KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat-
Nya sehingga penyusunan Modul Mineplan and Design Studi Kasus Nikel ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Modul ini berisi tentang materi Perencanaan Tambang (Mine Plan Design)
yang merupakan penentuan persyaratan ekonomis maupun teknik untuk mencapai
tujuan dan sasaran kegiatan yang sangat penting serta urutan teknis
pelaksanaannya, terutama yang berkaitan dengan tahapan kegiatan untuk mencapai
target produksi. kegiatan yang dilakukan untuk membuat langkah – langkah atau
tahapan – tahapan yang akan di kerjakan dalam kegiatan penambangan. Dimulai
dari tahapan pra penambangan hingga tahap pasca tambang.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat serta memperkaya
pengetahuan seputar Perencanaan Tambang kepada para pembaca dan dapat
diterapkan di dunia Pertambangan.
Tim Penyusun,
Editor : Lokertambangminerba
DAFTAR ISI
PART I
MATERI PERENCANAAN DAN DESAIN TAMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PROSES MEMBUAT PERENCANAAN TAMBANG
Penduduk laki-laki berapa, wanita berapa, distribusi usianya. Jumlah rumah yang ada
dilokasi bahan galian yang mau dibuat perenanaan tambangnya berapa? rumah
permanent (tembok), setengah permanent, dan bukan permanent (dinding kayu atau
bambu). Bagaimana budaya/kebiasaan kehidupan mereka/tata sosialnya.
• Tata guna lahan bagaimana
Luas sawah dengan dairi irigasi berapa, sawah tadah hujan berapa, panennya setiap
hektar pertahun berapa. Lahan tegalan bukan tanamanan bukan padi ada apa tidak.
Kalau ada luasanya berapa ? ditanami apa ? hasilnya setiap tahun berapa.
• Fasilitas umum & fasilitas sosial (fasum & fasos)
Apakah ada puskesmas / pasar / tempat atau baai pertemuan (Balai desa) kegiatanya
rute, apa hanya hari-2 tertentu saja. Apa ada saran jalan ? Jalannya jalan desa apa
jalan dari PU, kalau ada daya dukung jalan desa berapa, kalau jalan dari PU
(Kabupaten/Propinsi) kelas jalannya kelas berapa. Berapa panjang jalan-jalan tsb
disekitar lokasi bahan galian yang mau disusun perencanaan tambangnya.
Dan lain-lain yang harus didata secara terukur. Misalnya Curah hujan, sungai,
kedalaman air didalam sumur-sumur penduduk
2.1.3 Attainable
Yang dimaksud ini, adalah data yang diperlukan bisa diperoleh, dan data yang
diolah/divalidasi, dapat dipergunakan untuk menyusun perencanaan tambang kalau
tidak, maka diperlukan data sekunder. Apakah data sekunder dapat/bisa diperoleh
sesuai degan kekuarangan data yang diperoleh dilapngan, dan sesuai dengan maksud
/ tujuan (produksi) perencanaan tambang yang akan disusun.
2.1.4 Realistic/reasonable
Perencanaan harus realistis, disesuaikan dengan jumlah cadangan bahan galian
macam produk akhir yang dikhehendaki. Dan jumlah produksi dan disesuaikan
dengan kondisi di sekitar dan harga jual dipasaran. Misal tambang batu andesit.
Produk akhir berupa slab/ornament dengan sasaran produk akhir 1 juta M2. Kalau
lokasi endapan batu andesit sarana insfrastruktur belum mendukung, dan kalau tetap
akan dilaksanakan tidak realistic, karena antara akan membutuhkan investasi yang
sangat besar, sedangkan harga jualnya nantinya diharga harga pasar. Sehingga tidak
usah disusun perencanaanya.
2.1.5 Timely
Gambar 2.1
Penyebaran Cebakan Endapan Bahan Galian
a. Cut of Grade (COG)
Yaitu batas kadar terendah dari penyebaran cebakan endapan bahan galian yang
masih menguntungkan untuk ditambang ditijau dari segi teknis dan lingkungan saat
itu.
b. Break Even Cost Differential between 2 mining method
Yaitu angka titik balik penentu pemilihan sistem penambangan terbuka atau bawah
tanah .
Break Even Cost Differential between 2 mining method
= mining cost Tb. Bawah Tanah/ Ton ore – mining cost Tb. Terbuka/ Ton Ore
Striping Cost/ Ton Overburden
Mining cost : ialah semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menggali endapan
bahan galian (bijih) termasuk biaya pengoperasian alat-alat, upah tenaga kerja, biaya
perawatan dan biaya untuk sarana-sarana lainnya.
Stripping Cost : ialah semua biaya – biaya yang diperlukan untuk menggali
overburden (lapisan tanah penutup) termasuk biaya pengoperasian alat-alat, upah
tenaga kerja, dan baiay perawatan yang diperlukan untuk penggalian overburden
(lapisan tanah penutup)
Contoh :
Gambar 2.2
Tambang Terbuka (Open Pit) diteruskan Tambang Bawah Tanah
Sebelum melakukan kegiatan transportasi dalam kegiatan penambangan
umunya ada pekerjaan pengupasan dan penambangan bahan galian itu sendiri. Baik
pada kegiatan pengupasan maupun penambangan bahan galian diperlukan : peralatan
yang akan dibahas disini adalah : Bulldozer, Back Hoe. Sedangkan alat transportasi
yang akan dibicarakan disini adalah truck.
2.3 Penyusunan Perencanaan
Dalam melakukan penyusunan perencanaan tambang, si pembuat rencana
harus menguasai :
1. Dasar background
2. Data
3. Sintesa
Tanpa memiliki pengetahuan tambang, tentunya kurang bisa menyusun perencanaan
tambang. Data apa yang diperlukan, dan seberapa banyak memerlukanya, lalau
bagaimana mengolah dan menangani data, akan sangar berperan dalam menyusun
perencanaan tambang. Misalnya perencanaan tambang batu gamping untuk pabrik
semen. Maka sebeum disusun rencananya, harus dapat ditentukan terlebih dahulu
berapa sasaran produksi batu gamping per tahun. Sasaran produksi batu gamping
pertahun bergantung pada sasaran produksi semennya. Untuk dapat menentukan
sasaran produksi semen, maka harus diperoleh data tentang kebutuhan semen dan
tentang pasokan semen. Beda antara kebuutuhan dan pasokan semen itulah yang
merupakan sasaran produksi semen dari industri/pabrik semen ang akan dibangun.
Penyusun rencana tambang yang dibekali dengan bekal pengetahuan ekonometri atau
yang didampingi dengan ahli ekonometri akan sangat membantu pengolahan data.
Pengetahuan yang harus dimiliki seseorang yang akan menyusun perencanaan
tambang, cukup banyak. Namun pengetahuan yang banyka ragamny, belum cukup
bisa menyusun perencanaan tamang apabila yang bersangkuan tidak bisa
mensitesakan, tidak bisa memadukan.
Secara garis besar rencana tambang disusun melalui dua tahap yaitu :
1. Tahap formulasi
2. Tahap program
Urutan-urutan tahap formulasi :
1. Gagasan dasar.
2. Penjagaan (Reconnaissance investigation).
3. Penelitian tentang kemungkiinan-kemungkinan pelaksanaa teknisnya (Technical
Apprasial).
Dari Technical Apprasial, diperoleh jawaban :
a. Mungkin,
b. Belum mungkin,
c. Tidak mungkin.
4. Jika mungkin, maka dipelajari “seberapa jauh hubungan” antara nilai yang
diinvestasikan terhadap utilitynya-nya.
1. Memecahkan persoalan
2. Mengambil kepurusan
3. Melaksanakan keputusan.
Walaupun pada dasarnya perencanaan itu secara keseluruhan sudah merupakan
proses pengambilan keputusan. Secara skematis proses perencanaan dalam diri
seorang eksekutif berjalan sebagai berikut :
Gambar 2.3
Skema Perencanaan
Pelaksanaan keputusan yang diambil adalah hasil dari beberapa alternatif
perencanaan dan cara pelaksanaan yang terbaik dari hasil informasi atau data yang
masuk sebagai input. Informasi dan data harus benar dan lengkap. Output yang
dihasilkan, kualitasnya tergantung dari :
1. Kualitas input
2. Tepat dan lengkapnya proses intelektual dari eksekutif
Sifat dari perencanaan :
1. Mengandung unsur perkiraan. Oleh karena itu harus selalau
memperhitungkan kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan
pada saat pelaksanaan. Makin cermat rencana, berarti makin kecil terjadinya
penyimpngan.
2. Rencana keseluruhan dari pekerjaan teridiri dari bagian-bagian rencana. Tiap
bagian pekerjaan memiliki bagian rencananya. Tiap pelaksana bagian
pekerjaan berpedoman pada bagian rencannya.
3. Harus dilaksanakan pengawasan sewaktu pekerjaan sedang berjalan. Apakah
sesusai dengan rencana atau tidak.
