DISUSUN OLEH
Yosipina Sri Prihatin N.
E1022171002
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah
makalah ini. Untuk itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
2. Seluruh pihak – pihak yang telah membantu memberikan informasi dan sumber
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa menerima amal baik kita dan memberikan ganjaran
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keterkaitan omnibus law dengan Undang-undang
ketenagakerjaan yang terdapat dalan UU No. 13 Tahun 2003
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Omnibus Law
2. Untuk mengetahui alasan pemerintah membuat omnibus law
3. Untuk mengetahui pengertian ketenagakerjaan
4. Untuk mengetahui hukum ketenagakerjaan
5. Untuk mengetahui unsur hukum ketenagakerjaan
6. Untuk mengetahui sifat hukum ketenagakerjaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Pengertian Ketenagakerjaan
Pada awalnya hukum ketenagakerjaan disebut sebagai hukum perburuhan, dan
sekarang pun keduanya masih dipakai baik oleh para ahli hukum maupun di dalam
dunia akademik, dimana hukum perburuhan berasal dari kata “arbeidsrecht”. Kata
arbeidsrechtitu sendiri, banyak batasan pengertiannya (Dede Agus, 2011).
Menyamakan istilah buruh dengan pekerja. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, istilah tenaga kerja mengandung
pengertian yang bersifat umum yaitu, setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat (Faisal Salam, 2009).
Dalam hukum ketenagakerjaan pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada
orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam
bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan
atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja (Libertus Jehani, 2006).
Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003, yang
diundangkan pada lembaran negara tahun 2003 Nomor 39 pada tanggal 25 Maret
2003, dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan itu, pembangunan
ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan.
E. Hukum Ketenagakerjaan
1. Molenaar dalam Asikin (1993: 2) berpendapat bahwa:
“Hukum Perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya
mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, serta antara tenaga kerja
dan tenaga kerja.”
2. M.G. Levenbach dalam Manulang (1995: 1) mengatakan bahwa:
“Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja,
dimana pekerja itu dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan
yang langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja itu.”
3. N.E.H. van Esveld dalam Manulang (1995: 1) berpendapat bahwa:
“Hukum Perburuhan tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerja
dilakukan dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh
swapekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggungjawab dan risiko sendiri.”
A. Kesimpulan
Ketika kita melihat tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah memang baik
yaitu ingin membuka lapangan pekerjaan, meskipun arahnya yaitu lebih ke bagaimana
memajukan investasi, baik dalam atau luar negeri. Salah satu jalan untuk menarik
investasi yaitu dengan mempermudah perizinan, dimana memang ini adalah salah satu
factor yang menghambat tumbuhnya investasi di Indonesia, bisa kita lihat bahwa dari
RUU ini terdapat 1.200 an pasal yang akan diubah dibanyak sekali undang-undang,
yang menyangkut perizinan akan berubah lebih dari 1000an pasal, yang menyangkut
tenaga kerja ada 63 pasal. Yang artinya memang pemerintah lebih focus untuk
mempermudah berbisnis.
Bukan hanya buruh yang akan merasakan dampak dari RUU tersebut, tetapi
karena banyak sektor yang terkena dampaknya, sebagian besar masyarakat terutama
nelayan, petani dan masyarakat adat akan terkena dampaknya dan untuk semua
lapisan masyarakat harus benar-benar menjadi perhatian. untuk dipengaruhi. Di sektor
pertanian atau pertambangan misalnya, dalam hal perizinan yang disederhanakan
dengan persyaratan penguasaan tanah yang dimodifikasi, batas-batas penguasaan
tanah diperlebar, menunda berjalannya reformasi tanah masyarakat, tetapi
tanah.Kepemilikan dikelola oleh pemilik modal untuk jangka waktu yang lama waktu,
yang berdampak negatif bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pengesahan RUU
ini pada prinsipnya tidak hanya akan berdampak pada ketenagakerjaan tetapi juga
berbagai sektor, tetapi semua sektor akan terkena dampak langsung maupun tidak
langsung.
Pada dasarnya, omnibus law ini merupakan salah satu cara yang dipandang
Presiden sebagai potensi respon terhadap permasalahan yang ada di Indonesia akibat
implementasi kebijakan yang kompleks, namun dari masyarakat, terutama yang
terlibat. aturan akan melakukan ini dan menghilangkan kepastian yang ada yang
diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
B. Saran
Penulis dapat memberikan saran bahwa, UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan hendaknya direvisi. Hal itu dikarenakan dalam pasal-pasalnya
banyak merugikan kepentingan buruh dan dalam judicial review di MK banyak pasal
yang dibatalkan. Revisi tersebut bertujuan untuk memberi keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum bagi pihak yang terkait dalam hubungan industrial yaitu, pekerja,
pengusaha dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Agus, Hukum Ketenagakerjaan, (Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011),
hlm. 12
Libertus Jehani, Hak-Hak Pekerja Bila di PHK, (Tangerang: Visi Media, 2006), hlm. 1