengenai prosedur bantuan pinjaman modal, dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 9.Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur pinjaman
modal.
No

Pendapat

Frekuensi Presentase

Mudah

28

56%

Tidak Mudah

22

44%

Jumlah

50

100%

Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan yang pernah mendapatkan
bantuan pinjaman modal tersebut kemudian diberikan pertanyaan lanjutan untuk
mengetahui pendapat para pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur untuk
mendapatkan bantuan pinjaman modal didapatkan hasil sebagai berikut, sebanyak 28
(56%) responden menyatakan mudah dan 22 (44%) responden menyatakan prosedur
untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal tidak mudah, dari hasil survei tersebut
dapat dilihat jawaban yang diberikan oleh para pedagang Pasar Kranggan antara yang
menjawab mudah dan tidak mudah selisihnya tidak terlalu banyak, ini berarti masih
cukup banyak pedagang Pasar Kranggan yang menganggap bahwa prosedur untuk
mendapatkan pinjaman bantuan modal tersebut tidak mudah/rumit. Sedangkan jika
melihat data hasil wawancara kepada Dinas Disperindagkoptan prosedur untuk
mendapatkan bantuan pinjaman modal dari pemerintah itu mudah. Untuk mengajukan

84

pinjaman bantuan modal, para pedagang pasar hanya diminta untuk membuat
proposal yang berisi tentang informasi-informasi dari si pemohon bantuan pinjaman
sebagai syarat utamanya untuk kemudian akan dilakukan survei kepada si pemohon
bantuan pinjaman modal untuk dinilai layak tidaknya mendapatkan bantuan pinjaman
modal tersebut, karena bantuan pinjaman modal ini lebih diprioritaskan bagi
pedagang kecil dan pelaku usaha kecil menengah yang membutuhkan bantuan.
Dalam hal ini nampaknya terjadi missing antara pihak pedagang Pasar
Kranggan dengan pihak pemerintah, dimana sebagian pedagang Pasar Kranggan
masih menganggap prosedur untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal masih
rumit, namun jika dilihat dengan seksama prosedur untuk mendapatkan bantuan
pinjaman modal dalam hal ini tidak ada proses yang berbelit-belit atau menyulitkan
para pedagang untuk medanapatkan bantuan pinjaman modal ini. Pemerintah Kota
Yogyakarta harus melakukan sosialisasi yang lebih kepada para pedagang agar tidak
terjadi lagi missing informasi dalam hal pinjaman modal.
Lebih lanjut ketika ditanya mengenai keluhan dari para pedagang dalam
pengajuan bantuan pinjaman modal, Ir. Bambang Widiyatmoko menuturkan:
Kalau masalah itu saya kira yang lebih tahu malah mungkin yang
perbankan ya, karena ini dana ini langsung kepada si peminjam ya, jadi ya
mungkin nek kalau keluhannya itu gini kalau pinjam diatas Rp. 20.000.000
kan harus pakai agunan, lah itu yang sering dikeluhkan, sebetulnya agunan
ini penting karena sebagai rasa tanggungjawab si peminjam, kalau gak pakai
agunan kan nanti nyepelekke gitu, kalau ini kan agunan dititipkan di pihak
perbankan jadi otomatis kan ada itikad untuk nyicil gitu lah. Itu mungkin
yang menyebabkan para pemohon bantuan pinjaman modal mengeluh
sebelum meminjam karena harus pakai agunan, tapi untuk dibawah Rp.
20.000.000 kan tidak harus pakai agunan. Selain agunan yang biasanya
dikeluhkan adalah bunga, bunganya mungkin terlalu tinggi, padahal untuk
85

KUR itu bunganya ringan. Mungkin sebenarnya mereka hanya kurang paham
saja. 15
Kemudian pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Waltijo,
Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar kranggan:
Sebagian pedagang di pasar kranggan ini kalau ditanyai tentang pinjaman
modal atau hutang itu biasanya pada takut mas, pandangan mereka itu kalu
hutang atau pinjam modal gitu mesti ribet ngurusnya ditambah bunga
hutangnya tinggi.16

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan kurangnya pemahaman dari para


pemohon bantuan pinjaman modal ini membuat mereka (pedagang) sering mengeluh
mengenai rumitnya cara mendapat bantuan pinjaman modal, untuk itu dibutuhkan
adanya sosialisasi yang lebih rutin kepada para pedagang kecil dan pelaku usaha kecil
menengah agar para pedagang pasar/ pelaku usaha kecil menengah lainnya benarbenar mengetahui dan paham mengenai masalah cara/syarat untuk mendapatkan
bantuan pinjaman modal ini.
Bantuan pinjaman modal ini diberikan secara langsung kepada pedagang
dalam bentuk uang tunai dengan bunga yang ringan 12% per tahun sehingga tidak
memberatkan pedagang dan pelaku usaha kecil menengah lainnya, syarat yang
dibutuhkan untuk mengajukan bantuan pinjaman modal juga tidak serumit yang
dibayangkan oleh pedagang dan pelaku usaha kecil menengah selama ini, untuk itu
butuh sosialisasi yang lebih rutin agar para pedagang pasar dan pelaku usaha kecil
15

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko, kepala bagian UKM Dinas
Disperindagkoptan pada 30 September 2013.
16
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
86

menengah lainnya benar-benar mengetahui dan paham mengenai masalah bantuan


pinjaman modal ini.
Selain dengan memberikan bantuan pinjaman modal kepada pedagang,
Pemerintah Kota Yogyakarta secara intensif telah melakukan pelatihan dan
pembinaan kepada pedagang pasar kranggan untuk dapat meningkatkan kinerja dan
partisipasi pedagang dalam pengelolaan Pasar Kranggan. Seperti yang disampaikan
oleh Udiyitno:
Pelatihan dan pembinaan bagi pedagang pasar kranggan ini dilakukan
secara periodik dan rutin adanya, nanti pedagang kita kumpulkan barengbareng terus kita beri pelatihan, pelatihannya macem-macem mas, ada
pelatihan dalam melayani istilahnya biar pedagang itu tahu bagaimana sih
menghadapi pembeli dengan baik, dan pedagang disini dibina untuk ikut
serta istilahnya disini pedagang juga terlibat dalam kebersihan pasar,
pengelolaan sampah, keamanan, mendirikan paguyuban dan diikutkan ketika
ada rapat-rapat penting. 17
Pernyataan diatas kemudian dikuatkan oleh Waltijo, Wakil Ketua dari
paguyuban pedagang pasar kranggan, dengan mengatakan:
iya mas, pedagang disini sudah mulai bisa apa-apa sendiri tidak cuma
njagakke pak lurah terus kayak dulu, setelah dibentuknya paguyuban ini
pemerintah mulai rutin mengadakan pertemuan dan pelatihan biar pedagang
disini itu bisa mandiri. Ya piye yo? gampangane pasar iki kan pasar e
awakdewe sing dodolan neng kene, kudune awakdewe iso melu ngurus pasar
kranggan iki mas, gitu mas gampangane. 18
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pelatihan dan pembinaan pedagang Pasar Kranggan ini berjalan

