Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPATUHAN PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN

Dosen :
Fahrul Indrajaya ST.,MT.

Disusun Oleh:

Sahat Parulian Marpaung 193020504027 Sena melinda 203010504009


Michael Putrajaya 213030504075 Irfan Jonathan Pangaribuan 213020504020
Marcelena Eva Ngelista 213030504062 Rolita Grace Cyndi Purba 213020504045
Sonia Yuliana Samosir 193030504049 Frans Nathanael Manurung 213020504033
Hizkia Deo Mahara 193030504038 Yosafat Hazezon Sitompul 213030504058
Ni Wayan Resa N 193010504005 Sambarani Ratnaningtyas 213030504067
Benammi P.B. Tarigan 213020504029 Frich Rudolf Turnip 213020504040
Natalie L. Sinaga 213010504004 Arjun Yahya 213030504052
Nicolas Adytia Siahaan 193020504020 Anisa 213010504008
Akin Putra Malau 213020504025 Gerald Benarrivo Gultom 213020504017
Erick Marheleno 213030504070 Kristian Nofan DBD117042
Devin Tesario Grunadi 213020504013 Dicky J.O 193010504011
Jesica donna 203030504052

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis panjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
tanpa rahmat-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai tepat
waktu. Adapun judul makalah ini adalah “KEPATUHAN PERIZINAN USAHA
PERTAMBANGAN”.

Makalah ini penulis buat sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Regulasi
Pertambangan. Penulis menyadari bahwa dalam proses peulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Palangka Raya, 07 Desember 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Perizinan ............................................................................................................. 3
2.2 Macam – Macam Perizinan Pertambangan ........................................................................... 4
2.3 Perizinan dan Tahapan Kegiatan Pertambangan ................................................................... 4
2.4 Sanksi Terhadap Pelanggaran di Bidang Izin Usaha Pertambangan (IUP) ............................ 7
BAB III ................................................................................................................................................ 9
PENUTUP ........................................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 9
3.2 Saran ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada


Pasal 33 ayat (3) berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal
ini memberikan arahan tentang pembangunan sumberdaya alam nasional, yaitu dikuasai
oleh negara untuk kemakmuran rakyat. Sumberdaya alam disini berkaitan dengan mineral
dan batubara. Segala sesuatu yang merupakan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
tentu akan diatur oleh negara untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara mempunyai peranan penting dalam
memberikan nilai tambah secara nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan
pembangunan daerah secara berkelanjutan, yang penyelenggaraannya masih terkendala
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perizinan, perlindungan
terhadap masyarakat terdampak, data dan informasi pertambangan, pengawasan, dan
sanksi, sehingga penyelenggaraan pertambangan mineral dan batubara kurang berjalan
efektif dan belum dapat memberi nilai tambah yang optimal.
Tugas pemerintah harus menciptakan kondisi daya tarik investasi, menjamin kepastian
hukum, dan kelangsungan usaha. Investasi akan membuat sumber daya menjadi kekayaan
negara. Industri berbasis SDA harus menjamin manfaat yang berkelanjutan bagi rakyat,
karena SDA merupakan sumber pertumbuhan ekonomi (esensi dari UUD Pasal 33),
kegiatan usaha merupakan bagian syarat akan kebijakan negera.
Pengaturan mengenai pertambangan mineral dan batubara yang saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2O20 merupakan bagian perubahan atas Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Regulasi-regulasi yang
disusun sebagai panduan untuk alat kontrol bagi pemerintah untuk menilai perusahaan yang
telah melakukan kegiatan pertambangan. Disamping itu diperlukannya ketentuan atau
sanksi yang mengikat untuk menjamin kepatuhan bagi pengusaha tambang untuk mematuhi
perizinan yang telah ada. Untuk itu makalah ini akan membahas mengenai perizinan
pertambangan dan sanksi atas ketidak patuhan pada perizinan yang telah disepakati.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:


