Anda di halaman 1dari 33

0

ANALISIS RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN


DAN MINE SCHEDULING UNTUK MENCAPAI
TARGET COAL GETTING PADA PT. ADARO
INDONESIA KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH :

RIZKY AGUSTINUS SARAGIH


DBD 113 108

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERISTAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan tambang adalah penentuan persyaratan teknik

pencapaian sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan dalam berbagai

macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan

sasaran kegiatan. Agar proses penambangan dapat mencapai tujuannya,

maka perlu dirancang bentuk-bentuk tahapan penambangan (minable

geometries) untuk menambang habis endapan tersebut mulai dari titik

masuk awal hingga ke batas akhir dari pit. Perancangan tahap-tahap

penambangan ini akan membagi ultimate pit menjadi unit-unit perencanaan

yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah

perancangan tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana.

Setelah pentahapan penambangan sudah dilakukan kegiatan

selanjutnya adalah melakukan urutan (scheduling) penambangan untuk

meningkatkan efektiftivitas, efisiensi dan nilai ekonomis dalam pelaksanaan

penambangan. Penggunaan sistem komputerisasi akan sangat membantu

dalam sistem scheduling. Dengan menggunakan software tertentu kita dapat

merancang tambang dengan lebih cepat dan melakukan pendekatan

perhitungan material dengan lebih baik. Namun prosedur dan sistematika

merancang daerah penambangan yang baik tetap harus diperhatikan. Banyak

perusahaan merancang daerah penambangannya hanya untuk mengejar

1
2

target produksi, akibatnya penjadwalan produksi terlalu banyak mengalami

perubahan dan berdampak pula pada proses perancangan tambang yang

sudah tidak sistematis lagi. Perancangan tambang dan penjadwalan

produksi yang kurang baik justru menambah kesulitan dalam proses

penambangan dan berakibat pula pada biaya penambangan yang bertambah

tinggi pula.

Untuk itu berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan

penelitian tentang rancangan teknis penambangan dan mine scheduling

untuk mencapai target coal getting pada PT. Adaro Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari kegiatan penelitian dengan judul ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat database cadangan (block reserve) dan overburden

pada areal pit , menghitung total volume dan menentukan Stripping

Ratio (SR) menggunakan sistem Resgraphic ?

2. Bagaimana rancangan teknis penambangan dengan skenario yang paling

optimal dari aspek safety, produksi dan cost ?

3. Bagaimana membuat penjadwalan tambang (mine scheduling)

berdasarkan skenario optimal ?

4. Bagaimana desain pit aktual berdasarkan situasi akhir kemajuan

penambangan (progress mine) ?


3

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Adapun maksud dari kegiatan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis, untuk memenuhi kurikulum pada Jurusan

Teknik Pertambangan Universitas palangkaraya sebagai syarat

menyelesaikan Studi Strata Satu Teknik Pertambangan

2. Secara Aktual, untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di

perkuliahan sehingga diharapkan dapat menambah ilmu dan

pengalaman tentang kegiatan-kegiatan pertambangan yang ada

di dunia kerja secara aktual nantinya.

3. Kegiatan ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan tentang

masalah-masalah yang ada dalam industri pertambangan,

sehingga dapat menjadi referensi bagi perusahaan.

1.3.2. Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat database cadangan (block reserve) dan overburden pada

areal pit , menghitung total volume dan menentukan Stripping Ratio

(SR) menggunakan sistem Resgraphic.

2. Membuat rancangan teknis penambangan dengan skenario yang

paling optimal dari aspek safety, produksi dan cost.

3. Setelah ditentukan skenario optimum, akan dibuat penjadwalan

tambang (mine scheduling).

4. Membuat desain pit aktual berdasarkan situasi akhir kemajuan

penambangan (progress mine).


4

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah :

a. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

 Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perencanaan

tambang batubara.

 Membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan

lingkungan kerja.

b. Manfaat Bagi Perusahaan

 Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama penelitian dapat

menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan

kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang.

c. Manfaat Bagi Mahasiswa

 Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dan data-

data yang diperoleh selama penelitian ke dalam sebuah Laporan

Tugas Akhir.

 Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap

suasana kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja

yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala

wawasan kerja.