17

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
18
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
87

cukup baik. Sejauh ini telah dilaksanakan 12 kali pertemuan dengan pedagang pasar
kranggan. Pertemuan pertama sekaligus sebagai pembuka diisi oleh mantan Walikota
Yogyakarta Bapak Herry Zudianto yang menyampaikan materi diskusi tentang
pentingnya peran pasar tradisional, kemudian diikuti dengan pertemuan-pertemuan
selanjutnya dengan dengan memberikan materi pelatihan dan praktek tentang
pengelolaan kebersihan pasar, kewirausahaan, pencatatan barang dan layout kios, tata
cara pelayanan kepada konsumen, koperasi pasar tradisional, kerjasama pedagang
pasar, kerjasama pembelian dan penjualan antar pedagang, pengembangan usaha,
keanggotaan koperasi pasar, kerjasama antar koperasi pasar tradisional dan
pertemuan dengan mantan Bupati Bantul Bapak Idham Samawi yang memberikan
materi tentang kebijakan pemerintah mengenai pasar tradisional.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah
melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta ini dilakukan bekerjasama dengan
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM. Kegiatan pelatihan pedagang Pasar
Kranggan diawali dengan mengumpulkan pedagang untuk kemudian dilakukan
diskusi untuk mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara pemerintah dan
pedagang dan sebaliknya, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan praktek tentang apa
yang telah didiskusikan sebelumnya seperti praktek mengenai Koperasi Pasar dimana
pedagang disini langsung dicoba untuk masuk kedalam struktur Koperasi dan
mencoba untuk ikut mengelola koperasi Pasar Kranggan secara langsung dengan
didampingi oleh petugas dari pihak Pengelola Pasar Kranggan dan PUSTEK UGM
untuk membantu dan membimbing pedagang dalam mengelola Koperasi Pasar
88

Kranggan. Kemudian praktek mengenai tata cara pelayanan dengan mengajarkan


bagaimana cara pelayanan yang baik, pedagang Pasar Kranggan diajarkan untuk lebih
bersifat ramah kepada pengunjung dalam berkomunikasi, lebih cekatan dalam
melayani pengunjung dan diajarkan untuk mengelola lapak dengan baik dan dalam
mengelola keuangan, dengan harapan agar pedagang Pasar Kranggan kedepannya
mampu mengembangkan usahanya dengan lebih baik dan mandiri.
Kemudian dalam kegiatan pembinaan pedagang, disini pedagang Pasar
Kranggan dibina dalam hal organisiasi dengan mendirikan sebuah paguyuban
pedagang Pasar Kranggan untuk dijadikan sebagai wadah penampungan aspirasi dari
para pedagang dan mempermudah untuk mendekatkan seluruh pedagang Pasar
Kranggan. Kemudian pedagang disini juga dilibatkan dalam mengelola kebersihan
dan keamanan, dimana pedagang disini dibagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu
yang kemudian diberikan tugas untuk mengelola kebersihan dan keamanan pasar
secara bergiliran setiap harinya.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah
melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta yang bekerjasama dengan Pusat
Studi Ekonomi Kerakyatan UGM seperti yang telah dipaparkan tersebut dilakukan
secara berkelanjutan sampai saat ini, pihak pengelola Pasar Kranggan dan Pusat Studi
Ekonomi Kerakyatan UGM masih rutin melakukan pertemuan dengan pedagang
untuk mengetahui bagaimana perkembangan pedagang dan perkembangan Pasar
Kranggan.

89

Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan ini antara lain
adalah dengan memberikan bantuan pinjaman modal bagi pedagang Pasar Kranggan
dengan omzet yang kecil agar pedagang-pedagang kecil tersebut dapat semakin
mengembangkan usahanya agar tidak ada pedagang kecil yang usahanya mengalami
gulungtikar, kemudian ditambah dengan mengadakan kegiatan pelatihan dan
pembinaan pedagang dalam hal Pengelolaan pasar Kranggan. Bantuan pinjaman
modal yang diberikan bertujuan untuk mempermudah dan menunjang pedagang Pasar
Kranggan dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan pelatihan dan pembinaan
diberikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia para pedagang pasar
kranggan agar semakin menjadi lebih baik, kreatif dan lebih mandiri.
5.2

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERANPEMERINTAH KOTA

YOGYAKARTA DALAM MENGELOLA PASAR KRANGGAN


Bab ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peran
Permerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Faktor-faktor yang
disorot dalam penelitian ini adalah faktor ketersediaan anggaran, faktor partisipasi
pedagang dan partisipasi stakeholder.
5.2.1

Ketersediaan Anggaran
Ketersediaan anggaran merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung

peran pemerintah. Untuk menjalankan sebuah program tentu membutuhkan adanya


aliran dana dan dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Dalam hal ini Permerintah Kota

90

Yogyakarta membutuhkan dana untuk melaksanakan program rehabilitasi bangunan


Pasar Kranggan. Anggaran ini dibutuhkan untuk memberikan bantuan pinjaman
modal dan untuk membiayai seluruh proses rehabilitasi Pasar Kranggan dari tahap
perencanaan sampai tahap penyelesaian, mulai dari belanja jasa konsultasi
perencanaan, belanja konsultasi pengawasan, biaya pendukung, tim kerja dan belanja
untuk pengadaan konstruksi bangunan.
Anggaran yang digunakan untuk memberikan bantuan pinjaman modal bagi
para pelaku usaha kecil menengah dan pedagang pasar di wilayah Kota Yogyakarta
ini dikelola oleh Bank Jogja, Bank yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
sebagai Bank yang menangani masalah perkreditan pelaku usaha di Kota Yogyakarta,
dana penyertaan modal dari Bank Jogja tiap tahunnya terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Tabel 10. Dana penyertaan modal Bank Jogja
No

