Anda di halaman 1dari 35

0

DESAIN DAN PENJADWALAN PIT PENAMBANGAN


MENGGUNAKAN PROGRAM MINESCAPE UNTUK
MENCAPAI TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA
PT. PUTRA PERKASA ABADI MANGKALAPI,
KUSAN HULU, KABUPATEN TANAH BUMBU,
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Pada Jurusan Teknik Pertambangan

OLEH :

YOHANNES BOY SAPUTRA BATUBARA


DBD 115 027

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2018
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perencanaan tambang adalah penentuan persyaratan teknik

pencapaian sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan dalam berbagai

macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan

sasaran kegiatan. Agar proses penambangan dapat mencapai tujuannya,

maka perlu dirancang bentuk-bentuk tahapan penambangan (minable

geometries) untuk menambang habis endapan tersebut mulai dari titik

masuk awal hingga ke batas akhir dari pit. Perancangan tahap-tahap

penambangan ini akan membagi ultimate pit menjadi unit-unit perencanaan

yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah

perancangan tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana.

Setelah pentahapan penambangan sudah dilakukan kegiatan

selanjutnya adalah melakukan urutan (scheduling) penambangan untuk

meningkatkan efektiftivitas, efisiensi dan nilai ekonomis dalam pelaksanaan

penambangan. Penggunaan sistem komputerisasi akan sangat membantu

dalam sistem scheduling. Dengan menggunakan software tertentu kita dapat

merancang tambang dengan lebih cepat dan melakukan pendekatan

perhitungan material dengan lebih baik. Namun prosedur dan sistematika

merancang daerah penambangan yang baik tetap harus diperhatikan. Banyak

perusahaan merancang daerah penambangannya hanya untuk mengejar

target produksi, akibatnya penjadwalan produksi terlalu banyak mengalami

1
2

perubahan dan berdampak pula pada proses perancangan tambang yang sudah

tidak sistematis lagi. Perancangan tambang dan penjadwalan produksi

yang kurang baik justru menambah kesulitan dalam proses penambangan dan

berakibat pula pada biaya penambangan yang bertambah tinggi pula.

Untuk itu berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan

penelitian tentang “Desain Dan Penjadwalan Pit Penambangan

Menggunakan Program Minescape Untuk Mencapai Target Produksi

Batubara Pada “PT. Putra Perkasa Abadi Mangkalapi, Kusan Hulu,

Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan”.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari kegiatan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis, untuk memenuhi kurikulum pada Jurusan

Teknik Pertambangan Universitas palangkaraya sebagai syarat

menyelesaikan Studi Strata Satu Teknik Pertambangan

2. Secara Aktual, untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di

perkuliahan sehingga diharapkan dapat menambah ilmu dan

pengalaman tentang kegiatan-kegiatan pertambangan yang ada di

dunia kerja secara aktual nantinya.

3. Kegiatan ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan tentang

masalah-masalah yang ada dalam industri pertambangan, sehingga

dapat menjadi referensi bagi perusahaan.


3

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai Stripping Ratio daerah penelitian

2. Membuat rancangan teknis suatu pit penambangan.

3. M embuat penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk

mencapai target produksi batubara.

4. Mendesain pit aktual berdasarkan situasi akhir kemajuan

penambangan (progress mine).

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari Penelitian Skripsi ini adalah untuk :

1. Bagi Perusahaan

a. Dapat mengenal kualitas peserta didik.

b. Dapat menjadi sumber data referensi untuk melakukan perbaikan

(improvement) dalam kegiatan operasi di lapangan.

c. Merupakan wujud nyata perusahaan dalam Coorparate Social

Respontibility mengembangkan bidang pendidikan.

2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Dapat menjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan

perguruan tinggi.

b. Menambah wawasan kepada para dosen, karena mendapatkan

informasi atau kabar-kabar terbaru di dunia pertambangan.


4

c. Dapat menjadi sumber referensi mahasiswa/i lain untuk mengerjakan

proposal, laporan KP dan Skripsi.

3. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman kerja yang sebenarnya

secara praktis.

b. Sebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang

sebenarnya.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berapa nilai stripping ratio daerah penelitian?

2. Bagaimana rancangan teknis suatu pit penambangan ?

3. Bagaimana membuat penjadwalan tambang (mine scheduling)

untuk mencapai target produksi batubara ?

4. Bagaimana desain pit aktual berdasarkan situasi akhir kemajuan

penambangan (progress mine) ?

1.5 BATASAN MASALAH

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka perlu dibatasi

permasalahan yang akan dibahas yaitu:

1. Rancangan teknis penambangan yang dibuat bukanlah conceptual

design melainkan engineering desing (rekacipta).

2. Penelitian ini dibuat pada 1 lokasi pit di PT. Putra Perkasa Abadi
5

3. Rancangan teknis penambangan dilakukan dengan bantuan software,

pertimbangan skenario optimal didasarkan pada aspek tertentu.

