Anda di halaman 1dari 15

Pengakuan (Recognition)

Pengakuan Sebagai Syarat Hakikat Negara Menurut Hukum Internasional


Negara-negara didunia merupakan subyek utama hukum internasional, berdasarkan Pasal 1
Konvensi

Montevideo

1993

mengenai

hak-hak

dan

kewajiba-kewajiban

Negara,

mengemukakan karakteristik-karekteristik negara sebagai berikut: memiliki Penduduk tetap,


memiliki suatu Wilayah tertentu, memiliki suatu Pemerintah yang berdaulat dan Kemampuan
untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain. Dalam ketentuan konvensi tersebut
secara tersirat bahwa, kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain
terlebih dahulu lahir apabila negara baru yang ingin melakukan hubungan itu diakui oleh negara
lain yang akan berhubungan dengan negara baru tersebut..

A.Pengertian Pengakuan
J.B. Moore
makna pengakuan adalah sebagai jaminan bahwa negara baru
tersebut diterima sebagai anggota masyarakat internasional.
Lauterpacht dan Chen
pemberian pengakuan merupakan suatu kewajiban hukum.
Ian Brownlie
pengakuan adalah optional dan politis.
D.J. Haris
suatu negara tetap negara, meskipun belum atau tidak diakui sama
sekali.
Podesta Costa
tindakan pengakuan merupakan tindakan fakultatif.
Openheim
Pengakuan adalah suatu pernyataan kemampuan suatu negara baru.

Pengakuan : Domain hukum atau politik?


Merujuk pada pengertian Pengakuan dari Podesta
Costa, bahwa tindakan pengakuan merupakan
tindakan Fakultatif yang berarti suatu negara bebas
untuk mengakui lahirnya suatu negara baru tanpa
adanya keharusan untuk melakukannya atau larangan
untuk tidak melakukannya.
Dengan pendapat
tersebut pengakuan lebih banyak unsur politiknya dari
pada unsur hukum
karena
dalam praktiknya
pengakuan sebagai suatu kebijakan yang dilakukan
oleh negara terhadap negara baru yang terdapat
suatukepentingan
di
dalamnya
yang
saling
menguntungkan diantara kedua negara. Namun dari
pengakuan inilah timbul akibat hukum.

B. Bentuk-bentuk pengakuan
1. PENGAKUAN NEGARA
Pengakuan adalah pernyataan dari suatu negara
yang mengakui suatu negara lain sebagai subjek
hukum internasional. Untuk mengakui suatu
negara baru pada umumnya negara-negara
memakai kriteria, antara lain sebagai berikut:
Keyakinan adanya stabilitas di negara tersebut
Dukungan umum dari penduduk
Kesanggupan
dan
kemauan
untuk
melaksanakan
kewajiban-kewajiban
internasional.

2. PENGAKUAN PEMERINTAHAN
Pengakuan pemerintahan ialah suatu pernyataan dari suatu
negara bahwa negara tersebut telah siap dan bersedia
berhubungan dengan pemerintahan yang baru diakui sebagai
organ yang bertindak untuk dan atas nama negaranya.
3. PENGAKUAN TERHADAP PEMBERONTAK
( BELLIGERENCY)
Bila di suatu Negara terjadi pemberontakan dan
pemberontakan tersebut telah memecah belah kesatuan
nasional dan efektivitas pemerintahan maka keadaan ini
menempatkan Negara-negara ketiga dalam keadaan yang
sulit terutama dalam melindungi berbagai kepentingannya di
Negara tersebut.
Dalam keadaan ini lahirlah sistem
pengakuanbelligerency.Contoh yang paling dikenal adalah
pengakuanbelligerencyyang diberikan kepada orang-orang
selatan di Amerika Serikat pada waktu perang saudara oleh
Perancis dan Inggris serta Negara-negara Eropa lainnya.

C. Teori-teori Pengakuan
1.Teori Konstitutif
Menurut pendukung Teori Konstitutif ini di mata hukum
internasional suatu negara baru lahir bila telah diakui oleh
negara lain. Pengakuan mempunyai kekuatankonstitutif.
Pendukung utama teori ini adalah Prof. Lauterpacht. Jelaslah
bahwa bagi pengikut teori konstitutif ini negara itu secara
hukum baru ada bila telah mendapat pengakuan dari negaranegara lain.
2.Teori Deklaratif
Menurut pendukung teori ini, pengakuan tidak menciptakan
suatu negara karena lahirnya suatu negara semata-mata
merupakan suatu fakta murni dan dalam hal ini pengakuan
hanyalah berupa penerimaan fakta tersebut. Mereka
menegaskan bahwa suatu negara begitu lahir langsung
menjadianggota masyarakat internasional dan pengakuan
hanya merupakan pengukuhan dari kelahiran tersebut.

