Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
1. Asas Pembuktian Terbalik dalam KUHAP
Pembuktian adalah suatu proses keiatan untuk membuktikan sesuatu
atau men!atakan kebenaran tentan suatu peristi"a. Pasal 1#$ KUHAP
men!atakan% &Hakim tidak boleh men'atuhkan pidana kepada seseoran( ke)uali
apabila denan sekuran*kurann!a dua alat bukti !an sah ia memperoleh
ke!akinan bah"a suatu tindak pidana benar ter'adi dan bah"a terdak"alah !an
bersalah melakukann!a.+
Sedankan menenai ketentuan alat bukti !an sah diatur dalam Pasal
1#, KUHAP( !an berbun!i %
a. alat bukti !an sah ialah % Keteranan saksi( Keteranan ahli( Surat(
Petun'uk( Keteranan terdak"a.
b. Hal !an se)ara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Alat bukti petun'uk sanat diperlukan dalam pembuktian suatu perkara
terutama dalam kasus korupsi. Alat bukti petun'uk tidak munkin berdiri sendiri(
tetapi berantun pada alat*alat bukti lain !an telah diperunakan atau dia'ukan
oleh 'aksa penuntut umum dan penasehat hukum. Alat*alat bukti !an dapat
diperunakan untuk membanun alat bukti petun'uk ialah keteranan saksi(
surat*surat dan keteranan tersanka -pasal 1## a!at . KUHAP/.
Alat bukti petun'uk dalam hukum pidana 0ormil korupsi tidak sa'a dibanun
melalui tia alat bukti dalam pasal 1## a!at . KUHAP( melainkan dapat diperluas
di luar tia alat bukti !an sah tersebut sebaaimana !an diterankan dalam
pasal .1 A Undan*undan No. .2 Tahun .221 !aitu %
a. Alat bukti lain !an berupa in0ormasi !an diu)apkan( dikirim( diterima(
atau disimpan se)ara elektronik denan alat opti) atau !an serupa denan itu
dan
b. 3okumen( !akni setiap rekaman data atau in0ormasi !an dapat dilihat(
diba)a( dan4atau didenar !an dapat dikeluarkan denan atau tanpa bantuan
suatu sarana( baik !an tertuan dalam kertas( benda 0isik apa pun selain kertas
maupun !an terekam se)ara elektronik !an berupa tulisan( suara( ambar(
peta( ran)anan( 0oto( huru0( tanda( anka( atau per0orasi !an memiliki makna.
Ketentuan khusus menenai pembuktian dalam hukum pidana 0ormil
korupsi !an dirumuskan dalam Undan*undan No. $1 Tahun 1555 6o Undan*
undan No. .5 Tahun .221 merupakan perke)ualian dari hukum pembuktian
!an ada dalam KUHAP. 3i dalam KUHAP ke"a'iban pembuktian dibebankan
sepenuhn!a kepada 6aksa Penuntut Umum( hal ini sesuai denan ketentuan
pembuktian !an diatur dalam KUHAP Bab 78I baian ke empat -Pasal 1#$
sampai denan Pasal .$. KUHAP/( sehina status hukum atau kedudukan
asas pembuktian terbalik di dalam sistem hukum a)ara pidana di Indonesia
-KUHAP/ tidak diatur.
Sesuai denan pasal 1#$ KUHAP( maka 'elaslah bah"a kedudukan asas
pembuktian terbalik tidak dianut dalam sistem hukum a)ara pidana pada
umumn!a( melainkan !an serin diterapkan dalam proses pembuktian dalam
peradilan pidana !aitu teori 'alan tenah !akni abunan dari teori berdasarkan
undan*undan dan teori berdasarkan ke!akinan hakim.
Istilah pembuktian terbalik telah dikenal luas oleh mas!arakat sebaai
bahasa !an denan mudah dapat di)erna pada masalah dan salah satu solusi
pemberantasan korupsi. Istilah ini sebenarn!a kuran tepat( dari sisi bahasa
dikenal sebaai omkerin 9an het be"i'slat atau re9ersal burden o0 proo0 !an
bila diter'emahkan se)ara bebas men'adi &pembalikan beban pembuktian+.
Sebaai asas uni9ersal( meman akan men'adi penertian !an bias apabila
diter'emahkan sebaai pembuktian terbalik.
