Anda di halaman 1dari 16

PENEGAKAN SANKSI PERDATA DALAM KASUS PIPA BERKARAT DI BALIK

KEBOCORAN MINYAK PERTAMINA DI LAUT KARAWANG

(Makalah Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Hukum
Lingkungan)

Abimanyu Akbar Nugraha (010118369 Gita Aryani (010119304)

Agus Suparta (0101) Imam Wahyudi (010118361)

Alpin Maulana (010119109) Muhammad Syauqi (010118324)

Dwiky Arta Bima (010118357) Putri Hidayah dalimuthe(010119268)

Debora Ester Sinaga (010119313) Rama Putra (0101)

Fajri Tamami (010118363) Rizky Sukandar (010119355)

Ferdi Rizky (010119139)

KELAS : I-J

Dosen Mata Kuliah :

Nuradi, S.H., MH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR


2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Hukum Lingkungan tentang
“Penegakan Sanksi Perdata Dalam Kasus Pipa Berkarat Di Balik Kebocoran Minyak Pertamina
Di Laut Karawang” diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Hukum
Lingkungan. Makalah ini juga ditulis dengan Bahasa yang jelas dan keterangan yang rinci
sehingga mudah di mengerti oleh Dosen maupun oleh yang membacanya.

Semoga dapat memberikan arti yang positif bagi kita semua.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas
ini dan juga kepada orang tua kami yang selalu mendukung saya dalam segala aktifitas
perkuliahan baik dukungan moral sampai materiil.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….…


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan umum mengenai PT Pertamina…………………………………………


2.2 Kronologis kasus pipa berkarat yang menyebabkan bocornya minyak
Pertamina……………………
2.3 Pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Pertamina ………………………………..
2.4 Penegakan hukum sanksi perdata yang dikenakan kepada Pertamina ……………..

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………..…….

3.2 Saran………………………………………………………………..…...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan yang beragam mengenai permasalahan lingkungan hidup tidak dapat terlepas
dari penyelesaian permasalahan itu sendiri yang mana di Indonesia upaya dalam menyelesaikan
permasalahan lingkungan hidup, pemerintah harus menjamin adanya kepastian hukum dalam
penegakan hukumnya. Penegakan hukum sendiri merupakan proses dimana upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar
dapat dilakukan dan berjalan sesuai dengan pedoman yang ada. Penegakan hukum di dalam
lingkungan hidup merupakan suatu upaya untuk mencapai dan menerapkan ketaatan terhadap
peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual,
melalui pengawasan dan penerapan secara administrasi, keperdataan, dan kepidanaan.

Pemerintah telah mengatur sebuah kebijakan dalam menegakan hukum lingkungan diatas
berbagai persoalan yang ada dan diaktualisasikannya hal itu ke dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUKPPLH),
yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH), yang selanjutnya diganti dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dimana Undang-
Undang ini merupakan peraturan yang pertamakali mengatur tentang lingkungan hidup

Penegakan hukum lingkungan hidup dapat dilihat melalui aspek hukum perdata meskipun
aspek hukum administrasi dan aspek hukum pidana lebih sering digunakan di Indonesia dalam
penegakan hukumnya. Aspek hukum perdata dalam penyelesaian sengketa lingkungan dapat
dilakukan menggunakan dua jalur, yakni jalur proses di luar pengadilan dan jalur proses melalui
pengadilan. Seperti kasus pencemaran lingkungan Pipa Berkarat Di Balik Kebocoran Minyak
Pertamina Di Laut Karawang, merupakan salah satu kasus yang merugikan Indonesia baik secara
ekologi maupun ekonomi. Akibat dari pencemaran lingkungan tersebut banyak biota laut yang
mati dikarenakan tumpahan minyak tersebut sehingga para Nelayan mau tidak mau harus
berhent-i melaut, karena besar kemungkinan ikan yang akan ditangkap oleh para Nelayan sudah
tercemar limbah tumpahan minyak. Oleh karena itu pemulihan ekosistem merupakan bagian dari
pertanggungjawaban mutlak korporasi, sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu PT Pertamina?
2. Bagaimana Kronologis kasus pipa berkarat yang menyebabkan bocornya minyak
Pertamina tersebut?
3. Pelanggaran apa yang dilakukan oleh pihak Pertamina tersebut?
4. Bagaimana Penegakan hukum sanksi perdata yang dikenakan kepada PT Pertamina?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum :
Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Hukum Lingkungan