 Mahasiswa mendapat gambaran tentang kondisi real dunia kerja

dan memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri

pertambangan.
5

1.5. Batasan Masalah


Adapun kegiatan penelitian dengan judul ini dibatasi sebagai berikut:

1. Rancangan teknis penambangan yang dibuat bukanlah conceptual

design melainkan engineering desing (rekacipta).

2. Penelitian ini dibuat pada 1 lokasi pit di PT.ADARO INDONESIA

3. Rancangan teknis penambangan dilakukan dengan bantuan software,

pertimbangan skenario optimal didasarkan pada aspek Cost,Safety dan

Production.

4. Mine Scheduling dibuat untuk Shorterm Stage Plan atau Monthly.

(Optional)

5. Tahapan penambangan dibuat berdasarkan pertimbangan akses,

penanganan air (water management), orientasi geoteknik dan rangkaian

rancangan tahapan penambangan (sequence) sesuai dengan kriteria

teknis yang diberikan.

6. Tidak dilakukan pengkajian lingkungan.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Perancangan Tambang

Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape.

Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan

geologi, baik topografi maupun struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan

geologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan penaksiran

cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan penambangan.

Perangkat lunak minescape digunakan agar mempermudah proses pemodelan

geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan cadangan batubara, dan

memilih daerah yang lebih prospek sehingga menghasilkan proses

penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping ratio yang ditetapkan.

Menurut hasil penelitian Denny Tebay. Rancangan Teknis Penambangan pada

PT.Riau Bara Harum. UPN Veteran Yogyakarta. Hasil dari penaksiran jumlah

volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan batuan antar seam

batubara (interburden), dan jumlah volume batubara untuk proses penjadwalan

produksi disesuaikan dengan target produksi dan kualitas batubara terutama

kadar kalori batubara.

Minescape merupakan software mining system terpadu yang dirancang

khusus untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan semua aspek

informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan

tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke

6
7

penjadwalan produksi tambang. Sub menu dari perangkat lunak Minescape

yang digunakan untuk melakukan perancangan tambang yakni:

1) Stratmodel Untuk melakukan pemodelan geologi, dimulai dari

pembuatan peta topografi dengan memasukan data dari lapangan yang

berupa titik-titik koordinat daerah telitian, kemudian diinterpolasikan

membentuk garis-garis kontur. Pembentukan topografi kedalam bentuk

3D, dilakukan dengan proses triagulasi, yakni membentuk bidang dari

setiap sisi antara garis-garis kontur membentuk penampang 3D. Peta

topografi dapat dilihat pada Lampiran A-04. Setelah pembuatan peta

topografi, dilanjutkan dengan pengolahan data pemboran collar, yang

meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor, elevasi titik bor, kedalaman

lubang bor, ketebalan dan nama seam batubara yang didapat dari hasillog

bor, data litologi meliputi: nama titik bor, lapisan atas (roof), kedalaman

lapisan bawah (floor), nama seam, batubara yang dapat dari.

Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data kualitas

batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman

lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total

moisture, inherent moisture, total sulphur, kandungan abu (ash), dan

calorific value atau kalori batubara. Hasil pengolahan data lubang bor dan

data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambar subcrop line

batubara yang berupa garis-garis yang menghubungkan out crop bagian

floor batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface. subcrop line
8

ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran batubara dan

mengetahui daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara.

Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah

penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat

menghasilkan jumlah cadangan batubara yang mineable cukup besar untuk

memenuhi target produksi. Pemodelan geologi selanjutnya yakni

pembentukan kontur struktur batubara lapisan bawah (floor) sebagai acuan

perhitungan jumlah cadangan batubara yang layak ditambang dan

pembuatan desain geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur

dilakukan pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data

pemboran yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor)

kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle

dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari

pembuatan kontur struktur bagian bawah lapisan batubara (floor)

merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk bidang yang

membatasi lapisan batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau

inter burden.

Setelah kontur struktur bagian bawah batubara (floor) terbentuk,

dapat dilakukan penaksiran sumberdaya batubara secara kasar atau belum

dibatasi oleh stripping ratio yang di tentukan. Jika dip direction batubara

pada daerah telitian bersifat relatif terjal misalnya antara 45-60° maka

analisis daerah yang memiliki stripping ratio yang sesuai dengan yang
9

ditetapkan yakni lebih mengarah pada perubahan kedalaman

penambangan, dan juga mengara pada perluasan daerah penambangan.