3i sini ada suatu beban pembuktian !an diletakkan kepada salah satu
pihak( !an uni9ersalis terletak pada penuntut umum. Namun( meninat adan!a
si0at kekhususan !an sanat mendesak( beban pembuktian tersebut diletakkan
tidak lai kepada penuntut umum tetapi kepada terdak"a. Proses pembalikan
beban dalam pembuktian inilah !an kemudian dikenal denan istilah
&pembuktian terbalik+
Kalimat tersebut sunuh tepat karena tanpa meletakan kata &beban+
maka makna !an ter'adi akan berlainan. Pembuktian terbalik tanpa kata beban
dapat dita0sirkan tidak adan!a beban pembuktian dari terdak"a sehina se)ara
har0iah han!a melihat tata urutan alat bukti sa'a.
3ika'i dari perspekti0 ilmu penetahuan hukum pidana dikenal ada $ -tia/
teori tentan beban pembuktian( !aitu%
a. Beban Pembuktian pada Penuntut Umum
Penuntut umum tiada mempun!ai hak tolak atas hak !an diberikan
undan*undan kepada terdak"a( namun tidak berarti penuntut umum tidak
memiliki hak untuk menilai dari sudut pandan penuntut umum dalam
re:uisitorn!a.
Apabila terdak"a dapat membuktikan hak tersebut( bah"a ia tidak
melakukan delik korupsi( tidak berarti bah"a ia tidak terbukti melakukan korupsi(
sebab penuntut umum masih berke"a'iban untuk membuktikan dak"aann!a.
Ketentuan pasal ini merupakan pembuktian terbalik terbatas( karena penuntut
umum masih tetap "a'ib membuktikan dak"aann!a. Konsekuensi lois teori
beban pembuktian ini( bah"a Penuntut Umum harus mempersiapkan alat*alat
bukti dan baran bukti se)ara akurat( sebab 'ika tidak demikian akan susah
me!akinkan hakim tentan kesalahan terdak"a. Konsekuensi lois beban
pembuktian ada pada Penuntut Umum ini berkorelasi asas pradua tidak
bersalah dan aktualisasi asas tidak mempersalahkan diri sendiri. Teori beban
pembuktian ini dikenal di Indonesia( bah"a ketentuan pasal 11 KUHAP denan
teas men!ebutkan bah"a( &tersanka atau terdak"a tidak dibebani ke"a'iban
pembuktian+. Beban pembuktian seperti ini dapat dikateorisasikan beban
pembuktian &biasa+ atau &kon9ensional+.
b. Beban Pembuktian pada Terdak"a
Terdak"a berperan akti0 men!atakan bah"a dirin!a bukan sebaai pelaku
tindak pidana. ;leh karena itu( terdak"alah di depan sidan penadilan !an
akan men!iapkan seala beban pembuktian dan bila tidak dapat membuktikan(
terdak"a din!atakan bersalah melakukan tindak pidana. Pada asasn!a teori
beban pembuktian 'enis ini dinamakan teori+ Pembalikan Beban Pembuktian+
-;mkerin 9an het Be"i'slast atau Shi0tin o0 Burden o0 Proo04 ;nus o0 Proo0+/.
Ada dua hal !an harus diperhatikan oleh terdak"a dalam menunakan
hakn!a( !aitu%
1/ Untuk membuktikan bah"a ia tidak melakukan delik korupsi
sebaaimana didak"akan oleh Penuntut Umum.
S!arat ini merupakan suatu pen!impanan dari ketentuan KUHP( !an
menentukan bah"a Penuntut Umum "a'ib membuktikan dilakukan tindak
pidana( bukan terdak"a. Terdak"a dapat membuktikan daliln!a( bah"a ia tidak
melakukan tindak pidana korupsi.
./ Ia berke"a'iban untuk memberikan keteranan tentan seluruh harta
bendan!a sendiri( harta benda isterin!a( atau suami -'ika terdak"a adalah
perempuan/( harta benda setiap oran atau korporasi !an didua ada kaitann!a
denan perkara !an bersankutan. Ia berke"a'iban memberi keteranan
tentan asal usul perolehan hak atau asal usul pelepasan hak. Perolehan4
pelepasan hak itu menenai kapan< baaimana< dan siapa*siapa sa'a( !an
terlibat dalam perolehan4 pelepasan hak itu serta menapa dan sebab*sebab
apa perolehan atau peralihan itu ter'adi.
