DAN
PENGAWASAN HAKIM
Bahan Ajar
Diklat I Calon Hakim
1|Page
PENGANTAR
Naskah ini merupakan kompilasi bahan ajar untuk materi berkaitan dengan “Pembinaan
dan Pengawasan Hakim” yang dipergunakan pada Diklat I pada Program Pendidikan Calon
Hakim Pusdiklat Mahkamah Agung Republik Indonesia. Materi “Pembinaan dan
Pengawasan Hakim” dalam naskah ini terdiri atas 3 (tiga) pokok bahasan, yaitu:
Kompilasi bahan ajar pokok bahasan tersebut dilakukan untuk memudahkan peserta Diklat
I mendapatkan pemahaman secara utuh mengenai konsep dan mekanisme pembinaan dan
pengawasan terhadap hakim baik yang dilakukan secara eksternal maupun internal. Di lain
pihak, masing-masing pokok bahasan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Peserta Diklat I diharapkan dapat mengikuti rangkaian pendidikan dengan baik dan tertib
dengan cara berpedoman pada bahan ajar serta mengikuti panduan pemberi materi, hal ini
semata-mata agar seluruh tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2|Page
PENGANTAR .............................................................................................................................................................................. 1
SISTEM PEMBINAAN HAKIM.............................................................................................................................................. 4
Tujuan Hasil Belajar .......................................................................................................................................................... 4
Uraian Materi........................................................................................................................................................................ 4
Bagaimana Kedudukan Hakim di Indonesia? ..................................................................................................... 4
Apa yang dimaksud dengan formasi hakim dan klasifikasi pengadilan? ............................................... 5
Gambaran Singkat Mekanisme Rekrutmen Hakim .......................................................................................... 6
Mutasi dan Promosi Hakim serta Hubungannya dengan Pola Pengembangan Karir ....................... 6
Bagaimana Pembinaan Hakim Melalui Pimpinan Pengadilan .................................................................... 8
Apa Saja Pendidikan dan Pelatihan yang Diperoleh Hakim ......................................................................... 8
Evaluasi Kinerja Hakim ............................................................................................................................................. 11
Evaluasi Kinerja Melalui Eksaminasi Putusan ................................................................................................. 12
Bagaimana status kepegawaian hakim di Indonesia? .................................................................................. 12
Sumber-Sumber ................................................................................................................................................................ 13
Aktivitas ................................................................................................................................................................................ 15
Agenda Pelatihan .............................................................................................................................................................. 16
Uraian Materi
Pada materi ini peserta akan diberi penjelasan tentang pembinaan hakim dan
beberapa topik lainnya yang berkaitan dengan pembinaan hakim. Pada bagian awal,
peserta akan mendapatkan materi tentang kedudukan hakim, formasi hakim dan
rekrutmen hakim. Untuk memahami pola pembinaan, peserta akan diberi penjelasan
tentang mutasi promosi hakim, sistem pelatihan bagi hakim dan mekanisme
pembinaan di pengadilan. Setelah itu, peserta diberi materi tentang sistem karir
hakim yang meliputi pembinaan dan pengembangan karir. Selanjutnya, materi
tentang evaluasi kinerja juga akan diberikan kepada peserta bersamaan dengan
materi tentang eksaminasi putusan, prinsip-prinsip evaluasi kinerja, permasalahan
dalam evaluasi kinerja dan bentuk evaluasi melalui pengawasan kinerja secara
periodik. Pada bagian akhir, materi yang diberikan adalah mengenai kedudukan
hakim sebagai pejabat negara. Selain itu, peseta juga mendapatkan gambaran awal
tentang kode etik hakim dan contempt of court yang erat kaitannya dengan
kedudukan hakim.
