Pasar Kranggan
SKRIPSI
09/282981/SP/23634
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh :
Cahya Nugroho
09/282981/SP/23634
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Cahya Nugroho.
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
5. Teman-temanku, Agung, Ridwan, Reni, Arinal, Rizal, Tria, Ghea, Lely, Lia,
Andaru, Irma, Rinda, Ririn, Dina, Dida, Rina, Yoyok, Sihum, Yosep, Agus,
Isna, Apri, Santi, Tia, Samson, Arif, Om Piggy, Rama, Wibi, Mamat, Wagu
dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
bantuan dan dorongan semangat kalian selama ini.
6. Teman-teman Administrasi Negara 2009, Pak Eko, Lek Guntur, Sofyan
minoritas, Yerry, Antok, Mbah Jaya, Bagong, Bimo, Vikar, Cino, Dodok,
Ucup, Jarwo, Pepi, Budi, Amar, Wendi, Libra, Arif, Fafa, Lutfi, Ian, Bravo,
Aji, Adi, Agung, Adhiatma, Imam, Andika, Sekar, Ainun, Yeyen, Ajeng,
Teesa, Jeje dan teman-teman lainnya terimakasih buat semuanya dari awal
kita kuliah sampai saat ini kalian luar biasa!!
7. Teman-teman KKN PENDIKAR Unit 234C, Eka, Indira, Ineke, Aziz,
Deni, Hadiyan, moment KKN kita berkesan men!! terimakasih atas kerjasama
& supportnya selama ini!
8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah
membimbing dan memberikan ilmu-ilmunya dalam perkuliahan.
9. Dan untuk seluruh orang yang berperan selama ini yang tidak dapat
disebutkan semuanya, terimakasih atas semua motivasi semangat, bantuan,
masukan dan sarannya selama ini, TERIMAKASIH semuanya!!
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar
Kranggan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulisan ini bukan
merupakan tujuan akhir dari proses belajar, melainkan sebagai tahap pembelajaran
dalam mempertanggungjawabkan hasil pembelajaran yang selama ini telah di tempuh
dalam pendidikan Strata-1 selama dalam bangku perkuliahan.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis menuntut ilmu dan menulis skripsi di Universitas Gadjah Mada.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, terima
kasih atas pemberian ijin kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan
penelitian dari tahap awal hingga selesai dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Yeremias T. Keban selaku dosen pembimbing, yang telah
dengan sabar dan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
viii
ix
Akhirnya penulis berharap semoga segala amal baik dan bantuan yang
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan skipsi ini, oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Cahya Nugroho
DAFTAR ISI
1.2
1.3
Tujuan .................................................................................. 13
1.4
Manfaat ................................................................................ 14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 15
2.1
Pasar .................................................................................... 15
2.2
xi
2.3.2
2.3.3
2.4
2.5
2.6
Definisi operasional............................................................... 33
BAB III
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 35
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.5.1
3.5.2
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN ............................................ 47
4.1
4.2
4.3
4.4
xii
BAB V
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 59
5.1 PERAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM
MENGELOLA PASAR KRANGGAN .............................................. 59
5.1.1 Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengaturan (Regulator) .......................... 59
5.1.2
5.1.3
5.2.2
5.2.2
6.2
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009 ......... 4
Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional. ..................... 5
Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012. ..................... 8
Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta................................................ 9
Tabel 5. Pendapat pedagang Pasar Kranggan terhadap semakin banyaknya jumlah
pasar modern di Wilayah Kota Yogyakarta. ............................................................... 69
Tabel 6. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota Nomor 79
Tahun 2010 ................................................................................................................. 70
Tabel 7. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program rehabilitasi.
..................................................................................................................................... 80
Tabel 8. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai pinjaman modal.................. 83
Tabel 9.Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur pinjaman modal.... 84
Tabel 10. Dana penyertaan modal Bank Jogja ............................................................ 91
Tabel 11. Rincian Anggaran Rehabilitasi Pasar Kranggan. ........................................ 93
Tabel 12. Perubahan Rincian Anggaran Rehabilitasi ................................................. 94
Tabel 13. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai partisipasi pedagang. ........ 99
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta. ........................................ 31
Gambar 2. Pintu Masuk Pasar Kranggan. ................................................................... 47
Gambar 3. Denah Pasar Kranggan. ............................................................................. 49
Gambar 4. Lapak Pedagang ........................................................................................ 50
Gambar 5. Pasar Kranggan Lantai 2 ........................................................................... 51
Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta. ................. 54
Gambar 7. Grand Design Pasar Kranggan. ................................................................. 57
Gambar 8. Toko Circle K............................................................................................ 62
Gambar 9. Pasar Patuk. ............................................................................................... 63
Gambar 10. Pasar Prawirotaman................................................................................. 64
Gambar 11. Pasar Tela. ............................................................................................... 65
Gambar 12. Pasar Giwangan. ...................................................................................... 66
Gambar 13 - 14. Kondisi Lantai & Lorong Pasar Kranggan. ..................................... 73
Gambar 15 - 16. Kondisi Lapak Pedagang. ............................................................... 74
Gambar 17. Grand Design Pasar Kranggan. ............................................................... 78
Gambar 18 - 19. Kondisi Lapak Baru Pasar Kranggan. ............................................. 79
xv
INTISARI
Pasar tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini terus mengalami trend
penurunan, kondisi pasar tradisional yang seadanya membuat pasar tradisional erat
dengan kesan kotor, jorok dan kumuh ditengah-tengah masyarakat. Kemudian
diperburuk dengan semakin berkembang pesatnya pasar modern di Kota Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar tradisional, dengan melakukan studi kasus di Pasar Kranggan.
Pembahasan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam
mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran dengan
pendekatan deskriptif karena sifat penelitian ini untuk memberikan gambaran dan
menjelaskan permasalahan yang terjadi pada objek penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan survei. Unit analisis adalah
pedagang Pasar Kranggan dan pihak-pihak lain yang terkait. Teknik analisis data
yang dilakukan adalah dengan mereduksi data yang telah dikumpulkan, kemudian
proses analisis data dan kemudian penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta telah
mulai berupaya untuk menguatkan kembali Pasar Tradisional, contohnya adalah yang
dilakukan di Pasar Kranggan yang dijadikan sebagai percontohan dalam pengelolaan
pasar tradisional. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar
Kranggan secara umum telah berjalan dengan cukup baik, peran pemerintah yang
dijalankan adalah peran dalam fungsi regulator, pembangunan dan pemberdayaan.
Sedikit catatan yang harus diperbaiki oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
menjalankan perannya dalam fungsi regulasi yang belum dapat berjalan dengan
semstinya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor ketersediaan
anggaran, partisipasi pedagang dan kerjasama stakeholder.
xvi
xvii
that can not be properly. While the factors that affect is availability budget, merchant
participation and cooperation of stakeholders.
Keywords: Traditional Market, Kranggan Market, Role of Government.
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan
sangat penting dalam bidang perekonomian, yaitu sebagai salah satu motor penggerak
bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Saat ini posisi yang
paling strategis dalam sektor perdagangan adalah pasar tradisional, karena pasar
tradisonal sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Pasar tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai tempat utama untuk
kegiatan perdagangan dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dikelola oleh pedagang kecil menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan
modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar yang didalamnya
terdapat kebutuhan pokok masyarakat yang dipasok oleh para petani, peternak,
nelayan dan insustri kecil rumah tangga sehingga pasar tradisional telah menjadi
pegangan hidup bagi banyak orang 1.
Pasar tradisional tidak sekedar sebagai tempat untuk kegiatan jual-beli, selain
sebagai fungsi ekonomi pasar tradisional juga memegang fungsi sosial dan budaya.
Pasar tradisional sebagai fungsi sosial bisa dilihat dengan adanya interaksi antar
masyarakat seperti dalam kegiatan tawar-menawar harga dimana terjadi komunikasi
1
Pramono, Ananta Heri, dkk. 2011. Menahan Serbuan Pasar Modern. Yogyakarta : Penerbit Lembaga
Ombudsman Swasta DIY.
1
antara penjual dan pembeli secara aktif sehingga antara penjual dan pembeli dapat
saling mengenal yang dapat memunculkan rasa percaya dan kepuasan tersendiri
ketika masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai fungsi
budaya bisa dilihat dari segi bangunan pasar tradisional yang mempunyai keunikan
tersendiri sebagai ciri khas pasar tradisional dan sebagai pusat keramaian yang sering
dijadikan sebagai tempat pertunjukan budaya daerah.
