Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN INDUSTRIAL PANCASILA

MAKALAH OMNIBUS LAW

DISUSUN OLEH
Yosipina Sri Prihatin N.
E1022171002

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN SOSIAL


UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini. Untuk itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen pembimbing mata kuliah Hubungan Industrial Pancasila yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan

makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Seluruh pihak – pihak yang telah membantu memberikan informasi dan sumber

bacaan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga Tuhan yang Maha Kuasa menerima amal baik kita dan memberikan ganjaran

yang berlipat ganda. Amin.

Pontianak, 8 Desember 2021

YOSIPINA SRI PRIHATIN N.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara hukum yang menganut sistem civil law, Indonesia tentunya
memiliki berbagai regulasi untuk mencapai tujuan nasionalnya. Sumber hukum dari
hukum perdata, dalam arti formal, peraturan hukum, adat istiadat, dan hukum.
Negara-negara yang menganut sistem peradilan sipil menempatkan Konstitusi di
puncak hierarki hukum. Kebiasaan saat ini dijadikan sebagai sumber hukum kedua
untuk memecahkan masalah. Perkembangan teknologi dan informasi juga akan
mempengaruhi perkembangan hukum yang ada di masyarakat dan peraturan
pemerintah. Banyak peraturan di Indonesia yang seringkali membingungkan
masyarakat untuk menyelesaikan masalah, sehingga pemerintah mengeluarkan arahan
untuk memberlakukan omnibus law. Istilah ini pertama kali digunakan di Indonesia
dan masih dalam bentuk RUU, sehingga bisa asing bagi masyarakat umum. Omnibus
law sendiri diberlakukan di beberapa negara yang menganut sistem common law.
Misalnya tetangga Malaysia dan Singapura. Tindakan kolektif itu sendiri, antara lain,
membantu mempercepat penyusunan undang-undang dan peraturan dan mengubah
undang-undang dan peraturan.
Omnibus law merupakan gabungan dari beberapa undang-undang menjadi satu
peraturan. Tujuan pemerintah dalam memberlakukan hukum kolektif adalah untuk
menggabungkan 1.244 teks dan 79 undang-undang menjadi satu peraturan. Salah satu
undang-undang yang juga termasuk dalam omnibus law adalah UU Ketenagakerjaan.
Sebelas perubahan telah dilakukan pada Omnibus Employment Creation Act. Ini
termasuk penyederhanaan perizinan, persyaratan investasi, pekerja asing, jam kerja,
perlindungan hak dan pekerja, penyertaan jenis redundansi, dan peningkatan jaminan
sosial.
Ketenagakerjaan pada awalnya merupakan bidang yang berada dalam ruang
lingkup hukum privat. Namun karena ketenagakerjaan dianggap menjadi bidang yang
penting untuk diatur secara langsung oleh negara. Maka negara turun tangan langsung
dengan membuat regulasi yang mengatur mengenai ketenagakerjaan. Sehingga,
ketenagakerjaan tidak lagi bagian dari hukum privat tetapi menjadi bagian dari hukum
publik. Alasan lain mengapa langkah ini dilakukan oleh negara adalah karena
banyaknya kasus yang menjadikan Tenaga Kerja Indonesia dalam maupun luar negeri
menjadi korban dan kurang mendapat perlindungan. Pembuatan regulasi yang
mengatur secara khusus ketenagakerjaan dituangkan dalam UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keterkaitan omnibus law dengan Undang-undang
ketenagakerjaan yang terdapat dalan UU No. 13 Tahun 2003
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Omnibus Law
2. Untuk mengetahui alasan pemerintah membuat omnibus law
3. Untuk mengetahui pengertian ketenagakerjaan
4. Untuk mengetahui hukum ketenagakerjaan
5. Untuk mengetahui unsur hukum ketenagakerjaan
6. Untuk mengetahui sifat hukum ketenagakerjaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Omnibus Law


Omnibus law merupakan suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat
untuk mengacu pada satu isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah
beberapa undang-undang menjadi satu undang-undang yang lebih sederhana dan
lengkap agar tidak terjadi tumpang tindih peraturan. Hal ini dilakukan untuk
mengamandemen beberapa undang-undang menjadi satu undang-undang baru.Secara
harfiah, Omnibus law adalah hukum untuk semua. Secara bahasa berasal dari bahasa
latin, yakni omnis yang berarti ‘untuk semua’ atau ‘banyak’ (Yudo, 2020).
Menurut Bryan A Garner, dalam Black Law Dictionary Ninth Edition
menyatakan: “Omnibus: relating to or dealing with numerous objects or items at
once; including many things or having various purposes.” Yang berarti omnibus law
memiliki kaitan dengan berbagai objek atau hal sekaligus, dan memiliki beberapa
tujuan.
Omnibus Law merupakan konsep pembuatan peraturan yang menggabungkan
beberapa peraturan yang substansi pengaturannya berbeda menjadi suatu peraturan
besar yang berfungsi sebagai payung hukum (umbrella act). Dalam hal ini Omnibus
Law mengandung lebih dari satu muatan pengaturan. Inilah mengapa omnibus law
didefinisikan sebagai hukum untuk semua. Akan tetapi keberadaan undang-undang
hasil Omnibus Law yang keberadaannya mengarah sebagai undang-undang payung
akan menimbulkan permasalahan mengenai kedudukannya dikarenakan secara teori
perundang-undangan di Indonesia, di mana Indonesia tidak mengenal konsep
umbrella actkarena kedudukan atau posisi semua undang undang sama (Paulus Aluk,
2020).

