Anda di halaman 1dari 12

BAB 2 Landasan teori

2.1. Tanah

Dalam ranah konstruksi, tanah adalah dasar atau landasan dalam membangun suatu bangunan
diatasnya yang kekuatan daya dukungnya sangat diperlukan agar bangunan diatasnya dapat
berdiri dengan kokoh dalam waktu yang direncanakan, maka dari itu tanah perlu di ketahui
daya dukungnya agar dapat ditentukan jenis pondasinya ataupun jika tanah kurang baik, dapat
ditentukan jenis perbaikan tanah nya.

Sedangkan menurut Dokuchaev (1870), Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal
dari material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam - macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah
mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.

Dari segi butirannya, Bowles (1991) membagi jenis tanah berdasarkan campuran partikel-
partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis yaitu sebagai berikut:

1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari
250 mm sampai 300 mm. (Untuk kisarran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen
batuan ini disebut kerakal (cobbles).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari
kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan
lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke
dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel
ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari 0,001
mm.

2.2. Stabilitas Tanah

Stabilisasi tanah adalah usaha memperbaiki sifat tanah dengan menambahkan suatu bahan ke
dalam tanah tersebut seperti air, kapur, atau zat kimia lainnya. Tanah yang telah distabilisasi
disebut tanah mantap, dan telah mengalami pemadatan pada kadar air optimum, akan lebih
kuat dan awet dengan penambahkan bahan stabilisasi yang dapat membuat tanah tetap
mantap dan masih mempunyai kekuatan yang baik dalam keadaan basah sampai pada
kelembaban optimum. Bahan stabilisasi menghasilkan tanah menjadi stabil, pemakaian bahan
stabilisasi harus digunakan secara ekonomis. Sebagai contoh, bahan stabilisasi semen
menjadikan tanah menjadi stabil, bahan stabilisasi kapur mengurangi indek plastisitas tanah
lempung, mengurangi kadar air dan pengerutan, bahan stabilisasi gypsum akan mempengaruhi
kekuatan, pengerutan dan pengembangan mortar selama masa pemeraman.

Stabilisasi tanah biasanya memiliki tujuan utama untuk mengubah sifat teknis tanah itu sendiri,
seperti sifat kompresibilitas, kapasitas dukung, kemudahannya untuk dikerjakan, permeabilitas,
sensitifitasnya terhadap kadar air yang berubah, serta potensi pengembangannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, proses stabilisasi ini dapat dilakukan dengan cara paling
sederhana seperti pemadatan, hingga menggunakan teknik yang lebih efektif dan juga
memerlukan dana yang cukup besar, yakni dengan mencampur tanah dengan pasir atau
semen, grouting atau injeksi semen, abu terbang, pemanasan dan lain sebagainya.

2.3. Pentingnya Stabilisasi Tanah 

Proses pembangunan berupa perkerasan jalan merupakan salah satu bentuk stabilisasi


tanah yang umum dilakukan dalam masyarakat. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperbaiki
material pada jalan lokal dengan menggunakan metode stabilisasi mekanis atau menambahkan
bahan tambahan ke dalam tanah.

Tentunya, rencana perkerasan jalan juga harus melalui proses perancangan terlebih dahulu.
Setiap lapisan bahan yang akan digunakan dalam perkerasan jalan juga harus memenuhi syarat
kualitas yang baik. Pastinya, setiap komponen dalam lapisan perkerasan jalan harus cukup kuat
menahan lendutan berlebih yang dapat menyebabkan lapisan atas retak, pergeseran tanah,
serta mencegah deformasi berlebihan yang permanen karena material penyusun yang
memadat.

Dengan dilakukannya stabilisasi tanah, kualitas tanah akan semakin meningkat. Lapisan tanah
yang lebih stabil membuatnya dapat mendistribusikan beban lebih jauh lagidengan lebih baik.
Selain itu, tebal lapisan tanah yang harus dibuat juga berkurang sehingga juga mengurangi
biaya pembangunan.

Stabilisasi ini juga sangat diperlukan di lokasi-lokasi proyek. Karena alat-alat berat yang bekerja
di dalam proyek tentu membutuhkan landasan kerja dan jalan yang cukup kuat dan memenuhi
syarat sebagai landasan. Sehingga, pelaksanaan kerja di dalam proyek bisa menjadi lebih cepat,
efisien dan hasil kerjanya dapat lebih berkualitas.