Dengan berjalannya waktu, pasar tradisional yang selama ini menjadi pusat
kegiatan perdagangan bagi masyarakat saat ini lambat laun mulai mengalami
kemunduran yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah pasar
tradisional yang ada, kondisi bangunan pasar tradisional yang sudah tua, kurangnya
fasilitas pendukung dan ditambah dengan kondisi lingkungan pasar tradisional yang
tidak tertata membuat pasar tradisional memiliki kesan kotor, kumuh dan jorok di
mata masyarakat. Idealnya pemerintah harus mampu mengelola pasar tradisional agar
dapat kembali bangkit, salah satunya bisa dengan melakukan rehabilitasi fisik
bangunan pasar tradisional, pemberian bantuan pinjaman modal bagi pedagang kecil,
penataan atau klasifikasi kios-kios pedagang, pengadaan fasilitas pendukung,
penyediaan lahan parkir, dan pengelolaan kebersihan yang baik agar masyarakat tetap
tertarik untuk berkunjung dan berbelanja di pasar tradisional, tetapi saat ini pasarpasar tradisional yang masih bertahan hanya beberapa saja yang mampu berkembang
mengikuti perkembangan jaman dan keinginan masyarakat yang semakin kompleks,
Alfamart
Indomart
2008
2.736
3.093
2009
3.098
3.531
KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan Pembinaan Usaha
Pasar Modern dan Toko Modern
4
Pasar Modern
Pasar Tradisional
2001
24,8%
75,2%
2002
25,1%
74,8%
2003
26,3%
73,7%
2004
30,4%
69,6%
2005
32,4%
67,6%
mengalami
penurunan
dan
para
pedagang kecil
yang
selama
ini
http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasi-pasartradisional
5
perang yang begitu sengit. Di tengah persaingan itu, pasar tradisional bagaikan
pelanduk yang mati di tengah pertarungan dua gajah. Disinilah peran pemerintah
mulai dibutuhkan agar terjadi persaingan yang sehat antara pasar tradisional dengan
pasar modern4.
Selanjutnya, Didik. J. Rachbini juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa
perlindungan pasar tradisional menjadi sangat penting, alasan-alasan tersebut antara
lain : pasar tradisional adalah wujud dari demokrasi ekonomi rakyat yang tumbuh
sejalan dengan perkembangan kota. Pasar tradisional mampu menampung sejumlah
besar pedagang kecil sehingga mampu secara langsung menyerap banyak tenaga
kerja. Apalagi keberadaannya meluas diseluruh wilayah Indonesia sehingga tenaga
kerja yang mampu terserap sangat banyak. Pasar tradisional mutlak dilindungi karena
memang banyak sekali alasan untuk melindunginya. Eksistensi pasar tradisional di
Jerman dan Jepang misalnya, disana sangat dilindungi oleh pemerintahnya, padahal
negara-negara tersebut merupakan negara kapitalis besar. Sudah seharusnya
pemerintah pusat melindungi pasar tradisional dengan suatu kebijakan/aturan yang
jelas dan tegas. Sementara pemerintah daerah mengatur secara lebih detail soal tata
ruang, batasan jarak pasar moderen dengan pasar tradisional, jam buka (jam
beroperasi) dan lain sebagainya 5.
4
5
http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasar-tradisional
http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional
6
Namun
tampaknya
implementasi
dari
Peraturan
Walikota
(Perwal)
Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi pasar tradisional
tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, terbukti dengan masih banyak
ditemukan adanya pelanggaran mengenai jarak, lokasi pendirian minimarket dan
jumlah minimarket yang telah melebihi kuota yang ditentukan di wilayah kota
Yogyakarta.
Data yang didapatkan dari Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menunjukkan
jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota Yogyakarta mengalami tren
peningkatan dari tahun ke tahun, berikut adalah tabel data jumlah pasar modern yang
berada di wilayah Kota Yogyakarta dari tahun 2007 - 2012:
Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012.
Tahun
2007
13 Unit
2008
28 Unit
2009
59 Unit
2010
68 Unit
2011
73 Unit
2012
72 Unit
Nama Pasar
Kelas Pasar
Pasar Beringharjo
Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan
Pasar Kranggan
Pasar Demangan
Pasar Sentul
Pasar Legi Kotagede
Pasar Serangan
Pasar Klithikan Pakuncen
Pasar Patuk
Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY)
Pasar Ngasem
Pasar Terban
Pasar Legi Patangpuluhan
Pasar Lempuyangan
Pasar Ciptomulyo
Pasar Prawirotaman
Pasar Kembang
Pasar Pingit
Pasar Gading
Pasar Talok Gendeng
Pasar Sepeda Tunjungsari
Pasar Gedongkuning
Pasar Karangwaru
Pasar Sanggrahan Baciro
Pasar Pujokusuman
Pasar Kluwih Ngadikusuman
Pasar Sawo Prawirodirjan
Pasar Ledok Gondomanan
Pasar Pace Semaki
Pasar Suryobrantan
Pasar Telo Karangkajen
I
II
III
III
III
III
III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pasar Senen
32
Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.
Keterangan:
1. Pasar Kelas I: Luas lahan dasaran 2000m, fasilitas tempat parkir, tempat
bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah,
kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan
kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.
2. Pasar Kelas II: Luas lahan dasaran 1500m, fasilitas tempat parkir, tempat
promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar,
KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih,
instalasi listrik.
3. Pasar Kelas III: Luas lahan dasaran 1000m, fasilitas tempat promosi, tempat
pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana
pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.
4. Pasar Kelas IV: Luas lahan dasaran 500m, fasilitas tempat promosi, kantor
pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan,
sarana air bersih, instalasi listrik.
5. Pasar Kelas V: Luas lahan dasaran 50m, fasilitas tempat promosi, sarana
pengaman, sarana pengelolaan kebersihan.
Dengan meminta pemerintah untuk membatasi jumlah pasar modern dan
membiarkan pasar tradisional dengan kondisi apa adanya tidak akan membantu pasar
tradisional untuk dapat terus bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin
menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional,
maka secara otomatis masyarakat akan beralih ke pasar modern yang lebih
menawarkan kenyamanan dan kemudahan. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat
diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional
hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman yang
10
disediakan dan dikelola oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak
dapat dipersalahkan.
Dalam mengelola pasar tradisional selain mengandalkan adanya kebijakan
hukum/peraturan yang ada untuk melindungi pasar tradisional, Pemerintah Kota
Yogyakarta melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta juga melakukan kegiatan
pemberdayaan kepada pedagang pasar tradisional dengan memberikan bantuan
pinjaman modal dengan bunga rendah dan pelatihan dan pembinaan bagi para
pedagang pasar tradisional dengan harapan agar kegiatan ekonomi dalam pasar
tradisional tetap dapat terus berjalan sehingga kegiatan perdagangan di pasar-pasar
tradisional tidak akan mati, dan mampu menciptakan kondisi pasar tradisional yang
mandiri, mengingat para pedagang pasar tradisional adalah pihak yang paling
merasakan langsung dampak dari semakin banyaknya pasar modern yang terus
bermunculan.
Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
usahanya untuk mengelola pasar tradisional mulai melakukan rehabilitasi pasar
tradisional. Pengelolaan pasar tradisional dilakukan untuk memperbaiki kondisi
bangunan dan manajemen pasar tradisional, dalam bentuk fisik diwujudkan dengan
melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios pedagang,
pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas pendukung
pasar. Dalam pembenahan manajemen pasar tradisional diwujudkan dengan
melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang dalam hal pelayanan agar
11
pelayanan yang diberikan oleh pedagang menjadi semakin lebih baik, dan dengan
melibatkan para pedagang secara aktif dalam seluruh kegiatan pengembangan pasar,
seperti melibatkan pedagang dalam rapat pengelola pasar, pendirian paguyuban
pedagang pasar, pengelolaan sampah, dan keamanan dengan harapan pasar tradisional
mampu berkembang dengan mandiri.
Pengelolaan
pasar
tradisional
dengan
menjalankan
program
www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/3797/kota-yogyakarta-raih-imp-award-2012.html
12
untuk dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan untuk pasar-pasar tradisional
lainnya dalam hal pengelolaan pasar tradisional oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
sehingga cocok untuk dipilih menjadii lokus penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah
tersebut dan melaporkan hasil penelitian tersebut dengan judul : Peran
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan hasil penelitian ini
13
1.4
Manfaat
1) Bagi Ilmu Pengetahuan : Memberikan partisipasi terhadap pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan, artinya dapat memberikan informasi-informasi
mengenai peran pemerintah dalam mengelola pasar tradisional.
2) Bagi Civitas Akademika Bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik :
Memberikan tambahan referensi bagi civitas akademika bidang Ilmu
Manajemen dan Kebijakan Publik mengenai peran pemerintah dalam
mengelola pasar tradisional.
3) Bagi pemerintah Kota Yogyakarta : Memberikan informasi yang diharapkan
dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar kranggan.
4) Bagi Pembaca : Menambah informasi dan dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat mengenai pentingnya pasar tradisional dan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya.
5) Bagi Penulis : Memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti mengenai
peran pemerintah melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar tradisional sehingga dapat dijadikan bekal dan tambahan
pengetahuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan penelitian
selanjutnya.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pasar
D.H. Penny (1990;138) menyatakan bahwa pasar (market) adalah sebuah
tempat para pembeli dan penjual bertemu dengan untuk berdagang. Transaksi yang
terjadi khususnya antara orang-orang yang belum dikenal dan dilakukan secara tunai.
Menurut sejarah, pasar timbul setelah terjadi proses ekonomi yang didasari oleh
perencanaan yang bersifat kekeluargaan.
Sejalan dengan pendapat Penny, Samuelson (dalam Kusumawardana,
2004;16) menyatakan bahwa pasar merupakan tempat bertemunya konsumen dan
produsen. Sebagai tempat konsumen dan produsen berinteraksi (baik langsung
maupun tidak langsung). Proses interaksi yang terjadi di pasar antara konsumen dan
produsen bertujuan untuk menentukan harga dan kuantitas produk yang dibeli.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian, pasar
adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi
dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat
digolongkan menjadi:
15
a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah
dengan tempat usaha berupa took, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola
oleh pedagang kecil menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan
modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar.
b. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern
dengan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajamen
berada di satu tangan, bermodal relatif kuat. Penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barangbarang yang dijual adalah bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging;
sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama.