Tujuan Khusus :

1. Mengenal dan paham apa itu mengenai PT Pertamina


2. Agar paham dan tahu mengenai kronologis kasus bocornya minyak Pertamina tersebut
3. Mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Pertamina
4. Tahu mengenai penegakan hukum sanksi perdata yang dikenakan kepada PT Pertamina
tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan umum PT Pertamina

Pertamina adalah Perusahaan BUMN yang bergerak di bidang energi dan penyumbang deviden terbesar
di Indonesia. Perusahaan ini aktif di sektor hulu dan hilir industri minyak dan gas. Sektor hulu
meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan energi panas bumi, sementara kegiatan hilir
mencakup pengolahan, pemasaran, perdagangan dan pengiriman.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1957 dengan nama Permina tapi mengubah namanya
menjadi Pertamina setelah merger dengan Pertamin pada tahun 1968. Pertamina menjadi sumber
besar pendapatan bagi pemerintah Orde Baru Presiden Soeharto pada tahun 1970-an, sehingga
memungkinkan investasi besar dalam infrastruktur negara dan program penanggulangan
kemiskinan yang berhasil. Meskipun demikian, mismanajemen (kesalahan pengelolaan) dan
korupsi hampir menyebabkan kebangkrutan pada tahun 1975

Perusahaan ini memproduksi banyak komoditas seperti bahan bakar, minyak tanah, LPG (Bahan
bakar gas cair), LNG (Gas bumi cair), dan petrokimia. Pertamina adalah produsen minyak
mentah terbesar kedua di Indonesia setelah Chevron Pacific Indonesia (merupakan anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Chevron Amerika, salah satu perusahaan energi
terintegrasi terkemuka di dunia). Saat ini, Pertamina memiliki enam kilang minyak di Indonesia
yang memiliki kapasitas produksi gabungan sebesar satu juta barel minyak per hari (bph).

Pertamina adalah perusahaan milik negara yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia
sehingga tidak memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Untuk kegiatan hulunya (baik nasional maupun internasional) Pertamina melakukan operasinya
sendiri atau membangun kemitraan dalam bentuk operasi bersama dengan Badan Operasi
Bersama/Joint Operating Bodies (JOB), Kontrak Operasi Bersama/Joint Operating Contracts (JOC)
dan Kontrak Bantuan Teknis/Technical Assistance Contracts (TAC). Selain eksplorasi, produksi dan
transmisi minyak dan gas, Pertamina juga semakin banyak mengeksploitasi potensi gas metan lapisan
batubara (coalbed methane) dan panas bumi di Indonesia. Untuk alasan ini perusahaan mengubah
deskripsi bisnis intinya dari 'perusahaan minyak dan gas ke perusahaan energi'.

Peran Pertamina semakin strategis setelah Pemerintah melalui UU No.8 tahun 1971 menunjuk
perusahaan untuk menghasilkan dan mengolah migas dari lading ladang minyak serta
menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia. Kemudian melalui UU No.22 tahun
2001, pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service
Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.

Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero) yang melakukan kegiatan
usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir. PT Pertamina (Persero) didirikan pada
tanggal 17 September 2003 berdasarkan Akta Notaris No.20 Tahun 2003. Pada tanggal 10
Desember 2005, Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan warna
dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian lingkungan.