D. Doktrin-doktrin Pengakuan
a) Doktrin Tobar
Dr. Tobar, Menteri Luar negeri Equador dalam suatu pernyataan tanggal 15
Maret 1907 meletakan prinsip bahwa suatu negara harus berusaha untuk
tidak mengakui suatu pemerintahan asing bila pembentukan pemerintahan
tersebut didasarkan atas kudeta militer atau pemberontakan.
Doktrin ini terdapat dalam dua instrumen yuridik yaitu:
(1) Konvensi Washington antara 5 Republik Amerika Tengah ( Costa
Rica,
Guetemala, Honduras, Nicaragua, dan Salvador ) tahun 1907
untuk 10
tahun, tetapi tidak diperpanjang sesudah tahun 1917.
(2) Konvensi Washington tanggal 7 Februari 1923 antara negaranegara yang
sama untuk 10 tahun tetapi juga tidap diperbaharui.
b) Doktrin Stimson
Doktrin Stimson adalah doktrin yang menolak diakuinya suatu keadaan
yang lahir sebagai akibat penggunaan kekerasan atau pelanggaran
terhadap perjanjian-perjanjian yang ada. Pelaksanaan doktrin ini
mengalami kemacetan karena tidak diakuinya suatu keadaan tidak pernah
menjadikan keadaan tersebut kembali seperti semula dan keadaan yang
tidak diakui tersebut pada akhirnya juga diakui negara-negara beberapa
waktu kemudian.

c) Doktrin Estrada
Estrada, Menteri Luar Negeri Mexico, tanggal 27 September
1930 menyatakan bahwa penolakan pengakuan adalah cara
yang tidak baik karena bukan saja bertentangan dengan
kedaulatan suatu negara tetapi juga merupakan campur
tangan terhadap soal dalam negeri negara lain. Penolakan
tersebut
juga
didasarkan
teori
bahwadiplomatic
representation is to the state and not to the government.
Negara-negara berkembang pada umumnya juga tidak mau
mencampuri perubahan-perubahan rezim atau pemerintahan
yang terjadi di Negara-negara lain, apakah perubahan
tersebut melalui prosedur konstitusional atau inkonstitusional.
Betapa banyaknya perubahan pemerintah yang tidak melalui
cara konstitusional di Afrika dan Amerika latin, namun
negara-negara tidak menarik pengakuannya dan tidak
menutup perwakilan diplomatiknya di Negara tersebut.

E. Akibat-akibat hukum adanya


pengakuan

Pertama,
pengakuan
tersebut
merupakan
pembuktian atas keadaan yang sebenarnya dari
lahirnya suatu negara atau pemerintah baru
(evidence of the factual situation)
Kedua, pengakuan mengakibatkan akibat-akibat
hukum terten tu dalam mengembalikan tingkat
hubungan diplomatik antara negara yang
mengakui dan yang diakui.
Ketiga, pengakuan memperkukuh status hukum
(judicial standing) negara yang diakui dihadapan
pengadilan negara yang mengakui.

Kasus Islands of Palmas Case


Pihak yang berperkara adalah Belanda dan Amerika Serikat
mengenai kepemilikan pulau Palmas, kedua negara merasa saling
memiliki atas pulau palmas atas alas haknya masing-masing.
Kasus posisi :
Akibat perang Spanyol melawan Amerika Serikat tahun 1898, Spanyol
menyerahkan Philiphina kepada Amerika Serikat berdasarkan Treaty of Paris.
Pada tahun 1906 pejabat Amerika Serikat mengunjungi pulau Palmas (Miangas)
yang diyakini Amerika Serikat sebagai wilayah yang diserahkan kepadanya,
tetapi Amerika Serikat mendapatkan bendera Belanda berkibar di Pulau Palmas.
Amerika Serikat dan Belanda merasa memiliki hak kedaulatan terhadap Pulau
Palmas. Dasar klaim Amerika Serikat adalah cesi, yang ditetapkan dalam Treaty
of Paris.Cesi mentransfer semua hak kedaulatan yang dimiliki Spanyol
terhadap Pulau Palmas. Amerika Serikat adalah suksesor Spanyol sebagai
penemu Pulau Palmas.
Sedangkan Belanda mendasarkan klaim kedaulatannya terhadap Pulau Palmas
pada alas hak okupasi yaitu melalui pelaksanaan kekuasaan negara secara damai
serta terus menerus atas Pulau Palmas.

Argumen AS
Berdasarkancontiguity(hubungan)
Tidak ada Hukum Internasional positif yang menetapkan
pulau-pulau diluar laut teritorial merupakan terra
firma(daratan terdekat atau pulau berbentuk besar). Prinsip
ini tidak ada presedennya, tak pasti, dan dipertentangkan
tentang keberadaannya.
Pelaksanaan kedaulatan teritorial ada celah waktu dan
ruangnya tak berarti tak ada kedaulatan. Penilaian tergantung
pada keadaan masing-masing. Mengenai sekelompok pulau
mungkin sekelompok itu dianggap kesatuan dan nasib pulau
utama mengkait yang lain. Harus dibedakan antara perbuatan
pertama pemilikan, yang hampir tak dapat meliputi seluruh
wilayah dan pelaksanaan kedaulatan sebagai manifestasi
terus menerus dan perpanjangan yang harus meliputi seluruh
wilayah. Wilayah yang dibahas sengketa ini adalah pulau
terpencil. Ada penduduknya yang tak memungkinkan tanpa
pemerintah dalam waktu yang lama.

Argumen Yang Diajukan Belanda.


Belanda mendasarkan klaim kedaulatan pada titel pelaksanaan kekuasaan negara
secara damai dan terus menerus atas Pulau Palmas. Dalam Hukum Internasional
titel ini mengungguli titel perolehan kedaulatan yang tidak diikuti dengan
pelaksanaan aktual kekuasaan negara, perlu dipastikan pertama-tama apakah
pernyataan Belanda cukup dibenarkan bukti-bukti dan untuk berapa lama.
Dalam pemikiran Arbitror, Belanda telah berhasil menetapkan fakta berikut :
1. Pulau Palmas merupakan setidaknya sejak tahun 1700 merupakan bagian dua
negara pribumi Pulau Sangi (Talaut);
2. Negara pribumi ini sejak 1677 dan seterusnya tergabung dengan VOC, yang
dengan demikian Belanda, dengan kontrak suzerainitas, yang memberi kekuasaan
membenarkan pendapatnya negara vassal sebagai bagian dari wilayahnya;
3. Perbuatan yang bersifat kekuasaan negara dilakukan oleh negara vassal atau
oleh penguasa pada Pulau Palmas telah ada berlaku dalam masa yang berbeda
antara tahun 1700 dan 1898 dan juga 1898 dan 1906.
Putusan Hakim Arbitrase Internasional
Titel kedaulatan Belanda yang diperoleh karena pelaksanaan kekuasaan negara
dengan terus menerus dan damai selama mungkin surut sampai sebelum 1700
dengan demikian adalah kuat.
Berdasarkan alasan ini, Arbitror, sesuai dengan Pasal 1 Special Agreement tanggal
23 Januari 1925, memutuskan bahwa Pulau Palmas seluruhnya merupakan bagian
wilayah Belanda.

Praktik Pengakuan
Praktik Pengakuan Oleh Inggris
Dalam prakteknya, Inggris memberi pengakuan apabila
suatu Negara telah memenuhi syarat-syarat politis.
kriteria seperti berikut :
a.Pemerintahan yang permanen : Apakah pemerintahan
yang baru tersebut dapat mempertahan kan
kekuasaannya dalam jangka waktu yang lama
(reasonableble prosfect of permanence)
b.Pemerintah yang ditaati oleh rakyat (stabilitas) :
apakah dengan adanya pemerintahan yang berkuasa
tersebut,
rakyat
di
negara
tersebut
mematuhi/menaatinya (obidience of the people)
c. Penguasaan
wilayah
secara
efektif
:
Apakah
pemerintah baru tersebut menguasai secara efektif
sebagian besar wilayah negara.

Praktik Pengakuan Oleh Amerika Serikat


Amerika serikat pada dasarnya berpendapat bahwa
tidak ada kewajiban bagi negara untuk mengakui
negara baru. Melainkan berpegang pada
kenyataan/fakta sebuah negara yang:
1. Mampu mengontrol wilayahnya dan
masyaraktanya secra efektif
2. Kemampuan pemerintahnnya membangun
hubungan diplomatik dengan negara lain dan
mmemenuhi kewajbiban hukum internasional
3. Apakah entitas tersebut bisa menarik negaranegara lain untuk mengakui keberadaannya.

Praktik Pengakuan Oleh Indonesia


Seperti praktik sebagian besar negara lain dan
memang praktiknya dalam pertimbangan
memberikan pengakuan ini banyak dipengaruhi
oleh faktor-faktor politik, hal itu pun dipraktikan
oleh Indonesia, misal dalam konflik Palestina dan
Israel Indonesia memilih mengakui Palestina yang
secara politis memiliki kepentingan untuk
memerdekakan Palestina ketimbang mengakui
Israel. Contoh lain Indonesia lebih memilih
mengakui Tiongkok ketimbang Taiwan karena
secara ekonomi akan lebih menguntungkan apabila
Indonesia melakukan kerjasama dengan Tiongkok.

Anda mungkin juga menyukai