4. Mine Scheduling dibuat untuk Shorterm Stage Plan atau Monthly.

(Optional)

5. Tahapan penambangan dibuat berdasarkan pertimbangan akses,

penanganan air (water management), orientasi geoteknik dan rangkaian

rancangan tahapan penambangan (sequence) sesuai dengan kriteria

teknis yang diberikan.

6. Tidak dilakukan pengkajian lingkungan.

7. Tidak membahas kualitas batubara dan litologi dianggap seragam.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERANCANGAN TAMBANG

Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape.

Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan

geologi, baik topografi maupun struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan

geologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan penaksiran

cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan penambangan.

Perangkat lunak minescape digunakan agar mempermudah proses pemodelan

geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan cadangan batubara, dan

memilih daerah yang lebih prospek sehingga menghasilkan proses

penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping ratio yang ditetapkan.

Menurut hasil penelitian Denny Tebay. Rancangan Teknis Penambangan

pada PT.Riau Bara Harum. UPN Veteran Yogyakarta. Hasil dari penaksiran

jumlah volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan batuan

antar seam batubara (interburden), dan jumlah volume batubara untuk proses

penjadwalan produksi disesuaikan dengan target produksi dan kualitas

batubara terutama kadar kalori batubara.

Minescape merupakan software mining system terpadu yang

dirancang khusus untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan

semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi,

perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan

6
7

sampai kepenjadwalan produksi tambang. Sub menu dari perangkat lunak

Minescape yang digunakan untuk melakukan perancangan tambang yakni:

1. Stratmodel

Untuk melakukan pemodelan geologi, dimulai dari

pembuatan peta topografi dengan memasukan data dari lapangan

yang berupa titik-titik koordinat daerah telitian, kemudian

diinterpolasikan membentuk garis-garis kontur. Pembentukan

topografi kedalam bentuk 3D, dilakukan dengan proses triagulasi,

yakni membentuk bidang dari setiap sisi antara garis-garis kontur

membentuk penampang 3D.

Peta topografi dapat dilihat pada Lampiran A-04. Setelah

pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan pengolahan data

pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor,

elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan nama seam

batubara yang didapat dari hasillog bor, data litologi meliputi: nama

titik bor, lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama

seam, batubara yang dapat dari.

Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data

kualitas batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam

batubara, kedalaman lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah

(floor), relative density, total moisture, inherent moisture, total

sulphur, kandungan abu (ash), dan calorific value atau kalori

batubara. Hasil pengolahan data lubang bor dan data kualitas


8

batubara tersebut menghasilkan gambar subcrop line batubara

yang berupa garis-garis yang menghubungkan out crop bagian floor

batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface. subcrop

line ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran

batubara dan mengetahui daerah yang paling banyak terdapat

endapan batubara.

Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada

daerah penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga

diharapkan dapat menghasilkan jumlah cadangan batubara yang

mineable cukup besar untuk memenuhi target produksi. Pemodelan

geologi selanjutnya yakni pembentukan kontur struktur batubara

lapisan bawah (floor) sebagai acuan perhitungan jumlah cadangan

batubara yang layak ditambang dan pembuatan desain geometri

penambangan. Pembuatan kontur struktur dilakukan pada setiap

seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data pemboran yang

membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor)

kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk

triangle dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor)

tersebut. Hasil dari pembuatan kontur struktur bagian bawah

lapisan batubara (floor) merupakan tampilan perlapisan batubara

yang berbentuk bidang yang membatasi lapisan batubara bagian

bawah dengan lapisan batuan atau inter burden.


9

Setelah kontur struktur bagian bawah batubara (floor)

terbentuk, dapat dilakukan penaksiran sumberdaya batubara secara

kasar atau belum dibatasi oleh stripping ratio yang di tentukan. Jika

dip direction batubara pada daerah telitian bersifat relatif terjal

misalnya antara 45-60° maka analisis daerah yang memiliki

stripping ratio yang sesuai dengan yang ditetapkan yakni lebih

mengarah pada perubahan kedalaman penambangan, dan juga

mengara pada perluasan daerah penambangan.

Analisis daerah tersebut menggunakan sistem resgraphic

yang dimiliki perangkat lunak minescape . Analisis ini bertujuan

untuk membandingkan daerah yang memiliki cadangan batubara

yang diinginkan berdasarkan rencana perubahan elevasi

penambangan. Sebelum dilakukan analisis daerah penambangan,

blok-blok penambangan dibagi lagi menjadi blok-blok kecil yang

berukuran 100 x 100m atau 50 x 50 m, supaya penaksiran menjadi

lebih detail. Pada hasil resgraphic, blok yang memiliki warna lebih

terang (cokelat) merupakan blok yang membatasi daerah yang

memiliki stripping ratio yang ditetapkan. Rencana elevasi

penambangan yang paling banyak menghasilkan produksi batubara

yakni pada elevasi hasil resgraphic tersebut. Dalam pembuatan

desain geometri penambangan, dilakukan secara daerah hasil

analisis resgraphic selesai dilakukan. Pembuatan desain geomentri

penambangan dengan stripping ratio yang ditetapkan, dapat


10

dilanjutkan ke elevasi berikutnya sehingga batas elevasi yang

masih dibatasi dengan blok yang memilikistripping ratioyang

diharapkan.