2.2 Kronologis penyebab dan dampak Pipa Berkarat dibalik bocornya tumpahan minyak
dikarawang beserta

Pada tanggal 15 April 2021, satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa insiden Pipa bocor ini terjadi
disebabkan karena kerusakan Internal yaitu korosi (berkarat), Pipa tersebut sudah dikatakan
sudah uzur alias Aging facility. Kebocoran Pipa terjadi tepatnya di sekitar area BZZA, atau 15
mil dari bibir pantai karawang sehingga Kejadian ini mengakibatkan minyak tumpah ke laut dan
bahkan mendarat di pesisir pantai karawang. Ini bukanlah kali pertama terjadinya kebocoran
karena sebelumnya pernah terjadi di sumur YYA-1 milik PHEONWHJ pada tanggal 12 Juli
2019 dan kemudian bisa dihentikan pada tanggal 21 september 2019. Pada kejadian ini Menteri
Kelautan dan Perikanan meninjau ke tempat Pipa kebocoran dan meminta pada pihak
pertaminaa untuk segera menyelesaikan kejadian ini. Setelah dibicarakan oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan tersebut pihak pertama Pertamina langsung mengambil Tindakan dengan
memasang Oil Boom untuk menghentikan penyebaran minyak dan dibantu oleh para nelayan
yang menyedot minyak tumpahan dilaut. Dalam melakukan Tindakan tersebut minyak bisa
dikendalikan atau bisa ditangkap oleh tim tetapi terjadi adanya badai di sekitar laut pasca hari
kedua dan ketiga setelah kebocoran menjadikan proses Tindakan pembersihan terganggu.
Tumpahan Minyak yang tadinya sudah ditangkap oleh Oil Boom terlepas lagi dan akhirnya
Sebagian mendarat di pesisir pantai. Sehingga Tindakan pembersihan dibagian laut sampai
pesisir pantai pun masih terus dilakukan. Dari kejadian tersebut menimbulkan suatu dampak
besar, seperti :

 Para Nelayan sulit untuk mencari ikan dan terancam kehilangan mata pencahariannya

 Tercemarnya lingkungan 12 desa maupun pantai utara di karawang dan Bekasi hingga
sampai ke pulau seribu, pulau untung jawa, pulau bidadari, pulau damar dan juga pulau
lancang

 Dapat Mengganggu Kesehatan masyarakat yang tinggal di wilayah tercemar

 Menurunnya tingkat ekologis dan perekonomian masyarakat sekitar daerah tercemar

 Mengancam rusaknya biota laut dan juga hewan didalamnya

2.3 Pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pertamina

Menurut Ohiongyi Marino, Kepala Divisi Pesisir dan Maritim Indonesian Center for
Environmental Law (ICEL) menyatakan bahwa Pertamina dinilai telah lalai dalam memberikan
informasi peringatan dini kepada masyarakat di Pesisir Karawang.

Dalam Kasus tumpahan minyak Pertamina dimanfaatkan Masyarakat dengan menciduk minyak
mentah dan memasukkan kedalam karung tanpa perlindungan khusus.

“Pertamina tidak memperingatkan masyarakat daerah Pesisir Karawang untuk


menghindari area tumpahan minyak mentah.Ini kewajiban Pertamina menanggulangi tumpahan
minyak berdasarkan Pasal 53 ayat (2) huruf a UU Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan
hidup.”
Menurutnya, Minyak mentah memiliki kemungkinan besar mengandung zat berbahaya dan
manusia tidak dapat kontak langsung dengan zat berbahaya tersebut tanpa ada perlindungan
khusus.

Berdasarkan pasal yang tercantum dalam Pasal 53 UU PPLH,Pertamina wajib


menanggulangi dengan isolasi area, pengehentian sumber pencemaran dan cara lain.

Menurut Ohiongyi , Upaya penanggulangan dan Pemulihan harus transparan kepada public
dengan target Masyarakat Pesisir Karawang .

ICEL juga mendesak , bahwa pemerintah perlu melakukan penegakan hukum kepada Pertamina
untuk memastikan pemberian ganti rugi kepada Masyarakat di Pesisir Karawang terutama Petani
Tambak serta ganti rugi kerusakan lingkungan.