Analisis daerah tersebut menggunakan sistem resgraphic yang

dimiliki perangkat lunak minescape . Analisis ini bertujuan untuk

membandingkan daerah yang memiliki cadangan batubara yang

diinginkan berdasarkan rencana perubahan elevasi penambangan. Sebelum

dilakukan analisis daerah penambangan, blok-blok penambangan dibagi

lagi menjadi blok-blok kecil yang berukuran 100 x 100m atau 50 x 50 m,

supaya penaksiran menjadi lebih detail. Pada hasil resgraphic, blok yang

memiliki warna lebih terang (cokelat) merupakan blok yang membatasi

daerah yang memiliki stripping ratio yang ditetapkan. Rencana elevasi

penambangan yang paling banyak menghasilkan produksi batubara yakni

pada elevasi hasil resgraphic tersebut. Dalam pembuatan desain geometri

penambangan, dilakukan secara daerah hasil analisis resgraphic selesai

dilakukan. Pembuatan desain geomentri penambangan dengan stripping

ratio yang ditetapkan, dapat dilanjutkan ke elevasi berikutnya sehingga

batas elevasi yang masih dibatasi dengan blok yang memilikistripping

ratioyang diharapkan.

2) Open Cut Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam

minescape untuk pembuatan desain geometri penambangan. Desain

geometri penambangan dilakukan setelah mendapatkan daerah yang

memiliki stripping ratio sesuai dengan yang telah ditetapkan. Daerah-

daerah tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok penambangan


10

dengan penamaan missal : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap blok-

blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan yang berbeda-beda.

Berdasarkan analisis daerah menggunakan resgrapich, batas luas wilayah

penambangan (pit limit) dan batas elevasi penambangan dapat ditentukan.

Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan desain geometri penambangan

secara keseluruhan dan dilakukan penaksiran jumlah cadangan yang

memiliki stripping ratio yang telah ditetapkan. Dalam penaksiran

cadangan awal, bertujuan untuk menaksir jumlah cadangan yang dapat

ditambang dengan stripping ratio yang sesuai dan memperoleh data

distribusi kualitas batubara. Data distribusi kualitas batubara didasarkan

pada data kualitas hasil analisis laboratorium dari data coring pemboran

eksplorasi.

2.2. Parameter-parameter Rancangan (design)

2.2.1 Data Topografi Permukaan (Surface)

Secara detil Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil digitasi

yang tersimpan dalam file komputer, atau berupa file surface titik

ketinggian, termasuk drillholes, collars. Alternatif lain yaitu

memodelkan permukaan berdasarkan data titik ketinggian

menggunakan perangkat lunak seperti AutoCAD dan quicksurf,

globalmapper, google earth dan google scateup, maupun minescape

yang dibangun secara komputasi dengan metode triangulasi membentuk

tampilan 3 (tiga) dimensi.


11

2.2.2. Kemiringan Jenjang (Batter)

Pada awalnya sebuah desain pit dibuat dengan overall slope

sebesar 45o dan kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi

geoteknik dari material yang ada dalam pit tersebut. Batter dapat diatur

pada kemiringan 30-35o untuk overburden, meningkat 35-40o untuk

batuan yang lapuk dan hingga 55o untuk batuan fresh.

Menurut Robert, Hook dan Fish (1972) sebaiknya kemiringan

lereng kurang dari 60o pada kedalaman 65 m dan kurang dari 40o pada

kedalaman 300 m.

2.2.3. Tinggi Jenjang

Ketinggian jenjang berbeda-beda untuk setiap pit. Tergantung

pada peralatan yang digunakan, kedalaman pit dan pada geologi lokal

atau derajat iklimnya. Lereng pada overburden yang lemah atau tidak

terkonsolidasi, atau pada tanah yang terekpos, relatif lebih tipis, kurang

lebih 2-5m. sebuah survey yang dilakukan Canadian Mining Journey

(1988) menunjukan bahwa untuk range yang lebar dari beberapa badan

bijih, lereng-lereng bervariasi tingginya 6-20m pada operasi tambang

yang besar, yang berproduksi 10.000 ton/hari penambangan padat

dioperasikan pada lereng dengan ketinggian 9m. pada continental pit,

Butte, Montana, terdapat lereng berketinggian 12m pada alluvium

hingga 24 m pada batuan kompeten. Operasi-operasi tambang yang

lebih kecil biasanya menggunakan lereng dengan ketinggian 6-8m.