Pengadilan Negeri diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu kelas IA, kelas IB dan
Kelas II. Pengklasifikasian ini berdasarkan pada variabel: (i) keadaan daerah hukum
(tempat kedudukan PN), (ii) keadaan perkara, dan (iii) jumlah penduduk dalam
daerah hukum. Masing-masing variable ini diturunkan menjadi paramater yang dapat
dilihat dalam tabel di bawah:2
1 Kertas Kerja Pembaruan Sistem Pembinaan SDM Hakim. Mahkamah Agung RI-2003, hal. 71.
2 Ibid, hal. 73-74
6|Page
Untuk lingkungan Peradilan Militer, klasifikasi pengadilan terdiri atas kelas A dan
kelas B. Pengadilan kelas A berkedudukan dimana di daerah tersebut terdapat
Komando Daerah Militer (Kodam). Sementara untuk daerah yang ada Komando Resor
Militer (Korem), maka pengadilan yang berada di wilayah tersebut adalah kelas B.
Sementara untuk peradilan TUN, semua pengadilan Tata Usaha Negara merupakan
kelas IA. Penentuan ini tidak berdasarkan jumlah beban, tapi karena kedudukan
pengadilan TUN berada di ibukota Propinsi.
Rekrutmen hakim peradilan militer, diatur dengan UU No. 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer.
yang berupa kenaikan pangkat dan golongan (ii) promosi yang berupa penempatan
hakim ke posisi yang lebih baik, misalnya pengangkatan hakim PN kelas II menjadi
hakim PN kelas IB, atau pengangkatan hakim PN menjadi hakim PT, dan seterusnya.4
Mutasi dan promosi ini erat kaitannya dengan pola pengembangan karir hakim. Pada
prinsipnya pola pengembangan karir hakim di Indonesia dilakukan secara berjenjang.
Pada masa awal jabatannya, seorang hakim akan ditempatkan di pengadilan tingkat
dan kelas terendah untuk kemudian dimutasikan atau dipromosikan ke pengadilan
dengan tingkat dan kelas yang lebih tinggi dan/atau ke posisi/jabatan yang lebih
tinggi. Pola pengembangan karir hakim ini menggunakan prinsip tour of duty yaitu
perpindahan berdasarkan posisi/tugas dan tour of area yaitu perpindahan
berdasarkan wilayah. Biasanya parameter yang digunakan untuk melakukan mutasi
hanya jangka waktu kerja seorang hakim di suatu wilayah. Jika seorang hakim telah
menjadi hakim di suatu pengadilan selama kurun waktu tertentu maka ia akan
dipindahkan ke pengadilan wilayah lain. Sedangkan, parameter yang digunakan
untuk melakukan promosi adalah masa kerja dan prestasi kerja seorang hakim. 5
Sesuai dengan Cetak Biru dan Rencana Strategi Pembaruan Peradilan 2010-2035,
promosi hakim dilakukan berdasarkan indikator performance based.
4 Ibid.
5 Ibid, hal. 181.
6 Ibid, hal. 34.
8|Page
Prestasi kerja luar biasa baiknya adalah prestasi kerja yang sangat menonjol yang
secara nyata diakui dalam lingkungan kerjanya, sehingga hakim yang bersangkutan
secara nyata menjadi teladan bagi hakim lainnya.