2.2
Peran Pemerintah
Peran adalah suatu deskripsi pekerjaan untuk seseorang atau individu yang
mengandung harapan-harapan tertentu, tidak peduli siapa yang menduduki posisi
itu. (Bryant, 1987). Peranan juga dapat didefinisikan sebagai suatu pola perilaku
yang diharapkan dari seseorang dalam aktivitasnya yang menyertakan orang lain.
16
bahwa peran adalah sekumpulan harapan dan apa yang dikerjakan oleh seseorang
untuk menanggapinya.
Soekanto mengatakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari
status (kedudukan), apabila seseorang atau beberapa orang atau organisasi
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia atau
mereka tersebut menjalankan peranannya. Levinson dalam Soekanto (1981),
menyatakan bahwa peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu:
1. Peranan adalah meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti menempatkan rangkaian
peraturan yang mendukung seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting dalam
struktur sosial.
Dalam pelaksanaan proses pemerintahan dan pembangunan di negara
berkembang,
pemerintah
mempunyai
kedudukan
yang
sangat
strategis.
Kedudukan yang strategis ini berkaitan dengan fungsinya selaku pelayan publik
guna meningkatkan kesejahteraan, keadilan, keamanan, dan ketenteraman
masyarakat. Pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu
harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi pelayanan
publik dan pengaturan warga negara. Untuk melakukan fungsi pemerintahan
tersebut, pemerintah melakukan aktivitas pelayanan, pengaturan, pembinaan,
18
dengan
peranan
pemerintah,
Ndraha
(1987
110)
19
ini
dilaksanakan
pemerintah
dengan
membuat
peraturan
berorientasi
pada
konsensus,
kesetaraan,
efektifitas,
efisien,
22
2.3
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan dapat
terkait dengan ketersediaan anggaran dan partisipasi masyarakat.
Anggaran digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pengelolaan
pasar. Komponen lainnya adalah masyarakat yang menjadi fokus manfaat dari adanya
program pengelolaan pasar kranggan ini, dalam hal ini diperhatian pula partisipasi
masyarakat guna mendukung dan mempermudah kesuksesan program. Sehingga
penerapan prinsip-prinsip yang menunjang pelaksaan peran Dinas Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta dapat dilihat dari ketersediaan anggaran dan peran serta masyarakat.
2.3.1
Ketersedian Anggaran
Arif Djamaludin (1997 : 11) menyatakan bahwa anggaran adalah jenis
23
masyarakat. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis; yang
meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Kebijakan
mengenai otonomi daerah sejak tahun 1999, anggaran daerah (APBD) menduduki
posisi sentral dalam upaya peningkatan efektivitas pemerintah dan pembangunan
daerah.
Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 1) menyatakan bahwa salah satu
aspek yang harus diperhatikan dengan seksama dalam era otonomi daerah adalah
masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah
(APBD) merupakan instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah yang
mempunyai posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektivitas
pelaksanaan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk mencapai itu, anggaran
daerah harus diorientasikan pada kepentingan masyarakat, yang menuntut
transparansi informasi anggaran kepada publik (masyarakat) dan termuat dalam
laporan keuangan daerah.
Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 4) menyatakan beberapa alasan
pentingnya anggaran, yaitu:
1. Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang
senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas.
24
2.3.2
Partisipasi Pedagang
Suatu program yang sudah direncanakan untuk diimplementasikan dalam
masyarakat tentu saja tidak akan ada artinya kalau tidak ada dukungan masyarakat.
Dukungan masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
implementasi program karena masyarakat adalah sasaran (target group) dari suatu
program, yaitu kepada siapa program ditujukan (Azwar, 1996 ; 10). Menurut Ndraha
(1983 : 31) dukungan masyarakat adalah respon positif dari masyarakat yang berupa
kesadaran akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam program.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya program adalah keadaan dimana
masyarakat menyetujui bahwa program tersebut penting dan menunjukkan respon
positif dari masyarakat terhadap program. Sedangkan partisipasi menurut Nitisemito
(1996 : 56) adalah salah satu cara memotivasi yang mempunyai ciri khas. Hal ini
disebabkan karena peningkatan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis
daripada segi materi, di mana dengan melibatkan seseorang maka orang tersebut akan
merasa ikut bertanggung jawab.
Menurut Ndraha (1983 : 30) pada dasarnya ada tiga hal yang terkandung
dalam partisipasi antara lain: pertama, titik berat partisipasi adalah pada keterlibatan
mental dan emosional dan adanya kehadiran secara pribadi atau fisik. Kedua,
kesediaan untuk memberikan kontribusi. Dan ketiga, ketersediaan untuk ikut
bertanggung jawab.
26
Menurut Ndraha (1983 : 31) partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa hal,
antara lain sebagai berikut :
a. Pasrtisipasi dalam menerima dan memberi informasi,
b. Partisipasi dalam memberikan tanggapan terhadap informasi yang diterima
(didengar dan sebagainya), baik yang bermaksud menerima (menaati,
mengikuti), menyetujui, menerima dengan syarat, ataupun menolaknya,
c. Partispasi dalam perencanaan program,
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional program yaitu partisipasi aktif
segenap lapisan masyarakat dalam program,
e. Partisipasi dalam menerima kembali hasil-hasil program,
f. Partisipasi dalam menilai program. Partisipasi ini dilakukan untuk menilai
sampai sejauh mana output program dapat memenuhi kebutuhan.
Adanya dukungan masyarakat yang terwujud dalam kesadaran masyarakat
akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam suatu program, akan
menunjang pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan
program dapat tercapai. Oleh karena itu, dukungan masyarakat merupakan faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan
masyarakat adalah respon positif dari masyarakat penerima program terhadap suatu
program. Dukungan masyarakat dapat dilihat dari aspek kesadaran dan partisipasi
masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap program dapat menimbulkan partisipasi
masyarakat dalam program. Partisipasi masyarakat yang dilihat dari keterlibatan
27
Kerjasama Stakeholder
Istilah stakeholder ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya
dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi,
pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik
telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering
dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan
suatu issu atau suatu rencana.
Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat
mengenai stakeholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti
Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu
yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan
tertentu. Sedangkan
28
dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif
stakeholder terhadap isu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan
pengaruh yang dimiliki mereka.
Sedangkan Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja
secara individual. Menurut West (2002), Telah banyak riset membuktikan bahwa
kerjasama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih
baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan. Setiap
tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama yang dibangun
dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja sama akan muncul
berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang
dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim adalah munculnya berbagai
penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.
Kerjasama menurut Tangkilisan (2005:86) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Publik, lingkungan ekstern maupun intern, yaitu semua kekuatan yang
timbul diluar batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di
dalam organisasi. Oleh karena itu, perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan yang
diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak,
kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
29
Kerangka Pikir
Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2006:66) menyatakan bahwa kerangka
Yogyakarta dilihat dari peran regulasi dengan mengeluarkan kebijakan hukum atau
peraturan tentang pasar tradisional, peran pembangungan dengan melakukan
rehabilitasi fisik bangunan pasar tradisional dan peran pemberdayaan dengan
memberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pemberdayaan pedagang pasar
tradisional. Selain itu peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar
Kranggan ini juga terkait dengan beberapa faktor yaitu faktor ketersediaan anggaran,
partisipasi pedagang dan Kerjasama stakeholder.
Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta.
Pemerintah Kota
Yogyakarta
Ketersediaan
Anggaran
1. Fungsi Regulator
2. Fungsi Pembangunan
Partisipasi
Pedagang
3. Fungsi Pemberdayaan
Kerjasama
Stakeholder
Pasar Kranggan
31
2.5
Definisi Konsep
1. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan.
Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, pemerintah tidak dapat
lepas dari kebijakan publik, aktivitas administratif, organisasi dan manajemen,
pelayanan publik, serta kepentingan dan urusan publik.
Peran sebagai regulator dilaksanakan dengan membuat peraturan
perundang-undangan tentang pasar tradisional. Peran pemerintah sebagai
fungsi pembangunan yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah
daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Sedangkan peran pemerintah
sebagai pemberdayaan adalah peran pemerintah untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan Pasar Kranggan.
2. Ketersediaan Anggaran.
Ketersediaan anggaran adalah tersedianya alokasi anggaran dari
APBD Pemerintah Kota Yogyakarta yang diberikan kepada Dinas Pengelola
Pasar Kota Yogyakarta yang kemudian dapat digunakan secara efektif dan
efisien untuk menjalankan program pengelolaan pasar kranggan.
3. Partisipasi Pedagang.
Partisipasi pedagang adalah berbagai kegiatan pedagang pasar
kranggan yang timbul dan dilakukan atas kehendak dan keinginan sendiri dari
para pedagang pasar kranggan untuk ikut serta dan aktif dalam mengelola
pasar kranggan seperti mengelola kebersihan dan keamanan pasar, pendirian
32
secara
langsung
kepada
pemerintah
dalam
setiap
agenda
pertemuan/rapat rutin.
4. Partisipasi Stakeholder.
Keterlibatan stakeholder adalah adanya kerjasama dari Pemerintah
Kota Yogyakarta dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dalam
kegiatan pelatihan dan pembinaan secara berkelanjutan kepada pedagang
pasar kranggan.
2.6
Definisi operasional
Dalam penelitian tentang Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola pasar kranggan peneliti akan mencoba mencari beberapa data yang
relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan berpedoman kepada
teori-teori yang telah diungkapkan dalam Bab II, diantaranya :
1. Peran sebagai fungsi regulator :
Indikator : Adanya peraturan tentang Pasar tradisional.