2. Open Cut

Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dalam minescape

untuk pembuatan desain geometri penambangan. Desain geometri

penambangan dilakukan setelah mendapatkan daerah yang

memiliki stripping ratio sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Daerah- daerah tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok

penambangan dengan penamaan missal : Blok 01, Blok 02, dan

seterusnya. Setiap blok- blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan

luasan yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis daerah

menggunakan resgrapich, batas luas wilayah penambangan (pit

limit) dan batas elevasi penambangan dapat ditentukan.

Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan desain geometri

penambangan secara keseluruhan dan dilakukan penaksiran jumlah

cadangan yang memiliki stripping ratio yang telah ditetapkan.

Dalam penaksiran cadangan awal, bertujuan untuk menaksir

jumlah cadangan yang dapat ditambang dengan stripping ratio yang

sesuai dan memperoleh data distribusi kualitas batubara. Data

distribusi kualitas batubara didasarkan pada data kualitas hasil

analisis laboratorium dari data coring pemboran eksplorasi.


11

2.2 PARAMETER-PARAMETER RANCANGAN (DESIGN)

2.2.1 Data Topografi Permukaan (Surface)

Secara detil Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil

digitasi yang tersimpan dalam file komputer, atau berupa file surface

titik ketinggian, termasuk drillholes, collars. Alternatif lain yaitu

memodelkan permukaan berdasarkan data titik ketinggian

menggunakan perangkat lunak seperti AutoCAD dan quicksurf,

globalmapper, google earth dan google scateup, maupun minescape

yang dibangun secara komputasi dengan metode triangulasi

membentuk tampilan 3 (tiga) dimensi.

2.2.2 Kemiringan Jenjang (Batter)

Pada awalnya sebuah desain pit dibuat dengan overall

slope sebesar 45o dan kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi

geoteknik dari material yang ada dalam pit tersebut. Batter dapat diatur

pada kemiringan 30-35o untuk overburden, meningkat 35-40o untuk

batuan yang lapuk dan hingga 55o untuk batuan fresh. Menurut Robert,

Hook dan Fish (1972) sebaiknya kemiringan lereng kurang dari 60o

pada kedalaman 65 m dan kurang dari 40o pada kedalaman 300 m.

2.2.3 Tinggi Jenjang

Ketinggian jenjang berbeda-beda untuk setiap pit. Tergantung

pada peralatan yang digunakan, kedalaman pit dan pada geologi lokal

atau derajat iklimnya. Lereng pada overburden yang lemah atau tidak

terkonsolidasi, atau pada tanah yang terekpos, relatif lebih tipis, kurang
12

lebih 2-5m. sebuah survey yang dilakukan Canadian Mining Journey

(1988) menunjukan bahwa untuk range yang lebar dari beberapa badan

bijih, lereng-lereng bervariasi tingginya 6-20m pada operasi tambang

yang besar, yang berproduksi 10.000 ton/hari penambangan padat

dioperasikan pada lereng dengan ketinggian 9m. pada continental pit,

Butte, Montana, terdapat lereng berketinggian 12m pada alluvium

hingga 24 m pada batuan kompeten. Operasi-operasi tambang yang

lebih kecil biasanya menggunakan lereng dengan ketinggian 6-8m.

2.2.4 Permukaan Lereng (Berm Face)

Permukaan lereng dapat dibedakan menurut jenis dari lereng

tersebut. Misalnya sebuah lereng aktif atau lereng kerja (working

Bench) dapat menggunakan pedoman stabilitas jangka pendek yaitu

lereng dapat dibuat relatif lebih terjal. Namun untuk lereng permanen,

pertimbangan utama yang digunakan adalah jangka panjang.

Permukaan lereng dapat di tentukan dan dicapai dengan pemilihan alat

yang tepat.

2.2.5 Lebar Berm

Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single

slope pada ketinggian yang ditentukan. Namun jika pit semakin dalam,

maka lebar jenjang juga semakin lebar. Berm dapat pula

merefleksikan ukuran coal deposit. Lebar dari jalan angkut yang

umunya mengikuti berm, ditentukan oleh ukuran truk yang


13

digunakan, yang relatif terhadap ukuran coal deposit dan kapasitas

produksi yang diharapkan.

2.2.6 Kedalaman Pit Bottom

Penentuan pit bottom (dasar pit) sangat tergantung pada

banyak faktor seperti perubahan stripping ratio, naiknya biaya

produksi dan pengangkutan, nilai mineral yang ditambang, ukuran

(jumlah) deposit, serta kapasitas mill dan produksi. Batas kedalaman

penambangan dapat dioptimisasi menggunakan prosedur-prosedur

optimisasi design seperti Lerch and Grossman.

2.2.7 Jalan Angkut (Haul Road)

Menurut hasil penelitian Abdul Salam. Analisis Mine

Scheduling Pada PT.Kutai Energi. Universitas Hasanudin. Jalan angkut

yang dibuat harus sesuai dengan jumlah lajur yang akan dibuat,

dan lebar alat angkut terbesar yang digunakan. Faktor ini biasanya

mengikuti proses design setelah kedalaman pit bottom didefinisikan.