Dalam kasus lingkungan hidup , tuntutan dapat dijatuhkan kepada badan usaha .
Kerugian lingkungan hidup , dapat dikatakan sebagai tanggung jawab mutlak korporasi , tanpa
perlu mempertimbangkan unsur kesengajaan atau tidak.

Secara spesifik, dalam Pasal 11 Perpres 109/2006 tentang penanggulangan keadaan darurat,
dalam kasus tumpahan minyak dilaut menyatakan tanggung jawab perusahaan juga meliputi
biaya penanggulangan tumpahan , dan dampak lingkungan. Juga kerugian masyarakat serta
keruskan lingkungan akibat tumpahan minyak dilaut.

Selain itu , dalam konteks kasus ini pemerintah pun seharusnya dapat menjatuhkan sanksi
kepada perusahaan yang menimbulkan kerugian lingkungan hidup , antara lain berupa sanksi
administrative , pidana , maupun perdata . Sanksi administrative tumpahan minyak dapatberupa
pmbekuan izin lingkungan , dan atau pencabutan izin lingkungan. Namun, mengacu pada pasal
UU No 76 dan pasal No 78 UU lingkungan hidup , Sanksi administrative tidak juga dapat
membebaskan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana .

2.4. penegakan hukum sangsi perdata yang di kenal kepada perusahaan

Perairan Utara Karawang tercemar akibat tumpahan minyak dan gelembung gas yang
diduga berasal dari proyek Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ),
anak perusahaan PT Pertamina (Persero).
Akibat peristiwa ini, masyarakat di sekitar lokasi, khususnya nelayan dan petani tambak merugi
karena banyak ikan di perairan tersebut tercemar. Bahkan hasil tangkapan para nelayan pun
menurun.

Langkah Penanggulangan

Dalam situasi seperti di atas, agar dampaknya tidak meluas, langkah penanggulangan harus
diutamakan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka penanggulangan adalah (Perpres
209/2006 dan UU 32/2009):

a. Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada


masyarakat;

b. Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c. Penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau,

d. Para lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keadaan darurat tumpahan minyak
dibebankan kepada:

1) Setiap nakhoda, pimpinan kapal, jika tumpahan minyak bersumber dari kapal;

2) Setiap Administrator Pelabuhan (APDEL) atau Kantor Pelabuhan (KAKANPEL), jika


tumpahan minyak terjadi di Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan (DLKP) yang menjadi tanggung jawabnya;

3) Pimpinan penanggulangan minyak dan gas bumi atau penanggung jawab unit kegiatan
pengusahaan, jika bersumber dari unit usahanya;

4) Dan pimpinan unit usaha lain.

Jika perusahaan belum mampu menanggulangi, sementara sifat penanggulangan mendesak,


pemerintah dapat melakukan penanggulangan terlebih dahulu. Biaya yang timbul akibat kegiatan
penanggulangan akan dibebankan kepada pencemar sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Perpres
109/2016.
Apa upaya yang dapat ditempuh para korban?

Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh mereka yang merasa dirugikan akibat
kebocoran kilang minyak, salah satunya dengan melakukan class action. Class action adalah
upaya hukum di mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok, mengajukan gugatan
untuk diri atau diri-diri mereka sendiri, dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang
jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan
anggota kelompok dimaksud (Pasal 1 PERMA 1/2002).

Hak gugat masyarakat ini diatur dalam Pasal 91 UU 32/2009 yang menyatakan bahwa:

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya
sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta
jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

Dalam gugatan perwakilan kelompok (class action), apabila gugatan ganti rugi dikabulkan,
hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi secara rinci, penentuan kelompok dan/atau sub
kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian ganti rugi, dan langkah-langkah yang wajib
ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan dan pendistribusian seperti halnya
kewajiban melakukan pemberitahuan atau notifikasi. (Pasal 9 PERMA 1/2002).

Apa sanksi bagi perusahaan pencemar?