1. Apa itu pengertian perizinan?
2. Apa saja macam - macam perizinan pertambang?
3. Apa itu perizinan dan tahapan kegiatan pertambangan?
4. Sanksi apa saja yang dikenakan jika tidak patuh pada perizinan yang telah disepakati?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:


1. Mengetahui pengertian perizinan.
2. Mengetahui macam – macam perizinan pertambangan.
3. Mengetahui perizinan dan tahapan kegiatan pertambangan.
4. Mengetahui sanksi dari ketidak patuhan pada perizinan yang telah disepakati.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perizinan

Perizinan dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan fungsi


pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Bentuk perizinan antara lain: pendaftaran,
rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang
biasanya harus memiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang
sebelum yang bersangkutan dapat melaksanakan suatu kegiatan atau tindakan. Dengan
member izin, pengusaha memperkenankan orang yang memohonya untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan
umum yang mengharuskan adanya pengawasan (Adrian Sutedi 2011).

Menurut (Adrian Sutedi 2011) Perizinan adalah suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentuh
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan, selain
itu perizinan juga bisa diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari
suatu larangan.

Perizinan merupakan bagian dari hubungan hukum antara pemerintah


administrasi dengan warga masyarakat dalam rangka menjaga keseimbangan
kepentingan antara masyarakat dengan lingkungan dan kepentingan individu serta
upaya mewujudkan kepastian hukum bagi anggota masyarakat yang berkepentingan
(Ateng Syafruddin 2010)

Pudyatmoko (2009: 11) Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang


atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar
usaha.Izin ialah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.Selain itu izin juga dapat
diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

3
2.2 Macam – Macam Perizinan Pertambangan

Bentuk Izin berdasarkan UU No. 3 Tahun 2020


• Izin Usaha Pertambangan (IUP)
• Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
• Izin Usaha Pertambangan Operasi Khusus sebagai
• kelanjutan Operasi Kontrak/ Perjanjian
• Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
• Surat Izin Penambangan Batuan (SIPB)
• Izin Penugasan
• Izin Pengangkutan dan Penjualan
• Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP)
• Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk Penjualan

2.3 Perizinan dan Tahapan Kegiatan Pertambangan

IUP (Izin Usaha Pertambangan) terdiri atas dua tahapan kegiatan :


• Eksplorasi
• Operasi Produksi

IUP diberikan Kepada :

• Badan Usaha (BUMN, BUMD)


• Koperasi
• Perusahaan Perorangan

Adapun kewajiban pemerintah yaitu :

1. Menyiapkan wilayah usaha pertambangan (WUP) dan rencana lelang wilyah izin
usaha pertambangan (WIUP)
2. Menjamin penyelesaian izin dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang
dikeluarkan pemerintah, termasuk penyelesaian masalah tanah.
3. Menjamin keberlangsungan pemanfaatan hasil pegolahan/pemurnian minerba

4
4. Menyediakan dan menjamin keterbukaan data dan informasi
5. Melakukan pembinaan pertambangan

Kewajiban Pemegang Izin :

1. Menerapkan kaidah Teknik pertambangan yang benar.


2. Mengelola keuangan sesuai sistem akuntansi Indonesia.
3. Melaporkan apabila ada mineral atau batubara yang tergali di wilayah izin
pertambangannya, dan wajib mengajukan izin apabila ingin menjualnya.
4. Menempatkan jaminan kesungguhan (IUP dan IUPK)
5. Menyelesaikan masalah hak atas tanah
6. Membayar pajak dan PNBP serta pendapan daerah
7. Merencanakan dan menyediakan dana dan serta pemantauan melakukan reklamasi
dan pasca tambang
8. Menyusun dokumen lingkungan
9. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
10. Menyampaikan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Belanja)
11. Menyampaikan laporan secara berkala
12. Wajib meningkatkan nilai tambah mineral (mengolah dan atau pemurnian)
13. Wajib divestasi sebesar 51%
14. Wajib merapkan good mining practices: K3, konservasi minerba, standar mutu
lingkungan
15. Merencanakan melaksakan pemberdayaan masyarakat