4. Target atau sasaran suatu pekerjaan mungkin tidak sesuai dengan yang
direncanakan karena :
a) kondisi nyata lapangan
b) menanamkan modal dalam suatu kegiatan usaha yang baru akan dimulai,
ditunjukan untuk dengan sengaja memperoleh keuntungan.
c) merubah dan memperbaiki sistem kerja dalam aspek-aspek kegiatan tertentu
dalam perusahaan yang sedang berjala, agar dapat mencapai tingkat efisiensi lebih
tinngi.
Ada beberapa Feasibility study (studi kelayakan), antara lain
- Studi kelayakan ekonomi
- Studi kelayakan teknik eporasi
- Studi kelayakan permodalan
- Studi kelayakan hukum dan sosial
BAB III
MATERI ISI PERENCANAAN TAMBANG
diperlukan suatu perencanaan pengaturan yang tepat, maka timbul kebutuhan untuk
menyatakan rencana itu secara tertulis.
3.3 Layout (Tata letak)
Layout adalah penentuan dari penyusunan atau penampatan fasilitas fisik dan
penampatan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Tujuan
lay-out adalah menempatkan fasilitas fisik dan tenaga kerja dan “software” sekecil
mungkin, dan waktu yang minimal dalam proses kerjanya di tiap-tiap bagian.
3.4 Sistem Operasi
Sistem operasi yang dimaksud adalah sistem kegiatan yang dipakai dalam
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dalam kegiatan penambangan dikenal
dengan 3 sistem penambangan, yaitu :
1. Tambang terbuka
2. Tambang bawah tanah
3. Kombinasi antara tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Penentuan sistem operasi yang dipakai antara lain berdasarkan :
a. Jumah dan nilai deposit
b. Bentuk, tebal, letak dan kedalaman dan serta kemiringan deposit.
c. Harga pasaran bahan galian yang kumaksud
d. Modal yang tersedia
e. Striping ratio dan break even stripping ratio
f. Sifat fisik dan kimia dari pada deposit, batuan dan tanah sekitarnya
g. Cut off grade deposit
h. Batas ekonomis cadangan.
3.5 Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan atau kegiatan dalam taraf awal dan taraf
pengembangan sebelum taraf produksi. Pekerjaan persiapan dalam kegiatan
penambangan antara lain mencakup dan tergantung dari pada hal-hal :
1. Perizinan
2. Kondisi daerah yaitu misalnya topografi, letak dan vegetsi
3. Penentuan lokasi, pengukuran dan pemetaan termasuk peta-peta kerja
dengan berskala 1 : 1000 atau 1 : 2500.
4. Pembersihan tanah dan areal.
BAB IV
SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL
Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah
indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti ini
memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih
lanjut, baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya.
Penyelidikan secara geologi pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti
dan kuantitatif informasi mengenai bahan galian tersebut, akan tetapi bahan galian
tersebut sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya (resource). Bila
penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai
macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan galian
tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan
(reserve).
Sumberdaya adalah bagian dari endapan yang diharapkan dapat dimanfaatkan dan
diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi
cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak untuk
ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan teknologi yang ada.
Sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat keyakinan geologi rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari
adanya bukti geologi tetapi tidak diferivikasi kemenerusan geologi atau kadarnya.
Hal ini hanya berdasarkan dari informasi yang diperoleh melalui teknik yang
memadai dari lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumur uji, dan
lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaanya terbatas atau tidak jelas. Jarak
antara titik pengamatan maksimum dua ratus meter. Spasi ini bisa diperlebar
dengan justifikasi teknis yang bisa dipertanggungjawabkan seperti analisa
geostatistika.
2) Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource).
Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan
kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang wajar. Hal
ini didasarkan pada hasil eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian
percontoh yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi
seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, terowongan uji dan lubang bor. Lokasi
pengambilan data masih terlalu jarang atau spasinya belum tepat untuk memastikan
kemenerusan geologi dan/atau kadar, tetapi secara spasial cukup untuk
mengasumsikan kemenerusannya. Jarak antara titik pengamatan maksimum seratus
meter. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.
3) Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource).
Sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan
kandungan mineralnya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Hal
ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan tepercaya, dan informasi pengambilan
dan pengujian percontoh yang didapatkan melalui teknik yang tepat dari lokasi-
lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji, terowongan uji dan
lubang bor. Lokasi informasi pada kategori ini secara spasial adalah cukup rapat
dengan spasi maksimum lima puluh meter untuk memastikan kemenerusan geologi
dan kadar. Spasi ini bisa diperlebar dengan justifikasi teknis yang bisa
dipertanggungjawabkan seperti analisa geostatistika.
b. Cadangan (Reserve)
BAB V
PERANCANGAN TAMBANG TERBUKA
5.1 Perancangan
Perancangan desain adalah sebagai bagian dari proses perencanaaan yang
berkaitan dengan dengan masalah - masalah geometri dan tidak berhubungan
dengan waktu.
Contoh :
1. Perancangan batas akhir penambangan.
2. Tahapan Penambangan (Push Back )
3. Urutan Penambangan ( Mine Scheduling )
4. Peracangan disposal/waste dump
Untuk mengusahakan bahan galian dapat di produksi maka harus ada perancang
desain tambang sesuai kondisi topografi, karateristik endapan bahan galian.
6. Kondisi iklim
7. Status kepemilikan lahan
Faktor Faktor yang mempengaruhi perancangan desain Tambang
a) Cut Of Grade ( COG )
Yaitu batas kadar terendah dari penyebaran cebakan mineral yang masih
menguntungkan untuk ditambang ditinjau dari segi teknis dan lingkungan saat itu.
b) Stripping Ratio ( SR )
Yaitu perbandingan antara jumlah material penutup (waste) terhadap jumlah
material biji (ore). Pada tambang bijih, SR biasanya dinyatakan dalam bcm
waste/ton ore. Pada tambang batubara sering dipakai m3 overburden/ton coal.
SR = BCM Waste
Ton ore
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah pengupasan merupakan
fungsi dari kadar batas.
Jika kadar biji diketahui dan jika semua keuntungan bersih dari penambangan biji
tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup (overburden / stripping), berapa
jumlah tanah penutup yang dapat dikupas ?
linier dari kadar bijih. BESR merupakan masukan dalam metode perancangan
tambang secara manual.
5.2 Perancangan Tambang Terbuka
5.2.1 Geometri Jenjang
Geometri Jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,
sudut lereng jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench).
Rancangan geoteknik jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk parameter-
parameter untuk ketiga aspek ini.
Pada operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasanya dialkukan menandai lokasi
pucuk jenjang (crest) yang diiinginkan menggunakan bendera kecil. Operator
shovel diperintahkan untuk menggali sampai mangkuk nya lokasi bendera tersebut
atau menandai lokasi dengan lubang tembak. Komponen dasar pada open pit adalah
jenjang (gambar 5.1) bagian jenjang adalah :
a. Geometri jenjang
b. Jenjang kerja
Jenjang kerja (work bench) merupakan bagian dari jenjang yang berfungsi sebagai
tempat bekerja bagi peralatan tambang.
D. Menghapus garis crest yang berpotongan dengan garis kontur pada peta dasar.
Elevasi crest harus sama dengan ketinggian garis kontur yang akan dihapus.
Tahap 2 : plot crest dan toe dengan dimensi pit bottom yang telah ditentukan. Jarak
crest dan toe diplot berdasarkan geometri jenjang.
Tahap 3 : buatlah titik awal sebagai dasar akses masuk ramp, plot titik selanjutnya
memotong garis crest berikutnya. Jarak antar titik dari crest satu dengan lainya
berdasarkan geometri jenjang penambangan. Lebar dan kemiringan jalan yang telah
ditentukan. Membuat titik awal crest pada jenjang paling atas. Menentukan titik
crest pada jenjang berikutnya ( ke bawah ) dengan sudut tertentu, didapat sudut
yang dibentuk antara jalan dan crest, didapat jarak horizontal antar level jenjang
Tahap 5 : buatlah garis vertikal dan horisontal yang masing masing sejajar satu
dengan yang lainnya.
Tahap 6 : hubungkan garis horisontal dari setiap titik ke garis crest masing masing,
setelah itu hapuslah crest yang tidak terpakai
Tahap 7 : hubungkan setiap titik dan plot ke toe hingga membentuk ramp kearah
pit
Grade = Δℎ x 100 %
Δ𝑥
Keterangan :
Δℎ = Beda tinggi antara dua titik yang diukur
Δ𝑥 = Jarak datar antara dua titik yang diukur
jalan di pit tambang pada umumnya berkisar pada kemiringan 8 % sampai 12 %
kemiringan jalan diusahakan selalu konstan untuk mengurangi kemungkinan truk
harus mengubah transmisi yang mengakibatkan cepat ausnya mesin kendaraan.
PART II
TUTORIAL DESAIN PERANCANGAN TAMBANG
1. PENGANTAR
Modul Geological Database merupakan salah satu tool terpenting untuk dipelajari. Data lubang bor merupakan
titik awal untuk semua project tambang dan merupakan dasar dari perhitungan atau estimasi cadangan ore dan
juga menjadi dasar dalam perhitungan studi kelayakan tambang.
