Anda di halaman 1dari 15

1

BAB V

DESAIN PIT DAN DISPOSAL MENGGUNAKAN


MINESCAPE 5.7

5.1 Dasar Teori

Minescape merupakan software perencanaan tambang terpadu yang

dirancang khusus untuk industri pertambangan mencakup semua aspek

informasi teknis tambang, mulai dari data eksplorasi hingga penjadwal

produksi tambang. Core Minescape mendukung berbagai macam software

aplikasi khusus yang memungkinkan untuk secara interaktif membuat dan

mengolah model-model geologi tiga dimensi serta desain tambang. Minescape

dirancang untuk digunakan oleh semua profesional tambang termasuk

surveyor, geologist dan mine engineer. Fleksibilitas yang dimiliki oleh

Minescape memastikan bahwa software tersebut dapat digunakan dalam

perencanaan tambang jangka pendek dan jangka panjang untuk tambang batu

bara dan bijih.

Minescape memiliki interface intuitif yang disebut Graphical Task

Interface (GTI). Interface tersebut menjadikan pekerjaan lebih mudah

dikerjakan sehingga lebih efisien dan mengurangi kebutuhan pelatihan.

Minescape dapat dioperasikan dalam platform Windows. Komponen-

Komponen Interface GTI Window GTI Window merupakan front-end sistem

Minescape yang menyediakan manajemen interface yang kaya akan features

dan secara visual berbeda dari environment Minescape. GTI merupakan

kependekan dari Graphical Task Interface yang terdiri dari base window dan

berisi sejumlah Page yang dapat dikonfigurasikan untuk kebutuhan pemakai

yang ditampilkan sebagai tab-tab dalam tab-deck Page. Page merupakan

accumulate windows yang menjalankan fungsi-fungsi khusus dan ditampilkan

di dalam GTI window. Hingga 32 page dapat ditampilkan secara bersama-sama

dalam GTI window, tergantung pada kemampuan RAM, dan sebagainya.


2

Minescape Page menyediakan fungsi-fungsi Minescape (misalnya: modelling).

Page work sentral dari suatu page mampu menampilkan grafik CAD dalam

satu atau lebih CAD windows. Sarana Minescape lainnya dapat juga

ditampilkan dalam area ini. Monitor Page menyediakan layanan pemantauan

dan kontrol terhadap modul-modul yang dijalankan selama session Minescape

dan mengkomunikasikan langsung dengan server modul Minescape. Page

work sentral dari Monitor Page menampilkan modul-modul menurut batch

yang ingin dijalankan. Informasi lengkap untuk setiap modul dapat diperoleh

dengan mudah. Page tersebut juga meliputi kontrol-kontrol untuk melihat, jeda,

mengakhiri dan memulai eksekusi modul dan berinteraksi dengan modul server

CAD Window CAD window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape

(Computer Aided Design). Subsistem CAD GTI memadukan bahasa

pemrograman dengan arsitektur client/server sehingga dapat menyediakan

fasilitas edit dan management data grafis secara menyeluruh Form merupakan

window tersendiri yang menampilkan parameter dan data yang relevan untuk

mengoperasikan Minescape secara khusus serta memungkinkan anda untuk

melihat, memanipulasi parameter secara interaktif dan menyerahkan modul-

modul tersebut untuk dijalankan.

5.1.1 Perencanaan Tambang Batubara

Perencanaan Tambang Batubara Perencanaan adalah penentuan


urutan teknis pelaksanaan dan persyaratan teknik pencapaian tujuan
beserta sasaran kegiatannya. Dalam perencanaan tambang dapat
mencakup kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan yang
dilengkapi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), persiapan
penambangan, konstruksi infrastruktur dan fasilitas penambangan,
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), serta pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup. Tujuan perencanaan secara umum adalah agar dapat
melaksanakan penambangan yang secara teknis sesuai dengan metode
kerja yang sistematis, ramah lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah
kesehatan dan keselamatan kerja, mencapai sasaran produksi dengan
3

efisiensi kerja yang tinggi dan ongkos produksi yang semurah mungkin.
Perencanaan tambang dikelompokkan menjadi empat berdasarkan waktu
dan tujuannya :

1. Perencanaan jangka panjang (long term planning) yaitu


perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun.
2. Perencanaan jangka menengah (medium term planning) yaitu
perencanaan kerja untuk jangka waktu 1-5 tahun.
3. Perencanaan jangka pendek (short term planning) yaitu
perencanaan aktivitas untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun demi
kelancaran perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.
4. Perencanaan penyanggaan atau alternatif (alternative planning)
merupakan opsi atau rencana cadangan yang dibuat apabila
perencanaan awal gagal akibat adanya perubahan data, informasi,
terjadi hambatan dan lain-lain.

