Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN

BARANG MILIK
NEGARA
PENGERTIAN BARANG MILIK NEGARA

Menurut PP Nomor Tahun 2006


Barang milik negara adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN
atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah
PUBLIK DOMEIN DAN RIVAT DOMEIN

Menurut Proudhoun
• Privat Domein (Kepunyaan Privat)
Benda-benda kepunyaan negara,
contoh ; tanah
gedung kantor
barang-barang inventaris kantor
Barang milik pribadi pemerintah/negara memiliki status lebih
kurang sama dengan barang milik pribadi seseorang atau badan
hukum perdata, artinya barang tersebut bukan ditujukan untuk
umum tetapi untuk pemakaian sendiri.
Privaat domein diatur dengan hukum biasa dalam lapangan
perdata
• Publik Domein (Kepunyaan Publik)
adalah segala benda yang disediakan
pemerintah untuk dipakai oleh umum
contoh ; jalan umum jembatan
Kepunyaan publik tunduk dan diatur oleh
hukum tersendiri jadi tidak tunduk pada
hukum perdata biasa. Dengan demikian
kedudukan pemerintah bukan sebagai
eigenaar tetapi sebagai pihak yang
menguasai (beheren) dan mengawasi
• Pendapat Proudhon “pemerintah bukan
eigenaar” mendapat pertentangan oleh ahli lain.
• Meskipun domein publik diatur oleh hukum
tersendiri, namun pemerintah atau negara tetap
sebagai eigenaar.
• Pengaruh hukum privat tetap ada dalam
penggunaan hak-hak domein publik, misalnya,
untuk mempertahankan haknya atas benda
tersebut, pemerintah menggunakan hukum acara
perdata
P a sal 3 3 ayat (2 ) d an (3 )
UU D 1 9 4 5

• Negara bukan eigenaar


• Hak menguasai atas barang-barang publik domein
• Dalam peraturan perundangan Indonesia tidak
melakukan perbedaan atas Privaat domein dan
Publik domein.
Cara Negara Menggunakan “Hak Menguasai” atas benda-
benda Publik

• Penyerahan secara sukarela


yaitu; penyerahan dari pemilik agar barang-barang
miliknya dapat dikuasai oleh negara untuk kepentingan
umum

• Pertukaran
yaitu; kesepakatan antara pemilik dan penguasa negara
bahwa pemilik menyerahkan benda-benda miliknya
kepada negara, sedangkan negara menyerahkan benda
lain sebagai pengganti.
• Pembelian
yaitu; pembelian oleh negara terhadap eigenaar
swasta baik dengan cara pemborongan maupun
pembelian biasa yang diatur dalam Pasal 1457-
1540 BW

• Daluwarsa
yaitu; pemilikan karena benda-benda tersebut telah
dikuasai oleh negara dalam waktu yang cukup lama
dan selama itu tidak ada yang menggugat atau
mengklaim sebagai miliknya.
• Pencabutan
yaitu; pemaksaan oleh negara terhadap eigenaar swasta untuk
menyerahkan hak miliknya kepada negara bilamana yang
bersangkutan tidak mau menyerahkan menurut harga wajar
sedangkan negara untuk kepentingan umum sangat memerlukan hak
tersebut.

• Karena klaim penguasaan atas tanah yang bersangkutan

• Karena orang asing (yang mempunyai kewarganegaraan ganda) dan


orang Indonesia yang tidak punya kewarganegaraan lagi harus
melepas hak miliknya dalam waktu 1 tahun, jika tidak maka
tanahnya jatuh pada negara
KEKAYAAN NEGARA / BARANG MILIK NEGARA

• UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara ;


Dapat berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta
hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan
negara/daerah.

• UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ;


Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah
Kualifikasi barang-barang milik negara
1. Barang-barang tidak bergerak;
a. Tanah-tanah kehutanan, pertanian,
perkebunan, jalan, pelabuhan, bandar udara,
dsb
b. Gedung; pabrik, kantor, sekolah, rumah sakit,
dsb
c. Gedung tempat tinggal tetap atau
sementara; rumah dinas, asrama
d. Monumen-monumen purbakala, peringatan
sejarah, dsb
2. Barang-barang bergerak
a. Alat-alat berat; buldozer, traktor, mesin giling, dsb
b. Peralatan yang berada dalam pabrik, bengkel, laboratorium, dsb
c. Peralatan kantor; perabotan kantor, mesin tik, perangkat komputer,
brankas, dsb
d. Semua inventaris perpustakaan dan lain-lain barang inventaris yang
bercorak kebudayaan
e. Alat-alat pengangkutan; pesawat terbang, kapal laut, mobil, truk, sepeda
motor, dsb
f. Inventaris perlengkapan rumah sakit