7Ketentuan Pedoman Perilaku Hakim telah diperbarui dengan SK PPH yang baru SKB
antara KY dengan MA No. 47/KMA/SK/IV/2009 dan 02/SKB/PKY/IV/2009 tentang
kode etik dan PPH
9|Page
No. Diklat
Sekretaris Pengadilan Pengadilan Tingkat Pertama
Diklat Sekretaris/Wakil Sekretaris
Pengadilan Tingkat Banding
Tenaga Fungsional Jabatan Fungsional Arsiparis
Jabatan Fungsional Pustakawan
Jabatan Fungsional Statistisi
Jabatan Fungsional Auditor
Jabatan Fungsional Widyaiswara
Jabatan Fungsional Perencana
Jabatan Fungsional Peneliti
Jabatan Fungsional Pranata
Komputer
Jabatan Fungsional Analis
Pegawai/Jabatan/Kepangkatan
Diklat Lain yang dibutuhkan oleh
MA atau 4 lingkungan peradilan
Teknis Bendaharawan
Sistem Akuntansi Pemerintah
Sistem Informasi/Kehumasan
Pengadilan
Pengadaan Barang dan Jasa
Pra Ujian Dinas Kenaikan Golongan
dan Kenaikan Pangkat Penyesuaian
Ijazah:
a) Diklat Pra Ujian Penyesuaian
Ijazah S1/S2/S3
b) Diklat Pra Ujian Dinas
Tingkat I
c) Diklat Pra Ujian Dinas
Tingkat II
Diklat Lain yang dibutuhkan MA dan
lingkungan Peradilan untuk
meningkatkan kinerja organisasi
Keterampilan Latihan Keterampilan Bahasa,
terdiri:
a) Bahasa Indonesia
b) Bahasa Inggris
c) Bahasa Belanda
d) Bahasa Perancis
e) Bahasa Arab
f) Bahasa Surat Menyurat
Latihan Keterampilan Komputer
a) Tingkat Dasar
b) Tingkat Lanjutan
11 | P a g e
No. Diklat
c) Sekuriti dan pengamanan
internal Pengadilan
3. Pelatihan Bagi Tenaga Kediklatan
4. Pelatihan Bagi Tim Penyusun Kurikulum dan Materi Diklat Menpim
Selain Program rutin tersebut, Diklat Menpim juga dapat mengadakan program
orientasi atau pengayaan atau dalam rangka sosialisasi ketentuan atau peraturan
perundang-undangan baru yang berkaitan dengan kepangkatan dan jabatan, dan
berdasarkan permintaan eselon I dari satuan kerja lain di MA.
Lembaga peradilan atau kekuasan kehakiman sebagai sebuah bentuk organisasi juga
memerlukan mekanisme evaluasi kinerja. Namun evaluasi kinerja yang dijalankan
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bentuk evaluasi kinerja yang
dilakukan oleh organisasi yang lain. Evaluasi kinerja lembaga peradilan harus
memperhatikan karakteristik utama lembaga peradilan atau kekuasaan kehakiman
yaitu independensi atau kemandirian hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
Dalam pelaksanaan evaluasi, apabila hakim berkeberatan dengan hasil penilaian atau
evaluasi yang diberikan dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada pejabat
di atas pejabat yang melakukan evaluasi.
Eksaminasi diatur pertama kali melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No. 5 Tahun
1966 mengenai pedoman tentang Fungsi-fungsi Hirarkis Badan-badan
Pengadilan/Hakim-hakim dan Tata Laksana Administratif Badan-badan Peradilan
dalam Lingkungan Peradilan Umum.
Status hakim yang diatur dengan dua UU tersebut, berubah dengan dibentuknya UU
No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan terhadap UU No. 14 Tahun 1970 tentang
Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
terhadap UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Dua UU tersebut
mengatur tentang penyatuan atap dan perubahan status hakim dari PNS menjadi
pejabat negara. Ketentuan tentang status hakim ini dipertegas dalam UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 31 ayat (1) yang mengatur: Hakim
pengadilan di bawah Mahkamah Agung merupakan pejabat negara yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman yang berada pada badan peradilan di bawah
Mahkamah Agung.
Sumber-Sumber
Pada daftar di bawah ini dapat dilihat uraian bahan bacaan terkait setiap sub pokok
bahasan yang akan disampaikan oleh pemberi materi. Untuk memudahkan proses
pembelajaran, bahan-bahan bacaan yang ada dalam daftar ini telah disediakan pada
bagian lampiran dalam bahan ajar ini.
14 | P a g e
Aktivitas
1. Peserta diminta mengerjakan pre test tentang Sistem Pembinaan Hakim, dengan
catatan sebagai berikut:
Peserta mengerjakan pre test selama 5 menit
Soal dalam pre test menggunakan metode multiple choice dengan 10
(sepuluh) pertanyaan
Soal yang ditanyakan dalam Pre test pada dasarnya bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pengetahuan peserta terhadap sistem
pembinaan hakim antara lain mengenai kedudukan hakim, kelas
pengadilan, mutasi dan promosi, jenis pendidikan dan pelatihan
hakim, status hakim sebagai pejabat negara, jenjang kepangkatan
hakim.