5.1.2 Desain Teknis Tambang Batubara

Desain teknis merupakan penentuan persyaratan, penentuan


spesifikasi serta kriteria teknik yang rinci dan pasti guna mencapai
sasaran dan tujuan kegiatan maupun urutan teknis pelaksanaannya.
Terdapat dua tingkatan desain teknis yaitu:
1. Desain konsep (conceptual design)
Desain konsep merupakan suatu desain awal yang dibuat atas dasar
analisis atau perhitungan secara garis besar dan baru dipandang dari
segi terpenting, kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan
kondisi nyata. Rancangan ini pada umumnya digunakan untuk
perhitungan teknis dan penentuan urutan kegiatan sampai tahap
studi kelayakan (feasibility study).
2. desain rekayasa (engineering design)
Desain rekayasa merupakan suatu desain lanjutan dari desain
konsep yang disusun dengan rinci dan lengkap berdasarkan data
dari laboratorium dan literatur, serta dilengkapi dengan
pemeriksaan keadaan lapangan. Pelaksanaan kegiatan di lapangan
yang terdiri dari tahapan penambangan (mining phases pushback),
penjadwalan produksi, rancangan batas akhir tambang, dan material
buangan maka dipakailah rancangan ini sebagai dasar acuan.
4

Rancangan ini akan diperluas menjadi rancangan tahunan, bulanan,


mingguan hingga rancangan harian.
Setelah tahap eksplorasi dan studi konseptual barulah
perancangan pit tambang dilakukan. Penentuan batas awal dan batas
akhir penambangan (pit limit), penjadwalan produksi, bentuk desain
pit tambang, sequence penambangan, serta arah kemajuan
penambangan merupakan elemen yang penting pada perencanaan
tambang (Gafoer et al, 1986).

5.1.3 Batasan penambangan

Langkah pertama untuk perencanaan jangka panjang atau


pendek adalah menentukan batas dari tambang. Batas ini menunjukkan
jumlah batubara yang dapat ditambang dan jumlah overburden yang
harus dipindahkan selama penambangan berlangsung (Hustrulid et al,
2013). Jumlah produksi dan umur ekonomi suatu kegiatan
penambangan sangat dipengaruhi oleh batas penambangan (pit limit).
Batas penambangan (pit limit) dipengaruhi oleh parameter sebagai
berikut (Febrian et al, 2015):

1. Nisbah kupas/ stripping ratio (SR), berpengaruh terhadap jumlah


batubara yang dapat diambil, biaya, serta keuntungan yang didapat
oleh perusahaan,

2. Geometri lereng penambangan sebagai batas perhitungan cadangan


tertambang, berpengaruh terhadap keamanan lereng penambangan
dan banyaknya jumlah batubara yang dapat ditambang, ditetapkan
sesuai hasil penyelidikan geoteknik yang dilakukan di daerah
penelitian.

3. Kondisi geologi dan topografi, untuk mengetahui persebaran lapisan


batubara dan bentang alam yang ada pada daerah penelitian
Cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency)
dalam kegiatan penambangan adalah dengan istilah stripping ratio
atau nisbah pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah
overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh batubara
yang diinginkan. Nilai stripping ratio dapat dihitung dengan
Persamaan (1) (Hustrulid et al, 2013).
5

Nilai stripping ratio yang diperoleh dibandingkan dengan nilai


Break Even Stripping Ratio (BESR) yang telah dihitung sebelumnya.
Penentuan maksimum stripping ratio yang diizinkan secara
ekonomis umumnya digunakan untuk menentukan pit limit. Rasio ini
semata-mata ditentukan secara ekonomis, penetapan batas akhir dari
pit dimana titik impas (breakeven) terjadi, yaitu dimana margin
keuntungan adalah nol (Hartman dan Howard, 1987), maka akan
diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam
pit adalah sampai nilai BESR yang dicapai dalam perhitungan
stripping ratio (Gambar 20.). Nilai BESR dihitung dengan
Persamaan(2)