Hak Pemegang Izin :

1. Memiliki mineral dan batu bara dan mineral ikutannya setelah membayar iuran
produksi.
2. Menjual hasil produksi
3. Mengusahakan mineral lain
4. Mendapatkan izin operasi produksi pasca izin eksplorasi
5. Mendapatkan suspense

5
Jangka waktu IUP untuk kegiatan eksplorasi

• Pertambangan Mineral logam = 8 (delapan) tahun;


• Pertambangan Mineral bukan logam = 3 (tiga) tahun;
• Pertambangan Mineral bukan logam jenis tertentu = 7 (tujuh) tahun;
• Pertambangan batuan = 3 (tiga) tahun;
• Pertambangan Batubara = 7 (tujuh) tahun.
NB: Jangka waktu kegiatan Eksplorasi diberikan perpanjangan selama 1 (satu)
tahun setiap kali perpanjangan setelah memenuhi persyaratan.

Jangka waktu IUP untuk kegiatan Operasi Produksi

• Pertambangan Mineral logam paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dijamin
memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun;
• Pertambangan Mineral bukan logam paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dijamin
memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun;
• Pertambangan Mineral bukan logam jenis tertentu paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan dijamin memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 10
(sepuluh) tahun
• Pertambangan batuan paling lama 5 (lima) tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun
• Pertambangan Batubara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun
• Pertambangan Mineral logam yang terintegrasi dengan fasilitas pengolahan
dan/atau pemurnian selama 30 (tiga puluh) tahun dan dijamin memperoleh
perpanjangan selama 10 (sepuluh) tahun
• Pertambangan Batubara yang terintegrasi dengan kegiatan Pengembangan dan atau
Pemanfaatan selama 30 (tiga puluh) tahun dan dijamin memperoleh perpanjangan
selama 10 (sepuluh) tahun

6
2.4 Sanksi Terhadap Pelanggaran di Bidang Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Dalam Undang-undang pertambangan selain mengenal adanya tindakan pidana


illegal mining juga terdapat bermacam-macam tindakan pidana lainya, yang sebagian
besar ditujukan kepada pelaku usaha pertambangan, dan hanya satu macam tindakan
pidana yang yang ditujukan kepada pejabat penerbit izin di bidang pertambangan.
Tindakan pidana tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tindakan Pidana Melakukan Pertambangan Tanpa Izin
Sebagaimana telah diketahui diatas bahwa Negara mempunyai hak
menguasai atas bumi, air dam kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
termasuk tambang. Berdasarkan hal tersebut setiap orang yang akan melakukan
pertambangan aturan mainya wajib meminta izin lebih dahulu dari
negara/pemerintah. Apabila terjadi kegiatan pertambangan pelakunya tidak
memiliki izin, maka perbuatanya merupakan tindak pidana yang diatur dalam pasal
158 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
berbunyi “ Setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa IUP,IPR atau
IUPK sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dipidana dengan pidana penja paling
lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah)”.
b. Tindakan pidana menyampaikan data laporan palsu
Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan dibutuhkan data-data atau
keterangan yang benar dibuat oleh pelaku usaha yang bersangkutan seperti data
studi kelayakan, laporan kegiatan usahanya, dan laporan penjualan hasil tambang,
agar hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Perbuatan memberikan data atau
laporan yang tidak benar sanksinya sudah diatur dalam pasal 263 KUHP tentang
pemalsuan surat. “Oleh karena pemalsuan suranya dibidang pertambangan dan
sudah diatur secarah khusus, terhadap pelakunya dapat dipidanakan dengan penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00”.
c. Tindak Pidana Melakukan Eksplorasi Tanpa Hak
Pada dasarnya untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan wajib
memiliki izin dan setiap izin yang dikeluarkan ada dua kegiatan yang harus