Tahun

Dana Penyertaan Modal

2012

Rp. 20.000.000.000

2013

Rp. 25.000.000.000

2014

Rp. 45.000.000.000

Sumber: Dinas Disperindagkoptan Kota Yogyakarta


Aggaran dana penyertaan modal dari Bank Jogja khusus ditujukan sebagai dana
pinjaman modal bagi para pelaku usaha kecil menengah agar para pelaku usaha kecil
menengah semakin mudah untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal dengan

91

bunga yang cukup rendah dibandingkan dengan Bank yang lain dimana saat ini bunga
pinjaman di bank Jogja kurang dari 12% per tahunnya.
Kemudian anggaran yang digunakan untuk melakukan perbaikan fisik
bangunan pasar kranggan bersumber dari dana APBD tahun anggaran 2013 yang
diturunkan melalui Dinas Pembangunan dan Aset Daerah kepada Dinas Pengelola
Pasar kota Yogyakarta. Untuk mendapatkan kucuran anggaran dari Pemerintah, pihak
pengelola pasar kranggan mengajukan usulan kepada Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta, kemudian Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta mengajukan proposal
pengajuan anggaran kepada Pemerintah Kota Yogyakarta. Kemudian proposal
pengajuan tersebut akan dipelajari terlebih dahulu sebelum mendapatkan persetujuan
dari pemerintah.
Seperti yang diungkapkan oleh Drs. Risdianto, bagian sekertariat alih data dan
laporan Dinas Pembangunan dan Aset Daerah. Beliau mengungkapkan:
Jadi untuk anggaran ini kewenangan sepenuhnya ada ditangan pemerintah,
ee disini kan Dinas Pembangunan dan Aset Daerah ini berperan seperti
perantara dalam menyalurkan anggaran. Jadi misalnya kalau masalah pasar
kranggan ini kan urusannya Dinas Pengelola Pasar, jadi nanti ya Dinas
Pengelola Pasar yang mengajukan usul anggaran ke Pemerintah gitu, ee
terus jika Pemerintah meng-iyakan anggaran itu baru Dinas Pembangunan
dan Aset Daerah ini menyalurkan anggaran dari APBD ke Dinas Pengelola
Pasar. 19
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Udiyitno:
Alokasi anggaran ya? ee jadi kalo rehabilitasi pasar ini memang kemudian
kami hanya seperti usulan, kami kan pengelola, kami tidak kemudian
mempunyai kewenangan istilahnya ee tapi kami boleh memberikan masukan
19

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Drs. Risdianto, bagian sekertariat alih data dan laporan
Dinas Pembangunan dan Aset Daerah 4 Oktober pada 19 September 2013.
92

ee saran kepada pemkot, kalau alokasi dana itu merupakan kewenangan ada
di Dinas, ada di kemudian di pemerintah kota, termasuk rehabilitasi pasar
ini, misalnya pada tahun ini akan kemudian mengadakan rehabilitasi pasar
dengan dana berapa, lalu kemudian nanti dari pengelola akan kemudian
mengusulkan, kalau alokasi memang kemudian tetap ada di posisi pemerintah
kota. Untuk anggaran rehabilitasi pasar ini Alhamdulillah kemarin prosesnya
cepat.20

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan Pemerintah Kota Yogyakarta


masih mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pasar tradisional dengan
merespon usulan anggaran yang diajukan oleh Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta dengan memberikan kucuran anggaran kepada Dinas Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta yang digunakan untuk melakukan rehabilitasi pasar kranggan.
Berikut merupakan rincian jumlah anggaran yang dialokasikan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta yang digunakan untuk rehabilitasi pasar kranggan:
Tabel 11. Rincian Anggaran Rehabilitasi Pasar Kranggan.
No. Rincian Anggaran

Jumlah (Rp.)

Belanja Fisik/Konstruksi

Rp. 1.873.650.000

Belanja Jasa Konsultasi Perencanaan

Rp. 52.500.000

Belanja Jasa Konsultasi Pengawasan

Rp. 50.000.000

Biaya Pendukung

Rp. 10.960.000

Tim Kerja

Rp. 12.890.000

Jumlah:

Rp. 2.000.000.000

20

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
93

Sumber: Dinas Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta.


Jumlah anggaran yang dialokasikan Pemerintah Kota Yogyakarta yang
digunakan untuk rehabilitasi pasar kranggan setelah selesai pelaksanaan rehabilitasi
tahap pertama ini mengalami penambahan, penambahan ini perlukan untuk belanja
fisik/konstruksi, dimana rincian jumlah anggarannya berubah menjadi:
Tabel 12. Perubahan Rincian Anggaran Rehabilitasi
No. Rincian Anggaran

Jumlah (Rp.)

Belanja Fisik/Konstruksi

Rp. 2.062.650.000

Belanja Jasa Konsultasi Perencanaan

Rp. 52.500.000

Belanja Jasa Konsultasi Pengawasan

Rp. 50.000.000

Biaya Pendukung

Rp. 10.960.000

Tim Kerja

Rp. 12.890.000

Jumlah:

Rp. 2.189.000.000

Sumber: Dinas Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta.


Dari data jumlah anggaran yang di alokasikan diatas dapat dilihat bahwa
kepedulian yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap pasar
tradisional dalam hal ini pasar kranggan cukup besar dengan memberikan anggaran
yang besar untuk rehabilitasi pasar kranggan ini. Hal ini juga diungkapkan oleh Ir.
Supartama, MM:
Pemerintah yang sekarang ini sudah lebih memperhatikan keberadaan
pasar-pasar tradisional, mulai tahun 2012 kemarin pasar-pasar tradisional
yang masih ada ini rencananya akan direhab, ee diperbaiki kondisinya agar

94

semakin baik dengan dana dari pemerintah kota dan salah satunya yang
direhab ya pasar kranggan itu. 21
Dari besarnya anggaran yang di alokasikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
untuk bantuan pinjaman modal dan rehabilitasi pasar kranggan, diharapkan dapat
semakin membantu para pedagang kecil menengah dalam mengembangkan usahanya
menjadi semakin mandiri dan dapat menciptakan kondisi pasar yang lebih baik dan
nyaman, sehingga kedepannya baik Pasar Kranggan maupun pasar-pasar tradisional
lainnya yang masih ada dapat bersaing dengan semakin banyaknya pasar modern
yang ada di wilayah Kota Yogyakarta saat ini.
Ketersediaan anggaran menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
peran dari Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan karena
dengan adanya alokasi anggaran dari pemerintah tersebut dapat digunakan sebagai
dana pinjaman modal bagi pelaku usaha kecil menengah dan dapat digunakan untuk
pelaksanaan program rehabilitasi Pasar Kranggan, semakin banyak anggaran yang
diberikan maka peran yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta akan lebih
optimal dan semakin terlihat pula keberpihakan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola Pasar Kranggan dan pasar tradisional pada umumnya.
5.2.2