3ika'i dari perspekti0 teoritis dan praktik teori beban pembuktian ini dapat
diklasi0ikasikan lai men'adi pembalikan beban pembuktian !an bersi0at murni
maupun bersi0at terbatas -limited burden o0 proo0/. Pada hakikatn!a( pembalikan
beban pembuktian tersebut merupakan suatu pen!impanan hukum pembuktian
dan 'ua merupakan suatu tindakan luar biasa terhadap tindak pidana korupsi.
). Beban Pembuktian Berimban
Konkretisasi asas ini baik Penuntut Umum maupun terdak"a dan4 atau
Penasihat Hukumn!a salin membuktikan di depan persidanan. =a>imn!a
Penuntut Umum akan membuktikan kesalahan terdak"a sedankan sebalikn!a
terdak"a beserta penasehat hukum akan membuktikan sebalikn!a bah"a
terdak"a tidak terbukti se)ara sah dan me!akinkan bersalah melakukan tindak
pidana !an didak"akan. Asas beban pembuktian ini dinamakan 'ua asas
pembalikan beban pembuktian &berimban+.
Apabila ketia polarisasi teori beban pembuktian tersebut dika'i dari tolak
ukur Penuntut Umum dan Terdak"a( sebenarn!a teori beban pembuktian dapat
dibai men'adi . -dua/ kateorisasi !aitu%
a. Sistem beban pembuktian &biasa+ atau kon9ensional+( Penuntut Umum
membuktikan kesalahan terdak"a denan mempersiapkan alat*alat bukti
sebaaimana ditentukan undan*undan. Kemudian terdak"a dapat
men!ankal alat*alat bukti dan beban pembuktian dari Penuntut Umum sesuai
ketentuan Pasal 11 KUHAP.
b. Teori pembalikan beban pembuktian !an dalam aspek ini dapat dibai
men'adi teori pembalikan beban pembuktian !an bersi0at &absolut+ atau &murni+
bah"a terdak"a dan4 atau Penasihat Hukumn!a membuktikan
ketidakbersalahan terdak"a. Kemudian teori pembalikan beban pembuktian
!an bersi0at &terbatas dan berimban+ dalam artian terdak"a dan Penuntut
salin membuktikan kesalahan atau ketidakbersalahan dari terdak"a.
.. Penaturan Pembuktian Terbalik 3alam Undan*Undan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pada tahun 15?1 telah dibentuk UU No. $ Tahun 15?1 tentan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan kemudian pada tahun 1555
diundankan UU No. $1 Tahun 1555 tentan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi( !an menanut sistem pembuktian terbalik terbatas !an terdapat
dalam Pasal $? !an memunkinkan diterapkann!a pembuktian terbalik !an
terbatas terhadap harta benda tertentu dan menenai perampasan harta hasil
korupsi. UU No. $ Tahun 15?1 dan UU No. $1 Tahun 1555 pada asasn!a tetap
memperunakan teori pembuktian neati9e( kemudian di UU No. .2 Tahun .221
tentan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi( !akni berupa Sistem
Pembalikan Beban Pembuktian dan Berimban. @an menatur pembuktian
terbalik se)ara lebih 'elas !aitu pada Pasal 1. B( 1. A( $?( $?A( $# A( dan $# B.
3asar hukum mun)uln!a peraturan di luar Kitab Undan*undan Hukum
Pidana -KUHP/ adalah Pasal 12$ KUHP. 3idalam pasal tersebut din!atakan %
ketentuan dari delapan bab !an pertama dari buku ini berlaku 'ua terhadap
perbuatan !an dapat dihukum menurut peraturan undan*undan lain( ke)uali
kalau ada undan*undan -"et/ tindakan umum pemerintahan -alemene
maatreelen 9an bestuur/ atau ordonansi menentukan peraturan lain. 6adi(
dalam hal ketentuan dalam peraturan perundan*undanan menatur lain
daripada !an telah diatur di dalam KUHP( dapat diartikan bah"a suatu bentuk
aturan khusus telah menesampinkan aturan umum -=eB spe)ialis deroate
=ei Cenerali/. 3enan kata lain Pasal 12$ KUHP memunkinkan suatu
ketentuan perundan*undanan di luar KUHP untuk menesampinkan
ketentuan*ketentuan !an telah diatur dalam KUHP.
