Anda di halaman 1dari 14

I.

JUDUL
“PERENCANAAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA PADA OPEN
PIT PT. BERAU COAL, KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR”

II. Latar Belakang

PT. Berau Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di


Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan ini memiliki luas Wilayah Ijin
Usaha Pertambangan (WIUP) 118.400 ha. Berau Coal didirikan pada tahun 1983 dan
telah melakukan survey, mengeksplorasi, mengembangkan dan penambangan
batubara. Proses penambangan di PT. Berau Coal dilakukan dengan metode
penambangan terbuka (surface mining).
Tambang terbuka (surface mining) membutuhkan perencanaan rinci mulai dari
tahapan awal sampai penutupan tambang (mine closure). Bentuk dari perencanaan
tambang salah satunya adalah rancangan bentuk penambangan. Rancangan atau
design berperan sebagai penentu persyaratan, spesifikasi, dan kriteria teknik untuk
mencapai sasaran serta urutan teknis pengerjaannya. Salah satu hasil rancangan pada
perencanaan tambang adalah batas akhir penambangan (pit limit). Pit limit yang
dirancang selanjutnya akan dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil (sequence).
Sequence penambangan adalah bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang mulai dari titik awal hingga
kebentuk akhir pit (pit limit). Tujuan dari pembuatan sequence yaitu untuk membagi
seluruh volume yang ada dalam pit limit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih
kecil sehingga lebih mudah ditangani.
Pit CUL merupakan daerah pada PT. Berau Coal yang direncanakan akan
ditambang, akan tetapi daerah ini belum memiliki model penambangan. Hal tersebut
yang mendasari penelitian mengenai pemodelan sequence ini. Hasil penelitian
diharapkan dapat menghasilkan suatu model sequence penambangan yang sesuai
dengan kondisi aktual pada PT. Berau Coal.
III. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:


1. Berapa jumlah cadangan batubara berdasarkan pit limit penambangan?
2. Bagaimana rencana sequence penambangan batubara pada Pit CUL PT. Berau
Coal?
3. Bagaimana rancangan blok berdasarkan pit limit penambangan?
4. Berapa estimasi jumlah batubara dan overburden berdasarkan sequence
penambangan?
5. Berapa unit alat angkut yang dibutuhkan untuk mencapai target produksi?

IV. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Menghitung besar cadangan batubara berdasarkan pit limit penambangan yang
dirancang.
2. Membuat rencana sequence penambangan batubara pada Pit CUL PT. Berau
Coal.
3. Membuat blok berdasarkan pit limit penambangan yang dirancang.
4. Mengestimasi jumlah batubara dan overburden berdasarkan sequence
penambangan.
5. Menentukan unit alat angkut yang dibutuhkan untuk mencapai target produksi.

V. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan rancangan sequence penambangan


batubara untuk memenuhi target produksi bulanan selama satu tahun pada Pit CUL PT.
Berau Coal.