Dalam pengertian teknis, terminologi dari pada daya dukung tanah adalah kemampuan tanah
memikul tekanan dan/atau melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang
disebarkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. Besaran daya dukung geser pada
suatu lapisan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sebagaimana yang dirumuskan dengan persamaan Mohr-Coulomb sebagai berikut:
τ = c + (σ – U). tanφ (1)

Keterangan:
τ = kuat geser tanah (daya dukung geser)
c = kohesi tanah
σ = tegangan total tanah = γt.h
γt = berat volume tanah
U = tekanan pori tanah

2.4. Perbaikan Tanah

Teknik perbaikan tanah adalah merupakan tindakan stabilisasi tanah dengan memperbaiki
karakteristik tanah yang asli, hingga memenuhi syarat teknis yang dibutuhkan oleh konstruksi,
seperti peningkatan daya dukung dan kuat geser tanah, penurunan kompresibilitas tanah,
peningkatan atau penurunan permeabilitas tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan teknik
perkuatan tanah adalah bentuk-bentuk rekayasa yang dilakukan agar terjadi aksi komposit
antara tanah dengan material sisipan, sehingga dihasilkan berbagai jenis kapasitas pada tanah
sesuai yang dikehendaki (kepentingan konstruksi). Contoh teknik perkuatan tanah antara lain ;
perkuatan tebing atau perkuatan tanah dasar dengan material sisipan dari metal strip atau
geosyntetic, pembuatan lapis separator dalam tanah dengan menggunakan material sisipan
dari geomembrane, dan lain sebagainya.

Apabila mengacu pada klasifikasi dari stabilisasi tanah sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, maka ruang lingkup dari perbaikan tanah meliputi dua klasifikasi, yakni:
1. Perbaikan tanah dengan metode kimiawi;
2. Perbaikan tanah dengan metode fisik;

Sebagaimana uraian pada bagian terdahulu bahwa perbaikan tanah terbagi atas dua kelompok,
yakni perbaikan tanah secara kimiawi dan perbaikan tanah secara fisik. Kedua cara tersebut
memiliki kesamaan dalam tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, namun banyak perbedaan
dalam metode maupun bahan pencampur (additive) yang dipergunakan.

2.5. Kriteria Pemadatan

Pemadatan Tanah akan tercapai Jika pemilihan bahan timbunan sesuai dengan kriteria.
Contohnya material untuk zona inti bendungan, zona tirai, dan lain-lain sesuai dengan
persyaratan. Teknik Pemadatan juga harus sesuai (jumlah lapisan, Jumlah teknik pemadatan
(jumlah lapisan, Jumlah lintasan, nilai γd optimum yang didapatkan, dan lain-lain). Pemilihan
jenis mesin pemadat juga harus sesuai (kondisi tanah lempung digunakan mesin pemadat yang
berbeda dibandingkan tanah pasir). Selain itu juga sifat-sifat tanah, yaitu tanah berbutir
(Granular). Kuat geser tanah (τ) cenderung tinggi Perubahan volume tanah setelah dipadatkan
cukup kecil. Permeabilitas tanah (k) cukup tinggi Pelaksanaan pemadatan cenderung
mudah. Tanah berkohesi Jenis lanau (silt) Kuat geser tanah (τ) cukup tinggi Perubahan volume
tanah setelah dipadatkan cukup besardipadatkan cukup besar Sulit dilakukan pemadatan
dalam kondisi basah Permeabilitas tanah cukup rendah. Tanah kohesif Jenis lempung (clay)
Tanah lempung sulit dipadatkan dengan baik pada waktu sangat basah/jenuh Air sulit mengalir
ke luar dari pori-pori tanah karena permeabilitas tanah sangattanah karena permeabilitas
tanah sangat rendah Mempunyai sifat kohesi yang tinggi namun sudut geser dalam sangat
rendah.

Kriteria untuk kontrol pemadatan dapat diperbaiki dalam hal kepadatan relatif, nilai spesifik
resistensi kerucut, modulus deformasi dan penurunan tanah di lapangan percobaan. CPTU
sangat berguna ketika kepadatan relatif tertentu di atas strata yang dipadatkan harus
diperoleh. Dengan mempertimbangkan mineralogi tanah dan kompresibilitas pada lokasi
tertentu, korelasi – ditetapkan dari uji ruang kalibrasi antara resistansi kerucut dan kerapatan
relatif harus diterapkan. Estimasi pasir yang tidak tepat kompresibilitas dapat menghasilkan
ketidakpastian dalam dievaluasi kepadatan relatif hingga 20%. Seseorang juga harus ingat
bahwa korelasi ini dibuat dari uji ruang kalibrasi pada pasir yang baru diendapkan,
penggunaannya untuk kondisi in-situ dan di usia atau disemen pasir memberikan kepadatan
relatif yang setara (Schmertmann dkk,1978)

2.6. Deep Dynamic Compaction

Dynamic Compaction (DC) adalah salah satu metode perbaikan tanah yang memiliki
keunggulan waktu perbaikan tanah yang relatif lebih cepat dan murah dibandingkan dengan
metode lain. Secara garis besar, pengertian DC adalah suatu metode peningkatan kondisi tanah
yang dapat diterapkan pada tanah yang kering, basah/lembab dan jenuh (saturated). Metode
ini bisa juga diterapkan pada tanah jenuh dengan kandungan butiran halus mencapai hingga
30%. Target DC dicapai dengan menjatuhkan beban (pounder) dari suatu ketinggian tertentu ke
atas permukaan tanah yang akan dipadatkan. Proses pemadatan ini berlangsung pada sekian
banyak jatuhan pada lahan yang dituju.

Pemadatan dinamis (Dynamic Compaction) cocok untuk tanah lepas dan tanah berpasir dan
tidak d cocok untuk tanah lempung, jugaenal sebagai pemadatan dalam yang dinamis, telah
dipergunakan orang lebih dari 1000 tahun lalu, namun baru diperkenalkan secara teknis pada
pertengahan 1960an oleh Luis Menard. Metode ini memungkinkan dilakukan perawatan tanah
pada kedalaman, dengan memberikan beban dinamis di permukaan. Konsolidasi dinamis akan
mengakibatkan pemadatan terjadi pada tanah granular yang longgar. Prinsip terknik ini terdiri
dari beban dijatuhkan berulang-ulang dengan berat beban beberapa ton dari ketinggian di atas
10 meter. Di atas lapisan tanah liat, bahan isian ditempatkan di permukaan tanah yang akan
dipadatkan, sehingga membuat proses penggantian material secara dinamis menjadi lebih
efektif. Menurut Hussin (2006), bahwa metode ini baik digunakan untuk mengurangi
penurunan pondasi, mengurangi penurunan seismik dan potensi likuifaksi, keamanan
konstruksi, pemadatan tumpukan sampah, memperbaiki lahan bekas tambang, dan
mengurangi penurunan pada tanah yang berpotensi runtuh (collapsible soils). (Darwis, 2017)

Perbaikan dan perkuatan tanah merupakan usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas karakteristik tanah, utamanya parameter kuat geser tanah yang akan
mendukung sebuah struktur sehingga mampu menahan beban struktur yang akan dibangun
dengan deformasi yang dizinkan. Metode Dynamic Compaction merupakan metode perbaikan
tanah dengan menjatuhkan beban (pounder) dari suatu ketinggian ke permukaan yang
dipadatkan. Permukaan yang dipadatkan tersebut akan mengalami perubahan kepadatan
relatif, yang kemudian akan dihitung menggunakan rumus empiris persentase kenaikan
kepadatan relatif.(Michelle F and Andryan S, 2018)

Mereka menjelaskan bahwa dengan menggunakan asumsi kenaikan kepadatan sebesar 15%,
maka perkiraan kenaikan qc setelah DC dapat dihitung dan didapatkan persentase kenaikan qc
berkisar antara 16,98% hingga 1731,23%. Hasil yang diperoleh setelah menghitung persentase
kenaikan kuat geser lapangan setelah DC yaitu grafik perbandingan berupa qc perkiraan
dengan qc lapangan dan juga persentase kenaikan kepadatan yang terjadi setelah dilakukannya
DC yang berkisar antara 0,28% hingga 101,83% dengan persentase kenaikan qc berkisar antara
1,08% hingga 5961,54%, serta pengaruh DC terhadap kedalaman dengan grafik dan sebagian
besar kedalamannya melebihi hasil perhitungan.

Pemadatan dalam juga bisa dilakukan dengan metode Impact roller. Impact roller sebenarnya
adalah tipe baru dari towing roller, roda tumbuk bergulirnya adalah cam non-sirkular poligon,
melalui operasi traksi ban traktor, karena roller dampak terdiri dari traktor dan roda impak dua
komponen utama. Roda impak biasanya terdiri dari semua jenis kapal tunda sama sisi 3 × 5
yang tidak melingkar, yang dapat mencapai tujuan perkerasan pemadatan dan tanah dasar
melalui dampak penggulungan yang terus menerus. Karena tidak memiliki daya sendiri, roda
impak perlu digerakkan oleh peralatan traksi besar untuk bekerja.

Menurut Derek Avalle (2007), Penggunaan modul benturan non-lingkaran untuk pemadatan,
yang dikenal sebagai impact roller, pemadatan benturan atau penggulungan pemadatan
dinamis, telah mendapatkan mata uang untuk berbagai proyek pekerjaan tanah. Impact roller
telah terbukti memberikan peningkatan yang signifikan dalam kekuatan atau kepadatan tanah
hingga kedalaman yang jauh melebihi roller drum melingkar konvensional. Sekarang diterima
dalam Standar Australia untuk pekerjaan tanah, dan dengan pengalaman roller benturan yang
terdokumentasi kinerja, teknik ini dapat dipertimbangkan untuk berbagai proyek seperti
reklamasi dalam, tanggul besar dan memperbaiki isian yang ada. Dalam banyak kasus,
terutama dengan proyek yang lebih besar, program percobaan terpadu memberikan
keuntungan dalam bentuk kepercayaan dalam penggunaan teknologi, metode yang paling
efisien untuk aplikasi tertentu dan fakta bahwa spesifikasi dapat dipenuhi dengan cara yang
paling efisien. Sebanyak percobaan dikoordinasikan dan dikendalikan, demikian juga pekerjaan
produksi harus memiliki tingkat kontrol dan pemantauan yang sesuai untuk memastikan bahwa
impact roller di gunakan dengan benar. Makalah ini menguraikan beberapa contoh kasus di
mana pengeluaran untuk uji coba terperinci menghasilkan efisiensi impact roller selama
pekerjaan tanah produktif

Hal yang harus dievaluasi sebelum melakukan perbaikan tanah ini adalah mengetahui sifat fisik
dan kimiawi tanah, Kepadatan relatif (untuk tanah non kohesif), muka air tanah, Rongga udara
dan rongga udara yang terisi air, lapisan lensa sedalam perbaikan tanah, serta kemungkinan
adanya lapisan tanah yang sensitif.

Dalam metode pemadatan tanah ini juga ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas pemadatan seperti :
1. Jenis tanah
2. Kedalaman dan area perbaikan
3. Bentuk dan berat penumbuk
4. Tinggi jatuh dan energi
5. Spasi dan pola perbaikan
6. Kedalaman lubang yang terbentuk
7. Jumlah tumbukan dan jalur
8. Derajat perbaikan
9. Penurunan
10. Dampak terhadap lingkungan
11. Keberadaan lapisan lunak dan keras
12. Muka air tanah tinggi
13. Waktu
14. Pilot trial

Gambar 1. Deep Dynamic Conpaction (sumber : www.sciemcedirect.com)


2.7. Perencanaan Metode Deep Dynamic Conpaction

Berikut merupakan detail perencanaan yang harus disiapkan untuk metode DC:

1. Bnatasan area yang akan dipadatkan.


Pemadatan dengan metode ini memerlukan luasan tambahan sebesar nilai kedalaman
rencana perbaikan (D) dari tepi luasan efektif pemadatan rencana.

2. Menentukan Berat dan Tinggi Jatuh Pounder.


Hubungan antara berat dan tinggi jatuh pounder untuk menentukan kedalaman
rencana perbaikan dapat menggunakan rumus:

D = n (WH)0,5 (3)

Keterangan:

D = Kedalaman rencana perbaikan (m)


W = Berat pounder (Ton)
H = Tinggi jatuh pounder (m)
n = Koefisien empiris.

Pada rumus kedalaman rencana perbaikan di atas, n adalah faktor koefisien empiris
yang bervariasi antara 0,3 dan 0,6.
Nilai n 0,5 kemudian diusulkan oleh Leonards dkk (1980) atas dasar kompilasi data
lapangan untuk sejumlah kondisi.

3. Menentukan besaran energi untuk menghasilkan perbaikan tanah yang diharapkan


Energi yang dihasilkan dari tumbukan pounder akan menyebabkan tanah memadat.

4. Kontrol Kedalaman Lubang Akibat Tumbukan Pounder.


Kontrol kedalaman lubang :
Kedalaman lubang yang dihasilkan dari tumbukan pounder akan bervariasi. Hal ini
mengakibatkan kedalaman perlu dikontrol dengan batas kedalaman tidak melebihi
tinggi pounder ditambah 0,3 m.
Kontrol heave :
Heave adalah naiknya permukaan tanah asli pada sisi lubang yang diakibatkan
tumbukan pounder. Apabila heave terjadi, maka tumbukan harus segera dihentikan
karena diasumsikan energi yang diterima tanah sudah mencapai optimum.
5. Stabilisasi Permukaan Tanah
Stabilisasi ini bertujuan agar alat berat yang beroperasi di area kerja dapat
bermobilisasi dengan baik sehingga proses pelaksanaan menjadi efektif. Hal ini
dilakukan jika kondisi tanah asli terlalu lepas

2.8 Tahapan Pemilihan Metode Dynamic Compaction

a. Penyelidikan Tanah untuk mengetahui data tanah awal dan mengelompokannya sesuai
zona.

b. Perhitungan Daya Dukung Rencana

c. Pemilihan Alat Berat.


Pemilihan alat berat didasarkan oleh energi tumbukan yang dapat dihasilkan dari alat
berat. Besarnya energi tersebut ditentukan dari jenis alat berat, berat pounder dan
tinggi jatuh.

d. Analisa Lingkungan
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar efek yang diakibatkan oleh
metode ini terhadap lingkungan sekitar.

e. Pelaksanaan Pemadatan
Pemadatan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi rencana baik pola, berat pounder,
dan tinggi jatuh.

f. Kontrol Daya Dukung

g. Setelah proses pemadatan selesai, perlu dilakukan kontrol daya dukung kembali
menggunakan pengujian lapangan.

Kategori Jenis Tanah

Untuk menentukan jenis tanah (Zone) sesuai dengan kategorinya akan menggunakan metode
Robertson. Robertson telah memperbaharui Grafik sondir (Soil Behaviour Type) dengan
menggunakan parameter sondir yaitu tahanan ujung (qc), dan juga friction ratio (Rf).
Gambar 2. Grafik Soil Behaviour Type, Sumber: Djamhari, (2018)

Pekerjaan Pemadatan

Pemadatan getaran tanah dalam dengan suplai material granular dari permukaan digunakan
vibrator tipe S dengan daya 120 kW, frekuensi 30 Hz dan getaran amplitudo sekitar 20 mm
digunakan. Aplikasi dari bahan pengisi membantu dalam mempertahankan tingkat situs. Ini
memberikan peningkatan tambahan dari tegangan lateral di dalam lapisan tanah, menginduksi
fenomena melengkung – pengurangan ekstra pemukiman yang diharapkan. Pemadatan
dilakukan di kotak persegi biasa 3 × 3 m. Baik air maupun udara tidak diperkenalkan selama
penyisipan vibrator dan fase pemadatan berturut-turut. Area yang akan dipadatkan sekitar
7000 m². Ketebalan tanah yang mengalami vibro pemadatan meningkat menuju pelabuhan.
Selama bekerja, parameter khas dicatat. Penurunan permukaan tanah akibat kedalaman
pemadatan getaran tanah dipantau. Hingga 44 cm penurunan permukaan diukur dalam area
yang dipadatkan. Konsumsi pengisi dipantau di setiap titik pemadatan getaran. masukan daya
dikendalikan dan direkam di setiap profil getaran pemadatan. Modulus terkendala rata-rata
minimum di atas profil tanah sama dengan 80 MPa ditetapkan sebagai kriteria penerimaan
untuk lapisan tanah pasca-pengolahan. (Bałachowski dan Kurek, 2014)

Metode getaran, vibroflotasi, vibrokompaksi, dan peledakan, terutama efektif dalam pasir
bersih dan kerikil di bawah ini muka air tanah di mana getaran akan menyebabkan likuifaksi
lokal di sekitar probe. Metode pemindahan dan pembebanan awal juga dapat digunakan pada
tanah berlumpur atau lempung di atas muka air tanah di mana tanah hanya sebagian jenuh.
Konsolidasi dinamis (heavy tamping) dan peledakan menghasilkan tekanan air pori yang tinggi
yang mengurangi kekuatan geser tanah. Ini berarti bahwa partikel tanah dapat dipindahkan
oleh gelombang geser (gelombang S) yang mengikuti setelah gelombang kompresi awal
(gelombang P) yang disebabkan oleh tumbukan. Volume tanah yang dipengaruhi oleh
konsolidasi dinamis dan peledakan biasanya relatif besar (sampai 10 m atau lebih dari titik
tumbukan atau peledakan). Pada vibroflotation dan vibrocompaction tanah dipadatkan secara
lokal hingga beberapa meter dari sumbernya. Dimungkinkan juga untuk mengganti lapisan yang
dapat dimampatkan dengan isian granular yang dipadatkan.(Bengt B,1991)

Metode pondasi konvensional (tiang pancang atau tiang bor) harus sering digunakan jika waktu
yang cukup tidak tersedia untuk uji lapangan dan laboratorium yang diperlukan atau untuk
pemadatan.

Bagian tersulit dalam penyelidikan geoteknik dan dalam mengevaluasi metode perbaikan tanah
alternatif adalah untuk menentukan perbaikan yang benar-benar diperlukan, kedalaman
pemadatan yang diperlukan dan kompresibilitas tanah yang dipadatkan. Misalnya,
kompresibilitas tanah granular tergantung pada sejumlah besar faktor yang tidak terkait
dengan kepadatan relatif tanah. Perlu diperhatikan bahwa sifat-sifat bahkan pasir bersih terus
membaik selama beberapa minggu atau bulan setelah pemadatan awal tanpa perubahan
volume, seperti yang telah telah diamati

Metode Dynamic Compaction  merupakan metode perbaikan tanah dengan menjatuhkan


beban (pounder) dari suatu ketinggian ke permukaan yang dipadatkan. Metode ini biasanya
digunakan untuk mencegah terjadinya likuifaksi, mencegah terjadinya penurunan, dan untuk
memperbaiki daya dukung tanah.
Gambar 3. Penampang yang disederhanakan (tidak di skalakan). (Bałachowski dan Kozak,
2006).

Pemadatan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi penurunan tanah, tidak terjadi kembang
susut pada tanah jenis lempung, mengurangi permeabilitas, mengurangi perubahan volume
karena perubahan kadar air dalam tanah, ataupun mengurangi resiko terjadinya likuifaksi

Likuifaksi

Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat getaran gempa. Pada
saat mengalami getaran, lapisan pasir berubah menjadi seperti cairan sehingga tidak mampu
menopang beban bangunan di dalam atau di atasnya, yang disebabkan oleh beban siklik pada
waktu terjadi gempa sehinga tekanan air pori meningkat mendekati atau melampaui tegangan
vertikal. Karena tekanan airnya meningkat, jarak antar partikel pasir menjadi semakin
renggang, sehingga kekuatan totalnya berkurang drastis.
Metode Evaluasi Potensi Likuifaksi

Evaluasi potensi likuifaksi yaitu dengan melakukan uji beban siklik pada sampel tanah tak
terganggu atau bisa juga dengan cara pengukuran karakteristik likuifaksi pada tanah
menggunakan beberapa prosedur pengujian di lapangan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil nilai potensi likuifaksi dari hasil uji lapangan yaitu SPT dan CPT. Pada
dasarnya prosedur standar evaluasi likuifaksi antara lain dibutuhkan nilai rasio tegangan siklik
(CSR) dan nilai rasio tahanan siklik (CRR) yang bisa didapatkan dari nilai CPT (sondir), SPT (bor
dalam), Vs (shearwave velocity), dan beberapa uji tanah lainnya termasuk Becker Penetration
Test (BPT).

Anda mungkin juga menyukai