12

2.2.4. Permukaan Lereng (Berm Face)

Permukaan lereng dapat dibedakan menurut jenis dari lereng

tersebut. Misalnya sebuah lereng aktif atau lereng kerja (working

Bench) dapat menggunakan pedoman stabilitas jangka pendek yaitu

lereng dapat dibuat relatif lebih terjal. Namun untuk lereng permanen,

pertimbangan utama yang digunakan adalah jangka panjang.

Permukaan lereng dapat di tentukan dan dicapai dengan pemilihan alat

yang tepat.

2.2.5. Lebar Berm

Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single slope

pada ketinggian yang ditentukan. Namun jika pit semakin dalam, maka

lebar jenjang juga semakin lebar. Berm dapat pula merefleksikan

ukuran coal deposit. Lebar dari jalan angkut yang umunya mengikuti

berm, ditentukan oleh ukuran truk yang digunakan, yang relatif

terhadap ukuran coal deposit dan kapasitas produksi yang diharapkan.

2.2.6. Kedalaman Pit Bottom

Penentuan pit bottom (dasar pit) sangat tergantung pada banyak

faktor seperti perubahan stripping ratio, naiknya biaya produksi dan

pengangkutan, nilai mineral yang ditambang, ukuran (jumlah) deposit,

serta kapasitas mill dan produksi. Batas kedalaman penambangan dapat

dioptimisasi menggunakan prosedur-prosedur optimisasi design seperti

Lerch and Grossman.


13

2.2.7. Jalan Angkut (Haul Road)

Menurut hasil penelitian Abdul Salam. Analisis Mine Scheduling

Pada PT.Kutai Energi. Universitas Hasanudin. Jalan angkut yang dibuat

harus sesuai dengan jumlah lajur yang akan dibuat, dan lebar alat

angkut terbesar yang digunakan. Faktor ini biasanya mengikuti proses

design setelah kedalaman pit bottom didefinisikan. Jalan angkut

dirancang pada jenjang dasar kemudian mengikuti naiknya jenjang

kearah permukaan dengan gradient (kemiringan) berkisar antara 8-12

%. Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas melalui

dinding pit atau switchback yang hanya melalui salah satu dinding pit

(kemungkinan keberadaannya dikarenakan kekuatan material pada

dinding tersebut atau kapasitas muat angkutnya yang cukup naik).

2.2.8. Faktor-faktor lain dalam Desain Geometri Penambangan

a) Informasi geoteknik Hal ini termasuk detai dari kekuatan

batuan, diskontinuitas pada massa batuan dan hubungannya

terhadap orientasi tiap face penambangan yang akan dirancang

(potensi munculnya longsoran).

b) Informasi Hidrogeologi antara lain curah hujan tahunan,

daerah tangkapan hujan, sumbangan air tanah, kedalaman

muka air tanah, dan flktuasinya seperti; tekanan piezometrik,

gradient hidrolik, pororsitas, permeabilitas dan lapisan-lapisan

yang akan ditambang, drainase alami pada permukaan,


14

kemungkinan keberadaan lapisan aquifer dan aquiclude, lokasi

daerah yang pernah banjir, dan lain sebagainya.

c) Overburden Hal yang harus diketahui antara lain

kedalamanoverburden yang harus dikupas

d) Kapasita produksi

e) Batas fisik

f) Lokasi + waste dump dan stockpile

g) Lokasi pengolahan

h) Sistem transportasi batubara danoverburden Sistem

transaportasi yang digunakan dapat berupa alat muat angkut

atau menggunakanbelt conveyor.

2.3. Tahapan penambangan

Tahapan Penambangan (Push Back) Merupakan bentuk-bentuk

penambangan (mineable geometris) yang menunjukan bagaimana suatu pit

akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit. Tujuan umum

dari pembuatan tahapan penambangan adalah untuk membagi seluruh volume

yang ada dalam pit kedalam unit-unit perancangan yang lebih kecil

(panel/strip) sehingga mudah di tangani.