Partisipasi Pedagang Pasar


Partisipasi pedagang pasar dapat diartikan sebagai berbagai kegiatan

pedagang pasar yang timbul atas kehendak sendiri dan keinginan sendiri dalam
21

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
95

mengelola Pasar Kranggan sesuai dengan hak dan kewajiban mereka. Partisipasi
pedagang Pasar Kranggan dalam mengelola pasar adalah dengan membentuk
paguyuban pedagang pasar kranggan, pengelolaan kebersihan pasar, keamanan dan
aktif dalam pelatihan dan pembinaan yang diberikan oleh Dinas Pengelola Pasar kota
Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan oleh Udiyitno:
Jadi agar kemudian eee keberadaan pasar itu sangat bermanfaat dan
kemudian artinya bisa digunakan dengan semaksimal mungkin, kan gitu.
Sejauh ini mereka kami dampingi, sebagian besar itu udah aktif sendiri, tau
apa yang harus mereka kerjakan. Jadi artinya karena mereka yang
menggunakan jadi istilahnya pemerintah itu yang menyediakan fasilitas, yang
menggunakan kan justru mereka, jadi kami harus menerima unek-unek
mereka biar kemudian menjadi lebih bermanfaat bagi kita. 22
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Ir. Supartama, MM Beliau
mengatakan:
Ya yang namanya manajemen partisipatif ya otomatis diutamakan itu, bukan
hanya menyertakan. Diutamakan bagian daripada penentu kebijakan, ngono
lho, jadi lebih sekedar dari hanya menyertakan lho ya, melibatkan sebagai
penentu. Seperti contohnya tadi baik dipasar Kranggan maupun di
Beringharjo, terus terkait dengan itu partisipasi mereka yang dikoordinir oleh
paguyuban baik itu menyangkut kebersihannya, menyangkut keamanannya
dan lain sebagainya. Dalam kepengurusan mereka berhak dipilih dan berhak
memilih, terus dalam hal apa yang akan menurut dia itu baik mereka harus
berpartisipasi jadi mereka itu seperti sebagai salah satu komponen
penting.23
Kemudian pernyataan-pernyataan diatas dikuatkan oleh Waltijo, dengan
mengatakan:
Iya mas, pedagang disini sudah mulai bisa apa-apa sendiri tidak cuma
njagakke pak lurah terus kayak dulu, setelah dibentuknya paguyuban ini
22

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
23
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
96

pemerintah mulai rutin mengadakan pertemuan dan pelatihan biar pedagang


disini itu bisa mandiri. Ya piye yo? gampangane pasar iki kan pasar e
awakdewe sing dodolan neng kene, kudune awakdewe iso melu ngurus pasar
kranggan iki mas, gitu mas gampangane. 24

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan tingkat partisipasi pedagang


Pasar Kranggan dalam mengelola pasar cukup tinggi, dilihat dari aktifnya pedagang
untuk ikut dalam paguyuban, mengikuti kegiatan pelatihan dan pembinaan pedagang,
terlibat dalam mengelola kebersihan dan keamanan pasar sehingga dengan kondisi
tersebut semakin mendekati harapan dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mewujudkan kondisi Pasar Kranggan yang mandiri.
Paguyuban pedagang Pasar Kranggan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah
untuk bertemu, bertukar pikiran dan menjadi wadah untuk menyalurkan aspirasi
pedagang pasar kranggan kepada pihak pengelola pasar dan pemerintah. Anggota dari
paguyuban ini adalah para pedagang yang berjualan di Pasar Kranggan. Anggotaanggota paguyuban pedagang Pasar Kranggan rutin melakukan pertemuan bulanan
untuk membahas rencana-rencana kegiatan paguyuban yang akan dilakukan
selanjutnya. Dalam pertemuan rutin biasanya juga diadakan rapat dengan pihak
pengelola Pasar Kranggan dan pemerintah kota yogyakarta untuk membahas tentang
masalah yang ada di Pasar Kranggan untuk kemudian menyelesaikan masalah
tersebut secara bersama-sama. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan dari Udiyitno:
Memang sebelum kami ingin melakukan apapun justru dari istilahnya kalau
di daerah ada musrembang ya tapi kalau di pasar kan kemudian memang ada
24

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
97

istilahnya secara periodik bahwa dinas itu melakukan pembinaan pedagang


nah disitulah kemudian nanti muncul-muncul ide-ide yang disampaikan
kemudian akan dicatat oleh pemkot dan disitu akan dijadikan bahan kami
untuk melakukan rapat koordinasi. Jadi banyak sekali dan itu memang
hukumnya wajib harus kita bisa menyampaikan aspirasi dari para pedagang.
Jadi pintu-pintu yang kami pakai adalah pintu paguyuban, jadi disetiap pasar
itu ada paguyubannya kemudian ee ditingkat dinas juga ada ee ketua
paguyuban seluruh pasarnya. 25
Hal ini kemudian dikuatkan oleh pernyataan Waltijo:
Iya mas, sekarang kami (pedagang) sering diajak rapat bareng jadi kami
(pedagang) itu tau pasar ini itu mau diapakan, kami (pedagang) juga boleh
usul ke pemerintah, jadi kami (pedagang) istilahnya mulai dianggeplah mas
sama pemerintah. 26
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan pedagang pasar kranggan benarbenar ikut serta dan dilibatkan dalam setiap pertemuan penting/ rapat pengambilan
keputusan yang menyangkut tentang pasar kranggan. Sehingga penyampaian aspirasi
dari para pedagang pasar kranggan yang disampaikan melalui perwakilan paguyuban
dalam pertemuan dengan pihak pengelola pasar dan pemerintah Kota Yogyakarta bisa
tersampaikan dengan baik dan secara langsung.
Kemudian peneliti melakukan survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar
Kranggan untuk mengetahui pendapat dari para pedagang Pasar Kranggan mengenai
partisipasi pedagang dalam mengelola Pasar Kranggan dengan hasil sebagai berikut:

25

Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
26
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
98

Tabel 13. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai partisipasi pedagang.