2. Peserta mendengarkan ceramah tentang sistem pembinaan hakim
3. Tanya jawab pemberi materi dengan peserta
Peserta diminta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
dijelaskan
4. Diskusi Kelompok dan Presentasi
Masing-masing kelompok mendiskusikan topik ”Langkah-langkah
untuk Menjadi Hakim yang Ideal dan Profesional”
Pemberi materi memantau jalannya proses diskusi kelompok
Masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil
diskusi.
16 | P a g e
Agenda Pelatihan
Total waktu pelatihan untuk pokok bahasan ini adalah 3 JPL (135 menit) dengan
rincian sebagai berikut:
Uraian Materi
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang pengawasan terhadap hakim yang dijalankan
oleh Mahkamah Agung. Pengawasan ini sering disebut sebagai pengawasan internal.
Materi yang diberikan pada bagian ini diawali dengan penjelasan tentang konsep
dasar pengawasan yang meliputi pengertian, fungsi, tujuan, prinsip, unsur-unsur dan
macam-macam pengawasan. Materi berikutnya adalah mengenai kompetensi Badan
Pengawas Mahkamah Agung (Bawas). Pada bagian ini peserta dikenalkan dengan
badan yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan internal pada
Mahkamah Agung melalui penjelasan tentang sejarah, ruang lingkup atau organisasi
Bawas dan ruang lingkup dan sasaran pengawasan oleh Bawas.
Peserta juga akan mendapatkan materi tentang pengawasan eksternal yang meliputi
pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Komisi Pelayanan
Publik, Ombudsman dan pengawasan oleh masyarakat. Setelah mengenali bentuk
pengawasan eksternal dan internal serta organisasi yang berwenang dalam
melakukan pengawasan, peserta diberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk dan
sistem pengawasan yang dilakukan oleh Bawas. Penjelasan pada bagian ini meliputi
penjelasan tentang sistem pengendalian diri, pengawasan melekat, pengawasan
fungsional yang meliputi pengawasan reguler, monitoring, penanganan pengaduan
dan review keuangan. Pada bagian akhir, dijelaskan tentang mekanisme pengawasan
yang terdiri dari proses kegiatan dan prosedur pengawasan, metode pengawasan,
18 | P a g e
Pada tahun 2001 atas usulan dari Mahkamah Agung RI dikeluarkanlah Surat
Keputusan Presiden RI Nomor 131 / M Tahun 2001 tanggal 23 April 2001 Tentang
Pengangkatan Ketua Muda Mahkamah Agung RI Urusan Pengawasan dan
Pembinaan. Jadi sejak tahun 2001 di Mahkamah Agung sudah ditunjuk seorang
Hakim Agung yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan yang
merupakan salah satu fungsi dari Mahkamah Agung, Namun pelaksanaan tugas
Ketua Muda Mahkamah Agung RI urusan Pengawasan dan Pembinaan ini tidak
dapat terlaksana secara maksimal karena tidak memiliki struktur dan tidak
tersedianya Supporting Unit untuk membantu pelasanaan tugas-tugasnya.
Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2004 menentukan bahwa Wakil
Ketua Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) terdiri atas Wakil
Ketua Yudisial dan Wakil Ketua Bidang Non- Yudisial. Pada ayat (5) ditentukan
bahwa Wakil Ketua Bidang Non-Yudisial membawahi Ketua Muda Pembinaan dan
Ketua Muda Pengawasan.
Selanjutnya Pasal 25 ayat (1) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2004 menentukan
bahwa pada Mahkamah Agung ditetapkan adanya Sekretariat yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris Mahkamah Agung. Pada ayat (3) ditentukan bahwa pada
Sekretariat Mahkamah Agung dibentuk beberapa Direktorat Jenderal dan Badan
yang dipimpin oleh beberapa Direktur Jenderal dan Kepala Badan. Dan sejak saat itu
terdapat Badan yang bertugas untuk melakukan Pengawasan Fungsional di
Mahkamah Agung RI dan seluruh Badan Peradilan di bawahnya dengan nama “
Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI “. Ketentuan undang-undang ini
ditindaklanjuti dengan pembentukan Perpres No. 13 Tahun 2005 tentang
Kesekretariatan MA dan Perpres No. 14 Tahun 2005 tentang Kepaniteraan MA.