Pada KUHP Tindak Pidana 'abatan !an berkorelasi denan perbuatan
korupsi terdapat di dalam Bab 778III KUHP !aitu khususn!a terhadap perbuatan
penelapan oleh pea"ai neeri -Pasal ,1D KUHP/( membuat palsu atau
memalsukan -Pasal ,11 KUHP/( menerima pemberian atau 'an'i -Pasal ,1#( ,15(
dan ,.2 KUHP/ serta menuntunkan diri sendiri atau oran lain se)ara
mela"an hukum -Pasal ,.$( ,.D dan ,$D KUHP/.
Pada hakikatn!a( ketentuan*ketentuan Tindak Pidana Korupsi itu tern!ata
kuran e0ekti0 dalam menanulani korupsi. Maka( dirasakan perlu adan!a
peraturan !an dapat lebih memberi keleluasaan kepada penuasa untuk
bertindak terhadap pelaku*pelakun!a. Asas Pembalikan Beban Pembuktian
merupakan suatu sistem pembuktian !an berada di luar kela>iman teoritis
pembuktian dalam Hukum -A)ara/ Pidana !an uni9ersal. 3alam Hukum Pidana
-Eormal/( baik sistem Eropa Kontinental maupun Anlo*SaBon( menenal
pembuktian denan tetap membebankan ke"a'ibann!a pada 6aksa Penuntut
Umum. Han!a sa'a( dalam &)ertain )ases+ -kasus*kasus tertentu/ diperkenankan
penerapan denan mekanisme !an di0erensial( !aitu Sistem Pembalikan Beban
Pembuktian atau dikenal sebaai &Fe9ersal o0 Burden Proo0+ -;mkerin 9an
Be"i'slast/. Itu pun tidak dilakukan se)ara o9erall( tetapi memiliki batas*batas
!an seminimal munkin tidak melakukan suatu destruksi terhadap perlindunan
dan penharaan Hak Asasi Manusia( khususn!a Hak Tersanka4 Terdak"a.
Pen'elasan umum dalam Undan*undan No. $1 Tahun 1555 dikatakan
penertian &pembuktian terbalik !an bersi0at terbatas dan berimban+( !akni %
&terdak"a mempun!ai hak untuk membuktikan bah"a ia tidak melakukan tindak
pidana korupsi dan "a'ib memberikan keteranan tentan seluruh harta
bendan!a dan harta benda isterin!a atau suami( anak( dan harta benda setiap
oran atau korporasi !an didua mempun!ai hubunan denan perkara !an
bersankutan dan penuntut umum tetap berke"a'iban untuk membuktikan
dak"aann!a+. Kata*kata &bersi0at terbatas+ didalam memori atas pasal $?
dikatakan( bah"a apabila terdak"a dapat membuktikan daliln!a bah"a
&terdak"a tidak melakukan tindak pidana korupsi+ hal itu tidak berarti bah"a
terdak"a tidak terbukti melakukan korupsi( sebab Penuntut Umum( masih tetap
berke"a'iban untuk membuktikan dak"aann!a.
Kata*kata &berimban+ dilukiskan sebaai penhasilan terdak"a ataupun
sumber penambahan harta benda terdak"a( sebaai in)ome terdak"a dan
perolehan harta benda( sebaai output. Antara in)ome sebaai input !an tidak
seimban denan output atau denan kata lain input lebih ke)il dari output.
3enan demikian diasumsikan bah"a perolehan baran*baran sebaai output
tersebut -misaln!a rumah*rumah( mobil*mobil( saham*saham( simpanan dolar
dalam rekenin bank( dan lain*lainn!a/ adalah hasil perolehan dari tidak pidana
korupsi !an didak"akan.