No

Pendapat

Dilibatkan

Frekuensi Presentase
42

84%

Tidak

16%

Jumlah

50

100%

Dari data hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai


partisipasi pedagang dalam mengelola Pasar Kranggan didapatkan hasil sebanyak 42
(84%) responden menyatakan ikut dilibatkan dan 8 (15%) responden menyatakan
tidak ikut terlibat dalam mengelola Pasar Kranggan, hampir dari seluruh responden
menyatakan ikut dilibatkan oleh pihak pengelola pasar dalam mengelola Pasar
Kranggan, hal ini dapat diartikan pihak pengelola Pasar Kranggan benar-benar ikut
melibatkan para pedagang dalam mengelola Pasar Kranggan dengan tingkat
partisipasi dari pedagang yang tinggi.

Partisipasi pedagang menjadi faktor yang mempengaruhi peran dari


Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan, karena suatu program
yang sudah diimplementasikan tentu saja tidak akan ada artinya kalau tidak ada
dukungan dari para pedagang pasar kranggan.

99

5.2.2

Kerjasama Stakeholder
Kerjasama stakeholder dalam hal ini dapat diartikan sebagai berbagai kegiatan

yang dilakukan secara bersama-sama oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta dan
stakeholder yang terkait untuk terlibat dalam menangani suatu permasalahan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Kerjasama yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta dan stakeholder ini adalah kerjasama dalam mengelola
Pasar Kranggan, stakeholder yang diajak bekerjasama dalam hal ini adalah Pusat
Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM. Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan
(PUSTEK) UGM sendiri adalah sebuah lembaga penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam bidang ekonomi yang memiliki tujuan untuk melaksanakan kajiankajian dalam bidang teori dan praksis ekonomi Indonesia.
Kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Pusat
Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM dalam mengelola Pasar Kranggan ini
adalah dalam hal pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar
Kranggan. Kegiatan pelatihan pedagang Pasar Kranggan diawali dengan menentukan
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan mengumpulkan pedagang untuk kemudian melakukan diskusi bersama, lalu
dilanjutkan dengan kegiatan praktek tentang apa yang telah didiskusikan sebelumnya
seperti praktek mengenai kegiatan pelaksanaan Koperasi Pasar dimana pedagang
disini langsung dicoba untuk masuk kedalam struktur Koperasi dan mencoba untuk
ikut mengelola koperasi Pasar Kranggan secara langsung dengan didampingi oleh
petugas dari pihak Pengelola Pasar Kranggan dan PUSTEK UGM untuk membantu
100

dan membimbing pedagang dalam mengelola Koperasi Pasar Kranggan. Kemudian


praktek mengenai tata cara pelayanan dengan mengajarkan bagaimana cara pelayanan
yang baik, pedagang Pasar Kranggan diajarkan untuk lebih bersifat ramah kepada
pengunjung dalam berkomunikasi, lebih cekatan dalam melayani pengunjung dan
diajarkan untuk mengelola lapak dengan baik dan dalam mengelola keuangan, dengan
harapan agar pedagang Pasar Kranggan kedepannya mampu mengembangkan
usahanya dengan lebih baik dan mandiri.

Kerjasama antara Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pusat Studi Ekonomi


Kerakyatan (PUSTEK) UGM menjadi faktor yang mempengaruhi dan mendukung
peran dari Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan, karena
PUSTEK UGM dalam hal ini ikut mendukung terlaksananya kegiatan pelatihan dan
pembinaan pedagang Pasar Kranggan dengan baik, hingga pelaksanaan kegiatan
pelatihan dan pembinaan tersebut sampai saat ini masih dilakukan secara
berkelanjutan.

101

5.3 Pengeloaan Pasar Kranggan Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta


Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengeloala Pasar Kranggan ini
diwujudkan dengan menjalankan tiga peran Pemerintah dalam fungsi regulasi, fungsi
pembangunan dan fungsi pemberdayaan.
Peran pemerintah dalam fungsi regulasi dijalankan dengan mengeluarkan
suatu peraturan yakni Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2010 yang bertujuan
untuk melindungi pasar tradisional yang ada di wilayah Kota Yogyakarta secara
umum, termasuk didalamnya adalah Pasar Kranggan. Menurut Peraturan Walikota
nomor 79 Tahun 2010 tersebut pemerintah melarang adanya pendirian pasar modern
dengan jarak < 400 meter, membatasi kuota maksimal pasar modern yang diijinkan
berdiri yaitu maksimal 52 unit dan mencabut ijin/ menutup paksa sebuah toko modern
yang didapati melanggar Peraturan Walikota Nomor 79 Yahun 2010 tersebut.
Namun nampaknya implementasi dari peran regulasi dengan mengeluarkan
Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut kurang berjalan sesuai dengan
apa yang ditertulis dalam peraturan tersebut karena dalam kenyataannya saat ini
masih banyak ditemui adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap
peraturan tersebut seperti pelanggaran mengenai jarak minimum pendirian pasar
modern dari pasar tradisional dan pelanggaran mengenai batas maksimal kuota pasar
modern yang diijinkan berdiri, dimana saat ini jumlah pasar modern yang ada di
wilayah Kota Yogyakarta telah mencapai 72 Unit. Ditambah sampai saat ini belum
ada tindakan yang tegas dari Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menertibkan

102

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap Peraturan Walikota Nomor 79 Tahun


2010 tersebut.
Seharusnya dalam menjalankan perannya dalam fungsi regulasi ini
Pemerintah Kota Yogyakarta harus dapat menjalankan Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010 tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam peraturan tersebut,
sehingga tidak terjadi adanya pelanggaran seperti pelanggaran-pelanggaran mengenai
jarak minimal pendirian pasar modern dari lokasi pasar tradisional, pelanggaran
mengenai jumlah pasar modern di wilayah Kota Yogyakarta yang saat ini telah
melebihi kuota maksimal yang diijinkan dan menjalankan peraturan Walikota Nomor
79 Tahun 2010 dengan tegas, dengan memberikan sanksi pencabutan ijin/penutupan
bagi pasar modern yang melanggar peraturan tersebut sehingga dapat menimbulkan
efek jera bagi pasar modern yang melanggar peraturan tersebut mengingat
perkembangan pasar modern ini semakin membuat resah para pedagang pasar.
Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan adalah tindakan yang berkaitan
dengan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada
diwilayahnya, peran ini dijalankan dengan melaksanakan program rehabilitasi Pasar
Kranggan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi Pasar Kranggan. Menurut
rencana program rehabilitasi ini, pemerintah Kota Yogyakarta akan malakukan
sosialisasi kepada pedagang Pasar Kranggan mengenai adanya program rehabilitasi
ini, kemudian melakukan relokasi pedagang, lalu melaksanakan rehabilitasi Pasar
Kranggan dalam 3 tahap, tahap pertama pembangunan bagian tengah, tahap kedua