7
dilakukan yaitu untuk eksplorasi dan eksploitasi. Kegiatan eksplorasi meliputi
penyelidikan umum,eksplorasi, dan studi kelayakan. Yang dimaksud eksplorasi
adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran kualitas, dan sumber-
sumber daya terukur dari bahan galian serta informasi mengenai lingkungan sosial
dan lingkungan hidup. “Oleh karena itu melakukan kegiatan eksplorasi
pertambangan didasarkan atau izin yang dikeluarkan pemerintah yaitu IUP atau
IUPK, maka eksplorasi yang dilakukan tanpa izin tersebut merupakan perbuatan
pidana yang diancam hukuman berdasarkan Pasal 160 Ayat 1UU No. 4 Tahunb
2009 dipidana paling lama 1 tahun atau denda paling banyak 200.000.000,00”.
d. Tindakan Pidana Menghalangi Kegiatan Usaha Pertambangan
Pengusaha pertambangan yang telah memperoleh izin dari pejabat yang
berwenang dapat segera melakukan kegiatannya sesuai lokasi yang diberikan.
Dalam melaksanakan kegiatan usaha pertambangan terkadang tidak dapat berjalan
lancer karena adanya gangguan dari warga masyarakat setempat. Gangguan
tersebut terjadi karena disebabkan jalan menjadi rusak akibat dilalui kendaraan-
kendaraan berat, sungai dan sawah tertutup tanah galian, tanaman menjadi rusak,
dan laian-lain. “Warga yang merasa dirugikan biasanya protes dengan menghalangi
dengan berbagai cara agar penambangan tidak diteruskan terhadap perbuatan yang
mengganggu kegiatan usaha pertambangan tersebut merupakan tindakan pidana
yang diancam dengan pasal 162 UU No.32 Tahun 2009, dipidana paling lama 1
tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00”.
e. Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Pemberian Izin
Ketentuan pidana yang telah dibicarakan diatas lebih banyak ditujukan
kepada perbuatan yang dilakukan oleh penerima/pemegang izin tambang. Selain
itu UU Pertambangan juga mengatur tentang tindak pidana yang ditujukan kepada
pejabat yang meberikan izin sebagaimana Pasal 165 yang berbunyi “ Setiap orang
yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan undang-
undang ini dan menyalahgunakan kewenangan diberi sanksi pidana paling lama 2
tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00”. Perbuatan
penyalahgunaan kewenagna sifatnya luas tetapi terhadap pejabat penerbit izin
tersebut dibatasi sepanjang perbuatan penerbitan IUP, IPR, atau IUPK saja. Tujuan
diaturnya tindak pidana ini agar pejabat tersebut dapat bekerja dengan baik dan
8
melayani kepentingan masyarakat dengan semestinya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perizinan dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan
dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Dalam Undang-undang pertambangan selain mengenal adanya tindakan pidana
illegal mining juga terdapat bermacam-macam tindakan pidana lainya:
a. Tindakan Pidana Melakukan Pertambangan Tanpa Izin.
b. Tindakan pidana menyampaikan data laporan palsu.
c. Tindak Pidana Melakukan Eksplorasi Tanpa Hak.
d. Tindakan Pidana Menghalangi Kegiatan Usaha Pertambangan.
e. Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Pemberian Izin.

3.2 Saran
Saran yang penyusun ingin berikan kepada pembaca adalah agar pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun, sehingga dapat lebih baik
dalam pembuatan makalah dengan mencari lebih banyak referensi dari berbagai sumber, baik
dari buku maupun dari internet.

9
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020. Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Moleong, J Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Nandang Sudrajat. 2010, Teori dan Praktek Pertambangan Indonesia, Pustaka Yustisia.

10

Anda mungkin juga menyukai