Adanya tahapan penambangan akan memudahkan perancangan

tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam perancangan,


15

parameter waktu dapat mulai diperhitungkan, karena waktu merupakan

parameter yang sangat berpengaruh. Pada tahap perancangan, pada awalnya

diusahakan untuk mengkaitkan hubungan antara geometri penambangan

dengan geometri perlapisan batubara.

Dengan mempelajari tingkat perlapisan batubara dan topografi maka

akan diperoleh suatu cara untuk membuat strategi penambangan pit secara

logis dalam waktu yang relatif singkat. Tahapan-tahapan penambangan yang

dirancang secara baik akan memberikan akses kesemua daerah kerja dan

menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja tambang

secara efisien.

Salah satu hal terpenting adalah untuk memperlihatkan minimal satu

jalan angkut untuk setiap kemajuan tambang. Hal tersebut dilakukan untuk

memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan kemungkinan akses jalan

angkut seluruh permukaan kerja. Faktor yang mempengaruhi penentuan

tahapan penambangan antara lain :

a) Bentuk dan kemiringan perlapisan batubara

Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan

akan berbeda dengan perancangan penambangan untuk mineral bijih

termasuk dalam penentuan geometri lerengnya.


16

b) Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan)

Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase

overburden yang harus dipindahkan 1 ton batubara yang ditambang.

Hasil suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase

overburden dan batubara yang mengisi pit. Perbandingan antara

overburden dan batubara tersebut akan memberikan nisbah

pengupasan rata-rata suatupit.

c) Ultimate pit slope

Merupakan salah satu faktor teknis yang berarti kemiringan

atau batas luar tambang yang masih tetap stabil dan

menguntungkan. Ultimate pit slope akan berhubungan dengan

geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti menentukan

besarnya cadangan batubara yang akan ditambang (tonase dan nilai

kalorinya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan

batubara tersebut. Ultimate pit slope juga akan berpengaruh

terhadap eksplorasi lanjut, tahap evaluasi dan tahap persiapan yang

didasarkan pada: (a) BESR (Break Evet Stripping Ratio) yang

ditentukan (b) Sifat fisik dan mekanika batuan (c) Struktur geologi

(sesar, kekar, bidang perlapisan, dan bidang geser) (d) Air tanah,

unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan.

Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan

memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja untuk
17

operasi peralatan dan manusia. Lebar ruang kerja minimum yang digunakan

pada saat penambangan sangat penting ditentukan di awal perancangan agar

alat-alat dapat berfungsi optimum sesuai dengan rencana penambangan.

Menurut Philip G.Morrey, penentuan lebar minimum ruang operasi dapat

diperoleh dengan menggunakan rumus

MWS = SWDT + RCR + DOR + TW/2 + SWDS

2.4. Penjadwalan Produksi

Proses penjadwalan produksi batubara dapat dilakukan setelah

dilakukan penaksiran seluruh cadangan batubara yang memenuhi stripping

ratio dilakukan. Penaksiran cadangan untuk penjadwalan produksi dilakukan

dengan perhitungan mundur ataupush backterhadap batasan wilayah

penambangan (pit limit ) yang telah ditentukan. Hasil dari penaksiran jumlah

volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan batuan antar

seam batubara (interburden), dan jumlah volume batubara untuk proses

penjadwalan produksi disesuaikan dengan target produksi dan kualitas

batubara terutama kadar kalori batubara.

Dari perhitungan penjadwalan produksi didapat jumlah produksi

lapisan tanah penutup (overburden), lapisan batuan antar seam batubara

(interburden), sehingga dapat dilakkukan penjadwalan penimbunan waste

dump, dan dilakukan desain geometri waste dump secara bertahap untuk

setiap tahunnya. Pada daerah telitian, overburden atau lapisan tanah penutup

dan lapisan batuan antar seam batubara (interburden) di gunakan metode


18

back filling sehingga dilakukan penimbunan didalam pit penambangan.

Perancangan tambang merupakan suatu tahap penting dalam rencana operasi

penambangan.

Perancangan tambang yang modern memerlukan pemodelan dari

sumberdaya yang akan ditambang. Model tersebut berupa gridded seam

model untuk endapan tabular seperti halnya batubara. Aspek penting dalam

pekerjaan perancangan tambang yaitu penentuan batas akhir penambangan,

dan penjadwalan produksi.