Perusahaan yang menimbulkan kerugian lingkungan hidup dapat dikenakan sanksi administratif,
pidana, maupun perdata. Sanksi administratif tumpahan minyak dapat berupa pembekuan izin
lingkungan, dan/atau pencabutan izin lingkungan. Namun, sanksi administratif tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana. (Pasal 76 dan Pasal 78 UU Lingkungan Hidup).

Menurut Pasal 87 UU 32/2009, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib membayar ganti rugi
dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Tanggung jawab ganti kerugian atas tumpahan minyak di laut diatur dalam Pasal 11 Perpres No.
109/2006 terdiri atas biaya:

a. Penanggulangan minyak di laut;

b. Penanggulangan dampak lingkungan dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di laut;

c. Kerugian masyarakat akibat tumpahan minyak di laut;

d. Kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak di laut.

Sementara yang dimaksud dengan tindakan tertentu berupa:

a) memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku
mutu lingkungan hidup yang ditentukan;

b) memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau

c) menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan


lingkungan hidup.

Sanksi Perdata atas kasus Tumpahan Minyak di Karawang, PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (PHE ONWJ) mencairkan dana kompensasi kepada warga terdampak
pencemaran minyak di pesisir Karawang, Jawa Barat. Setiap orang mendapat kompensasi Rp
900 ribu per bulan untuk periode Juli dan Agustus 2019.

Pertamina mengklaim telah mencairkan kompensasi untuk 10.271 warga yang terdampak
langsung tumpahan minyak sumur YYA-1. Afif Saifudin, Direktur Pengembangan PHE,
mengatakan total dana untuk pembayaran kompensasi tahap awal sebesar Rp 18,54 miliar.

pembayaran kompensasi awal ini merupakan iktikad baik PHE ONWJ untuk memberikan
dana penyangga terlebih dahulu untuk warga terdampak langsung. Adapun saat ini Pertamina
belum menyetujui nilai kompensasi yang diajukan warga. Sebab, kata Afif, Pertamina masih
menghitung nilai riil dari besaran kompensasi yang diajukan warga terdampak. "Masih dilakukan
proses perhitungan sehingga memerlukan waktu lebih banyak dan untuk menjaga proses ini
berjalan sesuai aturan dan dapat dipertanggungjawabkan,"
KESIMPULAN

Tumpahan minyak yang terjadi di lepas pantai akibat munculnya gelembung gassaat
pengeboran sumur YYA-1 di Blok ONWJ milik Pertamina Hulu Energi ONWJ.Selanjutnya
tanggal 17 Juli 2019, tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.Anjungan YY tersebut
juga menjadi miring hingga 13 derajat yang diperkirakanPertamina akibat gelembung gas yang
muncul dari sumur YYA-1 mengenai salah satukaki anjungan. Pertamina kemudian memasang
dua tali ke kaki anjungan danmenghubungkannya ke alat pengerek yang ada di tongkang.
Pertamina memastikan, potensi mata pencaharian masyarakat nelayan terdampak dengan
membuka posko diPantai Karawang. Pertamina juga berupaya intensif dengan membersihkan
pantai dengancepat, kemudian diangkut ke lokasi penampungan yang bersertifikat. Pertamina
dianggaplalai karena masyarakat tidak seharusnya kontak langsung tanpa perlindungan
khususdengan minyak mentah, karena mengandung zat berbahaya. Berdasarkan Pasal 53
UUPPLH, Pertamina wajib menanggulangi dengan isolasi area, penghentian sumber
pencemaran, dan juga memeriksa Kesehatan masyarakat yang terlanjur terkontaminasiminyak
mentah yang berpotensi mengganggu Kesehatan masyarakat. Selain berdampak bagi
masyarakat, tumpahan minyak di perairan laut dan pantai Karawang mengancamsumber-sumber
kehidupan dan berkelanjutan alam. Selanjutnya, September hingga November 2019, Pertamina
memulai tahap pemulihan berupa rehabilitasi dan pemeliharaan area terdampak tumpahan
minyak. Pada tahun 2020, dilakukan tahap rutin berupa pemeliharaan dari program revitalisasi
yang dilakukan.Pemerintah juga memiliki tanggung jawab dalam pengawasan,
pengelolaan,ataupun perlindungan lingkungan hidup. Pertamina juga harus bertanggung jawab
atasmata pencaharian nelayan yang hilang. Penampungan ini menggunakan floating storagetank,
yang ditarik oleh dua buah kapal. Posisi tandon-fluida dibawah anjunganmemudahkan untuk
menampung langsung tumpahan minyak yang mampu menampungsekitar 5.000 liter minyak
mentah per hari. Upaya lain untuk menahan laju tumpahanminyak, PHE ONWJ mengoperasikan
3 unit skimmer ditambah pengoperasian 1 slurry pump yang bertujuan untuk memaksimalkan
penyedotan minyak dan kemudianditemapatkan di IBC Tank. Pemantauan penanganan oil spill
di sekitar anjungan YYAterus berlanjut dengan patrol udara dan laut dalam radius 50-100 km
dengan menggunakan helikopter milik Pelita Air Sevice. Selain itu PHE ONWJ juga membuka
9 Posko Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat yang terdampak.