103

pembangunan bagian kanan pasar, tahap ketiga pembangunan bagian kiri pasar yang
direncanakan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2014.
Implementasi peran pemerintah dalam fungsi pembangunan dengan
melaksanakan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini telah berjalan dengan baik,
dimana program rehabilitasi ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, dari tahap
sosialisasi, relokasi dan penyelesaian proses pembangunan tahap 1. Para pedagang
Pasar Kranggan menyambut baik dengan adanya program rehabilitasi yang dilakukan
di Pasar Kranggan ini mengingat sudah lama mereka menginginkan adanya
rehabilitasi terhadap Pasar Kranggan agar dapat menciptakan kondisi pasar yang
lebih baik dan nyaman. Selain itu menurut para pedagang dengan adanya program
rehabilitasi Pasar Kranggan yang direncanakan akan selesai secara keseluruhan pada
tahun 2014 ini diharapkan akan dapat menyelesaikan konflik yang ada di Pasar
Kranggan, dimana pedagang pasar yang berada di luar pasar ini dinilai mengganggu
kegiatan jual-beli pedagang yang berada di dalam pasar, sedangkan di sisi lain
pedagang yang berada diluar pasar ini ingin mendapatkan lapak didalam pasar. Para
pedagang berharap program rehabilitasi Pasar Kranggan ini dapat menyediakan
lapak-lapak baru yang lebih tertata dan efisien dalam menampung pedagang agar
jumlah kapasitas pedagang yang dapat ditampung oleh Pasar Kranggan akan
bertambah sehingga pedagang yang selama ini berada diluar pasar dapat berjualan
didalam pasar sehingga tidak terjadi lagi konflik antara sesama pedagang.
Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan ini dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan anggaran, dimana untuk menjalankan program rehabilitasi Pasar
104

Kranggan ini membutuhkan adanya aliran dana. Dana yang dibutuhkan untuk
memenuhi segala kebutuhan dan pelaksanaan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini
adalah sejumlah Rp. 2.189.000.000 yang berasal dari anggaran APBD Kota
Yogyakarta.
Peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan ini bertujuan untuk dapat
memberdayakan para pedagang Pasar Kranggan agar mereka kedepannya dapat lebih
mengembangkan usahanya agar usaha pedagang pasar yang mayoritasnya adalah para
pedagang kecil menengah ini tidak mengalami gulung tikar dan dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia pedagang Pasar Kranggan. Peran pemerintah dalam
fungsi pemberdayaan ini diwujudkan dengan memberikan bantuan pinjaman modal,
dan melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar
Kranggan. Menurut rencananya akan dilakukan pemberian modal dalam bentuk KUR
bagi pedagang Pasar Kranggan yang membutuhkan bantuan modal, sosialisasi
mengenai kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada pedagang, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan pelaksanaannya.
Implementasi peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan yang diwujudkan
dengan memberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pelatihan kepada para
pedagang Pasar Kranggan ini telah berjalan dengan cukup baik, dimana pelaksanaan
upaya pemberdayaan pedagang ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, dari tahap
pemberian bantuan pinjaman modal, sosialisasi kegiatan pelatihan hingga tahap
pelaksanaannya.

105

Para pedagang Pasar Kranggan menyambut baik dengan adanya upaya


pemberdayaan ini, dimana para pedagang Pasar Kranggan antusias dari tahap
sosialisasi hingga mengikuti kegiatan pelatihan, tahap sosialisasi diisi dengan
memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan pasar tradisional
seperti menjelaskan tentang Koperasi, kerjasama antar pedagang, manajemen
keuangan, kebersihan pasar, keamanan pasar dll. Kemudian dalam pelaksanaan
kegiatan pelatihan ini para pedagang pasar dilatih untuk praktek secara langsung
mengenai cara menjalankan dan mengelola koperasi Pasar Kranggan, menjalin
kerjasama yang baik dengan sesama pedagang dalam hal bisnis/jual-beli, melatih para
pedagang untuk mengelola keuangan mereka dengan mengajarkan pembukuan
keuangan yang benar, melibatkan pedagang dalam mengelola keamanan dan
kebersihan pasar dengan membagi pedagang kedalam beberapa kelompok yang
bertugas secara bergiliran untuk menjaga kebersihan dan keamanan Pasar Kranggan.
Dalam praktek pelatihan tersebut para pedagang dibimbing langsung oleh pihak
pengelola Pasar Kranggan dan PUSTEK UGM dan pelaksanaaan kegiatan pelatihan
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan hingga saat ini.
Sedangkan dalam hal pemberian bantuan pinjaman modal juga dapat berjalan
dengan baik walaupun masih ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu dalam hal sosialisasi mengenai prosedur pinjaman
modal bagi para pedagang karena ternyata masih ada pedagang pasar yang masih
menganggap prosedur pinjaman modal yang harus dilalui untuk mendapat bantuan

106

pinjaman modal tersebut rumit, padahal sebenarnya prosedur pinjaman modal saat ini
sudah sangat mudah.
Peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan ini berkaitan dengan faktor
ketersediaan anggaran, partisipasi pedagang dan kerjasama stakeholder. Ketersediaan
anggaran dalam hal ini berkaitan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah
Kota Yogyakarta dalam dana penyertaan bantuan pinjaman modal, dana yang
disediakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk dana bantuan pinjaman modal
pada tahun 2013 mencapai Rp. 25.000.000.000. Sedangkan partisipasi pedagang dan
kerjasama stakeholder dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan pelatihan dimana
pedagang adalah pihak yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan
keterlibatan stakeholder yang dalam hal ini adalah PUSTEK UGM adalah pihak yang
diajak bekerjasama oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melaksanakan kegiatan
pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar Kranggan.