2. Peran sebagai fungsi pembangunan :
Indikator : Adanya program rehabilitasi Pasar Kranggan.
3. Peran sebagai fungsi pemberdayaan :
Indikator :
- Adanya bantuan pinjaman modal bagi para pedagang Pasar Kranggan.
- Adanya kegiatan pemberdayaan pedagang Pasar Kranggan.
33
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari Pemerintah Kota
Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Jenis penelitian yang akan digunakan
adalah mix method. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran
merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif
dengan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011: 404) menyatakan
bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian
yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan
metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan
obyektif.
Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha
penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22).
Diperjelas lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed
Methodology, bahwa mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini
muncul setelah adanya debat yang berkepanjangan antara dua paradigma yang
35
menjadi
dasar
konseptual
dari
metode
kuantitatif
dan
paradigma
merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari
satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview
terlabih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif
dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
(Creswell, 2010 : 316-318):
a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah
mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh
pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan
hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.
b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi
ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan
menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data
kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama.
Bobot utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.
36
37
Dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini pada tahap pertama penulis
melakukan pengumpulan dan menganalisis data kualitatif, kemudian dilanjutkan
tahap kedua dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dengan bobot
utama pada strategi penelitian ini adalah pada data kualitatif sedangkan data
kuantitatif digunakan untuk mendukung/memperkuat data kualitatif.
38
3.2
Desain Penelitian
Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods dibagi menjadi tiga
39
pertama. Prioritas utama pada tahap ini lebih ditekankan pada tahap pertama, dan
proses penggabungan diantara keduanya terjadi ketika peneliti
menghubungkan
Pembangunan
dan
Aset
Daerah
Kota
Yogyakarta
dan
Dinas
Disperindagkoptan.
40
3.4
41
akan
berkomunikasi
secara
langsung,
sehingga
narasumber
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan karena kebutuhan terhadap data sekunder
yang dapat
digunakan
untuk
mendukung penelitian
secara
umum.
Ibid hal. 3
43
3.5
44
3. Menarik kesimpulan
Tahapan yang terakhir yaitu menarik kesimpulan dan saran-saran yang
dipandang perlu berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu dengan mencoba menarik kesimpulan
yang berlaku umum dari fakta-fakta yang ada dan dari data-data yang telah
diperoleh.
3.5.2
46
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
4.1
Profil Pasar tradisional Kelas 1 Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta Tahun 2013.Yogyakarta:
Penerbit Dinas pengelola Pasar kota Yogyakarta.
47
: Kampung Cokrodiningratan.
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Jalan Diponegoro.
Sebelah barat
48
Luas Bangunan
: 7.400 m
Luas Tanah
: 6.180 m
Fasilitas
: 86
: 592
: 177
: 855
49
Pasar Kranggan adalah salah satu dari 32 pasar tradisional yang berada di
wilayah Kota Yogyakarta. Ciri khas dari pasar Kranggan adalah sebagai pusat jajanan
pasar tradisional, di pasar Kranggan ini bisa ditemui aneka jajanan tradisional mulai
lemper, serabi, talam, pisang goring, clorot dan lain sebagainya yang bisa dengan
mudah ditemui di area depan Pasar Kranggan. Sementara di area dalam pasar,
barang-barang yang diperjualbelikan tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional
lainnya, mulai dari buah, sayur, sembako, konveksi, pertokoan emas dan perhiasan,
dll. Jam operasional pasar Kranggan mulai dari pukul 05.00 pagi sampai dengan
pukul 16.00, namun biasanya pasar akan mulai ramai pada pukul 06.00 sampai
dengan pukul 14.00, setelah itu biasanya pedagang pasar sudah mulai untuk menutup
lapak dagangannya.
Gambar 4. Lapak Pedagang
50
51
Kota Yogyakarta, dimana lantai 1 digunakan untuk kegiatan jual-beli pedagang pasar
dan lantai 2 yang digunakan sebagai tempat pusat jual-beli alat-alat elektronik Tugu
IT dan tempat pusat jajanan kuliner dengan ditambah pengadaan fasilitas pendukung
seperti tempat ibadah yang berupa musholla dan pengadaan toilet.
4.3
b.
c.
d.
e.
52
peningkatan
kemampuan
pembiayaan
daerah
dengan
53
Berikut ini merupakan struktur organisasi dari Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta:
Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.
54
4.4
55
dan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pedagang pasar
kranggan.
Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta melalui
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam usahanya untuk mengelola pasar
tradisional mulai melaksanakan program rehabilitasi pasar tradisional yang telah
dilakukan di beberapa pasar tradisional seperti di Pasar Beringharjo, Pasar Legi
Patangpuluhan, Pasar Ngasem, Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan.
Program rehabilitasi Pasar Kranggan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi
fisik bangunan dan manajemen pengelolaan pasar tradisional, dalam bentuk fisik
diwujudkan dengan melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios
pedagang, pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas
pendukung pasar. Setelah menunggu persetujuan dari Pemerintah Kota Yogyakarta,
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dapat melakukan proses rehabilitasi
bangunan Pasar Kranggan dengan jumlah anggran Rp. 2.000.000.000. Bagian tengah
dari pasar Kranggan menjadi bagian yang terlebih dahulu mengalami rehabilitasi
karena bangunan bagian tengah pasar Kranggan dinilai kurang sehat. Rehabilitasi
Pasar Kranggan ini dilakukan secara bertahap yang terbagi dalam 3 tahap, tahun ini
akan menyelesaikan pembangunan bagian tengah Pasar Kranggan dan tahap
selanjutnya akan menyelesaikan bagian samping kanan dan kiri Pasar Kranggan yang
akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2014 sesuai dengan yang telah
56
direncanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Berikut ini adalah grand design
pembangunan Pasar Kranggan:
Gambar 7. Grand Design Pasar Kranggan.
57
58
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
59
60
61
Pendirian toko retail Circle-K yang kurang lebih hanya berjarak 100m di sebelah
timur Pasar Kranggan, sebuah pelanggaran yang terjadi terhadap adanya
Peraturan Walikota nomor 79 Tahun 2010.
62
2. Pendirian toko retail Indomaret yang tepat berada didepan Pasar Patuk:
Gambar 9. Pasar Patuk.
Pasar Patuk saat ini dimana tepat di didepan pintu masuknya telah berdiri toko retail
Indomart, suatu kondisi yang sangat mengherankan kenapa bisa sebuah pasar modern
mendapatkan ijin dan berdiri tepat didepan Pasar Tradisional.
63
Pasar Prawirotaman dengan kondisinya yang seadanya saat ini menjadi sebuah
bangunan yang paling tua diantara bangunan-bangunan lain yang ada disekitar
wilayah Prawirotaman, termasuk adanya pasar modern yaitu retail Indomart yang
kurang lebih hanya berjarak 10 meter di sebelah selatan dari Pasar Prawirotaman.
64
Kondisi Pasar Tela yang merupakan salah satu pasar tradisional yang didominasi
dengan jenis barang dagangan tela dan jajanan pasar ternyata tidak luput dari adanya
pasar modern dimana saat ini telah berdirinya toko retail Indomaret yang kurang lebih
hanya berjarak 15 meter di sebelah selatan Pasar Tela.
65
Pasar Giwangan yang termasuk sebagai salah satu pasar tradisional yang besar di
wilayah Kota Yogyakarta ternyata juga mendapatkan tamu yakni dengan adanya
toko retail Alfamart yang kurang lebih hanya berjarak 20 meter di sebelah utara Pasar
Giwangan tersebut.
Pendirian beberapa toko retail modern yang berlokasi sangat berdekatan
dengan lokasi pasar tradisional seperti beberapa contoh diatas menjadi salah satu ironi
bagi Pemerintah kota Yogyakarta, karena dengan lokasi pasar modern yang sangat
berdekatan dengan pasar tradisional ini seperti sama sekali tidak menghiraukan
adanya Perwal nomor 79 tahun 2010 yang didalamnya telah mengatur tentang batasan
jarak minimal pendirian toko modern yaitu 400 meter dari dari lokasi pasar
tradisional dan parahnya ditambah dengan belum/tidak adanya tindakan tegas yang
66
dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sampai saat ini untuk menutup atau
mencabut ijin usaha toko-toko modern tersebut sehingga toko-toko modern yang
melanggar Perwal nomor 79 tahun 2010.