Jalan angkut dirancang pada jenjang dasar kemudian mengikuti

naiknya jenjang kearah permukaan dengan gradient (kemiringan)

berkisar antara 8-12 %. Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang

melingkar keatas melalui dinding pit atau switchback yang hanya

melalui salah satu dinding pit (kemungkinan keberadaannya

dikarenakan kekuatan material pada dinding tersebut atau kapasitas

muat angkutnya yang cukup naik).


14

2.2.8 Faktor-faktor lain dalam Desain Geometri Penambangan

a. Informasi geoteknik

Hal ini termasuk detai dari kekuatan batuan, diskontinuitas

pada massa batuan dan hubungannya terhadap orientasi tiap face

penambangan yang akan dirancang (potensi munculnya longsoran).

b. Informasi Hidrogeologi

Informasi Hidrogeologi antara lain curah hujan tahunan,

daerah tangkapan hujan, sumbangan air tanah, kedalaman muka

air tanah, dan flktuasinya seperti; tekanan piezometrik, gradient

hidrolik, pororsitas, permeabilitas dan lapisan-lapisan yang akan

ditambang, drainase alami pada permukaan kemungkinan

keberadaan lapisan aquifer dan aquiclude, lokasi daerah yang

pernah banjir, dan lain sebagainya

c. Overburden

Hal yang harus diketahui antara lain kedalamanoverburden

yang harus dikupas

d. Kapasita produksi

e. Batas fisik

f. Lokasi + waste dump dan stockpile

g. Lokasi pengolahan

h. Sistem transportasi batubara dan overburden

Sistem transaportasi yang digunakan dapat berupa alat muat

angkut atau menggunakan belt conveyor.


15

2.3 TAHAPAN PENAMBANGAN

Tahapan Penambangan (Push Back) Merupakan bentuk-bentuk

penambangan (mineable geometris) yang menunjukan bagaimana suatu pit

akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit. Tujuan umum

dari pembuatan tahapan penambangan adalah untuk membagi seluruh volume

yang ada dalam pit kedalam unit-unit perancangan yang lebih kecil

(panel/strip) sehingga mudah di tangani.

Adanya tahapan penambangan akan memudahkan perancangan

tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam perancangan,

parameter waktu dapat mulai diperhitungkan, karena waktu merupakan

parameter yang sangat berpengaruh. Pada tahap perancangan, pada awalnya

diusahakan untuk mengkaitkan hubungan antara geometri penambangan

dengan geometri perlapisan batubara.

Dengan mempelajari tingkat perlapisan batubara dan topografi maka

akan diperoleh suatu cara untuk membuat strategi penambangan pit secara

logis dalam waktu yang relatif singkat. Tahapan-tahapan penambangan yang

dirancang secara baik akan memberikan akses kesemua daerah kerja dan

menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja tambang

secara efisien.

Salah satu hal terpenting adalah untuk memperlihatkan minimal satu

jalan angkut untuk setiap kemajuan tambang. Hal tersebut dilakukan untuk

memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan kemungkinan akses jalan


16

angkut seluruh permukaan kerja. Faktor yang mempengaruhi penentuan

tahapan penambangan antara lain :

a. Bentuk dan kemiringan perlapisan batubara

Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan akan

berbeda dengan perancangan penambangan untuk mineral bijih

termasuk dalam penentuan geometri lerengnya.

b. Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan)

Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase

overburden yang harus dipindahkan 1 ton batubara yang ditambang.

Hasil suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase

overburden dan batubara yang mengisi pit. Perbandingan antara

overburden dan batubara tersebut akan memberikan nisbah

pengupasan rata-rata suatupit.

c. Ultimate pit slope

Merupakan salah satu faktor teknis yang berarti kemiringan atau

batas luar tambang yang masih tetap stabil dan menguntungkan.

Ultimate pit slope akan berhubungan dengan geometri lereng yang

direncanakan. Hal ini berarti menentukan besarnya cadangan

batubara yang akan ditambang (tonase dan nilai kalorinya) yang

akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan batubara

tersebut. Ultimate pit slope juga akan berpengaruh terhadap

eksplorasi lanjut, tahap evaluasi dan tahap persiapan yang

didasarkan pada:
17

(a) BESR (Break Evet Stripping Ratio) yang ditentukan

(b) Sifat fisik dan mekanika batuan

(c) Struktur geologi (sesar, kekar, bidang perlapisan, dan bidang

geser)

(d) Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan.

Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik

akan memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan

ruang kerja untuk operasi peralatan dan manusia. Lebar ruang kerja

minimum yang digunakan pada saat penambangan sangat penting

ditentukan di awal perancangan agar alat-alat dapat berfungsi

optimum sesuai dengan rencana penambangan. Menurut Philip

G.Morrey, penentuan lebar minimum ruang operasi dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus

MWS = SWDT + RCR + DOR + TW/2 + SWDS

2.4 PENJADWALAN PRODUKSI

Proses penjadwalan produksi batubara dapat dilakukan setelah

dilakukan penaksiran seluruh cadangan batubara yang memenuhi stripping

ratio dilakukan. Penaksiran cadangan untuk penjadwalan produksi dilakukan

dengan perhitungan mundur ataupush backterhadap batasan wilayah

penambangan (pit limit ) yang telah ditentukan. Hasil dari penaksiran jumlah
18

volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan batuan antar

seam batubara (interburden), dan jumlah volume batubara untuk proses

penjadwalan produksi disesuaikan dengan target produksi dan kualitas

batubara terutama kadar kalori batubara.

Dari perhitungan penjadwalan produksi didapat jumlah produksi

lapisan tanah penutup (overburden), lapisan batuan antar seam batubara

(interburden), sehingga dapat dilakkukan penjadwalan penimbunan waste

dump, dan dilakukan desain geometri waste dump secara bertahap untuk

setiap tahunnya. Pada daerah telitian, overburden atau lapisan tanah penutup

dan lapisan batuan antar seam batubara (interburden) di gunakan metode

back filling sehingga dilakukan penimbunan didalam pit penambangan.

Perancangan tambang merupakan suatu tahap penting dalam rencana operasi

penambangan.

Perancangan tambang yang modern memerlukan pemodelan dari

sumberdaya yang akan ditambang. Model tersebut berupa gridded seam

model untuk endapan tabular seperti halnya batubara. Aspek penting dalam

pekerjaan perancangan tambang yaitu penentuan batas akhir penambangan,

dan penjadwalan produksi.

Berdasarkan waktu, perancangan dibagi menjadi :

1) Perancangan jangka panjang, perancangan komprehensif dari seluruh

cadangan yang ada dan nilai ekonominya: mengeksplorasi deposit yang

menguntungkan untuk memperkirakan ekstraksi dari keseluruhan

sumberdaya atau hingga cut-off point.


19

2) Perancangan jangka menengah, program-program yang lebih detil dan

saling berhubungan, seperti sasaran produksi tahunan.

3) Perancangan jangka pendek, control yang sangat detil terhadap

produksi harian.
20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1 Profile Perusahaan

PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (“PPA”) didirikan pada 27


Februari 2004 melalui Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2004 sebagai
sebuah perseroan yang mengemban tugas utama untuk mengelola aset-aset eks
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (“BPPN”), baik aset kredit, saham
maupun properti.

Setelah empat tahun berjalan, melalui Peraturan Pemerintah No. 61


Tahun 2008 tanggal 4 September 2008, Pemerintah memperluas maksud dan
tujuan PPA dengan menambah ruang lingkup tugas baru menjadi sebagai
berikut: pengelolaan aset eks BPPN; restrukturisasi dan/atau revitalisasi Badan
Usaha Milik Negara; kegiatan investasi; serta kegiatan pengelolaan aset Badan
Usaha Milik Negara.

Optimalisasi kinerja PPA juga terus diupayakan melalui penyempurnaan


strategi dan usaha guna mencapai kinerja terbaik. Empat belas tahun telah
berlalu, PPA masih tetap konsisten dalam menjalankan amanat untuk
memberikan kontribusi yang signifikan terutama dalam pembangunan
ekonomi negeri, sebuah sumbangsih bagi Indonesia.

Visi :Menjadi grup perusahaan investasi dan operasi terkemuka.

Misi :Meningkatkan nilai dan pertumbuhan usaha dengan mengkapitalisasi


jaringan akses ke pasar, mitra strategis dan kapital melalui perbaikan (turn
around) korporasi serta pengelolaan aset dan investasi.

20
21

Demi mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan investasi dan


operasi terkemuka, PT PPA telah melakukan pengelolaan aset eks-BPPN
secara konsisten dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian target
yang telah disepakati, kondisi keuangan, tingkat kesehatan dan penerapan
Good Corporate Governance (GGC) pada aset eks-BPPN serta BUMN yang
telah direstrukturisasi dan direvitalisasi. Misi Perseroan dalam menjalankan
usaha inti pengelolaan dan investasi aset negara secara sinergis serta
terintegrasi dengan BUMN lainnya.

3.1.1 Kondisi Umum Perusahaan


Secara administratif PT. PUTRA PERKASA ABADI berada pada
Mangkalapi, Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Wilayah izin usaha pertambangan PT. PUTRA PERKASA
ABADI dapat ditempuh dari Palangka Raya ke Banjarmasin melalui
jalan darat dengan lama perjalanan ± 4 jam, dari Banjarmasin melalui
jalan darat beraspal menuju Kemudian dari Kota Banjarmasin,
perjalanan dilanjutkan menuju Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) PT. PUTRA PERKASA ABADI Daerah Mangalapi, Kusan
Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu dengan lama perjalanan ± 5- 6..
3.1.2 Topografi
Topografi lokasi dari PT. Putra Perkasa Abadi bermacam-macam
dan sekitarnya umumnya adalah dataran (plain) yang tersusun dari
batuan sedimen seperti batupasir dan batulanau dengan topografi
bergelombang (undulating) hingga berombak (rolling) dengan
kemiringan lereng 16-25%, serta berada pada ketinggian 25-40 meter di
atas permukaan laut (mdpal).
3.1.3 Morfologi
Keadaan morfologi daerah sekitar wilayah konsesi PT. Putra
Perkasa Abadi dan sekitarnya merupakan morfologi perbukitan
bergelombang di bagian utara jalan utama (Jalan provinsi). Tinggi elevasi
22

berkisar antara 20-250 m diatas muka air laut. Sungai yang mengalir
kearah pantai umumnya berpola hamper parallel dan bersifat aktif.
Morfologi pedataran terbentang 5 – 10 km dari garis pantai ke arah
daratan.
3.1.4 Iklim dan curah hujan

Secara geografis, PT. Putra Perkasa Abadi terletak pada daerah


sekitar khatulistiwa sehingga beriklim tropis basah dan memiliki dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
3.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan

3.2 Kondisi Geologi

3.2.1 Geologi Regional


Secara regional, wilayah Tanah Bumbu merupakan bagian dari
satuan fisiografi pegunungan Meratus dan Cekungan Asam-Asam.
Cekungan Asam–Asam merupakan hasil dari block faulting pada
Paleosan sampai Zaman Tersier.
Secara regional, wilayah Tanah Bumbu termasuk dalam satuan
fisiografiMeratus High dan Cekungan Tanah Bumbu, dimana pada
cekungan ini tersingkap batubara. Cekungan Tanah Bumbu merupakan
hasil dari block faulting pada Paleosan sampai Zaman Tertier.
Pengendapan dalam cekungan ini mulai terjadi pada zaman Eosen
dengan kondisi transgresi laut. Siklus kegiatan Transgresi–Regresi akan
mempengaruhi kondisi cekungan yang ada di sekitar Asia Tenggara.
Transgresi laut mencapai puncaknya pada awal Miosen Tengah, yang
selanjutnya diikuti siklus regresi. Formasi Warukin terbentuk pada masa
regresi ini. Ketika terjadi lifting pada Meratus, formasi Dahor terbentuk
dan banyak mengandung endapan – endapan sungai. Tanah Bumbu
sendiri termasuk dalam formasi Warukin. Mengandung batupasir kuarsa
halus-kasar, konglomeratan (5-30 cm) dan batulempung (3-100 cm),
dengan sisipan batulempung pasiran dan batubara (20-50 cm) yang
23

terendapkan dalam lingkungan paralik dengan ketebalan diperkirakan


1250 m.
Area Tambang PT. Putra Perkasa Abadi merupakan bagian dari
Formasi Warukin dan Tanjung yang terbentuk pada pertengahan sampai
akhir zaman Miosen. Tipe batuan penyusun interbed merupakan
batupasir tidak kompak, batulempung, batulanau dengan banyak
perselingan seam sub bituminous.
 Luas konsesi PT. Putra Perkasa Abadi adalah 24,100 Ha
 Coal Bearing:
Formasi Warukin:
- block Batulaki
- block Sebamban (Atas & Bawah)
- block Girimulya Selatan
Formasi Tanjung:
- block Batulaki (km 21)
- block Girimulya Utara
3.2.2 Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta geologi lembar Banjarmasin 1712 yang di


keluarkan pusat penelitian dan pengembangan Geologi Bandung
berskala 1 : 250.000 wilayah kecamatan Tanah Bumbu di tempati oleh
batuan sedimen kapur, tersier dan kwarter. Urutan batuan sedimen
tersebut dari tua pada daerah penyelidikan adalah sebagai berikut :
1. Formasi Tanjung
Formasi tanjung ini berumur eosen dan terdiri dari batu pasir
kuarsa berbutir halus sampai kasar, dengan tebal perlapisan 50 – 150 cm,
struktur perlapisan cross beding ( silang siur ), sisipan batu lempung
berwarna abu abu, pada formasi ini dijumpai batubara berwarna hitam
mengkilap. Ciri formasi ini di jumpai adanya batugamping yang
berbentuk melensa dengan warna abu-abu cerah.
2. Formasi berai
24

Formasi ini di endapkan dalam lingkungan neritik dan ketebalan


formasi ini kurang lebih 1000 meter. Formasi ini diperkirakan berumur
oligosen-miosen awal. Pada formasi ini biasanya ditemukan
batugamping berwarna abu-abu cerah yang kaya akan cangkang-
cangkang kerang, bersisipan dan berwarna abu-abu.
3. Formasi warukin
Formasi warukin berumur miosen dan mempunyai hubungan tidak
selaras dengan formasi dohor. Formasi warukin ini di endapkan di atas
formasi berai dengan batuan penyusunnya seperti konglomerat,
persilangan batu lempung dan batu lanau yang mengandung batubara.
Satuan batuan tersebut di endapkan pada kondisi laut kala miosen tengah
dilingkungan paralik.
4. Formasi dahor
Formasi ini terendapkan dalam lingkungan paralas dengan
ketebalan formasi diperkirakan 250 meter, umurnya diduga plio-
plistosen, biasanya pada formasi ini dijumpai batupasir kuarsa kurang
padu, konglomerat dan batulempung lunak dengan sisipan lignit, kaolin
dan limonit.
5. Satuan batuan berumur holosen
Satuan batuan initersusun dari kerakal,krikil, pasir, lempung dan
lumpur, hasil sedimentasi dari batuan induknya yang sudah
tertransfortasikan (endapan Alluvial).

3.3 ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan kerja praktik di PT. Karunia

Wahananusa jobsite PIK Bengalon yaitu :

1. Buku Tulis Lapangan.


2. Alat Tulis.
3. Kamera digital
4. Laptop
25

5. Komputer Kantor Mine Plan


6. Alat Perlindungan Diri dan Pakaian Dinas Harian

3.4 TATA LAKSANA

3.4.1 Langkah Kerja

1. Orientasi Lapangan

2. Perumusan Masalah

Merumuskan semua permasalahan yang menjadi latar belakang

dibuatnya penelitian ini dan menentukan tujuan dari penelitian.

3. Studi Literatur

Mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan

penelitian dari buku materi acuan, buku diktat kuliah, buku diktat dari

perpustakaan diperusahaan, jurnal yang terkait, dokumen-

dokumen yang bisa didapatkan dari perusahaan, dan laporan dari

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulan selama dan sesudah kegiatan dilapangan

dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:

A. Data Primer
Pengambilan data lapangan dilakukan dengan melakukan

pengambilan langsung di lapangan berupa data mine operational cost,

produksivitas alat, jumlah alat berat yang bekerja pada satu fle

B. Data Sekunder
26

Pengambilan data sekunder didapatkan diperusahaan yaitu :

1. Data Hidrologi

Data yang dibutuhkan digunakan untuk memilih tahapan

penambangan yang optimal dan menentukan cara terbaik dalam

penanganan masalah air.

2. Data Geoteknik

Data geoteknik yang diperlukan adalah untuk membuat

desain pit, meliputi kemiringan jenjang, tinggi jenjang, lebar berm,

mine road.

3. Data Logbor, Topografi, collar dan assay.

4. Data Pendukung

Peta lokasi penelitian meliputi peta geologi, geomorfologi,

topography, Spesifikasi alat dan jumlah alat yang tersedia.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan nilai dari

parameter yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder

C. Pengolahan data

1. Membuat permodelan geologi

Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu

dilakukan permodelan geologi, baik topografi maupun

struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan geologi ini bertujuan

untuk mendapatkan data dalam melakukan penaksiran cadangan


27

batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan penambangan.

Untuk melakukan pemodelan geologi, dimulai dari pembuatan peta

topografi dengan memasukan data dari lapangan yang berupa titik-

titik koordinat daerah telitian, kemudian diinterpolasikan

membentuk garis-garis kontur. Pembentukan topografi kedalam

bentuk 3D, dilakukan dengan proses triangulasi, yakni membentuk

bidang dari setiap sisi antara garis-garis kontur membentuk

penampang 3D.

Setelah pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan

pengolahan data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor,

koordinat titik bor, elevasi titik bor, kedalaman lubang bor,

ketebalan dan nama seam batubara yang didapat dari hasillog bor,

data litologi meliputi: nama titik bor, lapisan atas (roof),

kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam, batubara yang dapat

dari hasil log Bor, dan kode litologi. Dalam pengolahan data

pemboran, juga disertakan data kualitas batubara yang meliputi:

nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman lapisan atas (roof),

kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total moisture,

inherent moisture, total sulfhur, kandungan abu (ash), dan calorific

value atau kalori batubara. Hasil pengolahan data lubang bor dan

data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambar subcrop line

batubara yang berupa garis-garis yang menghubungkan out crop

bagian floor batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface.


28

subcrop line ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran

batubara dan mengetahui daerah yang paling banyak terdapat

endapan batubara.

2. Perhitungan volume sumberdaya dan overburden

Sebelum dilakukan perhitungan cadangan, yakni perlu

dilakukan pembentukan kontur struktur batubara lapisan bawah

(floor) sebagai acuan perhitungan jumlah cadangan batubara

yang layak ditambang dan pembuatan desain geometri

penambangan. Pembuatan kontur struktur dilakukan pada setiap

seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data pemboran

yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor)

kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk

triangle dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut.

Hasil dari pembuatan kontur struktur bagian bawah lapisan

batubara (floor) merupakan tampilan perlapisan

batubara yang berbentuk bidang yang membatasi lapisan

batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau inter burden.

Setelah kontur struktur bagian bawah batubara (floor) terbentuk,

dapat dilakukan penaksiran sumberdaya batubara secara kasar

atau belum dibatasi oleh stripping ratio yang di tentukan.