SARAN

Tumpahan minyak ke laut menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran laut


adalah masuknya zat atau energi dari manusia ke lingkungan laut yang dapat membahayakan
sumber daya kehidupan, kesehatan manusia, mengganggu kegiatan laut termasuk penangkapan
ikan, penurunan nilai kualitas air laut, dan pemanfaatan laut lainnya. Oleh karena itu dengan
adanya Makalah kami dengan Judul PENEGAKAN SANKSI PERDATA DALAM KASUS
PIPA BERKARAT DI BALIK KEBOCORAN MINYAK PERTAMINA DI LAUT
KARAWANG kami menyarankan kepada para pihak terkait untuk memaksimalkan kembali
kinerja penangan apabila terjadi kasus tumpahan minyak di laut seperti ini dengan penanganan
yang cepat agar tumpahan minyak tidak segera menyebar ke lautan yng lebih luas, penanganan
ini pun termasuk mengantisipasi dampak kerusakan laut yang timbulkan dari kini hingga
kedepannya,, karena dari kasus diatas dampak materil dan non materil yang ditimbulkan tidaklah
sedikit. dan untuk penggantian kerugian harus sesuai dengan dampak yang ditimbulkan kepda
warga yang terdampk akibat oencemaran laut ini, baik dari segi kesehatan maupun dari segi
kerugian materi yang dirasakan oleh para nelayan terdampak.

Dengan adanya makalah kami tersebut diharapkan kepada para pembaca sekaligus
masyarakat yang terdampak apabila terjadi kembali kasus kebocoran minyak yang
menyenbabkan tumpahan minyak di lautan seperti ini agar masyarakat bisa memahami isi
makalah tersebut lebih lanjut dan dapat dimanfaatkan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.dw.com/id/tumpahan-minyak-di-perairan-karawang-berdampak-ke-perekonomian-
masyarakat-sekitar/a-49754466

file:///C:/Users/User/Downloads/24788-1-48631-1-10-20161109.pdf

https://www.pertamina.com/id/our-people#:~:text=Pertamina%20adalah%20Perusahaan
%20BUMN%20yang,nilai%20AKHLAK%20sebagai%20core%20values.

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/profil-perusahaan/pertamina/item341?

https://www.pertamina.com/id/siapa-kami

https://bisnis.tempo.co/read/1455565/pipa-berkarat-di-balik-kebocoran-minyak-pertamina-di-
laut-karawang

https://el-samsi.com/terulang-kembali-kasus-kebocorn-minyak-di-pantai-karawang-pemerintah-
jangan-abai-dengan-kerugian-masyarakat-terdampak/

https://www.mongabay.co.id/2019/07/30/tragedi-tumpahan-minyak-pertamina-di-karawang-
horor-bagi-manusia-dan-lingkungan/

https://kumparan.com/dnt-lawyers/tumpahan-minyak-di-karawang-siapa-tanggung-jawab-
1rbhtLHeB3E

Anda mungkin juga menyukai