Selain itu pelanggaran juga terjadi pada ketentuan batas minimal jumlah kuota
pasar modern, jumlah pasar modern ini dari tahun ke tahun yang terus bertambah
hingga telah melebihi kuota yang ditentukan hingga mencapai 72 unit dari kuota yang
seharusnya yaitu 52 unit. Seperti yang diungkapkan oleh Ir. Supartama, MM Beliau
mengatakan:
Perwal ini pada awalnya berjalan baik, namun semakin kesini ini kok pasar
modern kayak indomart alfamart kok semakin tambah banyak, nah ini
kemudian yang menjadi masalah bagi pasar tardisional. Sekarang anda liat
mas pasar Patuk itu, iya yang di sebelah barat situ, tau gak yang saya
maksud? Kenapa bisa ada Indomaret didepan pasar Patuk? terus coba anda
ke pasar Pawirotaman sana, itu juga sama persis, persis didepan pasarnya
itu ada Indomaret. Kok bisa kayak gitu ya? Nah itu yang jadi tanda tanya
besar, padahal sudah ada Peraturannya tidak boleh mendirikan pasar
modern dengan jarak tertentu dari pasar tradisional. Nah dari sini kan sudah
keliatan kan mas? Perwal ini perlu dikaji lagi dan kemudian dijalankan
dengan tegas.9
Pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Lurah pasar
kranggan, Udiyitno:
Masalah perwal ini sebenarnya simpel, istilahnya tinggal dilihat aja apa isi
perwal itu lalu di implementasikan dilapangan, selesai mas masalah pasar
modern ini. tapi kan kenyataannya ini tidak seperti itu ya? pasar modern ini
malah jadi semakin banyak. Berarti kan disini ada yang salah, istilahnya kan
gini ada peraturan maka ada yang diatur, tapi ini malah ada peraturan tapi
peraturannya itu tidak dijalnkan dengan seharusnya. 10
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
10
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
67
Dari
pernyataan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
belum adanya
tindakan/sanksi yang tegas dari pemerintah Kota Yogyakarta bagi pasar modern yang
melanggar Perwal no. 79 Tahun 2010 ini membuat Perwal no. 79 Tahun 2010 ini
11
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
68
tidak dihiraukan oleh para pendiri toko modern, sehingga masih sering terjadi
pelanggaran.
Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui pendapat dari para pedagang Pasar Kranggan mengenai semakin
banyaknya jumlah pasar modern yang muncul di wilayah Kota Yogyakarta dan untuk
mengetahui apakah para pedagang Pasar Kranggan mengetahui adanya Peraturan
Walikota No 79 Tahun 2010 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapat pedagang Pasar Kranggan terhadap semakin banyaknya
jumlah pasar modern di Wilayah Kota Yogyakarta.
No
Pendapat
Resah
Tidak Resah
Jumlah
Frekuensi Presentase
42
84%
16%
50
100%
Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai semakin banyaknya
jumlah pasar modern di wilayah Kota Yogyakarta didapatkan hasil sebanyak 42
(84%) responden menyatakan resah dan 8 (16%) responden menyatakan tidak resah
dengan semakin banyaknya jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota
Yogyakarta.
69
Pendapat
Mengetahui
16
32%
Tidak Tahu
34
68%
50
100%
Jumlah
Frekuensi Presentase
Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota
No 79 Tahun 2010 didapatkan hasil sebanyak 16 (32%) responden menyatakan
mengetahui dan 34 (68%) responden menyatakan tidak mengetahui adanya Peraturan
Walikota No 79 Tahun 2010.
Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh dari responden,
dalam hal ini pedagang Pasar Kranggan merasa resah dengan keberadaan pasar
modern yang dari tahun ke tahun jumlahnya terus mengalami tren peningkatan,
Pemerintah harus dapat mendengar aspirasi yang mewakili pendapat pedagang pasar
tersebut dan Pemerintah harus memiliki keberpihakan kepada para pedagang pasar
mengingat sebagian besar pedagang pasar adalah masyarakat menengah kebawah
yang menjalankan kegiatan perekonomian di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu
hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden
pedagang Pasar Kranggan menyatakan tidak mengetahui terhadap adanya Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2010, dimana seharusnya sebuah peraturan yang akan
dijalankan di tengah-tengah masyarakat akan lebih baik jika diketahui terlebih dahulu
70
71
5.1.2
yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah Kota Yogyakarta dalam kegiatankegiatan ekonomi masyarakat. Pemerintah Kota Yogyakarta menjalankan perannya
dalam fungsi pembangunan ini dengan melaksanakan program rehabilitasi/perbaikan
fisik bangunan pasar tradisional. Sejauh ini selain di Pasar Kranggan, rehabilitasi
pasar tradisional telah dilakukan di beberapa pasar tradisional seperti di Pasar
Beringharjo, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Ngasem dan Pasar Giwangan.
Dalam menjalankan program rehabilitasi pasar kranggan tahap/prosedur yang
harus dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi data, tahap ini merupakan tahap pengenalan masalah dan
pengumpulan data sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman pada waktu
sosialisasi awal. Pada tahap ini juga dilihat dari sisi ketersedian anggaran, jika
anggaran sudah disetujui oleh pemerintah kota maka akan segera dilakukan
sosialisasi.
2. Tahap sosialisasi, dalam tahap ini akan dilakukan sosialisasi kepada para
pedagang
pasar
kranggan,
mengakomodasikan,
menginventarisasi,
72
73
74
Oke, kalau secara fisik memang kemudian yang menjadi kendala bagi kami
adalah bahwa selama ini kami mengalami sebuah proses yang sangat tidak
mengenakkan, diantaranya adalah: 1. Drainase atau saluran pembuangan air
maupun pembuangan limbah itu kemudian sudah terjadi kemacetan, artinya
mungkin juga desain pasar kranggan ini dulunya volumenya mungkin tidak
sebanyak itu tetapi dalam perkembangannya kan semakin banyak lalu
kemudian terjadi kemacetan. 2. Apabila turun hujan juga diatas sudah banyak
sekali atap-atap dan talangnya yang bocor dan sudah tidak bisa diatasi 3.
Kondisi bangunan yang sudah tua, banyak kayu-kayu yang sudah lapuk,
dibeberapa titik ada tembok-tembok yang sudah retak, selama ini keluhan
para pedagang adalah bahwa diatas bocor kemudian dibawahnya air tidak
dapat mengalir dengan baik dan kondisi fisik bangunan pasar kranggan yang
cukup mengkhawatirkan.12
Kemudian pernyataan yang hampir sama diungapkan oleh Ir. Supartama, MM
berikut ini:
Selain untuk mempercantik pasar tradisional, rehabilitasi pasar tradisional
ini dilakukan karena kami mencoba untuk mengikuti tren-nya program
pemerintah kota, jadi itu pemerintah kota memprogramkan pasar bersih dan
sehat, pasar sehat disini adalah bahwa pasar-pasar metode lama adalah
pasar yang artinya kemudian menggunakan atap yang terlalu rendah, jadi
artinya sirkulasi udaranya kurang, pencahayaan sinar mataharinya yang bisa
masuk ke dalam pasar sangat sedikit, saluran airnya mampet yang bisa
membuat jadi becek dan bau, dengan adanya rehabilitasi pasar tradisional
ini harapannya pasar tradisional ini akan menjadi semakin baik, kesan pasar
tradisional selama ini yang kotor, becek, jorok atau apa itu bisa segera hilang
berganti dengan kesan bersih dan sehat sehingga nyaman untuk dikunjungi,
gitu lho.13
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
13
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
75
agar kondisi fisik pasar kranggan menjadi semakin baik dan tidak ada lagi hal-hal
yang dapat mengganggu kegiatan jual beli di pasar kranggan seperti atap bocor, lantai
yang ambles, pasar yang becek dan saluran air yang mampet sehingga kegiatan jual
beli di pasar kranggan semakin nyaman.
Tujuan dari program rehabilitasi Pasar Kranggan ini selain untuk
memperbaiki kondisi fisik Pasar Kranggan adalah untuk menambah kapasitas
pedagang yang dapat ditampung di dalam Pasar Kranggan, mengingat beberapa
waktu yang lalu sempat terjadi sebuah konflik antara pedagang pasar, dimana
pedagang pasar yang berada di luar pasar ini dinilai mengganggu kegiatan jual-beli
pedagang yang berada di dalam pasar, sedangkan di sisi lain pedagang yang berada
diluar pasar ini ingin mendapatkan lapak didalam pasar. Dengan dilaksanakannya
program rehabilitasi ini diharapkan lapak-lapak baru yang dibangun lebih tertata dan
efisien dalam menampung pedagang sehingga jumlah kapasitas pedagang akan
bertambah kemudian pedagang yang selama ini berada diluar pasar dapat berjualan
didalam pasar sehingga tidak terjadi lagi konflik antara sesama pedagang.
Untuk merealisasikan program rehabilitasi pasar kranggan ini Pihak Pengelola
Pasar Kranggan mengajukan usulan kepada Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta,
kemudian Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta meneruskannya dengan
mengajukan proposal pengajuan anggaran kepada Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mendapatkan anggaran yang dibutuhkan untuk program rehabilitasi Pasar Kranggan.
Jumlah anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk program
rehabilitasi pasar kranggan ini adalah Rp. 2.000.000.000 yang berasal dari dana
76
APBD tahun anggaran 2013. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membiayai
seluruh proses rehabilitasi Pasar Kranggan dari tahap perencanaan sampai tahap
penyelesaian mulai dari belanja jasa konsultasi perencanaan, belanja konsultasi
pengawasan, biaya pendukung, tim kerja dan belanja untuk pengadaan konstruksi
bangunan.
Program rehabilitasi Pasar Kranggan ini dilakukan secara bertahap, tahap
pertama yang telah dikerjakan adalah pembangunan bagian tengah pasar yang saat ini
sudah selesai dilakukan, kemudian setelah bangunan tengah selesai akan dilanjutkan
dengan pembangunan bagian samping kanan dan kiri Pasar Kranggan yang
direncanakan akan selesai secara keseluruhan pasa tahun 2014 mendatang. Selama
dilakukannya proses rehabilitasi Pasar Kranggan, pedagang yang telah didata
kemudian untuk sementara akan direlokasi di bagian depan pasar kranggan dengan
los-los sementara yang telah disediakan oleh pihak pengelola Pasar Kranggan
sehingga kegiatan jual beli di Pasar Kranggan tidak terganggu dan tetap dapat
berjalan seperti biasanya.