3. Penentuan batas Stripping Ratio (SR) berdasarkan sistem

Resgraphic kemudian menghitung total cadangan


29

Analisis ini bertujuan untuk membandingkan daerah yang

memiliki cadangan batubara yang di inginkan berdasarkan rencana

perubahan elevasi penambangan. Sebelum dilakukan analisis

daerah penambangan, blok-blok penambangan dibagi lagi menjadi

blok-blok kecil yang berukuran 100 x 100 m atau 50 x 50 m,

supaya penaksiran menjadi lebih detail. Berdasarkan data

tersebut, dapat dilakukan penaksiran jumlah cadangan yang

memiliki stripping ratio yang telah ditetapkan. Dalam penaksiran

cadangan awal, bertujuan untuk menaksir jumlah cadangan yang

dapat ditambang dengan stripping ratio yang sesuai dan

memperoleh data distribusi kualitas batubara. Data distribusi

kualitas batubara didasarkan pada data kualitas hasil analisis

laboratorium dari data coring pemboran eksplorasi.

4. Desain Pit ( Geometri Penambangan)

Desain geometri penambangan dilakukan setelah

mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio sesuai dengan

yang telah ditetapkan. Daerah-daerah tersebut kemudian dibentuk

menjadi blok-blok penambangan dengan penamaan misal : Blok

01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap blok-blok tersebut dibatasi

oleh poligon dengan luasan yang berbeda-beda. Berdasarkan

analisis daerah menggunakan resgrapich, batas luas wilayah

penambangan (pit limit) dan batas elevasi penambangan dapat


30

ditentukan. Setelah itu, dipakai data rekomendasi geotenik untuk

membuat jenjang, mine road (ramp), overall pit slope, dll.

5. Perancangan penambangan

Penulis akan membuat berbagai skenario penambangan,

kemudian dipilih yang paling optimal untuk dilakukan. Penentuan

skenario optimal ini dilakukan dengan membagi blok

penambangan menjadi beberapa section, kemudian dilakukan

pengkajian dari aspek safety factor, cost dan produksi.

6. Penjadwalan tambang

Dari skenario penambangan yang paling optimal, dibuat

penjadwalan penambangan untuk capai target coal getting

7. Penarikan Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan, perhitungan,

dan analisis data dilapangan. Kemudian dihasilkan suatu

rekomendasi yang bermanfaat bagi perusahaan. Serta saran-saran

agar apa yang direkomendasikan bisa dilaksankan oleh perusahaan.

8. Presentasi

3.5.2 Metode

Di dalam melaksanakan kerja praktik ini, penyusun menggunakan

beberapa metode, yaitu :

a. Metode Observasi ( Pengamatan )

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung di lapangan.
31

b. Metode Interview ( Wawancara )

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan

secara langsung di lapangan dan di kantor oleh pembimbing lapangan

dari pihak Mine Plan perusahaan PT. Putra Perkasa Abadi.

c. Metode Pustaka

Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai rancangan

peledakan, baik berupa data yang diperoleh dari bangku kuliah maupun

dari sumber lain di luar bangku kuliah.


32

3.5.3 Bagan Alir

START

Tujuan:
1. Mengetahui nilai Stripping Ratio daerah penelitian
2. Membuat rancangan teknis suatu pit penambangan.
3. M embuat penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk mencapai
target produksi batubara.
4. Mendesain pit aktual berdasarkan situasi akhir kemajuan penambangan
(progress mine).

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


1. Data mine operational cost 1. Data Hidrologi
2. Produksivitas alat 2. Data Geoteknik
3. Jumlah alat berat yang 3. Data Logbor, Topografi, collar
bekerja pada satu fleet dan assay.
4. Data Peta Lokasi Penelitian
5. Data Spesifikasi alat

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Finish

Bagan 3.1 Alir Penelitian


33

3.5.4 Waktu Penelitian

Tugas Penelitian dilakukan selama 8 minggu yaitu dari tanggal 27

Juli 2018 sampai dengan 14 September 2018 di Department Mine Plan

di PT. Putra Perkasa Abadi, Mangkalapi, Kusan Hulu, Kabupaten Tanah

Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, dengan rincian pelaksanaan

kegiatan di bawah ini:

Bulan
Juli Agustus September Oktober November
No. Kegiatan
IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan
2 Studi Literatur
3 Konsultasi Proposal
4 Seminar Proposal
5 Revisi Proposal
6 Observasi Lapangan
7 Pengambilan Data
8 Pengolahan Data
9 Pembuatan Laporan
Presentasi Laporan
10
(Diperusahaan)
Revisi & Konsultasi
11
(Diperusahaan)
Konsultasi Hasil
12
Tugas Akhir
13 Seminar Hasil
14 Revisi Seminar Hasil
15 Ujian Akhir
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhala S, Teknologi Pertambangan di Indonesia,Pusat Penelitian dan

Pengembangan

2. Waterman S, (2010),Perencanaan Tambang, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

3. Waterman S, (2006),Modul Praktikum Simulasi dan Komputasi,

Jurusan Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta,

Yogyakarta

4. Yanto I, (2010), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

5. Arief dan Irwandy, 2003, Buku Ajar Perencanaan Tambang ,

Departemen Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung,

Bandung.

6. Prodjosumarto, Partanto, 1993, Diktat Kuliah Pemindahan Tanah

Mekanis . Departemen Teknik Pertambangan, Institut Teknologi

Bandung, Bandung

Anda mungkin juga menyukai