107

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab V, dapat ditarik kesimpulan mengenai peran dari

Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan bahwa Pemerintah


Kota Yogyakarta telah berupaya untuk dapat menjalankan perannya dengan maksimal
dalam mengelola Pasar Kranggan. Peran yang dijalankan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan adalah sebagai fungsi regulator, fungsi
pembangunan dan fungsi pemberdayaan. Fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan satu
sama lain dan harus berjalan dengan sinergi agar pengelolaan pasar kranggan ini
dapat berjalan dengan baik.
Dalam

fungsi

pengaturan/regulator,

Pemerintah

Kota

Yogyakarta

menjalankan perannya dengan mengeluarkan peraturan Walikota Nomor 79 Tahun


2010. Namun implementasi dari peraturan tersebut kurang berjalan sesuai dengan
yang diharapkan karena masih terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap Peraturan
tersebut. Peran pemerintah dalam fungsi regulasi ini dapat dikatakan berjalan kurang
baik dengan masih ditemui banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
sehingga Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini dituntut untuk lebih tegas
menjalankan peraturan tersebut sehingga kedepannya tidak ada lagi pembiaran

108

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi seperti saat ini dan tujuan dari Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut dapat tercapai.
Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pembangunan adalah
tindakan yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatankegiatan ekonomi yang ada diwilayahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta menjalankan
perannya dengan melakukan program rehabilitasi Pasar Kranggan. Peran pemerintah
Kota Yogyakarta dalam menjalankan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini telah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pedagang
Pasar Kranggan dengan kondisi yang semakin lebih baik dan nyaman sehingga
diharapkan dengan kondisi Pasar yang telah lebih baik tersebut dapat menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk berkunjung dan berbelanja kembali di Pasar Kranggan.
Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan diwujudkan
dengan memberikan bantuan pinjaman modal bagi para pedagang Pasar Kranggan
agar dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya, serta pelaksanaan kegiatan
pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar Kranggan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia para pedagang Pasar Kranggan agar semakin menjadi
lebih baik, kreatif dan dapat menciptakan kondisi pasar kranggan yang mandiri. Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan ini telah dilaksanakan
dengan baik walaupun masih ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan dalam hal
sosialisasi mengenai bantuan pinjaman modal.

109

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam


mengelola pasar kranggan yaitu ketersediaan anggaran, partisipasi pedagang pasar
dan kerjasama stakeholder. Ketersediaan anggaran yang dsiediakan oleh Pemerintah
Kota Yogyakarta dalam penyertaan modal untuk bantuan pinjaman modal dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan, sedangkan anggaran yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melaksanakan program rehabilitasi Pasar
Kranggan adalah Rp. 2.189.000.000, jumlah dana yang cukup besar untuk digunkan
menyelesaiakan program rehabilitasi Pasar Kranggan yang dapat menjadi indikasi
adanya keberpihakan Pemerintah Kota Yogyakarta kepada pasar tradisional dan para
pedagang pasar. Begitu juga dengan tingkat partisipasi pedagang Pasar Kranggan dan
stakeholder yang terlibat dalam ini yaitu Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM
yang antusias untuk bekerjasama dalam mengelola Pasar Kranggan.
Secara umum dari ketiga peran pemerintah dalam mengelola Pasar Kranggan,
dua peran pemerintah, yaitu peran pemerintah dalam fungsi pembangunan dan
pemberdayaan telah dapat dijalankan dengan baik oleh Pemerintah Kota Yogyakarta,
sedangkan peran pemerintah dalam fungsi regulator kurang dapat dijalankan dengan
baik oleh Pemerintah Kota Yogyakarta

110

6.2

Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pemerintah Kota Yogyakarta kedepannya diharapkan dapat memberikan
perhatiannya terhadap seluruh pasar tradisional yang ada di wilayah Kota
Yogyakarta, sehingga pengelolaan pasar tradisional yang diterapkan di Pasar
Kranggan juga dapat diterapkan pada pasar tradisional lainnya.
2. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan untuk dapat menjalankan Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2007 dengan lebih tegas dengan memberikan
sanksi yang berat sehingga dapat menimbulkan efek jera dan dapat
meminimalisir terjadinya pelanggaran terhadap peraturan tersebut.
3. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberikan sosialisasi yang lebih
kepada pedagang/pelaku usaha kecil lainnya mengenai bantuan pinjaman
modal, agar tidak ada lagi keluhan dari pedagang/pelaku usaha kecil lainnya
mengenai rumitnya pengajuan bantuan pinjaman modal.
4. Kegiatan pelatihan dan pembinaan harus tetap dilakukan secara berkelanjutan
hingga pelatihan dan pembinaan yang diberikan dinilai sudah cukup.

111

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Bryant, Coralie dan Louise G. White, 1989, Manajemen Pembangunan untuk Negara
Berkembang (terjemahan), Jakarta: LP3ES
Chalid, Pheni, 2005, Otonomi Daerah: Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik,
Jakarta: Kemitraan.
Dwiyanto, Agus (ed), 2005, Mewujudkan Good Governance melauli Pelayanan
Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gaffar, Afan, 2002, Politik Indonesia: Transaksi Menuju Demokrasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Haryanto. 1997. Fungsi-Fungsi Pemerintahan. Jakarta: Badan Diklat Depdagri.
Hughes, Owen, 1998, Public Management and Administration: An Introduction, New
York: St. Martin Press.
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan A.Purwanto(ed), 2005, Anggaran Berbasis
Kinerja, Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM.

112

Manullang, M. 2006, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
Miles, Mathew B&A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:
Penerbit UI (UI Press).
Moleong, Lexy J., 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Ndraha, Taliziduhu. 1993. Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pembangunan di
beberapa Desa, Jakarta: Deaprtemen ilmu Administrasi.
Pareek, Udai. 1985. Mendayagunakan Peran-peran Keorganisasian, PT Pertja:
Jakarta
Penny, D.H., 1990, Kemiskinan: Peranan Sistem Pasar, Jakarta: UI Press.
Pramono, Ananta Heri, dkk. 2011. Menahan Serbuan Pasar Modern. Yogyakarta :
Penerbit Lembaga Ombudsman Swasta DIY.
Rachbini, Didik.J, 2004, Ekonomi Politi: Kebijakan dan Strategi Pembangunan,
Jakarta: Granit.
Salim, Agus, 2000, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial : dari Denzim Guba dan
Penerapannya, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010, Metodologi Penelitian; Pendekatan
Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Andi.
113

Siswanto, H.B. 2007, Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Asih.


Soekanto, Soerjono. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stiglitz, Josseph. E., 1998, Economics of The Public Sector, New York: WW. Norton
and Company.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi: dilengkapi dengan metode R&D,
Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, Hadriyanus, 2005, Administrasi Publik : Enterpreneurship, Kmitraan,
dan Reinventing Government, Yogyakarta: Media Wacana.
Suparjan dan Hempri Suyatno, 2003, Pengembangan Masyarakat : Dari
Pembangunan sampai Pemeberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media.
Thoha, Miftah. 2003. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Widodo , Erna dan Mukhtar, 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif,
Yogyakarta: Avirouz.
Yin, Robert K., 2006, Studi Kasus: Desain dan Metode (diterjemahkan oleh M.
Djauzi Mudzakir), Jakarta: Raja Grafindo Persada.