Perpres ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung
No. KMA/018/SK/III/2006 tanggal 14 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kepaniteraan MA dn Keputusan Sekretaris MA No. MA/SEK/07/SK/III/2006
tanggal 13 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat MA.
Pengawasan rutin/reguler
• manajemen peradilan, meliputi:
• program kerja,
• pelaksanaan tugas
• pengawasan dan pembinaan
• evaluasi kegiatan.
• administrasi peradilan, meliputi:
• administrasi perkara
• administrasi persidangan
• pelaksanaan putusan
• administrasi umum
• mutu pelayanan publik
• kinerja pengadilan
Pengawasan keuangan
• current audit yaitu pemeriksaan atas pengelolaan APBN dan
dana/bantuan pihak ketiga yang sedang berjalan yang merupakan bagian
dari pengawasan reguler/rutin
• post audit yaitu pemeriksaan dan review atas laporan realisasi APBN dan
neraca keuangan
Penanganan Pengaduan
• tingkah laku aparat lembaga peradilan
• manajemen dan kepemimpinan lembaga peradilan
• kinerja lembaga peradilan
• kualitas pelayanan publik lembaga peradilan
1. Prosedur Pengawasan Rutin (lebih lengkap lihat Buku IV edisi Revisi 2009 -
hal. 15-23)
2. Prosedur Pengawasan Keuangan (lebih lengkap lihat Buku IV edisi Revisi
2009 - hal. 25-40)
3. Prosedur Penanganan Pengaduan (lebih lengkap lihat Buku IV edisi Revisi
2009 - hal. 1175-1192)
6. Pembuatan
1. Penentuan Objek
laporan Hasil
Pengawasan
Pemeriksaan
2. Persiapan
pelaksanaan 5. ekspos/klarifikasi
Pengawasan
4. Pembuatan
3. Pelaksanaan lembar temuan dan
pengawasan penandatanganan
kontrak kinerja
25 | P a g e
Penentuan Objek
Pemeriksaan
Pemeriksaan dan Pemeriksaan
Pertanggungjawaban
Persiapan Pengeluaran
Keuangan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pertemuan Awal Pembuatan Daftar
Penerimaan Negara
Realisasi Keuangan
Pemeriksaan
Penyusunan Kertas Pemantauan Tindak
Penutupan KAS Penerimaan
Kerja Pemeriksaan Lanjut
Anggaran
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pencatatan Data Perikiraan Temuan
Pengendalian Pertemuan Akhir
Umum Objek Pemeriksaan
Keuangan
Pemeriksaan
26 | P a g e
Pencatatan di Penyusunan
Penyusunan
Pengadilan Tingkat Memeriksa Pihak Laporan Bentuk
Rencana
Banding dan Terlapor Berita Acara
Pemeriksaan
Bawas MA Pemeriksaan
Mengkonfrontir
Memeriksa Surat-
Penyaluran Pembentukan Tim Pelapor dengan
surat dan
Pengaduan Pemeriksa terlapor (bila
Dokumen
diperlukan)
Sumber-Sumber
Pada daftar di bawah ini dapat dilihat uraian bahan bacaan terkait setiap sub pokok
bahasan yang akan disampaikan oleh pemberi materi. Untuk memudahkan proses
pembelajaran, bahan-bahan bacaan yang ada dalam daftar ini telah disediakan pada
bagian lampiran dalam bahan ajar ini.