Gambar 2.
5.1.5 Geometri Lereng penambangan
6

(bench slope) adalah sudut antara garis horizontal dan


garis muka jenjang, biasanya dinyatakan dalam derajat. Untuk
menambah kestabilan lereng pit dan dengan alasan keselamatan,
dibuat berm.
Berm adalah lebar horizontal di batas lereng akhir. Interval,
sudut lereng, dan lebar berm ditentukan berdasar aturan geoteknik.
Berm disebut pula dengan jenjang penangkap. Overall pit slope
angle (sudut kemiringan lereng keseluruhan) adalah sudut dimana
lereng tambang terbuka dapat bertahan, diukur antara garis
horizontal dengan garis imajiner yang menghubungkan crest teratas
dan toe terbawah. Angle of repose atau angle of rest adalah
kemiringan maksimum dimana material lepas tetap bertahan tanpa
mengalami longsoran. Suboutcrop depth adalah kedalaman
material pengotor yang harus dipindahkan sebelum bahan galian
tersingkap ke permukaan, atau dikenal dengan istilah pengupasan
praproduksi.
4. Kondisi geometri jalan
Kondisi geometri jalan terdiri dari beberapa parameter antara
lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah jalur, superelevasi, cross
slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui jalan angkut.

5.1.6 Desain Teknis Tambang Terbuka

Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi


dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan
sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya. Di Industri
pertambangan juga dikenal rancangan tambang (mine design) yang
mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada perencanaan
tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci (pemodelan
geologi, pit potensial, pit limit, geoteknik, stripping ratio, dan data
pendukung lainnya). Pada umumnya ada dua tingkat rancangan, yaitu
(Maryanto 2013) :
7

5.1.6.1 Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu


rancangan awal atau titik tolak rancangan yang dibuat
atas dasar analisis dan perhitungan secara garis besar
dan baru dipandang dari beberapa segi yang
terpenting, kemudian akan dikembangkan agar sesuai
dengan keadaan (condition) nyata di lapangan.
5.1.6.2 Rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering
design), adalah suatu rancangan lanjutan dari
rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan
lengkap berdasarkan data dan informasi hasil
penelitian laboratoria serta literatur dilengkapi dengan
hasil-hasil pemeriksaan keadaan lapangan.

Rancangan konsep pada umumnya digunakan untuk perhitungan


teknis dan penentuan urutan kegiatan sampai tahap studi kelayakan
(feasibility study), sedangkan rancangan rekayasa dipakai sebagai
dasar acuan atau pegangan dari pelaksanaan kegiatan sebenarnya di
lapangan yang meliputi rancangan batas akhir tambang, tahapan
penambangan (mining stages/ mining phasespushback), penjadwalan
produksi dan material buangan (waste). Rancangan rekayasa tersebut
biasanya juga diperjelas menjadi rancangan bulanan, mingguan dan
harian.

5.1.7 Geometri Lereng Penambangan

Geometri Lereng Penambangan terdiri dari tinggi jenjang, sudut


lereng jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap (catch
bench). Suatu lereng tunggal (single slope) lereng hanya satu jenjang
saja dan tidak lebih, dan jika lebih disebut secara keseluruhan (overall
slope).Lereng yang mempunyai sudut yang curam atau terjal maka
kemungkinan untuk longsor akan sering terjadi dibandingkan dengan
lereng yang tidak curam atau lebih landai. Lereng yang tingginya
bernilai besar maka kemungkinan untuk longsor juga akan sering
terjadi dibandingkan dengan lereng yang mempunyai tinggi relatif
rendah. Sedangkan semakin lebar berm (catch bench) maka lereng
tersebut relatif stabil.
8

5.1.8 Geometri Jalan

Geometri jalan angkut merupakan perhitungan bentuk, ukuran


dan posisi jalan angkut yang akan digunakan dalam proses
pengangkutan hasil tambang. Geometri jalan harus sesuai dengan
dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat
bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman. Geometri jalan
tambang disesuaikan dengan alat angkut yang digunakan agar alat
angkut dapat bergerak secara leluasa. Dalam proses penambangan
terbuka, alat angkut yang digunakan adalah dump truck.