77
78
79
pencahayaan menjadi lebih baik sesuai dengan syarat pasar sehat. Fasilitas
pendukung yang ada di pasar kranggan juga akan ikut dibenahi seperti toilet,
musholla, penyediaan tempat sampah dan lahan parkir kendaraan.
Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui pendapat dari para pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak
program rehabilitasi yang sedang dilakukan di Pasar Kranggan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta ini bagi para pedagang didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program
rehabilitasi.
No
Pendapat
Frekuensi Presentase
Baik
41
82%
Tidak
18%
Jumlah
50
100%
Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program
rehabilitasi yang sedang dilakukan di Pasar Kranggan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta ini bagi para pedagang Pasar Kranggan didapatkan hasil sebanyak 41
(82%) responden menyatakan berdampak baik dan 9 (18%) responden menyatakan
tidak memiliki dampak yang baik, hampir dari seluruh responden menyatakan
program rehabilitasi yang dilakukan di Pasar Kranggan ini memiliki dampak yang
80
baik bagi mereka, artinya program rehabilitasi yang dilakukan di Pasar Kranggan ini
dampaknya telah dapat dirasakan oleh para pedagang Pasar Kranggan.
Dengan kondisi Pasar Kranggan yang sudah lebih baik dari yang sebelumnya
diharapkan pedagang yang menempati lapak-lapak yang baru ini dapat memanfaatkan
lapak dengan baik dengan tidak merusak lapak yang ditempati dan dengan selalu
menjaga kebersihan lapaknya karena setelah selesainya rehabilitasi Pasar Kranggan
tahap pertama ini pihak pengelola pasar kranggan mulai mencoba melakukan uji coba
sistem rotasi. Rotasi ini akan diberikan bagi pedagang yang masih menggelar barang
dagangannya di luar lapak, pedagang yang merusak/memodifikasi lapak yang
ditempati dan pedagang yang tidak dapat menjaga kebersihan lapaknya. Kemudian
pedagang yang dirotasi ini akan dipindahkan dan lapaknya akan ditempati oleh
pedagang lain, tujuannya adalah untuk melatih pedagang agar lebih disiplin dan
menumbuhkan kesadaran bagi pedagang untuk dapat menciptakan kondisi pasar yang
nyaman bagi pedagang dan pengunjung Pasar Kranggan.
Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan adalah keterlibatan pemerintah
dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, dalam hal ini Pemerintah Kota Yogyakarta
menjalankan perannya dengan melakukan program rehabilitasi Pasar Kranggan.
Dengan adanya program rehabilitasi Pasar Kranggan diharapkan dapat menjadikan
kondisi Pasar Kranggan lebih baik, sehat dan nyaman sehingga dapat lebih menarik
minat masyarakat untuk berkunjung dan berbelanja di Pasar Kranggan ditengah
semakin banyaknya pasar modern yang bermunculan saat ini sehingga diharapkan
kedepannya pasar tradisional mampu bersaing dengan pasar modern.
81
5.1.3
82
Kemudian dari hasil survei yang disebar kepada 50 pedagang Pasar Kranggan
untuk mengetahui apakah para pedagang Pasar Kranggan pernah mendapat bantuan
pinjaman modal dan bagaimana pendapat para peagang Pasar Kranggan mengenai
prosedur untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 8. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai pinjaman modal.
No
Pendapat
Frekuensi Presentase
Pernah
28
56%
Tidak Pernah
22
44%
Jumlah
50
100%
14
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko, kepala bagian UKM Dinas
Disperindagkoptan pada 30 September 2013.
83
Pendapat
Frekuensi Presentase
Mudah
28
56%
Tidak Mudah
22
44%
Jumlah
50
100%
Dari hasil survei kepada 50 pedagang Pasar Kranggan yang pernah mendapatkan
bantuan pinjaman modal tersebut kemudian diberikan pertanyaan lanjutan untuk
mengetahui pendapat para pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur untuk
mendapatkan bantuan pinjaman modal didapatkan hasil sebagai berikut, sebanyak 28
(56%) responden menyatakan mudah dan 22 (44%) responden menyatakan prosedur
untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal tidak mudah, dari hasil survei tersebut
dapat dilihat jawaban yang diberikan oleh para pedagang Pasar Kranggan antara yang
menjawab mudah dan tidak mudah selisihnya tidak terlalu banyak, ini berarti masih
cukup banyak pedagang Pasar Kranggan yang menganggap bahwa prosedur untuk
mendapatkan pinjaman bantuan modal tersebut tidak mudah/rumit. Sedangkan jika
melihat data hasil wawancara kepada Dinas Disperindagkoptan prosedur untuk
mendapatkan bantuan pinjaman modal dari pemerintah itu mudah. Untuk mengajukan
84
pinjaman bantuan modal, para pedagang pasar hanya diminta untuk membuat
proposal yang berisi tentang informasi-informasi dari si pemohon bantuan pinjaman
sebagai syarat utamanya untuk kemudian akan dilakukan survei kepada si pemohon
bantuan pinjaman modal untuk dinilai layak tidaknya mendapatkan bantuan pinjaman
modal tersebut, karena bantuan pinjaman modal ini lebih diprioritaskan bagi
pedagang kecil dan pelaku usaha kecil menengah yang membutuhkan bantuan.
Dalam hal ini nampaknya terjadi missing antara pihak pedagang Pasar
Kranggan dengan pihak pemerintah, dimana sebagian pedagang Pasar Kranggan
masih menganggap prosedur untuk mendapatkan bantuan pinjaman modal masih
rumit, namun jika dilihat dengan seksama prosedur untuk mendapatkan bantuan
pinjaman modal dalam hal ini tidak ada proses yang berbelit-belit atau menyulitkan
para pedagang untuk medanapatkan bantuan pinjaman modal ini. Pemerintah Kota
Yogyakarta harus melakukan sosialisasi yang lebih kepada para pedagang agar tidak
terjadi lagi missing informasi dalam hal pinjaman modal.
Lebih lanjut ketika ditanya mengenai keluhan dari para pedagang dalam
pengajuan bantuan pinjaman modal, Ir. Bambang Widiyatmoko menuturkan:
Kalau masalah itu saya kira yang lebih tahu malah mungkin yang
perbankan ya, karena ini dana ini langsung kepada si peminjam ya, jadi ya
mungkin nek kalau keluhannya itu gini kalau pinjam diatas Rp. 20.000.000
kan harus pakai agunan, lah itu yang sering dikeluhkan, sebetulnya agunan
ini penting karena sebagai rasa tanggungjawab si peminjam, kalau gak pakai
agunan kan nanti nyepelekke gitu, kalau ini kan agunan dititipkan di pihak
perbankan jadi otomatis kan ada itikad untuk nyicil gitu lah. Itu mungkin
yang menyebabkan para pemohon bantuan pinjaman modal mengeluh
sebelum meminjam karena harus pakai agunan, tapi untuk dibawah Rp.
20.000.000 kan tidak harus pakai agunan. Selain agunan yang biasanya
dikeluhkan adalah bunga, bunganya mungkin terlalu tinggi, padahal untuk
85
KUR itu bunganya ringan. Mungkin sebenarnya mereka hanya kurang paham
saja. 15
Kemudian pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Waltijo,
Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar kranggan:
Sebagian pedagang di pasar kranggan ini kalau ditanyai tentang pinjaman
modal atau hutang itu biasanya pada takut mas, pandangan mereka itu kalu
hutang atau pinjam modal gitu mesti ribet ngurusnya ditambah bunga
hutangnya tinggi.16
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko, kepala bagian UKM Dinas
Disperindagkoptan pada 30 September 2013.
16
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
86
17
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
18
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
87
cukup baik. Sejauh ini telah dilaksanakan 12 kali pertemuan dengan pedagang pasar
kranggan. Pertemuan pertama sekaligus sebagai pembuka diisi oleh mantan Walikota
Yogyakarta Bapak Herry Zudianto yang menyampaikan materi diskusi tentang
pentingnya peran pasar tradisional, kemudian diikuti dengan pertemuan-pertemuan
selanjutnya dengan dengan memberikan materi pelatihan dan praktek tentang
pengelolaan kebersihan pasar, kewirausahaan, pencatatan barang dan layout kios, tata
cara pelayanan kepada konsumen, koperasi pasar tradisional, kerjasama pedagang
pasar, kerjasama pembelian dan penjualan antar pedagang, pengembangan usaha,
keanggotaan koperasi pasar, kerjasama antar koperasi pasar tradisional dan
pertemuan dengan mantan Bupati Bantul Bapak Idham Samawi yang memberikan
materi tentang kebijakan pemerintah mengenai pasar tradisional.
Kegiatan pelatihan dan pembinaan pedagang yang dilakukan oleh Pemerintah
melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta ini dilakukan bekerjasama dengan
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM. Kegiatan pelatihan pedagang Pasar
Kranggan diawali dengan mengumpulkan pedagang untuk kemudian dilakukan
diskusi untuk mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara pemerintah dan
pedagang dan sebaliknya, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan praktek tentang apa
yang telah didiskusikan sebelumnya seperti praktek mengenai Koperasi Pasar dimana
pedagang disini langsung dicoba untuk masuk kedalam struktur Koperasi dan
mencoba untuk ikut mengelola koperasi Pasar Kranggan secara langsung dengan
didampingi oleh petugas dari pihak Pengelola Pasar Kranggan dan PUSTEK UGM
untuk membantu dan membimbing pedagang dalam mengelola Koperasi Pasar
88
89
Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan ini antara lain
adalah dengan memberikan bantuan pinjaman modal bagi pedagang Pasar Kranggan
dengan omzet yang kecil agar pedagang-pedagang kecil tersebut dapat semakin
mengembangkan usahanya agar tidak ada pedagang kecil yang usahanya mengalami
gulungtikar, kemudian ditambah dengan mengadakan kegiatan pelatihan dan
pembinaan pedagang dalam hal Pengelolaan pasar Kranggan. Bantuan pinjaman
modal yang diberikan bertujuan untuk mempermudah dan menunjang pedagang Pasar
Kranggan dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan pelatihan dan pembinaan
diberikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia para pedagang pasar
kranggan agar semakin menjadi lebih baik, kreatif dan lebih mandiri.