114

Dokumen Lainnya :
Arintaka, Anjar, Memperkuat Peran dan Kontribusi Pemda dalam Pembinaan
Pasar Tradisional, 20 November 2009, Yogyakarta.
KepMenPErindag No: 23/MPP/KEP/1/1998 Tentang Usaha Perdagangan.
KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan
Pembinaan Usaha Pasar Modern dan Toko Modern.
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Walikota (Perwal) Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 tentang Pembatasan
Jumlah Toko Waralaba di wilayah Kota Yogyakarta
Profil Pasar tradisional Kelas 1 Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta Tahun
2013.Yogyakarta: Penerbit Dinas pengelola Pasar kota Yogyakarta.
Internet :
http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasartradisional diakses pada 4 November 2012
http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional diakses pada
4 November 2012

115

Imron Rosyid, Pemerintah Diminta Keluarkan PP Pembatasan Pasar Modern 27


Mei 2007 (www.tempointeraktif.com) diakses pada 17 November 2012
http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasipasar-tradisional diakses pada 10 februari 2013
http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasipasar-tradisional diakses pada 21 Februari 2013
http://www.wartapasarjogja.com/2012/02/pasar-tradisional-diantara-kepungan-pasarmodern/ diakses pada 21 Februari 2013
http://www.respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19940/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 1 April 2013
krjogja.com/m/read/168052/ugm-paparkan-jumlah-ideal-toko-modern-di-yogya.kr
diakses pada 20 april 2013
www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/3797/kota-yogyakarta-raih-imp-award2012.html diakses pada 25 april 2013

116

LAMPIRAN

Lampiran 1. Panduan Wawancara


Panduan Wawancara Kepada Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta:
1. Permasalahan apa yang saat ini dihadapi di Pasar Kranggan?
2. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemkot dalam mengatasi
permasalahan di Pasar Kranggan?
3. Apa yang menjadi alasan bagi Pemkot untuk melakukan rehabilitasi Pasar
Kranggan?
4. Apakah Pemkot mengikutsertakan para pedagang dalam mengelola pasar
kranggan?
5. Sejauhmana pedagang berperan dalam mempengaruhi kebijakan tentang
pasar?
6. Apa tujuan Pemkot untuk melibatkan pedagang dalam pengambilan
keputusan?
7. Sejauhmana alokasi anggaran yang dicairkan untuk mengelola pasar
kranggan?
8. Bagaimana pendapat bapak mengenai jalannya Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010?

117

Panduan Wawancara Kepada Lurah Pasar Kranggan:


1. Permasalahan apa yang saat ini dihadapi di Pasar Kranggan?
2. Apa yang menjadi alasan bagi Pemkot untuk melakukan rehabilitasi Pasar
Kranggan?
3. Apakah Pemkot mengikutsertakan para pedagang dalam dalam mengelola
pasar kranggan?
4. Sejauhmana pedagang berperan dalam mempengaruhi kebijakan tentang
pasar?
5. Apa tujuan Pemkot untuk melibatkan pedagang dalam pengambilan
keputusan?
6. Sejauhmana alokasi anggaran yang dicairkan untuk mengelola pasar
kranggan?
7. Bagaimana pendapat bapak mengenai jalannya Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010?

Panduan Wawancara Kepada Dinas Disperindagkoptan:


1. Sehjauhmana Dinas Disperindagkoptan berperan dalam membantu pemberian
bantuan modal bagi para pedagang pasar tradisional?
2. Bagaimana prosedur untuk mendapatkan pinjaman bantuan modal?
3. Adakah keluhan tentang bantuan pinjaman modal?

118

4. Kesulitan apa saja yang dialami oleh Dinas Disperindagkoptan dalam


pemberian pinjaman bantuan modal kepada para pedagang?
Panduan Wawancara Kepada Dinas Pembangunan dan Aset Daerah:
1. Sejauhmana alokasi anggaran yang dicairkan untuk mengelola pasar
kranggan?
Panduan Wawancara Kepada Wakil Ketua dari paguyuban pedagang Pasar
Kranggan:
1. Adakah keluhan pedagang pasar kranggan tentang bantuan pinjaman modal?
2. Apakah Pemerintah melibatkan para pedagang dalam mengelola pasar
kranggan?
3. Sejauhmana pedagang berperan dalam mengelola pasar kranggan?

119

Lampiran 2. Kuisioner
Pertanyaan Untuk Pedagang Pasar Kranggan.
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Responden.
Nama saya Cahya Nugroho, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosisal dan Politik
Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan penelitian dengan judul "Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan."
Partisipasi dari saudara/i sekalian bersifat sukarela. Jawaban yang Anda pilih
akan menentukan hasil dari penelitian ini. Untuk kenyamanan Anda sebagai
responden, identitas dan jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
disebarluaskan.
Terimakasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner ini.
Petunjuk Pengisian:
-

Berilah

tanda

centang
) pernyataan
(

di

bawah

ini

sesuai

kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i.
1. Jenis kelamin Anda :
Pria

Wanita

2. Pendidikan terakhir :
SD

SMP

SMA

S1

Lainnya sebutkan ........

3. Usia Anda saat ini adalah :


< 17

17-25

26-35

> 35

120

4. Penghasilan per bulan Anda :


< 1.000.000

1.000.000 - 2.000.000

2.000.000 - 3.000.000

3.000.000 - 5.000.000

> 5.000.000

Petunjuk Pengisian :
-

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut pendapat anda untuk setiap
pertanyaan yang diberikan .

Berilah tanda silang


) (pernyataan di bawah ini sesuai kondisi
Bapak/Ibu/Saudara/i.
Skala Pilihan

No.

Pertanyaan
Ya

Saya mengetahui adanya rehabilitasi/perbaikan


fisik bangunan pasar kranggan.

Proses rehabilitasi/ perbaikan fisik bangunan


pasar kranggan berjalan dengan baik.

Saya pernah mendapatkan bantuan pinjaman


modal dari pemerintah.

Pedagang dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan


pasar kranggan.

Saya mengetahui mengenai adanya Peraturan


Walikota
No. 79 Tahun 2010 tentang
pembatasan minimarket waralaba, retail dan
pusat perbelanjaan modern di Kota Yogyakarta.

Tidak

Tidak tahu

121

Lampiran 3. Surat Ijin

122

123

124

125

126

Anda mungkin juga menyukai