Berdasarkan waktu, perancangan dibagi menjadi :

1) Perancangan jangka panjang, perancangan komprehensif dari

seluruh cadangan yang ada dan nilai ekonominya: mengeksplorasi

deposit yang menguntungkan untuk memperkirakan ekstraksi dari

keseluruhan sumberdaya atau hingga cut-off point.

2) Perancangan jangka menengah, program-program yang lebih detil

dan saling berhubungan, seperti sasaran produksi tahunan.

3) Perancangan jangka pendek, control yang sangat detil terhadap

produksi harian.
19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

PT. Adaro Indonesia berdiri pada 11 November 1982, dan terletak

di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada awalnya saham PT. Adaro Indonesia

merupakan milik perusahaan pemerintah Spanyol, Enadimsa (Empresa

National Adaro De Investigation Mineral, S.A). Kegiatan eksplorasi mulai

dilaksanakan pada tahun 1982, dan dilanjutkan dengan studi kelayakan

pada tahun 1988 pada akhirnya kegiatan konstruksi dilaksanakan pada

tahun 1990. Tetapi sejak tahun 1989, terjadi dan dibeberapa kali

perubahan kepemilikan saham. Dan pada tahun 1994, Enadimsa menjual

seluruh sahamnya, sehingga komposisi pemegang saham PT. Adaro pun

berubah yaitu : New Hope Corporation dari Australia 40,83 %, PT.

Asminco Bara Utama dari Indonesia 40%, PT. Harapan Insani Indotama

11%, dan Mission Energy dari Amerika Serikat 8,17 %. Pada tahun 2008,

terjadi perubahan dalam kepemilikan saham sehingga PT. Adaro Indonesia

sepenuhnya dimiliki oleh PT. Adaro Energy.

PT. Adaro Indonesia beroperasi dibawah Perjanjian Karya

Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang memberikan hak

untuk menambang batubara di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Tabalong

dan Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. PT. Adaro

Indonesia memiliki luas areal dalam PKP2B sebesar 35.800 Ha yang akan

19
20

berakhir sampai dengan tahun 2022. PT. Adaro Indonesia memiliki tiga

cadangan batubara yaitu pada Pit Tutupan, Pit Wara dan Pit Paringin

dengan sumber daya batubara sebesar 3.5 milyar ton yang memiliki

ketebalan batubara hingga 50 meter dengan overburden yang relatif sedikit

sehingga metode yang di gunakan yaitu metode open pit.

Lapisan batubara yang ada di areal kontrak Adaro terdiri dari

beberapa lapisan (multi seam), misalnya lapisan yang terdapat di Pit

Tutupan yaitu lapisan mayor seperti T-100, T-200, T-300 dan lapisan

minor seperti lapisan C, lapisan E, lapisan F, lapisan G dan lapisan H.

Batubara yang dimiliki oleh PT. Adaro Indonesia sangat bersih karena

hanya mengandung 0.1% sulfur, 1.5% abu dan rendah nitrogen. Oleh

karena itu, PT. Adaro Indonesia menamai produk batubara mereka dengan

sebutan “Envirocoal”.

Sekitar 70% dari produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pasar ekspor, sedangkan sisanya untuk pasar dalam negeri. Produksi dan

penjualan Envirocoal telah meningkat terus sejak awal penambangan

hingga tahun 2014 sudah mencapai 55.321.427 ton. Distribusi batubara

Adaro ke luar daerah terlaksana melalui jalur ke Barat menuju Sungai

Barito. Batubara diangkut melalui jalan darat sejauh 80 Km dari tambang

sampai ke Kelanis, yang berada di tepi Sungai Barito yang termasuk

wilayah Pemda tingkat II Barito Selatan, Kalimantan Tengah.


21

3.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Untuk Lokasi Penelitian yaitu PT. Adaro Indonesia, dapat

ditempuh dengan sarana transportasi sebagai berikut :

- Dari Palangka Raya menuju Banjarmasin dengan waktu kurang

lebih 4 jam dengan jarak 193 Km dan dari Banjarmasin menuju

Tanjung, tambang PT. Adaro Indonesia dipisahkan oleh jarak

sepanjang 220 km yang biasanya ditempuh selama 4 - 5 jam.

Lihat Lampiran A.