5.2
Ketersediaan Anggaran
Ketersediaan anggaran merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung
90
Tahun
2012
Rp. 20.000.000.000
2013
Rp. 25.000.000.000
2014
Rp. 45.000.000.000
91
bunga yang cukup rendah dibandingkan dengan Bank yang lain dimana saat ini bunga
pinjaman di bank Jogja kurang dari 12% per tahunnya.
Kemudian anggaran yang digunakan untuk melakukan perbaikan fisik
bangunan pasar kranggan bersumber dari dana APBD tahun anggaran 2013 yang
diturunkan melalui Dinas Pembangunan dan Aset Daerah kepada Dinas Pengelola
Pasar kota Yogyakarta. Untuk mendapatkan kucuran anggaran dari Pemerintah, pihak
pengelola pasar kranggan mengajukan usulan kepada Dinas Pengelola Pasar Kota
Yogyakarta, kemudian Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta mengajukan proposal
pengajuan anggaran kepada Pemerintah Kota Yogyakarta. Kemudian proposal
pengajuan tersebut akan dipelajari terlebih dahulu sebelum mendapatkan persetujuan
dari pemerintah.
Seperti yang diungkapkan oleh Drs. Risdianto, bagian sekertariat alih data dan
laporan Dinas Pembangunan dan Aset Daerah. Beliau mengungkapkan:
Jadi untuk anggaran ini kewenangan sepenuhnya ada ditangan pemerintah,
ee disini kan Dinas Pembangunan dan Aset Daerah ini berperan seperti
perantara dalam menyalurkan anggaran. Jadi misalnya kalau masalah pasar
kranggan ini kan urusannya Dinas Pengelola Pasar, jadi nanti ya Dinas
Pengelola Pasar yang mengajukan usul anggaran ke Pemerintah gitu, ee
terus jika Pemerintah meng-iyakan anggaran itu baru Dinas Pembangunan
dan Aset Daerah ini menyalurkan anggaran dari APBD ke Dinas Pengelola
Pasar. 19
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Udiyitno:
Alokasi anggaran ya? ee jadi kalo rehabilitasi pasar ini memang kemudian
kami hanya seperti usulan, kami kan pengelola, kami tidak kemudian
mempunyai kewenangan istilahnya ee tapi kami boleh memberikan masukan
19
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Drs. Risdianto, bagian sekertariat alih data dan laporan
Dinas Pembangunan dan Aset Daerah 4 Oktober pada 19 September 2013.
92
ee saran kepada pemkot, kalau alokasi dana itu merupakan kewenangan ada
di Dinas, ada di kemudian di pemerintah kota, termasuk rehabilitasi pasar
ini, misalnya pada tahun ini akan kemudian mengadakan rehabilitasi pasar
dengan dana berapa, lalu kemudian nanti dari pengelola akan kemudian
mengusulkan, kalau alokasi memang kemudian tetap ada di posisi pemerintah
kota. Untuk anggaran rehabilitasi pasar ini Alhamdulillah kemarin prosesnya
cepat.20
Jumlah (Rp.)
Belanja Fisik/Konstruksi
Rp. 1.873.650.000
Rp. 52.500.000
Rp. 50.000.000
Biaya Pendukung
Rp. 10.960.000
Tim Kerja
Rp. 12.890.000
Jumlah:
Rp. 2.000.000.000
20
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
93
Jumlah (Rp.)
Belanja Fisik/Konstruksi
Rp. 2.062.650.000
Rp. 52.500.000
Rp. 50.000.000
Biaya Pendukung
Rp. 10.960.000
Tim Kerja
Rp. 12.890.000
Jumlah:
Rp. 2.189.000.000
94
semakin baik dengan dana dari pemerintah kota dan salah satunya yang
direhab ya pasar kranggan itu. 21
Dari besarnya anggaran yang di alokasikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
untuk bantuan pinjaman modal dan rehabilitasi pasar kranggan, diharapkan dapat
semakin membantu para pedagang kecil menengah dalam mengembangkan usahanya
menjadi semakin mandiri dan dapat menciptakan kondisi pasar yang lebih baik dan
nyaman, sehingga kedepannya baik Pasar Kranggan maupun pasar-pasar tradisional
lainnya yang masih ada dapat bersaing dengan semakin banyaknya pasar modern
yang ada di wilayah Kota Yogyakarta saat ini.
Ketersediaan anggaran menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
peran dari Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan karena
dengan adanya alokasi anggaran dari pemerintah tersebut dapat digunakan sebagai
dana pinjaman modal bagi pelaku usaha kecil menengah dan dapat digunakan untuk
pelaksanaan program rehabilitasi Pasar Kranggan, semakin banyak anggaran yang
diberikan maka peran yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta akan lebih
optimal dan semakin terlihat pula keberpihakan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mengelola Pasar Kranggan dan pasar tradisional pada umumnya.
5.2.2
pedagang pasar yang timbul atas kehendak sendiri dan keinginan sendiri dalam
21
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
95
mengelola Pasar Kranggan sesuai dengan hak dan kewajiban mereka. Partisipasi
pedagang Pasar Kranggan dalam mengelola pasar adalah dengan membentuk
paguyuban pedagang pasar kranggan, pengelolaan kebersihan pasar, keamanan dan
aktif dalam pelatihan dan pembinaan yang diberikan oleh Dinas Pengelola Pasar kota
Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan oleh Udiyitno:
Jadi agar kemudian eee keberadaan pasar itu sangat bermanfaat dan
kemudian artinya bisa digunakan dengan semaksimal mungkin, kan gitu.
Sejauh ini mereka kami dampingi, sebagian besar itu udah aktif sendiri, tau
apa yang harus mereka kerjakan. Jadi artinya karena mereka yang
menggunakan jadi istilahnya pemerintah itu yang menyediakan fasilitas, yang
menggunakan kan justru mereka, jadi kami harus menerima unek-unek
mereka biar kemudian menjadi lebih bermanfaat bagi kita. 22
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Ir. Supartama, MM Beliau
mengatakan:
Ya yang namanya manajemen partisipatif ya otomatis diutamakan itu, bukan
hanya menyertakan. Diutamakan bagian daripada penentu kebijakan, ngono
lho, jadi lebih sekedar dari hanya menyertakan lho ya, melibatkan sebagai
penentu. Seperti contohnya tadi baik dipasar Kranggan maupun di
Beringharjo, terus terkait dengan itu partisipasi mereka yang dikoordinir oleh
paguyuban baik itu menyangkut kebersihannya, menyangkut keamanannya
dan lain sebagainya. Dalam kepengurusan mereka berhak dipilih dan berhak
memilih, terus dalam hal apa yang akan menurut dia itu baik mereka harus
berpartisipasi jadi mereka itu seperti sebagai salah satu komponen
penting.23
Kemudian pernyataan-pernyataan diatas dikuatkan oleh Waltijo, dengan
mengatakan:
Iya mas, pedagang disini sudah mulai bisa apa-apa sendiri tidak cuma
njagakke pak lurah terus kayak dulu, setelah dibentuknya paguyuban ini
22
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
23
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Ir. Supartama, MM, kepala seksi pengkajian
pengembangan dan pemasaran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta pada 18 September 2013.
96
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
97
25
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Udiyitno, Lurah pasar kranggan pada 19 September
2013.
26
Wawancara langsung peneliti dengan Bapak Waltijo, Wakil Ketua dari paguyuban pedagang pasar
kranggan pada 19 September 2013.
98
Pendapat
Dilibatkan
Frekuensi Presentase
42
84%
Tidak
16%
Jumlah
50
100%
99
5.2.2
Kerjasama Stakeholder
Kerjasama stakeholder dalam hal ini dapat diartikan sebagai berbagai kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta dan
stakeholder yang terkait untuk terlibat dalam menangani suatu permasalahan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Kerjasama yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta dan stakeholder ini adalah kerjasama dalam mengelola
Pasar Kranggan, stakeholder yang diajak bekerjasama dalam hal ini adalah Pusat
Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM. Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan
(PUSTEK) UGM sendiri adalah sebuah lembaga penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam bidang ekonomi yang memiliki tujuan untuk melaksanakan kajiankajian dalam bidang teori dan praksis ekonomi Indonesia.
Kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Pusat
Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM dalam mengelola Pasar Kranggan ini
adalah dalam hal pelaksanaan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar
Kranggan. Kegiatan pelatihan pedagang Pasar Kranggan diawali dengan menentukan
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan mengumpulkan pedagang untuk kemudian melakukan diskusi bersama, lalu
dilanjutkan dengan kegiatan praktek tentang apa yang telah didiskusikan sebelumnya
seperti praktek mengenai kegiatan pelaksanaan Koperasi Pasar dimana pedagang
disini langsung dicoba untuk masuk kedalam struktur Koperasi dan mencoba untuk
ikut mengelola koperasi Pasar Kranggan secara langsung dengan didampingi oleh
petugas dari pihak Pengelola Pasar Kranggan dan PUSTEK UGM untuk membantu
100
101
102
103
pembangunan bagian kanan pasar, tahap ketiga pembangunan bagian kiri pasar yang
direncanakan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2014.