Geological Database terdiri dari beberapa tabel, dimana tiap tabel memiliki jenis data tertentu. Dalam tiap tabel
terdiri dari beberapa kolom data. Tiap tabel juga memiliki isi berupa data.
Surpac menggunakan model database relasional dan mendukung beberapa jenis database, termasuk Oracle,
Paradox dan Microsoft Access. Surpac juga mendukung Open Connectivity Database (ODBC) dan dapat
terhubung ke database di seluruh jaringan.
Surpac Database bisa berisi maksimum 50 tabel dan tiap tabel maksimum terdiri dari 60 kolom (field). Surpac
membutuhkan 2 tabel wajib dalam database yaitu tabel collar dan tabel survey.
Set folder working directory yang akan kita gunakan dalam project ini.
Lalu bisa siapkan set up menu atau shortcut yang diperlukan untuk mempermudah pekerjaan, dalam hal ini
mengeluarkan menu dan toolbar Database.
Kemudian susunlah menu bar dan shortcut sesuai dengan selera kita.
Jika background window Surpac yang berwarna hitam mau kita ubah kewarna lainnya, bisa diganti dengan
cara klik Customise > Default preferences
Lalu pilih folder Graphic colours dan pilihlah 2D Background, pada settingan awal dia berwarna hitam atau
RGB 0,0,0. Kita bisa rubah warna background tersebut melalui drop down di sisi kanan kolom tersebut dan
bisa ganti dengan warna sesuai keinginan kita, dalam hal ini kita ganti dengan warna putih.
Kemudian akan muncul window Select Database, pada kolom Database Name, ketik nama file database yang
kita inginkan, misal : db_ex3, lalu klik > Apply
Kemudian muncul window Create Definition For New Database, klik > Apply
Tambahkan tabel yang diperlukan didalam database project Surpac ini selain tabel Collar dan Survey yang
secara default sudah ada, misalnya seperti tabel Assay dan Geology. Ketik “assay” dalam kolom Table name
pada baris 1 dengan Table typenya Interval. Kemudian klik kanan disisi kiri window – Add...
Kemudian ketik “Litho” dibawah kolom Table name pada baris ke 2 dan pilih Table type Interval, setelah itu
baru klik > Apply
Lalu akan muncul window Define all fields for all tables. Dalam window ini, kita bisa menambahkan kolom
atau field yang dibutuhkan dalam database project Surpac kita. Dalam window tersebut, terdapat beberapa tab
atau tabel yang akan kita masukan kedalam database Surpac, namun dalam tab tersebut kita perlu
mempersiapkan kolom atau field sesuai dengan data yang akan kita masukan kedalam database.
Dalam hal ini, contohnya kita akan menambahkan beberapa field didalam tabel Assay dan tabel Litho. Untuk
tabel Assay kita akan menambahkan field sesuai dengan database assay yang kita punya dalam hal ini: Ni, Fe,
Co, MnO, Cr2O3, Al2O3, SiO2, MgO, dan SM. Sedangkan dalam tabel Litho kita akan menambahkan field
: Litho
Pada tab Assay, kita tambahkan pada Optional Fields : Ni, Fe, Co, MnO, Cr2O3, Al2O3, SiO2, MgO, dan
SM dan Type dari data – data tersebut = Real, No. Decimal = 2, Low Bond = -999, dan High Bond =
999, serta Phy, Virt or Exp = physical ( kecuali untuk field SM = expression)
Untuk tab Geology, bagian Optional Fieldnya ditambahkan Field = Litho, Type = Character dan Length =
10 dan Field = Litho.
Setelah penambahan Field di tiap – tiap Tab telah selesai lalu klik > Apply
Jika kita akan mengecek atau ingin mengedit field dari tabel yang sudah disimpan di database Surpac, bisa
dengan cara klik Database > Edit database definition.
Lalu akan muncul window Edit The Database Definition, pilih file database yang mau kita cek atau edit, lalu
klik > Next
Lalu akan muncul window Map The Database, kemudian arahkan krusor kebagian Mapping Detail pada sisi
kanan dari window Map The Database, cari field yang akan kita cek atau edit, misalnya kita akan mengedit
field Litho dari tab Litho, maka pilihlah bagian Optional Tables > Interval Tabels > Litho >Optional Fields
> Litho.
Misal kita mau mengganti Field Length dari 10 ke 15, angka 10 kita ganti ke 15 kemudian klik > Finish
Kemudian akan muncul icon pada status bar bagian bawah, yang menandakan bahwa file
database Surpac db_ex3 telah aktif.
Import file – file tabel yang telah dipersiapkan sebelumnya kedalam database Surpac, dengan klik Database
– Import Data, kemudian muncul Window Select Format File For Load / Unload, kemudian isi nama
Format File Name : db_ex3 dan Report File Name : db_ex3 serta Format file reportnya : .not (Surpac Note
File). Setelah selesai kemudian klik > Apply
Muncul window Select Database Tables to Include in Format, checklist tabel yang mau kita import kedalam
database Surpac, dalam hal ini yang akan diikutsertakan adalah tabel Collar, Survey, Assay dan Litho, setelah
selesai di checklist lalu klik > Apply
Setelah itu akan muncul window Select Fields to Include in Format, window tersebut berisi Nama Tabel dan
Nama Field (Kolom) yang akan diimport kedalam database Surpac.
Sesuaikan urutan Field atau Kolom yang ada di Tabel Collar dengan yang akan dimasukan kedalam window
Select Field to Include in Format database Surpac, contoh dibawah ini adalah Tabel Collar, dimana Hole_id
dari kolom A diisi angka 1 pada Column, Y dari kolom B diisi angka 2, X dari kolom C diisi angka 3,
Z dari kolom D diisi angka 4 dan Depth dari kolom E diisi angka 5.
Sesuaikan urutan Field atau Kolom yang ada di Tabel Assay dengan yang akan dimasukan kedalam window
Select Field to Include in Format database Surpac, dimana Hole_id dari kolom A diisi angka 1 pada
Column, Sample_id dari kolom B diisi angka 2, From dari kolom C diisi angka 3, dan To dari kolom D
diisi angka 4 dan Ni dari kolom E diisi angka 5.
Setelah selesai menyusun urutan Field atau Kolom dari tabel awal untuk dimasukkan kedalam tabel database
Surpac, kemudian klik > Apply
Setelah itu akan muncul window Load Database Tables From Text Files, lalu pilihlah file tabel – tabel yang
akan dimasukkan kedalam database Surpac pada kolom Text File Name, dengan cara drop down panah
kebawah pada sisi kanan kolom tersebut sesuai dengan tabel yang diminta. Dalam hal ini contohnya :
Table Name Collar filenya : ex3_collar.csv
Table Name Survey filenya : ex3_survey.csv
Table Name Assay filenya : ex3_assay.csv
Table name Litho filenya : ex3_geology.csv
Setelah semua file tabel nya terpilih, kemudian pilih pada kolom Load Type nya Insert atau Ins/Upd (Insert
or Update). Insert digunakan untuk pertama kali data masuk kedalam database Surpac, sedangkan Ins/Upd
digunakan untuk mengupdate database berikutnya.
Kemudian akan muncul window Select Table, dari drop down button, pilih tabel yang mau diedit, misalnya
Tabel Collar, lalu klik > Apply
Dalam folder database Surpac db_ex3, terdapat folder assay, collar dan geology. Pilihlah folder yang akan
diatur tampilannya dalam drillhole
Pada contoh ini, pilih folder assay, kemudian pilih folder Ni, kemudian klik kanan, lalu pilih Get min – max
range, maka akan muncul nilai terkecil – terbesar yang terdapat didalam database. Buatlah beberapa kelas
range nilai kadar Ni sesuai kebutuhan.
Dalam hal ini coba kita bagi menjadi 7 kelas yaitu: 0 – 1.5; 1.5 – 1.6; 1.6 – 1.7; 1.7 – 1.8; 1.8 – 1.9; 1.9 – 2.0
dan 2.0 – 5.0
Setelah selesai membagi menjadi 6 kelas, kemudian siapkan warna yang akan digunakan dalam graphic bar
disamping drillhole yang nantinya kita akan tampilkan dalam view graphic ataupun penampang.
Pilihlah kelas Ni 0 – 1.5, lalu pada sisi kanan window Edit Database Display Style terdapat Graphic Colour,
drop down panah yang ada disisi kanan kolom tersebut, atau bisa ketikan warna yang kita inginkan, misalnya
: grey, kemudian secara otomatis background kolom tersebut berubah sesuai dengan warna yang kita pilih.
Lanjutkan pemilihan warna berikutnya, misalnya 1.5 – 1.6 : blue; 1.6 – 1.7 : cyan; 1.7 – 1.8 : green; 1.8 –
1.9 : yellow; 1.9 – 2 : red; 2 – 5 : magenta.
Lakukanlah hal yang sama untuk menampilkan beberapa kelas range dari nilai kadar Fe, contoh ini juga
membagi range kadar Fe menjadi 7 kelas yaitu: 0 – 10; 10 – 20; 20 – 30; 30 – 40; 40 – 50; 50 – 60; dan 60 –
70.