5.1.8.1 Rancangan 2 arah

Geometri jalan tambang 2 arah mengacu pada desain dan


konstruksi jalan yang memungkinkan lalu lintas kendaraan
bergerak ke arah yang berlawanan. Ini umumnya digunakan di
tambang, tempat kerja, atau situs konstruksi di mana kendaraan
perlu mengakses area tertentu dari arah yang berbeda. Berikut
adalah beberapa komponen penting yang perlu dipertimbangkan
dalam geometri jalan tambang 2 arah:

5.1.8.1.1 Lebar Jalan: Jalan tambang harus


dirancang dengan lebar yang cukup
untuk mengakomodasi kendaraan yang
akan melalui jalan tersebut. Ini termasuk
kendaraan besar seperti truk pengangkut
material tambang.
5.1.8.1.2 Sistem Lalu Lintas: Jalan tambang 2 arah
harus memiliki sistem lalu lintas yang
teratur, mungkin dengan rambu lalu
lintas, sinyal, atau tanda-tanda arah yang
jelas untuk menghindari tabrakan antara
kendaraan yang datang dari arah yang
berlawanan
5.1.8.1.3 Material Jalan: Pemilihan bahan
konstruksi jalan yang sesuai adalah
penting. Jalan tambang sering kali
dibangun dengan material khusus yang
9

tahan terhadap beban berat kendaraan


dan kondisi kerja yang keras.
10

Geometri jalan tambang 2 arah harus dirancang dengan


cermat untuk memastikan keamanan pengemudi dan pekerja di
lokasi tambang atau konstruksi. Pemahaman yang baik tentang
persyaratan khusus dari lokasi tersebut, jenis kendaraan yang akan
melalui jalan tersebut, dan kondisi cuaca yang mungkin berubah
adalah kunci dalam merancang jalan tambang yang efektif.

5.1.8.2 Rancangan yang 3 arah


Geometri jalan tambang 3 arah mengacu pada desain dan
konstruksi jalan di mana kendaraan dapat bergerak ke arah yang
berlawanan dan tiga arah berbeda. Ini biasanya digunakan di
tambang besar atau situs konstruksi yang lebih kompleks, di mana
ada kebutuhan untuk akses ke beberapa area dari tiga arah yang
berbeda. Berikut beberapa aspek penting yang perlu
dipertimbangkan dalam geometri jalan tambang 3 arah:
5.1.8.2.1 Rancangan Simpul Jalan: Rancangan
simpul jalan adalah titik pertemuan atau
persimpangan di mana tiga jalan
bertemu. Desain simpul jalan harus
mempertimbangkan keamanan dan aliran
lalu lintas yang efisien.
5.1.8.2.2 Lebar Jalan: Lebar jalan harus cukup
untuk mengakomodasi kendaraan yang
akan melalui jalan tersebut, termasuk
kendaraan besar seperti truk pengangkut
material tambang.
5.1.8.2.3 Jarak Pandang: Jarak pandang yang baik
adalah penting untuk memungkinkan
pengemudi melihat kendaraan yang
datang dari tiga arah berbeda dengan
cukup jauh
5.1.8.2.4 Marka Jalan: Marka jalan dan tanda-
tanda lalu lintas yang jelas dan mudah
terlihat penting untuk mengarahkan
kendaraan dan memberi tahu pengemudi
tentang batas-batas jalan.
11

5.1.8.2.5 Material Jalan: Pemilihan material


konstruksi jalan yang sesuai untuk
menanggung beban kendaraan berat dan
kondisi kerja yang keras.
12

5.1.9 Penentuan Geometri Jalan

Fungsi utama jalan tambang adalah untuk menunjang


operasional pengangkutan. Jalan tambang harus layak agar dapat
menunjang operasional yang efisien dan mencegah kecelakaan kerja.
Jalan menjadi aspek penting sehingga perlu dikaji dan
mengimplementasikan standar- standar jalan seperti yang dibuat oleh
pemerintah Indonesia yaitu KEPMEN 1827 tentang kaidah teknik
pertambangan yang baik.
Penentuan geometri jalan tambang adalah langkah penting
dalam perencanaan dan desain jalan tambang. Ini mencakup aspek
teknis seperti lebar jalan, kemiringan, jarak pandang, dan sistem lalu
lintas yang relevan untuk keamanan dan efisiensi operasi tambang.
Selain itu, juga harus mempertimbangkan risiko yang mungkin terkait
dengan jalan tambang.
Beberapa faktor penunjang dalam mengoperasikan alat angkut
(truck) adalah kondisi dimensi jalan yang meliputi lebar, panjang,
besarnya tikungan maupun kemiringan dari pada jalan angkut serta
kontruksi jalan yang digunakan.
5.1.9.1 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan jalur ganda
atau lebih, menurut The American Association of State Highway
and Transportation (AASHTO) Manual Rural Hight Way Design
1973, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada
bagian tepi kiri dan kanan jalan.
𝐿 = 𝑛(W𝑡) + {(𝑛 + 1) × (1/2 × W𝑡)}
Keterangan:
L = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah jalur (buah)
Wt = lebar alat angkut (m)
5.1.9.2 Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar
dari pada jalan lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
adanya penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan oleh
sudut yang
13

dibentuk oleh roda depan dengan badan truk saat melintasi


tikungan. Untuk jalur ganda, lebar jalan minimum pada tikungan
dihitung berdasarkan pada :
5.1.9.2.1 Lebar jejak roda.
5.1.9.2.2 Lebar juntai atau tonjolan (overhang)
alat angkut. bagian depan dan belakang
pada saat membelok.
5.1.9.2.3 Jarak antar alat angkut saat
bersimpangan.
5.1.9.2.4 Jarak jalan angkut terhadap tepi
jalan. Persamaan yang digunakan
adalah :

W = n ( U+Fa+Fb+Z) + C
C = Z = ½ (U=Fa+Fb)
dengan:
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n = Jumlah Jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)
Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar Juntai belakang (m)
C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m)
Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)
5.1.9.3 Jari-jari belokan dan Superelevasi
Pada saat kendaraan melalui tikungan atau belokan dengan
kecepatan tertentu atau menerima gaya sentrifugal yang
menyebabkan kendaraan tidak stabil, untuk mengimbangi gaya
sentrifugal tersebut perlu dibuat suatu kemiringan melintang ke
arah titik pusat tikungan yang disebut superelevasi. Superelevasi
adalah kemiringan melintang pada belokan jalan.
5.1.9.4 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Grade jalan angkut pada lokasi penambangan berhubungan
langsung dengan kemampuan alat angkut dalam mengatasi
tanjakan. Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan
baik oleh alat angkut berkisar antara 10% - 15% atau sekitar 6°-
8,5°. Akan tetapi untuk jalan menurun atau mendaki pada lereng
perbukitan
14

lebih aman kemiringan jalan maksimum sekitar 8% atau 4,5°.


Dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
5.1.9.5 Kemiringan Melintang (Cross Slope)
Slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut
mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat
demikian, dengan tujuan untuk memperlancar penyaliran. Apabila
turun hujan atau sebab lain, maka air yang ada pada permukaan
jalan akan segera mengalir ke tepi jalan angkut, tidak berhenti dan
mengumpul pada permukaan jalan
5.1.9.6 Kemampuan Produksi Alat Angkut dan Alat Muat
Kemampuan produksi dari alat angkut dalam kegiatan
pengangkutan sangat tergantung pada waktu edarnya, khususnya
pada waktu pengangkutan dan waktu kembali ke lokasi pemuatan.
5.1.9.7 Fasilitas Pendukung Kelancaran Dan Keselamatan
Kerja
Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu
pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus, hal ini
bertujuan untuk tidak terganggunya kegiatan operasional
penambangan yang akhirnya akan mengganggu kelancaran
produksi. Pada umumnya pemeliharaan jalan angkut ditekankan
pada kondisi jalan dan pemeliharaan saluran air (drainage).
Pemeliharaan jalan yang baik, tetapi pemeliharaan drainage
yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga
dengan sebaliknya. Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan
berdebu yang sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan
pengemudi. Sedangkan, pada musim hujan, debu tersebut akan
manjadi lumpur yang mengenangi jalan dan akibatnya jalan
menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari alat
angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi
kecepatan.
15

Anda mungkin juga menyukai