6adi( dalam pembuktian delik korupsi dianut dua teori pembuktian( !akni %
1/ Teori bebas( !an diturut oleh terdak"a
Teori bebas sebaaimana ter)ermin dan tersirat dalam pen'elasan umum(
serta ber"u'ud dalam( hal*hal sebaai ter)antum dalam pasal $? UU No. $1
Tahun 1555( sebaai berikut%
a/ Terdak"a mempun!ai hak untuk membuktikan bah"a ia tidak
melakukan tindak pidana korupsi.
b/ 3alam hal terdak"a dapat membuktikan bah"a ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi( maka keteranan tersebut diperunakan sebaai hal !an
menuntunkan bain!a.
)/ Terdak"a "a'ib memberikan keteranan tentan seluruh harta
bendan!a dan harta benda isteri atau suami( anak dan harta benda setiap oran
atau korporasi !an didua mempun!ai hubunan denan perkara !an
bersankutan.
d/ 3alam hal terdak"a tidak dapat membuktikan tentan keka!aan !an
tidak seimban denan penhasilan atau sumber panambahan keka!aann!a(
maka keteranan tersebut dapat diunakan untuk memperkuat alat bukti !an
sudah ada bah"a terdak"a telah melakukan tindak pidana korupsi.
e/ 3alam keadaan sebaaimana dimaksud dalam a!at -1/( a!at -./( a!at
-$/ dan a!at -,/( penuntut umum tetap berke"a'iban untuk membuktikan
dak"aaann!a.
./ Teori neati0 menurut undan*undan( !an diturut oleh penuntut
umum.
Sedankan teori neati0 menurut undan*undan tersirat dalam pasal 1#$
KUHAP( !aitu % &Hakim tidak boleh men'atuhkan pidana kepada seoran( ke)uali
apabila denan sekuran*kurann!a dua alat bukti !an sah ia memperoleh
ke!akinan bah"a suatu tindak pidana benar*benar ter'adi dan bah"a
terdak"alah !an bersalah melakukann!a+.
Menurut Undan*undan Nomor .2 Tahun .221( sistem pembuktian
terbalik adalah sistem dimana beban pembuktian berada pada terdak"a dan
proses pembuktian ini han!a berlaku pada saat pemeriksaan di sidan
penadilan denan dimunkinkann!a dilakukan pemeriksaan tambahan atau
khusus 'ika dalam pemeriksaan di persidanan ditemukan harta benda milik
terdak"a !an didua berasal dari tindak pidana korupsi namun hal tersebut
belum didak"akan. Bahkan 'ika putusan penadilan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap( tetapi diketahui masih terdapat harta benda milik terpidana !an
didua berasal dari tindak pidana korupsi( maka neara dapat melakukan
uatan terhadap terpidana atau ahli "arisn!a.
$. Problematik Beban Pembuktian Terbalik
Ada dilema bersi0at krusial dalam perundan*undanan Indonesia tentan
beban pembuktian terbalik. Pada ketentuan Pasal 1.B dan Pasal $?( Pasal $#B
UU Nomor $1 Tahun 1555 'o UU Nomor .2 Tahun .221 diatur tentan beban
pembuktian terbalik. Benarkah demikian dika'i dari aspek teoritis dan praktik.
Menurut penulis( tidak se)ara teas ada kesalahan dan ketidak'elasan
perumusan norma tentan beban pembuktian terbalik dalam ketentuan Pasal
1.B UU $141555 !o UU .24.221. Ketentuan Pasal 1. B a!at -1/ berbun!i %
&Setiap rati0ikasi kepada pea"ai neeri atau pen!elenara neara
dianap pemberian suap apabila berhubunan denan 'abatann!a dan !an
berla"anan denan ke"a'iban atau tuasn!a( denan ketentuan sebaai
berikut % -a/ !an nilain!a Fp. 12.222.222(22 -sepuluh 'uta rupiah/ atau lebih(
pembuktian bah"a rati0ikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima rati0ikasi< -b/ !an nilain!a kuran dari Fp. 12.222.222(22 -sepuluh
'uta rupiah/( pembuktian bah"a rati0ikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.+
Ada beberapa kesalahan 0undamental dari kebi'akan leislasi di atas.