Setelah pembagian kelas range kadar assay Fe selesai, berilah warna seperti yang dilakukan pada kadar assay
Ni.
Jika diantara bar graph assay Ni dan Fe kita ingin menampilkan warna atau symbol lithology, maka kita bisa
menambahkan tampilan tersebut dengan cara, klik pada folder litho, lalu klik kanan, pilihlah Get Field Codes
Setelah itu akan muncul semua kode lithology yang berada dalam kolom litho pada database geology Surpac,
kemudian bisa kita beri warna atau symbol sesuai dengan keinginan kita, dalam contoh ini hanya akan
menggunakan warna solid saja misalnya:
SOIL : orange
LIMO : yellow
SAP : light green
RSAP : green
SROC : dark green
BLD : cyan
BRK : blue
Window Draw Holes akan muncul, dimana window tersebut berguna untuk mengatur display drillhole secara
umum diluar dari value masing – masing data yang ada didalam table.
Dalam contoh ini Trace style nya : Colour trace by Table = litho, Field = litho; Default trace colour =
white, Default trace thickness = 1, Tick line weight = 1; Cylinder style = fixed width dan Radius = 1.
Kemudian ganti ke tab Collar Styles, atur Collar marker size = 0.5, Label orientation = centered, Field =
hole_id, Size = 2.
Kemudian pindah ke tab Geology Pattern dan Label, dalam contoh ini kita kosongkan dulu
Pada tab Graphs berfungsi menampilkan grafik disamping drillhole, contoh kali ini kita akan tampilkan data
assay Ni dan Fe. Pada kolom Table masukkan table assay, Field = Ni dan Fe, Position = Right (Ni) dan Left
(Fe), Offset = 4.0 (Ni) dan 0.0 (Fe), Graph type = Filled bar, Length/Unit = 5 (Ni) dan 0.5 (Fe), Nilai
Maximum = 12 (Ni) dan 70 (Fe).
Pada tab Depth Markers, checklist Depth Markes untuk menampilkan tick mark kedalaman drillhole, atur
Major tick distance = 10.0, Major tick length = 3.0, Minor tick distance = 2.0 dan Minor thick length =
1.5, Position = Left, Alignment = Right, Offset = 2.0, Decimals = 0 Size = 1.50
Dibawah ini merupakan hasil dari pengaturan drillhole style dan drillhole display dilihat dalam perspektif 3D
view.
Setelah layar Graphic bersih dari gambar, kita bisa melakukan pemanggilan drillhole serta melakukan settingan
seperti yang sudah siapkan sebelumnya secara otomatis dengan menggunakan SCL script, caranya
dengan klik Start /end recording an SCL script.
Lalu akan muncul window Macro Record
Ketik nama file macro script yang akan direkam, dalam hal ini contoh filenya: macro_dh
Lalu ulangi langkah – langkah Display Drillholes dan Drillholes Style, setelah selesai dengan menampilkan
drillhole dan setting style drillhole nya selesai, kemudian klik lagi Start /end recording an SCL script
yang berfungsi untuk menghentikan aktivitas merekam script.
Setelah selesai, hasil file macro bisa dicek di window navigator. File: macro_dh.tcl
Untuk menampilkan drillhole berikut dengan atribut yang telah kita rekam melaui script, bisa dengan klik
Playback/abort a macro or SCL script, atau mendrag file macro_dh.tcl kedalam window Graphic.
Kemudian akan muncul window Extract sample data, isikan Location: nama file string hasil
extract (Contoh: sample_extract) , ID number : kosongkan saja; String : 1 > Apply
Kemudian akan muncul window Select the assay table to process, isikan Table name : assay >
Apply
Kemudian akan muncul window Extract composited grades – define the assays, pilih field assay
yang nilainya akan diextract sesuai dengan urutan yang ada didalam database assay: ni, fe, co, mno.
cr2o3, al2o3, sio2, mgo dan sm.
Muncul window Define the method for processing time independent samples, Method : all
samples > Apply.
Muncul window Define query constraints, Table Name : collar, kosongkan semua > Apply.
Cek filenya dengan memilih file sample_extract.str klik kanan > Open
Tampilkan dalam bentuk point, Display > Hide strings > in a layer
Lalu gambar dalam view Surpac akan menghilang, kemudian kita akan tampilkan dalam bentuk point,
dengan cara menu Display > Point > Markers
View 3D
Arti dari urutan angka tersebut adalah sebagai berikut (mulai dari baris ke 3):
1 = String number; 9627849.975 = Northing; 409549.983 = Easting; 197.237 = Elevation;
B1_1414 = Drillhole ID; 1.24 = Ni; 38.08 = Fe; 0.1404 = Co; 0.84 = MnO; 3.15 = Cr2O3; 9,65 =
Al2O3; 20.28 = SiO2; 7.06 = MgO; 2.872521246 = SM
5.2. Composite Samples Data
Komposit ini dilakukan untuk merata – ratakan nilai assay terutama jika terdapat nilai interval sampel
yang tidak seragam. Sebagai contoh pada data ini, rata – rata interval sample assay adalah setiap 1 m,
namun kadangkala ada interval sampel tertentu yang < 1 m atau ada yang > 1 m, oleh karena itu untuk
meminimalisir bias nilai assay terutama nilai yang sangat tinggi dengan interval sampel yang pendek
perlu dilakukan komposit (composite sample data). Dengan cara Database > Composite >
Downhole
No 1 pilihlah : Ni, lalu klik kanan pada angka 1 kemudian pilih : Add, maka akan mucul row baru
yang bisa diisi unsur berikutnya yaitu : Fe, lanjutkan seterusnya, dengan urutan keseluran yaitu : Ni;
Fe; Co; MnO; Cr2O3; Al2O3; SiO2; MgO; dan SM.
Setelah selesai memasukan semua unsur atau senyawa pada Field Name / Fields to be composited,
selanjutnya klik Appy.
Lalu muncul window Define querry constraints > Apply
Cek filenya dengan memilih file sample_composite.str klik kanan > Open
Tampilkan dalam bentuk point, Display > Hide strings > in a layer
Lalu gambar dalam view Surpac akan menghilang, kemudian kita akan tampilkan dalam bentuk point,
dengan cara menu Display > Point > Markers
View 3D
Arti dari urutan angka tersebut adalah sebagai berikut (mulai dari baris ke 3):
2 = String number; 9627849.975 = Northing; 409549.983 = Easting; 197.237 = Elevation; 1.24 =
Ni; 38.08 = Fe; 0.1404 = Co; 0.84 = MnO; 3.15 = Cr2O3; 9,65 = Al2O3; 20.28 = SiO2; 7.06 =
MgO; 2.872521246 = SM; B1_1414 = Drillhole ID
Untuk melihat perbedaan hasil antara file sample_extract dan file sample_composite maka kita coba
tampilkan nilai salah satu assay sebagai perbandingan.
Keluarkan terlebih dahulu toolbar Display and hide
Untuk mengeluarkan nilai salah satu unsur misalnya nilai assay Ni untuk kita bandingkan antara nila
Ni sample_extract.str dan sample_composite.str. Langkah awal keluarkan dulu nilai Ni dari file
sample_extract.str
Klik icon Display point description values, Layer name : sample_extract.str; Desc field number
: 2; Text Aligment : >; Point of text in segment : All points > Apply
Mirip dengan langkah sebelumnya, kita keluarkan nilai Ni pada file sample_composite.str
Hasil tampilan nilai Ni dari file sample_extract.str dan file sample_composite.str, dimana warna abu
– abu adalah nilai Ni dari sample_extract.str dan warna biru adalah nilai Ni dari sample_composite.str.
1. PENGANTAR
Surface Modelling menggunakan triangulasi untuk membuat model tiga dimensi yang disebut sebagai Digital
Terrain Models (DTM). Disini kita akan membahas cara pembuatannya serta contoh penggunaannya.
DTM Surface dalam Surpac ini dapat digunakan antara lain untuk menghitung volume, membuat penampang,
membuat garis kontur, drape image dan string, DTM – DTM intersection.
Set folder working directory yang akan kita gunakan dalam project ini.
Lalu bisa siapkan set up menu atau shortcut yang diperlukan untuk mempermudah pekerjaan, dalam hal ini
mengeluarkan menu dan toolbar Database, Classic slicing, Scale and transparency, Display and hide
dan tool Edit
Kemudian susunlah menu bar dan shortcut sesuai dengan selera kita.
Akan muncul data titik elevasi dari topografi, kemudian kita akan buatkan DTM Surfacenya
Muncul window Create DTM from a string file, pilih filenya pada kolom Location : topo_ex3.str,
lalu > Open
Ceklist pada String to act as break lines, lalu klik > Apply
Kemudian kita zoom sampai keseluruhan titik bor terlihat semua, lalu klik > Define section
Muncul window Define slicing planes width, pada tab Section Method pilih Section definition
method = Graphically select section line, Distance forward of plane = 5, Distance backward of
plane = 5, Section by = Interval, Step distance 25.