B. Alasan Pemerintah Membuat Omibus Law


Alasan pemerintah memberlakukan omnibus law karena terlalu banyak
regulasi adalah banyak regulasi yang tumpang tindih dengan regulasi dan
menyulitkan akses pelayanan publik. Ini juga menunda pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan manusia.
C. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu langkah pembangunan ekonomi, yang
mempunyai peranan signifikan dalam segala aktivitas nasional, khususnya
perekonomian nasional dalam hal peningkatan produktivitas dan kesejahteraan.
Tenaga kerja yang melimpah sebagai penggerak tata kehidupan ekonomi serta
merupakan sumber daya yang jumlahnya melimpah. Oleh sebab itu dibutuhkannya
lapangan pekerjaan yang dapat menampung seluruh tenaga kerja, tetapi tenaga kerja
yang memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kemampuannya,
sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.
Tenaga kerja yang terampil banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan,
dimana untuk menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maka perlu dibentuk
perlindungan tenaga kerja, karena banyak resiko yang dapat dialami oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. Apabila sewaktu ketika tenaga kerja mengalami sakit
akibat pekerjaannya, kecelakaan kerja maupun hari tua, sudah ada penggantian yang
sesuai atas apa yang telah dikerjakannya.
Perlindungan Tenaga Kerja bagi pekerja sangatlah penting, sesuai dengan
pelaksanaan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut
UUD 1945), khususnya Pasal 27 (2) tentang hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Mengingat betapa pentingnya peran
ketenagakerjaan bagi lembaga/badan usaha milik negara maupun milik swasta dalam
upaya membantu tenaga kerja untuk memperoleh hak-hak nya maka dirumuskanlah
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (yang selanjutnya
disebut UU Ketenagakerjaan) Peran tenaga kerja sebagai modal usaha dalam
melaksanakan pembangunan harus didukung juga dengan jaminan hak setiap pekerja.
Setiap tenaga kerja diberikan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya serta diberikan penghasilan yang layak sehingga
dapat menjamin kesejahteraan dirinya beserta keluarga yang menjadi tanggungannya.

D. Pengertian Ketenagakerjaan
Pada awalnya hukum ketenagakerjaan disebut sebagai hukum perburuhan, dan
sekarang pun keduanya masih dipakai baik oleh para ahli hukum maupun di dalam
dunia akademik, dimana hukum perburuhan berasal dari kata “arbeidsrecht”. Kata
arbeidsrechtitu sendiri, banyak batasan pengertiannya (Dede Agus, 2011).
Menyamakan istilah buruh dengan pekerja. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, istilah tenaga kerja mengandung
pengertian yang bersifat umum yaitu, setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat (Faisal Salam, 2009).
Dalam hukum ketenagakerjaan pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada
orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam
bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan
atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja (Libertus Jehani, 2006).
Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003, yang
diundangkan pada lembaran negara tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret
2003, dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan
ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan.

E. Hukum Ketenagakerjaan
1. Molenaar dalam Asikin (1993: 2) berpendapat bahwa:
“Hukum Perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya
mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, serta antara tenaga kerja
dan tenaga kerja.”
2. M.G. Levenbach dalam Manulang (1995: 1) mengatakan bahwa:
“Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja,
dimana pekerja itu dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan
yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja itu.”
3. N.E.H. van Esveld dalam Manulang (1995: 1) berpendapat bahwa:
“Hukum Perburuhan tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerja
dilakukan dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh
swapekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggungjawab dan risiko sendiri.”

F. Unsur Hukum Ketenagakerjaan


Unsur Hukum dalam Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut (Libertus Jehani, 2006):
1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha/majikan
3. Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan mendapat upah
sebagai balas jasa
4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid,
hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/buruh, dan sebagainya.

G. Sifat hukum Ketenagakerjaan


Bersifat Privasi (perdata) karena mengatur hubungan kerja antara tenaga dan
pengusaha untuk mengatur kepentingan perseorangan. Bersifat Publik karena dalam
pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah tertentu memerlukan campur tangan
pemerintah.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Omnibus Law
Omnibus law diterbitkan untuk mencabut dan merubah beberapa
peraturan perundang-undangan (dilakukan oleh negara dengan sistem commed
law), namun ada negara civil law yang mengunakan konsep ini salah satunya
Vietnam-menerbitkan peraturan terkait dengan perpajakaan, yang mencabut
beberapa ketetuan tentang perpajakan mulai dari penentuan tarif pajak, sampai
administrative perpajakan. Dan Indonesia juga sudah pernah memakai konsep
omnibus law yaitu UU 23 tahun 2014 tentang Pemda, yang mencabut
ketentuan dari 4 undang-undang sekaligus.