Pertama( dika'i dari perumusan tindak pidana -materiele 0eit/ ketentuan tersebut
menimbulkan kesalahan dan ketidak'elasan norma asas beban pembuktian
terbalik. 3i satu sisi( asas beban pembuktian terbalik akan diterapkan kepada
penerima rati0ikasi berdasarkan Pasal 1.B a!at -1/ huru0 a !an berbun!i(
&!an nilain!a Fp. 12.222.222(22 -sepuluh 'uta rupiah/ atau lebih( pembuktian
bah"a rati0ikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
rati0ikasi+( akan tetapi di sisi lainn!a tidak munkin diterapkan kepada penerima
rati0ikasi oleh karena ketentuan pasal tersebut se)ara teas men)antumkan
redaksional( &setiap rati0ikasi kepada pea"ai neeri atau pen!elenara
Neara dianap pemberian suap apabila berhubunan denan 'abatann!a dan
!an berla"anan denan ke"a'iban atau tuasn!a+( maka adan!a perumusan
semua unsur inti delik di)antumkan se)ara lenkap dan 'elas dalam suatu pasal
memba"a implikasi !uridis adan!a keharusan dan ke"a'iban 6aksa Penuntut
Umum untuk membuktikan perumusan delik dalam pasal !an bersankutan.
Teasn!a( asas beban pembuktian terbalik ada dalam tataran ketentuan
UU dan tiada dalam kebi'akan aplikasin!a akibat kebi'akan leislasi merumusan
delik salah susun( karena seluruh baian inti delik disebut sehina !an tersisa
untuk dibuktikan sebalikn!a malah tidak ada. Kedua( terdapat pula kesalahan
dan kekeliruan perumusan norma ketentuan Pasal 1.B UU Nomor .2 Tahun
.221 sepan'an redaksional &G.dianap pemberian suap+. Apabila suatu
rati0ikasi !an telah diterima oleh pea"ai neeri atau pen!elenara neara
rati0ikasi tersebut bukan dikateorisasikan &Gdianap pemberian suap+ akan
tetapi sudah termasuk tindakan &pen!uapan+. Eksistensi asas beban pembuktian
terbalik sesuai norma hukum pidana ada bukan ditu'ukan kepada rati0ikasi
denan redaksional &...dianap suap+ akan tetapi harus kepada dua unsur
rumusan sebaai baian inti delik berupa rumusan !an berhubunan denan
'abatann!a -in >i'n bedienin/ dan !an melakukan peker'aan !an bertentanan
denan ke"a'iban -in sti'd met >i'n pli)ht/. Ketia( Hakikatn!a( dari dimensi
beban pembuktian terbalik tersebut dilaran terhadap kesalahan oran karena
potensial akan melanar Hak Asasi Manusia -HAM/( bertentanan denan asas
pradua tidak bersalah -presumption o0 inno)en)e/ sehina menimbulkan
pereseran pembuktian men'adi asas pradua bersalah -presumption o0 uilt/
atau asas pradua korupsi -presumption o0 )orruption/. Selain itu berla"anan
denan ketentuan hukum a)ara pidana !an mens!aratkan terdak"a tidak
dibebankan ke"a'iban pembuktian sebaaimana ketentuan Pasal 11 KUHAP(
Pasal 11 a!at -1/( -./. 3ari apa !an telah diuraikan di atas maka sebenarn!a
beban pembuktian terbalik dalam perundan*undanan Indonesia &ada+ ditataran
kebi'akan leislasi akan tetapi &tiada+ dan &tidak bisa+ dilaksanakan dalam
kebi'akan aplikasin!a.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Istilah pembuktian terbalik sebenarn!a kuran tepat( dari sisi bahasa
dikenal sebaai omkerin 9an het be"i'slat atau re9ersal burden o0 proo0 !an
bila diter'emahkan se)ara bebas men'adi &pembalikan beban pembuktian+.