Pada tab Section Objects, check list Section Objects, lalu > Apply
Klik kiri pada pada lokasi dekat titik bor bagian paling Utara, lalu di drag kebawah keasrah Selatan
sehingga terlihat garis putih vertical yang akan menjadi line section nya.
Muncul layer baru yaitu : litho_bedrock yang siap kita gunakan untuk meyimpan hasil digitasi surface
bedrock dari penampang drillhole.
Klik icon Start new segment for digitizing (1) lalu klik icon Create new points using the mouse
(2) 2 1
Lalu mulai digitasi pada batas litho bedrock pada keseluruhan penampang drillhole
Setelah selesai melakukan digitasi untuk surface bedrock (BRK), langkah selanjutnya melakukan
digitasi untuk Surface Saprolite (SAP). Ulangi seperti langkah sebelumnya.
Klik icon Start new segment for digitizing (1) lalu klik icon Create new points using the mouse
(2) 2 1
Lalu mulai digitasi pada batas litho saprolite pada keseluruhan penampang drillhole
Hapus tanda temporary marker “X” pada window Surpac dengan klik
Setetelah selesai bekerja pada 1 penampang, kita kembali lagi ke Plan View awal dengan klik
Pilih layer yang akan disimpan dengan cara klik kiri pada samping tulisan layer yang mau disimpan,
lalu klik kanan > Save layer
Muncul window Save File > Apply
File yang kita simpan akan secara otomatis tersimpan pada folder work directory yang sudah kita set
pada awal memulai pekerjaan ini.
Pastikan saat kita melakukan digitasi pada layer yang tepat dan ditandai dengan tanda cek warna hijau
yang berarti layer tersebut “editable”
Lanjutkan pembuatan Surface Lithologi untuk Bedrock dan Saprolite sampai selesai.
Muncul window Define the trisolation to be created, ketikan Object = 2 dan Trisolation = 1 >
Apply
Klik pada gambar string bedrock paling kiri, lalu klik string berikutnya kearah kanan, setelah selesai
> Esc
Gunakan nama yang sama dengan file stringnya, namun Output Format Typenya = Surpac DTM
Files (.dtm) > Apply
Untuk window Define the trisolation to be created, ketikan Object = 4 dan Trisolation = 1 > Apply
Gunakan nama yang sama dengan file stringnya, namun Output Format Typenya = Surpac DTM
Files (.dtm) > Apply
Setelah selesai, reset graphic Window Surpac, muncul window Exit graphic > Apply
Buka file DTM Surface dari litho_bedrock.dtm dan litho_saprolite.dtm dari window Navigator
Surpac
1. PENGANTAR
Geostatistik digunakan dalam berbagai bidang seperti pertambangan, kehutanan, hidrologi, dan
meteorology, memahami geostatistik adalah bagaimana kita memahami bagaimana nilai data berubah
dari jarak tertentu. Penggunaan geostatistik umumnya digunakan untuk melakukan estimasi seperti
kadar unsur tertentu pada suatu area, dimana kita memiliki berapa nilai disekitar diarea tersebut.
2. KONSEP DASAR
Didalam melakukan estimasi sumberdaya maupun cadangan mineral, kita menginginkan hasil yang
paling akurat sehingga memudahkan didalam perencanaan teknis maupun ekonomis tambang. Oleh
karena itu, untuk mengurangi tingkata kesalahan dari suatu estimasi ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan antra lain :
- Memahami domain
- Validasi input data
- Memahami metode estimasi dan parameternya
- Validasi output dari blok model
2.1. Memahami Domain
Ini merupakan hal yang penting untuk memahami dan memisahkan suatu area atau domain dalam
suatu blok model. Setelah kita mengidentifikasi misalnya ada beberapa domain didalam pemodelan
atau estimasi yang akan kita lakukan. Maka sebaiknya kita kelompokkan data (mis: data assay lubang
bor) sesuai dengan domain yang ada. Setelah dikelompokkan sesuai dengan domain yang ada,
selanjutnya kita dapat melakukan analysis atau estimasi terpisah pada masing – masing domain
tersebut.
2.2. Validasi Input Data
Mungkin kita pernah mendengar kalimat “Garbage in = Garbage out” dalam Geostatistik, dan hal itu
merupakan kenyataan. Dalam hal ini, teknik pengambilan sampel dan quality control di laboratorium
merupakan hal yang sangat penting dan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil estimasi dari data
yang kita gunakan.
“Garbage in = Garbage out” memiliki arti kurang lebih, jika data yang kita gunakan tidak bagus atau
kurang representative, maka hasil dari estimasinyapun akan kurang akurat, walaupun dibantu dengan
perangkat lunak muktahir dan metode estimasi yang beragam.
Kita berasumsi data yang kita miliki sudah bagus, ada setidaknya dua karakteristik potensi bahaya
dari data yang kita punya dan harus kita pahami yaitu : “bimodalism” dan “outliers”. Kita bisa melihat
ke dua karakteristik ini pada kurva histogram. Sekelompok data dapat dikatakan sebagai “unimodal”
jika pada kurva histogram menunjukkan puncak frekwensi data tunggal. Jika pada kurva histogram
menunjukkan dua puncak data, maka itu kita sebut sebagai “bimodal”. Jika kita menggunakan Teknik
estimasi untuk membuat model berdasarkan distribusibimodal padahal data yang kita miliki adalah
unimodal, maka kemungkinan kita akan menjumpai kesalahan estimasi pada model yang kita buat.
3. DOMAIN
Salah satu aspek penting dalam Geostatistik adalah meyakinkan bahwa data – data yang kita miliki
telah diklasifikasi dengan tepat kedalam suatu domain yang homogen. Domain merupakan area 2D
atau 3D dimana data – data tersebut saling berhubungan.
Percampuran data dari domain yang berbeda atau tidak diklasifikasikan dengan tepat dapat
menyebabkan kesalahan dalam melakukan estimasi.
4. STATISTIK DASAR
4.1. Histogram
Dalam analisis statistic dasar ini, kita coba untuk menampilkan kurva histogram dari unsur atau
senyawa yang ada didalam tabel database assay.
Buka file yang mau dianalisis, File > Load data from string files
Muncul window Basic statistics, Open a file > sample_composite.str > Open
Untuk menampilkan kurva distribusi normalnya, klik Display normal distribution curve
Untuk melihat laporan basic statistic dengan cara menu Statistic > Report
Sedangkan Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur
kekuatan dan arah hubungan linier dari dua veriabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila
perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama
ataupun arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak
signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling berhubungan.
Dari menu File > Load data from string files
Pada baris 1 tetap menggunakan D Field D1 yaitu nilai Ni, tambahkan pada baris ke 2 dengan
menambahkan nilai D2 yaitu nilai Fe.
Untuk menghitung regresi dan korelasinya dengan cara dari menu Display > XY Scatter diagram
Hasil scatter diagram antara nilai Ni dan Fe, dimana hasilnya menunjukkan :
Regresi Linear : Ni_Comp = 0.0099 Fe_Comp + 0.8904
Koefisien Korelasi : r = 0.3083
Koefisien korelasi = 0.3083 menunjukkan hubungan yang positif antara nilai Ni dan Fe dalam arti
jika nilai Ni naik maka nilai Fe juga akan naik, namun hubungan diantara keduanya tidaklah terlalu
kuat karena hanya bernilai 0.3083, dimana jika bernilai 1 maka hubungannya sangat kuat sedangkan
jika bernilai 0 maka tidak ada hubungan diantara keduanya.
Kurva histogram nilai SiO2 dari file sample_composite.str dengan width of bins 2
Hasil scatter diagram antara nilai Ni dan SiO2, dimana hasilnya menunjukkan :
Regresi Linear : Ni_Comp = -0.0075 SiO2_Comp + 1.3603
Koefisien Korelasi : r = -0.2887
Koefisien korelasi = -0.2887 menunjukkan hubungan yang negatif antara nilai Ni dan Fe dalam arti
jika nilai Ni naik maka nilai Fe akan turun atau sebaliknya, namun hubungan diantara keduanya
tidaklah terlalu kuat karena hanya bernilai -0.2887, dimana jika bernilai -1 maka hubungan negatifnya
sangat kuat sedangkan jika bernilai 0 maka tidak ada hubungan diantara keduanya.
Confidence Interval : atau interval kepercayaan adalah kisaran nilai yang diperkirakan
memungkinan akan mencakup persentase tertentu dari nilai data, dengan asumsi bahwa distribusi
datanya normal. Contoh untuk perhitungan untuk batas atas 95% interval kepercayaan (CI) adalah
sebagai berikut :
95% CI = Mean + (1.96 * Standard Deviation)
Pilih Define the files to be processed, Location : sample_composite; ID range : - ; Define the files
to be created : sample_composite_cut; Field : D1; Expression : iif (d1>2.2,2.2,d1) > Apply
Dalam contoh diatas kita gunakan angka “cutoff” Ni = 2.2, jika nilai Ni pada file
sample_composite.str > 2.2 maka akan diganti menjadi nilai 2.2, sedangkan nilai dibawahnya tetap
atau tidak ada perubahan.