3. Hewan-hewan
4. Barang-barang persediaan, yakni barang-barang yang disimpan dalam gudang,
misalnya; beras, gula, tepung atau tempat penyimpanan lain
Bagaimana mengelola barang milik negara ?
• BMN/BMD punya potensi yang strategis dalam penyelenggaraan
negara, tapi dalam pengelolaannya sarat dengan potensi konflik
kepentingan.
Gambaran umum pengelolaan BMN/D selama ini
• Belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan
status kepemilikannya
• Belum tersedianya database yang akurat dalam rangka
penyusunan Neraca Pemerintah.
• Pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah.
• Kurang adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan
BMN/D.
• Untuk barang-barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN dapat lebih mudah identifikasinya sebagai
bagian dari BMN.

• Sedangkan untuk barang-barang yang berasal dari


perolehan yang sah perlu adanya batasan yang lebih
jelas, mana yang termasuk sebagai BMN.

Dalam hal ini, batasan pengertian barang-barang yang


berasal dari perolehan yang sah adalah barang-barang
yang menurut ketentuan perundang-undangan,
ketetapan pengadilan, dan/atau perikatan yang sah
ditetapkan sebagai Barang Milik Negara .
Landasan Pengelolaan Barang Milik Negara

1. Landasan Filosofis
Hakekat BMN/D merupakan salah satu unsur penting
penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka NKRI
untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan
bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan BMN/D perlu
dilakukan dengan mendasarkan pada perturan
perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin
tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.
2. Landasan Operasional
Landasan Operasional Pengelolaan BMN/D lebih berkaitan
dengan kewenangan institusi atau Lembaga
Pengelola/Pengguna Barang milik negara, yang dapat
dikemukakan sebagai berikut :
– Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada pasal
33 ayat 3 UUD 1945, Negara adalah badan penguasa atas
barang negara dengan hak menguasai dan bertujuan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Instansi pengelolanya adalah instansi pemerintah
departemen/LPND yang diberikan wewenang untuk itu.
Tanah oleh Badan Pertanahan Nasional, Tambang oleh
Departemen Sumber Daya Mineral dan Energi, laut dan
kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya.
Pengaturan atas pengelolaan barang milik negara dalam
ruang lingkup ini telah diatur dalam berbagai undang-
undang.
• Pengelolaan Barang milik negara yang bersumber
pada pasal 23 UUD 1945; Negara sebagai
Pemerintah Republik Indonesia yang dapat
memiliki barang atau sesuatu sebagai aset
kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk
menjalankan roda pemerintahan.
Instansi pengelola adalah Presiden yang
didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan
instansi pengguna adalah kementerian
negara/lembaga.
3. Landasan Yuridis
Acuan dasar dalam pengelolaan BMN/D
tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU
No 1 Tahun 2004, khususnya Bab VII dan Bab
VIII pasal 42 - 50.
4.Landasan Sosiologis
Rasa ikut memiliki ( sense of bilonging ) masyarakat terhadap
BMN/D merupakan wujud kepercayaan kepada pemerintah
yang antara lain diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya
dalam merawat dan mengamankan BMN/D dengan baik.
Namun, masih ditemui adanya pandangan sebagian anggota
masyarakat bahwa BMN adalah milik rakyat secara bersama,
yang diwujudkan adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan
dan memiliki BMN/D tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku, misalnya penguasaan, penyerobotan,
atau penjarahan tanah-tanah negara. Pengaturan yang
memadai mengenai pengelolaan BMN/D antara lain
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengamanan dan optimalisasi pendayagunaan BMN/D
dengan selalu mendasarkan pada kaidah-kaidah atau
ketentuan yang berlaku.
3. Azas transparansi (keterbukaan)
Penyelenggaraan pengelolaan BMN harus transparan
dan membuka diri terhadap hak dan peran serta
masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar
dan keikutsertaannya dalam mengamankan BMN.

4. Efisiensi
Penggunaan BMN diarahkan sesuai batasan-batasan
standar kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara optimal.
AZAS-AZAS PENGELOLAAN BMN

1. Azas fungsional
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-
masalah dibidang pengelolaan BMN dilaksanakan oleh
pengelola dan/atau pengguna BMN sesuai fungsi,
wewenang, dan tangung jawab masing-masing.

2. Azas kepastian hukum


Pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan
hukum dan peraturan perundang-undangan, serta azas
kepatutan dan keadilan.
5. Akuntanbilitas publik
Setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat
dipertaggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara.

6. Kepastian nilai
Pendayagunaan BMN harus didukung adanya akurasi
jumlah dan nominal BMN. Kepastian nilai merupakan
salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca
Pemerintah dan pemindahtanganan BMN.

Anda mungkin juga menyukai