Aktivitas
29 | P a g e
Agenda Pelatihan
Total waktu pelatihan untuk pokok bahasan ini adalah 3 JPL (135 menit) dengan
rincian sebagai berikut:
AKTIVITAS ALOKASI WAKTU
PRE TEST 5 MENIT
CERAMAH TENTANG SISTEM PENGAWASAN HAKIM 30 MENIT
TANYA JAWAB PESERTA DENGAN PEMBERI MATERI 15 MENIT
DISKUSI KELOMPOK 40 MENIT
PRESENTASI HASIL DISKUSI 30 MENIT
TANGGAPAN PEMBERI MATERI 10 MENIT
POST TEST 5 MENIT
30 | P a g e
Uraian Materi
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang sistem pengawasan yang dijalankan oleh KY.
Pada bagian awal, peserta akan mendapatkan penjelasan tentang sejarah atau latar
belakang terbentuknya KY di Indonesia. materi berikutnya adalah mengenai
peraturan yang berkaitan dengan kedudukan, tugas dan fungsi KY. Setelah mengenali
peraturan yang mengatur tentang KY, peserta akan diberi penjelasan tentang tugas
dan fungsi KY dan kaitanya dengan pelaksanaan pengawasan hakim secara eksternal
yang mempunyai perbedaan dengan sistem pengawasan internal. Pada bagian akhir
penyampaian materi, peserta akan mendapatkan penjelasan tentang mekanisme
pengawasan yang dilakukan oleh KY.
monopoli kekuasaan lembaga tersebut.12 Tugas utama penyatuan atap adalah untuk
membuat lembaga peradilan lebih mandiri dan terbebas dari intervensi kepentingan
politik. Namun hal itu belum tentu dapat menciptakan independensi hakim (internal
independence) terutama independensi hakim terhadap kolega atau atasannya.
Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam
menjalankan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan
lainnya. Komisi Yudisial ini terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota yag terdiri atas
seorang ketua dan wakil ketua yang merangkap sebagai anggota. Komposisi
keanggotaan komisi yudisial terdiri atas mantan hakim, praktisi hukum, akademisi
hukum, dan anggota masyarakat.
12Mahkamah Agung RI, Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang Komsi Yudisial, hal. 23.
13Mustafa Abdullah, Kewenangan Mengusulkan Calon Hakim Agung dan Kontribusinya dalam Menciptakan
Hakim Agung yang Progresif, dalam Bunga Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi Yudisial Republik Indonesia.
hal. 93-94.
33 | P a g e
6. UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama Pasal 1 angka 4 , pasal 12A ayat
(2), pasal 12C, pasal 12D, pasal 12E, pasal 12F, pasal 13A ayat (2), ayat (3), pasal
15 ayat (1a), ayat (1b), pasal 19 ayat (3), ayat (5), ayat (6), pasal 21 ayat (1a)
7. UU NO. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka 4 ,
pasal 13A ayat (2), pasal 13C, pasal 13D, pasal 13E, pasal 13F, pasal 14A ayat (2),
ayat (3), pasal 16 ayat (1a), ayat (1b), pasal 20 ayat (3), ayat (5), ayat (6), pasal 22
ayat (1a)
Pemberitahun
Registrasi dan Laporan tidak
Anotasi dapat
ditindaklanjuti
Tidak
Pembahasan Layak
dalam Rapat ditindaklajuti
Pleno atau tidak?
Pemberitahuan
tidak terjadi
adanya
pelanggaran
kode etik
Pemeriksaan:
Pelapor, Saksi Layak
dan Terlapor
Tidak
Pembahasan Layak
dalam Rapat direkomendasi
Pleno kan atau tidak?
Rekomendasi
disampaikan
kepada MA dan Layak
ditembuskan ke
Presiden
Pemeriksaan
oleh Majelis
Kehormatan
Hakim yang Terlapor dan
terdiri atas 4 Media
orang KY dan 3
orang Hakim
Agung
36 | P a g e
Sumber-Sumber
UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum
37 | P a g e
UU No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama
UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara
Aktivitas
Agenda Pelatihan
Total waktu pelatihan untuk pokok bahasan ini adalah 2 JPL (90 menit) dengan
rincian sebagai berikut: