Dosen Pengampu:
Laga Sugiarto, S.H., M.H.
Rizqan Naelufar, S.H., M.H
Disusun oleh:
1. Anti Navirotul Baety (8111422650)
2. Dini Mulia Muthmainah (8111422670)
3. Heni Dora Sinaga (8111422686)
4. Ibrahim Asyam Qurrotaa’yun (8111422687)
5. Veronica Nora Litna Tarigan (8111422688)
6. Oemar Attallah (8111422693)
7. Ihsanudin Herry Setiawan (8111422695)
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB 1..............................................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................................................
2.1 LANGKAH BUMN/BUMD MENGATUR PRINSIP GOOD CORPORATES
PADA NILAI PENGEMBANGAN INTERNAL PERUSAHAAN BUMN/BUMD
TERHADAP PEMBERDAYAAN PERTAMBANGAN................................................
2.2 PERANAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN DAN UNDANG-
UNDANG CIPTA KERJA TERHADAP PENGELOLAN PERTAMBANGAN
DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITAR PERTAMBANGAN......................
BAB III.........................................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
BUMN ataupun tubuh usaha kepunyaan negeri merupakan tubuh usaha yang sebagian
ataupun totalitas kepemilikan dipahami oleh negeri. Tetapi negeri yang diartikan spesialnya
negeri kesatuan republik Indonesia. Tubuh usaha kepunyaan negeri pula terdapat yang dalam
1
Hayatul Ismi. (2014). Hak Atas Tanah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Mineral Dan
Batubara. Jurnal Ilmu Hukum,4 (2), 242-252. doi: org/10.30652/jih.v4i2.2792, h. 242.
2
Luthfi Hidayat. (2017). Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara (Studi Kasus Pengelolaan
Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) Di Pt. Bhumi Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan).
JurnalADHUM, 7 (1). 44-52, h. 44.
wujud usaha nirlaba. Ada 2 tipe serta karakteristik BUMN ialah mempunyai tipe industri
perseroan serta industri universal. Identitas yang dipunyai BUMN ialah jadi suatu sumber
pendapatan negeri, saham dapat dipunyai oleh warga serta lain sebagainnya. Tujuan
berdirinya tubuh usaha kepunyaan negeri (BUMN) berbasis nirlaba ini merupakan buat
sediakan benda serta jasa untuk warga. BUMN muncul selaku perwujudan pemerintah dalam
berfungsi selaku pelakon ekonomi. Tidak hanya itu dalam permodalan tubuh usaha
kepunyaan negeri, baik sebagian ataupun sepenuhnya dipunyai oleh pemerintah Indonesia
Sebaliknya Tubuh Usaha Kepunyaan Wilayah (BUMD) ialah usaha yang dipunyai oleh
Pemerintah Wilayah, yang tujuannya merupakan selaku salah satu sumber penerimaan
wilayah (PAD). Tetapi pada realitasnya kalau BUMD yang terdapat sepanjang ini belum
sanggup membagikan donasi yang signifikan terhadap pemasukan asli wilayah (PAD), malah
lebih banyak suntikan dana dari pemerintah wilayah daripada keuntungan yang di bisa.
Keadaan tersebut jadi beban untuk APBD. Sehingga apa yang jadi tujuan berdirinya BUMD
merupakan selaku salah satu sumber pemasukan pemerintah wilayah tidak tercapai (P2 LIPI
2010).
Keberadaan Tubuh Usaha Kepunyaan Wilayah sepanjang ini tidak semacam Tubuh
Usaha Kepunyaan Negeri yang sebagian besar aktivitas usahanya telah mempraktikkan
prinsip- prinsip tata kelola industri yang baik ataupun cocok dengan prinsip- prinsip good
corporate governance yang dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN No Kep103/ MBU/
2002 tentang pembuatan komite audit untuk BUMN. Keadaan BUMN selangkah lebih maju
dibanding dengan aktivitas usaha yang dicoba oleh BUMD, serta apalagi industri negeri yang
berupa perseroan telah melangkah jadi industri publik dengan menerbitkan sahamnya di
lantai bursa. Salah satu kasus dalam pengelolaan serta pengembangan BUMD merupakan,
aspek hukum pengaturan terpaut BUMD tidak secara spesial membagikan arahan serta
pedoman dalam pengelolaan suatu tubuh usaha yang dipunyai oleh wilayah, semacam seperti
BUMN yang telah memiliki payung hukum UU No 19 Tahun2003. Pengaturan terpaut
dengan BUMD paling utama dalam perihal pendirian yang masih memakai bawah Perda serta
UU No 5 Tahun 1962 tentang Industri Wilayah dirasa belum secara maksimal menanggapi
tuntutan pengelolaan serta pengembangan BUMD. Tidak hanya kasus payung hukum
tersebut, pengelompokan BUMD yang masih belum jelas menimbulkan distorsi terpaut
pengelolaan BUMD.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana BUMN/BUMD Secara Garis Besar Membangun dan Mengatur tata kelola
perusahaan yang baik atau prinsip good corporates pada nilai pengembangan internal
perusahaan BUMN/BUMD terhadap pemberdayaaan Pertambangan?
2. Bagaimana peranan Undang-undang Pertambangan dan Cipta Kerja terhadap
Pengelolaan Pertambangan dan Kehidupan masyarakat sipil daerah Pertambangan?
1.3 TUJUAN
1. Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada publik tentang bagaimana
1.4 MANFAAT
1. Makalah ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
Bersumber pada Pasal 1 angka 1 Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Tubuh
Usaha Kepunyaan Negeri, BUMN ialah tubuh usaha yang segala ataupun sebagian besar
modalnya lewat penyertaan langsung dipunyai oleh Negeri berasal dari kekayaan Negeri
yang dipisahkan. Modal BUMN dari kekayaan negeri yang dipisahkan, berarti modalnya
berasal dari Anggaran Pemasukan serta Belanja Negeri (APBN). Wujud usaha BUMN ialah
Perseroan berupa Perseroan Terbatas serta Industri Universal (Perum).
Struktur organisasi BUMN Persero pada dasarnya seragam dengan yang diatur dalam
Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mencakup:3
1. Rapat Universal Pemegang Saham (RUPS);
2. Direksi; dan
3. Komisaris
Tetapi, perbandingan yang terdapat pada BUMN Persero terletak pada yurisdiksi ataupun
kewenangan tiap- tiap organ industri yang menjajaki syarat dalam Undang- Undang No 19
Tahun 2003 tentang Tubuh Usaha Kepunyaan Negeri.
Kedudukan berarti dalam BUMN dipegang oleh Menteri. Menteri, cocok dengan
definisi dalam Pasal 1 angka 5 Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Tubuh Usaha
Kepunyaan Negeri, merupakan pejabat yang ditunjuk ataupun diberi kewenangan buat
mewakili pemerintah selaku pemegang saham negeri dalam Persero serta selaku owner modal
dalam Perum, dengan mencermati syarat perundang- undangan yang berlaku.
Wewenang yang dipunyai Menteri tersebut dalam Persero antara lain:
1. Menganjurkan pendirian Persero& melakukan pendirian Persero;
2. Berperan sebagai RUPS dalam perihal segala saham Persero dipunyai oleh negeri
ataupun pemegang saham dalam perihal tidak segala sahamnya dipunyai oleh negeri;
3. Mengangkut serta memberhentikan Direksi dalam perihal Menteri berperan sebagai
RUPS;
3
Dimas Hutomo, "Dasar Hukum Privatisasi BUMN Persero",
https://www.hukumonline.com/klinik/a/dasar-hukum-privatisasi-bumn-persero-cl5864, diakses pada 26 Februari
2024.
4. Mengangkut serta memberhentikan Komisaris dalam perihal Menteri berperan
sebagai RUPS;
5. Membuat Keputusan menteri menimpa rencana jangka panjang, rencana kerja,
anggaran persero, laporan tahunan, serta penghitungan tahunan Persero;
Maksud dan tujuan pendirian BUMN (Persero dan Perum) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi bagi kemajuan ekonomi nasional secara keseluruhan dan
pendapatan negara secara khusus;
2. Berusaha untuk mendapatkan keuntungan, sebagaimana yang menjadi karakteristik
umum dari Perseroan Terbatas yang berorientasi pada profit;
3. Menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi dan memadai untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara luas;
4. Menjadi pelopor dalam melakukan kegiatan usaha yang belum dilakukan oleh sektor
swasta atau koperasi; dan
5. Aktif dalam memberikan panduan dan bantuan kepada pengusaha dari golongan
ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Disisi lain Badan Usaha Milik Daerah memiliki kemampuan untuk menjalankan
kegiatan di sejumlah sektor seperti transportasi, utilitas, pertanian. Tujuan BUMD adalah
menghasilkan pendapatan bagi pemerintah setempat, mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah, dan menyediakan layanan publik. BUMD memiliki variasi bentuk yang meliputi
perusahaan, koperasi, atau entitas bisnis lainnya, dan diharapkan agar mampu memberikan
dampak positif terhadap kemajuan sosial dan ekonomi di wilayahnya. Bupati dan walikota
bertanggung jawab mengatur pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung, dengan
tujuan memberikan kepastian hukum selama proses pelaksanaannya.
Dalam sistem kerja pemerintah yaitu adanya asas dekonsentrasi, asas desentralisasi
dan asas tugas pembantuan.4
1. Asas desentralisasi adalah Daerah memiliki hak untuk mengelola dan mengurus
sendiri segala urusan pemerintah yang telah didelegasikan oleh pemerintah pusat,
tetapi tetap berada dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Asas Dekonsentrasi adalah Wewenang yang semula berada di tangan pemerintah
pusat, khususnya terkait penetapan strategi kebijakan dan pencapaian program
kegiatan, dialihkan kepada gubernur berdasarkan arahan kebijaksanaan umum dari
4
Suryadi, Peran BUMD bagi Perekonomian Nasional, Februari 2023, Damera Press, Pejaten Timur
Jakarta Selatan, 2023, h.77.
pemerintah pusat. Meskipun demikian, sektor pembiayaan tetap menjadi tanggung
jawab penuh pemerintah pusat.
3. Asas tugas pembantuan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.
Peraturan Daerah (Perda) tertera pasal 236 sampai 245 Undang-Undang No 23 tahun
2014, pengaturan Kepala Daerah (Perkada) pasal 246 sampai 248 Undang-Undang No. 23
Tahun 2014.
Langkah melakukan sistem good corporates pada Perusahaan BUMN atau BUMD
terhadap pemberdayaan pertambangan. Awalnya, wewenang dalam pemberian izin
pertambangan berada di tanggung jawab pemerintah, namun kemudian dialihkan kepada
pemerintah daerah, khususnya kabupaten dan kota, yang memperoleh otonomi penuh.
Pencetusan Undang-Undang pemerintah Daerah dalam pertambangan tertera dalam UU No.
32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah (UU Pemda 2004). Dengan UU yang telah
disahkan ini, pengelola pertambangan dijadikan sebagai bagian dari urusan pilihan yang
termasuk dalam wewenang pemerintah daerah. PP No. 32 Tahun 1969 mencetuskan bahwa
pemberian wewenang dalam mengeluarkan keputusan terkait pertambangan dapat dilakukan
oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, dan disesuaikan dengan cakupan wilayah kuasa
pertambangan masing-masing.
5
Ahmad Redi dan Luthfi Marfungh, ‘Perkembangan Kebijakan Hukum Pertambangan Mineral dan
Batu Bara di Indonesia’, Jurna Hukum, Vol.4, No.2, 2021, h.498.
Penetapan good corporats governance BUMN dan BUMD berhubungan
pertambangan membawa dampak keuntungan seperti efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
Perusahaan. Langkah-langkah sistem antara lain:
1. Menyusun kebijakan tata Kelola Perusahaan.
Mendiskusikan kepada seluruh badan atau organisasi yang berkaitan dengan
membangun dan mengatur tata Kelola pemberdayaan pertambangan.
2. Pembentukan Dewan Pengawas
Anggota Dewan Pengawas wajib memiliki pemahaman tentang sifat khas industri
pertambangan dan kepakaran yang sesuai.
3. Transparansi dan Pengungkapan Informasi
Memberikan peningkatan transparansi dengan cara memberikan informasi jelas
dan mudah untuk diakses.
4. Pembentukan Dewan Direksi yang Profesional.
Anggota dewan yang unggul dalam bekerja dan memiliki pengalaman dalam
industri pertambangan.
5. Manajemen risiko.
Menerapkan sistem manajemen risiko yang efisien untuk mengenali, mengukur,
dan mengelola potensi risiko yang muncul dalam operasional perusahaan
pertambangan.
6. Melibatkan Pemegang Saham.
7. Menerapkan Kode Etik dan Kepatuhan.
8. Mengadakan Pelatihan dan Pengembangan.
Mengadakan pelatihan dan Pengembangan guna untuk praktek tata cara
Kelola Perusahaan yang baik.
A. Transparency (transparansi)
Prinsip transparansi mengacu pada praktek keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan serta penyediaan informasi yang relevan tentang perusahaan. Perusahaan
akan patuh terhadap regulasi yang mengatur keterbukaan informasi yang berlaku
untuknya. Transparansi juga mencakup informasi relevan yang dibutuhkan oleh
publik tentang produk dan aktivitas operasional Perusahaan yang dapat berpotensi
mempengaruhi perilaku para pengemban kepentingan.
B. Accountability (akuntabilitas)
Prinsip akuntabilitas mengacu pada kejelasan dalam fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ Perusahaan untuk memastikan pengelolaan Perusahaan
berjalan efektif. Ini terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang individu atau unit
kerja dalam menjalankan tanggung jawab yang diberikan oleh Perusahaan.
Akuntabilitas ini mencakup penjelasan tentang pelaksanaan tugas dan wewenang,
pelaporan tentang pelaksanaan tugas dan wewenang, serta pertanggungjawaban atas
aktivitas dalam menjalankan tugas dan wewenang tersebut.
C. Responsibility (pertanggungjawaban)
Prinsip pertanggungjawaban mencakup kesesuaian pengelolaan Perusahaan dengan
regulasi yang berlaku dan prinsip-prinsip korporat yang sehat.
D. Independency (kemandirian)
Prinsip kemandirian mengacu pada kondisi di mana Perusahaan dijalankan secara
profesional tanpa adanya konflik kepentingan atau pengaruh dari pihak lain yang tidak
sesuai dengan regulasi yang berlaku dan prinsip-prinsip korporat yang sehat.
E. Fairness (kewajaran)
Prinsip kewajaran adalah tentang keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
pengemban kepentingan sesuai dengan kesepakatan dan regulasi yang berlaku.
Kedatangan Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ataupun yang biasa
diucap hukum omnibus. Secara historis, aplikasi pelaksanaan Omnibus Law banyak
diterapkan di bermacam negeri Common Law System, dengan tujuan buat membetulkan
ataupun Keputusan regulasi di negaranya tiap- tiap dalam rangka tingkatkan hawa serta
energi saing investasi. Secara universal Omnibus Law belum terkenal di Indonesia. 6 Omnibus
Hukum ialah tata cara yang digunakan buat mengubah serta/ ataupun mencabut sebagian
modul hukum dalam bermacam undang- undang, dimana konsekuensinya dengan
pelaksanaan Omnibus Law merupakan 1) UU yang terdapat masih senantiasa berlaku, kecuali
sebagian pasal( modul hukum) yang sudah ditukar ataupun dinyatakan tidak berlaku; 2) UU
yang terdapat tidak berlaku lagi, apabila pasal( modul hukum) yang ditukar ataupun
dinyatakan tidak berlaku ialah inti/ ruh dari undang- undang tersebut.
6
Dhaniswara K. Harjono. (2020). Konsep Omnibus Law Ditinjau Dari Undang Undang No. 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan. Jurnal Hukum: Hukum Untuk Mengatur Dan
Melindungi Masyarakat, 6 (2). 96-110. doi : org/10.33541/JtVol5Iss2pp102. h. 98.
Kedatangan Undang 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja diharapkan jadi jalur keluar
paling utama terpaut perkara perizinanan serta birokrasi yang berbelit serta tumpeng tindih.
Managing Partner Adisuryo Dwinanto& Co, Dendi Adisurya, menarangkan kalau paling
tidak ada 7 kasus utama di bidang mineral serta batubara:7
(1) Overdosis izin dan tumpang tindih perizinan daerah dan sektoral. Saat ini untuk
mengurus perizinnan sektor minerba, jumlah izin yang harus dimiliki oleh
perusahaan tambang sebelum memulai kegiatan pertambangan sangat banyak
dan kompleks. Ditambah lagi adanya tumpang tindih kewenangan antara daerah
dan pusat dan antar department;
(2) Perubahan rezim ke Izin Usaha Pertambangan (IUP). Persoalan muncul saat
implementasi kewajiban konversi dari kontrak ke izin, dan negotiated items
penyesuaian kontrak menjadi izin meliput luas wilayah, ivestasi, lokal konten,
penerimaan negara dan nilai tambah;
(3)Konflik pembebasan. Di mana penyelesaian dilakukan Business to Business,
adanya konflik antar jenis konsesi, dan tidak ada pengaturan mengenai
pembebasan lahan untuk kepentingan industri pertambangan;
(4) Hilirisasi. Persoalan terkait On and off larangan ekspor ore, realisasi
pembangunan smelter di 2021 seperti jumlah izin smelter;
(5) Divestiasi saham bagi investasi asing. Masalah yang muncul seputar disinsentif
investasi asing, nilai divestasi saham –dihitung berdasarkan fair market value,
dengan metode discounted cash flow dan/atau perbandingan data pasar (Pasal
14 Permen ESDM 07/2017 dan 43/2018), dan kesiapan BUMN/BUMD untuk
membeli divested shares;
(6)Adanya stagnansi pertumbuhan cadangan minerba, risiko investasi yang tinggi di
tahap eksplorasi, pemerintah tidak memiliki exploration funds yang memadai, dan
insentif eksplorasi;
(7)Penerbitan izin usaha baru terutama terkait implementasi lelang (Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP).
Usaha pertambangan sendiri dilaksanakan bersumber pada perizinan berupaya dari
pemerintah pusat yang mana perizinan berupaya tersebut dilaksanakan lewat pemberian no
induk berupaya, sertifikat standar serta pula izin. Setelah itu Menimpa izin sendiri terdiri dari
sebagian aspek mulai dari izin usaha pertambangan, izin usaha pertambangan spesial, IUPK
7
Hukumonline.com. 7 Masalah utama di bidang minerba sebelum adanya UU Cipta Kerja. Available
fromhttps://www.hukumonline.com/berita/baca/lt601a5c1ef320a/7-masalah-utama-di-bidang-minerba-sebelum-
adanya-uu-cipta-kerja/?page=4, (Diakses 27 Febuari 2024).
selaku Kelanjutan Pembedahan Kontrak/ Perjanjian, Izin Pertambangan Rakyat, Pesan Izin
penambangan Batuan, izin penugasan, Izin Pengangkutan serta Penjualan, Izin Usaha Jasa
Pertambangan, serta IUP buat Penjualan.
Menimpa izin usaha pertambangan terdiri atas 2 sesi aktivitas ialah, eksplorasi yang
meliputi aktivitas penyelidikan universal, eksplorasi, serta studi kelayakan. Dan pembedahan
penciptaan yang meliputi aktivitas Konstruksi, Penambangan, Pengolahan, Pemurnian,
Pengembangan ataupun Pemanfaatan, dan Pengangkutan serta Penjualan. Dalam
pengelolaannya izin usaha pertambangan sendiri diberikan kepada Tubuh Usaha, Koperasi,
serta Industri Perorangan.
8
Uraian Kode Rekening Pendapatan Kabupaten/Kota dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, hlm. 33.
Secara universal harus pertambangan mineral serta Batubara memiliki peranan dalam
membagikan nilai tambah secara nyata terhadap pemasukan nasional serta pembangunan
daerahterkait permintaan global hendak batubara selaku sumber tenaga alternatif buat
memadai kebuhan tenaga bersamaan denganmeningkatnya harga bahan bakar minyak bumi. 9
Tetapi yang tidak dapat diabaikan merupakan aktivitas pertambangan kerapkali jadi salah
satu pemicu kehancuran area hidup disamping wujud eksploitasi area lainnya semacam
pembukaan lahan (open pit), hilangnya biota tanaman, penebangan tumbuhan yang mana
berperan selaku penyokong cadangan air, mengusik koridor hewan dalam habitat aslinya, dan
belum lagi limbah yang dihasilkan pemicu pencemaran tanah serta air.
Kasus tersebut melahirkan suatu pemahaman area hendak berartinya atensi serta
kepedulian (concern) terhadap area hidup selaku akibat terbentuknya bermacam
permasalahan area paling utama di zona pertambangan mineral serta batubara. 10 Undang-
Undang Minerba spesialnya Undang- Undang No 11 Tahun tentang Cipta Kerja memang
dinilai lebih bermuatan pada resource used oriented law ataupun menitik beratkan pada aspek
pemanfaatan sumber energi dan lingkungannya sehingga sedikit muatan hukum yang pro-
ekologis, Kedatangan undang- undang minerba tersebut memberikan ruang gerak dalam
rangka pemanfaatan kekayaan mineral, walaupun di dalamnya diatur aspek- aspek berarti
dalam tahapan aktivitas pertambangan tetapi sedikit menyinggung faktor proteksi area. 11
Dalam perihal ini kedudukan politik hukum area diperlukan selaku kelestarian guna serta
energi dukung ataupun energi tampung area dan tetap mencermati kesejahteraan masyarakat
secara berkepanjangan.
9
Hemi Faradila. (2020). Izin Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Dalam Kaitan Dengan
Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan Hidup (Fiqh Al-Bi'ah). Jurnal MUDARRISUNA,11 (3). 519-525.
doi: org/10.22373/jm.v10i3.7888, h. 520.
10
Muhammad Akib. (2016) Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional, Jakarta, PT
RajaGarfindo Persada, h. 11.
11
Hemi Faradila, Op. Cit., h. 522-523
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 Saran
Harjono, Dhaniswara K (2020). Konsep Omnibus Law Ditinjau Dari Undang Undang No. 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan. Jurnal Hukum:
Hukum Untuk Mengatur Dan Melindungi Masyarakat, 6 (2). 96-110. doi :
org/10.33541/JtVol5Iss2pp102. h. 98.
Hemi Faradila. (2020). Izin Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Dalam Kaitan
Dengan Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan Hidup (Fiqh Al-Bi'ah). Jurnal
MUDARRISUNA,11 (3). 519-525. doi: org/10.22373/jm.v10i3.7888, h. 520.
Hidayat, Lutfi. (2017). Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara (Studi Kasus
Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) Di Pt. Bhumi Energi
Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan). JurnalADHUM, 7 (1). 44-52, h. 44.
Ismi, Hayatul. (2014). Hak Atas Tanah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Mineral
Dan Batubara. Jurnal Ilmu Hukum,4 (2), 242-252. doi: org/10.30652/jih.v4i2.2792, h.
242.
Muhammad Akib. (2016) Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional, Jakarta, PT
RajaGarfindo Persada, h. 11.
Suryadi, Peran BUMD bagi Perekonomian Nasional, Februari 2023, Damera Press, Pejaten
Timur Jakarta Selatan, 2023, h.77.
Uraian Kode Rekening Pendapatan Kabupaten/Kota dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, hlm.
33.