Pada contoh di atas, karena semua lokasi sampel memiliki jarak yang sama dari blok centroid,
semuanya sampel akan diberi bobot yang sama. Perhitungan nilai blok adalah :
Nilai Blok = (20 * 0.25) + (10 * 0.25) + (25 * 0.25) + (5 * 0.25) = 17.5
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, jumlah dari weight harus = 1, maka weight dari contoh diatas
= 0.25 + 0.25 + 0.25 + 0.25 = 1.
Ketika kita menggunakan anisotropy ratio sewaktu melakukan estimasi, maka arah dari blok model
yang akan di estimasi dari titik sampel data adalah sangat penting. Pada contoh diatas sampel nilai 10
dengan jarak 1 m dari blok model dan sampel nilai 20 dengan jarak 3 m memiliki weight yang sama
dikarenakan “anisotropy distance” digunakan pada contoh ini dan arah sumbu major axis 90°
Pada contoh diatas maka perhitungan nilai blok nya akan menjadi :
Sampel Value Sampel Bearing Actual Distance Anisotropy Factor Anisotropy Distance Weight
10 000 1 3 3 0.5
20 090 3 1 3 0.5
Jika nilai sampel 10 kita geser kearah Utara koordinat Y=3, X=0, dengan nilai anisotropy ratio tetap
3:1, maka perhitungan nilai blok nya akan menjadi :
Sampel Value Sampel Bearing Actual Distance Anisotropy Factor Anisotropy Distance Weight
10 000 3 3 9 0.75
20 090 3 1 3 0.25
Rasio atau perbandingan antara panjang sumbu Major axis dan Semi-major axis disebut sebagai
Major/Semi-major Anisotropy Ratio dan perbandingan antara Panjang sumbu Major axis dan
Minor axis disebut sebagai Major/Minor Anisotropy Ratio.
Ellipsoid visualiser merupakan tools dari Surpac yang dapat membantu kita untuk menggambarkan
dan memahami dari orientasi anisotropy ellipsoid.
Untuk membuat ellipsoid nya kita bisa menggunakan menu Block model > Geostatistics > Ellpisoid
visualiser
7. KONSEP VARIOGRAM
7.1. Konsep Dasar Variogram
Variogram merupakan aspek penting dalam melakukan analisis geostatistik karena merupakan untuk
memahami perilaku bagaimana nilai suatu nilai data berubah terhadap jarak dan arah tertentu.
Variogram merupakan grafik yang membandingkan antara nilai sampel dan jarak.
7.2. Nugget
Jika kita membagi sampel menjadi dua dan mengirimnya ke dua laboratorium yang berbeda,
seringkali kita akan mendapatkan hasil assay yang berbeda. Dengan demikian pada jarak pemisahan
sampel = 0 namun terdapat perbadaan nilai, maka perbedaan tersebut yang kita sebut sebagai
“nugget”. Jadi, nugget merupakan perbedaan nilai suatu karakteristik sampel pada jarak = 0.
7.4. Range
Range merupakan jarak dimana nilai sill mencapai titik maksimum, maka jarak tersebut disebut
sebagai range.
Lag = 3
Squared
Pair Pair Value Difference Difference
1 3–6 -3 9
2 3–7 -4 16
3 4–5 -1 1
4 6–5 1 1
5 7–3 4 16
Sum : 43
gamma (h): 4.3
Lag = 4
Squared
Pair Pair Value Difference Difference
1 3–7 -4 16
2 3–5 -2 4
3 4–5 -1 1
4 6–3 3 9
Sum : 30
gamma (h): 3.8
Lag = 5
Squared
Pair Pair Value Difference Difference
1 3–5 -2 4
2 3–5 -2 4
3 4–3 1 1
Sum : 9
gamma (h): 1.5
5.0
4.5
4.0
gamma (difference)
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
1 2 3 4 5
Lag (distance)
gamma(h) (difference)
Gambar dibawah ini merupakan hasil pemodelan variogram (garis biru) dimana hasilnua adalah :
Nugget = 0.2
Sill = 4
Range = 3
Nugget / Sill ratio = 0.2 / (0.2 + 4) = 0.05
5.0
4.5
4.0
gamma (difference)
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
1 2 3 4 5
Lag (distance)
gamma(h) (difference)
Pada omnidirectional variogram, orientasi dari pasangan sampel adalah tidak penting. Sebagai contoh
: pasangan sampel 1 – 2 memiliki orientasi 90° atau 270° dan pasangan sampel 1 – 4 memiliki
orientasi 0° atau 180 °, dan kedua pasangan sampel tersebut dapat terpilih sebagai pasangan data.
Untuk contoh gambar diatas, yang terpilih sebagai pasangan data jika mengaplikasikan
omnidirectional variogram adalah sebagai berikut :
Lag = 1 Lag = 2 Lag = 3
1–2 1–3 1–6
1–4 1–5 3–4
2–3 2–4
2–5 2–6
3–6 3–5
4–5 4–6
5–6
Pada directional variogram, orientasi dari pasangan sampel adalah sangat penting. Sebagai contoh :
pasangan sampel 1 – 2 dan 1 – 4 terletal pada lag 1, namun kedua pasangan tersebut tidak akan
termasuk sebagai pasangan sampel jika kita mengaplikasikan directional variogram dengan orientasi
45° ± 22.5°. Sehingga pada contoh gambar diatas, yang terpilih sebagai pasangan data adalah sebagai
berikut :
Lag = 1 Lag = 2 Lag = 3
2–4 3–4
3–5
8. MODELLING VARIOGRAM
8.1. Peta Variogram Utama (Primary Variogram Map)
Untuk membuat peta variogram utama, menu Database > Analysis > Variogram modelling window
Pada tab Basic, Location : sample_composite_cut.str; Id range : - ; String range : 2,3; D field :
D1; Plane dip : 0; Dip direction : 0; Number of variogram : 24; Search type : Cone; Spread :
15; Spread limit : -; Lag : 1; Maximum distance : 100; Output report file name :
rep_var_map_calc_ni; Output report file format : .not
Pada tab Advance, Minimum : 1; Maaximum : 20.0; Increment : 0.2 > Apply
Muncul tab grafik baru berisi grafik semua arah pada satu tab, masing – masing warna dan symbol
mewakili satu arah tertentu.
Rubahlah nilai Lag secara bertahap sehingga terlihat salah satu grafik akan membentuk suatu kurva
standar variogram.
Kemudian akan muncul kurva variogram model warna merah dan titik biru berupa structure (Nugget,
Sill dan Range), coba himpitkan antara kurva variogram data assay dengan kurva modelnya
semaksimal mungkin bisa saling berhimpit.
Setelah sudah maksimal saling berhimpit, maka kita bisa melihat nilai Nugget, Sill dan Range pada
variogram utama. Disini terliha bahwa nilai Nugget = 0.1985 ; Sill = 0.7250 dan Range = 46.629
Kurva variogram utama unsur Ni dengan Azimuth = 60°; Plunge = 0° ; Dip = 0° ; Nugget = 0.1985
; Sill = 0.7250 dan Range = 46.629
Setelah mendapatkan nilai untuk variogram utama, kita simpan hasil kurva pemodelan variogramnya,
File > Save > Experimental variogram and model
Beri nama file untuk variogram experimental : var_exp_ni_060_00 dan variogram model :
var_mod_ni_060_00
Lalu kita simpan pula angka struktur variogramnya (Nugget, Sill dan Range)
Kita lihat tab grafik variogram arah 150°, geserlah titik struktur biru tersebut kearah kiri sehingga
semaksimal mungkin berhimpit antara kurva variogram model dengan kurva data variogram assay Ni
nya.
1. PENGANTAR
Blok model merupakan bentuk database yang memiliki referensi spasial dan menyediakan sarana untuk
membuat pemodelan sebuah tubuh endapan dengan bentuk 3D dari data titik maupun data interval seperti dari
data sampel lubang bor dengan interpolasi dari nilai pengukuran yang sebenarnya. Blok model ini berguna
untuk memperkirakan nilai volume, tonnase, dan nilai rata – rata attribute yang terdapat didalamnya.
Sebuah blok model terdiri dari sel – sel dengan ukuran tertentu yang merupakan inti dari pusat blok yang
mengandung massa dimana semua data yang disimpan didalamnya dalam bentuk attribute seperti SG, jenis
batuan, kadar unsur dll..
Gambar parent block, sub block dan batas dengan suatu constraint
Susunan menu Database dan Block Model dan toolbar Database, Block Model, Edit, Display and
hide, Classic Slicing, Scale and Transparency
Untuk mengetahui berapa nilai minimum dan maximum dari ke tiga sumbu X, Y dan Z kita bisa
mengisinya dengan menggunakan file string : sampel_composite_cut.str
Lalu secara otomatis akan terisi angka pada Minimum dan Maximum coordinates pada sumbu X, Y,
dan Z.
Klik Display
Ketikan pada Attribute Name : ni_id ; Type : real ; Decimals : 2 ; Background Value : -999 ;
Description / Expression (opitional) : ni inverse distance
Setelah selesai, cek hasil penambahan attribute pada salah satu kotak blok model yang ada dengan
cara klik icon Identify block value, lalu pilihlah salah satu kotak yang ada pada view Surpac.
Setelah kita klik pada salah satu kotak blok model akan muncul window Block attribute, terlihat
berbagai attribute yang telah kita siapkan.
Setelah selesai simpanlah attribute dari blok model tersebut, icon bm_ex3 > Save
Setelah muncul LITHO_BEDROCK.DTM pada kolom DTM file, ceklist Above, klik Add, maka akan
muncul kalimat pada kolom Constraint values : a. DTM Constraint : above LITHO_BEDROCK.DTM
Jadi maksud dari constraint value tersebut adalah, blok model awal akan dibatasi dengan Surface Litho
Bedrock pada bagian bawahnya dan dibatasi dengan Surface Topografi pada bagian atasnya.
Blok model awal sebelum constraint
Setelah selesai proses constraint, kita simpan blok model hasil dari constraint tersebut, menu Constraints >
Save current view as graphical constraint
Pilih STRING FILE, Location : sample_composite_cut.str; String range : 2,3; Attribute to fill : Ni_id;
Description field : 1 > Apply
Cara melihat berapa string range dan description field, pilih file sample_composite_cut.str klik kanan > Edit,
maka terlihat file seperti dibawah ini, geser kearah bawah sampai terlihat bahwa ada dua string number dalam
file yaitu string 2 dan 3, sedangkan nilai Ni yang akan diestimasi dalam blok model terdapat pada kolom ke 5
atau description field 1 (D1) dimana penjelasannya adalah :
Kolom 1 = String number; Kolom 2 = Northing; Kolom 3 = Easting; Kolom 4 = Elevation; Kolom 5 atau
Kolom Deskripsi 1 = Ni; Kolom 6 atau Deskripsi 2 = Fe, Kolom 7 atau Deskripsi 3 = Co; Kolom 8 atau
Deskripsi 4 = MnO; Kolom 9 atau Deskripsi 5 = Cr2O3; Kolom 10 atau Deskripsi 6 = Al2O3; Kolom 11
atau Deskripsi 7 = SiO2; Kolom 12 atau Deskripsi 8 = MgO; Kolom 13 atau Deskripsi 9 = SM Rasio
Adapun urutan kolom deskripsi tergantung dari sewaktu kita melakukan extract atau composite sampel nya.
Karena pada bagian atas dari file ini tidak ada keterangan atau header coloumn nya.
Muncul window Search parameters, Search type : Ellipsoid; Minimum number of samples to select = 3;
Maximum number of samples to select = 15; Maximum search radius = 100; Maximum vertical search
radius = 50; Ellipsoid Orientation Bearing = 60; Plunge = 0; Dip = 0; Aniostrophy Ratios Major / Semi
Major = 1.5; Major / Minor = 2 > Apply
Ellipsoid Orientation dan Anisotrophy Ratios merupakan hasil dari analisis Variogram yang telah kita bahas
pada modul Geostatistik.
Setelah muncul CONS_TOPO_BEDROCK.CON pada kolom Constraint file, ceklist Inside, klik Add,
maka akan muncul kalimat pada kolom Constraint values : a. Constraint File : inside
CONS_TOPO_BEDROCK.CON > Apply
Lalu kita bisa cek hasilnya pada salah satu kotak blok model untuk mengecek hasilnya, klik Identify block
values
Untuk memberi warna sesuai grade ni_id yang sudah terisi nilainnya, maka klik bm_ex3 > Colour by
attribute
Pilihlah pada kolom Attribute to colour by : ni_id, lalu ketikan pada Ranges for colour selection :
0;1.5;1.6;1.7;1.8;1.9;2;5 > Refresh
Maka bagian kanan window Block Colour yang tadinya kosong akan terisi 7 baris Clour dan attribute values,
pembagian kelas dari nilai Ni sudah sesuai dengan keinginan kita dari pengetikan angka di “Ranges for colour
selection” selanjutnya tinggal mengganti Colour nya.
Pilih attribute ni_id; > ; 1.5 lalu klik Add maka pada kolom Constraint values muncul a: Block Constraint
: ni_id > 1.5 > Apply
Pilih STRING FILE, Location : sample_composite_cut.str; String range : 2,3; Description field : 1 >
Apply
Muncul window Search parameters, Search type : Ellipsoid; Minimum number of samples to select = 3;
Maximum number of samples to select = 15; Maximum search radius = 100; Maximum vertical search
Muncul window Kriging parameters, pilih file variogram modelling yang telah dibuat sebelumnya
(Modul Geostatistic)
Pada Constraint type pilihlah : CONSTRAINT; Pada Constraint file pilihlah : cons_topo_bedrock.con >
Open
Setelah muncul CONS_TOPO_BEDROCK.CON pada kolom Constraint file, ceklist Inside, klik Add,
maka akan muncul kalimat pada kolom Constraint values : a. Constraint File : indide
CONS_TOPO_BEDROCK.CON > Apply
Untuk melihat hasil dan perwarnaan blok modelnya, klik bm_ex3 > Colour by attribute
Untuk melihat blok model yang nilai Ni_id > 1.50 bisa dengan cara klik Constraints > New graphical
constraint
Pilih attribute ni_ok; > ; 1.5 lalu klik Add maka pada kolom Constraint values muncul a: Block Constraint
: ni_id > 1.5 > Apply
Setelah muncul, kita bauta layer baru yang akan digunakan sebagai layer pembatas, Layers > New
Klik icon Start new segment for digitizing (1) lalu klik icon Create new points using the mouse
(2) 2 1
Lalu mulai digitasi pada batas luar dari file string : litho_bedrock.str
Setelah hampir balik ke titik awal digitasi, klik Close the current segment being digitized, sehingga
menjadi polygon tertutup
Kemudian simpan file pembatas hasil digitasi tersebut., klik kanan pada Layers : bound_part_pct >
Save layer
Hilangkan temporary markernya, dan matikan layer litho_bedrock.str sehingga hanya terlihat file
bound_part_pct.str
Kemudian dari hasil digitasi tersebut kita buffer kearah dalam (Contract) sejauh 5 m sehingga
batasnya akan sedikit mengecil.
Muncul window Expand or contract a segment, ketik angka – 5, karena kita akan mengecilkan /
contract sejauh 5 m.
Kemudian pilihlah atau klik gambar segment yang akan kita contract
Setelah dipilih, maka akan terbentuk segment baru yang lebih kecil dari segment awal hasil digitasi.
Muncul window Save file > Apply ; Verify creation of file > Yes
Muncul window Add attribute, Attribute name : part_pct; Type : real; Decimals : 3;
Background Value : 0; Description / Expression : partial percentage > Apply
Setelah attribute nya sudah ada, maka kita lakukan perhitungan, menu Estimation > Partial
Percentage
Setelah selesai, kita cek hasilnya dengan menampilkan blok model dan topografi nya
Simpanlah blok model hasil dari perhitungan partial percentage tersebut, bm_ex3 > Save, Verify
creation of file > Yes
Kemudian Use volume adjustment : part_pct; Density adjustment : attribute sg; Geometri grouping :
None; Grouping attributes : ni_id; Numeric range : 0;1.5;1.6;1.7;1.8;1.9;2;5 > Apply
Kemudian kita coba buat lagi block model report untuk Ni > 1.50 %
Hasil block model report untuk nilai Ni >= 1.5 dengan metode Inverse Distance, file block model report :
rep_bm_ex3_topobedrock_id_ni15.not
Serupa dengan format Block model report yang hasil estimasi Inverse Distance, bedanya hanya pada kolom
Report attributes kita masukan nilai Ni nya yang ni_ok. Masukkan pada kolom Report attribute : ni_ok, fe
dan sm
Kemudian Use volume adjustment : part_pct; Density adjustment : attribute sg; Geometri grouping :
None; Grouping attributes : ni_id; Numeric range : 0;1.5;1.6;1.7;1.8;1.9;2;5 > Apply
Kemudian kita coba buat lagi block model report untuk Ni > 1.50 %
Hasil block model report untuk nilai Ni >= 1.5 dengan metode Ordinary Kriging, file block model report :
rep_bm_ex3_topobedrock_ok_ni15.not
Berikut adalah hasil dari blok model reportnya, yang kiri adalah metode Inverse Distance dan yang kanan
adalah metode Ordinary Kriging.
Buatlah Line Chart pada Microsoft Office dan overlay nilai grade Ni metode Inverse Distance dan
Ordinary Kriging, dalam contoh ini dimulai dari kadar Ni 1.44 – 2.20
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-
1.44 1.54 1.64 1.74 1.84 1.94 2.04 2.15 2.20
Tonnes_Niid32 Tonnes_Niok3
Terlihat dari hasil kedua penampang tersebut terlihat bahwa hasil estimasi menggunakan Inverse
Distance (atas) sekilas memiliki kadar grade Ni yang lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi
menggunakan Ordinary Kriging (bawah).
Dan jika kita bandingkan dengan data bor terutama di B2_1430, terlihat bahwa nilai estimasi dengan
metode Inverse Distance lebih mendekati dengan data bor B2_1430 jika dibandingkan dengan nilai
estimasi metode Ordinary Kriging.
1. PENGANTAR
Pit design merupakan rencana bukaan lahan tambang yang akan digunakan untuk mengambil mineral
ekonomis yang berada dibawah tanah. Design dari pit ini harus mempertimbangkan beberapa factor penting
yaitu kualitas dan jumlah cadangan mineral, stripping ratio yang ekonomis untuk ditambang serta aspek
geoteknik dan keamanan tambang.
2. PERSIAPAN
Sebelum mulai, siapkan menu dan toolbar Block Model dan Surface Design
Setelah muncul CONS_TOPO_BEDROCK.CON pada kolom Constraint file, ceklist Inside, klik Add,
maka akan muncul kalimat pada kolom Constraint values : a. Constraint File : inside
CONS_TOPO_BEDROCK.CON > Apply
Cek hasil ore_attrribute nya pada salah satu kotak blok model ore
Setelah selesai, cek hasil file string bm_thick_ore.str yang ada pada view Surpac.
Kolom 1 = String number; Kolom 2 = Northing; Kolom 3 = Easting; Kolom 4 = Elevation; Kolom 5 atau
Kolom Deskripsi 1 = Ketebalan; Kolom 6 atau Kolom Deskripsi 2 = Nilai kadar Ni (%); Kolom 7 atau
Kolom Deskripsi 3 = Aggregate Ni
Muncul window Convert Text to Column Wizard (Step 1) > Delimited > Next
Muncul window Convert Text to Column Wizard (Step 2) > Comma > Next
Pilih semua data tersebut sampai kebawah atau data terakhir > Cut
Melalui menu Filter, ceklah berapa nilai SR paling tinggi, dalam hal ini = 8
Muncul window Breaks strings into points > String > Apply
Pilih stringnya
Format file string bm_thick_sr.str yang telah di break to points dalam bentuk notepad
Kemudian kita tentukan batas area kontur, menu Surface > Contouring > Contouring area > Define extents
Pada Layer containing data pilih bm_thick_sr.str > Calculated grid mesh size
Kemudian rubahlah angka grid Y dan X menjadi 10 agar lebih detil > Apply
Akan muncul batas kotak warna biru sebagai pembatas area kontur SR
Muncul window Triangulation parameters, Constraint interpolation tidak perlu di ceklist > Apply
Hasil contour SR
Miringkanlah view nya sehingga terlihat antara SR Contour dan DTM Topo
Kembalikan view ke Plan view, lalu buatlah DTM topo_ex3 lebih transparan 50%
Dengan transparan 50%, kita bisa melihat contour SR dan juga DTM topo_ex3, sehingga kita bisa memberi
Batasan rencana pit yang akan kita buat
Contoh Batasan dibawah ini yang akan kita gunakan sebagai batasan rencana ultimate pit yang akan kita buat
Ganti constraint type : Block, setelah itu pilih ni_id > 1.5 >, maka akan muncul kalimat pada kolom
Constraint values : a. Block Constraint : ni_id . 1.5 > Apply
Klik icon Start new segment for digitizing (1) lalu klik icon Create new points using the mouse
(2) 2 1
Setelah mau menutup polygon, klik icon Close the current segment being digitised
Hapuskan temporary marker pada polygon tersebut icon Hide temporary marker
Pada window Enter constraints, ganti Constraint type : String ; String file : bound_pit_plan.str
> Open
Matikan semua layer, sehingga hanya terlihat blok model, lalu kita rubah view menjadi Section View
Cek lah elevasi terendah dari blok model yang masih masuk kedalam kumpulan yang banyak, contoh
dibawah ini adalah elevasi 126 m
Lalu kita batasi blok model yang akan ditampilkan hanya dari elevasi 126 – 132 m, dengan asumsi
dalam hal ini tinggi bench yang akan kita buat adalah 6 m.
Klik icon Start new segment for digitizing (1) lalu klik icon Create new points using the mouse
(2) 2 1
Tentukan pit slope gradient, menu Design > Pit design > Set slope gradient
Muncul window Set the design gradient, Ganti unit : angle ; Gradient = 60 > Apply
Pada window Expand segment by bench height, Bench Height = 6 ; Limiting elevation = 9999 ; Z
direction : up ; Horizontal direction : expand > Apply
Selanjutnya kita geser polygon berm atau toe level 132 m, agar blok model level 132 – 138 m bisa
tertambang
Klik dekat point, dan tahan, lalu drag kearah blok model yang akan ditambang
Pada window Expand segment by bench height, Bench Height = 6 ; Limiting elevation = 9999 ; Z
direction : up ; Horizontal direction : expand > Apply
Default berm width = 2 ; Berm gradient (%) = 0 ; Horizontal direction : expand > Apply
Ulangi langkah – langkah tersebut sampai level blok model tertinggi dan melewati topografi tertinggi
di area pit tersebut.
Cek bench dari pit sudah melebihi dari topografi sekitar pit
Buatlah DTM dari file pit_ex3_v1.str, Surface > DTM File functions > Create DTM from string
file
Matikan layer DTM topo_ex3 dan DTM pit_ex3_v1, lalu cek lah polygon hasil intersect nya, jika ada
segment yang berada didalam atau diluar dari polygon utama, maka kita hapus saja segment tersebut,
icon Delete segment.
Pilih segment yang terpisah dari polygon utama hasil intersect topo_ex3 dan pit_ex3_vq, klik pada
segment tersebut.
Setelah kita delete semua segment yang berada diluar atau didalam polygon utama, lalu kita save file
intersect_topo_pit_v1.str
Pada window Select and clip data > Outside the boundary > Apply
Setelah dipilih polygonnya, maka segment dari pit_ex3_v1.str yang berada diluar batas polygon
intersect_topo_pit_v1.str akan terpotong.
Contohnya kita namakan dengan pit_ex3_v1_clip.str, untuk membedakan dengan file pit_ex3_v1.str
yang belum di clip.
Selanjutnya kita akan meng clip string topo_ex3.str yang berada didalam string boundary
intersect_topo_pit_v1.str.
Tampilkan dalam layer file string topo_ex3.str dan intersect_topo_pit_v1
Pada window Select and clip data : inside the boundary > Apply
Save lah file string topo_ex3 yang telah di clip tadi dengan nama file lain,
Untuk membuat file DTM topo_ex yang sudah di clip, maka kita siapkan string gabungan / merge
antara file topo_ex3_clip_pit_v1.str dengan file intersect_topo_pit_v1.str, dengan cara memilih kedua
file tersebut sambal menekan tombol Ctr, lalu drag kedua file tersebut kedalam monitor Surpac.
Pada window Create a DTM from a string file, ketikan atau pilih
Location : topo_ex3_clip_pit_v1 ; Object ID : 1
Strings to act as break lines (√) ; Would you like to clip the DTM to boundary after creation?
(√) ; Location : intersect_topo_pit_v1 ; String : 108 > Apply
Dalam hal ini kita buat kearah bawah dulu, atau kearah toe waste dump
Pada window Expand segment by bench height, Bench Height = 5 ; Limiting elevation = -9999 ;
Z direction : down ; Horizontal direction : expand > Apply
Selanjutnya kita buat kaki toe paling bawah dari waste dump ini, sampai toe nya dibawah permukaan
tanah, icon Expand segment by bench height
Untuk itu kita coba expand sampai 30 m kearah bawah, Bench height = 30 ; Limiting elevation -
9999 ; Z direction : down ; Horizontal direction : expand
Setelah naik bench, lanjutkan berm, dengan expand segment by berm width
Kita clip file string waste dumpnya, Edit > Trim > Clip by selected segment
Pada window Select and clip data : Outside the boundary > Apply
Save lah file waste dump hasil clip, Layers > Save layer
Kita reset graphic window Surpac, drag lah file intersect_topo_wd_ex3_v1.str dan wd_ex3_v1_clip
Kita coba clip lagi file DTM topo_ex3.dtm dengan file string wd_ex3_v1_clip.str Dari menu Edit >
Trim > Clip by selected segment
Pada window Select and clip data : inside the boundary > Apply
Save file kedua segment hasil intersect topo tersebut menjadi file baru, window Save File ; File name
: intersect_topo_pit_v1_wd_v1.str > Apply
DAFTAR PUSTAKA
Cummins; ‘SME Mining Engineering Hand Book’, vol 1 & 2 ; The American Insititute of mining
Metalurgical and Petrolium Engginering Inc; New York;1973
Hartman H.L (1987) : Introductory Mining Engginering John wiley & sons, New York (231-240)
Hastrulid, W.,Kuchta (1995) : Open Pit Mine Planning and Design, Volume 1 Fundamental, A.A.
Balkema/Roterdam/Brookfield, 212-248
Pfleider,”Surface Mining”; The American institute of Mining Metalurgical and Petrolium
Engineering Inc; New York;1972
Waterman Sulistiyana (2015) : Perencanaan Tambang, Anugrah Print,Yogyakarta