OLEH : PUTRI MUTMAINAH NIM. DAB 116 069 PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DI KALIMANTAN TENGAH MENGGUNAKAN MIKROBAKTERI BACILLUS SUBTILIS
Tanah di Kalimantan Tengah sebagian besar merupakan kelompok tanah
gambut dan tanah lempung. Jenis tanah ini umumnya sangat mudah dipengaruhi kadar air serta memiliki daya dukung tanah yang rendah. Pembangunan di atas tanah ini akan menghadapi beberapa masalah geoteknik, salah satunya adalah masalah stabilitas dan penurunan yang besar. Kerusakan struktur bisa terjadi jika kekuatan tanah tidak memenuhi standar konstruksi akibat penurunan tanah terutama pada jenis tanah yang memiliki potensi penurunan yang besar seperti tanah lempung. Demi meningkatkan daya dukung tanah, saat ini telah banyak dilakukan berbagai cara untuk stabilisasi tanah contohnya dengan bahan kimia seperti kapur, semen, dan fly ash yang merupakan metode stabilisasi yang paling populer. Selain itu alternatif bio stabilisasi ramah lingkungan juga semakin berkembang dengan pemanfaatan mikroorganisme. Penggunaan mikrobakteri sebagai bahan bioremediasi merupakan alternatif yang potensial karena lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Peningkatan daya dukung tanah dengan mikroorganisme merupakan salah satu metode yang baik untuk diaplikasikan karena metode tersebut ramah lingkungan. Mikroorganisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis. Karakteristik tanah yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah tanah lempung Kalimantan Tengah dengan melakukan pengujian kuat tekan bebas. Metode pelaksanaannya ialah dengan pengujian pemadatan, kadar air, dan batas Atterberg pada tanah lempung. Tanah lempung terlebih dahulu dicampurkan dengan bakteri dengan variasi jumlah larutan bakteri, setelah itu diperam dengan variasi waktu yang berbeda. Tanah dasar yang baik dan stabil merupakan syarat bagi kemampuan konstruksi dalam memikul beban di atasnya. Apabila suatu tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan dan mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus dilakukan perbaikan tanah sehinga dapat memenuhi syarat-syarat teknik yang diperlukan. Dalam perencanaan jalan raya misalnya, daya dukung tanah dasar sangat memengaruhi tebal perkerasan. Semakin tinggi kuat dukung tanah, maka tebal perkerasan yang diperlukan akan semakin tipis untuk menahan beban lalu lintas. Hal ini selain akan memperkecil kemungkinan kerusakan konstruksi, juga akan menguntunngkan dari segi biaya. Kebutuhan infrastruktur sipil untuk pertanian dan non-pertanian membuka peluang untuk teknologi yang berkelanjutan yang memenuhi persyaratan sosial dengan pembiayaan efisien dan berdampak negatif rendah. Pengendalian dan modifikasi sifat-sifat tanah sangat penting untuk aplikasi geoteknik, geolingkungan, pertanian, dan yang lainnya. Praktek yang umum digunakan di bidang konstruksi adalah dengan menyuntikkan bahan sintetik ke dalam lapisan bawah permukaan melalui teknik pengisian celah dengan aliran bahan kimia untuk mengikat partikel tanah dan meningkatkan sifat-sifat tanah untuk keteknikan, seperti kekuatan, daya tahan beban, dan permeabilitas. Bagaimanapun juga, bahan sintetik mahal, sulit didistribusikan secara merata dan dapat memasukkan bahan berbahaya ke dalam tanah. Perbaikan sifat geoteknik tanah dapat dicapai dengan memanfaatkan proses biologi alami (DeJong et al., 2009). Usaha-usaha untuk memperbaiki sifat tanah yang mengandung sifat kembang susut besar telah banyak dilakukan dengan metode stabilisasi tanah, di antaranya menggunakan metode grouting yang tidak ramah lingkungan yang biasanya berupa suspense (semen, lempung-semen, pozzolan, bentonite, dsb) atau emulsi (aspal, dsb) (Takaendengan P,P, 2013). Kini, metode bioremediasi dengan mikrobakteri Bacillus subtilis merupakan salah satu alternatif ramah lingkungan yang dapat memperbaiki karakteristik tanah dengan meningkatkan kekuatan tanah pondasi bangunan, mengurangi kompressibilitas dan permeabilitas, dan mengurangi variasi volume dari pengembangan (Hasriana dkk, 2017). Keuntungan pemakaian bakteri Bacillus subtilis ini dapat membantu mengurangi pencemaran tanah maupun lingkungan. Penelitian rekayasa geoteknik menggunakan mikrobakteri telah banyak dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia. Hal ini dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian rekayasa geoteknik terhadap tanah lempung untuk meningkatkan daya dukung tanah di Kalimantan Tengah. Beberapa penelitian laboratorium tentang stabilisasi tanah dengan mikroorganisme menjadi bahan acuan dan pertimbangan penelitian ini, yaitu Karakteristik Kuat Geser Tanah dengan Metode Stabilisasi Biogrouting Bakteri Bacillus Subtilis, Angelina Lynda (2013), penelitian ini menggunakan sampel tanah pasir berlempung dengan bahan stabilisasi bakteri Bacillus subtilis. Penelitian ini mengacu pada hasil stabilisasi optimum dari mikroorganisme dengan variasi larutan dan waktu pemeraman. Bakteri Bacillus subtilis diinjeksikan pada tanah pasir berlempung dengan variasi larutan 1x, 2x, dan 3x injeksi atau 2cc, 4cc, dan 6cc. Tanah yang telah diinjeksikan mikroorganisme diperam selama 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Karakteristik mekanis yang ditinjau ialah sudut geser dan nilai kohesi yang berasal dari pengujian geser langsung. Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan nilai kohesi sebesar 297% terhadap nilai sampel tanah asli serta terjadi peningkatan nilai sudut geser dalam sebesar 6,86% terhadap nilai sudut geser dalam tanah asli. Hariana dkk., 2017, Pengaruh Penambahan Bakteri (Bacillus Subtilis) pada Tanah Lunak Terhadap Karakteristik Kuat Tekan. Penelitian ini untuk menentukan karakteristik tanah lunak yang dicampur larutan konsentrasi bakteri Bacillus subtilis dengan melakukan pengujian kuaut tekan Unconfined Compression Test (UCT). Medium larutan konsentrasi bakteri yang digunakan adalah Bacillus subtilis kultur 6 hari dengan komposisi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% pada kondisi kepadatan optimum. Waktu pemeraman dilakukan selama 3, 7, 14, dan 28 hari setelah pembuatan benda uji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan optimum didapatkan pada penambahan larutan konsentrasi bakteri Bacillus subtilis 6% dengan waktu pemeraman 28 hari. Peningkatan nilai kuat tekan dari 26 kN/m2 menjadi 382,86 kN/m2 atau sebesar 15 kali dari tanah tanpa stabilisasi. Hal ini menunjukkan penggunaan larutan konsentrasi bakteri Bacillus subtilis cukup signifikan meningkatkan nilai kuat tekan. Daerah Kalimantan Tengah yang sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan tanah lempung, sekarang telah banyak ditemukan bangunan infrastruktur dari konstruksi bangunan gedung hingga konstruksi perkerasan jalan. Lempung dapat didefinisikan sebagai susunan partikel yang ukurannya kurang dari 0,002 mm (Das, 1995). Menurut Hardiyatmo (2010), sifat-sifat yang ada pada tanah lempung adalah ukuran butiran-butiran halusnya lebih besar dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler yang tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi, dan proses konsolidasi lambat namun besar. Bioremediasi merupakan penggunaan pengaruh mikrobakteri dalam memperbaiki struktur tanah. Jenis mikrobakteri yang dijadikan sebagai bahan bioremediasi dalam penelitian ini yaitu Bacillus Subtilis. Bacillus adalah golongan bakteri pengurai bahan organik (heterotrof) dan penghasil senyawa antimikroba serta hasil metabolisme yang membantu proses penguraian limbah. Akumulasi massa sel yang terjadi