Anda di halaman 1dari 2

1.

Ilmu Perundang-undangan merupakan ilmu antar disipliner  tentang pembentukan peraturan


perundang-undangan. Ilmu ini baru berkembang tahun 1980an  di Eropa dan di Indonesia tahun 2000-an.
Berikan jawaban saudara dengan penjelasan dan uraian atas beberapa hal berikut ini:
a. Bagaimanakah kedudukan ilmu perundang-undangan dalam Disiplin ilmu hukum ?
b. Mengapa di Indonesia perlu mempelajari ilmu perundang-undangan?  ( kemukakan beberapa alasan
praktis dan teoritas)!
c. Berikan uraian maksud dari pernyataan bahwa ilmu perundang-undangan bersifat normatif dan
berorientasi pada melakukan perbuatan!
1. Suatu keputusan (beschikking) selalu bersifat individual, kongkret dan berlaku sekali selesai
(enmahlig). Sedangkan, suatu peraturan (regels) selalu bersifat umum, abstrak dan berlaku secara
terus menerus (dauerhaftig). 
Dengan demikian, Keputusan Presiden (Keppres) berbeda dengan Peraturan Presiden (Perpres).
Keputusan Presiden adalah norma hukum yang bersifat konkret, individual, dan sekali selesai
(contoh: Keppres No. 6/M Tahun 2000 tentang Pengangkatan Ir. Cacuk Sudarijanto sebagai Ketua
Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Sedangkan Peraturan Presiden adalah norma hukum yang
bersifat abstrak, umum, dan terus-menerus (contoh: Perpres No. 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan,
Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan).
Kecuali untuk Keputusan Presiden yang sampai saat ini masih berlaku dan mengatur hal yang umum
contohnya Keppres No. 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional, maka
berdasarkan Pasal 100 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (“UU 12/2011”), Keppres tersebut harus dimaknai sebagai peraturan.
Hal ini merujuk pada ketentuan Pasal 100 UU 12/2011 yang berbunyi:
“Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota,
atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya mengatur,
yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.”
Jadi, Keputusan Presiden berbeda dengan Peraturan Presiden karena sifat dari Keputusan
adalah konkret, individual, dan sekali selesai sedangkan sifat dari Peraturan adalah abstrak, umum,
dan terus-menerus. Bila Keppres bersifat mengatur hal yang umum, maka harus dimaknai sebagai
Peraturan.
2. Mengenai kekuatan hukum dan pemberlakuan suatu Keputusan Presiden, kembali pada materi yang
diatur dalam Keputusan Presiden tersebut. Apabila Keppres tersebut bersifat konkret, individual,
sekali selesai, maka isi Keppres hanya berlaku dan mengikat kepada orang atau pihak tertentu yang
disebut dan mengenai hal yang diatur dalam Keppres tersebut.
Beda halnya jika Keppres tersebut berisi muatan yang bersifat abstrak, umum, dan terus menerus,
maka Keppres tersebut berlaku untuk semua orang dan tetap berlaku sampai Keppres tersebut dicabut
atau diganti dengan aturan baru.
 Jadi, Keppres berbeda dengan Perpres karena  sifat-sifat dari Keputusan Presiden adalah konkret,
individual, dan sekali selesai sedangkan sifat dari Peraturan Presiden adalah abstrak, umum, dan terus-
menerus. Isi Keppres berlaku untuk orang atau pihak tertentu yang disebut dalam Keppres tersebut,
sedangkan isi Perpres berlaku untuk umum. Kecuali bila Keppres memiliki muatan seperti Perpres,
maka keberlakuannya juga sama seperti Perpres.
3. Adapula perbedaan antara Keputusan Presiden dengan Instruksi Presiden.
Keputusan Presiden adalah sebagaimana telah dijelaskan di atas. Sedangkan instruksi presiden,
menurut Jimly Asshiddiqie(hal. 20) merupakan “policy rules” atau “beleidsregels”, yaitu bentuk
peraturan kebijakan yang tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk peraturan perundang-undangan
yang biasa. Disebut “policy” atau “beleids” atau kebijakan karena secara formal tidak dapat disebut
atau memang bukan berbentuk peraturan yang resmi (ibid, hal. 391). Umpamanya, surat edaran dari
seorang Menteri atau seorang Direktur Jenderal yang ditujukan kepada seluruh jajaran pegawai negeri
sipil yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya, dapat dituangkan dalam surat biasa, bukan
berbentuk peraturan resmi, seperti Peraturan Menteri. Akan tetapi, isinya bersifat mengatur (regeling)
dan memberi petunjuk dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kepegawaian. Surat edaran semacam
inilah yang biasa dinamakan “policy rule” atau “beleidsregel”. 

Anda mungkin juga menyukai