Implementasi peran pemerintah dalam fungsi pembangunan dengan
melaksanakan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini telah berjalan dengan baik,
dimana program rehabilitasi ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, dari tahap
sosialisasi, relokasi dan penyelesaian proses pembangunan tahap 1. Para pedagang
Pasar Kranggan menyambut baik dengan adanya program rehabilitasi yang dilakukan
di Pasar Kranggan ini mengingat sudah lama mereka menginginkan adanya
rehabilitasi terhadap Pasar Kranggan agar dapat menciptakan kondisi pasar yang
lebih baik dan nyaman. Selain itu menurut para pedagang dengan adanya program
rehabilitasi Pasar Kranggan yang direncanakan akan selesai secara keseluruhan pada
tahun 2014 ini diharapkan akan dapat menyelesaikan konflik yang ada di Pasar
Kranggan, dimana pedagang pasar yang berada di luar pasar ini dinilai mengganggu
kegiatan jual-beli pedagang yang berada di dalam pasar, sedangkan di sisi lain
pedagang yang berada diluar pasar ini ingin mendapatkan lapak didalam pasar. Para
pedagang berharap program rehabilitasi Pasar Kranggan ini dapat menyediakan
lapak-lapak baru yang lebih tertata dan efisien dalam menampung pedagang agar
jumlah kapasitas pedagang yang dapat ditampung oleh Pasar Kranggan akan
bertambah sehingga pedagang yang selama ini berada diluar pasar dapat berjualan
didalam pasar sehingga tidak terjadi lagi konflik antara sesama pedagang.
Peran pemerintah dalam fungsi pembangunan ini dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan anggaran, dimana untuk menjalankan program rehabilitasi Pasar
104
Kranggan ini membutuhkan adanya aliran dana. Dana yang dibutuhkan untuk
memenuhi segala kebutuhan dan pelaksanaan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini
adalah sejumlah Rp. 2.189.000.000 yang berasal dari anggaran APBD Kota
Yogyakarta.
Peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan ini bertujuan untuk dapat
memberdayakan para pedagang Pasar Kranggan agar mereka kedepannya dapat lebih
mengembangkan usahanya agar usaha pedagang pasar yang mayoritasnya adalah para
pedagang kecil menengah ini tidak mengalami gulung tikar dan dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia pedagang Pasar Kranggan. Peran pemerintah dalam
fungsi pemberdayaan ini diwujudkan dengan memberikan bantuan pinjaman modal,
dan melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar
Kranggan. Menurut rencananya akan dilakukan pemberian modal dalam bentuk KUR
bagi pedagang Pasar Kranggan yang membutuhkan bantuan modal, sosialisasi
mengenai kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada pedagang, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan pelaksanaannya.
Implementasi peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan yang diwujudkan
dengan memberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pelatihan kepada para
pedagang Pasar Kranggan ini telah berjalan dengan cukup baik, dimana pelaksanaan
upaya pemberdayaan pedagang ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, dari tahap
pemberian bantuan pinjaman modal, sosialisasi kegiatan pelatihan hingga tahap
pelaksanaannya.
105
106
pinjaman modal tersebut rumit, padahal sebenarnya prosedur pinjaman modal saat ini
sudah sangat mudah.
Peran pemerintah dalam fungsi pemberdayaan ini berkaitan dengan faktor
ketersediaan anggaran, partisipasi pedagang dan kerjasama stakeholder. Ketersediaan
anggaran dalam hal ini berkaitan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah
Kota Yogyakarta dalam dana penyertaan bantuan pinjaman modal, dana yang
disediakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk dana bantuan pinjaman modal
pada tahun 2013 mencapai Rp. 25.000.000.000. Sedangkan partisipasi pedagang dan
kerjasama stakeholder dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan pelatihan dimana
pedagang adalah pihak yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan
keterlibatan stakeholder yang dalam hal ini adalah PUSTEK UGM adalah pihak yang
diajak bekerjasama oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melaksanakan kegiatan
pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar Kranggan.
107
BAB VI
6.1
Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab V, dapat ditarik kesimpulan mengenai peran dari
fungsi
pengaturan/regulator,
Pemerintah
Kota
Yogyakarta
108
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi seperti saat ini dan tujuan dari Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2010 tersebut dapat tercapai.
Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pembangunan adalah
tindakan yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatankegiatan ekonomi yang ada diwilayahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta menjalankan
perannya dengan melakukan program rehabilitasi Pasar Kranggan. Peran pemerintah
Kota Yogyakarta dalam menjalankan program rehabilitasi Pasar Kranggan ini telah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pedagang
Pasar Kranggan dengan kondisi yang semakin lebih baik dan nyaman sehingga
diharapkan dengan kondisi Pasar yang telah lebih baik tersebut dapat menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk berkunjung dan berbelanja kembali di Pasar Kranggan.
Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan diwujudkan
dengan memberikan bantuan pinjaman modal bagi para pedagang Pasar Kranggan
agar dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya, serta pelaksanaan kegiatan
pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang Pasar Kranggan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia para pedagang Pasar Kranggan agar semakin menjadi
lebih baik, kreatif dan dapat menciptakan kondisi pasar kranggan yang mandiri. Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam fungsi pemberdayaan ini telah dilaksanakan
dengan baik walaupun masih ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan dalam hal
sosialisasi mengenai bantuan pinjaman modal.
109
110
6.2
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pemerintah Kota Yogyakarta kedepannya diharapkan dapat memberikan
perhatiannya terhadap seluruh pasar tradisional yang ada di wilayah Kota
Yogyakarta, sehingga pengelolaan pasar tradisional yang diterapkan di Pasar
Kranggan juga dapat diterapkan pada pasar tradisional lainnya.
2. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan untuk dapat menjalankan Peraturan
Walikota Nomor 79 Tahun 2007 dengan lebih tegas dengan memberikan
sanksi yang berat sehingga dapat menimbulkan efek jera dan dapat
meminimalisir terjadinya pelanggaran terhadap peraturan tersebut.
3. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberikan sosialisasi yang lebih
kepada pedagang/pelaku usaha kecil lainnya mengenai bantuan pinjaman
modal, agar tidak ada lagi keluhan dari pedagang/pelaku usaha kecil lainnya
mengenai rumitnya pengajuan bantuan pinjaman modal.
4. Kegiatan pelatihan dan pembinaan harus tetap dilakukan secara berkelanjutan
hingga pelatihan dan pembinaan yang diberikan dinilai sudah cukup.
111
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Bryant, Coralie dan Louise G. White, 1989, Manajemen Pembangunan untuk Negara
Berkembang (terjemahan), Jakarta: LP3ES
Chalid, Pheni, 2005, Otonomi Daerah: Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik,
Jakarta: Kemitraan.
Dwiyanto, Agus (ed), 2005, Mewujudkan Good Governance melauli Pelayanan
Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gaffar, Afan, 2002, Politik Indonesia: Transaksi Menuju Demokrasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Haryanto. 1997. Fungsi-Fungsi Pemerintahan. Jakarta: Badan Diklat Depdagri.
Hughes, Owen, 1998, Public Management and Administration: An Introduction, New
York: St. Martin Press.
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan A.Purwanto(ed), 2005, Anggaran Berbasis
Kinerja, Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM.
112
114
Dokumen Lainnya :
Arintaka, Anjar, Memperkuat Peran dan Kontribusi Pemda dalam Pembinaan
Pasar Tradisional, 20 November 2009, Yogyakarta.
KepMenPErindag No: 23/MPP/KEP/1/1998 Tentang Usaha Perdagangan.
KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan
Pembinaan Usaha Pasar Modern dan Toko Modern.
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Walikota (Perwal) Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 tentang Pembatasan
Jumlah Toko Waralaba di wilayah Kota Yogyakarta
Profil Pasar tradisional Kelas 1 Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta Tahun
2013.Yogyakarta: Penerbit Dinas pengelola Pasar kota Yogyakarta.
Internet :
http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasartradisional diakses pada 4 November 2012
http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional diakses pada
4 November 2012
115
116
LAMPIRAN
117
118
119
Lampiran 2. Kuisioner
Pertanyaan Untuk Pedagang Pasar Kranggan.
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Responden.
Nama saya Cahya Nugroho, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosisal dan Politik
Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan penelitian dengan judul "Peran
Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan."
Partisipasi dari saudara/i sekalian bersifat sukarela. Jawaban yang Anda pilih
akan menentukan hasil dari penelitian ini. Untuk kenyamanan Anda sebagai
responden, identitas dan jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
disebarluaskan.
Terimakasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner ini.
Petunjuk Pengisian:
-
Berilah
tanda
centang
) pernyataan
(
di
bawah
ini
sesuai
kondisi
Bapak/Ibu/Saudara/i.
1. Jenis kelamin Anda :
Pria
Wanita
2. Pendidikan terakhir :
SD
SMP
SMA
S1
17-25
26-35
> 35
120
1.000.000 - 2.000.000
2.000.000 - 3.000.000
3.000.000 - 5.000.000
> 5.000.000
Petunjuk Pengisian :
-
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut pendapat anda untuk setiap
pertanyaan yang diberikan .
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
Tidak tahu
121
122
123
124
125
126