VI. Dasar Teori

Perencanaan Tambang

Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk


memproduksi mineral, batubara, dan mineral ikutannya (UU No. 4 Tahun 2009).
Kegiatan penambangan membutuhkan perencanaan tambang yang baik dan detail,
sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Perencanaan tambang (mine planning) merupakan suatu tahapan penting
dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan. Perencanaan suatu
tambang terbuka yang moderen memerlukan model komputer dari sumberdaya yang
akan ditambang. Model perencanaan tambang dapat berupa block model untuk
tambang mineral bijih dan kuari, atau gridded seam model untuk endapan tabular
seperti batubara.
Tiga aspek penting dalam perencanaan tambang adalah perancangan pit limit
atau penentuan batas akhir penambangan, tahapan penambangan, dan penjadwalan
produksi. Hasil yang diperoleh adalah jumlah cadangan serta distribusi ton batubara
yang harus direncanakan besar produksi dan tahap-tahap penambangannya. Tingkat
produksi yang direncanakan akan menentukan jumlah peralatan dan tenaga kerja yang
dibutuhkan. Perencanaan tambang dapat mencakup kegiatan-kegiatan prospeksi,
eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study) yang dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan konstruksi prasarana
(infrastruktur), serta sarana (fasilitas) penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja
(K3), dan pemantauan lingkungan hidup.
Ada berbagai macam perencanaan, antara lain:
1. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari lima tahun secara berkelanjutan.
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu antara satu sampai lima tahun.
3. Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek yaitu suatu perencanaan aktivitas untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah
dan jangka panjang.
4. Perencanaan penyangga atau alternatif
Perencanaan penyangga atau alternatif merupakan perencanaan sampingan
jika kemudian hari terjadi hal-hal tak terduga atau ada perubahan data dan
informasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan.
Tahapan dalam perencanaan dapat terbagi tiga tahap (Lee,1984), yaitu:
1. Studi konseptual
Studi konseptual merupakan suatu ide proyek yang diwujudkan kedalam usulan
investasi. Studi ini mencakup ruang dan estimasi biaya untuk mengidentifikasikan
suatu kesempatan investasi yang potensial. Biaya modal dan biaya operasi biasanya
didekati dengan perkiraan nisbah yang menggunakan data historik. Persiapan studi ini
pada umumnya adalah pekerjaan dari satu atau dua insinyur. Hasil dari studi ini
dilaporkan sebagai evaluasi awal.
2. Pra studi kelayakan
Studi ini adalah suatu pekerjaan pada tingkat menengah dan secara normal
tidak untuk mengambil keputusan. Studi ini menentukan apakah konsep proyek harus
dilakukan studi kelayakan atau proyek tersebut memerlukan suatu investigasi yang
mendalam melalui suatu studi pendukung.
3. Studi kelayakan
Sering pula disebut sebagai feasibility study. Hasilnya merupakan suatu
dokumen yang hampir selalu ditujukan untuk mencari modal untuk membiayai proyek
tersebut. Oleh sebab itu, dokumen yang dihasilkan ini biasanya disebarluaskan pula di
luar perusahaan.
Agar perencanaan tambang dapat dilakukan dengan lebih mudah, masalah ini
biasanya dibagi menjadi tugas-tugas sebagai berikut:
1. Penentuan batas dari pit
Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan batas wilayah layak tambang
dari cadangan batubara. Pit limit penambangan menentukan berapa besar
cadangan batubara yang akan ditambang yang akan memaksimalkan nilai
bersih total dari batubara tersebut. Penentuan batas akhir dari pit
penambangan belum memperhitungkan waktu dan biaya.
2. Perancangan sequence
Perancangan sequence penambangan batubara merupakan tahapan penting
dalam suatu perancangan geometri penambangan. Rancangan sequence
penambangan menentukan lokasi awal penambangan hingga batas akhir dari
kegiatan penambangan. Perancangan sequence atau tahap-tahap
penambangan ini membagi pit limit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih
kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah perancangan
tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana.
3. Penjadwalan produksi
Rancangan sequence penambangan batubara yang telah dirancang,
selanjutnya diestimasi berdasarkan urutan waktu dan target produksi.
Penjadwalan produksi akan menyajikan jumlah tanah penutup dan batubara
yang akan ditambang berdasarkan periode tertentu.
4. Pemilihan alat
Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan
penutup dari tahap empat (4) dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap
periode waktu. Dengan mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada
alat angkut dan alat muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap
tahun). Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya ikut
diperhitungkan.
5. Perhitungan biaya-biaya operasi dan kapital
Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang dipilih, dapat
dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan untuk mencapai
sasaran produksi. Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang dibutuhkan untuk
operasi, perawatan dan pengawasan dapat ditentukan.

Sequence Penambangan

Sequence merupakan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan


bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit.
Sequence disebut juga phase, slice, dan stage. Tujuan umum dari (sequence) adalah
untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan
yang lebih kecil sehingga mudah ditangani. Adanya sequence akan memudahkan
perancangan tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam
perancangan sequence, parameter waktu dapat mulai diperhitungkan, karena waktu
merupakan parameter yang sangat berpengaruh. Tahapan-tahapan penambangan
yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja dan
menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja tambang.
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan
akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi
peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satu hal terpenting adalah untuk
memperlihatkan minimal satu jalan angkut untuk setiap kemajuan tambang. Hal
tersebut dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
kemungkinan akses jalan angkut seluruh permukaan kerja.
Faktor yang mempengaruhi penentuan tahapan penambangan antara lain:
a. Bentuk dan kemiringan perlapisan batubara
Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan akan berbeda
dengan perancangan penambangan untuk mineral bijih termasuk dalam penentuan
geometri lerengnya.
b. Stripping ratio
Striping ratio merupakan perbandingan antara jumlah overburden dalam
bcmterhadap jumlah batubara dalam ton yang akan ditambang. Hasil suatu
perancangan pit akan menentukan jumlah overburden dan batubara yang mengisi pit.
Perbandingan antara overburden dan batubara tersebut akan memberikan nilai striping
ratio rata-rata suatu pit.
c. Ultimate pit slope
Ultimate pit slope merupakan salah satu faktor teknis yang berarti kemiringan
atau batas luar tambang yang masih tetap stabil dan menguntungkan. Ultimate pit
slope akan berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan.

Penjadwalan Produksi

Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan lama periode waktu, jumlah


ton batubara, dan pemindahan material total yang akan dihasilkan oleh tambang
tersebut. Penjadwalan produksi batubara dilakukan setelah penaksiran seluruh
cadangan batubara yang memenuhi stripping ratio. Penaksiran cadangan untuk
penjadwalan produksi dilakukan dengan perhitungan mundur terhadap batasan
wilayah penambangan (pit limit ) yang telah ditentukan. Hasil dari penaksiran jumlah
volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan batuan antar seam
batubara (interburden), dan jumlah volume batubara untuk proses penjadwalan
produksi disesuaikan dengan target produksi. Beberapa parameter yang berpengaruh
dalam membuat perencanaan penjadwalan produksi adalah:

1. Produktivitas
Produktivitas adalah volume material yang dapat dihasilkan suatu alat pada
waktu tertentu (umumnya per jam). Upaya kegiatan yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan produksi suatu alat gali muat dan alat angkut adalah penambahan
jumlah pemuatan material oleh alat gali muat ke dalam bak alat angkut, pola
pemuatan, peningkatan efisiensi kerja, perbaikan jalan angkut dan menambah jumlah
alat angkut.
a. Produktivitas Alat Gali Muat
Kemampuan produksi alat muat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
3600
Q= 𝑞𝑥 𝐶𝑚
𝑥 𝐸...........................……………………………………..................…(1)

Keterangan:

Q : Produksi per jam (ton/jam)

q : Kapasitas bucket (m3)

Cm :Cycle time (detik)

E : Efektifitas (%)

b. Produktivitas Alat Angkut

Kemampuan produksi alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

3600
Q=𝑞𝑥 𝐶𝑚
𝑥 𝐸..…………….......................………………………………..................(2)

Keterangan:
Q : Produksi per jam (ton/jam)
q : Kapasitas vessel DT (ton)
Cm :Cycle time (detik)
E : Efektifitas (%)
2. Physical Availability
Physical Availability merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang
sedang dipergunakan. Physical availability pada umumnya selalu lebih besar daripada
mechanical availabity. Tingkat efisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka PA
mendekati angka MA. Persamaan untuk phisical availability adalah:
.......................................................................(3)

Keterangan:
PA : Physical Availability
S : Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan.
W+R+S : Jumlah seluruh jam alat dijadwalkan untuk beroperasi.
3. Use of availability
Use of Availability adalah angka yang menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan (available). Angka UA biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif
suatu alat sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa
baik pengelolaan manajemen peralatan yang digunakan. Persamaan untuk use of
availability adalah:
W
UA = x 100% ..........................................................................................(4)
W+S

Keterangan:
UA : Use of Availability (pemakaian ketersediaan)
W : Working Hours atau jumlah jam kerja suatu alat.
S : Standby Hours atau jam kerja suatu alat.
4. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia. Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh
operator bersama alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Besarnya
waktu yang telah terjadwalkan ini dalam kenyataannya belum dapat digunakan
seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan karena adanya
hambatan-hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut berproduksi sehingga
menyebabkan operator tidak bekerja 60 menit dalam satu jam. Berdasarkan
pengalaman jika waktu kerja efektif yang digunakan sebesar 75% maka sudah dapat
dianggap sama dengan efesiensi kerja yang baik sekali (Perifoy, 1985). Efisiensi Kerja
dapat dilhat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Efisiensi kerja (Nunnally, 2007)


Kondisi Manajemen
Kondisi
Baik sekali (%) Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
Baik sekali 84 81 76 70
Baik 78 75 71 65
Sedang 72 69 65 60
Buruk 63 61 57 52
Beberapa faktor yang memengaruhi penilaian terhadap efisiensi kerja antara lain:
a. Waktu kerja sesungguhnya
Waktu kerja sesungguhnya adalah waktu yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penambangan yang meliputi penggalian, pemuatan, dan
pengangkutan. Efisiensi kerja akan semakin besar apabila banyaknya waktu
kerja nyata untuk penambangan semakin mendekati jumlah waktu yang
tersedia.
b. Hambatan-hambatan yang terjadi
Dalam kenyataan di lapangan akan terjadi hambatan-hambatan baik yang
dapat dihindari maupun yang tidak dapat dihindari, sehingga akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya efisiensi kerja. Jika jumlah jam kerja dapat
dimanfaatkan secara efektif, maka diharapkan produksi dari alat muat dan alat
angkut dapat optimal.
c. Jam perawatan (repair hours)
Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
unutk penyediaan suku cadang (spare parts) serta untuk perawatan rutin
seperti service berkala, pelumasan dan sebagainya.
Tingkat efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi alat, perawatan alat,
kondisi medan kerja dan operator sendiri. Untuk mengetahui besarnya efisiensi
kerja dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.12 dan 2.13.
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑊𝑘𝑒)
Efisiensi kerja = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 (𝑊𝑘𝑡)
x 100% ....................................... (5)

Waktu kerja efektif (Wke) = Waktu kerja tersedia (Wkt)–lost time .............. (6)

VII. Metode Penelitian

Perancangan sequence penambangan untuk memenuhi target produksi


membutuhkan data-data yang rinci mengenai kondisi lokasi yang akan dimodelkan.
Setiap kegiatan harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga hasil yang
diperoleh maksimal. Penelitian ini membahas mengenai perancangan sequence
penambangan batubara untuk produksi bulanan selama satu tahun pada pit CUL PT.
Berau Coal.
Tahap penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer meliputi:
1. Data cycle time alat muat.
2. Data cycle time alat angkut.
Data primer diperoleh dengan teknik observasi mekanik (teknik observasi
dengan bantuan mesin). Cycle time alat muat dan alat angkut dihitung pada
saat kegiatan produksi berlangsung dengan menggunakan stopwatch.
Pengambilan data untuk setiap kegiatan dilakukan minimal 30 kali.
b. Data sekunder meliputi:
1. Peta topografi.
2. Data roof and floor.
3. Rekomendasi geometri lereng.
4. Break even stripping ratio (BESR).
5. Target produksi.
Data sekunder di atas diperoleh langsung dari database PT. Berau Coal.
Pengambilan data sekunder ini telah mendapatkan persetujuan dari pihak
perusahaan.
2. Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perencanaan dan Valuasi Tambang
dengan menggunakan software Surpac 6.5.1 untuk mengolah data topografi,
block model, dan desain tambang. Untuk penjadwalan produksi, penelitian ini
menggunakan aplikasi Minesched 7.0 yang terintegrasi ke dalam Surpac.
Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah:
a. Estimasi Sumberdaya
Estimasi sumberdaya batubara merupakan tahap lanjutan dari hasil estimasi
sumberdaya batubara. Pada tahapan ini mulai diterapkan batasan-batasan
teknis maupun ekonomis yang dapat menjadi pembatas dari model
sumberdaya batubara yang telah dimodelkan sebelumnya. Tahapan
estimasi cadangan batubara juga diharapkan telah dapat diketahui jumlah
batubara yang dapat diperoleh. Perhitungan cadangan batu bara mengacu
pada rancangan pit limit penambangan dan peta topografi daerah
penelitian.
b. Perancangan Pit Limit Penambangan
Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan batas wilayah layak
tambang dari cadangan biijih. Pit limit penambangan menentukan volume
cadangan bijih yang akan ditambang yang akan memaksimalkan nilai bersih
total dari bijih tersebut. Perancangan pit limit penambangan mengacu pada
sumberdaya terukur (measured resource), dan stripping ratio (SR) yang
ditetapkan oleh perusahaan. Perancangan pit limit penambangan
menggunakan Surpac 6.5.1.
Perancangan pit limit penambangan menggunakan parameter geoteknik
yang ditetapkan oleh perusahaan. Parameter tersebut adalah:
1. Tinggi jenjang: 10 m
2. Lebar jenjang minimum: 4 m
3. Lebar jalan tambang (ramp): 15 m
4. Sudut kemiringan (single slope): 60o
c. Perhitungan Produktivitas Alat Berat
Produktivitas alat berat dihitung dengan menggunakan data cycle time,
spesifikasi alat berat, dan hasil perhitungan efektivitas alat berat pada
program Microsoft Excel. Efektivitas tiap alat berat diperoleh dari data time
sheet alat berat yang telah disediakan oleh perusahaan. Perhitungan
efektivitas alat berat mengacu pada data time sheet. Hasil perhitungan
produktivitas selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk penjadwalan
produksi dan untuk perhitungan kebutuhan jumlah alat tiap sequence.
d. Penjadwalan Produksi
Proses penjadwalan produksi pada penelitian ini menggunakan aplikasi
Minesched 7.0 yang terintegrasi ke dalam Surpac. Proses penjadwalan
produksi mengacu pada block model dan pit limit yang dirancang di Surpac
yang selanjutnya dijadwalkan sesuai dengan target dan parameter-
parameter yang ada.
e. Perancangan sequence
Perancangan sequence penambangan merupakan tahapan penting dalam
suatu perancangan geometri penambangan. Rancangan sequence
penambangan menentukan lokasi awal penambangan hingga batas akhir
dari kegiatan penambangan. Perancangan sequence atau tahap-tahap
penambangan ini membagi pit limit menjadi unit-unit perencanaan yang
lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah
perancangan tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih
sederhana.
f. Penentuan Jumlah Alat Berat
Jumlah alat berat yang direncanakan beroperasi tiap bulan dihitung
berdasarkan tonase batubara maupun waste yang direncanakan pada tiap
sequence penambangan. Jumlah alat angkut yang beroperasi sama dengan
tonase penambangan bijih dibagi dengan produktivitas alat gali muat/alat
angkut. Dump truck yang bekerja untuk penambangan bijih dipisahkan
dengan dump truck yang bekerja untuk pengupasan waste karena
menggunakan jalur angkut yang berbeda.
Gambar 2. Flow Chart Penelitian
VIII. JADWAL KEGIATAN

Rencana penjadwalan pelaksanaan tugas akhir adalah sebagai berikut:

Bulan Juni 2016 Juli 2016 Agustus 2016

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur

Pengolahan dan
Analisis Data

Penyusunan Draft

XI. DAFTAR PUSTAKA

Hartman.,H.,L. 1987. Introductory Mining Engineering. John Willey& Sons, Inc:


Canada.

Hustrulid, W., and Kuthta, M., 1992, Open Pit Mine Planning and Design, Vol. 1,
Balkema Publishers, New York

Lee, T,D., 1984, Planning and Mine Feasibility Study-an Owners Perpective,
Proceedings of The 1984 NWMA, Short Course ‘Mine Feasibility-Concept to
Completion’, Spokane, WA.

Nunnally, S.W. 2007. Construction Methods and Management, Seventh Edition. New
Jersey: Prentice Hall, Inc.

Prijono, A. 1977.The Indonesian Mining Industry ; ItsPresentandFuture., Indonesian


Mining Association.,Jakarta.

Stefanko, R., 1983, Coal Mining Technology, Society of Mining Engineers, New York.

Thompson, R.J., 2005, Surface Trip Coal Mining Handbook, South African
CollieryManagers Association.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, Pertambangan Mineral dan


Batubara, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai