Puji dan syukur Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, dan karunia-Nya
sehingga penyusun Tugas Besar Sistem Transportasi dapat diselesaikan dengan lancar sebagai
salah satu syarat yang harus di penuhi untuk menyelesaikan Mata Kuliah Sistem Transportasi.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas bantuan, bimbingan
dan dorongan dari semua pihak yang terkait, yaitu :
v
DAFTAR ISI
v
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalan Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) .................................. 10
Gambar 2.2 Jalan Empat Lajur Dua Arah Tak Terbagi. ............................................. 10
Gambar 2.4 Jalan Enam Lajur Dua Arah Terbagi (6/2 D) .......................................... 10
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Faktor Bobot Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan.. ........................................17
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar
Bahu (FCsf) Pada Jalur Jalan Perkotaan Dengan Bahu Jalan. .....................................................21
Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping Dan Jalan
Kereb Penghalang (FCsf) Pada Jalur Jalan Perkotaan Dengan Kereb. ........................................22
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs). ........................................23
Tabel 2.9 Hubungan Volume Per Kapasitas (V/C) Dengan Tingkat Pelayanan Untuk Lalu
Lintas Dalam Kota. ......................................................................................................................25
Tabel 2.10 Hubungan Volume Per Kapasitas (Q/C) Dengan Tingkat Pelayanan Untuk Lalu
Lintas Dalam Kota. ......................................................................................................................27
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan di Kota Palangka Raya sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Sejalan dengan itu, kebutuhan akan sarana dan prasarana perhubungan yang baik sebagai
Prasarana jalan yang baik akan memudahkan pergerakan manusia dan barang. Kota
Palangka Raya dengan pertumbuhan penduduk yang makin bertambah memerlukan suatu
jaringan yang terencana, baik dari segi ekonomi maupun segi teknis yaitu keamanan dan
kenyamanan bagi pemakai jalan. Pertambahan volume lalu lintas menyebabkan terjadinya
penambahan kepadatan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas yang tidak seimbang dengan
kapasitas jalan dapat menimbulkan masalah seperti kemacetan serta terjadinya kecelakaan
Kemacetan lalu lintas yang sebagian besar dapat terjadi pada jalan perkotaan, jalan 4
optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada. Umumnya pemanfaatan jalan akan
semakin meningkat dan kepadatan arus lalu lintas akan semakin tinggi seiring dengan
bertambahnya waktu. Jalan perkotaan merupakan konflik lalu lintas yang rawan kecelakaan
Jalan Ahmad Yani yang ada di Kota Palangka Raya merupakan salah satu jalan yang
banyak dilalui di Kota Palangka Raya. Disekitar daerah jalan, terdapat Pasar, Pertokoan dan
v
tempat-tempat lain yang menimbulkan bangkitan perjalanan. Pada saat jam tertentu, jalan
ini cukup padat karena banyaknya pergerakan kendaraan yang berasal dari wilayah sekitar
maupun dari luar wilayah tersebut karena adanya berbagai fasilitas umum. Jalan Ahmad
Yani juga dapat berfungsi sebagai jalan menuju kawasan pasar besar kota Palangka Raya.
Dengan kondisi jalan tersebut sekarang perlu analisa yang matang sehingga konflik yang
2. Bagaimana Sebaran Perjalanan (MAT) yang terjadi di Jalan Ahmad Yani disekitar
Pasar?
1. Penelitian ini hanya menganalisis kinerja Jalan Ahmad Yani disekitar Pasar.
2. Penelitian ini mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997.
3. Data arah lalu lintas diambil seelama 1 jam yang dilakukan pada jam tertentu ( pagi dan
malam )
v
1.4 Tujuan Penelitian
1. Berdasarkan kapasitas Jalan Ahmad Yani sebagai jalan dalam perkotaan, kita dapat
mengetahui bagaimana Kinerja Jalan (MKJI) yang terjadi. Tentu hal ini akan menjadi
suatu pertimbangan dari Instansi tertentu atau pihak-pihak yang terkait dalam
perbaikan jalan. Terutama dalam upaya untuk mengurangi tingkat kepadatan jalan
agar sesuai dengan kapasitas jalan yang ada demi keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan.
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk para peniliti muda selanjutnya untuk mengetahui
sebaran perjalanan di Jalan Ahmad yani disekitaran Pasar, Kota Palangka Raya
v
1.6 Lokasi Penelitian
1. Jalan Ahmad Yani disekitar Pasar. merupakan salah satu jalan dalam perkotaan yang
berada di Kota Palangka Raya. Peta jalan lokasi penelitian di tunjukan oleh gambar 1.1.