B. Kajian Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Jika diidentifikasi tujuan dari UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan maka dalam regulasi itu sendiri terdapat 4 (empat) tujuan
yang disebutkan pada Pasal 4 bahwa pembangunan ketenagakerjaan
bertujuan :
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi; Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah “Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja
merupakan suatu kegiatan yang terpadu untuk dapat memberikan
kesempatan kerja seluasluasnya bagi tenaga kerja Indonesia. Melalui
pemberdayaan dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja Indonesia
dapat berpartisipasi secara optimal dalam Pembangunan Nasional, namun
dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaannya.”
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah “Pemerataan kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja
dengan memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan
bagi seluruh tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Demikian pula pemerataan penempatan tenaga kerja perlu
diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan daerah.”
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan;
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Karena bidang ketenegakerjaan dianggap penting dan


menyangkut kepentingan umum. Maka pemeritah mengaihkannya
dari hukum privat menjadi hukum publik. Alasan lain adalah
banyaknya masalah ketenagakerjaan yang terjadi baik dalam maupun
luar negeri. Salah satu contoh adalah banyak kasus yang masuk ke
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) menyangkut penggunaan
tenaga kerja asing. Setiap putusan badan peradilan PHI akan menjadi
evaluasi untuk kepentingan di bidang ketenagakerjaan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika kita melihat tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah memang baik
yaitu ingin membuka lapangan pekerjaan, meskipun arahnya yaitu lebih ke bagaimana
memajukan investasi, baik dalam atau luar negeri. Salah satu jalan untuk menarik
investasi yaitu dengan mempermudah perizinan, dimana memang ini adalah salah satu
factor yang menghambat tumbuhnya investasi di Indonesia, bisa kita lihat bahwa dari
RUU ini terdapat 1.200 an pasal yang akan diubah dibanyak sekali undang-undang,
yang menyangkut perizinan akan berubah lebih dari 1000an pasal, yang menyangkut
tenaga kerja ada 63 pasal. Yang artinya memang pemerintah lebih focus untuk
mempermudah berbisnis.
Bukan hanya buruh yang akan merasakan dampak dari RUU tersebut, tetapi
karena banyak sektor yang terkena dampaknya, sebagian besar masyarakat terutama
nelayan, petani dan masyarakat adat akan terkena dampaknya dan untuk semua
lapisan masyarakat harus benar-benar menjadi perhatian. untuk dipengaruhi. Di sektor
pertanian atau pertambangan misalnya, dalam hal perizinan yang disederhanakan
dengan persyaratan penguasaan tanah yang dimodifikasi, batas-batas penguasaan
tanah diperlebar, menunda berjalannya reformasi tanah masyarakat, tetapi
tanah.Kepemilikan dikelola oleh pemilik modal untuk jangka waktu yang lama waktu,
yang berdampak negatif bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pengesahan RUU
ini pada prinsipnya tidak hanya akan berdampak pada ketenagakerjaan tetapi juga
berbagai sektor, tetapi semua sektor akan terkena dampak langsung maupun tidak
langsung.
Pada dasarnya, omnibus law ini merupakan salah satu cara yang dipandang
Presiden sebagai potensi respon terhadap permasalahan yang ada di Indonesia akibat
implementasi kebijakan yang kompleks, namun dari masyarakat, terutama yang
terlibat. aturan akan melakukan ini dan menghilangkan kepastian yang ada yang
diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

B. Saran
Penulis dapat memberikan saran bahwa, UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan hendaknya direvisi. Hal itu dikarenakan dalam pasal-pasalnya
banyak merugikan kepentingan buruh dan dalam judicial review di MK banyak pasal
yang dibatalkan. Revisi tersebut bertujuan untuk memberi keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum bagi pihak yang terkait dalam hubungan industrial yaitu, pekerja,
pengusaha dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Dede Agus, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011),
hlm. 12

Faisal Salam, Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Industrial di Indonesia, (Bandung:


Mandar Maju, 2009) hlm. 43

Libertus Jehani, Hak-Hak Pekerja Bila di PHK, (Tangerang: Visi Media, 2006), hlm. 1

Paulus Aluk Fajar Dwi Santoso, 2020, https://business-law.binus.ac.id/2019/10/03/


memahami-gagasanomnibus-law/ diakses tanggal 7 Desember 2021.

Yudo, Apa itu Omnibuslaw ? https://pelitaku.sabda.org/node/872, diakses pada tanggal 7


Desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai