Anda di halaman 1dari 8

Mine Plan Design

3.1 PENGERTIANPerencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta urutan
teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada
dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi pencapaiannya serta
penentuan cara, waktu, dan biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai
sasaran.
Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan akan berjalan dengan
menggunakan dua pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan
perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-program kegiatan yang sistematis berupa rancangan kegiatan
yang dalam perencanaan penambangan disebut rancangan teknis penambangan
Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam
pembukaan suatu tambang khususnya tambang bijih nikel.
3.2. PERHITUNGAN CADANGAN BIJIH
Salah satu tahapan dalam melakukan perencanan tambang adalah melakukan prhitungan cadangan. Untuk
setiap blok atau lubang dalam bijih harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan
data hasil perhitungan cadangan maka rencana produksi dapat dibuat.
Untuk mengetahui cadangan bijih nikel di Tanjung Buli dihitung dengan menggunakan metode area of influence.
Data bor yang dijadikan acuan perhitungan adalah data loging bor spasi 50 meter x 50 meter,dengan data
elevasi terbaru.
Untuk menghitung volume cadangan maka didapat dengan mengalikan antara luas blok dengan ketebalan
yang mengandung bijih pada data log bor tersebut.
Volume = luas x tebal . (3.1)
Sedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali volume blok dengan density insitu.
Tonnage = Volume x Density .. (3.2)
3.3 PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN TAMBANG
Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat dua pertimbangan dasar yang perlu
diperhatikan, yaitu:
3.3.1 Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan
perencanaan tambang batubara,yaitu:
a. Nilai (value) dari endapan per ton batubara
b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih nikel diluar ongkos
stripping.
c. Ongkosstripping of overburdendengan terlebih dahulu mengetahui stripping rationya.
d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui Economic Stripping Ratio.
e. Kondisi pasar
3.3.2 Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:

Menentukan Ultimate Pit Slope (UPS)

Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkan
kelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
Stripping ratio yang diperbolehkan.
Sifat fisik dan mekanik batuan
Struktur Geologi
Jumlah air dalam di dalam batuan

Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi

Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang juga sangat tergantung
pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin
kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang
jenjang.

Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah
penambangan.
Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jarijari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.

Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:


Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.

Kondisi geografi dan geologi


Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi
ini,dapat ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan
yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.
Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan gerakan-gerakan tektonis.
Penyebaran batuan
Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa ini akan
menimbulkan tegangan air pori.

3.4 DASAR PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN


Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga sistem penambangan yaitu:
Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan penambangannya berhubungan langsung
dengan udara luar.
Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas penambangannya dibawah permukaan atau di
dalam tanah.
Tambang bawah air (Under water Mining)
Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah:
Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh dari permukaan.
Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan Mining
Recovery yang maksimal dan relatif aman.
Pertimbangan teknis
Pertimbangan Teknologi.
Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing serta sesuai dengan karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan
dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah metode open pit, open mine, open
cut, dan open cast.
Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih berasal dari penggalian excavator baik
dilakukan sendiri atau dengan kombinasi alat lain cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada metode
penambangan open pit,open cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench)
Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan galian yang relatif dangkal dan
memungkinkan unutk beroperasi dengan jenjang tunggal.
Tinggi jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya tergantung pada jenis batuan yang ditambang. Ketinggian
jenjang yang aman ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan pekerja dan peralatan.
Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan permukaan yang aman adalah apabila alat-alat yang
berioperasi dan pekerja dalam kondisi tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat kemungkinan
akan runtuh/longsor.
Besarnya hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan ditentukan oleh kapasitas
alat. Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja (front).
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench)
Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk menambang bahan galian yang kompak
(massive) dan endapan bijih tebal yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan
jenjang tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat mendukung beban yang ada diatasnya.
Kemiringan lereng dapat dibuat lebih vertikal jika daya dukung batuan besar. Pit slope bervariasi antara 20
70. Dari horizontal. Hal ini diaksud agar mendapatkan perolehan bijih yang lebih banyak lagi.

Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor keamanan. Untuk menghindari kecelakaan,
beberapa cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang menempel pada dinding
jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan memonitor pergerakan dan pergeseran.
Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan sistem penambangan, yaitu :
3.4.1 Jumlah Tanah Penutup
Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih. Sebelum pengambilan bijih,
terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas. Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk
menentukan nilai Stripping Ratio.
3.4.2 Jumlah Cadangan Bijih
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan bijih yang dapat ditambang
(mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil perhitungan cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang
digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat berupa:
Geologi faktor
Mining loss
Dilution
3.4.3 Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio
Batas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi. Cara
penentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar
adalah cut off grade (COG). COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih menguntungkan. Kemudian langkah
selanjutnya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR adalah perbandingan antara volume tanah penutup yang
dipindahkan per satuan berat bijih (satuan m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerah
yang sudah memenuhi syarat COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar dari SR yang ditentukan
perusahaan, maka daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.
3.5 RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN
Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan tambang. Rancangan
penambangan ini merupakan program penambangan yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan
aturan tegas yang harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan
tambang tersebut.
Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka dibuat suatu rancangan penambangan
atau teknis pelaksanaan penambangan tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan
diterapkan.
3.5.1 Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas penambangan. Persiapan
penambangan ini berupa pembersihan areal yang akan ditambang (Land Clearing), pembuatan jalan tambang,

penanganan masalah air (drainase) dan pengupasan tanah penutup (Stripping OB).
Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan penambangan. Pembersihan lahan ini
dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan
mempersiapkan akses masuk ke tambang atau pembuatan jalan angkut.
Penanganan masalah air tambang mencakup pembuatan saluran, sumuran, dan kolam pengendapan. Dimensi
saluran, sumuran dan kolam pengendapan harus dibuat sesuai dengan debit air yang ada sehingga air tambang
tidak langsung mengalir ke air bebas yang dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing
dengan menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup
didorong ke bawah ke arah yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
3.5.2 Desain Jenjang dan Analisis Kemantapan Lereng
Karena letak bijih berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah penutup, maka untuk
mencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu menampung
dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas pengupasan tanah penutup dan
pengambilan bijih.
Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi yang diinginkan, peralatan mekanis
yang digunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas
kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik batuan unutk kestabilan
lereng. Dimensi daripada jenjang adalah:
a. Panjang jenjang
Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari areal penambangan atau dibuat sampai
pada batas penambangan yang direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yang digunakan
mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya.
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini
alat gali/muat dan alat angkut.Untuk menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Wmin = 2R +JP + C + JA .. (3.4)
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan BH
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman
c. Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang
dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang
digunakan.
Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah
kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng. Lereng pada daerah penambangan dapat mengalami
kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi

karena pengaruh alam atau karena aktivitas penambangan.


Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran
dan gaya penahan (resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang
gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng.
Menurut prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Fk > 1 berarti lereng aman
Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang
Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabilAda beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng
diantaranya adalah:
1. Geometri lereng
2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan
3. Struktur geologi
4. Pengaruh air tanah
5. Pengaruh gaya-gaya luar
6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan
7. Faktor waktu.
Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau cara. Hal ini yang membuat analisa
dari kemantapan lereng sangat penting menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsoran dapat dibagi atas :
1. Longsoran busur
Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran. Longsoran ini biasanya terjadi pada lereng
dengan batuan yang sudah mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan anatarbutirnya relatif lemah.
Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busur adalah yang paling banyak dipakai terutama pada
pekerjaan sipil dan pertambangan atau tambang terbuka di daerah tropis.
2. Longsoran bidang (Plane failure)
Pergerakan material pada jenis longsoran ini akan melalui satu bidang luncur. Bidang luncur adalah bidang
lemah pada lereng perlapisan, sesar, dan kekar. Longsoran ini dapat terjadi jika terdapat bidang luncur dan arah
bidang luncur relatif sejajar dengan kemiringan lereng. Kemiringan lereng lebih besar dari sudut geser dalam dan
terdapat bidang bebas pada kedua sisi lereng.
3. Longsoran baji (wedge failure)
Bidang luncur dari longsoran jenis ini merupakan dua bidang lemah yang saling berpotongan. Arah pergerakan
akan searah dengan garis perpotongan bidang lemah tersebut.
4. Longsoran guling ( topling failure)
Longsoran guling terjadi pada jenis batuan yang keras dan pada batuan tersebut banyak terdapat bidang lemah
yang relatif sejajar satu sama lain. Kondisi yang memungkinkan terjadinya longsoran ini adalah jika kemiringan
lereng berlawanan arah dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Longsoran tanah pada daerah penambangan diasumsikan bahwa:
a. Material yang membentuk lereng dianggap homogen dngan sifat mekanik akibat beban sama ke segala arah
b. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur
c. Tinggi permukaan air pada lereng adalah jenuh sampai kering sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Untuk menganalisa keungkinan longsoran, ada beberapa macam cara yang digunakan. Salah satu diantara cara
yang digunakan adalah dengan menggunakan diagaram Hoek & Bray dimana tanah dengan lima macam kondisi
permukaan air tanahnya dibagi ke dalam lima diagram. Pemilihan metode ini selain dan cepat hasilnya juga
cukup teliti dan sering dipergunakan untuk tahap perancangan.
3.5.3 Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan
Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya baik dengan cara

penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran dan peledakan. Pada intinya
pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat
dengan mudah memuat material ke alat angkut.
Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yang bertujuan untuk
memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik itu grizzly atau pada disposal area.
Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat dinyatakan dalam jumlah
produksi yang dapat diketahui.
3.5.4 Penirisan Tambang
Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu
daerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan.
Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa
rembasan. Upaya yang dilakukan pada penirisan tambang ini diantaranya adalah:
1. Pembuatan drainage/saluran air
Saluran air tambang berfungsi untuk mencegah air dari luar tambang serta menampung air limpasan pada suatu
daerah dan mengalirkannya ke tempat yang lain. Saluran air ini dibuat di luar areal penambangan
2. Pemompaan
Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak bisa dialirkan langsung menuju
saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluran
penirisan dan pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan dapat dihitung dengan
menggunakan metode rasional dengan persamaan sebagai berikut:Q = 0,278 x C x I x A
(3.9)
Dimana:
Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)
Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan Manning berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A (3.10)
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
n = Koefisien kekerasan saluran
S = gradien kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis
Beberapa bentuk-bentuk saluran yaitu:

Bentuk penampang segitiga


Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran bentuk ini tidak mudah digerus oleh air.
Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya.

Bentuk penampang segiempat

Bentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar kelebihannya yaitu mudah dalam pembuatannya dan
biasanya dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lain-lain. Kelemahannya adalah mudah
terjadi pengikisan sehingga terjadi pengendapan pada dasar saluran.

Bentuk penampang trapesium

Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat. Biasanya digunakan untuk
saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab stabilitas kemiringan dinding dapat disesuaikan.Bentuk ini
sering digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah digunakan pada daerah
tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah dalam pembuatannya serta cocok untuk debit air yang
besar.
Dan untuk menghitung dimensi saluran yang optimum dapat digunakan persamaan efisiensi hidrolis:
A = (b + zh) h .. (3.11)
P = b + 2h 1 + (z)2 . (3.12)
R = A/P (3.13)
Dimanan :
b = Lembar dasar saluran (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolik (m)
Pembuatan sump / sumuran
Sumuran dibuat untuk menampung air yang masuk kedalam tambang dan dibuat pada dasar bukaan kemudian
dipompa keluar menuju kolampengendapan atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang tersebut
diendapkan, sebagian dipergunakan untuk keperluan tambang sebagian dialirkan ke laut sekitar.

Anda mungkin juga menyukai