(Gambar 3.1.1 Peta kesampaian daerah)


22

3.2. Tata Laksana

3.2.1. Langkah Kerja

1. Orientasi Lapangan

2. Perumusan Masalah

Merumuskan semua permasalahan yang menjadi latar

belakang dibuatnya penelitian ini dan menentukan tujuan dari

penelitian.

3. Studi Literatur

Mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan

dengan penelitian dari buku materi acuan, buku diktat kuliah, buku

diktat dari perpustakaan diperusahaan, jurnal yang terkait,

dokumen-dokumen yang bisa didapatkan dari perusahaan, dan

laporan dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

penelitian.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulan selama dan sesudah kegiatan

dilapangan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:

A. Data Primer

Pengambilan data lapangan dilakukan dengan melakukan

pengambilan langsung di lapangan berupa data mine operational

cost, produksivitas alat, jumlah alat berat yang bekerja pada satu

fleet.
23

B.Data Sekunder

Pengambilan data sekunder didapatkan diperusahaan yaitu :

1. Data Hidrologi

Data yang dibutuhkan digunakan untuk memilih tahapan

penambangan yang optimal dan menentukan cara terbaik dalam

penanganan masalah air.

2. Data Geoteknik

Data geoteknik yang diperlukan adalah untuk membuat

desain pit, meliputi kemiringan jenjang, tinggi jenjang, lebar berm,

mine road.

3. Data Logbor, Topografi, collar dan assay.

4. Data Pendukung

Peta lokasi penelitian meliputi peta geologi, geomorfologi,

topography, Spesifikasi alat dan jumlah alat yang tersedia.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan nilai dari

parameter yang diperoleh baik dari data primer maupun data

sekunder.
24

A. Pengolahan data

1. Membuat permodelan geologi

Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu

dilakukan permodelan geologi, baik topografi maupun

struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan geologi ini

bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan

penaksiran cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk

dilakukan penambangan. Untuk melakukan pemodelan

geologi, dimulai dari pembuatan peta topografi dengan

memasukan data dari lapangan yang berupa titik-titik

koordinat daerah telitian, kemudian diinterpolasikan

membentuk garis-garis kontur. Pembentukan topografi

kedalam bentuk 3D, dilakukan dengan proses triangulasi,

yakni membentuk bidang dari setiap sisi antara garis-garis

kontur membentuk penampang 3D.

Setelah pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan

pengolahan data pemboran collar, yang meliputi: nama titik

bor, koordinat titik bor, elevasi titik bor, kedalaman lubang

bor, ketebalan dan nama seam batubara yang didapat dari

hasillog bor, data litologi meliputi: nama titik bor, lapisan

atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam,

batubara yang dapat dari hasil log Bor, dan kode litologi.

Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data


25

kualitas batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam

batubara, kedalaman lapisan atas (roof), kedalaman lapisan

bawah (floor), relative density, total moisture, inherent

moisture, total sulfhur, kandungan abu (ash), dan calorific

value atau kalori batubara. Hasil pengolahan data lubang bor

dan data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambar

subcrop line batubara yang berupa garis-garis yang

menghubungkan out crop bagian floor batubara pada lapisan

dibawah topografi atau surface. subcrop line ini digunakan

untuk menentukan arah penyebaran batubara dan mengetahui

daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara.

2. Perhitungan volume sumberdaya dan overburden

Sebelum dilakukan perhitungan cadangan, yakni perlu

dilakukan pembentukan kontur struktur batubara lapisan

bawah (floor) sebagai acuan perhitungan jumlah cadangan

batubara yang layak ditambang dan pembuatan desain

geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur dilakukan

pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi

data pemboran yang membentuk kontur struktur batubara

bagian bawah (floor) kemudian dilakukan pemodelan tiga

dimensi dengan membentuk triangle dari kontur struktur

batubara bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari pembuatan

kontur struktur bagian bawah lapisan batubara (floor)


26

merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk

bidang yang membatasi lapisan batubara bagian bawah

dengan lapisan batuan atau inter burden. Setelah kontur

struktur bagian bawah batubara (floor) terbentuk, dapat

dilakukan penaksiran sumberdaya batubara secara kasar atau

belum dibatasi oleh stripping ratio yang di tentukan.

3. Penentuan batas Stripping Ratio (SR) berdasarkan sistem

Resgraphic kemudian menghitung total cadangan

Analisis ini bertujuan untuk membandingkan daerah

yang memiliki cadangan batubara yang di inginkan

berdasarkan rencana perubahan elevasi penambangan.

Sebelum dilakukan analisis daerah penambangan, blok-blok

penambangan dibagi lagi menjadi blok-blok kecil yang

berukuran 100 x 100 m atau 50 x 50 m, supaya penaksiran

menjadi lebih detail. Berdasarkan data tersebut, dapat

dilakukan penaksiran jumlah cadangan yang memiliki

stripping ratio yang telah ditetapkan. Dalam penaksiran

cadangan awal, bertujuan untuk menaksir jumlah cadangan

yang dapat ditambang dengan stripping ratio yang sesuai dan

memperoleh data distribusi kualitas batubara. Data distribusi

kualitas batubara didasarkan pada data kualitas hasil analisis

laboratorium dari data coring pemboran eksplorasi.


27

4. Desain Pit ( Geometri Penambangan)

Desain geometri penambangan dilakukan setelah

mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio sesuai

dengan yang telah ditetapkan. Daerah-daerah tersebut

kemudian dibentuk menjadi blok-blok penambangan dengan

penamaan misal : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap

blok-blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan yang

berbeda-beda. Berdasarkan analisis daerah menggunakan

resgrapich, batas luas wilayah penambangan (pit limit) dan

batas elevasi penambangan dapat ditentukan. Setelah itu,

dipakai data rekomendasi geotenik untuk membuat jenjang,

mine road (ramp), overall pit slope, dll.

5. Perancangan penambangan

Penulis akan membuat berbagai skenario penambangan,

kemudian dipilih yang paling optimal untuk dilakukan.

Penentuan skenario optimal ini dilakukan dengan membagi

blok penambangan menjadi beberapa section, kemudian

dilakukan pengkajian dari aspek safety factor, cost dan

produksi.

6. Penjadwalan tambang

Dari skenario penambangan yang paling optimal, dibuat

penjadwalan penambangan untuk capai target coal getting.


28

6. Penarikan Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan, perhitungan, dan

analisis data dilapangan. Kemudian dihasilkan suatu rekomendasi yang

bermanfaat bagi perusahaan. Serta saran-saran agar apa yang

direkomendasikan bisa dilaksankan oleh perusahaan.

7. Presentasi

3.2.2. Metode Penelitian

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode Kuantitatif dan Deskriptif Kualitatif. Metode kuantitatif

yaitu data yang dianalisis berupa angka-angka. Sedangkan metode

Deskriptif Kualitatif yaitu menganalisis data-data yang ada dengan

menggunakan deskripsi kata-kata dan juga gambar.


29

3.3. Bagan Alir

Diagram 3.3. Diagram Alir Kegiatan Penelitian


30

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan dan dimulai Bulan Agustus 2017 – September 2017.

Lama dan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Tabel 3.3. Jadwal Penelitian Tugas Akhir

Bulan
September
No. Kegiatan Juni 2017 Juli 2017 Agustus 2017 Oktober 2017 November 2017
2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan
2 Studi Literatur
3 Konsultasi Proposal
4 Seminar Proposal
5 Revisi Proposal
6 Observasi Lapangan
7 Pengambilan Data
8 Pengolahan Data
9 Pembuatan Laporan
Presentasi Laporan
10
(Diperusahaan)
Revisi & Konsultasi
11
(Diperusahaan)
Konsultasi Hasil
12
Tugas Akhir
13 Seminar Hasil

30
31

Revisi Seminar
14
Hasil
15 Ujian Akhir

31
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhala S, Teknologi Pertambangan di Indonesia,Pusat Penelitian

dan Pengembangan

2. Waterman S, (2010),Perencanaan Tambang, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

3. Waterman S, (2006),Modul Praktikum Simulasi dan Komputasi,

Jurusan Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta,

Yogyakarta

4. Yanto I, (2010), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

5. Arief dan Irwandy, 2003, Buku Ajar Perencanaan Tambang ,

Departemen Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung,

Bandung.

6.Prodjosumarto, Partanto, 1993, Diktat Kuliah Pemindahan Tanah

Mekanis . Departemen Teknik Pertambangan, Institut Teknologi

Bandung, Bandung

Anda mungkin juga menyukai