pada mikrobakteri, slime ekstraselular polisakarida dan gas yang dihasilkan oleh mikrobakteri yang berada pada tanah akan membuat tanah lebih impermeabel terhadap air serta meningkatkan kuat gesernya (Ivanov dkk, 2008). Penggunaan mikrobakteri ini dapat menghasilkan kalsit/kristal kalsium karbonat yang bisa merubah butiran pasir menjadi batuan pasir. Mikrobakteri Bacilluss subtilis merupakan salah satu bakteri yang menghasilkan senyawa eksopolisakarida. Senyawa tersebut berfungsi sebagai perekat partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) dan bahan organik. Proses perkembangbiakan bakteri menghasilkan kalsit dalam tanah yang menyebabkakn terjadinya pembesaran partikel-partikel yang ada di dalam tanah dan merubah susunan struktur partikel tanah sehingga mengakibatkan membesarnya nilai tegangan dalam tanah. Mikroorganisme memiliki tahap pertumbuhan dengan waktu yang berbeda-beda, tergantung dengan nutrisi yang tergantung di dalam lingkungannya (M. Natsir Djide dan Sartini, 2012). Bakteri yang dicampurkan pada tanah mengkatalis urea sehingga melepas ion karbonat, yang selanjutnya akan terikat dengan ion kalsium dari CaCl2 dan mempresipitasikan Kalsium Karbonat/kalsit. Kalsit inilah yang mengikat partikel tanah satu sama lain. Proses tersebut bekerja pada tingkat pori-pori yaitu memperbaiki kondisi tanah dengan meningkatkan kekuatan dan kekakuan (stiffness) (Alam Tronics, 2011). Pemikiran tentang pemanfaatan mikroba untuk perbaikan sifat mekanis tanah didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa jenis mikroba mampu memantabkan agregat (Santi & Goenadi, 2012) melalui perekatan partikel tanah oleh ekstrapolisakarida yang diproduksinya. Di sisi lain, ada mikroba sejenis yang mampu mengendapkan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit (mineral liat CaCO3). Masing-masing proses tersebut yang pertama disebut dengan istilah microbial induced calcite precipitation (MICP) (DeJong et al., 2009) sedang yang kedua disebut sebagai microbialinduced calcium carbonate precipitation (MICCP) (Williams et al., 2016). Proses yang sebenarnya sama ini mengacu pada pemanfaatan mikroba penghasil enzim urease (ureolytic bacteria) (Wei et al., 2015; Putra et al., 2016). Perbaikan tanah yang dimediasi secara hayati memiliki sifat-sifat yang unik dengan keunggulan potensial lebih baik dibandingkan dengan teknik perbaikan tanah secara konvensional. Keunggulan dari teknik ini terletak pada proses bio-geo-kimia yang secara efektif memacu pengendapan mineral. Teknik MICCP tersebut dianggap salah satu teknik yang menjanjikan untuk perbaikan tanah yang dimediasi oleh mikroba (DeJong et al., 2011; Martinez et al., 2013). Bagaimanapun juga, hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan masih memaparkan tingkat awal dan belum ada yang sampai mencobanya pada tingkat aplikasi. Besarnya peluang aplikasi dari teknologi ini mendorong kalangan ilmuwan konstruksi (teknik sipil) bekerjasama dengan ilmuwan biologi (mikrobiologi tanah) untuk menciptakan teknologi yang dibutuhkan. Suatu kolaborasi yang tidak pernah terpikirkan pada satu atau dua dekade yang lalu. Kolaborasi antara ahli konstruksi dan ahli mikroba dimulai dengan ditemukannya aplikasi bakteri pembentuk spora yang mampu menutup retakan mikro pada beton. Edvardsen (1999); Li & Yang (2007) melaporkan bahwa penutupan retakan beton oleh bakteri hanya terkait dengan retakan mikro berukuran 0,1-0,2 mm. Kemudian peneliti dari Belanda, yaitu Henk Jonker sejak tahun 2007 mempelajari teknologi aplikasi mikroba untuk penutupan retakan mikro pada beton (Jonker, 2007). Sejak saat itu minat peneliti untuk mempelajari aplikasi mikroba pada kegiatan konstruksi makin meningkat (Xu & Yao, 2014); deKoster et al. (2015), and Zhang et al. (2016). Di