Sebaai asas uni9ersal( meman akan men'adi penertian !an bias apabila
diter'emahkan sebaai pembuktian terbalik.
b. 3alam UU Tindak Pidana Korupsi Terdak"a mempun!ai hak untuk
membuktikan bah"a ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. 3alam hal
terdak"a dapat membuktikan bah"a ia tidak melakukan tindak pidana korupsi(
maka keteranan tersebut diperunakan sebaai hal !an menuntunkan
bain!a. Terdak"a "a'ib memberikan keteranan tentan seluruh harta
bendan!a dan harta benda isteri atau suami( anak dan harta benda setiap oran
atau korporasi !an didua mempun!ai hubunan denan perkara !an
bersankutan. 3alam hal terdak"a tidak dapat membuktikan tentan keka!aan
!an tidak seimban denan penhasilan atau sumber panambahan
keka!aann!a( maka keteranan tersebut dapat diunakan untuk memperkuat
alat bukti !an sudah ada bah"a terdak"a telah melakukan tindak pidana
korupsi. 3alam keadaan sebaaimana dimaksud penuntut umum tetap
berke"a'iban untuk membuktikan dak"aaann!a.
). Menurut Undan*undan Nomor .2 Tahun .221( sistem pembuktian
terbalik adalah sistem dimana beban pembuktian berada pada terdak"a dan
proses pembuktian ini han!a berlaku pada saat pemeriksaan di sidan
penadilan denan dimunkinkann!a dilakukan pemeriksaan tambahan atau
khusus 'ika dalam pemeriksaan di persidanan ditemukan harta benda milik
terdak"a !an didua berasal dari tindak pidana korupsi namun hal tersebut
belum didak"akan. Bahkan 'ika putusan penadilan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap( tetapi diketahui masih terdapat harta benda milik terpidana !an
didua berasal dari tindak pidana korupsi( maka neara dapat melakukan
uatan terhadap terpidana atau ahli "arisn!a.
d. Terdapat problematik bersi0at krusial dalam UU Tindak pidana Korupsi
!an men'adikan kesalahan 0undamental. Pertama( dika'i dari perumusan tindak
pidana -materiele 0eit/ ketentuan tersebut menimbulkan kesalahan dan
ketidak'elasan norma asas beban pembuktian terbalik. 3i satu sisi( asas beban
pembuktian terbalik akan diterapkan kepada penerima rati0ikasi. Kedua(
terdapat pula kesalahan dan kekeliruan perumusan norma tentan suatu
rati0ikasi !an telah diterima oleh pea"ai neeri atau pen!elenara Neara.
Ketia( dari dimensi beban pembuktian terbalik tersebut dilaran terhadap
kesalahan oran karena potensial akan melanar Hak Asasi Manusia -HAM/(
!an bertentanan denan asas pradua tidak bersalah -presumption o0
inno)en)e/ sehina menimbulkan pereseran pembuktian men'adi asas
pradua bersalah -presumption o0 uilt/ atau asas pradua korupsi -presumption
o0 )orruption/.
e. 3i dalam sistem UU Tipikor( !an dinamakan pembalikan beban
pembuktian atau pembuktian terbalik han!a ada satu delik( !aitu masalah suap
-rati0ikasi/. 6adi di UU No.$1 Tahun 1555 !an diperbaharui denan UU No..2
Tahun .221-Pasal .($(D(1(?(#(5(12(11(1.(1$(1D/( pembalikan beban pembuktian
bukan untuk semua delik( han!a berlaku untuk Pasal 1. b dan $# b !aitu !an
berkaitan denan delik suap.
0. Pembalikan beban pembuktian han!a berlaku han!a terhadap
perampasan harta keka!aan dari seoran terdak"a !an dikenakan tuduhan dan
diputus berdasarkan Pasal .( $( !an bersankutan berhak membuktikan
sebalikn!a bah"a hartan!a diperoleh bukan diperoleh dari tindak pidana korupsi.
.. Saran
a. Pembuktian terbalik diharapkan dapat diandalkan men'erat(
mempertanun'a"abkan( dan menalahkan koruptor atau mampu men'adi
penerak beker'an!a sistem peradilan pidana -)riminal 'usti)e s!stem/( 'ika
diberlakukan lebih dahulu pada elemen peneak hukum seperti 'aksa( hakim(
polisi( KPK( dan lembaa*lembaa strateis !an men'adi pilar beker'an!a la"
en0or)ement.
b. Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi dapat
diterapkan pada tindak pidana memperka!a diri sendiri denan meruikan
keuanan Neara denan kata lain pembalikan beban pembuktian tindak pidana
korupsi dapat diunakan untuk menetahui apakah harta benda !an dimiliki
berasal dari sumber !an halal atau tidak.-ekobudi/

Anda mungkin juga menyukai