Lokasi
Penelitian
Lokasi
Penelitian
v
KAWASAN PERTOKOAN
SPBU
KAWASAN PASAR BESAR
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.Tipe Jalan
melintang jalan yang ditunjukan oleh jumlah lajur dan arah pada setiap
Tipe jalan untuk jalan perkotaan yang digunakan dalam MKJI 1997 di
v
Gambar 2.1 Jalan Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD)
v
Gambar 2.5 Jalan Satu Arah (1-3/1)
perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu
lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur lalu lintas yaitu
bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh
satu rangkaian
kendaraan dalam satu arah. Lebar lalu lintas merupakan bagian jalan yang
lapangan
v
2.1.3. Kereb
jalan dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu (MKJI 1997).
jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi/
2.1.4. Trotoar
pejalan kaki (pedestrian). Untuk kenyamanan pejalan kaki maka trotoar harus
dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb.
v
2.1.5. Bahu Jalan
kecelakaan,
Median adalah jalur yang terletak di tengah jalan untuk membagi jalan
setiap
mata pengemudi baik pada siang hari maupun malam hari serta segala cuaca
v
2. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan
Dalam proses, bangkitan perjalanan ini dianalisis secara terpisah menjadi dua bagian,
yaitu :
v
dengan jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu. Pengukuran volume lalu
lintas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penghitungan secara manual dan otomatis.
Menurut Kamus Istilah Pekerjaan Umum, volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan
waktu tertentu.
Studi – studi volume lalu lintas pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan :
Volume lalu lintas dalam satu arah untuk setiap bagian rute dan untuk setiap kelas
kendaraan di dapat dengan rumus sebagai berikut :
𝒙+𝒚
q= ……. 2.1
𝒕𝒂+𝒕𝒘
Keterangan :
q = jumlah kendaraan ( kelas tertentu ) per menit dalam arah arus yang ditentukan.
x = jumlah kendaraan ( kelas yang sama ) yang dijumpai bergerak melawan arus lalu
lintas.
y = jumlah kendaraan ( kelas yang sama ) yang mengejar kendaraan penguji dikurang
jumlah yang terkejar pada saat kendaraan penguji bergerak searah arus lalu
lintas.
ta = waktu perjalanan, dalam menit, dari kendaraan penguji yang bergerak melawan
arus.
tw = waktu perjalanan, dalam menit, dari kendaraan penguji yang bergerak searah
dengan arus lalu lintas.
v
2.4 Sebaran Perjalanan
Sebaran perjalanan adalah jumlah perjalanan yang berasal dari satu
zona/wilayah asal(i) kezona/wilayah tujuan (j)
v
Tabel 2.1 Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan
Daerah
pemukiman : jalan
Sangat Rendah VL < 100
dengan jalan
samping.
Daerah
pemukiman :
Rendah L 100 – 299 beberapa
kendaraan umum
dan sebagainya.
Dearah industri :
Sedang M 300 – 499 beberapa toko di
sisi jalan.
Daerah komersial :
Tinggi H 500 – 999 dengan aktivitas
sisi jalan tinggi.
Daerah komersial :
dengan aktivitas
Sangat Tinggi VH >1000
pasar di samping
jalan.
v
Sedangkan nilai dari faktor bobot untuk hambatan samping adalah pada tabel
berikut ini:
EE
Kendaraan masuk dan keluar 0,7
V
SM
Kendaraan lambat 0,4
V
v
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Catatan
(smp/jam)
v
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas
Per lajur
3,00
Empat lajur terbagi atau 0,92
3,25
jalan satu arah 0,96
3,50
1,00
3,75
1,04
4,00
1,08
Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
Empat lajur tak terbagi
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
v
Total dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
Dua lajur tak terbagi
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Dua lajur
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
(2/2)
FCsp
Empat
1,00 0,987 0,97 0,955 0,94
lajur (4/2)
v
2.6.4 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian kapasitas jalan untuk hambatan
samping didasarkan pada lebar efektif dan kelas hambatan samping yang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu jalan dengan bahu dan jalan dengan kereb.
Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping dengan bahu jalan dapat
dilihat pada tabel berikut :
v
jalan satu L 0,92 0,94 0,97 1,00
arah
M 0,89 0,92 0,95 0,98
v
M 0,90 0,92 0,95 0,97
>3,0 1,04
v
2.7 Tingkat Pelayanan (LOS)
Tingkat pelayanan adalah perbedaan kondisi operasional yang terjadi pada suatu
jalan sewaktu jalan tersebut melayani berbagai macam volume lalu lintas.
MJKI 1997 jalan perkotaan menyebutkan kecepatan, waktu tempuh dan derajat
kejenuhan sebagai indikator untuk tingkat kinerja.
1. Tingkat Pelayanan A
Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.
Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum dan
minimum kondisi fisik jalan.
Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan.
2. Tingkat Pelayanan B
Kondisi arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai
dibatasi oleh kondisi lalu lintas.
Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan.
Pengemudi masih cukup punya kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
3. Tingkat Pelayanan C
Kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan
oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi.
Kepadatan lalu lintas meningkat dan hambatan internal meningkat.
Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau
mendahului.
4. Tingkat Pelayanan D
v
Kondisi arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi
arus.
Kepadatan lalu lintas sedang fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar.
Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk
waktu yang sangat singkat.
5. Tingkat Pelayanan E
Kondisi arus lebih rendah dari pada tingkat pelayanan D dengan volume lalu
lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah.
Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.
Pengemudi mulai merasakan kemacetan – kemacetan durasi pendek.
6. Tingkat Pelayanan F
Kondisi arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang.
Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama.
Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan diklasifikasikan berdasarkan volume (V) per
kapasitas (C) yang dapat ditampung ruas jalan itu sendiri.
Batas Kecepatan
Tingkat
Karakteristik lingkup Q/C ideal
pelayanan
V/C rasio (km/jam)
v
lintas rendah.
Pengemudi dapat
memilih kecepatan
yang diinginkan tanpa
hambatan (sangat
baik/sangat layak).
v
terkadang terhenti.
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan, klasifikasikan berdasarkan volume (Q) per
kapasitas (C) yang dapat ditampung ruas jalan iu sendiri.
Tingkat
Q/C Kecepatan ideal (km/jam)
Pelayanan
A ≤ 0,6 ≥ 80
B ≤ 0,7 ≥ 40
C ≤ 0,8 ≥ 30
D ≤ 0,9 ≥ 25
E ≈1 ≈ 25
F >1 < 15
v
a. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap
kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu. Derajat kejenuhan dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut ini :
V
DS = …. 2.3
C
Keterangan : DS = Derajat Kejenuhan
V = Volume Lalu Lintas
C = Kapasitas Jalan
v
BAB III
METODE PENELITIAN
v
3.5 Data Volume Arus Lalu Lintas
Data ini diperoleh dengan cara melalui rekaman video lalu lintas jumlah kendaraan, jenis
kendaraan, fasilitas jalan dan arah pergerakan arus lalu lintas yang melewati jalan
tersebut.Perekaman dilakukan selama 15 menit persesi dari pukul 08.20– 08.35 WIB dan 18.30
– 19.00 WIB. Untuk pencatatan volume lalu lintas jenis kendaraan dapat dikelompokkan menjadi
:
1. Kendaraan Ringan (Light Vehicles / LV) termasuk mobil penumpang, bus mikro, mobil bak
terbuka, station wagon, colt jeep dan truk mikro.
2. Kendaraan Berat (Heavy Vehicles / HV) termasuk bus, truk dua gandar, truk tiga gandar dan
kombinasi.
3. Sepeda Motor (Motor Cycles / MC) termasuk sepeda motor dan kendaraan roda.
4. Kendaraan Tak Bermotor (Unmotorized / UM) termasuk sepeda, becak, dokar dan kereta
dorong.
5. Angkutan umum (Angkot).
v
BAB IV
Faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kapasitas jalan adalah sebagai berikut :
a. Kapasitas dasar (Co) pada Jln.Ahmad Yani untuk tipe jalan (4/2 D) dari hasil
pencatatan di formulir UR-2 diperoleh Co = 1650 smp/jam.
b. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas (FCw)
untuk tipe jalan (4/2 D) dengan lebar jalur lalu lintas dengan lebar jalan rata –
rata 6,75 m dari tabel 2.4 diperoleh FCw = 1,00.
c. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah (FCsp) untuk empat lajur
dua arah (4/2 D) dan pemisah arah 50 % - 50% dari tabel 2.5 diperoleh FCsp
= 0,985.
d. Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping dan lebar bahu (FCsf),
untuk tipe jalan (4/2 D) dan lebar bahu efektif ≤ 0,5 m dengan kelas
Hambatan Tinggi ( H ) diperoleh dari tabel 2.6 dengan nilai FCsf = 0,84.
e. Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) dengan jumlah
penduduk di antara 100 - 500 ribu jiwa, dari tabel 2.8 diperoleh nilai FCcs =
0,90
f. Sehingga, diperoleh nilai kapasitas jalan (4/2D) :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 1228 smp/jam
v
4.1.2 Volume
Perhitungan Volume Lalu Lintas Jalan Ahmad Yani
Mobil = 85 x 1 = 85 +
= 90,5 smp/jam
v
108,9/199,4 x 100% = 54,6%
4.1.5 Gambar Tarikan dan Bangkitan
PASAR
Pada jalur 1
V1 = 199,4
Persentase jalur 1 :
199,4
Pengamatan Arah 1
V= 199,4 smp/jam
C = 1228 smp/jam
Sehingga, diperoleh derajat kejenuhan :
DS =199,4
v
1228
DS= 0, 162 (tingkat pelayanan A)
= 1228 smp/jam
v
4.2.2 Volume
4.2.3 Tarikan
Jalur 1
Mobil = 11 x 1 = 11 +
= 50,75 smp/jam
v
Jalur 2
Motor = 20 x 0,25 =5
Mobil = 12 x 1 = 12 +
= 17 smp/jam
v
388/405 x 100% = 95,8% ≈ 96%
4.2.5 Gambar Tarikan Dan Bangkitan
PASAR
V= 565,5smp/jam 9% 91%
Jl. Ahmad Yani
Kawasan Pertokoan
Pada jalur 1
V1 = 565.5
Persentase jalur 1 :
565.5
Pada jalur 2
V2 = 741.9
Persentase jalur 2 :
Jalur 2 = 405 x 100% = 100%
405
v
4.2.7 Perhitungan Degree of Saturated ( Derajat Kejenuhan )
Derajat kejenuhan Jalan Ahmad Yani dapat diperoleh dengan rumus :
V
DS =
C
Dimana : DS = Derajat Kejenuhan
V = Volume Lalu Lintas
C = Kapasitas Jalan
Pengamatan Arah 1
V= 565,5 smp/jam
C = 1228 smp/jam
Sehingga, diperoleh derajat kejenuhan :
DS =565,5
1228
DS= 0,46 (kategori B)
Pengamatan Arah 2
V= 405 smp/jam
C = 1228 smp/jam
Sehingga, diperoleh derajat kejenuhan :
DS = 405
1228
DS= 0,33 (tingkat pelayanan B)
v
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Pagi Hari :
1. Nilai kapasitas ( c ) (4/2D) Jalan Ahmad Yani Kota Palangkaraya
Arah 1 = 1228 smp/jam
2. Volume lalu lintas tertinggi dari pengamatan selama 15 menit terjadi pada Hari Selasa,
16 Oktober 2018 di Jalan Ahmad Yani
Arah 1 = 199,4 smp/jam
3. Berdasarkan nilai derajat kejenuhan dan menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.14
tahun 2006 tentang manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan, maka tingkat pelayanan
pada di Jalan Ahmad Yani Kota Palangka Raya masuk pada kategori A , dengan kondisi :
Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.Pengemudi
dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.
4. Tarikan yang terjadi selama 15 menit pada di Jalan Ahmad Yani Kota Palangka Raya
Adalah = 90,5 smp/jam
5. Hasil DS pada perhitungan pagi hari masuk dalam kategori A dikarenakan kesalahan
pada jam survey yang menyebabkan kondisi aktivitas jalan sudah normal.
v
pada di Jalan Ahmad Yani Kota Palangka Raya masuk pada kategori B , dengan kondisi :
arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai di batasi oleh kondisi lalu lintas. Pengemudi
memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
4. Tarikan yang terjadi selama 15 menit pada di Jalan Ahmad Yani Kota Palangka Raya
Adalah
Arah 1 = 50,75 smp/jam
Arah 2 = 17 smp/jam
5.2 Saran
Saran dari uraian dan perhitungan di atas yaitu terdapatnya beberapa sarana umum
seperti adanya pertokoan dan sentra – sentra pemukiman penduduk merupakan faktor
pendorong yang nantinya akan mengurangi tingkat pelayanan ruas jalan tersebut, sehingga
diperlukan adannya suatu perencanaan kedepan yang nantinya dapat menjadi antisipasi
kenaikan tingkat pengguna jalan, misalnya dengan perluasan ruas jalan atau perubahan tata
guna lahan yang ada, Juga perlunya perencanaan pengelolaan parkir di depan Kawasan
Pasar Besar, agar mengurangi kemacetan dan hambatan pada jalur jalan Ahmad Yani.
Dengan memberi batasan untuk jumlah kendaraan yang parkir di Kawasan Pasar Besar.
v
LAMPIRAN
v
KETERANGAN :
2. = Open Land
4. = Transportation
v
Keterangan :
2. = Open Land
4. = Transportation
v
(Kelompok 8)
v
(Apriani -DAB 117 078)
v
(Nomensen Roynaldo Sitompul –DAB 117 079)
v
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (1997), ManualKapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jendral Bima Marga,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Oglesby, H., Hiks, R.,et al., 1999, Teknik Jalan Raya, Ir.Purwo Setianto, Erlangga, Jakarta
Rancangan 3, Pedoman Bahan Konstruksi Banguna dan Rekayasa Sipil, Kapasitas Simpang,
Kementerian Pekerjaan Umun