dalam negeri laporan hasil penelitian tentang teknologi ini masih sangat terbatas, walaupun publikasi non-ilmiahnya cukup banyak. Salah satunya adalah hasil penelitian Adriyati (2014) yang mempelajari komposisi bakteri Bacillus subtilis dengan metode pengkapsulan hydrogel dalam aplikasinya di beton pulih-sendiri (self-healing concrete). Aplikasi metode ini ke depan dipandang sangat prospektif mengingat kebutuhan pembangunan fisik yang meningkat terus-menerus dan hambatan- hambatan sifat tanah yang tidak mampu mendukung persyaratan yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan teknologi konvensional yang menggunakan bahan-bahan kimia, bioremediasi dengan mikroorganisme ini dianggap jauh lebih murah dan tidak berbahaya sehingga mengurangi atau meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan. Melalui mekanisme poduksi enzim, tingkat perekatan partikel tanah dan panjang waktu perlakuan dapat diselaraskan untuk mencapai tingkat perekatan yang optimal (DeJong et al., 2009). Untuk dapat meningkatkan dari laboratorium ke skala lapangan diperlukan pemahaman tentang dasar-dasar geoteknik, hidrologi, biologi, dan kimia. Untuk dapat mengimplementasikan teknologi ini di lapangan diperlukan satu rangkaian yang saling terkait dari penelitian skala laboratorium, pemantauan geofisik dari tanah yang diaplikasi, dan pembuatan model merupakan bagian yang penting karena melibatkan pertimbangan sifat-sifat hidrologi, kimia, biologi, dan geoteknik dari sistem perlakuan dan memungkinkan untuk melakukan optimasi perlakuan di tempat (in-situ). Aplikasi mikroorganisme terbukti tidak hanya terbatas di dalam bidang pertanian dan semua turunannya (pangan, kesehatan, dan lingkungan), tetapi terbukti juga memiliki peran penting di bidang keteknikan sipil. Bioremediasi yang ramah lingkungan, mudah, dan murah menjadi sangat penting untuk mencapai efisiensi dan manfaat yang optimal. Pemanfaatan mikroorganisme khususnya bakteri Bacillus subtilis yang memfasilitasi pembentukan kalsit dapat menjadi salah satu metode penyelesaian untuk perbaikan sifat mekanis atau daya dukung tanah. Bagaimanapun juga, penelitian perlu terus dilanjutkan guna menjawab tantangan ke depan khususnya menyangkut aplikasi secara luas dari perlakuan setempat dan ketahanan kinerja jangka panjang bioremediasi yang didorong dengan penggunaan mikroba. DAFTAR PUSTAKA
Hasriana, Samang, L., Djide, M.Natsir, Harianto, T. (2017). Pengaruh Penambahan
Bakteri (Bacillus Subtilis) pada Tanah Lunak Terhadap Karakteristik Kuat Tekan. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 11. Universitas Tarumanagara, Jakarta, hal. 101-108. Takaendengan P,P, S. Monintja, J.H.Tieoh, J.R.Sumampouw. Pengaruh Stabilisasi Semen Terhadap Swelling Lempung Ekspansif, Jurnal Sipil Statis. Vol1. No 8. Mei 2013. Bowles, J.E. (1993), Alih Bahasa Ir. Johan Kelana Putra Edisi Kedua, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hardiyatmo, Hary Christady (2013). Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Lynda, Angelina (2013), Karakteristik Kuat Geser Tanah Dengan Metode Stabilisasi Biogrouting Bakteri Bacillus Subtilis, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Vera Tumanan, Imelda (2014). Studi Karakteristik Mekanika Tanah Organik Terstabilisasi Bakteri Bacillus Subtiliiis. Terzaghi, K dan R. B Peck (1987), Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa I, Alih bahasa Bagus, W., dan K. Benny, Erlangga, Jakarta. Tronics, Alam (2011). Studi Awal Pemanfaatan Teknik Biogrouting pada Tanah Pasir untuk Proses Sementasi, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Stabilisasi Tanah Lempung Menggunakan Pasir Laut Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas (Studi Kasus Jalan Mangkualam Kecamatan Cimanggu - Banten)